ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PT. ADHI KARYA (PERSERO)TBK.BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI BUMN NO:100/MBU/2002 Analisis Kinerja Keuangan Pada PT. Adhi Karya (Persero)Tbk. Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN No:100/MBU/2002.

(1)

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PT. ADHI KARYA (PERSERO)TBK.

BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI BUMN NO:100/MBU/2002

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Oleh:

MUCHLIS PAMOR NINGTYAS

B100120262

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2016


(2)

(3)

iii

ii


(4)

(5)

1

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PT. ADHI KARYA (PERSERO)TBK. BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI BUMN NO:100/MBU/2002

ABSTRAKSI

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan PT. Adhi Karya (Persero) Tbk periode 2012-2015 berdasarkan atas penilaian yang mengacu pada Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-100/MBU/2002. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan-masukan atau informasi bagi perusahaan dan penanam modal untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam usaha meningkatkan atau mengembangkan kinerja keuangan dimasa yang akan datang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, dengan dokumen berupa laporan keuangan periodik perusahaan tahun 2012-2015. Teknik analisis data menggunakan teknik evaluasi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-100/MBU/2002. Adapun untuk menganalisis perkembangan kinerja keuangan PT. Adhi Karya (Persero) Tbk dari tahun 2012-2015 menggunakan teknik analisis trend. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja keuangan PT. Adhi Karya (Persero) Tbk pada tahun 2012 mendapatkan predikat Sehat kategori A, pada tahun 2013 mendapatkan predikat Sehat kategori A dan sampai tahun 2015 PT. Adhi Karya (Persero) Tbk mendapatkan kategori Sehat kategori A. Penilaian sehat atau kurang sehatnya perusahaan dilihat dari indikator yang sudah ditetapkan menurut Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-100/MBU/2002.

Kata Kunci: Kinerja Keuangan, Analisis Trend , Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-100/MBU/2002

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the financial performance. Adhi Karya (Persero) Tbk for the period 2012-2015 is based on an assessment that refers to the Decree of the Minister for State Owned Enterprises No. KEP-100 / MBU / 2002. Based on the results of the study are expected to provide inputs or information for companies and investors to be used as consideration in an effort to improve or develop the financial performance in the future. Data collection techniques used is documentation, the documents in the form of periodic financial statements of the company in 2012-2015. Data were analyzed using techniques of evaluation by the Minister for State Owned Enterprises No. KEP-100 / MBU / 2002. As to analyze developments in financial performance. Adhi Karya (Persero) Tbk from 2012 to 2015 years using trend analysis techniques. Based on the results showed that financial performance. Adhi Karya (Persero) Tbk in 2012 awarded the Healthy category A, in 2013 awarded the Healthy category A and 2015 PT. Adhi Karya (Persero) Tbk get

Healthy categories category A. Assessment of healthy or less healthy companies seen from the indicators that

have been defined according to the Decree of the Minister for State Owned EnterprisesNo.KEP-100MBU/2002.

Keywords: Financial Performance, Trend Analysis, the Decree of the Minister for State Owned Enterprises No. KEP-100 / MBU / 2002.


(6)

A. PENDAHULUAN

Pertumbuhan suatu perusahaan dapat dilihat dari aspek keuangannya. Bentuk informasi paling umum suatu perusahaan adalah laporan keuangan. Penilaian rasio keuangan pada perusahaan sebagai salah satu alat ukur efisiensi dan efektifitas manajemen perusahaan atas kinerja keuanagan perusahaan yang dinilai berdasarkan data keuangan berupa laporan laba rugi dan neraca perusahaan. Laporan keuangan merupakan alat untuk mengukur rasio keuangan dari masing-masing perusahaan, dimana menunjukkan aspek keuangan yang menunjukkan kinerja perusahaan periode tertentu.

Munawir (2004: 2) menyatakan bahwa laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan perusahaan atau organisasi milik pemerintah yang bertugas mengatur dan mengelola sumber daya alam Indonesia yang berkaitan dengan kepentingan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia No 19 Tahun 2003 tentang BUMN, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah badan usaha yang seluruhnya atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. BUMN merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian nasional, disamping badan usaha swasta dan koperasi. Dalam menjalankan kegiatannya, BUMN, swasta dan koperasi melaksanakan peran saling mendukung berdasarkan demokrasi ekonomi. Perusahaan BUMN terdiri dari 140 perusahaan yang terbagi dalam 13 bidang usaha BUMN, salah satunya BUMN di bidang konstruksi.

Potensi pasar konstruksi Indonesia yang besar ternyata belum dapat dioptimalkan oleh BUMN bidang konstruksi. Menurut data Kementerian PU (2013), BUMN bidang konstruksi hanya mampu menguasai 10% dari pangsa pasar yang ada, 20% dikuasai oleh perusahaan konstruksi swasta nasional dan 70% dikuasai oleh perusahaan konstruksi swasta asing yang beroperasi di Indonesia seperti Mitsubishi

Corporation dan China Road and Bridge Corporation. Hal ini menunjukkan lemahnya daya saing

perusahaan kontruksi jika dibandingkan dengan perusahaan swasta nasional maupun asing. Salah satu kendala yang dihadapi perusahaan BUMN bidang kontruksi terutama terhadap perusahaan konstruksi asing adalah dalam hal permodalan dan investasi peralatan berteknologi tinggi.

Selain lemahnya daya saing dan terganjalnya modal, permasalahan pembangunan ekonomi nasional terletak pada tingginya disparitas (kesenjangan) antar wilayah. Hal ini terlihat dari segi kegiatan ekonomi, pembangunan infrastruktur, sampai tingkat kemiskinan yang timpang. Adanya disparitas tersebut terjadi karena aktivitas ekonomi yang juga timpang. Kota yang selama ini menjadi pusat bisnis, segala sarana dan prasarananya tertata dengan baik. Kuncinya, pemerintah yang berwenang didukung para

stakeholder harus lebih adil dalam hal distribusi dan alokasi agar kita bisa mencapai pembangunan yang

impulsif dan berkeadilan. Daerah harus digerakkan agar tercipta pembangunan ekonomi yang merata atau terintegrasi.

Sebagai salah satu BUMN konstruksi terkemuka di Indonesia, PT. Adhi Karya (Persero) Tbk senantiasa memberikan yang terbaik dalam setiap pembangunan proyek sehingga dapat dipercaya menjadi bagian dari pertumbuhan infrastruktur di Indonesia hingga saat ini, sehingga PT. Adhi Karya (Persero) Tbk dapat memberikan deviden kepada negara. Tidak dapat dipungkiri bahwa pertumbuhan ekonomi saat ini juga berdampak baik bagi pertumbuhan pembangunan. Tertariknya investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia berimplikasi positif meningkatkan pembangunan infrastruktur di Indonesia.

Terlepas dari masalah yang ada, perusahaan BUMN bidang konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia perlu melakukan pengendalian dan pemantauan terhadap tingkat kinerja keuangan perusahaan yang dapat dilihat dari analisis dan interpretasi data keuangan dari perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan. Informasi mengenai kinerja keuangan dan hasil operasi perusahaan sangat penting dan berguna untuk kepentingan pihak internal maupun eksternal perusahaan. Hasil analisis kinerja keuangan ini juga dapat menjelaskan kondisi perusahaan ataupun faktor yang menyebabkan terjadinya kondisi tersebut. Mengingat pentingnya pengukuran kinerja perusahaan, maka Kementerian BUMN telah mengeluarkan standar untuk menilai kinerja BUMN yaitu berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-100/MBU/2002 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN. Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin melakukan penelitian mengenai “Analisis Kinerja Keuangan pada PT. Adhi Karya (Persero)Tbk. Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomer : KEP-100/MBU/2002”.

B. TINJAUAN TEORI

1. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

a. Pengertian Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Berdasarkan Undang-Undang No.19 Pasal 1 tahun 2003 BUMN didefinisikan sebagai badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.


(7)

3

Pemerintah Republik Indonesia mendirikan BUMN bertujuan untuk mendorong pengembangan perekonomian nasional, hal tersebut sebagaimana yang tertulis dalam pasal 2 Undang-Undang No.19 tahun 2003.

b. Jenis-jenis BUMN

Berdasarkan Undang-Undang No.19 tahun 2003 BUMN terdiri dari dua jenis, yaitu: 1) Perusahaan Perseroan (Persero)

2) Perusahaan Umum (Perum)

2. Evaluasi Kinerja BUMN a. Teori Evaluasi

Menurut Mudrajad Kuncoro (2003: 6) menyatakan bahwa penelitian evaluasi atau evaluation

research merupakan penelitian yang diharapkan dapat memberikan masukan atau mendukung

pengambilan keputusan tentang nilai relatif dari dua atau lebih alternatif tindakan.

Penelitian ini menggunakan model evaluasi dengan model ketimpangan (The

Disrepancy Evaluation Model). Dimana dalam melakukan evaluasi kinerja keuangan PT.

Adhi Karya(Persero) Tbk. dengan menggunakan standar yang telah ada yaitu Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor : KEP-100/MBU/2002.

b. Kinerja

Menurut Menurut Darsono dan Ashari (2005: 27), kinerja perusahaan adalah gambaran posisi keuangan perusahaan dan menunjukkan hasil usaha selama periode tertentu, yang diperoleh dengan melakukan analisa laporan keuangan. Untuk mengevaluasi kinerja perusahaan, dapat dilakukan dengan melakukan analisis terhadap tingkat kesehatan perusahaan.

c. Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN

Penilaian tingkat kesehatan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen untuk mengetahui kinerja perusahaan. Penilaian tingkat kesehatan digunakan untuk menilai kinerja perusahaan pada setiap bagian yang telah diberikan wewenang dan tanggungjawab untuk menentukan perlu tidaknya suatu kebijakan atau prosedur yang baru yang akan diambil untuk memperbaiki tiap bagian, proses atau produksi dalam perusahaan tersebut agar mencapai hasil yang lebih baik pada periode yang lalu dan lebih maksimal di periode akan datang.

Penilaian tingkat kesehatan BUMN berlaku pada seluruh BUMN non jasa keuangan yang diatur dalam Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No: KEP-100/MBU/2002 yang dibedakan antara BUMN yang bergerak dalam bidang infrastruktur dan BUMN yang bergerak dalam bidang non infrastruktur.

Dengan dikeluarkannya Keputusan Mentri dan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-100/MBU/2002, maka peraturan sebelumnya yaitu Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 198/KMK.016/1998 dan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Badan Usaha Milik Negara Nomor: Kep.215/M- BUMN/1999 tentang Penilaian Tingkat Kinerja Badan Usaha Milik Negara dinyatakan tidak berlaku lagi.

Berdasarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-100/MBU/2002, maka ditentukan bobot yang berbeda antara BUMN infrastruktur dan BUMN non infrastruktur dalam menilai keberhasilan BUMN pada aspek keuangan. Bobot pada BUMN non infrastruktur adalah 70, sedangkan bobot pada BUMN infrastruktur adalah 50. Tentang Penilaian tingkat kesehatan BUMN, digolongkan menjadi:

a) Sehat, yang terdiri dari:

AAA apabila total skor (TS) > 95 AA apabila 80 < TS≤ 95 A apabila 65 < TS≤ 80 b) Kurang sehat, yang terdiri dari:

BBB apabila 50 < TS≤ 65 BB apabila 40 < TS≤ 50 B apabila 30 < TS≤ 40 c) Tidak sehat, yang terdiri dari:

CCC apabila 20 < TS≤ 30 CC apabila 10 < TS≤ 20 C apabila TS≤ 10

Tingkat kesehatan BUMN ditetapkan berdasarkan penilaian terhadap kinerja perusahaan, salah satunya adalah kinerja keuangan perusahaan yang meliputi penilaian:


(8)

1) Aspek keuangan

Penilaian kinerja dengan menggunakan analisis rasio keuangan seperti ditetapkan oleh Kementerian BUMN. Bobot untuk aspek keuangan pada BUMN non infrastruktur adalah 70, sedangkan indikator yang dinilai dan masing-masing bobotnya disebutkan dalam Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-100/MBU/2002 non infrastruktur yang meliputi:

a. Imbalan Kepada Pemegang Saham/ Return On Equity (ROE)

Menurut Bambang Riyanto (2001: 336) ROE merupakan kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferen dan saham biasa.

ROE menunjukkan kemampuan modal pemilik yang ditanamkan oleh pemilik atau investor untuk menghasilkan laba bersih yang menjadi bagian dari pemilik. Semakin besar nilai ROE semakin besar return yang dapat dihasilkan dari investasi tersebut. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-100/MBU/2002, ROE dirumuskan sebagai berikut:

b. Imbalan Investasi/ Return On Investment (ROI)

Menurut Bambang Riyanto (2001: 336), ROI merupakan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto. Semakin besar nilai ROI berarti semakin besar return yang dapat dihasilkan dari investasi. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-100/MBU/2002, ROI dirumuskan sebagai berikut:

c. Rasio Kas/ Cash Ratio

Menurut Bambang Riyanto (2001: 332), rasio kas merupakan kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang dapat segera diuangkan. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-100/MBU/2002, Rasio Kas dirumuskan sebagai berikut:

d. Rasio Lancar/ Current Ratio

Menurut Brigham dan Houston (2012:95) menjelaskan bila rasio lancar merupakan pembagian antara aktiva lancar dan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan untuk mengukur seberapa liquid kewajiban lancar bila didukung oleh aktiva lancar. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-100/MBU/2002, Rasio Lancar dirumuskan sebagai berikut:

e. Collection Periods (CP)

Menurut Munawir (2004: 240), rasio collection periods menunjukkan berapa lama dana perusahaan ditanamkan dalam komponen piutang atau berapa lama periode penagihan piutang. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-100/MBU/2002, Collection

Periods dirumuskan sebagai berikut:

f. Perputaran Persediaan (PP)

Menurut Suad Husnan (2013: 566), rasio perputaran persediaan digunakan untuk mengukur berapa lama persediaan barang berada di gudang. Perputaran persediaan menunjukkan seberapa efektif penggunaan persediaan perusahaan. Periode perputaran yang baik adalah yang kecil, karena menunjukkan perputaran yang tinggi. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-100/MBU/2002, Perputaran Persediaan dirumuskan sebagai berikut:

g. Perputaran Total Aset/ Total Asset Turn Over (TATO)

Menurut Bambang Riyanto (2001: 334), rasio TATO digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu


(9)

5

atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan revenue. Rasio TATO mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan penjualan berdasarkan aktivanya. Semakin besar TATO yang diperoleh, semakin baik perusahaan dalam mengatur perputaran aktiva dengan pendapatan. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-100/MBU/2002, Perputaran Total Aset dirumuskan sebagai berikut:

h. Rasio Total Modal Sendiri (TMS) terhadap Total Aset (TA)

Menurut menurut Munawir (2004: 82) menyatakan bahwa rasio TMS terhadap TA menunjukkan pentingnya sumber modal pinjaman dan tingkat keamanan yang dimiliki oleh kreditor. Jumingan (2006: 135), rasio TMS terhadap TA digunakan untuk mengukur kemampuan keuangan atau kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka panjangnya. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-100/MBU/2002, Rasio Total Modal Sendiri (TMS) terhadap Total Aset (TA) dirumuskan sebagai berikut:

Setelah menghitung rasio keuangan diatas, kemudian dijumlahkan secara keseluruhan seperti tabel berikut:

Tabel II. 9

Daftar Indikator dan Bobot Aspek Keuangan

Indikator Bobot

Infra Non Infra

Imbalan kepada pemegang saham(ROE) 15 20

Imbalan Investasi (ROI) 10 15

Rasio Kas 3 5

Rasio Lancar 4 5

Colection Periods 4 5

Perputaran persediaan 4 5

Perputaran total asset 4 5

Rasio modal sendiri terhadap total aktiva 6 10

Total Bobot 50 70

Setelah total bobot diketahui, kemudian menghitung total skor. Total skor digunakan untuk menentukan perusahaan masuk dalam salah satu kategori penilaian tingkat kesehatan BUMN dan dapat diketahui tingkat kesehatan BUMN dilihat dari aspek keuangan. Hasil dari perhitungan tersebut, kemudian diinterpretasikan berdasarkan kategori penilaian tingkat kesehatan BUMN sebagai berikut:

Tabel II. 10

Kategori Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN

S

e

h

a

t

AAA Total Skor > 95 AA 80 < Total Skor≤ 95

A 65 < Total Skor≤ 80

K u ra n g S e h a

t BBB 50 < Total Skor≤ 65

BB 40 < Total Skor≤ 50 B 30 < Total Skor≤ 40

T id a k S e h a

t CCC 20 < Total Skor≤ 30

CC 10 < Total Skor≤ 20

C Total Skor≤ 10

1. Analisis Trend

Menurut Lukas Setia Atmaja (2008: 418) mendefinisikan trend analisis sebagai pendekatan yang menggunakan perbandingan rasio keuangan perusahaan dari waktu ke waktu.


(10)

NO

INDIKATOR

2012

2013

2014

2015

BOBOT BOBOT

BOBOT

BOBOT

1

Imbalan Kepada Pemegang

Saham (ROE)

20

20

20

16

2

Imbalan Investasi (ROI)

6

6

6

15

3

Rasio Kas/cash ratio

3

4

2

5

4

Rasio Lancar/current ratio

4

5

5

5

5

Collection Periods

4,5

5

4,5

4,5

6

Perputaran persediaan

5

5

5

5

7

Perputaran total asset (TATO)

4

4,5

3,5

3

8

Rasio total modal sendiri

(TMS) terhadap total asset

6

6

6

7,25

AKUMULASI BOBOT

53

56

52

60,7

TOTAL SKOR

75,71

78,57

74,3

86,78

TINGKAT KESEHATAN

SEHAT

SEHAT

SEHAT

SEHAT

KATEGORI

Jika trend membaik, disimpulkan bahwa kinerja keuangan perusahaan relatif baik, demikian pula sebaliknya.

Indriyo & M. Najmudin (2003: 12) mendefinisikan trend adalah rata-rata perubahan dalam jangka panjang, bila data yang ada menunjukkan kecenderungan naik maka trend tersebut merupakan trend positif dan apabila kecenderungan turun merupakan trend negatif. Salah satu

trend yang bisa digunakan adalah metode trend moment. Penggunaan metode trend moment, tahun

dasar ditentukan pada data yang paling awal.

Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan analisis trend dalam penilaian kinerja keuangan perusahaan adalah untuk membandingkan rasio keuangan perusahaan dari tahun ke tahun. Dari sini dapat dilihat perkembangan kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini akan menganalisis trend perkembangan setiap indikator keuangan PT Adhi Karya (Tbk)Persero.

C. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian evaluasi. Mudrajad Kuncoro (2003: 6) menyatakan bahwa penelitian evaluasi atau evaluation research merupakan penelitian yang diharapkan dapat memberikan masukan atau mendukung pengambilan keputusan tentang nilai relatif dari dua atau lebih alternatif tindakan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan mengevaluasi kinerja keuangan PT Adhi Karya (Persero) Tbk periode 2012-2015. Adapun sebagai tolok ukur kinerjanya adalah berdasarkan Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-100/MBU/2002.

Pemilihan sampel penelitian ini ditentukan secara purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel dengan representative sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Kriteria yang harus dipenuhi semua sampel yaitu:

a. Perusahaan konstruksi yang terdaftar di BEI.

b. Perusahaan menyajikan laporan laba rugi, neraca, dan arus kas dengan lengkap tahun 2012-2015. c. Laporan keuangan secara umum dapat dipenuhi semua perusahaan yang terdaftar di BEI, karena

BEI mewajibkan semua perusahaan yang terdaftar untuk mempublikasikan laporan keuangannya D. HASIL PENELITIAN

Dari hasil analisis masing-masing rasio keuangan, dapat digunakan untuk menilai kesehatan PT. Adhi Karya (Persero) Tbk periode 2012-2015 berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP 100/MBU/2002. Hasil penilaian PT. Adhi Karya (Persero) Tbk, disajikan dalam tabel berikut ini.


(11)

7

2. Perkembangan Kinerja Keuangan PT. Adhi karya (Persero) Tbk

Untuk mengetahui perkembangan kinerja keuangan dari ketiga perusahaan BUMN bidang konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2015, dilakukan analisis trend pada setiap rasio untuk ketiga perusahaan. Hasil rangkuman perhitungan rasio keuangan ketiga perusahaan, disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel IV.27. Hasil Perhitungan Rasio Keuangan Perusahaan BUMN Bidang Konstruksi

Go Public (Rasio disajikan dalam bentuk persen, kecuali dinyatakan lain)

NO

KETERANGAN INDIKATOR

ADHI KARYA

2012 2013 2014 2015

RASIO RASIO RASIO RASIO 1 Imbalan Kepada Pemegang

Saham (ROE)

27,17 45,84 35,15 12,92

2 Imbalan Investasi (ROI) 7,19 8,94 7,5 15,34

3 Rasio Kas/cash ratio 16,21 29,66 11,48 45,86 4 Rasio Lancar/current ratio 124,4 139,1 134,15 156,05

5 Collection periods 64 56 82 87

6 Perputaran persediaan 5,5 6 5,5 6,3

7 Perputaran total aset (TATO) 101 106 88 62

8 Rasio total modal sendiri (TMS) terhadap total asset (TA)

12,34 11,78 13,67 28,78

E. SIMPULAN

Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan yang telah dilakukan dalam rangka menganalisis kinerja keuangan PT. Adhi Karya (Persero) Tbk periode 2012-2015, maka terdapat beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Hasil penilaian kinerja keuangan PT. Adhi Karya (Persero) Tbk pada periode 2012-2015 menunjukkan bahwa perusahaan selalu mendapatkan predikat Sehat Kategori A. Pada tahun 2012-2015 PT. Adhi Karya (Persero) Tbk mendapat akumulasi bobot penilaian sebesar 52,5 dengan total skor 75, sedangkan pada tahun 2013 mengalami kenaikan akumulasi bobot penilaian yaitu menjadi 55,5 dengan total skor 79,28. Pada tahun 2014 akumulasi bobot yang diperoleh adalah 52 dengan total skor 74,3 dan pada 2015 mendapat akumulasi bobot penilaian sebesar 59,25 dengan total skor 84,64.


(12)

DAFTAR PUSTAKA

Atmaja, Lukas Setia. 2008. Manajemen Keuangan.Buku I. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Bambang, Riyanto, 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. Cetakan Ketujuh, BPFE

Yogyakarta:Yogyakarta.

Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2011. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi 11, Penerjemah Ali Akbar Yulianto. Jakarta: Salemba Empat.

Darsono dan Ashari. 2005. Pedoman Praktik Memahami Laporan Keuangan. Yogyakarta: Andi Offset. Djumana Erlangga. Apa masalah pembangunan di Indonesia. Diakses pada 10 Maret

2016.http;/kompas.com/2010/08/masalah-pembangunanindonesia .html.

Fandy Giono Saputro. 2015. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan BUMN Bidang Konstruksi Yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta . diakes dari

eprints.uny.ac.id/14872/1/SKRIPSI FULL_FANDY GIYONO SAPUTRO_10404241029.pdf. Pada tanggal 10 Maret 2016 pada pukul 13.30 WIB.

Gita pratiwi. 2012. Analisis pengukuran kinerja berdasarkan KEP-100/MBU/2002 pada PG. Djmbang Baru. Skripsi. Universitas Negeri Surabaya. Diakses dari https://www.scribd.com/doc/118556171/Analisis-Pengukuran-Kinerja-Berdasarkan-KEP-100-MBU-2002-pada-PG-Djombang-Baru. Pada tanggal 10 Maret 2016 pada pukul 13.30 WIB.

http://www.sahamok.com/emiten/bumn-publik-bei/ diakses pada tanggal 24 Maret 2016 pukul 10.00 WIB. Indriyo Gito Sudarmo & M. Najmudin. 2003. Anggaran Perusahaan. Yogyakarta: BPFE.

Jumingan, 2006. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Pertama. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Kementerian Badan Usaha Milik Negara. 2013. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Diakses dari http://bumn.go.id/. Pada tanggal 24 Maret 2016 pukul 10.00 WIB.

Kementerian Pekerjaan Umum. 2014. Potensi Pasar Jasa Konstruksi dan Persiapan Tender PU. Diakses dari http://www.pu.go.id/main /view_pdf/9160. Pada tanggal 24 Maret 2016 pukul 10.00 WIB .

Laporan Keuangan PT. Adhi Karya (Persero) Tbk Periode 2012-2015

Mudrajad Kuncoro. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga. Munawir. 2004. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta: Liberty.

Wicak Langga Bahara. 2015. Analisis Tingkat Kesehatan Perusahaan dari Aspek Keuangan Berasarkan SK

Mentri BUMN NO:KEP-100/MBU/2002 (Study pada PT. Adhi Karya (Persero) Tbk Periode 2012-2014. Diakses dari http://administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jab /article/view/1020.

Pada tanggal 10 Maret 2016 pada pukul 14.00 WIB.

Sawir, Agnes. 2005. Dasar-dasar Akuntansi. Edisi Pertama. Penerbit PT Bumi Aksara: Yogyakarta.

Suad Husnan. 2013. Manajemen Keuangan, Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Pendek).

Yogyakarta: BPFE.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Administrasi dilengkapi dengan Metode R&D. Bandung: Alfabeta. Suharsimi, Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.


(13)

9

Supardi. 2005. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: UII Press Yogyakarta. S. Munawir, 2004, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Ke-Empat. Liberty: Yogyakarta.

Surat Keputusan Menteri Bumn No. Kep-100/Mbu/2002 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha

Milik Negara. Diakses pada

http://www.bumn.go.id/data/uploads/files/1/Kepmen_Kep_100_tahun_2002_Penilaian%20Tingkat% 20Kesehatan.pdf. Pada tanggal 23 Maret 2016 pukul 14.00 WIB.

Suwatno dan Donni Juni Priansa. 2011. Manajemen SDM dalam Organisasi Publik dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Undang-Undang Republik Indonesia No.18 tahun 1999 tentang Usaha Konstruksi. Diakses dari https://pu.go.id/uploads/services/infopublik201210101549 22. Pdf. Pada tanggal 20 Maret 2016 pukul 17.00 WIB.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. Diakses dari http://bumn.go.id/ data/uploads/files/1/ 19% 20(2).pdf. Pada tanggal 20 Maret 2016 pukul 17.00 WIB. Prasrowo Dwi dan Rifka Juliaty. 2005. Analisis laporan keuangan konsep dan aplikasi. UPP STIM YKPN:

Yogyakarta.


(1)

1) Aspek keuangan

Penilaian kinerja dengan menggunakan analisis rasio keuangan seperti ditetapkan oleh Kementerian BUMN. Bobot untuk aspek keuangan pada BUMN non infrastruktur adalah 70, sedangkan indikator yang dinilai dan masing-masing bobotnya disebutkan dalam Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-100/MBU/2002 non infrastruktur yang meliputi:

a. Imbalan Kepada Pemegang Saham/ Return On Equity (ROE)

Menurut Bambang Riyanto (2001: 336) ROE merupakan kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferen dan saham biasa.

ROE menunjukkan kemampuan modal pemilik yang ditanamkan oleh pemilik atau investor untuk menghasilkan laba bersih yang menjadi bagian dari pemilik. Semakin besar nilai ROE semakin besar return yang dapat dihasilkan dari investasi tersebut. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-100/MBU/2002, ROE dirumuskan sebagai berikut:

b. Imbalan Investasi/ Return On Investment (ROI)

Menurut Bambang Riyanto (2001: 336), ROI merupakan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto. Semakin besar nilai ROI berarti semakin besar return yang dapat dihasilkan dari investasi. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-100/MBU/2002, ROI dirumuskan sebagai berikut:

c. Rasio Kas/ Cash Ratio

Menurut Bambang Riyanto (2001: 332), rasio kas merupakan kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang dapat segera diuangkan. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-100/MBU/2002, Rasio Kas dirumuskan sebagai berikut:

d. Rasio Lancar/ Current Ratio

Menurut Brigham dan Houston (2012:95) menjelaskan bila rasio lancar merupakan pembagian antara aktiva lancar dan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan untuk mengukur seberapa liquid kewajiban lancar bila didukung oleh aktiva lancar. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-100/MBU/2002, Rasio Lancar dirumuskan sebagai berikut:

e. Collection Periods (CP)

Menurut Munawir (2004: 240), rasio collection periods menunjukkan berapa lama dana perusahaan ditanamkan dalam komponen piutang atau berapa lama periode penagihan piutang. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-100/MBU/2002, Collection Periods dirumuskan sebagai berikut:

f. Perputaran Persediaan (PP)

Menurut Suad Husnan (2013: 566), rasio perputaran persediaan digunakan untuk mengukur berapa lama persediaan barang berada di gudang. Perputaran persediaan menunjukkan seberapa efektif penggunaan persediaan perusahaan. Periode perputaran yang baik adalah yang kecil, karena menunjukkan perputaran yang tinggi. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-100/MBU/2002, Perputaran Persediaan dirumuskan sebagai berikut:

g. Perputaran Total Aset/ Total Asset Turn Over (TATO)

Menurut Bambang Riyanto (2001: 334), rasio TATO digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu


(2)

atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan revenue. Rasio TATO mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan penjualan berdasarkan aktivanya. Semakin besar TATO yang diperoleh, semakin baik perusahaan dalam mengatur perputaran aktiva dengan pendapatan. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-100/MBU/2002, Perputaran Total Aset dirumuskan sebagai berikut:

h. Rasio Total Modal Sendiri (TMS) terhadap Total Aset (TA)

Menurut menurut Munawir (2004: 82) menyatakan bahwa rasio TMS terhadap TA menunjukkan pentingnya sumber modal pinjaman dan tingkat keamanan yang dimiliki oleh kreditor. Jumingan (2006: 135), rasio TMS terhadap TA digunakan untuk mengukur kemampuan keuangan atau kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka panjangnya. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-100/MBU/2002, Rasio Total Modal Sendiri (TMS) terhadap Total Aset (TA) dirumuskan sebagai berikut:

Setelah menghitung rasio keuangan diatas, kemudian dijumlahkan secara keseluruhan seperti tabel berikut:

Tabel II. 9

Daftar Indikator dan Bobot Aspek Keuangan

Indikator Bobot

Infra Non Infra

Imbalan kepada pemegang saham(ROE) 15 20

Imbalan Investasi (ROI) 10 15

Rasio Kas 3 5

Rasio Lancar 4 5

Colection Periods 4 5

Perputaran persediaan 4 5

Perputaran total asset 4 5

Rasio modal sendiri terhadap total aktiva 6 10

Total Bobot 50 70

Setelah total bobot diketahui, kemudian menghitung total skor. Total skor digunakan untuk menentukan perusahaan masuk dalam salah satu kategori penilaian tingkat kesehatan BUMN dan dapat diketahui tingkat kesehatan BUMN dilihat dari aspek keuangan. Hasil dari perhitungan tersebut, kemudian diinterpretasikan berdasarkan kategori penilaian tingkat kesehatan BUMN sebagai berikut:

Tabel II. 10

Kategori Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN

S

e

h

a

t

AAA Total Skor > 95

AA 80 < Total Skor≤ 95

A 65 < Total Skor≤ 80

K u ra n g S e h a

t BBB 50 < Total Skor≤ 65

BB 40 < Total Skor≤ 50

B 30 < Total Skor≤ 40

T id a k S e h a

t CCC 20 < Total Skor≤ 30

CC 10 < Total Skor≤ 20

C Total Skor≤ 10

1. Analisis Trend

Menurut Lukas Setia Atmaja (2008: 418) mendefinisikan trend analisis sebagai pendekatan yang menggunakan perbandingan rasio keuangan perusahaan dari waktu ke waktu.


(3)

NO

INDIKATOR

2012

2013

2014

2015

BOBOT BOBOT

BOBOT

BOBOT

1

Imbalan Kepada Pemegang

Saham (ROE)

20

20

20

16

2

Imbalan Investasi (ROI)

6

6

6

15

3

Rasio Kas/cash ratio

3

4

2

5

4

Rasio Lancar/current ratio

4

5

5

5

5

Collection Periods

4,5

5

4,5

4,5

6

Perputaran persediaan

5

5

5

5

7

Perputaran total asset (TATO)

4

4,5

3,5

3

8

Rasio total modal sendiri

(TMS) terhadap total asset

6

6

6

7,25

AKUMULASI BOBOT

53

56

52

60,7

TOTAL SKOR

75,71

78,57

74,3

86,78

TINGKAT KESEHATAN

SEHAT

SEHAT

SEHAT

SEHAT

KATEGORI

Jika trend membaik, disimpulkan bahwa kinerja keuangan perusahaan relatif baik, demikian pula sebaliknya.

Indriyo & M. Najmudin (2003: 12) mendefinisikan trend adalah rata-rata perubahan dalam jangka panjang, bila data yang ada menunjukkan kecenderungan naik maka trend tersebut merupakan trend positif dan apabila kecenderungan turun merupakan trend negatif. Salah satu trend yang bisa digunakan adalah metode trend moment. Penggunaan metode trend moment, tahun dasar ditentukan pada data yang paling awal.

Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan analisis trend dalam penilaian kinerja keuangan perusahaan adalah untuk membandingkan rasio keuangan perusahaan dari tahun ke tahun. Dari sini dapat dilihat perkembangan kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini akan menganalisis trend perkembangan setiap indikator keuangan PT Adhi Karya (Tbk)Persero. C. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian evaluasi. Mudrajad Kuncoro (2003: 6) menyatakan bahwa penelitian evaluasi atau evaluation research merupakan penelitian yang diharapkan dapat memberikan masukan atau mendukung pengambilan keputusan tentang nilai relatif dari dua atau lebih alternatif tindakan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan mengevaluasi kinerja keuangan PT Adhi Karya (Persero) Tbk periode 2012-2015. Adapun sebagai tolok ukur kinerjanya adalah berdasarkan Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-100/MBU/2002.

Pemilihan sampel penelitian ini ditentukan secara purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel dengan representative sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Kriteria yang harus dipenuhi semua sampel yaitu:

a. Perusahaan konstruksi yang terdaftar di BEI.

b. Perusahaan menyajikan laporan laba rugi, neraca, dan arus kas dengan lengkap tahun 2012-2015. c. Laporan keuangan secara umum dapat dipenuhi semua perusahaan yang terdaftar di BEI, karena

BEI mewajibkan semua perusahaan yang terdaftar untuk mempublikasikan laporan keuangannya D. HASIL PENELITIAN

Dari hasil analisis masing-masing rasio keuangan, dapat digunakan untuk menilai kesehatan PT. Adhi Karya (Persero) Tbk periode 2012-2015 berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP 100/MBU/2002. Hasil penilaian PT. Adhi Karya (Persero) Tbk, disajikan dalam tabel berikut ini.


(4)

2. Perkembangan Kinerja Keuangan PT. Adhi karya (Persero) Tbk

Untuk mengetahui perkembangan kinerja keuangan dari ketiga perusahaan BUMN bidang konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2015, dilakukan analisis trend pada setiap rasio untuk ketiga perusahaan. Hasil rangkuman perhitungan rasio keuangan ketiga perusahaan, disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel IV.27. Hasil Perhitungan Rasio Keuangan Perusahaan BUMN Bidang Konstruksi

Go Public (Rasio disajikan dalam bentuk persen, kecuali dinyatakan lain)

NO

KETERANGAN INDIKATOR

ADHI KARYA

2012 2013 2014 2015

RASIO RASIO RASIO RASIO

1 Imbalan Kepada Pemegang Saham (ROE)

27,17 45,84 35,15 12,92

2 Imbalan Investasi (ROI) 7,19 8,94 7,5 15,34

3 Rasio Kas/cash ratio 16,21 29,66 11,48 45,86

4 Rasio Lancar/current ratio 124,4 139,1 134,15 156,05

5 Collection periods 64 56 82 87

6 Perputaran persediaan 5,5 6 5,5 6,3

7 Perputaran total aset (TATO) 101 106 88 62

8 Rasio total modal sendiri (TMS) terhadap total asset (TA)

12,34 11,78 13,67 28,78

E. SIMPULAN

Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan yang telah dilakukan dalam rangka menganalisis kinerja keuangan PT. Adhi Karya (Persero) Tbk periode 2012-2015, maka terdapat beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Hasil penilaian kinerja keuangan PT. Adhi Karya (Persero) Tbk pada periode 2012-2015 menunjukkan bahwa perusahaan selalu mendapatkan predikat Sehat Kategori A. Pada tahun 2012-2015 PT. Adhi Karya (Persero) Tbk mendapat akumulasi bobot penilaian sebesar 52,5 dengan total skor 75, sedangkan pada tahun 2013 mengalami kenaikan akumulasi bobot penilaian yaitu menjadi 55,5 dengan total skor 79,28. Pada tahun 2014 akumulasi bobot yang diperoleh adalah 52 dengan total skor 74,3 dan pada 2015 mendapat akumulasi bobot penilaian sebesar 59,25 dengan total skor 84,64.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Atmaja, Lukas Setia. 2008. Manajemen Keuangan.Buku I. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Bambang, Riyanto, 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. Cetakan Ketujuh, BPFE

Yogyakarta:Yogyakarta.

Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2011. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi 11, Penerjemah Ali Akbar Yulianto. Jakarta: Salemba Empat.

Darsono dan Ashari. 2005. Pedoman Praktik Memahami Laporan Keuangan. Yogyakarta: Andi Offset. Djumana Erlangga. Apa masalah pembangunan di Indonesia. Diakses pada 10 Maret

2016.http;/kompas.com/2010/08/masalah-pembangunanindonesia .html.

Fandy Giono Saputro. 2015. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan BUMN Bidang Konstruksi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta . diakes dari eprints.uny.ac.id/14872/1/SKRIPSI FULL_FANDY GIYONO SAPUTRO_10404241029.pdf. Pada tanggal 10 Maret 2016 pada pukul 13.30 WIB.

Gita pratiwi. 2012. Analisis pengukuran kinerja berdasarkan KEP-100/MBU/2002 pada PG. Djmbang Baru. Skripsi. Universitas Negeri Surabaya. Diakses dari https://www.scribd.com/doc/118556171/Analisis-Pengukuran-Kinerja-Berdasarkan-KEP-100-MBU-2002-pada-PG-Djombang-Baru. Pada tanggal 10 Maret 2016 pada pukul 13.30 WIB.

http://www.sahamok.com/emiten/bumn-publik-bei/ diakses pada tanggal 24 Maret 2016 pukul 10.00 WIB. Indriyo Gito Sudarmo & M. Najmudin. 2003. Anggaran Perusahaan. Yogyakarta: BPFE.

Jumingan, 2006. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Pertama. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Kementerian Badan Usaha Milik Negara. 2013. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Diakses dari http://bumn.go.id/. Pada tanggal 24 Maret 2016 pukul 10.00 WIB.

Kementerian Pekerjaan Umum. 2014. Potensi Pasar Jasa Konstruksi dan Persiapan Tender PU. Diakses dari http://www.pu.go.id/main /view_pdf/9160. Pada tanggal 24 Maret 2016 pukul 10.00 WIB .

Laporan Keuangan PT. Adhi Karya (Persero) Tbk Periode 2012-2015

Mudrajad Kuncoro. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga. Munawir. 2004. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta: Liberty.

Wicak Langga Bahara. 2015. Analisis Tingkat Kesehatan Perusahaan dari Aspek Keuangan Berasarkan SK Mentri BUMN NO:KEP-100/MBU/2002 (Study pada PT. Adhi Karya (Persero) Tbk Periode 2012-2014. Diakses dari http://administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jab /article/view/1020. Pada tanggal 10 Maret 2016 pada pukul 14.00 WIB.

Sawir, Agnes. 2005. Dasar-dasar Akuntansi. Edisi Pertama. Penerbit PT Bumi Aksara: Yogyakarta.

Suad Husnan. 2013. Manajemen Keuangan, Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Pendek). Yogyakarta: BPFE.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Administrasi dilengkapi dengan Metode R&D. Bandung: Alfabeta. Suharsimi, Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.


(6)

Supardi. 2005. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: UII Press Yogyakarta. S. Munawir, 2004, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Ke-Empat. Liberty: Yogyakarta.

Surat Keputusan Menteri Bumn No. Kep-100/Mbu/2002 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha

Milik Negara. Diakses pada

http://www.bumn.go.id/data/uploads/files/1/Kepmen_Kep_100_tahun_2002_Penilaian%20Tingkat% 20Kesehatan.pdf. Pada tanggal 23 Maret 2016 pukul 14.00 WIB.

Suwatno dan Donni Juni Priansa. 2011. Manajemen SDM dalam Organisasi Publik dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Undang-Undang Republik Indonesia No.18 tahun 1999 tentang Usaha Konstruksi. Diakses dari https://pu.go.id/uploads/services/infopublik201210101549 22. Pdf. Pada tanggal 20 Maret 2016 pukul 17.00 WIB.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. Diakses dari http://bumn.go.id/ data/uploads/files/1/ 19% 20(2).pdf. Pada tanggal 20 Maret 2016 pukul 17.00 WIB. Prasrowo Dwi dan Rifka Juliaty. 2005. Analisis laporan keuangan konsep dan aplikasi. UPP STIM YKPN:

Yogyakarta.


Dokumen yang terkait

Analisa Rasio Keuangan pada PT. Nindya Karya (Persero) Cabang Medan

1 34 83

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN BUMN PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan BUMN PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Periode 2012-2014.

0 6 14

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN BUMN PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan BUMN PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Periode 2012-2014.

0 3 14

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PT. ADHI KARYA(PERSERO)TBK. BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI BUMN Analisis Kinerja Keuangan Pada PT. Adhi Karya (Persero)Tbk. Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN No:100/MBU/2002.

1 3 19

PENDAHULUAN Analisis Kinerja Keuangan Pada PT. Adhi Karya (Persero)Tbk. Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN No:100/MBU/2002.

0 2 6

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA BUMN PADA PT ADHI KARYA (PERSERO) Tbk. TAHUN 2012-2014.

3 13 141

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT ADHI KARYA

0 0 22

EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PT ADHI KARYA (PERSERO) TBK DENGAN RASIO KEUANGAN TAHUN 2013-2015

0 0 18

Analisis tingkat kesehatan keuangan perusahaan berdasarkan surat keputusan menteri BUMN No. Kep-100/MBU/2002 : studi kasus pada PT Tambang Batubara Bukit Asam [Persero] Tbk. dan PT Perusahaan Gas Negara [Persero] Tbk. - USD Repository

0 0 131

Analisis tingkat kesehatan perusahaan ditinjau dari aspek keuangan berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-100/MBU/2002 : studi kasus pada PT Kimia Farma (Persero)Tbk - USD Repository

0 0 178