HUBUNGAN TINGKAT RESILIENSI DENGAN KECEMASAN AKADEMIK PADA MAHASISWA PENERIMA BEASISWA BIDIKMISI UPI BANDUNG.

(1)

HUBUNGAN TINGKAT RESILIENSI DENGAN KECEMASAN AKADEMIK PADA MAHASISWA PENERIMA BEASISWA

BIDIKMISI UPI BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Jurusan Psikologi

Oleh:

Zakiah 1000884

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

HUBUNGAN TINGKAT RESILIENSI DENGAN KECEMASAN AKADEMIK PADA MAHASISWA PENERIMA BEASISWA

BIDIKMISI UPI BANDUNG

Oleh: Zakiah

Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi pada Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan

@Zakiah

Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi Undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lain tanpa seizin peneliti.


(3)

(4)

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Hal

SURAT PERNYATAAN... i

KATA PENGANTAR... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

ABSTRAK... v

ABSTRACT... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 7

E. Struktur Organisasi Skripsi... 7

BAB II RESILIENSI, KECEMASAN AKADEMIK, DAN BIDIKMISI A. Resiliensi... 9

1. Definisi Resiliensi... 9

2. Aspek-aspek Resiliensi... 10


(5)

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiliensi... 17

5. Sumber-sumber Resiliensi... 18

B. Kecemasan Akademik... 20

1. Definisi Kecemasan Akademik... 20

2. Komponen-komponen Kecemasan Akademik... 21

3. Gejala Kecemasan Akademik... 21

4. Karakteristik-karakteristik Kecemasan Akademik... 22

5. Sumber-sumber Kecemasan Akademik... 24

C. Bidikmisi 1. Pengertian Bidikmisi... 24

2. Persyaratan Bidikmisi... 25

3. Misi Program Bidikmisi... 26

D. Kerangka Berpikir... 29

E. Hipotesis Penelitian... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian... 31

1. Lokasi Penelitian... 31

2. Populasi Penelitian... 31

3. Sampel dan Teknik Sampling Penelitian... 31

B. Metode Penelitian... 32

C. Variabel dan Definisi Operasional... 33

1. Variabel Penelitian... 33

2. Definisi Operasional Variabel Penelitian... 33

D. Teknik Pengumpulan Data... 35

E. Instrumen Penelitian... 36

1. Kuesioner Resiliensi... 36

2. Kuesioner Kecemasan Akademik... 38

F. Proses Pengembangan Instrumen... 40

1. Uji Konten (Expert Judgment)... 40


(6)

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Uji Validitas Item... 40

4. Uji Reliabilitas Instrumen... 41

G. Teknik Analisis Data... 41

1. Uji Normalitas... 41

2. Uji Korelasi... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 44

1. Gambaran Umum Mengenai Resiliensi pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi UPI Bandung... 44

2. Gambaran Umum Mengenai Kecemasan Akademik pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi UPI Bandung... 57

3. Hubungan Tingkat Resiliensi dengan Kecemasan Akademik pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi UPI Bandung... 60

B. Pembahasan... 66

1. Gambaran Umum Mengenai Resiliensi pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi UPI Bandung... 66

2. Gambaran Umum Mengenai Kecemasan Akademik pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi UPI Bandung... 69

3. Hubungan Tingkat Resiliensi dengan Kecemasan Akademik pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi UPI Bandung... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 78

B. Saran... 79


(7)

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LAMPIRAN... 84 RIWAYAT HIDUP... 157


(8)

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Zakiah (1000884). Hubungan Tingkat Resiliensi dengan Kecemasan

Akademik pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi UPI Bandung. Skripsi Jurusan Psikologi FIP UPI Bandung (2014).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap hubungan resiliensi dengan kecemasan akademik yang diukur berdasarkan dimensi resiliensi dan kecemasan akademik. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 359 dari 3477 mahasiswa Bidikmisi UPI Bandung yang diambil dengan metode

probability sampling teknik simple random sampling menggunakan

pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Resiliensi pada mahasiswa Bidikmisi UPI Bandung berada pada kategori sedang, (2) Kecemasan akademik pada mahasiswa Bidikmisi UPI Bandung berada pada kategori rendah, (3) Terdapat hubungan yang sangat rendah namun signifikan antara resiliensi dengan kecemasan akademik pada mahasiswa Bidikmisi UPI Bandung, (4) Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dimensi regulasi emosi, impuls control, optimis, causal analysis,

self efficacy, dan reaching out pada resiliensi dengan kecemasan

akademik, (5) Terdapat hubungan negatif yang sangat rendah namun signifikan antara dimensi empati pada resiliensi dengan kecemasan akademik. Rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah (1) Mahasiswa diharapkan dapat mengaplikasikan resiliensi baik dalam situasi akademis maupun dalam kehidupan sehari-hari, dan bagi mahasiswa yang memiliki kecemasan akademik yang tinggi diharapkan dapat meminimalisir kecemasan akademik agar menjadi rendah, (2) Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti variabel resiliensi dan kecemasan akademik diharapkan agar mengkaji lebih dalam lagi mengenai teori-teori resiliensi dan kecemasan akademik agar lebih maksimal dalam hasil penelitian yang diperoleh, dan bagi peneliti selanjutnya yang tertarik mengenai fenomena mahasiswa Bidikmisi disarankan untuk meneliti aspek psikologis lainnya dan dibedakan antara gender laki-laki dan perempuan.


(9)

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Zakiah (1000884). Relationship level of resilience with the academic

anxiety scholarship students Bidikmisi UPI Bandung. Thesis Department of Psychology FIP UPI Bandung (2014).

The purpose of this study is to reveal the relationship resilience with academic anxiety as measured by the dimensions of resilience and academic anxiety. The sample in this study amounted to 359 of the 3477 students Bidikmisi UPI Bandung taken by the method of probability sampling simple random sampling technique using a quantitative approach with a correlation method. The instrument used was a questionnaire. The results showed: (1) Resilience in UPI Bandung Bidikmisi students in middle category, (2) Academic Anxiety on student academic Bidikmisi UPI Bandung is located in the low category, (3) There is a relationship that is very low but significant between resilience with anxiety on student academic bidikmisi UPI Bandung, (4) There is no significant relationship between the dimensions of emotion regulation, impulse control, optimistic, causal analysis, self-efficacy, and reaching out to the academic resilience to anxiety, (5) There is a negative relationship between the dimensions of a low but significant empathy with anxiety on academic resilience. Recommendations from the results of this study were (1) Students are expected to apply resilience both in academic situations and in everyday life, and for students who have high academic anxiety is expected to minimize academic anxiety to be low, (2) For further research is interested in examining the variable resilience and academic anxiety is expected to examine more deeply about the theories of resilience and academic anxiety in order to maximize the research results obtained, and for the next researchers who are interested in the phenomenon of Bidikmisi students are advised to examine other aspects of psychological and differentiated between gender men and women.


(10)

1

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan Nasional pada tahun 2010 meluncurkan program bantuan biaya pendidikan Bidikmisi berupa bantuan biaya penyelenggaraan pendidikan dan bantuan biaya hidup kepada 20.000 mahasiswa yang memiliki potensi akademik baik dan tidak mampu secara ekonomi yang diselenggarakan di 104 Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Salah satu dari PTN yang menyelenggarakan program beasiswa Bidikmisi adalah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Misi dari program Bidikmisi yaitu menghidupkan harapan bagi masyarakat tidak mampu dan mempunyai potensi akademik baik untuk dapat menempuh pendidikan sampai ke jenjang pendidikan tinggi dan menghasilkan sumber daya insani yang mampu berperan dalam memutus mata rantai kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat. Tujuan dari program Bidikmisi adalah meningkatkan motivasi belajar dan prestasi calon mahasiswa khususnya mereka yang menghadapi kendala ekonomi, meningkatkan akses dan kesempatan belajar di perguruan tinggi bagi peserta didik yang tidak mampu secara ekonomi dan berpotensi akademik baik, menjamin keberlangsungan studi mahasiswa sampai selesai dan tepat waktu (Santoso, 2013).

Sebagai sebuah program yang berkelanjutan setiap tahunnya, tentunya harapan dari adanya beasiswa Bidikmisi dari tahun ke tahun semakin mendekati kesempurnaan. Demikian pula dengan prestasi para mahasiswa penerima Bidikmisi, untuk selanjutnya akan semakin membanggakan. Mencapai prestasi yang membanggakan merupakan salah satu dari tujuan program Bidikmisi. Dalam mewujudkan misi dan tujuan program Bidikmisi,


(11)

2

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

maka para penerima beasiswa Bidikmisi diharapkan dapat memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal 2.75. Menurut Direktorat Kemahasiswaan


(12)

3

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

UPI apabila ada mahasiswa Bidikmisi yang mendapatkan IPK di bawah 2.75 maka akan diberikan pembinaan agar lebih baik lagi, dan apabila masih tetap memperoleh IPK di bawah 2.75 maka beasiswa Bidikmisi yang diperolehnya akan diberhentikan. Menurut data statistik, prestasi yang diraih para penerima angkatan pertama ada yang membanggakan dan ada pula yang mengecewakan, yaitu lebih dari 20% dari mereka meraih Indeks Prestasi Sementara (IPS) antara 3.51-3.99, sebanyak 58% meraih IPS antara 2.75-3.50, bahkan sebanyak 1% diantara mereka meraih IPS sempurna 4.00. Hanya 4% diantara mereka yang memperoleh IPS dibawah 2.00, sementara 17% sisanya meraih IPS antara 2.00-2.74. Dari data statistik diatas dapat disimpulkan bahwa masih banyak mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi belum menunjukan prestasi yang baik (Jawa Pos National Network, 2012).

Untuk melihat gambaran pada mahasiswa Bidikmisi UPI, peneliti melakukan studi awal pada bulan November 2013 dengan mewawancarai beberapa mahasiswa Bidikmisi UPI. Hasil wawancara menunjukan bahwa sebagian subjek mengalami hambatan ketika harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam program beasiswa Bidikmisi. Ketentuan-ketentuan tersebut diantaranya harus memperoleh IPK diatas 2.75 dan lulus kuliah tepat waktu. Dalam hal akademik, subjek merasa tidak dapat membeli buku yang diwajibkan oleh jurusan dan tidak bisa membayar biaya praktikum. Hal tersebut disebabkan karena tidak cukupnya dana beasiswa Bidikmisi bahkan terkadang sering mengalami keterlambatan dalam pencairan dana Bidikmisi. Disamping itu, prestasi yang subjek miliki ada yang membanggakan yaitu memeroleh IPS di atas 3.51-3.8, IPS diatas 2.75-3.5 dan ada pula yang mengecewakan yaitu memeroleh IPS di bawah 2.74. Kondisi tersebut menyebabkan subjek merasa tertekan sehingga subjek merasakan kecemasan akademik.

Fenomena kecemasan akademik yang dialami oleh mahasiswa Bidikmisi adalah para mahasiswa cenderung untuk menghindar dari peraturan


(13)

4

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang telah ditetapkan dalam beasiswa Bidikmisi sehingga ada beberapa mahasiswa yang memutuskan perkuliahannya hanya karena memiliki permasalahan di bidang akademik misalnya mendapatkan IPK di bawah 2.75 dan tidak cukupnya dana untuk kebutuhan biaya hidup dan akademik. Menurut Valiante dan Pajares (1999, hlm. 33), kecemasan akademik adalah perasaan tegang dan ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi, perasaan tersebut mengganggu dalam pelaksanaan tugas dan aktivitas yang beragam dalam situasi akademis. Ottens (1991, hlm. 5) menjelaskan terdapat empat karakteristik kecemasan akademik, salah satu karakteristik tersebut adalah

misdirected attention yaitu perhatian yang menunjukkan arah yang salah. Pada

umumnya mahasiswa diharapkan dapat berkonsentrasi penuh pada tugas-tugas akademik seperti membaca buku, mengikuti ujian, atau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh dosen akan tetapi yang terjadi disini adalah mahasiswa tidak perduli dan perhatian mereka menjadi teralihkan (Ottens, 1991, hlm. 5). Perhatian dapat terganggu melalui faktor eksternal (tindakan mahasiswa lainnya, jam, suara-suara asing) atau faktor pengganggu internal (kecemasan, lamunan, dan reaksi fisik).

Perhatian yang terganggu dapat diatur dengan regulasi emosi. Hal tersebut berdasarkan pada pendapat Cole dkk (2004) bahwa regulasi emosi menekankan pada bagaimana dan mengapa emosi itu sendiri mampu mengatur dan memfasilitasi proses-proses psikologis, seperti memusatkan perhatian, pemecahan masalah, dukungan sosial dan juga mengapa regulasi emosi memiliki pengaruh yang merugikan, seperti mengganggu proses pemusatan perhatian, interferensi pada proses pemecahan masalah serta mengganggu hubungan sosial antar individu.

Regulasi emosi merupakan salah satu bagian dari resiliensi (Reivich dan Shatte, 2002). Campbel-Sills dkk (Wilks, 2008) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa resiliensi berkorelasi positif dengan task oriented atau


(14)

5

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

komponen kecemasan akademik diantaranya task generated interference yaitu perilaku yang berhubungan dengan tugas akan tetapi tidak maksimal dalam mengerjakan tugas (Center for Learning & Teaching, 2005). Ketika mahasiswa Bidikmisi tidak maksimal dalam mengerjakan tugas, hal tersebut menggambarkan bahwa mahasiswa Bidikmisi mengalami kecemasan akademik. Individu yang memiliki regulasi emosi maka akan dapat mengatasi hal tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Reivich dan Shatte (2002) menunjukkan bahwa orang yang tidak memiliki kemampuan untuk mengatur emosi, akan mengalami kesulitan.

Adapun ketika situasi-situasi tertentu saat kesulitan atau penderitaan tidak dapat dihindari, individu yang memiliki resiliensi dapat mengatasi berbagai permasalahan hidup dengan cara mereka. Individu akan mampu mengambil keputusan dalam kondisi yang sulit secara cepat. Keberadaan resiliensi akan mengubah permasalahan menjadi sebuah tantangan, kegagalan menjadi kesuksesan, ketidakberdayaan menjadi kekuatan (Widuri, 2012, hlm. 148). Resiliensi sangat penting dalam membantu individu untuk mengatasi segala kesulitan yang muncul setiap hari (Grotberg, 1999). Resiliensi diperlukan oleh mahasiswa Bidikmisi agar perkuliahan yang dijalani tidak terbengkalai dan tidak putus di tengah jalan. Dalam memenuhi kebutuhan hidup, banyak mahasiswa Bidikmisi hanya mengandalkan pencairan dana Bidikmisi saja, sehingga tidak sedikit mahasiswa Bidikmisi yang meminta bantuan kepada teman ataupun kerabatnya untuk meminjam uang, bahkan ada yang mengikuti wirausaha, mengajar, dan lain sebagainya untuk menanggulangi hambatan-hambatan tersebut. Pada dasarnya, setiap individu memiliki potensi yang sangat besar untuk menjalani dan menghadapi setiap tantangan yang ada dalam kehidupannya. Individu yang memiliki kemampuan untuk berpikir dan dapat belajar dari setiap pengalaman-pengalaman yang dialami oleh dirinya dan oleh orang-orang di sekitarnya, dapat menjadikan individu tersebut individu yang tangguh ketika menghadapi keadaan seperti


(15)

6

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

apapun, meskipun ia dari keluarga yang tidak mampu atau serba kekurangan dan hidup dalam keprihatinan (Rahmasari, 2007).

Menurut Reivich dan Shatte (2002) resiliensi adalah kemampuan untuk mengatasi dan beradaptasi terhadap kejadian yang berat atau masalah dalam kehidupan. Bertahan dalam keadaan tertekan, dan bahkan berhadapan dengan kesulitan (adversity dan trauma) yang dialami dalam kehidupannya. Individu yang memiliki resiliensi akan dapat menghadapi setiap permasalahan yang menimpa kehidupannya dan ia pun tahu seperti apa penyelesaiannya. Resiliensi ini akan sangat membantu mahasiswa dalam menghadapi setiap permasalahan yang dialaminya, dari permasalahan yang ringan hingga permasalahan yang sangat sulit. Faktanya, orang yang paling resilien mencari pengalaman baru dan menantang karena mereka telah mempelajari bahwa hanya melalui perjuangan, dengan memaksa diri mereka sendiri ke batas yang paling maksimal, maka mereka akan menambah batasan hidup mereka sendiri (Reivich & Shatte, 2002).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang resilien akan memiliki performansi akademik yang baik (Wilks, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Lee (2009) pada individu beresiko menemukan bahwa individu yang memiliki tingkat resiliensi yang tinggi juga memiliki nilai akademis yang baik. Begitu pun dengan hambatan yang terjadi kepada mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi dalam memperjuangkan untuk memenuhi setiap ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan yaitu mendapatkan nilai akademik yang bagus (nilai IPK di atas 2.75 dan dapat lulus kuliah tepat waktu). Hal tersebut merupakan tantangan yang sangat besar untuk mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi untuk tetap konsentrasi dan berprestasi di bidang akademik.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti sangat tertarik untuk

mengangkat judul “Hubungan Tingkat Resiliensi dengan Kecemasan


(16)

7

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Rumusan Masalah

Mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi merupakan mahasiswa yang perkuliahannya dibiayai oleh pemerintah, sehingga dituntut untuk mengikuti peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Peraturan-peraturan tersebut sangat berkaitan erat dengan bidang akademik.

Dalam melaksanakan peraturan Bidikmisi ada beberapa hal yang diduga akan menimbulkan kecemasan akademik. Adapun salah satu yang dapat mengatasi kecemasan akademik adalah regulasi emosi. Regulasi emosi merupakan bagian dari resiliensi. Resiliensi berkorelasi positif dengan task

oriented atau problem focused coping, yang merupakan salah satu komponen

kecemasan akademik.

Oleh karena itu, secara umum fokus permasalahan yang akan dikaji

dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah hubungan tingkat resiliensi

dengan kecemasan akademik pada mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi

UPI Bandung?”

Berdasarkan permasalahan umum di atas, maka dijabarkan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah gambaran umum mengenai resiliensi pada mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi UPI Bandung?

2. Bagaimanakah gambaran umum mengenai kecemasan akademik pada mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi UPI Bandung?

3. Adakah hubungan yang signifikan antara resiliensi dengan kecemasan akademik pada mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi UPI Bandung?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat resiliensi dengan kecemasan akademik pada mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi.


(17)

8

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Tujuan khusus

a. Gambaran mengenai resiliensi pada mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi UPI Bandung.

b. Gambaran mengenai kecemasan akademik pada mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi UPI Bandung.

c. Hubungan resiliensi dengan kecemasan akademik pada mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi UPI Bandung.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoretis

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan kajian dalam mengembangkan ilmu psikologi pendidikan, serta referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Manfaat praktis

Manfaat penelitian ini secara praktis, yakni: a. Bagi Penulis

Dapat memberikan bukti dan penjelasan mengenai fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan, juga sebagai pembelajaran dan pengalaman awal bagi penulis dalam menulis karya ilmiah.

b. Bagi Mahasiswa

Bagi para mahasiswa khususnya mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi memberikan gambaran mengenai bagaimana kecemasan akademik mempengaruhi tingkat resiliensi pada mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi.

c. Bagi Universitas

Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan untuk pihak Universitas terutama bagian kemahasiswaan agar dapat memberikan perhatian kepada mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi.


(18)

9

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur penulisan dalam skripsi adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta struktur organisasi.

BAB II RESILIENSI DAN KECEMASAN AKADEMIK

Dalam bab ini, akan dibahas mengenai teori resiliensi yang terdiri dari definisi resiliensi, aspek-aspek resiliensi, fungsi-fungsi resiliensi, faktor-faktor yang mempengaruhi resiliensi, dan sumber-sumber resiliensi. Kemudian akan membahas mengenai teori kecemasan akademik yang terdiri dari definisi kecemasan akademik, komponen-komponen kecemasan akademik, gejala kecemasan akademik, karakteristik-karakteristik kecemasan akademik, dan sumber-sumber kecemasan akademik. Selain itu, akan dibahas mengenai kerangka pemikiran serta hipotesis penelitian. Kerangka pemikiran membahas mengenai tahapan yang akan ditempuh untuk merumuskan hipotesis dan mengkaji hubungan teoritis antara variabel resiliensi dengan kecemasan akademik. Hipotesis penelitian membahas mengenai jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya mengenai hubungan antara dua variabel yaitu resiliensi dan kecemasan akademik.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi pembahasan mengenai metode penelitian yang digunakan, lokasi, populasi, sampel dan teknik sampling penelitian. Kemudian membahas mengenai variabel dan definisi operasional resiliensi dan kecemasan akademik, teknik pengumpulan data, dan instrumen penelitian. Selain itu juga


(19)

10

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dibahas mengenai proses pengembangan instrumen dan teknik analisis data yang terdiri dari uji normalitas dan uji korelasi.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, akan dibahas mengenai penelitian dan pembahasan hasil analisis mengenai gambaran resiliensi dan kecemasan akademik serta hubungan tingkat resiliensi dengan kecemasan akademik pada mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi UPI Bandung.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran yang didasarkan pada hasil penelitian ini.


(20)

31

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Bertempat di Jalan Setiabudhi no. 229 Bandung.

2. Populasi Penelitian

Walpole (1995, hlm. 6) berpandangan bahwa populasi adalah keseluruhan pengamatan yang menjadi perhatian peneliti. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi di Universitas Pendidikan Indonesia. Adapun jumlah mahasiswa Bidikmisi UPI yang menjadi populasi penelitian ini, yaitu:

Tabel 3.1

Jumlah Mahasiswa Bidikmisi UPI

Angkatan Jumlah Mahasiswa Bidikmisi

2010 413 Mahasiswa

2011 600 Mahasiswa

2012 1058 Mahasiswa

2013 1406 Mahasiswa

Jumlah Populasi = 3477 Mahasiswa

3. Sampel dan Teknik Sampling Penelitian

Margono (2004, hlm. 121) menyatakan bahwa sampel adalah sebagai bagian dari populasi. Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan teknik pemilihan probability sampling. Probability sampling yaitu setiap elemen populasi mempunyai probabilitas (kemungkinan) yang sama untuk dipilih (Supranto, 2008, hlm. 24). Jenis dari probability sampling


(21)

32

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang peneliti gunakan yaitu simple random sampling. Simple random

sampling adalah sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga setiap

unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Cara demikian dilakukan harus kepada anggota populasi yang dianggap homogen (Singarimbun dan Effendy, 1989). Adapun teknik menentukan sampel yaitu dengan menggunakan jumlah populasi yang diketahui dari teknik Slovin (Siregar, 2010, hlm. 149), dengan rumus sebagai berikut:

n = N 1+Ne2 Keterangan: n = Sampel

N = Jumlah populasi

e2 = Perkiraan tingkat kesalahan

n = 3477 1+3477(0.05)2

= 358.75 359 Keterangan:

n = Sampel

N = Jumlah populasi sebanyak 3477 Mahasiswa e2 = Perkiraan tingkat kesalahan 5%

Berdasarkan rumus di atas maka sampel yang diambil adalah sebanyak 359 responden dengan perkiraan tingkat kesalahan sebesar 5%.

B. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode


(22)

33

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

statistika (Azwar, 2010). Peneliti ingin mendapatkan informasi mengenai tingkat resiliensi dan kecemasan akademik pada suatu populasi yaitu mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi UPI Bandung dengan mengambil sampel yang telah ditentukan dan pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner resiliensi dan kecemasan akademik. Metode yang digunakan adalah metode deskritif korelasional. Metode koresional dalam penelitian ini yaitu metode untuk mencari hubungan antara resiliensi dengan kecemasan akademik.

C. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel resiliensi dan variabel kecemasan akademik.

2. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1) Definisi Operasional Resiliensi

Dalam penelitian ini, resiliensi didefinisikan sebagai suatu keterampilan individu dalam menyikapi setiap permasalahan hidup meskipun permasalahan yang dialaminya berat dan mampu mengendalikan emosinya serta menemukan jalan keluar dari setiap permasalahannya, yang tergambar dari derajat skor kuesioner resiliensi yang disusun berdasarkan tujuh dimensi (aspek) resiliensi yang dikemukakan oleh Reivich dan Shatte (2002) yaitu: 1) Regulasi Emosi

Dimensi ini berkaitan dengan suatu kemampuan untuk mengelola emosi agar tetap berada dibawah tekanan.

2) Impuls Control

Dimensi ini berkaitan dengan kemampuan untuk mengatur dan mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan, menerima perasaan yang tidak menyenangkan serta tekanan yang muncul dari dalam diri seseorang. 3) Optimis


(23)

34

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dimensi ini berkaitan dengan kemampuan untuk tetap berpikir positif dalam menghadapi masa depan.

4) Empati

Dimensi ini berkaitan dengan kemampuan individu untuk bisa membaca, melihat dan merasakan bagaimana perasaan, serta emosi orang lain.

5) Causal Analysis

Dimensi ini berkaitan dengan kemampuan dalam menganalisa penyebab dari masalah yang ada.

6) Self Efficacy

Dimensi ini berkaitan dengan suatu keyakinan yang dapat membangun kepercayaan pada diri sendiri dalam memecahkan masalah.

7) Reaching Out

Dimensi ini berkaitan dengan peningkatan aspek positif yaitu suatu kemampuan untuk meningkatkan hal-hal positif dari kehidupan dalam menghadapi tantangan dan kesempatan yang ada. Peningkatan aspek positif mencakup juga keberanian seseorang untuk mengatasi segala ketakutan yang mengancam dalam kehidupan.

Semakin tinggi skor keseluruhan yang diperoleh maka semakin tinggi tingkat resiliensi mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi dalam menghadapi kecemasan akademik. Artinya mahasiswa Bidikmisi tidak mudah mengalami kecemasan akademik ketika dihadapi dengan tantangan. Semakin rendah skor keseluruhan yang diperoleh maka semakin rendah tingkat resiliensi mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi dalam menghadapi kecemasan akademik. Artinya mahasiswa Bidikmisi mudah mengalami kecemasan akademik dalam menghadapi tantangan.


(24)

35

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam penelitian ini, kecemasan akademik didefinisikan sebagai suatu keadaan tertekan yang dialami oleh mahasiswa dan dapat mengganggu konsentrasi disebabkan oleh stimulus yang menekan dari lingkungan terutama lingkungan akademik. Hal tersebut tergambar dari derajat skor kuesioner kecemasan akademik yang disusun berdasarkan empat dimensi kecemasan akademik yang mengacu pada karakteristik kecemasan akademis yang dipaparkan Ottens (1991, hlm. 5), yaitu:

1) Pola kecemasan yang menimbulkan aktivitas mental

Pikiran, persepsi dan dugaan yang mengarah pada kesulitan akademis yang dihadapi. Aktivititas mental yang terlibat adalah kekhawatiran, dialog diri yang maladaptif, serta pengertian dan keyakinan yang salah mengenai diri dan dunia mereka.

2) Perhatian yang menunjukkan arah yang salah

Perhatian yang menurun karena dialihkan melalui pengganggu eksternal (perilaku siswa lain, jam, suara-suara bising), atau melalui pengganggu internal (kekhawatiran, melamun, reaksi fisik).

3) Distres secara fisik

Perubahan pada tubuh diasosiasikan dengan otot tegang, berkeringat, jantung berdetak cepat, dan tangan gemetar. Selain itu melibatkan aspek pengalaman emosi yang terjadi selama tugas akademis berlangsung.

4) Perilaku yang kurang tepat

Perilaku yang ditunjukkan tidak sesuai, seperti adanya prokrastinasi dan ketelitian yang berlebihan dalam mengerjakan tugas akademis.

Semakin tinggi skor keseluruhan kecemasan akademik yang diperoleh, maka semakin tinggi kecemasan akademik pada diri mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi. Semakin rendah skor keseluruhan kecemasan akademik yang diperoleh, maka semakin rendah kecemasan akademik pada diri mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi.


(25)

36

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D.Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung yang sesuai dengan karakteristik dari kerangka sampel.


(26)

37

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E.Instrumen Penelitian

1. Kuesioner Resiliensi a. Spesifikasi Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen resiliensi yang disusun oleh Erfiyanti Fajar Sari (2014) dengan menurunkan langsung ketujuh aspek resiliensi dari Reivich dan Shatte (2002). Instrumen ini menggunakan skala rating likert. Instrumen ini terdiri dari 42 item, dengan tingkat reliabilitas sebesar 0.853 yang berarti memiliki tingkat reliabilitas tinggi.

b. Pengisian Kuesioner

Responden mengisi kuesioner dengan cara memilih atau menntukan salah satu dari lima pilihan jawaban yang sesuai dengan yang dirasakan oleh responden pada setiap item pernyataan. Penentuan jawaban dilakukan dengan memberi tanda ceklis () pada kolom pilihan jawaban yang tersedia, sesuai dengan jawaban yang menjadi jawaban pilihannya. Pilihan jawaban terdiri dari lima kategori yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), atau Sangat Tidak Setuju (STS).

c. Penyekoran

Penyekoran jawaban responden pada instrumen resiliensi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1) Setiap pernyataan dalam kuesioner disertai alternatif jawaban yang terdiri dari lima kategori yang harus dipilih responden. Jawaban dari setiap pernyataan tersebut dinilai dengan angka sebagai berikut.


(27)

38

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.2

Penyekoran Kuesioner

Pilihan Jawaban

Nilai Pernyataan

Favorable Unfavorable

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

2) Menjumlahkan seluruh skor pada masing-masing instrumen resiliensi yang diperoleh responden.

3) Menentukan mean dan standar deviasi yang kemudian dibuat kategorisasi berdasarkan mean dan standar deviasi tersebut.

d. Kategorisasi Skala Instrumen Resiliensi

Kategorisasi skala dilakukan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2010. hlm. 107). Dalam penelitian ini skor resiliensi dikelompokkan dalam lima kategori. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.3

Kategorisasi Skala Resiliensi

Rumus Kategori

X > (M + 1,50s) Sangat Tinggi

(M + 0,50s) < X ≤ (M + 1,50s) Tinggi

(M –0,50s) < X ≤ (M + 0,50s) Sedang

(M –1,50s) < X ≤ (M – 0,50s) Rendah

X ≤ (M – 1,50s) Sangat Rendah (Azwar, 2009, hlm. 163)


(28)

39

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Kuesioner Kecemasan Akademik

a. Spesifikasi Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen kecemasan akademik yang dikembangkan oleh peneliti dengan menurunkan langsung keempat karakterisitik kecemasan akademik dari Ottens (1991). Instrumen ini menggunakan skala rating likert. Item yang valid pada instrumen kecemasan akademik sebanyak 21 item, dengan nilai reliabilitas sebesar 0.852 yang berarti memiliki reliabilitas yang tinggi.

b. Pengisian Kuesioner

Responden mengisi kuesioner dengan cara memilih atau menentukan salah satu dari lima pilihan jawaban yang sesuai dengan yang dirasakan oleh responden pada setiap item pernyataan. Penentuan jawaban dilakukan dengan memberi tanda ceklis () pada kolom pilihan jawaban yang tersedia, sesuai dengan jawaban yang menjadi jawaban pilihannya. Pilihan jawaban terdiri dari lima kategori yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), atau Sangat Tidak Setuju (STS).

c. Penyekoran

Penyekoran jawaban responden pada instrumen resiliensi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1) Setiap pernyataan dalam kuesioner disertai alternatif jawaban yang terdiri dari empat kategori yang harus dipilih responden. Jawaban dari setiap pernyataan tersebut dinilai dengan angka sebagai berikut.


(29)

40

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.4

Penyekoran Kuesioner

Pilihan Jawaban

Nilai Pernyataan Favorable Unfavorable

Sangat Setuju 1 4

Setuju 2 3

Tidak Setuju 3 2

Sangat Tidak Setuju 4 1

2) Menjumlahkan seluruh skor pada masing-masing instrumen resiliensi yang diperoleh responden.

3) Menentukan mean dan standar deviasi yang kemudian dibuat kategorisasi berdasarkan mean dan standar deviasi tersebut.

d. Kategorisasi Skala Instrumen Kecemasan Akademik

Kategorisasi skala dilakukan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2010. hlm. 107). Dalam penelitian ini skor kecemasan akademik dikelompokkan dalam lima kategori. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.5

Kategorisasi Skala Kecemasan Akademik

Rumus Kategori

X > (M + 1,50s) Sangat Tinggi

(M + 0,50s) < X ≤ (M + 1,50s) Tinggi

(M –0,50s) < X ≤ (M + 0,50s) Sedang

(M –1,50s) < X ≤ (M – 0,50s) Rendah

X ≤ (M – 1,50s) Sangat Rendah (Azwar, 2009, hlm. 163)


(30)

41

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung


(31)

42

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu F. Proses Pengembangan Instrumen

1. Uji Konten (Expert judgment)

Uji validitas isi merupakan pengujian validitas instrumen terhadap isi instrumen yang dilakukan melalui analisis rasional atau melalui professional

judgement untuk memeriksa apakah masing-masing item telah sesuai dengan

indikator perilaku yang hendak diungkapnya (Azwar, 2011, hlm. 175).

Sebelum digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji konten terhadap instrumen kecemasan akademik. Uji Konten dilakukan melalui expert

judgment oleh tiga orang dosen jurusan psikologi, yaitu Dra. Herlina, M. Pd.

Psikolog., (Psikologi Pendidikan), Helli Ihsan S. Ag., M. Si., (Psikometri), dan Siti Chotdijah, M. A., Psikolog., (Psikologi Klinis).

2. Uji Keterbacaan Instrumen

Uji keterbacaan instrumen dilakukan setelah uji konten, sebelum uji validitas dan reliabilitas, dan dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas dari kalimat-kalimat yang dipakai. Hal ini penting dilakukan agar tidak terjadi kesalahan persepsi antara maksud yang ingin dinilai oleh peneliti dengan persepsi responden terhadap setiap item kuesioner. Pada penelitian ini, uji keterbacaan dilakukan oleh mahasiswa jurusan Psikologi FIP UPI.

3. Uji Validitas Item

Untuk mengetahui item yang layak, peneliti melakukan pengujian daya diskriminasi. Pengujian daya beda item dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara skor setiap item dengan skor total alat ukur. Komputasi ini menghasilkan koefisien korelasi item total yang dapat dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment (Azwar, 2010, hlm. 5).

Validitas berarti “sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya” (Azwar, 2010. hlm. 5). Suatu tes atau instrumen ukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat


(32)

43

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.

Uji validitas item yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu uji validitas terhadap item-item pada instrumen kecemasan akademik yang memiliki nilai 4 pada hasil professional judgment, yang berarti memadai.

4. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila pengukuran yang dilakukan beberapa kali memeroleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur belum berubah. Metode yang digunakan ialah metode koefisien Alpha

Cronbach. Kelebihan Alpha Cronbach daripada teknik estimasi lain adalah

dapat digunakan untuk data dikotomi atau multikotomi, sedangkan koefisien realibitas dapat diberlakukan bagi data dikotomi saja (Azwar, 2010, hlm. 4).

Berdasarkan perhitungan uji reliabilitas yang telah dilakukan terhadap kecemasan akademik dengan menggunakan bantuan software SPSS Versi 20.0 diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0.852 untuk instrumen kecemasan akademik. Koefisien reliabilitas tersebut menunjukkan kecemasan akademik reliabel, sehingga dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 3.6.

Tabel 3.6

Reliabilitas Kecemasan Akademik

Cronbach's Alpha

N of Items

,852 21

G.Teknik Analisis Data 1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji untuk mengetahui kenormalan distribusi sebuah data. Normal atau tidaknya distribusi data dilihat dari perbandingan antara data yang dimiliki dengan data berdistribusi normal yang memiliki


(33)

44

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mean dan standar deviasi yang sama. Uji normalitas dilakukan dengan

menggunakan rumus One Sample Kolmogorov-Smirnov yang perhitungannya dibantu dengan software SPSS 20.0 for windows. Apabila tingkat signifikansi

≥0.05 maka data dinyatakan berdistribusi normal. Uji normalitas data digunakan untuk menetapkan teknik statistik korelasi yang akan digunakan. Jika hasil uji normalitas menunjukkan data berdistribusi normal maka teknik statistik korelasi yang akan digunakan yaitu statistik parametrik, namun jika data berdistribusi tidak normal maka teknik statistik korelasi yang akan digunakan yaitu statistik non parametrik.

Berikut adalah hasil uji normalitas data dengan menggunakan uji one

sample Kolmogorov-Smirnov.

Tabel 3.7

Hasil Uji Normalitas

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

Resiliensi ,055 359 ,011 ,990 359 ,012

Kecemasan Akademik ,057 359 ,007 ,988 359 ,005 a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan pada tabel 3.7 di atas menunjukkan bahwa data resiliensi tidak berdistribusi normal pada tingkat signifikansi 0.011 (<0.05) dan data kecemasan akademik tidak berdistribusi normal pada tingkat signifikansi 0.007 (<0.05). Dengan demikian, maka teknik statistik korelasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik statistik

Spearman Rho.

2. Uji Korelasi

Menurut Idrus (2009) uji korelasi adalah sekumpulan teknik statistika yang digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel. Hubungan dua variabel ini terdiri dari dua macam yaitu hubungan yang positif dan hubungan yang negatif. Hubungan variabel X dan Y dikatakan


(34)

45

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

positif apabila kenaikan atau penurunan X pada umumnya diikuti oleh kenaikan atau penurunan Y. Ukuran yang dipakai mengetahui kuat tidaknya hubungan antara variabel X dan Y disebut koefisien korelasi (r).

Uji korelasi dalam penelitian ini menggunakan teknik statistik non parametrik Spearman Rho pada tingkat signifikansi 0.05 dengan bantuan program SPSS 20.0. Dari penjelasan tersebut diperoleh koefisien korelasi untuk mengetahui seberapa erat hubungan antara kedua variabel tersebut. Hasil dari koefisien korelasi yang didapat akan diinterpretasikan berdasarkan pemaknaan koefisien korelasi dari Guilford sebagaimana tercantum dalam tabel 3.8 berikut ini.

Tabel 3.8

Makna Koefisien Korelasi Menurut Guilford

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0.00-0.199 Sangat Rendah

0.20-0.399 Rendah

0.40-0.59 Sedang

0.60-0.799 Kuat

0.80-1.000 Sangat Kuat

(Sugiyono, 2012, hlm. 184)

Uji korelasi ini dilakukan pada tingkat signifikansi 0.05. Angka signifikan sebesar 0.05 mempunyai pengertian bahwa tingkat kepercayaan penelitian sebesar 95%. Untuk pengujian dalam SPSS digunakan kriteria yaitu jika angka signifikan hasil riset <0.05, maka hubungan kedua variabel signifikan. Jika angka signifikan hasil riset >0.05 maka hubungan variabel tidak signifikan.


(35)

78

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara umum, resiliensi pada mahasiswa Bidikmisi UPI Bandung berada pada kategori sedang. Artinya, sebagian besar mahasiswa Bidikmisi memiliki kemampuan yang cukup dalam mengatasi dan menghadapi permasalahan hidup yang dialaminya.

2. Secara umum, kecemasan akademik pada mahasiswa Bidikmisi UPI Bandung berada pada kategori rendah. Artinya, sebagian besar mahasiswa Bidikmisi memiliki perasaan takut/tegang yang rendah ketika menghadapi situasi akademik/tugas akademik.

3. Secara umum, terdapat hubungan negatif yang sangat rendah namun signifikan antara resiliensi dengan kecemasan akademik. Artinya, ketika mahasiswa Bidimisi UPI mengalami kecemasan akademik tidak diikuti dengan resiliensi. Secara khusus, sebagian besar hubungan antara dimensi-dimensi resiliensi dengan kecemasan akademik memiliki hubungan yang tidak signifikan seperti dimensi regulasi emosi, impuls control, optimis,

causal analysis, self efficacy, dan reaching out. Akan tetapi adapula

hubungan negatif yang sangat rendah namun signifikan antara dimensi empati pada resiliensi dengan kecemasan akademik pada mahasiswa Bidikmisi UPI Bandung.


(36)

79

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa diharapkan dapat mengaplikasikan resiliensi yaitu kemampuan untuk mengatasi permasalahan hidup yang dialaminya baik dalam situasi akademis maupun dalam kehidupan sehari-hari. Bagi mahasiswa yang masih memiliki kecemasan akademik yang sedang, tinggi, dan sangat tinggi diharapkan dapat meminimalisir kecemasan akademiknya agar menjadi rendah.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik mengenai variabel resiliensi dan kecemasan akademik diharapkan dapat mengkaji lebih dalam lagi mengenai teori-teori resiliensi dan kecemasan akademik, agar lebih maksimal dalam pengambilan data dan hasil penelitian yang diperoleh. Bagi yang tertarik meneliti mengenai fenomena mahasiswa Bidikmisi disarankan untuk meneliti aspek psikologis lainnya dan dibedakan antara gender laki-laki dan perempuan.


(37)

80

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. (2004). Psikologi Kepribadian. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Astuti & Resminingsih. (2010). Pelayanan Konseling pada Satuan Pendidikan

Menengah. Jilid I. Grasindo.

Azwar, Saifudin. (2010). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Bandura, A. (1997). Self Efficacy: The Exercise of Control. New York: W. H. Freeman and Company.

Boran, L. (2011), Building Resilience and coping with stress. [Online]. Tersedia:http://www4.dcu.ie/ctyi/pdf/Lorraine%20Boran’s%20Presentation. pdf [10 November 2013].

Cole, P.M., Martin, S.E., & Dennis, T.A. (2004). Emotion regulation as a scientific construct methodological challenges and directions for child development research. Child development. March/April. 75 (2), 317-333. Davis, N. J. (1999). Subtance Abuse and Mental Health Services Administration

Center for Mental Health Services Division of Program Development, Special Populations & Projects Special Programs Development Branch (301), pp.443-2844. Status of Research and Research-based Programs.

[Online]. Hyperlink. Tersedia:

http://mentalhealth.samhsa.gov/schoolviolence/ [20 Pebruari 2014].

Denim, Sudarwan. (2002). Riset Keperawatan: Sejarah dan Metodologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Elliot. (1996). Educational Psychology. Second Edition. Madition: Brown and Benchmark Company.

Goleman, D. (2004). Emotional Intelligence. Alih Bahasa: T. Hermaya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Grotberg, E. H. (1999). Taping your inner strength: How to find the resilience to

deal with anything. Oakland, CA: New Harbinger Publications Inc.


(38)

81

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kecemasan Akademik. [Online]. Tersedia:

http://www.ehow.com/about_6136494_academic-anxiety.html. [10 Oktober 2013].

Lee, D. D. (2009). The Impact of Resilience on the Academic Achievement of At-Risk in The Upward Bound Program in Georgia. “Disertasi, Georgia

Southern University”. [Online]. Tersedia:

http://www.georgiasouthern.edu/etd/archive/spring2009/dlee/Lee_Deborah_ D 200901_edd.pdf. [25 September 2013].

Margono. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Masri, Singarimbun. Sofian, Effendi. (1989). Metode Penelitian Survai. Jakarta:

LP3ES.

Millatina, A. (2010). Pengaruh Bimbingan Belajar Terhadap Kecemasan Siswa

dalam Menghadapi Ujian Nasional. “Skripsi”. [Online]. Tersedia:

http://etd.eprints.ums.ac.id/9307/2/F100060071.Pdf. [15 Januari 2014]. O'Connor, F. (2007). Frequently Asked Questions about Academic Anxiety. New

York: The Rosen Publishing Group.

Ottens, A. J. (1991). Coping with Academic Anxiety. New York: The Rosen Publishing Group.

Rahmasari, Suci. (2007). Studi Deskriptif Tingkat Resiliensi Mahasiswa Jurusan

Psikologi Angkatan 2008-2011 UPI. Skripsi pada Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: Tidak diterbitkan.

Reivich, K. Shatte, A. (2002). The Resilience Factor: 7 Essential Skill For

Overcoming Life’s Inevitable Obstacles. New York: Broadway Books.

Santoso, Djoko. (2013). Panduan Bidikmisi. [Online]. Tersedia: http://bidikmisi.dikti.go.id. Pdf. [10 Oktober 2013].

Santoso, Djoko. (2014). Panduan Bidikmisi. [Online]. Tersedia: http://bidikmisi.dikti.go.id. Pdf. [15 Maret 2014].

Sarwar, M., dkk. (2010). Resilience and Academic Achievment of Male and Female Secondary Level Students in Pakistan. “Journal of College

Teaching & Learning”. [Online]. Vol.7 No.8. Tersedia:

http://journals.cluteonline.com/ index.php /TLC/article/viewFile/ 140/134. [26 November 2013].


(39)

82

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Seligmen, M. E. P. (1990). Learned Optimism: How to Change Your Mind and

Your Life. Simon & Schuster Inc: New York.

Setyowati, A. (2010). Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Resiliensi pada Siswa Penghuni Rumah Damai. “Journal Universitas Diponegoro”.

[Online]. Tersedia:

eprints.undip.ac.id/24783/1/Jurnal_KE_dan_Resiliensi.pdf. [20 November 2013].

Siebert, A. (2005). The resiliency advantage: Master change, thriveunderpressure

and bounce back from setback. San Fransisco: Berret-Koehler Publisher Inc.

Siregar, Syofian. (2010). Statistik Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers.

Sudjana. (2004). Statistika II. Bandung: Tarsito. Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Supranto, J. (2008). Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga.

Uyun, Z. (2012). Resiliensi dalam pendidikan karakter. Surakarta: Universitas Muhamadiyah. (S1-skripsi).

Valiante, G. dan Pajares, F. (1999). The Inviting/Disinviting Index: Instrument

Validation and Relation to Motiation and Achievement. “Journal of

Invitational Theory and Practice”. 6, 1, 28-47.

Wagnlid,G.M., Collins, J.A.(2009) Assessing Resilience. Journal of Psychosocial

Nursing and Mental Health Services, 47(12): available on line at:

http://www.jpnonline.com/view.asp?r [20 January 2014].

Walpole, R.E. (1995). Pengantar Statistika. Edisi Ketiga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Widuri, E. L. (2012). Regulasi Emosi dan Resiliensi pada Mahasiswa Tahun

Pertama. “Journal Universitas Ahmad Dahlan” [Online]. Vol.9 No.2.

Tersedia: http://journal.uad.ac.id/index.php/humanitas/article/view/1503. [12 Mei 2014].


(40)

83

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wilks, S. E. (2008). Resilience And Academic Stress: The Moderating Impact of

Social Support among Social Work Student. “Advance in Social Work”. [Online]. Vol.9 No.2. Tersedia: http://journals.iupui.edu/index.php/ advancesinsocialwork/article/view/51/195. [10 Oktober 2013].

(2012). Jawa Pos National Network: Prestasi Mahasiswa Bidikmisi. [Online]. Tersedia: http://bidikmisi.dikti.go.id/portal/?cat=6. [10 Oktober 2013].


(1)

78

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara umum, resiliensi pada mahasiswa Bidikmisi UPI Bandung berada pada kategori sedang. Artinya, sebagian besar mahasiswa Bidikmisi memiliki kemampuan yang cukup dalam mengatasi dan menghadapi permasalahan hidup yang dialaminya.

2. Secara umum, kecemasan akademik pada mahasiswa Bidikmisi UPI Bandung berada pada kategori rendah. Artinya, sebagian besar mahasiswa Bidikmisi memiliki perasaan takut/tegang yang rendah ketika menghadapi situasi akademik/tugas akademik.

3. Secara umum, terdapat hubungan negatif yang sangat rendah namun signifikan antara resiliensi dengan kecemasan akademik. Artinya, ketika mahasiswa Bidimisi UPI mengalami kecemasan akademik tidak diikuti dengan resiliensi. Secara khusus, sebagian besar hubungan antara dimensi-dimensi resiliensi dengan kecemasan akademik memiliki hubungan yang tidak signifikan seperti dimensi regulasi emosi, impuls control, optimis, causal analysis, self efficacy, dan reaching out. Akan tetapi adapula hubungan negatif yang sangat rendah namun signifikan antara dimensi empati pada resiliensi dengan kecemasan akademik pada mahasiswa Bidikmisi UPI Bandung.


(2)

79

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa diharapkan dapat mengaplikasikan resiliensi yaitu kemampuan untuk mengatasi permasalahan hidup yang dialaminya baik dalam situasi akademis maupun dalam kehidupan sehari-hari. Bagi mahasiswa yang masih memiliki kecemasan akademik yang sedang, tinggi, dan sangat tinggi diharapkan dapat meminimalisir kecemasan akademiknya agar menjadi rendah.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik mengenai variabel resiliensi dan kecemasan akademik diharapkan dapat mengkaji lebih dalam lagi mengenai teori-teori resiliensi dan kecemasan akademik, agar lebih maksimal dalam pengambilan data dan hasil penelitian yang diperoleh. Bagi yang tertarik meneliti mengenai fenomena mahasiswa Bidikmisi disarankan untuk meneliti aspek psikologis lainnya dan dibedakan antara gender laki-laki dan perempuan.


(3)

80

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. (2004). Psikologi Kepribadian. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Astuti & Resminingsih. (2010). Pelayanan Konseling pada Satuan Pendidikan Menengah. Jilid I. Grasindo.

Azwar, Saifudin. (2010). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Bandura, A. (1997). Self Efficacy: The Exercise of Control. New York: W. H. Freeman and Company.

Boran, L. (2011), Building Resilience and coping with stress. [Online]. Tersedia:http://www4.dcu.ie/ctyi/pdf/Lorraine%20Boran’s%20Presentation. pdf [10 November 2013].

Cole, P.M., Martin, S.E., & Dennis, T.A. (2004). Emotion regulation as a scientific construct methodological challenges and directions for child development research. Child development. March/April. 75 (2), 317-333. Davis, N. J. (1999). Subtance Abuse and Mental Health Services Administration

Center for Mental Health Services Division of Program Development, Special Populations & Projects Special Programs Development Branch (301), pp.443-2844. Status of Research and Research-based Programs.

[Online]. Hyperlink. Tersedia:

http://mentalhealth.samhsa.gov/schoolviolence/ [20 Pebruari 2014].

Denim, Sudarwan. (2002). Riset Keperawatan: Sejarah dan Metodologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Elliot. (1996). Educational Psychology. Second Edition. Madition: Brown and Benchmark Company.

Goleman, D. (2004). Emotional Intelligence. Alih Bahasa: T. Hermaya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Grotberg, E. H. (1999). Taping your inner strength: How to find the resilience to deal with anything. Oakland, CA: New Harbinger Publications Inc.


(4)

81

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kecemasan Akademik. [Online]. Tersedia:

http://www.ehow.com/about_6136494_academic-anxiety.html. [10 Oktober 2013].

Lee, D. D. (2009). The Impact of Resilience on the Academic Achievement of At-Risk in The Upward Bound Program in Georgia. “Disertasi, Georgia

Southern University”. [Online]. Tersedia: http://www.georgiasouthern.edu/etd/archive/spring2009/dlee/Lee_Deborah_ D 200901_edd.pdf. [25 September 2013].

Margono. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Masri, Singarimbun. Sofian, Effendi. (1989). Metode Penelitian Survai. Jakarta:

LP3ES.

Millatina, A. (2010). Pengaruh Bimbingan Belajar Terhadap Kecemasan Siswa dalam Menghadapi Ujian Nasional. “Skripsi”. [Online]. Tersedia: http://etd.eprints.ums.ac.id/9307/2/F100060071.Pdf. [15 Januari 2014]. O'Connor, F. (2007). Frequently Asked Questions about Academic Anxiety. New

York: The Rosen Publishing Group.

Ottens, A. J. (1991). Coping with Academic Anxiety. New York: The Rosen Publishing Group.

Rahmasari, Suci. (2007). Studi Deskriptif Tingkat Resiliensi Mahasiswa Jurusan Psikologi Angkatan 2008-2011 UPI. Skripsi pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: Tidak diterbitkan.

Reivich, K. Shatte, A. (2002). The Resilience Factor: 7 Essential Skill For

Overcoming Life’s Inevitable Obstacles. New York: Broadway Books. Santoso, Djoko. (2013). Panduan Bidikmisi. [Online]. Tersedia:

http://bidikmisi.dikti.go.id. Pdf. [10 Oktober 2013].

Santoso, Djoko. (2014). Panduan Bidikmisi. [Online]. Tersedia: http://bidikmisi.dikti.go.id. Pdf. [15 Maret 2014].

Sarwar, M., dkk. (2010). Resilience and Academic Achievment of Male and Female Secondary Level Students in Pakistan. “Journal of College

Teaching & Learning”. [Online]. Vol.7 No.8. Tersedia: http://journals.cluteonline.com/ index.php /TLC/article/viewFile/ 140/134. [26 November 2013].


(5)

82

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Seligmen, M. E. P. (1990). Learned Optimism: How to Change Your Mind and Your Life. Simon & Schuster Inc: New York.

Setyowati, A. (2010). Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Resiliensi pada Siswa Penghuni Rumah Damai. “Journal Universitas Diponegoro”.

[Online]. Tersedia:

eprints.undip.ac.id/24783/1/Jurnal_KE_dan_Resiliensi.pdf. [20 November 2013].

Siebert, A. (2005). The resiliency advantage: Master change, thriveunderpressure and bounce back from setback. San Fransisco: Berret-Koehler Publisher Inc. Siregar, Syofian. (2010). Statistik Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta: Rajawali

Pers.

Sudjana. (2004). Statistika II. Bandung: Tarsito. Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Supranto, J. (2008). Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga.

Uyun, Z. (2012). Resiliensi dalam pendidikan karakter. Surakarta: Universitas Muhamadiyah. (S1-skripsi).

Valiante, G. dan Pajares, F. (1999). The Inviting/Disinviting Index: Instrument Validation and Relation to Motiation and Achievement. “Journal of

Invitational Theory and Practice”. 6, 1, 28-47.

Wagnlid,G.M., Collins, J.A.(2009) Assessing Resilience. Journal of Psychosocial Nursing and Mental Health Services, 47(12): available on line at: http://www.jpnonline.com/view.asp?r [20 January 2014].

Walpole, R.E. (1995). Pengantar Statistika. Edisi Ketiga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Widuri, E. L. (2012). Regulasi Emosi dan Resiliensi pada Mahasiswa Tahun Pertama. “Journal Universitas Ahmad Dahlan” [Online]. Vol.9 No.2. Tersedia: http://journal.uad.ac.id/index.php/humanitas/article/view/1503. [12 Mei 2014].


(6)

83

Zakiah, 2014

Hubungan Tingkat Resiliensi Dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Upi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wilks, S. E. (2008). Resilience And Academic Stress: The Moderating Impact of Social Support among Social Work Student. “Advance in Social Work”. [Online]. Vol.9 No.2. Tersedia: http://journals.iupui.edu/index.php/ advancesinsocialwork/article/view/51/195. [10 Oktober 2013].

(2012). Jawa Pos National Network: Prestasi Mahasiswa Bidikmisi. [Online]. Tersedia: http://bidikmisi.dikti.go.id/portal/?cat=6. [10 Oktober 2013].