Pengaruh tayangan korean wave Di internet terhadap perilaku komunitas Korean beloved addict (KBA)

(1)

KOREAN BELOVED ADDICT (KBA)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

ISNI RAHMAWATI

NIM: 109051000174

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014 M/1435 H


(2)

KOREAN BELOVED ADDICT (KBA)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Isni Rahmawati

NIM: 109051000174

Pembimbing:

Hj. Nunung Khairiyah, MA

NIP. 19730252 007012 018

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014 M / 1435 H


(3)

Skripsi berjudul Pengaruh Tayangan Korean Wave di Internet Terhadap Perilaku Komunitas Korean Beloved Addict (KBA) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 7 mei 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 7 Mei 2014 Sidang Munaqasyah

Ketua Sekertaris

Drs. Jumroni, M.Si Umi Musyarrofah, MA

NIP. 19630515 199203 1 006 NIP. 19710816 199703 2 002 Anggota

Penguji I Penguji II

Ade Masturi, MA Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA

NIP. 19750606 200710 1 001 NIP. 19710412 200003 2 001 Pembimbing

Hj. Nunung Khairiyah, MA


(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 27 April 2014


(5)

i

Isni Rahmawati

Pengaruh Tayangan Korean Wave di Internet Terhadap Perilaku Komunitas

Korean Beloved Addict (KBA)

Media massa memegang peran penting dalam perkembangan suatu gejala sosial. Perkembangan gejala sosial tersebut juga tidak terlepas dari khalayak yang menggemarinya. Khalayak seakan terbawa pada setiap keindahan yang ditampilkan media. Begitu pun halnya dengan Korean wave, apapun yang ditampilkan media tentang Korean wave terlihat menarik untuk dicoba dan ditiru. Korean wave adalah gelombang budaya, musik, film dan segala sesuatu tentang Korea yang menyebar ke negara-negara lain termasuk Indonesia.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu, Bagaimana pengaruh tayangan Korean wave di internet terhadap perilaku imitasi anggota komunitas Korean Beloved Addict? Apakah faktor dominan yang memunculkan perilaku imitasi anggota komunitas Korean Beloved Addict (KBA) akibat Korean wave?

Penelitian ini menggunakan metode analisis data deskriptif kuantitatif dengan jenis penelitian survei. Data yang diperoleh menggunakan kuesioner yang kemudian dilakukan pengujian analisis uji regresi linear berganda, uji korelasi pearson, dan uji T-test dengan menggunakan software SPSS 20.0 for windows release.

Berdasarkan hasil penelitian, tayangan Korean wave di internet memiliki hubungan yang positif terhadap perilaku imitasi komunitas Korean Beloved Addict (KBA) meskipun tidak signifikan. Hasil regresi linear berganda menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,658 sedangkan koefisien determinan R Square = 0,433 berarti variabel tayangan Korean wave di internet memengaruhi perilaku imitasi sebesar 43,3% dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar model yang digunakan peneliti.


(6)

ii

Syukur alhamdulillah peneliti ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah-Nya serta limpahan anugerah yang tak terhitung Peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Tayangan Korean Wave di Internet Terhadap Perilaku Komunitas Korean Beloved Addict (KBA)” dengan baik.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW, yang telah memberikan teladan yang baik kepada seluruh umat manusia.

Peneliti ingin berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi dan mengajarkan peneliti banyak hal. Ucapan terimakasih tersebut terutama penulis haturkan bagi:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Bapak Dr. Suprapto, M.Ed, M.A, selaku Wakil Dekan I, Bapak Drs. Jumroni, M.Si selaku Wakil Dekan II, dan juga Bapak Drs Sunandar, M.Ag selaku Wakil Dekan III.

2. Bapak Rachmat Baihaky, M.A, selaku Ketua Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, dan Ibu Hj. Umi Musyarrofah, M.A, selaku Sekertaris Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

3. Ibu Hj. Nunung Khairiyah, M.A, selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan masukan-masukan dalam penulisan skripsi ini.


(7)

iii

para Dosen dibalas dengan pahala yang tak terhingga.

5. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu peneliti dalam hal administrasi selama perkuliahan dan penelitian skripsi ini.

6. Kepada Ayahanda tercinta Giman Soitomo (Alm) dan Ibunda tercinta Tarti, terima kasih atas dukungan dan kepercayaannya peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini dengan semangat. Kiranya peneliti tidak bisa membalas rasa cinta mereka dengan karya apapun, tetapi peneliti yakin dengan selesainya tugas akhir ini bisa membuat mereka bangga terhadap peneliti.

7. Pada kakak-kakak dan keponakan-keponakan yang selalu memberikan warna tersendiri di saat peneliti sedang jenuh.

8. Sahabat yang selalu rela menyempatkan waktu untuk berbagi ilmu dan tidak pernah lelah memberikan semangat selama penyusunan skripsi ini, Fitri Mutiara, Nur Afifah, Revina Septhiani, Putu Ameliana, Azzaningtyas Auliani, Romys Binekasri.

9. Teman-teman angkatan 2009 khususnya KPI E, Hernisya, Ahmad Hudallah Salam, Sita Mawarni, Dwi Pranata, Farwah Assegaf, Yusli Anggriyawan, Lela Muspita, dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu per satu. 10. KKN Cerdas Aktif Sosial 2012, M. Ulul Azmi, Aprilia Safitri, Dhanni

Azijaya, M. Khariswan, M. Dermawan, Meta Yunita, Rachmawaty Landjar, dan lainnya.


(8)

iv

Pada akhirnya dengan ketidaksempurnaan ini, peneliti berharap semoga karya sederhana ini dapat berguna bagi peneliti dan pembaca. Dan semoga Allah SWT membalas jasa baik yang telah diberikan dari berbagai pihak kepada peneliti selama pembuatan skripsi ini, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Aamiin yarabbal alaamiin.

Jakarta, 27 April 2014


(9)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah ... 7

2. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian 1. Segi Akademis ... 8

2. Segi Praktis ... 8

E. Kerangka Pemikiran ... 8

F. Pengajuan Hipotesis Penelitian ... 9

G. Tinjauan Pustaka ... 10

H. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II LANDASAN TEORI A. Komunikasi 1. Komunikasi Massa ... 13

2. Unsur-Unsur Komunikasi Massa ... 13

3. Efek Komunikasi Massa ... 16

B. Konsep Pengaruh ... 17

C. Konsep Media Internet 1. Pengertian Media ... 18


(10)

vi

D. Teori Uses and Effect ... 23

E. Perilaku ... 25

F. Teori Proses Belajar Sosial ... 25

G. Perilaku Imitasi 1. Pengertian Perilaku Imitasi ... 27

2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Imitasi ... 29

3. Indikator Perilaku Imitasi ... 30

H. Pengertian Akhlak ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 33

B. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 34

C. Populasi Dan Sampel 1. Populasi ... 34

2. Sampel ... 34

D. Variabel Penelitian ... 36

E. Definisi Operasional ... 37

F. Metode Pengumpulan Data ... 38

G. Etika Penelitian ... 40

H. Validitas Dan Reabilitas 1. Validitas ... 41

2. Reabilitas ... 41

I. Pengolahan Data ... 43

J. Metode Analisa Data ... 44

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Globalisasi Budaya ... 50

2. Media dalam Budaya ... 50


(11)

vii

6. Komunitas Korean Beloved Addict (KBA) ... 54 B. Analisa Data Lapangan ... 58 C. Analisa Data Penelitian ... 63

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 68 B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70


(12)

viii

Tabel 1 Kerangka Pemikiran ... 8

Tabel 2 Definisi Operasional ... 38

Tabel 3 Tingkat reliabel berdasarkan nilai alpha ... 42

Tabel 4 Skala Likert ... 44

Tabel 5 Nilai Koefisien ... 45

Tabel 6 Lamanya Responden Mengakses Korea ... 58

Tabel 7 Frekuensi Responden Mengakses Situs Kshowonline.com ... 58

Tabel 8 Atensi Responden Mengakses Situs Kshowonline.com ... 59


(13)

ix


(14)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman tidak lepas dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa banyak perubahan kepada masyarakat, baik dalam cara berpikir maupun tingkah laku. Kemajuan yang telah dicapai manusia telah dapat melahirkan media yang sanggup menjangkau seluruh komponen manusia yang heterogen dan lokasi yang berbeda hingga pelosok bumi ini. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan ini adalah realitas yang harus dihadapi oleh manusia.

Salah satu penyebabnya adalah jangkauan pemberitaan media yang semakin mendunia. Setiap orang, kini, dapat dengan mudah mengakses informasi yang diinginkan dari berbagai media. Peristiwa yang terjadi di berbagai belahan dunia secara cepat dapat diketahui oleh siapapun dan di mana pun ia berada. Informasi yang ada sangat terbuka dan dapat diakses oleh semua orang serta tidak ada lagi batas waktu dan tempat.

Sebagaimana yang dikutip oleh Wawan Kusnadi dalam majalah Analisis yang diterbitkan oleh CSIS, Abdul Muis mengatakan bahwa “Kemajuan teknologi dan informasi melahirkan keanekaragaman saluran (media) yang semakin lama semakin canggih serta dapat memungkinkan dalam berbagai macam kejadian.”1

1

Wawan Kusnadi, Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Media TV, (Jakarta: Rineka Putra, 1996), cet. 1, h. 2.


(15)

Media yang dimaksud adalah media massa yang mempunyai karakteristik dan memiliki kemampuan dalam menarik perhatian khalayaknya secara serempak (simultaneous) dan serentak (instantaneous). Maka sesuai dengan sifatnya yang digunakan sebagai penyampai pesan-pesan komunikasi massa, media massa harus benar-benar mendapatkan perhatian dan pengawasan lebih, karena hal ini bersangkutan dengan khalayak yang akan diterpa media tersebut.2

Perkembangan media massa sebagai sarana informasi di Indonesia, tidak terlepas dari jalannya perkembangan dan perubahan zaman di segala sektor kehidupan masyarakat. Media massa, pada hakikatnya berupaya memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dan kritis dalam menyoroti berbagai persoalan yang terjadi di masyarakat.

Media massa tersebut dapat berupa media cetak maupun elektronik. Di mana fungsi dari media massa tersebut yaitu menyampaikan pesan-pesan yang dimiliki media kepada khalayak, baik berupa informasi maupun hiburan semata.

Fungsi media massa sebagai informasi bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang segala sesuatu tanpa mengenal adanya jarak, ruang, dan waktu. Media massa menghilangkan batas-batas pemisah antar negara yang memungkinkan terjadinya keseragaman budaya di seluruh dunia. Suatu kebudayaan dalam suatu negara budaya dapat diketahui, disukai bahkan diterapkan oleh masyarakat dari negara lain.

2

Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004), h. 39


(16)

Salah satu contoh fungsi media massa sebagai media hiburan yang saat ini sedang marak di kalangan masyarakat Indonesia ialah Budaya pop Korea. Budaya pop Korea adalah budaya Korea yang ringan dan dikemas secara menarik yang disebarkan melalui media massa. Hal ini terbukti dengan banyaknya drama Korea (K-drama) dan musik pop Korea (K-pop) yang mulai bermunculan di media massa Indonesia. Perkembangan drama Korea dan musik pop Korea yang sedang melanda Indonesia ini dikenal dengan istilah Korean wave atau Hallyu.

Korean wave adalah gelombang budaya, musik, film dan segala sesuatu tentang Korea yang menyebar ke negara-negara lain termasuk Indonesia. Negara yang beribukota di Seoul ini mampu menggebrak dunia di abad ke-21 ini melalui dunia entertainment dengan Korean wave nya.3

Drama Korea drama), musik pop Korea pop), olahraga (K-sports), fashion (K-fashion), seni rupa merupakan produk-produk budaya pop yang ditawarkan oleh Korea Selatan. Keberhasilan merebaknya budaya Korea di beberapa negara di dunia tidak lepas dari peran media massa.

Media massa (baik cetak maupun elektronik) memegang peran penting dalam perkembangan Korean wave. Rutinnya media massa memberitakan tentang budaya Korea merupakan salah satu alasan berkembangnya budaya Korea di Indonesia.

Televisi merupakan media elektronik yang paling mudah dijangkau dan diminati oleh semua kalangan dan semua umur, dan memberikan pengaruh besar terhadap pengetahuan, motivasi, serta perilaku penontonnya. Kekuatan

3

Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia, (Yogyakarta: INAKOS bekerja sama dengan Pusat Studi Korea Universitas Gajah Mada, 2012), cet. 1, h. 154


(17)

audiovisual yang dimiliki televisi mampu menyentuh jiwa khalayak, sehingga mereka yang menyaksikan drama Korea seperti terbawa dalam perasaan setiap peran yang ditampilkan dalam drama tersebut.

Tidak seperti televisi yang bersifat audiovisual, radio juga mampu menyebarkan budaya Korea di masyarakat. Walaupun hanya berupa suara (audio), radio mampu menyebarkan budaya Korea dengan cara memutar musik pop Korea (K-pop). Seperti yang kita ketahui, boyband dan girlband Korea cukup diminati khalayak di Indonesia. Berkembangnya K-pop di berbagai belahan dunia juga merupakan pencetus lahirnya boyband dan girlband di Indonesia.

Media cetak seperti majalah, koran, dan tabloid juga turut berperan dalam perkembangan Korean wave di Indonesia walaupun kemampuannya dalam memengaruhi khalayak tidak sebesar televisi, radio, dan internet. Cara media cetak menyebarkan Korean wave di Indonesia yaitu dengan memberitakan hal baru mengenai artis-artis Korea yang dikemas secara menarik. Media cetak ini membantu memberikan informasi bagi mereka yang wilayahnya tidak terjangkau internet.

Media massa elektronik yang juga tidak kalah penting dalam perkembangan Korean wave adalah internet. Melalui internet, informasi mengenai suatu peristiwa tertentu dapat ditransmisikan secara langsung, sehingga membuatnya menjadi suatu peranti meriah yang sangat efektif. Banyak sekali forum yang tersedia untuk tujuan istimewa ini. Hal ini


(18)

dikarenakan internet sebagai perkakas sempurna untuk menyiagakan dan mengumpulkan sejumlah besar orang secara elektronis.4

Internet melengkapi keingintahuan khalayak yang berlebih mengenai Korean wave. Melalui situs-situs resmi perusahaan entertainment Korea, situs jejaring sosial, serta blog-blog mengenai Korea merupakan sarana paling mudah dan cepat menyebarnya Korean wave secara Internasional. Beragamnya informasi yang disajikan internet mengenai Korean wave menjadikan khalayak aktif dalam mencari informasi yang dibutuhkannya.

Antusias khalayak Indonesia yang cukup besar terhadap Korean wave menyebabkan negara yang terkenal dengan sebutan negeri gingseng tersebut semakin gencar dalam menyebarkan virus Korean wave di Indonesia.

Seperti gejala sosial lain yang ditampilkan media, Korean wave juga memiliki efek tertentu bagi khalayak. Efek yang ditimbulkan pun berbeda-beda pada setiap khalayak. Efek tersebut dapat berupa efek kognitif, efek afektif, ataupun efek behavioral.

Efek Korean wave dapat dilihat dari semakin banyak restoran yang menyajikan makanan khas Korea, banyak bermunculannya online shop yang menjual mode baju Korea, dan yang tidak kalah menarik banyak produk kecantikan yang beredar yang menjanjikan kecantikan layaknya orang Korea.

Perilaku yang timbul akibat Korean wave pun bermacam-macam dan berbeda-beda pada setiap orang. Perilaku-perilaku tersebut diantaranya yaitu seperti, belajar bahasa Korea Selatan (Hangul), aktif mengikuti festival-festival Korea Selatan yang diadakan di Indonesia sehingga dapat menambah

4


(19)

pengetahuan budaya, mewarnai rambut seperti idolanya, menyukai kuliner khas Korea Selatan, menggunakan mode baju Korea Selatan, dan masih banyak lagi perilaku yang ditimbulkan Korean wave.

Dari kegemaran khalayak pada Korean wave secara tidak langsung mengubah pola perilaku masyarakat Indonesia, khususnya kalangan muda. Kalangan muda mudah terbius dengan apa yang ditampilkan media sehingga apa yang ditampilkan media mengenai Korea Selatan terlihat menarik di mata penikmat Korea.

Mahasiswa sebagai bagian dari kalangan muda dan terpelajar pada umumnya dianggap memiliki akses lebih banyak terhadap media dibandingkan masyarakat biasa. Mahasiswa dianggap sebagai khalayak yang cukup aktif menggunakan berbagai media massa. Mahasiswa secara aktif dapat mengakses berbagai hal mengenai Korean wave melalui media massa yang ada.

Dari sifat aktif yang dimiliki mahasiswa terhadap penggunaan media massa tersebut, timbul sebuah pertanyaan, apakah mahasiswa yang notabene dapat mengkritisi, memilih dan memilah dapat terpengaruh akan perilaku yang timbul akibat Korean wave?

Pertanyaan di atas merupakan alasan mengapa peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Tayangan Korean Wave di Internet Terhadap Perilaku Komunitas Korean Beloved Addict (KBA).


(20)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Banyak hal yang dapat diteliti mengenai Korean wave, namun dalam penelitian ini, peneliti membatasi penelitian pada pengaruh situs Kshowonline.com terhadap perilaku imitasi mahasiswa, dan mahasiswa yang dijadikan batasan dalam penelitian ini yaitu sebuah komunitas pecinta Korea yang ada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Korean Beloved Addict (KBA).

2. Perumusan Masalah

Dari batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1) Bagaimana pengaruh situs Kshowonline.com terhadap perilaku imitasi anggota komunitas Korean Beloved Addict (KBA)?

2) Apakah faktor dominan yang memunculkan perilaku imitasi anggota komunitas Korean Beloved Addict (KBA) akibat terpaan situs KBS?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai judul pada penelitian ini, maka tujuan dilakukannya penelitian yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh situs Kshowonline.com terhadap perilaku imitasi anggota komunitas Korean Beloved Addict (KBA) dan mengetahui faktor apa saja yang memengaruhi timbulnya perilaku imitasi.


(21)

D. Manfaat Penelitian

1. Segi Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan pengetahuan yang memadai kepada pembaca, khususnya dalam mata kuliah Ilmu Komunikasi, yaitu sebagai pembuktian bahwa media massa cukup berperan dalam mengubah perilaku seseorang.

2. Segi Praktis

Hasil penelitian ini juga diharapkan sebagai wadah pengevaluasian diri dalam menyikapi permasalahan sosial yang hadir dalam kehidupan sehari-hari, yaitu untuk mengetahui dampak positif dan negatif yang timbul dari sebuah gejala sosial.

E. Kerangka Pemikiran

Adapun kerangka pemikiran yang digunakan peneliti dalam merumuskan masalah ini adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Kerangka Pemikiran

Perilaku imitasi

Variabel Y Tayangan Korean wave

di Internet Variabel X


(22)

Media massa baik cetak maupun elektronik termasuk internet merupakan agen sosialisasi yang mudah digunakan dalam masyarakat saat ini. kebutuhan khalayak akan informasi menjadikan media massa semakin berkembang. Hasil dari terpaan media berdampak pada perubahan kognitif, afektif, dan behavioral khalayaknya.

Begitupun dengan Korean wave, salah satu gejala sosial ini juga memiliki dampak bagi khalayak yang menggemarinya, yaitu berupa perilaku imitasi atau meniru. Perilaku imitasi atau meniru tersebut dapat berupa cara berbicara, cara berpakaian, menggunakan asesoris seperti artis idolanya, dan lain-lain.

F. Pengajuan Hipotesis Penelitian

Untuk melakukan uji hipotesis, ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan yaitu merumuskan hipotesis nol (Ho) dan harus disertai pula dengan hipotesis alternatif (Ha).5 Adapun hipotesis penelitian ini adalah:

1. Ho : βo = 0 Tayangan Korean wave di internet tidak

berpengaruh terhadap perilaku imitasi anggota komunitas Korean Beloved Addict (KBA).

2. Ha : βo ≠ 0 Tayangan Korean wave di internet berpengaruh

terhadap perilaku imitasi anggota komunitas Korean Beloved Addict (KBA).

5

Singgih Santoso, SPSS: Mengolah Data Statistik Secara Profesional, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 1999), Cet. ke-2, h. 22-23


(23)

G. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan hasil pengamatan langsung yang telah dilakukan oleh peneliti di perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, peneliti menemukan skripsi yang memiliki kemiripan judul dengan yang akan peneliti teliti, judul skripsi tersebut adalah:

1. Skripsi yang dibuat oleh Nuri Rahma Fajria (107051003387), dengan judul “Pengaruh Tayangan Opera Van Java Terhadap Perilaku Kekerasan di SMA Triguna Utama Ciputat”. Skripsi ini membahas tentang seberapa besar tayangan opera van java memengaruhi perilaku kekerasan remaja.

2. Skripsi yang dibuat oleh Meila Meilani (108051100065), dengan judul “Pemberitaan K-Pop di Media Online detikcom Terhadap Perilaku Komunitas Facebook Asrama EXO”. Skripsi ini membahas tentang kebenaran informasi yang diberitakan detikcom dalam memberitakan K-pop.

3. Skripsi yang dibuat oleh Andri Yanto (108051000046), dengan judul “Pengaruh Facebook Terhadap Keterbukaan Diri Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah”. Skripsi ini membahas tentang tingkat keterbukaan dan kepercayaan mahasiswa terhadap akun pengguna lain di jejaring sosial facebook.

H. Sistematika Penulisan

Agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan sistematis, maka peneliti akan membagi pokok-pokok permasalahan ke dalam lima bab, yaitu sebagai berikut:


(24)

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan dan Batasan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Pemikiran, Pengajuan Hipotesis Penelitian, Tinjauan Kepustakaan, dan Sistematika Penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI

Berisi tentang Komunikasi Massa, Pengaruh, Media Internet, Teori Uses and Effect, Perilaku, Teori Proses Belajar Sosial (Social Learning Theory), Perilaku Imitasi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Berisi tentang Jenis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian, Populasi dan Sampel, Variabel Penelitian, Definisi Operasional, Metode Pengumpulan Data, Etika Penelitian, Validitas dan Reabilitas, Instrumen Penelitian, Pengolahan Data, Metode Analisa Data.

BAB IV PENGARUH TAYANGAN KOREAN WAVE DI

INTERNET TERHADAP PERILAKU KOMUNITAS

KOREAN BELOVED ADDICT (KBA)

Berisi tentang budaya Korea, profil komunitas Korean Beloved Addict (KBA), dan analisa terhadap penelitian yang telah dilakukan.


(25)

BAB V PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran-saran. Kemudian bagian terakhir memuat daftar pustaka dan lampiran-lampiran.


(26)

13

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Komunikasi

1. Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human communication). Ia lahir dengan penggunaan alat-alat mekanik yang mampu melipat gandakan pesan-pesan komunikasi. Di Amerika Serikat, komunikasi massa sebagai ilmu, baru lahir pada tahun 1940-an. Ketika itu para ilmuan sosial mulai melakukan pendekatan-pendekatan ilmiah mengenai gejala komunikasi, adapun di Indonesia, gejala komunikasi yang menggunakan media massa baru dipelajari di perguruan tinggi sekitar tahun 1950-an.

Komunikasi massa diadopsi dari istilah bahasa Inggris, mass communication sebagai kependekan dari mass media communication (komunikasi media massa). Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang mass mediated. Istilah mass communication atau communications diartikan sebagai saluran, yaitu media massa (mass media) sebagai kependekan dari media of mass communication.1

2. Unsur-unsur Komunikasi Massa

Komunikasi massa terdiri dari unsur : sumber (source), pesan (message), saluran (channel), penerima (receiver), serta efek (effect).

1


(27)

Menurut Lasswell unsur-unsur dalam komunikasi massa adalah sebagai berikut:2

a) Who (Sumber atau Komunikator)

Sumber utama dalam komunikasi massa adalah lembaga atau organisasi atau orang yang bekerja dengan fasilitas lembaga atau organisasi (institutionalized person). Pengertian institutionalized dalam hal ini ialah stasiun televisi, sedangkan yang dimaksud dengan person adalah redaktur atau kerabat kerja.

b) Says What (Pesan)

Wright (1977), memberikan karakteristik pesan dalam komunikasi massa sebagai berikut:

1) Publicity

Pesan-pesan bersifat terbuka untuk umum atau publik. 2) Rapid

Pesan dalam komunikasi massa dapat mencapai pemirsa yang luas dalam waktu yang singkat serta terus-menerus.

3) Transient

Pesan dalam komunikasi massa bersifat sementara dan bukan permanent.

c) In Which Channel (Saluran atau Media)

Unsur ini menyangkut semua peralatan mekanik yang digunakan untuk menyebarluaskan pesan-pesan komunikasi

2


(28)

massa, bisa juga disebut sebagai media penunjang untuk menyampaikan pesan.

d) To Whom (Penerima)

Unsur ini berkaitan dengan sasaran dalam komunikasi massa. Menurut Wright, penerima pesan dalam komunikasi massa memiliki karakteristik seperti:

1) Large (besar)

Besarnya mass audience bersifat relatif, menyebar di berbagai lokasi, dan tidak saling berinteraksi satu sama lain secara langsung.

2) Heterogen (beraneka ragam)

Sasaran komunikasi massa bersifat heterogen, yaitu sangat beragam dari berbagai lapisan masyarakat.

3) Anonim (tidak saling mengenal)

Baik komunikator maupun komunikan dalam komunikasi massa tidak saling mengenal satu sama lain.

e) With What Effect (unsur efek atau akibat)

Efek merupakan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri pemirsa sebagai akibat dari pesan-pesan media. Ada tiga jenis efek yang dapat timbul dalam diri pemirsa:

1) Efek Kognitif

Efek yang dapat mengubah nilai yang saat ini ada dan telah terpelihara di dalam masyarakat.


(29)

2) Efek Afektif

Efek ini merupakan proses yang berhubungan dengan emosi dan perasaan seseorang, seperti ketakutan, kegelisahan, serta moral.

3) Efek Konatif

Efek konatif merupakan hasil perluasan efek kognitif dan afektif.

3. Efek Komunikasi Massa

Efek atau pengaruh adalah salah satu elemen dalam komunikasi yang sangat penting, untuk mengetahui berhasil atau tidaknya proses komunikasi yang dilakukan. Efek adalah perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri audiens akibat keterpaan pesan-pesan media.3

David Berlo mengklasifikasikan efek atau perubahan ke dalam tiga kategori yaitu perubahan dalam pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan perilaku nyata (behavior). Ketiga jenis perubahan itu biasanya (tidak selalu) berlangsung secara berurutan. Perubahan perilaku biasanya didahului oleh perubahan sikap, dan perubahan sikap biasanya didahului oleh perubahan pengetahuan. Efek diketahui melalui tanggapan khalayak (response audience) yang digunakan sebagai umpan balik (feed back). Jadi, umpan balik merupakan sarana untuk mengetahui efek.4

3

Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 70

4


(30)

Tentu saja membatasi efek hanya selama berkaitan dengan pesan media, akan mengesampingkan banyak sekali pengaruh media massa. Kita cenderung melihat efek media massa, baik yang berkaitan dengan pesan maupun media itu sendiri. Menurut Steven M. Chaffee, ini pendekatan pertama dalam melihat efek media massa. Pendekatan kedua ialah melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa. Berupa penerimaan informasi, perubahan perasaan atau sikap, dan perubahan perilaku, atau dengan istilah lain, perubahan kognitif, afektif, dan konatif (behavioral). Pendekatan ketiga meninjau satuan observasi yang dikenal efek komunikasi massa-individu, kelompok, organisasi, masyarakat, atau bangsa.5

B. Pengaruh

Pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.6 Dari pengertian di atas telah dikemukakan sebelumnya bahwa pengaruh adalah merupakan sesuatu daya yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain.

Efek komunikasi merupakan setiap perubahan yang terjadi di dalam diri penerima, karena menerima pesan-pesan dari suatu sumber. Perubahan ini meliputi perubahan pengetahuan, perubahan sikap, dan perubahan perilaku nyata. Komunikasi dikatakan efektif apabila ia menghasilkan efek-efek atau

5

Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya), cet. Ke-21, h. 218.

6

Tim Penyusun Khusus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1988), Edisi pertama, h. 664.


(31)

perubahan-perubahan sebagai yang diharapkan oleh sumber, seperti pengetahuan, sikap, dan perilaku atau ketiganya. Perubahan-perubahan di pihak penerima ini diketahui dari tanggapan-tanggapan yang diberikan penerima sebagai umpan balik di pihak penerima.7

Pengaruh adalah suatu keadaan ada hubungan timbal balik, atau hubungan sebab akibat antara apa yang memengaruhi dengan apa yang dipengaruhi. Dua hal ini adalah yang akan dihubungkan dan dicari apa ada hal yang menghubungkannya. Di sisi lain pengaruh adalah berupa daya yang bisa memicu sesuatu, menjadikan sesuatu berubah. Maka jika salah satu yang disebut pengaruh tersebut berubah, maka akan ada akibat yang ditimbulkannya.

Dari pengertian di atas, diketahui bahwa pengaruh adalah suatu daya yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti meneliti mengenai seberapa besar daya yang ada atau ditimbulkan oleh media internet tentang Korean wave terhadap perilaku imitasi anggota komunitas Korean Beloved Addict (KBA).

C. Media Internet

1. Pengertian Media

Media berasal dari bahasa latin, yaitu medius yang secara harfiahnya berarti „tengah‟, „pengantar‟, atau „perantara‟. Kata tengah itu sendiri berarti berada di antara dua sisi, maka disebut juga sebagai „perantara‟ atau yang mengantarai kedua sisi tersebut. Karena posisinya di tengah ia juga bisa disebut sebagai pengantar atau

7


(32)

penghubung, yakni yang menghantarkan atau menghubungkan atau menyalurkan sesuatu hal dari satu sisi lainnya.8

Dalam perkembangannya, media mengikuti perkembangan teknologi. Dimulai dengan sistem percetakan, kemudian lahir teknologi audiovisual dan sekarang muncul teknologi mikro-prosesor yang melahirkan pemakaian komputer dan layanan interaktif.

2. Pengertian Internet

Perubahan terbesar di bidang komunikasi 40 tahun terakhir (sejak munculnya TV) adalah penemuan dan pertumbuhan internet. Internet adalah jaringan komputer dunia yang mengembangkan ARPANET, suatu sistem yang terkait dengan pertahanan-keamanan yang dikembangkan pada tahun 1960-an. Manfaat sistem komunikasi yang berjaringan ini dengan cepat ditangkap oleh para peneliti dan pendidik secara umum. Akhir-akhir ini, melalui komputer di rumah, modem, dan warnet, serta melalui layanan-layanan seperti Web-TV, internet hadir untuk publik. Pada keadaan seperti inipun masih ada beberapa orang yang tak setuju bahwa internet merupakan sebuah media massa baru.9

Lahirnya era komunikasi interaktif ditandai dengan terjadinya diversivikasi teknologi informasi dengan bergabungnya telepon, radio, komputer, dan televisi menjadi satu dan menandai teknologi yang

8

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 6

9

Werner J. Severin dan James W. Tankard, Jr, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan


(33)

disebut dengan internet.10 Internet merupakan salah satu solusi luar biasa yang pernah diciptakan oleh manusia, informasi apapun dan dari manapun memungkinkan untuk didapatkan melalui teknologi ini.11

Internet berasal dari kata Interconnection Networking yang berarti jaringan yang saling berhubungan. Disebut demikian karena internet merupakan jaringan komputer-komputer di seluruh dunia yang saling berhubungan dengan bantuan jalur telekomunikasi.12 Selain itu, internet juga merupakan kumpulan dari manusia-manusia yang secara aktif berpartisipasi sehingga membuat internet menjadi sumber daya informasi yang sangat berharga.13

Quarterman dan Mitchell membagi manfaat internet dalam empat kategori, yaitu:14

1. Internet sebagai media komunikasi, merupakan manfaat internet yang paling banyak digunakan dimana setiap pengguna internet dapat berkomunikasi dengan pengguna lainnya dari seluruh dunia. 2. Media pertukaran data, dengan menggunakan email, newsgroup, FTP dan WWW (World Wide Web – jaringan situs-situs web) para pengguna internet di seluruh dunia dapat saling bertukar informasi dengan cepat dan murah.

10

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2006), cet. ke-5, h. 113

11

Jack Febrian, Menggunakan Internet, (Bandung: Informatika, 2005), h. 1

12

Ali Akbar, Visual Basic: Net Belajar Praktis Melalui Berbagai Tutorial dan Tips, (Bandung: Informatika, 2005), h. 10

13

Jack Febrian, Menggunakan Internet, h. 22

14

http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Jurnal IIK Novianto.pdf diakses pada 20 februari 2014, pukul 21.38


(34)

3. Media untuk mencari informasi atau data, perkembangan internet yang pesat, menjadikan WWW sebagai salah satu sumber informasi yang penting dan akurat.

4. Manfaat komunitas, internet membentuk masyarakat baru yang beranggotakan para pengguna internet dari seluruh dunia. Dalam komunitas ini pengguna internet dapat berkomunikasi, mencari informasi, berbelanja, melakukan transaksi bisnis, dan sebagainya.

3. Internet Sebagai Media Komunikasi

Pertumbuhan dramatis internet telah mempresentasikan gagasan “mediamorfosis” oleh Roger Fidler yang berarti sebagai perubahan bentuk media komunikasi yang biasanya disebabkan oleh interaksi kompleks dari kebutuhan-kebutuhan penting, tekanan-tekanan kompetitif dan politis dan inovasi-inovasi sosial dan teknologi.15

Internet telah membentuk ruang dan waktu baru, yang bersifat nirjarak dan nirwaktu, yang disebut cyberspace. Hampir semua media komunikasi saat ini yang kita kenal akhirnya berkonvergensi menyatu membuat internet disebut sebagai multimedia. Sebagian buku mengelompokkan internet yang multimedia sebagai media massa, sebagian lagi mengkategorikannya sebagai media antar pribadi. Kedua pandapat itu sama benarnya, tapi juga sama kelirunya. Karena, kedua pendapat yang bertentangan itu pada dasarnya mengingkari hakikat

15

Werner J. Severin dan James W. Tankard, Jr, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa, h. 443


(35)

internet yang multimedia. Artinya, pada tataran tertentu ia adalah media massa, misalnya ketika seseorang berkunjung ke majalah elektronik Tempo Online. Pada tataran lain ia adalah media antar pribadi, ketika seseorang mengirim surat elektronik ke seorang teman, misalnya. Jadi, karena sifatnya yang multimedia, ia bersifat massa tapi juga antar pribadi, tergantung dalam konteks apa kita menggunakan atau mengkajinya.16

Sifat media seperti, kesiapan (mengetahui sesuatu dengan segera), penyediaan stabilitas (mendapatkan berita kapan saja mereka inginkan), mengatasi keterbatasan ruang (memberikan informasi rinci), menaklukan jarak (mendapatkan berita dari tempat yang jauh), memberikan rangkuman berita, memberikan berbagai pilihan (melihat jenis berita tertentu), serta daya akses yang ekonomis merupakan alasan mengapa banyak khalayak yang mengunjungi situs-situs online.17

Profesor Gabriel Weimann, guru besar Ilmu Komunikasi pada Universitas Haifa, Israel mengemukakan bahwa para ilmuwan perlu mencermati secara serius adanya kecenderungan yang kini terjadi di media internet yang dinamakan narrowcasting, yang berbanding terbalik dengan broadcasting. Yang diartikan sebagai penyebaran informasi untuk kalangan terbatas, bukan ditujukan untuk publik

16

D. Vardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2004), h. 106

17

Werner J. Severin dan James W. Tankard, Jr, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan


(36)

sebagaimana peran yang dilakukan dunia penyiaran konvensional (broadcasting).18

Kecenderungan ini memungkinkan munculnya kalangan-kalangan tertentu dalam dunia maya yang disebut juga komunitas maya (virtual communities). Ruang chatting, e-mail, milis dan kelompok-kelompok diskusi via elektronik adalah contoh baru tempat-tempat yang dipakai oleh komunitas untuk saling berkomunikasi.19

D. Teori Uses and Effect

Penggunaan media massa dapat memiliki banyak arti. Berarti „exposure‟ yang semata-mata menunjuk pada tindakan mempersepsi. Dalam konteks lain, pengertian tersebut dapat menjadi suatu proses yang lebih komplek, di mana isi tertentu dikonsumsi dalam kondisi tertentu, untuk memenuhi fungsi tertentu dan terkait harapan-harapan tertentu untuk dapat dipenuhi.

Jika dalam uses and gratification penggunaan media pada dasarnya ditentukan oleh kebutuhan dasar individu, sementara pada uses and effect kebutuhan hanya salah satu dari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penggunaan media. Karakteristik individu, harapan dan persepsi terhadap media, dan tingkat akses kepada media, akan membawa individu kepada keputusan untuk menggunakan atau tidak menggunakan isi media.

18

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30393/4/Chapter II.pdf (Majalah Dictum, hal 2, Desember 2007), diakses pada 20 Februari 2014 22.42

19

Werner J. Severin dan James W. Tankard, Jr, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa, h. 447


(37)

Pemikiran yang pertama kali dikemukakan oleh Sven Windahl ini merupakan sintesis antara pendekatan uses and gratification dan teori tradisional mengenai efek. Konsep „use‟ (penggunaan) merupakan bagian yang sangat penting atau pokok dari pemikiran ini. karena pengetahuan mengenai penggunaan media dan penyebabnya, akan memberikan jalan bagi pemahaman dan perkiraan tentang hasil dari suatu proses komunikasi massa.20

Model Aliran Satu Tahap (One Step Flow)

Model aliran satu tahap merupakan model komunikasi yang berinteraksi langsung dengan audience-nya. Dengan kata lain, pesan-pesan media mengalir tanpa perantara (audience bisa mengakses langsung media tersebut).

Media massa bukanlah all powerfull dan tidak semua media massa mempunyai kekuatan yang sama dalam menarik pembacanya melalui isi pesan yang disampaikan. Hal ini disebabkan karena audience menyeleksi setiap pesan yang disampaikan media tersebut. Pesan-pesan yang diterima sangat tergantung pada sistem seleksi yang ada pada masing-masing audience. Tidak semua audience menghasilkan dampak atau efek yang sama setelah menerima pesan-pesan dari media massa tertentu.

Oleh karena itu, model aliran satu tahap membantu penelitian ini sebagai langkah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tayangan situs Kshowonline.com terhadap perilaku anggota komunitas Korean Beloved Addict (KBA).

20

Sasa Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 5.43-5.44


(38)

E. Perilaku

Menurut John Watson, perilaku yang terbentuk merupakan hasil suatu pengondisian. Hubungan berantai sederhana antara stimulus dan respon yang membentuk rangkaian kompleks perilaku. Rangkaian kompleks meliputi pemikiran, motivasi, kepribadian, emosi, dan pembelajaran. Teori perilaku adalah teori yang menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat membedakan antara pemimpin dan bukan pemimpin pada orang-orang.

Menurut Skinner, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.21

F. Teori Proses Belajar Sosial (Social Learning Theory)

Teori yang digagas Albert Bandura, yakni pakar psikologi ini mengemukakan bahwa manusia belajar tidak hanya melalui pengalaman langsung, melainkan juga melalui peniruan (modelling). Bandura berpijak pada pemikiran bahwa perilaku seseorang adalah gabungan hasil faktor-faktor kognissi dan lingkungan.22

Dalam proses belajar sosial (Social Learning Process), Albert Bandura menggagas bahwa media massa merupakan agen sosialisasi utama selain

21

Soekidjo Notoatmodjo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003)

22

E. B Surbakti, Awas Tayangan Televisi: Tayangan Misteri dan kekerasan Mengancam Anda, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2008), h. 142-143


(39)

orang tua, keluarga besar, guru, sekolah, sahabat dan seterusnya. Bandura membagi prosesnya ke dalam empat tahapan, yakni:23

a. Proses Perhatian (Attention)

Pada tahapan ini seseorang mengamati peristiwa secara langsung atau tidak langsung. Peristiwa atau kejadian dapat saja berupa tindakan tertentu, misalnya pemikiran (abstract modelling) seperti sikap, nilai-nilai atau pandangan hidup.

b. Proses Mengingat (Retention)

Dari tahapan perhatian terhadap suatu peristiwa, seseorang akan menyimpan peristiwanya ke dalam memorinya dalam bentuk imajinasi atau lambang secara verbal sehingga menjadi ingatan (memory) yang sewaktu-waktu dapat datang kembali.

c. Proses Reproduksi Motoris (Motoris Reproduction)

Pada tahapan ini, seseorang akan menyatakan kembali pengalaman-pengalaman yang sebelumnya perseptual. Hasil ingatan tadi akan meningkat menjadi bentuk perilaku.

d. Proses Motivasional (Motivasional)

Suatu motivasi sangat tergantung kepada peneguhan (reinforcement) yang mendorong perilaku seseorang ke arah pemenuhan tujuan tertentu. Perilaku akan terwujud apabila ada nilai peneguhan, misalnya self reinforcement adalah rasa puas diri.

23

Hurley, S dan Nick Charter, Perspectives on Imitation, (Cambridge, MA: MIT press, 2005), h. 36


(40)

G. Perilaku Imitasi

1. Pengertian Perilaku Imitasi

Perilaku mempunyai arti yang lebih kongkret dari pada “jiwa“. Karena lebih kongkret itu, maka perilaku lebih mudah dipelajari dari pada jiwa dan melalui perilaku kita tetap akan dapat mempelajari jiwa. Termasuk dalam perilaku di sini adalah perbuatan-perbuatan yang terbuka (overt) maupun yang tertutup (covert). Perilaku yang terbuka adalah perilaku yang kasat mata, dapat diamati langsung oleh pancaindera, seperti cara berpakaian, atau cara berbicara. Perilaku yang tertutup hanya dapat diketahui secara tidak langsung, misalnya berpikir, sedih, berkhayal, bermimpi, takut, dsb.24

Teori peniruan (modelling theory) hampir sama dengan teori identifikasi, memandang manusia sebagai makhluk yang selalu mengembangkan kemampuan afektifnya. Tetapi berbeda dengan teori identifikasi, teori peniruan menekankan orientasi eksternal dalam pencarian gratifikasi. Di sini, individu dipandang secara otomatis cenderung berempati dengan perasaan orang-orang yang diamatinya dan meniru perilakunya. Kita membandingkan perilaku kita dengan orang yang kita amati, yang berfungsi sebagai model. Komunikasi massa menampilkan berbagai model untuk ditiru oleh khalayaknya. Media cetak mungkin menyajikan pikiran dan gagasan yang lebih jelas dan lebih mudah dimengerti daripada yang dikemukakan orang-orang biasa dalam kehidupan sehari-hari. Media piktoral seperti

24

Sarlito Wirawan Sarwono, Teori Psikologi Sosial: Individu dan Teori-teori Psikologi Sosial, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 52


(41)

televisi, film, dan komik secara dramatis mempertontonkan perilaku fisik yang mudah dicontoh. Teori peniruanlah yang dapat menjelaskan mengapa media massa begitu berperan dalam menyebarkan mode – berpakaian, berbicara, atau berperilaku tertentu lainnya.25

Menurut Gabriel Tarde, perilaku imitasi adalah seluruh kehidupan sosial itu sebenarnya berdasarkan pada faktor imitasi saja. Walaupun pendapat ini berat sebelah, namun peranan imitasi dalam interaksi sosial itu tidak kecil. Gabriel Tarde (1903), juga berpendapat bahwa semua orang memiliki kecenderungan yang kuat untuk menandingi (menyamai atau bahkan melebihi) tindakan orang di sekitarnya.

Ia berpendapat bahwa mustahil bagi dua individu yang berinteraksi dalam waktu yang cukup panjang untuk tidak menunjukan peningkatan dalam peniruan perilaku secara timbal balik. Perilaku imitasi itu terjadi karena adanya tokoh idola yang dijadikan sebagai model untuk ditiru. Ketika keterpesonaan sekedar menjadi sarana melepaskan diri dari kenyataan menuju impian yang termanifestasikan pada diri seseorang, maka kita masih berada pada wilayah kewajaran. Tapi, manakala dalam keterpesonaan tersebut, kita menyingkirkan batas antara kenyataan dan impian, dan berupaya mencampuradukan keduanya, itulah awal mala petaka dari sebuah keterpesonaan.

25

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 216


(42)

Proses pengimitasian diri itu sendiri berlangsung lebih dalam, peniruannya tidak cukup sebatas aspek-aspek penampilan simbolis, tapi meliputi totalitas kepribadiannya, termasuk hal-hal yang secara prinsipil perlu dihindari. Meniru perilaku destruktif berupa hedonis (pemuasan diri di luar batas kepatutan), memamerkan kemewahan, merongrong sendi-sendi moralitas, mempertontonkan keberanian yang tidak diperlukan, maupun tindakan yang mengarah kepada keinginan melakukan bunuh diri, merupakan bentuk kekaguman yang membahayakan.26

2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Imitasi

Perilaku merupakan hasil dari faktor kognitif dan lingkungan. Individu belajar bukan saja dari pengalaman langsung, tetapi juga dari peniruan atau peneladanan (modelling). Perilaku akan berpengaruh pada lingkungan dan diri organisme atau person; person akan berpengaruh pada lingkungan atau perilaku; demikian pula sebaliknya, lingkungan akan berpengaruh pada perilaku person atau organisme. Dari formulasi di atas menunjukkan adanya berbagai macam formulasi mengenai perilaku, namun dapatlah dikemukakan bahwa dalam perilaku organisme itu tidak dapat lepas dari pengaruh lingkungan dan organisme itu sendiri.27

26

Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 52

27


(43)

3. Indikator Perilaku Imitasi

1. Indikator Motif

Meliputi dorongan yang bersifat irasional maupun yang rasional, ikut-ikutan dan uji coba. Pada awalnya dorongan seorang konsumen untuk melakukan tindak pemilihan diantara jenis kegiatan karena rasa senang.

2. Indikator Mode

Mencakup kegiatan yang sedang popular dan digemari oleh banyak orang. Adapun kesempatan dari aspek-aspek yang mendasari perilaku seseorang dalam berperilaku adalah pengenalan masalah, pencarian informasi, penilaian alternatif, keputusan untuk melakukan perilaku.28

H. Pengertian Akhlak

Dalam Islam, perilaku disebut dengan akhlak. Secara etimologi kata „akhlak‟ berasal dari bahasa Arab jama‟ dari bentuk mufradatnya „Khuluqun‟ yang menurut logat diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Sementara secara terminologi, akhlak berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.29

28

http://jurnal-kommas.com/docs/JURNAL paramitha anggun.pdf diakses pada 27 Februari 2014, pukul 20.27

29


(44)

Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang dapat dinilai baik atau buruk dengan menggunakan ukuran ilmu pengetahuan dan norma agama.30

Akhlak terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Akhlak baik atau terpuji (Al-Akhlaqul Mahmudah), yaitu perbuatan yang baik terhadap Tuhan , sesama manusia dan makhluk-makhluk lainnya.

2. Akhlak buruk atau tercela (Al-Akhlaqul Madzmumah), yaitu perbuatan buruk terhadap Tuhan, sesama manusia dan makhluk-makhluk lainnya.

Akhlak merupakan etika perilaku manusia, baik terhadap sesama manusia, perilaku manusia dengan Allah SWT, maupun perilaku manusia terhadap lingkungan.

Manusia dapat kehilangan arah jika nilai-nilai spiritualnya ditinggalkan. Nilai-nilai spiritual yang dimaksud adalah ajaran agama yang berupa perintah, larangan atau anjuran yang kesemuanya berfungsi untuk membentuk perilaku atau kepribadian manusia dalam kaitannya sebagai hamba Allah serta sebagai masyarakat.31

Di zaman modern saat ini, akhlak Islami terkadang menjadi hal yang hampir terlupakan. Tingkah laku yang dilakukan manusia kini lebih banyak mengedepankan kesenangan semata tanpa memikirkan halal atau haram akibat terbawa arus peradaban modern. Seorang muslim haruslah berperilaku menurut syariat-syariat yang dianjurkan oleh agama. Islam mengatur setiap

30

Mahyuddin, Kuliah Akhlak Tasawwuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 1999), h. 5

31


(45)

aspek kehidupan, mulai dari hal kecil sampai perkara yang kompleks. Dan setiap manusia yang mengaku beragama Islam, ia terikat sepenuhnya kepada seluruh hukum Islam tanpa terkecuali.

Dalam penelitian ini, akhlak Islami yang menjadi perhatian peneliti, yaitu cara berpakaian anggota komunitas Korean Beloved Addict (KBA)

Di dalam ajaran Islam, berpakaian tidak hanya sekedar kain penutup badan, tidak hanya sekedar mode atau tren yang mengikuti perkembangan zaman. Islam mengajarkan tata cara berpakaian yang sesuai dengan ajaran agama, baik secara moral, indah dipandang dan nyaman digunakan.

Pakaian yang dikenakan oleh seorang muslim haruslah memenuhi syarat tertentu, yakni: menutup aurat, tidak terbuat dari emas atau sutera, tidak menyerupai pakaian wanita untuk laki-laki, tidak menyerupai laki-laki untuk yang perempuan, tidak transparan dan tidak terlalu ketat, dan tidak menyerupai orang-orang kafir.32

32

http://mahabesar.wordpress.com/sdsmpsma/adab-dalam-berpakaian. diakses pada 9 mei 2014, pukul 19.54


(46)

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam setiap penelitian perlu adanya suatu metode yang digunakan. Hal ini merupakan cara akurat untuk memecahkan masalah serta mempermudah menarik kesimpulan.

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang datanya dapat diukur dengan menggunakan rumus statistik untuk analisis data dan dihitung secara langsung. Dengan kata lain, data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka. Angka mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembuatan, penggunaan, dan pemecahan masalah.1

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain deskriptif yaitu mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Sedangkan ciri-ciri penelitian deskriptif secara harfiah adalah penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian.2

1

Muslich, Metode Kuantitatif, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 1993), h. 4

2


(47)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan dari bulan januari 2014 sampai dengan april 2014, dan adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah sekumpulan elemen atau unsur yang menjadi objek penelitian. Populasi bisa berbentuk lembaga, individu, kelompok, dokumen atau konsep. Sehingga objek-objek ini bisa menjadi sumber data penelitian.3 Populasi menunjukkan pada sekumpulan orang atau objek yang memiiki kesamaan dalam satu atau beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok dalam suatu penelitian khusus.4 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah komunitas Korean Beloved Addict (KBA). Berdasarkan data yang ada, komunitas tersebut beranggotakan sebanyak 120 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam penelitian. Sampel juga merupakan sebuah cuplikan yang diambil dari satu populasi dan diteliti secara profesional.5 Untuk menentukan sampel yang diteliti, maka harus dilakukan terlebih dahulu teknik sampling. Teknik

3

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenada, Media Group, 2005), cet. Ke-3, h. 99

4

Ahmad Jamili dan Sari Winahjoe, Dasar-dasar Riset Pemasaran, (Yogyakarta: Media Widya Mandala, 1992), cet. Ke-1, h. 73

5


(48)

sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data.

Untuk mengetahui jumlah responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini dihitung dengan rumus Slovin. Rumus Slovin untuk menentukan ukuran sampel minimal (n) jika diketahui ukuran populasi (N) pada taraf signifikansi a. Sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan yaitu 5% atau a = 0,05. Adapun rumus Slovin adalah sebagai berikut:6

Keterangan:

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = nilai error sebesar 10%

Derajat error yang ditentukan dalam penelitian ini adalah 10%. Jumlah sampel dalam penelitian ini akan ditentukan sebagai berikut:

Populasi komunitas Korean Beloved Addict (KBA) adalah 120, maka:

6

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 156


(49)

Sampel diambil dari total populasi sebagai wakil dari total populasi yang merupakan anggota komunitas yang mengakses situs Kshowonline.com. Teknik sampling merupakan cara yang digunakan dalam pengambilan sampel penelitian. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel dengan metode Probability Sampling (sampling probabilitas) merupakan teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Untuk penarikan sampel, peneliti menggunakan sampling acak sederhana (simple random sampling), dikatakan simpel karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.7

D. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu variabel independen (variabel pengaruh) dan variabel dependen (variabel terpengaruh).

Adapun variabel independen dalam penelitian ini adalah liputan media internet tentang Korean wave yang meliputi: durasi, frekuensi, dan atensi dalam mengakses internet.

Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku imitasi anggota komunitas Korean Beloved Addict (KBA).

Bila dilihat dalam skema hubungan variabel independen dan dependen adalah sebagai berikut:

7

Sugiyono, Metode Penelitian, Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Ganesha, 2006), h. 74


(50)

Gambar 1.

Skema hubungan variabel independen dan variabel dependen

Variabel Pengaruh Variabel Terpengaruh

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Definisi operasional bertujuan untuk memberi batasan kepada variabel yang terkait dengan penelitian sehingga variabel dapat diukur sesuai dengan parameter yang dipakai.8

8

Hidayat, Aziz Alimun, Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data, (Jakarta: Salemba Medika, 2007)

 Perilaku imitasi

 Tayangan media internet tentang Korean wave

Pengaruh terhadap perilaku responden adalah:

 Tinggi


(51)

Tabel 2. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur

1. V.Independen

a. Durasi Waktu yang dihabiskan untuk mengakses internet tentang Korean wave

Kuesioner

b. Frekuensi Intensitas mengakses internet tentang Korean wave

Kuesioner

c. Atensi Perhatian yang diberikan ketika mengakses internet tentang Korean wave

Kuesioner

1. V. Dependen a. Perilaku Imitasi

Tanggapan atau reaksi individu yang terwujud di gerakan (sikap), tidak saja pada badan atau ucapan.

Kuesioner

F. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diinginkan dalam penelitian ini, maka peneliti melakukan pengumpulan data primer berupa data-data yang diperoleh dari hasil lapangan atau di lokasi penelitian. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian.9 Untuk memperoleh data yang empiris, peneliti menggunakan teknik-teknik sebagai berikut:

9


(52)

a. Kuesioner (angket)

Kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti.10

Tujuan dari angket adalah untuk mencari informasi yang lengkap tentang suatu masalah tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan sehingga jawaban dari responden merupakan jawaban bagi penelitian.

Sedangkan jenis angket yang digunakan oleh peneliti adalah angket tertutup, di mana responden sudah diberi alternatif jawaban oleh peneliti.11 Dan responden tinggal memilih jawaban yang menurutnya sesuai kenyataan yang dialaminya. Angket diberikan kepada mereka yang sesuai kriteria penelitian, yaitu anggota komunitas Korean Beloved Addict (KBA).

b. Dokumentasi

Yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen berupa buku-buku, buletin, rekaman, majalah atau koran, telusuran website, dan bahan info lainnya yang berkaitan dengan Korean wave.

10

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 67

11


(53)

G. Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2008), masalah etika penelitian yang harus diperhatikan oleh peneliti adalah sebagai berikut:12

1. Informasi Consent

Informasi Consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan menjadi responden. Tujuan Informasi Consent diberikan agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika responden bersedia, maka responden harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden.

2. Anonimity (Tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan subjek peneliti tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. Dengan demikian segala informasi yang menyangkut identitas subjek tidak terekspos secara luas.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Manusia sebagai subjek penelitian memiliki privasi dan hak asasi untuk mendapatkan kerahasiaan informasi. Sehingga peneliti perlu merahasiakan berbagai informasi yang menyangkut privasi subjek yang tidak ingin identitas dan segala informasi tentang dirinya diketahui oleh orang lain. Peneliti memberikan kode di setiap lembar kuesioner.

12

Dharma, Kelana Kusuma, Metodologi Penelitian Keperawatan: Panduan Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. (Jakarta: Trans Info Media, 2011)


(54)

4. Justice (Keadilan)

Prinsip keadilan mengandung makna bahwa penelitian memberikan keuntungan dan beban secara merata sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan subjek.

H. Validitas dan Reabilitas 1. Validitas

Uji validitas adalah akurasi alat ukur terhadap yang diukur walaupun dilakukan berkali-kali dan dimana-mana. Untuk mencapai tingkat validitas instrumen penelitian, maka alat ukur yang dipakai dalam instrumen juga harus memiliki tingkat validitas yang baik.13 Jika seorang peneliti menggunakan kuesioner dalam pengumpulan data, maka kuesioner yang disusunnya harus harus dapat mengukur apa yang diukurnya. Sementara itu, jenis validitas pengukuran dalam penelitian ini terkait dengan validitas konstruksi, yang lebih terarah pada pertanyaan mengenai apa yang sebenarnya diukur oleh pengukur yang ada.14 Pada uji instrumen ini peneliti menggunakan software SPSS 20.0 for Windows Release.

2. Reabilitas

Uji reabilitas adalah kesesuaian alat ukur dengan yang diukur, sehingga alat ukur itu dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Jika suatu alat ukur dapat dipakai mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konstan, maka alat pengukur

13

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, h. 97.

14

Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 241


(55)

tersebut dikatakan reliabel atau dapat diandalkan.15 Pada uji instrumen ini peneliti menggunakan Realibility Analysis dengan metode Cronbach Alpha dan menggunakan Software SPSS 20.0 for Windows Release. Dengan metode ini, koefisien keandalan alat ukur dapat dihitung dengan rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Keterangan:

α : Koefisien Keandalan Alat Ukur

Κ : Jumlah Variabel

: Koefisien Rata-rata Koefisien Variabel

Tabel 3. Tingkat reliabel berdasarkan nilai alpha

Alpha Tingkat Reliabilitas 0,00 s.d 0,20

>0,20 s.d 0,40 >0,40 s.d 0,60 >0,60 s.d 0,80 >0,80 s.d 1,00

Kurang Reliabel Agak Reliabel Cukup Reliabel

Reliabel Sangat Reliabel

Tingkat reliabilitas dengan metode Cronbach Alpha diukur berdasarkan skala alpha 0 sampai dengan 1. Apabila skala tersebut

15


(56)

dikelompokkan ke dalam 5 kelas dengan range atau jarak yang sama, maka ukuran kemantapan alpha diinterpretasikan.

I. Pengolahan Data

Metode pengolahan data tabulasi dan SPSS. Langkah-langkah pengolahan data secara manual menurut Notoatmodjo (2010), adalah sebagai berikut:16

1. Editing (Penyuntingan Data)

Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu. Kalau ternyata masih ada data atau informasi yang tidak lengkap, dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka kuesioner tersebut dikeluarkan. 2. Coding (Membuat lembaran Kode)

Setelah semua kuesioner di-edit atau disunting, selanjutnya dilakukan pengkodean atau coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

3. Processing (Memasukkan Data)

Jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam

bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau

software komputer.

4. Cleaning (Pembersihan Data)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat

16

Soekidjo Notoatmodjo, Metodologi Penelitian Kesehatan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010)


(57)

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak-lengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

5. Tabulasi

Yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian. Tabulasi langsung juga merupakan metode yang paling sederhana bila dibandingkan dengan metode yang lain. Tabulasi dilakukan dengan memasukan data dari kuesioner ke dalam kerangka tabel yang telah disiapkan tanpa proses perantara yang lainnya.

6. Komputer

Mengolah data dengan komputer, peneliti terlebih dahulu perlu menggunakan program tertentu baik yang sudah tersedia maupun program yang sudah disiapkan secara khusus dapat ditambahkan bahwa dalam ilmu-ilmu sosial banyak sekali digunakan program SPSS (Statistical Program for Social Sciences).

J. Metode Analisis Data

Analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif yaitu analisis yang dilakukan terhadap data yang berwujud angka dengan cara mengklasifikasikan, mentabulasikan, dan dilakukan dengan menghitung data statistik. Metode analisis kuantitatif ini yang akan peneliti gunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tayangan Korean wave di internet terhadap perilaku imitasi anggota komunitas Korean Beloved Addict (KBA).

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tayangan Korean wave di internet terhadap perilaku imitasi dilakukan dengan skala likert. Skala likert


(58)

adalah suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Nama skala ini diambil dari nama Rensis Likert, yang menerbitkan suatu laporan yang menjelaskan penggunaannya. Sewaktu menanggapi pertanyaan dalam skala likert, responden menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Biasanya disediakan lima pilihan skala dengan format seperti: 1. Sangat tidak setuju

2. Tidak setuju 3. Netral 4. Setuju

5. Sangat setuju17

Tabel 4. Skala Likert

Sangat Tidak Setuju (STS)

Tidak Setuju (TS)

Netral (N)

Setuju (S)

Sangat Setuju (SS)

1 2 3 4 5

Keuntungan menggunakan skala likert dari tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan yaitu adanya keragaman skor sebagai akibat penggunaan skala 1–5, dengan dimensi yang tercermin dalam daftar pertanyaan memungkinkan responden mengekspresikan tingkat pendapat mereka dalam pengaruh liputan media terhadap perilaku imitasi. Dari segi

17

Rensis Likert. A Technique for the Measurement of Attitudes. (Archives of Psychology 140. 1932). h. 1 - 55


(59)

statistik, skala dengan lima tingkatan (1-5) lebih tinggi keandalannya

dibandingkan dengan dua tingkatan “ya” atau “tidak”.

Selanjutnya data yang diperoleh dengan menggunakan kuesioner, di mana hasil analisisnya akan dipresentasikan dalam tabel dianalisis berdasarkan variabel pengaruh tayangan Korean wave di internet yang selanjutnya dapat dilihat pengaruhnya terhadap perubahan perilaku imitasi anggota komunitas Korean Beloved Addict (KBA).

1. Uji Regresi Linear Berganda

Regresi linear berganda untuk mengetahui hubungan yang ada diantara variabel independen dengan variabel dependen. Persamaan umum regresi linear berganda adalah:18

Keterangan:

Υ = Variabel Dependen (perubahan perilaku imitasi)

α = Konstanta

b = Koefisien regresi parsial variabel lama menggemari X = Variabel lama menggemari

b = Koefisien regresi parsial variabel frekuensi

Ẋ = Variabel frekuensi

b = Koefisien regresi parsial variabel durasi

Ẋ = Variabel Durasi

18


(60)

2. Uji Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi adalah cara untuk menyatakan tingkat asosiasi antara dua variabel (besarnya ukuran korelasi).19 Dalam output SPSS, koefisien korelasi terletak pada tabel Model Summary dan tertulis R.

Koefisien adalah persamaan tetap dari garis lurus menurut Pearson dan sifatnya adalah sebagai ekspresi hubungan timbal balik antar dua variabel. Bila tidak ada hubungan timbal balik nilainya nol, bila hubungan itu sempurna nilainya satu (1,0). Nilai positif R menunjukkan bahwa ada kecenderungan untuk nilai tinggi pada kedua variabel.20

Istilah korelasi dikenal sebagai nilai hubungan atau korelasi antara dua atau lebih variabel yang diteliti. Nilai koefisien korelasi digunakan sebagai pedoman untuk menentukan suatu hipotesis dapat diterima atau ditolak dalam suatu penelitian. Nilai koefisien korelasi

bergerak dari 0 ≥ 1 atau 1 ≤ 0.21

Kalau dideskripsikan, nilai koefisien korelasi tersebar sebagaimana terlihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Nilai Koefisien22

Nilai Koefisien Penjelasan +0,70 – ke atas Hubungan positif yang sangat kuat

+0,50 − +0,69 Hubungan positif yang mantap

+0,30 − +0,49 Hubungan positif yang sedang

19

I Made Putrawan, Pengujian Hipotesis Dalam Penelitian-penelitian Sosial, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta), h. 117

20

I Made Putrawan, Pengujian Hipotesis Dalam Penelitian-penelitian Sosial, h. 117

21

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, h. 184

22


(61)

+0,10 − +0,39 Hubungan positif yang tidak berarti

0,0 Tidak ada hubungan

-0,01 − -0,09 Hubungan negatif tidak berarti -0,10 − -0,29 Hubungan negatif yang rendah -0,30 − -0,49 Hubungan negatif yang sedang -0,50 − -0,69 Hubungan negatif yang mantap -0,70 − -ke atas Hubungan negatif yang sangat kuat

3. Uji T-test

T-test bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara inidividual terhadap variabel dependen.23 Adapun taraf signifikansinya sebesar α = 1% sampai dengan 10%.

Untuk melakukan uji hipotesis, ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan, yaitu merumuskan hipotesis nol (Ho) dan harus disertai pula dengan hipotesis alternatif (Ha). Seperti berikut:

a) Variabel lama menggemari (X ):

Ho: βo = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara durasi terhadap perilaku imitasi.

Ha: βo ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara durasi terhadap perilaku imitasi.

23


(62)

b) Variabel Frekuensi (X ):

Ho: βo = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara frekuensi mengakses internet tentang Korean wave terhadap perilaku imitasi.

Ha: βo ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara frekuensi mengakses internet tentang Korean wave terhadap perilaku imitasi.

c) Variabel Durasi (X ):

Ho: βo = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara atensi mengakses internet tentang Korean wave terhadap perilaku imitasi.

Ha: βo ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara atensi mengakses internet tentang Korean wave terhadap perilaku imitasi.

Jika sig t > 0,1, maka artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Jika sig t < 0,1 artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen.


(63)

50

PENGARUH TAYANGAN KOREAN WAVE DI INTERNET TERHADAP

PERILAKU KOMUNITAS KOREAN BELOVED ADDICT (KBA)

A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Globalisasi Budaya

Kebudayaan merupakan sekumpulan keteraturan, norma, institusi sosial, kebiasaan, dan ide-ide yang dimiliki oleh sekumpulan orang yang mengalami perubahan. Secara umum, globalisasi berarti meningkatnya keterkaitan antara orang-orang dan tempat-tempat sebagai akibat dari kemajuan teknologi transportasi, komunikasi, dan informasi yang memunculkan konvergensi politik, ekonomi, dan budaya.

Globalisasi dalam kebudayaan dapat berkembang dengan cepat. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh adanya kecepatan da kemudahan dalam memeroleh akses komunikasi dan berita namun hal ini justru menjadi bumerang tersendiri dan menjadi suatu masalah yang paling krusial atau penting dalam globalisasi, yaitu kenyataan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dikuasai oleh negara-negara maju, bukan negara-negara berkembang seperti Indonesia.1

2. Media dalam Budaya

Tergesernya budaya setempat dari lingkungannya disebabkan oleh kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang konon katanya lebih atraktif, fleksibel dan mudah dipahami sebagian masyarakat, bahkan

1

Koentjaraningrat, Kebudayan, Mentalitas, dan Kebudayaan, (Jakarta: Rajawali Pres, 1999), h. 46


(64)

masyarakat rendah status sosialnyapun dapat dengan mudah menerapkannya dalam aktifitas kehidupan. Kehadiran media massa sangat erat kaitannya dengan penyebaran budaya, karena melalui media massa lah orang-orang kreatif memiliki tempat yang tepat.

3. Budaya Korean Wave

Korea Selatan pada kurun waktu terakhir ini telah berhasil menyebarkan produk budaya populernya ke dunia Internasional. Berbagai produk budaya Korea mulai dari drama, film, lagu, fashion, gaya hidup hingga produk-produk industri, mulai mewarnai kehidupan masyarakat di berbagai belahan dunia. Proses penyebaran budaya Pop Korea dikenal dengan istilah Korean wave atau Hallyu. Proses penyebaran budaya Korea ke dunia Internasional tidak bisa dilepaskan dari keberadaan media masa seperti internet, facebook, twitter, youtube, dan sebagainya, bahkan bisa dikatakan bahwa media masa adalah saluran utama penggerak Korean wave.2

Meningkatnya popularitas budaya populer Korea di dunia Internasional banyak memengaruhi kehidupan masyarakat dunia, tidak terkecuali masyarakat Indonesia. Budaya Korea berkembang begitu pesatnya hingga meluas dan diterima publik dunia.

Hallyu atau Korean Wave adalah sebuah istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya Pop Korea atau gelombang Korea secara global di berbagai negara di dunia termasuk negara Indonesia, atau secara singkat mengacu pada globalisasi budaya Korea. Di Indonesia, saat ini,

2

Ardiani Wijayanti, Hallyu: Youngstres Fanaticism of Korean Pop Culture (Study of Hallyu Fans Yogyakarta City), Journal of Sociology, 2012, h. 3


(65)

fenomena golombang Korea melanda generasi muda terutama remaja Indonesia yang umumnya menyenangi drama atau disebut K-drama dan musik pop korea atau yang lebih dikenal dengan K-Pop (Korean Pop).3

4. Situs Kshowonline.com

Perkembangan Korean wave di berbagai negara tidak terlepas dari peran besar internet. Banyak situs-situs resmi Korea yang menyajikan drama, film, variety show, entertainment, maupun lifestyle dalam satu situs yang sama. Salah satu dari sekian banyak situs Korea yang ada di internet yaitu Kshowonline.com.

Alasan peneliti memilih situs Kshowonline.com yaitu berdasarkan observasi yang telah dilakukan, di mana situs tersebut merupakan salah satu situs yang sering diakses anggota komunitas Korean Beloved Addict (KBA).

5. Budaya Korea dalam Pandangan Islam

Islam mengatur setiap aspek dalam kehidupan mulai dari hal-hal yang remeh hingga perkara yang kompleks. Dari urusan buang air kecil sampai urusan mengatur negara. Dan setiap manusia yang mengaku beragama Islam, ia terikat sepenuhnya kepada seluruh hukum Islam tanpa terkecuali.

Dalam hal berpakaian, saat ini, banyak kaum wanita yang berlomba-lomba untuk mengenakan pakaian yang sesuai dengan tren yang sedang terjadi. Mirisnya, tren berpakaian seperti itu juga dikenakan

3

Aulia D Nastiti, “Korean Wave” di Indonesia: Antara Budaya Pop, Internet, dan

Fanatisme Pada remaja (Studi Kasus Terhadap Situs Assian Fans Club di Indonesia dalam Perspektif Komunikasi Antar Budaya), Journal of Communication, 2010, h. 2


(1)

VAR00009 18,8333 54,902 ,467 . ,865

VAR00010 19,0000 56,621 ,277 . ,869

VAR00011 18,6000 55,834 ,345 . ,867

VAR00012 18,8000 56,097 ,298 . ,868

VAR00013 18,7000 55,941 ,316 . ,868

VAR00014 18,6667 55,264 ,411 . ,866

VAR00015 18,8667 55,223 ,430 . ,866

VAR00016 18,7667 55,771 ,339 . ,867

VAR00017 18,6667 55,195 ,421 . ,866

VAR00018 18,5667 55,495 ,402 . ,866

VAR00019 18,8333 55,178 ,429 . ,866

VAR00020 18,5333 55,844 ,364 . ,867

VAR00021 18,7667 55,909 ,321 . ,868

VAR00022 18,6000 55,352 ,412 . ,866

VAR00023 18,7000 55,528 ,372 . ,867

VAR00024 18,6333 54,930 ,463 . ,865

VAR00025 18,6000 55,628 ,374 . ,867

VAR00026 18,7333 55,789 ,336 . ,868

VAR00027 18,6000 56,041 ,316 . ,868

VAR00028 18,8333 55,730 ,352 . ,867

VAR00029 18,4667 56,051 ,367 . ,867

VAR00030 18,7333 55,789 ,336 . ,868

VAR00031 18,6000 55,559 ,383 . ,867

VAR00032 18,7000 56,286 ,270 . ,869

VAR00033 19,0000 56,138 ,353 . ,867

VAR00034 18,7667 56,047 ,302 . ,868

VAR00035 18,5333 55,775 ,374 . ,867

VAR00036 18,8000 55,752 ,345 . ,867

VAR00037 18,6333 54,792 ,482 . ,864


(2)

UJI UNIVARIAT (DESKRIPSI DATA RESPONDEN)

A. VARIABEL INDEPENDEN Statistics

Durasi N

Valid 55

Missing 0

Durasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid

< 15 menit 7 12,7 12,7 12,7

> 2 jam 48 87,3 87,3 100,0

Total 55 100,0 100,0

Statistics Frekuensi Mengakses N

Valid 55

Missing 0

Frekuensi Mengakses Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative Percent

Valid

Waktu

Luang 31 56,4 56,4 56,4

Setiap Hari 24 43,6 43,6 100,0

Total 55 100,0 100,0

Statistics Atensi


(3)

Atensi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

Biasa Saja 12 21,8 21,8 21,8

Sangat

Serius 43 78,2 78,2 100,0

Total 55 100,0 100,0

B. VARIABEL DEPENDEN

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Perilaku

Imitasi 55 16 24 19,55 1,793

Valid N


(4)

UJI NORMALITAS Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Perilaku

Imitasi 55 100,0% 0 0,0% 55 100,0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Perilaku Imitasi

Mean 19,5455 ,24179

95% Confidence Interval for Mean

Lower

Bound 19,0607 Upper

Bound 20,0302

5% Trimmed Mean 19,5101

Median 19,0000

Variance 3,215

Std. Deviation 1,79318

Minimum 16,00

Maximum 24,00

Range 8,00

Interquartile Range 3,00

Skewness ,243 ,322

Kurtosis -,572 ,634

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df Sig. Perilaku


(5)

Variables Entered/Removeda Mode l Variables Entered Variables Removed Method 1 Atensi, Frekuensi, Durasib

. Enter a. Dependent Variable: Perilaku Imitasi b. All requested variables entered.

Model Summary Mode

l

R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,658a ,433 ,400 1,38908

a. Predictors: (Constant), Atensi, Frekuensi, Durasi ANOVAa

Model Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

1

Regression 75,229 3 25,076 12,996 ,000b

Residual 98,407 51 1,930

Total 173,636 54

a. Dependent Variable: Perilaku Imitasi

b. Predictors: (Constant), Atensi, Frekuensi, Durasi Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1

(Constant) 17,460 ,672 25,997 ,000

Durasi -,113 ,563 -,021 -,200 ,842

Frekuensi -,056 ,378 -,016 -,147 ,884

Atensi 2,825 ,455 ,657 6,212 ,000


(6)

Correlations

durasi frekuensi atensi perilaku imitasi

Durasi

Pearson

Correlation 1 ,006 -,070 -,067

Sig. (2-tailed) ,965 ,613 ,627

N 55 55 55 55

frekuensi

Pearson

Correlation ,006 1 ,021 -,002

Sig. (2-tailed) ,965 ,879 ,989

N 55 55 55 55

atensi

Pearson

Correlation -,070 ,021 1 ,658

**

Sig. (2-tailed) ,613 ,879 ,000

N 55 55 55 55

perilaku imitasi

Pearson

Correlation -,067 -,002 ,658

**