TRANSFORMASI NILAI KOREAN WAVE TERHADAP SIKAP NASIONALISME REMAJA.

(1)

No. Daftar FPIPS: 2072/UN.40.2.2/PL/2014

TRANSFORMASI NILAI KOREAN WAVE TERHADAP SIKAP

NASIONALISME REMAJA

(Studi Kasus di Komunitas Hansamo Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh:

DEBY EKA FRANSSISKA 1006320

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

TRANSFORMASI NILAI KOREAN WAVE TERHADAP SIKAP

NASIONALISME REMAJA

(Studi Kasus di Komunitas Hansamo Bandung)

Oleh,

Deby Eka Franssiska

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Deby Eka Franssiska 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Maret 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin darri penulis.


(3)

DEBY EKA FRANSSISKA

TRANSFORMASI NILAI KOREAN WAVE TERHADAP SIKAP NASIONALISME REMAJA

(Studi Kasus di Komunitas Hansamo Bandung)

DISETUJUI AN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I

Prpf. Dr H. Aim Abdulkarim, M. Pd NIP. 195907141986011001

Pembimbing II

Susan Fitriasari, M. Pd NIP. 1982073020091222004

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

Prof. Dr. H. Sapriya, M. Ed NIP. 196308201988031001


(4)

Skripsi ini telah diuji pada :

Hari, Tanggal : Selasa, 8 April 2014

Tempat : Gedung FPIPS UPI Bandung

Panitia ujian terdiri dari :

1. Ketua :

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 001

2. Sekretaris :

Prof. Dr. H. Sapriya, M. Ed NIP. 19630820 198803 1 001

3. Penguji : 3.1

Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si NIP. 19620316 198803 1 003

3.2

Dr. Prayoga Bestari, M. Si NIP. 19750414 200501 1 001 3.3

Dra. Iim Siti Masyitoh, M.Si NIP. 19620102 198608 2 001


(5)

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Deby Eka Franssiska (1006320) “Transformasi Nilai Korean Wave Terhadap

Sikap Nasionalisme Remaja (Studi Kasus di Komunitas Hansamo Bandung).”

Fenomena Korean wave mulai masuk ke negara Indonesia pada tahun 2002, sehingga membuat remaja Bandung membentuk sebuah komunitas yang menjadi wadah bagi anggota untuk dapat mengetahui dan mempelajari kebudayaan negara Korea Selatan. Adapun tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk melihat transformasi nilai Korean wave terhadap sikap nasionalisme remaja di Komunitas Hansamo Bandung. Penelitian ini didasarkan pada lima permasalahan, yaitu: (1) Apa saja faktor-faktor yang membuat Korean wave diterima oleh remaja di Komunitas Hansamo Bandung?, (2) Bagaimana persepsi remaja di Komunitas Hansamo Bandung mengenai adanya Korean wave yang masuk ke Indonesia?, (3) Adakah perbedaan sikap nasionalisme yang dimiliki oleh remaja di Komunitas Hansamo Bandung sebelum dan setelah masuknya

Korean wave?, (4) Bagaimana peran remaja di Komunitas Hansamo Bandung

mendukung hasil karya Indonesia di tengah masuknya Korean wave?, (5) Bagaimana cara menjaga sikap nasionalisme remaja di Komunitas Hansamo Bandung di tengah masuknya Korean Wave?. Pendekatan penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, dan untuk melengkapi hasil temuan data dilengkapi dengan data kuantitatif yang diperoleh melalui angket. Peneliti menggunakan pendekatan Mix Design. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus. Data diperoleh melalui teknik wawancara, observasi, angket, studi dokumentasi, dan studi literatur. Berdasarkan hasil penelitian mengungkapkan bahwa : (1) Faktor-faktor yang membuat Korean wave diterima oleh remaja yaitu negara Korea memiliki budaya yang unik, menarik dan memiliki ciri khas. (2) Persepsi remaja mengenai adanya Korean wave yang masuk ke Indonesia yaitu warga negara Indonesia dapat mencontoh keberhasilan masyarakat dan pemerintah Korea di dalam mempromosikan kebudayaan Korea ke berbagai negara di dunia. (3) Perbedaan sikap nasionalisme yang dimiliki oleh remaja sebelum dan setelah masuknya Korean wave, sikap nasionalisme yang dimiliki remaja dirasa tidak berkurang akibat masuknya Korean wave ini dikarenakan remaja masih menunjukan sikap nasionalismenya kepada Indonesia yang ditunjukan di dalam kehidupan sehari-hari. (4) Peran remaja di dalam mendukung hasil karya Indonesia di tengah masuknya Korean wave yaitu dengan selalu mempromosikan kebudayaan Indonesia kepada teman-teman asing (Korea) dan selalu menggunakan produk-produk Indonesia. (5) Cara menjaga sikap nasionalisme remaja di tengah masuknya Korean wave yaitu dengan melakukan hal positif seperti dengan mengajarkan kepada anak sekolah mengenai kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam. Sebagai wadah yang mempunyai anggota dengan minat terhadap budaya Korea yang sama, agar komunitas dapat menjembatani anggotanya untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan


(6)

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

budaya Korea tanpa meninggalkan nilai-nilai budaya Indonesia di dalam kegiatannya.

ABSTRACT

Deby Eka Franssiska (1006320) “"Korean Wave Values Transformation Against Youth Nationalism Attitude (Case Study in Hansamo Bandung Community)."

The phenomenon of the Korean wave started to go to the country of Indonesia in 2002, thus making London teenagers form a community that is a forum for members to be able to know and learn the culture of South Korea. The purpose of this study was conducted to see the transformation of the value of Korean nationalism wave against teen in Bandung Hansamo Community. The study was based on five issues, namely: (1) What are the factors that make the Korean wave is received by adolescents in Bandung Hansamo Community?, (2) How does the perception of young people about the existence of the Community Hansamo Korean wave into Indonesia?, (3) Are there differences in attitudes of nationalism which is owned by Community Hansamo teenagers before and after the entry of Korean wave?, (4) How does the role of youth in community support work Hansamo Bandung Indonesia amid influx of Korean wave?, (5) How do I keep Community nationalism Hansamo teens in London in the middle of the entry of the Korean Wave?. This research approach using qualitative research, and to complement the findings of the data include the quantitative data obtained through a questionnaire. Researchers Mix Design approach. The method used is the case study method. The data obtained through interview, observation, questionnaires, documentary studies, and literature. Based on the results of the study revealed that: (1) The factors that make the Korean wave that is received by teenage Korean state has a unique culture, interesting and has distinctive features. (2) The perception of adolescents about the existence of Korean wave who entered Indonesia is an Indonesian citizen could be modeled on the success of the community and the Korean government in promoting Korean culture to various countries in the world. (3) Differences nationalistic attitudes held by adolescents before and after the entry of the Korean wave, nationalism possessed teenagers are found to be reduced due to the influx of Korean wave is because teenagers are still showing attitude to Indonesian nationalism shown in everyday life. (4) The role of youth in support of the work of Indonesia in the middle of the entry of the Korean wave is to always promote Indonesian culture to foreign friends (Korea) and always use Indonesian products. (5) How to keep teens nationalism amid the influx of Korean wave that is by doing something positive like to teach school children about the diverse Indonesian culture. For containers that have a member with an interest in Korean culture the same, in order to bridge community


(7)

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

members to carry out activities related to Korean culture without leaving the Indonesian cultural values into action.


(8)

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR RUMUS ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Penjelasan Istilah ... 7

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Transformasi Nilai Korean Wave ... 10

1. Nilai, Norma dan Transformasi Nilai Sosial Budaya ... 10

a. Definisi Nilai ... 10

b. Teori Nilai dan Norma ... 11

c. Teori Transformasi Nilai Sosial Budaya ... 12

d. Teori Globalisasi ... 15

2. Definisi dan Perkembangan Korean Wave ... 17

a. Definisi Korean Wave ... 17

b. Perkembangan Korean Wave ... 18


(9)

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Sikap Nasionalisme ... 23

1. Definisi Sikap, Komponen dan Fungsi Sikap ... 23

a. Definisi Sikap ... 23

b. Komponen dan Fungsi Sikap ... 24

2. Definisi dan karakteristik Nasionalisme ... 26

a. Definisi Nasionalisme ... 26

b. Karakteristik Nasionalisme ... 27

C. Definisi, Perkembangan, dan Permasalahan Remaja ... 30

1. Definisi Remaja ... 30

2. Perkembangan Remaja ... 31

3. Remaja dan Permasalahannya ... 35

D. Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja ... 37

1. Korean Wave dan Sikap Nasionalisme Remaja ... 37

2. Menjaga Sikap Nasionalisme Ditengah Masuknya Korean Wave 39 E. Penelitian Terdahulu ... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 43

1. Lokasi Penelitian ... 43

2. Subjek Penelitian ... 43

B. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 44

1. Pendekatan Penelitian ... 45

2. Metode Penelitian ... 47

C. Teknik Pengumpulan Data ... 47

1. Observasi ... 47

2. Wawancara (Interview) ... 49

3. Studi Dokumentasi ... 51

4. Studi Literatur ... 51

5. Angket atau Kuesioner ... 51

6. Trianggulasi ... 53

D. Tahap Penelitian ... 55

1. Pra Penelitian ... 55

2. Perizinan Penelitian ... 55

3. Pelaksanaan Penelitian ... 55

4. Pengolahan dan Analisis Data ... 56

5. Penyusunan Laporan ... 56

E. Tahap Pengolahan Data dan Analisis Data ... 56


(10)

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Penyajian Data ... 57

3. Pengambilan Kesimpulan ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 60

1. Lokasi Penelitian ... 60

2. Profil Komunitas Hansamo Bandung ... 60

3. Visi dan Misi ... 62

4. Logo Komunitas ... 63

5. Program dan Kegiatan ... 64

6. Subjek Penelitian ... 67

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 70

1. Deskripsi Hasil Observasi ... 71

2. Deskripsi Hasil Wawancara ... 83

3. Deskripsi Hasil Angket ... 121

C. Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 145

1. Analisis dan Pembahasan Mengenai Faktor yang Membuat Korean Wave Diterima oleh Remaja di Komunitas Hansamo Bandung ... 145

2. Analisis dan Pembahasan Mengenai Persepsi Remaja di Komunitas Hansamo Bandung Tentang Adanya Korean Wave yang Masuk ke Indonesia ... 148

3. Analisis dan Pembahasan Mengenai Sikap Naionalisme yang Dimiliki Remaja di Komunitas Hansamo Sebelum dan Setelah Masuknya Korean Wave ... 152

4. Analisis dan Pembahasan Mengenai Peran Remaja di Komunitas Hansamo Bandung Mendukung Hasil Karya Indonesia di Tengah Masuknya Korean Wave ... 155

5. Analisis dan Pembahasan Mengenai Cara Menjaga Sikap Nasionalisme Remaja di Komunitas Hansamo Bandung di Tengah Masuknya Korean Wave ... 159

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 163

A. Kesimpulan ... 163


(11)

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

3.1 Jumlah Pengisian Angket Pada Anggota Remaja Aktif di Komunitas

Hansamo Bandung ... 53

4.1 Anggota Remaja Aktif Komunitas Hansamo Bandung ... 68

4.2 Jadwal Latihan Kelas/Divisi di Komunitas Hansamo Bandung ... 69

4.3 Deskripsi Hasil Wawancara Pendiri Komunitas Hansamo Bandung .. 83

4.4 Deskripsi Hasil Wawancara Koordinator Kelas/Divisi Komunitas Hansamo Bandung ... 91

4.5 Deskripsi Hasil Wawancara Anggota Aktif Komunitas Hansamo Bandung ... 106

4.6 Ciri Khas yang Dimiliki Korean Wave ... 123

4.7 Kelebihan yang Dimiliki Korean wave ... 124

4.8 Nilai-Nilai Budaya Korea ... 126

4.9 Fanatisme Musik K-Pop ... 126

4.10 Dampak Positif dan Negatif Adanya Korean wave ... 129

4.11 Perubahan Perilaku dalam Kehidupan Sehari-hari ... 132

4.12 Gaya Berpakaian Remaja dalam Kegiatan sehari-hari ... 134

4.13 Mendukung dan Menggunakan Hasil Karya/Produk Indonesia ... 135 4.14 Bangga Memperkenalkan atau Mempromosikan Kebudayaan Bangsa 137 4.15 Pemilihan Produk yang Digunakan di Dalam Kehidupan Sehari-hari 137


(12)

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.16 Cara Memperkenalkan Budaya Indonesia ke Negara Korea ... 139

4.17 Penerapan Sikap Nasionalisme dalam Kehidupan Sehari – Hari ... 140

4.18 Sikap Cinta Tanah Air ... 142

4.19 Bentuk - Bentuk Kegiatan dalam Menunjukan Sikap Nasionalisme .. 143

DAFTAR GAMBAR 3.1 Strategi Eksplanatori Sekuensial (b) ... 46

3.2 Situasi Sosial (Social Situation) ... 49

3.3 Trianggulasi Teknik Pengumpulan Data (Bermacam-Macam Cara pada Sumber Yang Sama) ...54

3.4 Trianggulasi dengan Tiga Sumber ...54

3.5 Komponen-komponen Analisis Data ...59

4.1 Peta Bandung E-Tronical Mall (B-mall) ...60

4.2 Logo Komunitas Hansamo Bandung ...63

4.3 Latihan Tarian Buchaechum Kelas/Divisi Hansamo Traditional Dance 72 4.4 Performance Hansamo Traditional Dance ...73

4.5 Buku bahasa Korea dan Buku latihan bahasa Korea ...74

4.6 Suasana pembelajaran Hansamo Korean Language Class ...74

4.7 Latihan Hansamo Modern Dance ...75

4.8 Performance Hansamo Modern Dance ...75

4.9 Performance Hansamo Voice Group ...76

4.10 Performance Evolution Bboys ...76


(13)

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.12 Suasana Gathering Komunitas Hansamo Bandung ...78

4.13 Adanya Restoran Korea di Indonesia ...79

4.14 Suasana Berjualan Merchandise K-Pop ...80

4.15 Komunitas Hansamo bersama Last For One ...81

4.16 Suasana Bandung Korea Charity ...82

4.17 Faktor yang membuat Korean wave Diterima oleh Remaja di Komunitas Hansamo Bandung ... 147

4.18 Persepsi Remaja di Komunitas Hansamo Bandung Tentang Adanya Korean Wave yang Masuk ke Indonesia ... 151

4.19 Sikap Nasionalisme yang Dimiliki Remaja di Komunitas Hansamo Bandung Sebelum dan Setelah Masuknya Korean Wave ...154

4.20 Remaja di Komunitas Hansamo Bandung Mendukung Hasil Karya Indonesia di Tengah Masuknya Korean Wave ...157

4.21 Cara Menjaga Sikap Nasionalisme Remaja di Komunitas Hansamo Bandung di Tengah Masuknya Korean Wave ...161


(14)

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR RUMUS

3.1 Menentukan Presentase ...58 3.2 Penafsiran Presentase ...59


(15)

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini budaya Korea Selatan sedang menjadi topik pembicaraan tidak hanya di Indonesia tetapi di berbagai negara. Khususnya karena booming musik K-POP nya yang menambah warna baru di dalam musik dunia. Selain itu, tidak dapat dipungkiri masuknya drama Korea yang menyajikan cerita yang berbeda pun membuat daya tarik tersendiri bagi penontonnya. Hal ini menunjukan bahwa Korea Selatan mengalami kemajuan dalam bidang hiburan dan dapat melesat di berbagai belahan dunia.

Menurut Suranto (2010 : 147) dalam era globalisasi dan adanya kemajuan di bidang teknologi komunikasi dan transportasi dewasa ini memungkinkan manusia di seluruh dunia untuk saling berinteraksi atau berkomunikasi satu sama lainnya. Hampir tidak ada batas-batas lagi untuk saling bertukar informasi antar bangsa di berbagai belahan dunia. Dari pendapat tersebut dapat dilihat bahwa

Korean wave pun dapat mudah menyebar di berbagai negara, melalui teknologi

komunikasi dan transportasi yang semakin canggih.

Selanjutnya, Nina W. Syam (2012 : 234) berpendapat,

Globalisasi pada hakikatnya adalah proses yang ditimbulkan oleh sesuatu kegiatan atau prakarsa yang dampaknya berkelanjutan melampaui batas-batas kebangsaan (nation-hood), dan mengingat bahwa jagad kemanusiaan ditandai oleh pluralisme budaya, maka globalisasi sebagai proses juga menggejala sebagai peristiwa yang melanda dunia secara lintas-budaya (trans-cultural). Dalam gerak lintas budaya terjadi berbagai pertemuan antar budaya (nilai kultural) yang sekaligus mewujudkan proses saling memengaruhi antar budaya, dengan kemungkinan satu pihak lebih besar pengaruhnya ketimbang pihak lainnya.

Fenomena yang saat ini terjadi pun memicu banyak orang di seluruh dunia untuk mengetahui lebih mendalam mengenai negara Korea, baik dari segi bahasa


(16)

2

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

maupun kebudayaannya. Masuknya budaya Korea atau sering juga disebut

Korean wave di Indonesia saat ini lambat laun akan diterima oleh masyarakat

Indonesia dalam bentuk akulturasi budaya. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1990 : 248) yaitu :

Akulturasi merupakan proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebakan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.

Adanya globalisasi mempermudah masuknya budaya Korea ke dalam Indonesia, sehingga dapat menyebabkan menurunnya kesadaran dan kecintaan akan budaya nasional. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Azyumardi Azra (2006 : 150-151) yaitu :

Globalisasi dimaknai sebagai kemunculan budaya hibrid yang bersumber dan didominasi budaya luar mengakibatkan krisis budaya lokal dan nasional. Budaya hibrid juga mengakibatkan lenyapnya identitas kultural nasional dan lokal. Padahal identitas nasional dan lokal tersebut sangat krusial bagi integrasi sosial, kultural dan politik masyarakat negara dan bangsa.

Pemerintah menyadari akan adanya kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia. Sebagaimana yang telah tercantum di Undang- Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 32 yang berbunyi “Pemerintah memajukan

kebudayaan nasional Indonesia ditengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai

budayanya.”

Saat ini di Indonesia hal-hal yang berhubungan dengan Korea banyak digemari oleh berbagai kalangan, baik muda maupun tua khususnya para remaja. Ini dapat terlihat dari antusias para remaja untuk menghadiri event budaya Korea yang saat ini sering diadakan. Di Indonesia peningkatan ketertarikan terhadap budaya Korea, oleh para remaja saat ini dapat terlihat dari banyaknya tempat kursus bahasa Korea, fashion yang berkiblat pada negara tersebut, drama dan


(17)

3

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

musik Korea yang mulai banyak masuk ke Indonesia, dan juga restoran yang menyediakan kuliner Korea. Dengan adanya Korean wave ini menunjukan bahwa pemerintah Korea berhasil untuk menyebarkan budayanya diberbagai negara.

Terdapat transformasi nilai-nilai di dalam masuknya budaya Korea, transformasi nilai-nilai tersebut secara tidak langsung membuat terjadinya perubahan budaya yang tidak biasa menjadi biasa dilakukan. Menurut Nanang Martono (2012 : 12) perubahan budaya menyangkut banyak aspek dalam kehidupan seperti kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, aturan-aturan hidup berorganisasi, dan filsafat.

Perubahan budaya dan perubahan sosial yang terjadi di dalam masyarakat saling berkaitan, tidak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan dan sebaliknya tidak mungkin ada kebudayaan tanpa masyarakat. Menurut Soekanto dalam Nanang Martono (2012 : 16) faktor penyebab perubahan sosial digolongkan menjadi dua faktor yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar masyarakat. Salah satu faktor dari luar penyebab perubahan sosial menurut Soekanto, yaitu:

Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Adanya interaksi antara dua kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan perubahan. Jika pengaruh suatu kebudayaan dapat diterima tanpa paksaan, maka disebut

demonstration effect. Jika pengaruh suatu kebudayaan saling menolak,

maka disebut cultural animsity. Jika suatu kebudayaan mempunyai taraf yang lebih tinggi dari kebudayaan lain, maka akan muncul proses imitasi yang lambat laun unsur-unsur kebudayaan asli dapat bergeser atau diganti oleh unsur-unsur kebudayaan tersebut.

Dengan masuknya Korean wave tersebut dapat mengikis sikap nasionalisme yang dimiliki para remaja. Remaja sekarang lebih senang menonton drama-drama Korea, selain itu juga musik-musik K-Pop yang merupakan jenis musik yang ada di Korea pun lebih dipilih oleh mereka dibandingkan dengan musik-musik buatan dalam negeri. Hal ini dapat terlihat dari antusias para remaja untuk menonton konser musik idola mereka, walaupun harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit.


(18)

4

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hal ini tentu saja akan sangat mengkhawatirkan, apabila generasi muda yang merupakan generasi penerus bangsa tidak memiliki sikap nasionalisme yang tinggi pada dirinya dan juga kebanggaan akan bangsa dan negaranya. Peran semangat nasionalisme dan jiwa nasionalisme sangat penting artinya, sebagaimana tertuang di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996 : 684) :

Nasionalisme adalah paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri, sifat kenasionalan dan makin menjiwai bangsa Indonesia atau kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atauaktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran dan kekuatan bangsa, semangat kebangsaan.

Dari pengertian di atas jelas nampak bahwa nasionalisme perlu dimiliki oleh seluruh warga negara Indonesia, khususnya para remaja yang diharapkan dapat sebagai penerus bangsa.

Selain itu, menurut L. Stoddard dalam Aim Abdulkarim (2004 : 36)

menyatakan bahwa “Nasionalisme adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh

sebagian besar individu dimana mereka menyatakan rasa kebangsaan sebagai

perasaan yang memiliki secara bersama di dalam suatu bangsa.” Pendapat ini

menunjukan bahwa nasionalisme yang dimiliki warga negara dapat sebagai pemersatu bangsa sehingga perlu adanya rasa cinta tanah air walaupun banyaknya budaya asing yang masuk ke Indonesia.

Masuknya budaya Korea ke Indonesia disatu sisi dapat menguntungkan baik dari segi ekonomi, politik, sosial dan budaya. Dilihat dari segi ekonomi keuntungan yang di dapat yaitu meningkatnya devisa negara akibat pajak dari banyaknya produk Korea yang masuk ke Indonesia, lalu dilihat dari segi politik keuntungan yang didapat yaitu terjalinya hubungan diplomatik yang baik antara Korea Selatan dengan Indonesia dengan adanya kerjasama-kerjasama yang dilakukan. Kemudian, dilihat dari segi sosial dan budaya keuntungan yang di dapat oleh Indonesia yaitu dapat mudah memperkenal budaya Indonesia di dalam


(19)

5

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

festival-festival yang sering diadakan guna memperkenalkan budaya Indonesia di luar negeri.

PKn memiliki tujuan yaitu to be good and smart citizenship, diharapkan mampu mengatasi krisis yang melanda remaja pada saat ini, melalui lulusan-lulusannya agar dapat mendidik dan mengarahkan remaja untuk tetap menjaga sikap nasionalisme ditengah masuknya budaya asing yang masuk ke Indonesia dalam hal ini yaitu Korean wave. Selain itu, dengan adanya Korean wave yang sedang populer dikalangan remaja saat ini, remaja diharapkan tidak melupakan budaya negara sendiri dan bangga terhadap budaya yang dimiliki. Sikap nasionalisme terhadap negara juga diharapkan tidak tergantikan dengan negara lain, agar sikap cinta tanah air masih ada pada diri para remaja. Oleh karena itu,

Korean wave harus disikapi dengan bijak dan pintar di dalam memilihnya,

sehingga cocok dengan jati diri bangsa Indonesia.

Atas dasar itu, penulis tertarik untuk meneliti secara mendalam, yang akan dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul : TRANSFORMASI NILAI KOREAN WAVE TERHADAP SIKAP NASIONALISME REMAJA (Studi

Kasus di Komunitas Hansamo Bandung).

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Sebagaimana telah diuraikan dalam latar belakang masalah, maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana transformasi nilai Korean

wave terhadap sikap nasionalisme remaja?”.

Melihat rumusan masalah tersebut begitu luas, maka penulis akan membatasi masalah penelitian sebagai berikut.

1. Apa saja faktor-faktor yang membuat Korean wave diterima oleh remaja di Komunitas Hansamo Bandung?

2. Bagaimana persepsi remaja di Komunitas Hansamo Bandung mengenai adanya Korean wave yang masuk ke Indonesia?


(20)

6

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Adakah perbedaan sikap nasionalisme yang dimiliki oleh remaja di Komunitas Hansamo Bandung sebelum dan setelah masuknya Korean wave? 4. Bagaimana peran remaja di Komunitas Hansamo Bandung mendukung hasil

karya Indonesia di tengah masuknya Korean wave?

5. Bagaimana cara menjaga sikap nasionalisme remaja di Komunitas Hansamo Bandung di tengah masuknya Korean Wave?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka secara umum penelitian ini bertujuan melakukan kajian tentang transformasi nilai Korean Wave terhadap sikap nasionalisme remaja. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk menggali dan mengkaji informasi tentang:

1. Faktor-faktor yang membuat Korean wave diterima oleh remaja di Komunitas Hansamo Bandung;

2. Persepsi remaja di Komunitas Hansamo Bandung mengenai adanya Korean

wave yang masuk ke Indonesia;

3. Perbedaan sikap nasionalisme yang dimiliki oleh remaja di Komunitas Hansamo Bandung sebelum dan setelah masuknya Korean wave;

4. Peran remaja di Komunitas Hansamo Bandung dalam mendukung hasil karya Indonesia ditengah masuknya Korean wave;

5. Cara menjaga sikap nasionalisme remaja di Komunitas Hansamo Bandung ditengah masuknya Korean wave.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara teoritis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan atau cakrawala pengetahuan penulis mengenai masuknya Korean wave di Indonesia dan khususnya sikap nasionalisme yang harus dipertahankan di era globalisasi seperti ini.


(21)

7

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Manfaat secara praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara langsung maupun tidak langsung dalam praktek kehidupan sehari-hari, diantaranya:

a. Bagi kalangan pendidik khususnya bagi calon guru PKn, penelitian ini memberikan bekal pengetahuan untuk mengarahkan dan mendidik agar siswa tetap menanam pada dirinya sikap nasionalisme;

b. Bagi penulis agar semakin memperluas wawasan berfikir dalam memahami masuknya budaya asing dan sikap nasionalisme;

c. Sebagai bahan kajian lebih lanjut dan mendalam di masa yang akan datang.

3. Manfaat secara kebijakan

Secara kebijakan penelitian ini bermanfaat sebagai sarana informasi bahwa

Korean wave saat ini sudah menyebar di sebagian besar kalangan remaja sehingga

perlu adanya suatu upaya agar Korean wave tidak mengikis sikap nasionalisme yang dimiliki para remaja.

4. Manfaat secara isu

Secara isu penelitian ini bermanfaat sebagai sarana untuk mengatahui dampak masuknya budaya Korea terhadap sikap nasionalisme dan masyarakat dengan masuknya Korean wave di Indonesia agar dapat memfilter sehingga nilai-ilai nasionalisme tidak luntur.

E. Penjelasan Istilah

Agar tidak terjadi salah penafsiran dan untuk memperoleh kesatuan arti dan pengertian dari judul penelitian ini, perlu kiranya memberikan penjelasan mengenai istilah-istilah yang digunakan. Dalam penelitian ini digunakan penjelasan istilah sebagai berikut:


(22)

8

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kamaruddin dalam Mariati (2012: 20) Kata transformasi berasal dari

bahasa Latin “transformare” yang artinya mengubah bentuk. Secara etimologi

transformasi adalah perubahan bentuk atau struktur. 2. Nilai

Pepper dalam M.Munandar Soelaeman (1992: 19) mengatakan bahwa nilai adalah segala sesuatu tentang yang baik atau yang buruk.

3. Korean Wave

The term ‘Korean Wave’, also known as Hallyu or Hanryu, refers to the popularity of South Korean popular culture in other Asian countries. (Note 1) Korean popular culture such as movies, TV dramas, and pop music is overwhelmingly powerful and TV dramas are one of the most remarkable popular cultures of these (Huang Xiaowei, 2009). Dari penjelasan tersebut Istilah 'Korean Wave', juga dikenal sebagai Hallyu atau Hanryu, mengacu pada popularitas

budaya populer Korea Selatan di Negara-negara Asia lainnya. Budaya populer Korea seperti film, drama TV, musik pop yang sangat kuat dan drama TV merupakan budaya yang paling populer.

4. Sikap

Sikap atau yang dalam pengertian bahasa Inggris attitude menurut Purwanto (1994:141) adalah salah satu cara bereaksi terhadap suatu perangsang suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap sesuatu perangsang atau situasi yang dihadapi. Secara sederhana, sikap dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan seseorang untuk bertindak berkenaan dengan objek tertentu.


(23)

9

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Rasjidi (1980:19) nasionalisme adalah sikap mental dimana loyalitas seseorang adalah untuk negara nasional. Dengan demikian, nasionalisme merupakan suatu paham atau ajaran dimana kesetiaan seseorang diabdikan kepada negaranya.

6. Remaja

Remaja (adolescence) adalah masa transisi atau peralihan dari masa kanak- kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial. Secara kronologis yang tergolong remaja ini berkisar antara usia 12/ 13- 21 tahun. (Agoes Dariyo, 2004: 14).

F. Struktur Organisasi Skripsi

Sistematika dari penelitian yang berjudul transformasi nilai Korean wave terhadap sikap nasionalisme remaja (studi kasus di Komunitas Hansamo Bandung) adalah sebagai berikut:

1. BAB I pendahuluan yang berisikan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan istilah, metodologi penelitian, struktur organisasi skripsi.

2. BAB II kajian pustaka atau kerangka teoritis mengenai transformasi nilai

Korean wave terhadap sikap nasionalisme remaja.

3. BAB III metodologi penelitian, subjek dan lokasi penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, serta analisis dan penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai transformasi nilai Korean wave terhadap sikap nasionalisme remaja.


(24)

10

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. BAB IV hasil penelitian dan pembahasan yang berisi seperti temuan-temuan hasil penelitian yang membahas mengenai, transformasi nilai Korean wave terhadap sikap nasionalisme remaja.


(25)

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat melakukan penelitian guna memperoleh data penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Komunitas Hansamo yang beralamat di Bandung E-tronical Mall, Lantai 1, Blok I-3 Jl. Naripan No.89 Bandung. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah:

a. Berdasarkan pengamatan pada observasi awal bahwa di Kota Bandung terdapat komunitas bagi masyarakat Bandung yang tertarik terhadap budaya Korea.

b. Peneliti menjadi anggota di dalamnya dan sering mengikuti acara-acara yang dibuat oleh komunitas.

c. Adanya keterbukaan dari pihak komunitas terhadap penelitian yang akan dilaksanakan.

2. Subjek Penelitian

Menurut S. Nasution (1996 : 32), “Subjek penelitian adalah sumber yang dapat memberikan informasi, dipilih secara purposif dan pelaksanaannya sesuai

dengan purpose atau tujuan tertentu.” Penelitian ini dilaksanakan di Komunitas Hansamo Bandung dengan subjek penelitiannya sebagai sumber data yaitu satu orang pendiri Hansamo Bandung, tiga orang koordinator kelas/ divisi dan tiga anggota remaja aktif di Komunitas Hansamo Bandung.

Di dalam penelitian ini subjek penelitian adalah anggota remaja aktif Komunitas Hansamo Bandung sebanyak 80 orang dengan narasumber/subjek yang diteliti akan ditentukan langsung oleh peneliti berkaitan dengan masalah dan tujuan peneliti. Adapun narasumber anggota remaja aktif yang akan diwawancarai yakni satu orang dari setiap kelas/divisinya, peneliti memilih secara acak anggota remaja aktif tersebut dan tidak semua kelas/divisi yang dijadikan narasumber,


(26)

44

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sehingga jumlah keseluruhan anggota remaja aktif yang diwawancarai berjumlah tiga orang. Kemudian, data juga diperoleh dari seorang narasumber yang berasal dari pendiri Komunitas Hansamo dan koordinator kelas/divisi yang terdiri dari tiga orang.

Dalam penyebaran angket, peneliti mengambil 50% dari jumlah keseluruhan anggota remaja aktif sebanyak 80 orang sehingga subjek di dalam penelitian ini yakni sebanyak 40 orang. Pengambilan 40 orang ini diambil secara acak dari lima kelas/divisi dengan menggunakan teknik nonprobability sampling yakni dengan teknik sampling insidental.

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan di dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2012 : 15) penelitian kualitatif yaitu,

Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan

snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis

data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Berdasarkan pendapat di atas, alasan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif agar penulis mendapatkan pemahaman yang luas dan mendalam di dalam mendapatkan data yang diinginkan.

Selanjutnya, Nasution (Sugiyono, 2012 : 306) menyatakan,

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahka hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu,


(27)

45

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tidak ada piihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.

Sejalan dengan pendapat di atas, Sugiyono (2012 : 307) menyatakan “di dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara.”

Di dalam penelitian ini pada saat pengumpulan data, penulis tidak hanya menggunakan metode wawancara namun juga menggunakan angket yang akan dipersentasekan berupa nilai/angka agar datanya dapat dibuktikan kebenarannya secara keseluruhan. Oleh karena itu, selain menggunakan pendekatan kualitatif peneliti juga menggunakan pendekatan kuantitatif secara langsung peneliti menggunakan pendekatan metode mix design.

Sugiyono (2012 : 14) mendefinisikan bahwa,

Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tetentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Dalam penelitian kuantitatif sering dikenal dengan pengumpulan data dilakukan pada objek tertentu baik yang berbentuk populasi maupun sampel. Sugiyono (2012 : 117) “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Adapun populasi yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah anggota remaja aktif Komunitas Hansamo Bandung yang berjumlah 80 orang.


(28)

46

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Sugiyono (2012 : 118) “sampel diambil dari populasi yang betul-betul representatif (mewakili)”. Adapun pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik nonprobability sampling dengan teknik sampling insidental.

Menurut Sugiyono (2012 : 124) “teknik sampling insidental adalah teknik penentuan berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.” Peneliti mengambil sampel pada saat anggota remaja aktif di Komunitas Hansamo Bandung sedang mengikuti latihan pada kelasnya dan juga pada saat acara-acara yang diselenggarakan Komunitas Hansamo Bandung. Peneliti mengambil 50% dari jumlah populasi keseluruhan anggota remaja aktif sebanyak 80 orang sehingga sampel di dalam penelitian ini yakni sebanyak 40 orang dari seluruh kelas/divisi yang ada di komunitas Hansamo Bandung.

Cresswell menyatakan (2010 : 21), konsep untuk mencampur metode-metode yang berbeda ini pada hakikatnya muncul pada 1959 ketika Campbell dan Fisk menggunakan metode jamak (multimethods) dalam meneliti kebenaran watak-watak psikologis. Selanjutnya, Cresswell (2010 : 28) menjelaskan,

“Penelitian ini dapat dimulai dengan survei secara luas agar dapat dilakukan generalisasi terhadap hasil penelitian dari populasi yang telah ditentukan. Pada tahap selanjutnya, dilakukan wawancara kualitatif secara terbuka agar dapat mengumpulkan pandangan-pandangan dari partisipan.”

Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan strategi eksplanatori sekuensial, yang menurut Cresswell (2012 : 355) adalah metode penelitian campuran melibatkan fase pertama pengumpulan dan anaisis data kualitatif yang kemudian diikuti dengan pengumpulan dan analisis data kualitatif yang kemudian

KUAL KUAN

KUAL Pengumpu lan Data KUAL Analisis Data KUAN Pengumpu lan Data KUAN Analisis Data Interpretasi Keseluruhan Analisis


(29)

47

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diikuti dengan pengumpulan dan analisis data kuantitatif pada fase kedua, yang akan menghasilkan temuan dalam sebuah penelitian.

Gambar 3.1

Strategi Eksplanatori Sekuensial (b) Sumber: Creswell (2012: 314) 2. Metode Penelitian

Sugiyono (2012 : 3) secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Menurut Arikunto (2010 : 185),

Ditinjau dari lingkup wilayahnya, maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit, tetapi ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam dan membicarakan kemungkinan untuk memecahkan masalah yang aktual dengan mengumpulkan data, menyusun dan mengaplikasikannya dan menginterpretasikannya.

Selain itu, Endang Danial (2009 :63) menyatakan bahwa, “metode ini

dilakukan secara mendalam, berkali-kali dan melakukan interview, dialog observasi sampai pada akhirnya tidak menemukan informasi baru lagi.” Selanjutnya, Endang Danial (2009 : 63) yang mengemukakan bahwa

Metode studi kasus merupakan metode yang intensif dan teliti tentang pengungkapan latar belakang status, dan interaksi lingkungan terhadap individu, kelompok, intuisi dan komunitas masyarakat tertentu. Metode ini akan melahirkan prototipe atau karakteristik tertentu yang khas dari kajiannya.

Berdasarkan pendapat diatas, penulis menggunakan metode studi kasus karena penelitian ini memiliki khas dari kajiannya. Pada penelitian ini, peneliti


(30)

48

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengkaji masalah sikap nasionalisme remaja terhadap nilai Korean wave yang terjadi di Komunitas Hansamo Bandung dan ketika melakukan penelitian, peneliti lebih banyak observasi partisipasi yang dilakukan dengan subjek kajian sehingga, peneliti akan lebih banyak mendapatkan data dari setiap subjek kajian.

C. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik penelitian yang digunakan dalam proses pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Nasution (Sugiyono, 2012 : 310) menyatakan bahwa, “observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan

data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.”

Sedangkan, Marshall (Sugiyono, 2012 : 310) menyatakan bahwa, “melalui

observasi peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.”

Sanafiah Faisal (Sugiyono, 2012 : 310) mengklasifikasikan observasi menjadi:

a. Observasi Partisipatif (partisipant observation)

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak.

b. Observasi Terus Terang dan Tersamar (overt observation dan covert

observation)

Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. c. Observasi Tak Berstruktur (unstructured observation)

Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang di observasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati.


(31)

49

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan. Di dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data dengan menggunakan observasi partisipatif, dimana peneliti ikut terlibat di dalamnya dengan menjadi anggota Komunitas Hansamo dan mengikuti acara-acara yang diselenggarakan, sehingga suasana menjadi natural dan peneliti tidak terlihat sedang melakukan penelitian.

Adapun manfaat observasi menurut Patton (Sugiyono, 2012 : 313) yaitu: a. Dengan observasi lapangan peneliti akan lebih mampu memahami

konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.

b. Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak terpengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. c. Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau

tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap biasa dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.

d. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.

e. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang diluar persepsi responden, sehingga penelliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.

f. Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan data yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana situas sosial yang diteliti.

Obyek penelitian dalam penelitian kualitatif yang diobservasi menurut Spradley (Sugiyono, 2012: 314) dinamakan situasi sosial, yang terdiri atas tiga komponen yaitu:

a. Place, atau tempat dimana interaksi dalam situasi sosial sedang

berlangsung.

b. Actor, pelaku atau orang-orang yang sedang memainkan peran


(32)

50

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Activity, atau kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial

yang sedang berlangsung.

Place/ Tempat

Actor/ Orang Activity/ Aktivitas

Gambar 3.2

Situasi Sosial (Social Situation) Sumber: Sugiyono (2012 : 298)

2. Wawancara (interview)

Esterberg (Sugiyono, 2012 : 317) mendefinisikan bahwa, wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Selanjutnya, Susan Stainback (Sugiyono, 2012 : 318) menyatakan, dengan wawancara maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

Adapun macam-macam interview menurut Esterberg (Sugiyono, 2012 : 319), yaitu:

a. Wawancara Terstruktur (Structured Interview)

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan.

b. Wawancara Semiterstruktur (Semistructure Interview) Situasi


(33)

51

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya.

c. Wawancara Tak Berstruktur (Unstructured Interview)

Wawancara jenis ini adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

Wawancara dilakukan melalui proses tanya jawab lisan secara langsung

face to face kepada berbagai pihak, baik dengan pendiri komunitas, koordinator

kelas/divisi maupun terhadap anggota remaja aktif sebagai salah satu subjek penelitian di Komunitas Hansamo Bandung yang berkaitan dengan penelitian ini. Di dalam penelitian, peneliti menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur, serta benda lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar.

Adapun narasumber anggota remaja aktif yang diwawancarai yakni sebanyak satu orang dari setiap kelas/divisi, sehingga jumlah keseluruhan lima orang. Kemudian data juga diperoleh dari narasumber pendiri komunitas yang terdiri dari tiga orang, dan koordinator kelas/divisi yang terdiri tiga orang. Penentuan unit sampel dianggap telah memadai apabila telah sampai kepada taraf

redundancy‟ atau datanya telah jenuh. 3. Studi Dokumentasi

Sugiyono (2012 : 329) memaparkan, “studi dokumen merupakan

pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.”

Berkaitan dengan hal tersebut, Endang Danial (2009 : 79) menjelaskan bahwa:

“Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan sejumlah dokumen sebagai

bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data siswa, data penduduk, grafik, gambar, surat-surat, foto, akte dsb.”


(34)

52

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Data yang diperoleh melalui kajian dokumentasi ini dapat dipandang sebagai narasumber yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Data-data tersebut seperti data anggota Komunitas Hansamo Bandung, data fasilitas serta sarana dan prasarana yang dimiliki komunitas, pengolahan data yang diolah oleh peneliti, gambar-gambar penunjang dalam penelitian serta data-data lain yang menunjang dalam penelitian ini yang akan di dokumentasikan baik data tabel, gambar ataupun foto.

4. Studi Literatur

Endang Danial (2012 : 80) studi kepustakaan (literature) adalah

“penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku majalah, liflet, yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian.” Teknik ini memperkuat landasan peneliti serta melengkapi hasil penelitian yang peneliti lakukan.

Peneliti berusaha mencari data berupa pengertian-pengertian, teori-teori, penelitian terdahulu dan uraian-uraian yang dikemukakan oleh para ahli sebagai landasan teoritis, khususnya mengenai masalah-masalah yang relevan dengan penelitian ini.

5. Angket atau Kuesioner

Teknik pengumpulan data di dalam penelitian ini selain menggunakan wawancara, penelitian ini pun menggunakan teknik pengumpulan data berupa angket atau kuesioner. Untuk mendukung akurasi data dan hasil penelitian, maka peneliti menggunakan angket atau kuesioner di dalam penelitian ini. Angket di dalam penelitian ini akan disebarkan kepada anggota remaja aktif di Komunitas Hansamo Bandung.

Sugiyono (2012 : 199) mendefinsikan bahwa,

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.


(35)

53

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Angket dalam penelitian ini disebarkan kepada anggota remaja aktif di Komunitas Hansamo Bandung untuk memperoleh data mengenai sikap nasionalisme remaja terhadap transformasi nilai Korean wave. Adapun populasi yang menjadi subjek pada penelitian ini adalah anggota remaja aktif yang berjumlah 80 orang.

Selanjutnya, pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik nonprobability sampling yakni dengan teknik sampling insindental. Menurut Sugiyono (2012 : 124) “teknik sampling insidental adalah teknik

penentuan berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.”

Peneliti mengambil sampel berdasarkan anggota remaja aktif Komunitas Hansamo Bandung yang sedang melakukan latihan di setiap kelas/divisinya masing-masing dengan mengambil 50% dari jumlah keseluruhan anggota remaja aktif dari setiap kelas/divisinya yang akan mewakili (perwakilan) untuk mengisi angket yang akan disebarkan peneliti pada semua anggota remaja aktif Komunitas Hansamo Bandung, sehingga apabila dijumlahkan terdapat 40 orang yang menjadi sampel dalam penelitian ini, dan bila dipresentasekan peneliti mengambil 50% dari populasi subjek penelitian dari 80 menjadi 40 orang.

Adapun di dalam penelitian ini peneliti menggunakan skala pengukuran, skala likert. Sugiyono (2012 : 134) menjelaskan bahwa, “skala likert digunakan

untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang

tentang fenomena sosial.” Lebih lanjut, Sugiyono (2012 : 134) menuturkan bahwa,

“dengan skala likert, maka variabe yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator

variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.”

Tabel 3.1

Jumlah Pengisian Angket Pada Anggota Remaja Aktif di Komunitas Hansamo Bandung


(36)

54

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sampling Insindentel

Kelas/Divisi

Jumlah Responden Tiap

Kelas/Divisi

Responden Pengisian Angket Tiap Kelas/Divisi

Presentase

Hansamo

Traditional Dance

15 Orang 8 Orang 50 %

Hansamo Voice 10 Orang 5 Orang 50 %

Hansamo Modern

Dance 20 Orang 10 Orang 50 %

Hansamo Korean

Language Class 25 Orang 12 Orang 50 %

Evolution Bboys 10 Orang 5 Orang 50 %

= 80 Orang = 40 Orang % Responden = 50 % Sumber: Diolah oleh peneliti tahun 2014

6. Triangulasi

Triangulasi menurut Sugiyono (2012 : 330) adalah “teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber

data yang ada.”

Lebih lanjut Sugiyono (2012 : 330) membagi triangulasi atas dua jenis yakni sebagai berikut,

Trianggulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.

Observasi Partisipatif

Sumber Data Sama


(37)

55

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.3

Trianggulasi Teknik Pengumpulan Data (Bermacam-Macam Cara pada Sumber Yang Sama)

Sumber: Sugiyono (2012 : 331)

Gambar 3.4

Trianggulasi dengan Tiga Sumber Sumber: Gambar. Diolah peneliti tahn 2014

Dengan menggunakan teknik trianggulasi dalam pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas, dan pasti. Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan trianggulasi sebagai pengumpul data. Adapun trianggulasi yang digunakan adalah trianggulasi teknik.

D. Tahap Penelitian

1. Pra Penelitian

Wawancara Mendalam

Dokumentasi

Pendiri Komunitas Anggota Remaja Aktif


(38)

56

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam tahap ini peneliti, peneliti mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian di antaranya fokus permasalahan dan objek penelitian. Selanjutnya, peneliti mengajukan judul dan proposal skripsi sesuai dengan apa yang akan diteliti. Setelah proposal penelitian disetujui oleh pembimbing skripsi maka peneliti melakukan pra penelitian sebagai upaya menggali gambaran awal dari subjek dan lokasi penelitian.

2. Perizinan Penelitian

Perizinan penelitian ini bertujuan agar peneliti dapat dengan mudah melakukan penelitian sesuai dengan objek serta subjek penelitian. Adapun perizinan tersebut ditempuh dan dikeluarkan oleh:

a. Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian kepada Ketua Jurusan PKn FPIPS UPI untuk mendapatkan surat rekomendasi untuk disampaikan kepada Dekan FPIPS UPI melalui Pembantu Dekan I untuk mendapatkan surat rekomendasi dari Kepala BAAK UPI yang secara kelembagaan mengatur segala jenis urusan administratif dan akademis.

b. Dengan membawa surat rekomendasi dari UPI, peneliti meminta izin penelitian kepada ketua Komunitas Hansamo Bandung.

c. Setelah mendapat izin, kemudian peneliti melakukan penelitian di tempat yang telah ditentukan yaitu Komunitas Hansamo Bandung. 3. Pelaksanaan Penelitian

Tahap ini merupakan inti dari penelitian yang dilakukan, peneliti mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah disusun untuk memecahkan fokus masalah.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh peneliti adalah sebagai berikut: a. Menghubungi ketua Komunitas Hansamo Bandung untuk meminta

informasi dan meminta izin melaksanakan penelitian.

b. Mendatangi anggota remaja aktif di setiap kelasnya sebagai subjek penelitian untuk diwawancarai.


(39)

57

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Membuat catatan yang diperlukan dan dianggap penting yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

4. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperlukan melalui penelitian, diolah sesuai susunan kebutuhan penelitian dari informasi yang telah dikumpulkan. Setelah itu, dilakukan analisis data untuk mencari kebenaran dalam menjawab fokus masalah.

5. Penyusunan Laporan

Tahap ini peneliti menggabungkan seluruh bagian/bab penelitian yang telah ditulis peneliti, sehingga penelitian ini akan dapat dipertanggungjawabkan peneliti dalam sebuah sidang ujian skripsi.

E. Tahap Pengelolaan dan Analisis Data

Pengelolaan dan analisis data merupakan suatu langkah penting dalam penelitian, karena memberikan makna terhadap data yang dikumpulkan oleh peneliti. Dala penelitian ini, pengelolaan dan analisis data akan dilakukan melalui proses menyusun, mengkategorikan, mencari kaitan isi dari berbagai data yang diperoleh dengan maksud untuk mendapatkan maknanya dan disesuaikan dengan kajian penelitian.

Sugiyono (2012 : 335) mengemukakan bahwa,

Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012 : 337) terdapat tiga alur kegiatan yang terjadi di dalam analisis data yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan pengambilan kesimpulan (conclusion drawing/


(40)

58

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berikut ini adalah komponen-komponen pada analisis data selama di lapangan menurut Miles dan Huberman:

Gambar 3.5

Komponen-komponen Analisis Data

Sumber: Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012 : 337)

Dengan mengacu pendapat di atas, maka proses analis data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Sugiyono (2012 : 338) “mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal-hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti melakukan

pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.”

Data yang telah didapatkan dan terkumpul dikelompokkan dan dikategorikan sesuai pola berdasarkan rumusan maslah yang telah dibuat oleh peneliti.

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian Data

Reduksi Data Kesimpulan:

Penarikan/Verifikasi Pengumpulan


(41)

59

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penyajian data atau display data adalah sekumpulan informasi yang akan memberikan gambaran penelitian secara menyeluruh. Penyajian data dilakukan dalam dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Di dalam penelitian kualitatif penyajian data ditulis dengan teks yang bersifat naratif.

Penyajian data merupakan hasil dari wawancara dengan anggota remaja aktif di Komunitas Hansamo Bandung, hasil observasi lapangan, dan dokumentasi. Dari keseluruhan data yang telah di dapat, dipahami satu per satu kemudian disatukan sesuai rumusna masalah.

3. Pengambilan Kesimpulan (Conclusion Drawing/ Verification)

Kesimpulan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan mencari arti, makna, penjelasan yang dilakukan terhadap data yang telah dianalisis dengan mencari hal-hal penting. Kesimpulan ini disusun dalam bentuk pernyataan singkat tentang bagaimana transformasi nilai Korean wave terhadap sikap nasionalisme remaja dengan mengacu kepada tujuan penelitian.

Adapun di dalam pengolahan data angket, peneliti menggunakan rumus statistik sederhana. Adapun pengukuran dapat dipresentasekan ke dalam rumus sebagai berikut:

Rumus 3.1 Menentukan Presentase Sumber: Ali (Kusmiati, 2004 : 81) P = Persentase jawaban

F = Frekuensi jawaban responden N = Jumlah seluruh responden


(42)

60

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

100% = Bilangan tetap

Untuk proses penyimpulan dari data kuantitatif, maka untuk menentukan penilaian terhadap data kuantitatif yang diperoleh, diterapkan ktiteria penilaian sebagai berikut:

Rumus 3.2 Penafsiran Presentase

Sumber: Suryadi (Kusmiati, 2004 : 81)

Dengan demikian, digunakannya angket sebagai salah satu teknik pengumpulan data pada penelitian ini, dimaksudkan agar data yang diperoleh dari lapangan menjadi lebih akurat dalam bentuk presentase.

0% = Ditafsirkan tidak ada 1% - 24% = Ditafsirkan sebagian kecil 25% - 49% = Ditafsirkan hampir setengahnya 50% - 74% = Ditafsirkan hampir seluruhnya 75% - 100% = Ditafsirkan seluruhnya


(43)

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, peneliti menyimpulkan hasil penelitian berdasarkan analisis dan pengolahan data, serta hasil temuan yang diperoleh dari penelitian yang dilaksanakan di Komunitas Hansamo Bandung mengenai transformasi nilai Korea

wave terhadap sikap nasionalisme remaja. Selain itu, peneliti juga memberikan

beberapa saran yang memungkinkan kepada pihak-pihak terkait yang berkepentingan dengan hasil penelitian ini.

A. Kesimpulan

Secara keseluruhan diketahui bahwa transformasi nilai Korean wave terhadap sikap nasionalisme remaja di Komunitas Hansamo Bandung tidak mengalami perubahan kepada sikap-sikap yang menunjukan mengurangnya sikap nasionalisme remaja terhadap negaranya Indonesia. Hal ini dapat diketahui sebagai berikut.

1. Faktor-faktor yang membuat Korean wave diterima oleh remaja di Komunitas Hansamo Bandung yaitu negara Korea memiliki budaya yang unik, menarik dan memiliki ciri khas. Selain itu, terdapat nilai-nilai positif budaya Korea yang dapat diadaptasi dalam kehidupan sehari-hari seperti orang Korea sangat menghormati orang yang lebih tua, tata krama yang masih terjaga, bekerja keras di dalam mendapatkan yang diinginkan, dan sangat bangga terhadap negaranya. Korean wave juga dapat diterima oleh remaja dikarenakan Korean

wave mudah mengikuti perkembangan jaman dan peradaban saat ini tanpa

menghilangkan ciri khas Korea itu sendiri.

Berdasarkan hasil penelitian, remaja dapat menerima Korean wave di Indonesia dikarenakan beberapa faktor yaitu drama Korea, musik K-Pop, bahasa dan tulisan Korea yang unik, kuliner Korea, penampilan/style Korea, produk Korea (gadget), dan tari tradisional Korea.


(44)

164

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Persepsi remaja di Komunitas Hansamo Bandung mengenai adanya Korean

wave yang masuk ke Indonesia yaitu terdapat hal positif dari adanya Korean wave di Indonesia yaitu warga negara Indonesia dapat mencontoh

keberhasilan masyarakat Korea dan pemerintah Korea di dalam menyebarluaskan dan mempromosikan kebudayaan Korea ke berbagai negara di dunia. Selain itu, dengan adanya konser-konser musik K-Pop di Indonesia membuat remaja di Komunitas Hansamo Bandung menjadi lebih konsumtif untuk membeli tiket konser dan merchandise K-Pop. Gaya idola dari segi penampilan pun diikuti oleh para remaja saat ini walaupun tetap terlihat sopan sesuai dengan budaya berpakaian Indonesia.

3. Perbedaan sikap nasionalisme yang dimiliki oleh remaja di Komunitas sebelum dan setelah masuknya Korean wave, sikap nasionalisme yang dimiliki remaja dirasa tidak berkurang akibat masuknya Korean wave ini dikarenakan remaja masih menunjukan sikap nasionalismenya kepada Indonesia yang ditunjukan di dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, terdapat perubahan perilaku dalam pemilihan gaya berpakaian, gadget, dan produk kosmetik, kemudian remaja merasakan bahwa terdapat nilai-nilai budaya yang luntur akibat adanya Korean wave seperti remaja yang lebih sering meng-cover lagu dan tarian Korea, sehingga membuat remaja tidak menyadari bahwa Indonesia memiliki kebudayaan yang beraneka ragam. 4. Peran remaja di Komunitas Hansamo Bandung di dalam mendukung hasil

karya Indonesia di tengah masuknya Korean wave yaitu dengan selalu mempromosikan kebudayaan Indonesia kepada teman-teman asing (Korea) dan selalu menggunakan produk-produk Indonesia seperti senang menggunakan batik dan kain-kain tradisional yang memiliki ciri khas dari setiap daerahnya. Dengan adanya girlband dan boyband di Indonesia pun sangat didukung oleh remaja karena dapat menambah warna musik di Indonesia, tetapi remaja menyayangkan girlband dan boyband Indonesia yang meniru girlband dan boyband luar negeri (Korea).


(1)

167

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti mengenai sikap nasionalisme remaja di tengah masuknya budaya asing, diharapkan dapat menggali kembali fenomena apa saja yang sedang terjadi di kalangan remaja yang dikhawatirkan dapat melunturkan sikap nasionalisme remaja dan juga mengadaptasi nilai-nilai yang tidak sesuai dengan nilai moral yang didapat dari budaya asing tersebut.


(2)

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

1. Sumber Buku

Abdulkarim, Aim. (2004). Kewarganegaraan SMP Kelas VIII. Bandung: Grafindo Media Pratama.

Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. (2009). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Aw, Suranto. (2010). Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu. Azizy, A. Qadri. (2004). Melawan Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azra, Azyumardi. (2006). Pancasila dan Identitas Nasional Indonesia; Perspektif

Multikulturalisme. Dalam Restorasi Pancasila; Mendamaikan Politik Identitas dan Modernitas. Bogor: Brighten Press.

Azwar, Saifuddin. (1995). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Budiyanto. (2004). Kewarganegaraan Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga Creswell, W.J. (2012). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan

Mix. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Danial, E. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Labolatorium Pendidikan Kewarganegaraan.

Dariyo, Agoes. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia.

Depdikbud. (1996). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka. Elmubarok, Zaim. (2009). Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta Effendi, Ridwan dan Elly Malihah. (2011). Panduan Kuliah Pendidikan

Lingkungan, Sosial, Budaya, dan Teknologi. Bandung: CV. Maulana Media Grafika.


(3)

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Friedman.S.Howard. (2006).Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern.Jakarta: Erlangga.

Gerungan. W. A. (2006). Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Hanurawan, Fattah. (2010). Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Herimanto dan Winarno. (2010). Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Kalidjernih, Freddy K. (2011). Puspa Ragam Konsep dan Isu Kewarganegaraan. Bandung: Widya Aksara Press.

Kusmiati, M. (2004). Peranan Tata Tertib Asrama Dam Menumbuhkan Perilaku Disiplin Siswa di Sekolah. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Lan, Thung Ju dan Azzam Manan. (2011). Nasionalisme dan Ketahanan Budaya di Indonesia Sebuah Tantangan. Jakarta: LIPI Press

LN, Syamsu Yusuf. (2010). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mahpudz, Asep. (2006). Wawasan Nusantara: Landasan Pembinaan Nasionalisme Indonesia dan Pendidikan Kewarganegaraan. Dalam Pendidikan Nilai dan Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Labolatorium PKn FPIPS UPI.

Mar’at, Samsunuwiyati. (2012) Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mariati. (2012). Transformasi Nilai Adat Minangkabau Melalui Pembelajaran PKn Dalam Membangun Karakter Bangsa. Disertasi Doktor pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Martono, Nanang. (2012). Sosiologi Perubahan Sosial. Bandung: PT. Raja Grafindo Persada.

Mudyahardjo, Redja. (2001). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers Mulyana, Rohmat (2011). Mengartikulaskan Penididikan Nilai. Bandung:


(4)

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nurihsan, A. Juantika dan Mubiar Agustin. (2011). Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja Tinjauan Psikologi, Pendidikan, dan Bimbingan. Bandung: PT Refika Aditama.

Notosusanto, Nugroho. (1979). Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: New Aqua Press

Purwoko, D. (2002). “Dari Bung Karno ke Megawati”, dalam Megawati

Soekarno Putri Presiden Republik Indonesia. Depok: PT. Rumpun Dia. Purwanto. (1994). Nasionalisme. Terate

Rasjidi, H. M. (1980). Strategi Kebudayaan dan Pembaharuan Pendidikan Nasional. Jakarta: Bulan Bintang.

S. Nasution, (1996). Metode Reseach. Bandung: Bumi Aksara.

Santoso, Slamet. (2010). Teori-Teori Psikologi Sosial. Bandung : PT Refika Aditama.

Santrock, John W. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Smith Anthony, D. (2003). Nasionalisme Teori, Ideologi, Sejarah. Jakarta: Erlangga.

Soekanto, Soerjono (2012). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. Soelaeman, Munandar. (1992). Ilmu Budaya Dasar Suatu Pengantar. Bandung:

PT. Eresco

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sujanto, Agus. dkk. (2009). Psikologi Kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara.

Sujarwa. (2011). Ilmu Sosial & Budaya Dasar Manusia dan Fenomena Sosial Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suteng, Bambang. (2002). Pendidikan Kewarganegaraan kelas X. Jakarta: Erlangga.

Sutrisno, Slamet. (2006). Filsafat dan Ideologi Pancasila. Yogyakarta: CV Andi Offset.


(5)

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Syamsuddin Makmun, Abin. (2003). Psikologi Kependidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Makmun, Abin Syamsuddin. (2003). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

W. Syam, Nina. (2012). Psikologi Sosial Sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Widjaja, H.A.W. (2004). Penerapan Nilai-Nilai Pancasila & HAM di Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta

Willis, Sofyan S. (2010). Remaja & Permasalahannya. Bandung: Alfabeta

Wuryan, Sri dan Syaifullah. (2008). Ilmu Kewarganegaraan (Civic). Bandung: Labolatorium Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan PKn FPIPS UPI

Yusuf LN, Syamsu. (2005). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

2. Sumber Peraturan Perundang-undangan

Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 3. Sumber Lain

Dwirezanti, Adina. (2012). Budaya Populer Sebagai Alat Diplomasi Publik: Analisa Peran Korean Wave Dalam Diplomasi Publik Korea Periode 2005-2010. Skripsi Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik UI Depok: tidak diterbitkan.

Huang, Xiaowei. (2009). “Asian Social Science”. Korean Wave The Popular Culture, Comes as Both Cultural and Economic Imperialism in The East Asia. 5, (8), 123-130.Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Ilmu Antopologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Khaerunnisa, Rina. (2011). “Dampak Modernisasi Terhadap Akulturasi Budaya”. [Online]. (http://rinakhaa.wordpress.com/2011/05/24/dampak-modernisasi-terhadap-alkuturasi-budaya/ diakses tanggal 13 April 2014)


(6)

Deby Eka Franssiska, 2014

Tranformasi Nilai Korean Wave Terhadap Sikap Nasionalisme Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Park Soo Ok (2009).’Anti Hallyu and Media Nationalism in Japan’ <일본의

혐한류와 미디어내셔널리즘: 2Ch 와 일본 4 대 일간지를중심 으로>',

Disertasi. Kookmin University. Graduate School of International Studies Pikoli, Alfian Putra, 2013, Korean Wave Transendensi Kebudayaan, [Online],

(http://voice-of-alf.blogspot.com/2013/01/korean-wave-transendensi-kebudayaan.html, diakses tanggal 20 Februari 2013)

________________, 2013, “Mimpi Buruk” Nasionalisme di Balik Layar Merah Putih, [Online], (http://voice-of-alf.blogspot.com/2013/01/mimpi-buruk-nasionalisme-di-balik-layar.html, diakses tanggal 20 Februari 2013)

Ristanty, Ditta. (2013). Pengaruh Globalisasi Terhadap Sikap Nasionalisme di Kalangan Generasi Muda SMA Negeri 1 Kuningan. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Rizka, Ambarwati, 2012, Hallyu with Nasionalisme, [Online], (http://richanwolrd.blogspot.com/2012/01/hallyu-with-nasionalisme.html, diakses tanggal 9 Januari 2013)

Sari, Dwi Kencana. (2010). Suatu Kajian Upaya Pengembangan Sikap Nasionalisme Siswa Melalui Pendidikan Kewarganegaraan di Era Globalisasi (Studi Deskriptif di SMA BPI 2 Bandung). Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sue, Jin Lee. (2011). The Korean Wave: The Seoul of Asia. 2, (1), 85-93.

Nugroho, Suray Agung, (Anti) K-Pop, Norma Agama, dan Nasionalisme?, [Pdf], (http://www.academia.edu/2358158/_Anti_KPop_Norma_Agama_dan_Nasi onalisme, diakses tanggal 28 Desember 2013)

http://musik.kapanlagi.com/ http://oase.kompas.com/