HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT RESILIENSI DALAM MENGHADAPI STRES AKADEMIK PADA MAHASISWA UPI PERANTAU.

(1)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN

TINGKAT RESILIENSI DALAM MENGHADAPI STRES AKADEMIK PADA MAHASISWA UPI PERANTAU

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh GelarSarjana Psikologi

Jurusan Psikologi

Oleh: Prima Seswita

0809247

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

Prima Seswita, 2013

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau

Hubungan antara Dukungan Sosial

dengan Tingkat Resiliensi dalam

Menghadapi Stres Akademik pada

Mahasiswa UPI Perantau

Oleh Prima Seswita

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan

© Prima Seswita 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

Prima Seswita, 2013

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau


(5)

(6)

v Prima Seswita, 2013

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau

ABSTRAK

Prima Seswita (0809247). Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Tingkat Resiliensi dalam Menghadapi Stres Akademik pada Mahasiswa UPI Perantau. Skripsi. Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung (2013).

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat resiliensi dan stres akademik sebagai variabel mediator pada mahasiswa UPI perantau yang berasal dari luar Pulau Jawa. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode korelasional. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Dukungan Sosial yang diturunkan langsung oleh peneliti berdasarkan teori House, instrumen Stres Akademik yang diadaptasi dari Stress-Life Student Inventory oleh Gadzella dan instrumen Resiliensi yang diadaptasi dari Resilience Quotient oleh Reivich dan Shatte. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara dukungan sosial dengan tingkat resiliensi pada mahasiswa UPI perantau dengan nilai korelasi 0,450 dan stres akademik tidak memediasi hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat resiliensi pada mahasiswa UPI perantau. Kesimpulan dan saran untuk pihak jurusan, bidang kemahasiswaan UPI dan penelitian selanjutnya dibahas dalam penelitian ini.


(7)

ABSTRACT

Prima Seswita (0809247). Relationship between Social Support and the level of Resilience to cope Academic Stress among UPI’s sojourner students. Thesis. Department of Psychology, Faculty of Education, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung (2013).

The purpose of this study is to describe the relationship between social support with the level of resilience with academic stress as a mediator variable among UPI’s sojourner students who came from outside of Java. The approach used is based on quantitative research with correlation method. The sampling techique used in this study is purposive sampling technique. This study using Social Support instrument based on theory of House, Academic Stress instrument adapted from Student-Life Stress Inventory by Gadzella, and Resilience instrument adapted from Resilience Quotient by Reivich and Shatte. The results of this study indicate there is positive and significant relationship between social support with the level of resilience among UPI’s sojourner students with correlation score 0,450 and academic stres did not mediate the relationship between social support with the level of resilience among UPI’s sojourner students. Furthermore, conclusions and recommendations discussed in this study.


(8)

vii

Prima Seswita, 2013

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 13

E. Struktur Penulisan ... 14

BAB II KONSEP RESILIENSI, STRES AKADEMIK DAN DUKUNGAN SOSIAL A. Resiliensi ... 15

1. Pengertian Resiliensi ... 16

2. Fungsi Resiliensi ... 18

3. Aspek-Aspek Resiliensi ... 20

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Resiliensi ... 24

B. Stres Akademik ... 25

1. Konsep Stres ... 25

2. Pengertian Stres... 26


(9)

4. Reaksi terhadap Stres ... 29

5. Penggolongan Stres ... 30

6. Faktor yang Mempengaruhi Stres ... 31

7. Pengertian Stres Akademik ... 32

8. Gejala-Gejala Stres Akademik ... 33

9. Faktor Penyebab Stres atau Stresor Akademik ... 34

C. Dukungan Sosial ... 35

1. Pengertian Dukungan Sosial ... 36

2. Sumber Dukungan Sosial ... 37

3. Bentuk-Bentuk Dukungan Sosial ... 38

4. Dampak Dukungan Sosial ... 39

D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 41

E. Kerangka Berpikir ... 43

F. Asumsi ... 47

G. Hipotesis ... 48

BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 49

B. Desain Penelitian ... 51

C. Metode Penelitian... 52

D. Definisi Operasional... 53

E. Instrumen Penelitian... 55

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 60

G. Teknik Pengumpulan Data ... 65

H. Analisis Data ... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 73

1. Gambaran Dukungan Sosial pada Mahasiswa UPI Perantau ... 74 2. Gambaran Stres Akademik pada Mahasiswa UPI


(10)

ix

Prima Seswita, 2013

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau

3. Gambaran Tingkat Resiliensi pada Mahasiswa UPI

Perantau ... 87 4. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Stres Akademik

pada Mahasiswa UPI Perantau ... 94 5. Hubungan antara Stres Akademik dengan Tingkat Resililensi

pada Mahasiswa UPI Perantau ... 95 6. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Tingkat Resiliensi pada Mahasiswa UPI Perantau ... 96 7. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Tingkat Resiliensi

pada Mahasiswa UPI Perantau dengan Stres Akademik sebagai Variabel Mediator ... 97 B. Pembahasan ... 101

1. Gambaran Dukungan Sosial pada Mahasiswa UPI

Perantau ... 101 2. Gambaran Stres Akademik pada Mahasiswa UPI

Perantau ... 106 3. Gambaran Tingkat Resiliensi pada Mahasiswa UPI

Perantau ... 109 4. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Stres Akademik

pada Mahasiswa UPI Perantau ... 112 5. Hubungan antara Stres Akademik dengan Tingkat Resiliensi

pada Mahasiswa UPI Perantau ... 115 6. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Tingkat Resiliensi pada Mahasiswa UPI Perantau ... 117 7. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Tingkat Resiliensi

pada Mahasiswa UPI Perantau dengan Stres Akademik sebagai Variabel Mediator ... 120 C. Keterbatasan Penelitian ... 121


(11)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 122

B. Saran ... 124

DAFTAR PUSTAKA ... 126

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 134 RIWAYAT PENULIS


(12)

xi

Prima Seswita, 2013

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Skor Pernyataan Instrumen Dukungan Sosial ... 56

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Dukungan Sosial ... 56

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Stres Akademik ... 57

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Resiliensi ... 59

Tabel 3.5 Skor Kategorisasi Reliabilitas ... 62

Tabel 3.6 Nilai Reliabilitas Instrumen Dukungan Sosial ... 63

Tabel 3.7 Nilai Reliabilitas Instrumen Student-Life Stress Inventory ... 63

Tabel 3.8 Nilai Reliabilitas Instrumen Resiliensi ... 63

Tabel 3.9 Hasil Pengembangan Instrumen Dukungan Sosial... 64

Tabel 3.10 Hasil Pengembangan Instrumen Student-Life Stress Inventory ... 64

Tabel 3.11 Hasil Pengembangan Instrumen Resiliensi ... 65

Tabel 3.12 Hasil Uji Normalitas Data ... 66

Tabel 3.13 Hasil Uji Linearitas Dukungan Sosial dengan Stres Akademik ... 67

Tabel 3.14 Hasil Uji Linearitas Dukungan Sosial dengan Resiliensi ... 68

Tabel 3.15 Hasil Uji Linearitas Stres Akademik dengan Resiliensi... 68

Tabel 3.16 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 69

Tabel 4.1 Gambaran Umum Dukungan Sosial pada Mahasiswa UPI Perantau ... 74

Tabel 4.2 Gambaran Dukungan Sosial pada Mahasiswa UPI Perantau Berdasarkan Angkatan... 75

Tabel 4.3 Gambaran Dukungan Sosial pada Mahasiswa UPI Perantau Berdasarkan Asal Daerah ... 77

Tabel 4.4 Gambaran Umum Bentuk-Bentuk Dukungan Sosial pada Mahasiswa UPI Perantau ... 78

Tabel 4.5 Gambaran Umum Stres Akademik pada Mahasiswa UPI Perantau ... 80

Tabel 4.6 Gambaran Stres Akademik pada Mahasiswa UPI Perantau Berdasarkan Angkatan... 81


(13)

Tabel 4.7 Gambaran Stres Akademik pada Mahasiswa UPI Perantau

Berdasarkan Asal Daerah ... 82 Tabel 4.8 Gambaran Umum Sub Dimensi Stres Akademik pada Mahasiswa

UPI Perantau ... 84 Tabel 4.9 Gambaran Umum Tingkat Resiliensi pada Mahasiswa UPI

Perantau ... 87 Tabel 4.10 Gambaran Tingkat Resiliensi pada Mahasiswa UPI Perantau

Berdasarkan Angkatan... 88 Tabel 4.11 Gambaran Tingkat Resiliensi pada Mahasiswa UPI Perantau

Berdasarkan Asal Daerah ... 90 Tabel 4.12 Gambaran Umum Dimensi Resiliensi pada Mahasiswa UPI

Perantau ... 91 Tabel 4.13 Hasil Uji Korelasi antara Dukungan Sosial dengan Stres Akademik

pada Mahasiswa UPI Perantau ... 94 Tabel 4.14 Hasil Uji Korelasi antara Stres Akademik dengan Tingkat

Resiliensi pada Mahasiswa UPI Perantau ... 95 Tabel 4.15 Hasil Uji Korelasi antara Dukungan Sosial dengan Tingkat

Resiliensi pada Mahasiswa UPI Perantau ... 97 Tabel 4.16 Koefisien Regresi Dukungan Sosial terhadap Stres Akademik Pada

Mahasiswa UPI Perantau ... 98 Tabel 4.17 Koefisien Regresi Dukungan Sosial terhadap Tingkat Resiliensi

pada Mahasiswa UPI Perantau ... 99 Tabel 4.18 Koefisien Regresi Dukungan Sosial dan Stres Akademik terhadap


(14)

xiii

Prima Seswita, 2013

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Gambaran Umum Dukungan Sosial pada Mahasiswa UPI

Perantau ... 74 Grafik 4.2 Gambaran Dukungan Sosial pada Mahasiswa UPI Perantau

Berdasarkan Angkatan... 75 Grafik 4.3 Gambaran Umum Bentuk-Bentuk Dukungan Sosial pada

Mahasiswa UPI Perantau ... 79 Grafik 4.4 Gambaran Umum Stres Akademik pada Mahasiswa UPI

Perantau ... 80 Grafik 4.5 Gambaran Stres Akademik pada Mahasiswa UPI Perantau

Berdasarkan Angkatan... 81 Grafik 4.6 Gambaran Umum Sub Dimensi Stres Akademik pada Mahasiswa

UPI Perantau ... 87 Grafik 4.7 Gambaran Umum Tingkat Resiliensi pada Mahasiswa UPI

Perantau ... 88 Grafik 4.8 Gambaran Tingkat Resiliensi pada Mahasiswa UPI Perantau

Berdasarkan Angkatan... 89 Grafik 4.9 Gambaran Umum Aspek-Aspek Resiliensi pada Mahasiswa UPI


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Tingkat Resiliensi dalam Menghadapi Stres Akademik pada

Mahasiswa UPI Perantau ... 47 Gambar 3.1 Desain Penelitian Hubungan antara Dukungan Sosial dengan


(16)

xv

Prima Seswita, 2013

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Administrasi Penelitian ... 134

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ... 139

Lampiran 3 Data Uji Reliabilitas ... 161

Lampiran 4 Data Penyekoran ... 179

Lampiran 5 Data Hasil Analisis Data ... 224


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menjadi mahasiswa merupakan idaman bagi setiap orang dalam meniti karir di bidang pendidikan formal. Penguasaan ilmu pengetahuan dan pengalaman selama di perguruan tinggi diharapkan dapat menjadi modal dasar dalam mencapai cita-cita masa depan mereka. Untuk menempuh pendidikan tersebut, tidak sedikit dari mahasiswa yang rela meninggalkan kampung halamannya untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi di luar kota bahkan di luar pulau, seperti halnya mahasiswa yang berasal dari Pulau Sumatera yang berkuliah di Pulau Jawa.

Pulau Jawa menjadi salah satu tempat tujuan utama para mahasiswa yang berasal dari daerah untuk melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi. Hal ini disebabkan karena semua perguruan tinggi unggulan berada di Pulau Jawa seperti Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Institut Teknologi Bandung dan Universitas Pendidikan Indonesia. Selain itu jarang ditemukan perguruan tinggi yang bermutus bagus di luar Pulau Jawa dan jurusan yang tersedia di Pulau Jawa lebih banyak pilihannya. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh

4International Colleges and Universities (4ICU), Webometrics dan QS Top Universities pada tahun 2012 menunjukkan bahwa 10 universitas terbaik di


(18)

2

Prima Seswita, 2013

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau

Indonesia terdapat di Pulau Jawa, yaitu Institut Teknologi Bandung, Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Universitas Gunadarma, Universitas


(19)

Pendidikan Indonesia, Universitas Diponegoro, Universitas Sebelas Maret, Institut Teknologi Sepuluh November, Universitas Airlangga dan Institut Pertanian Bogor (Kompasiana, 2012). Hal ini sependapat dengan Hidajat (2000) yang menyatakan bahwa banyak provinsi di Indonesia (terutama di luar Pulau Jawa) yang belum memiliki cukup perguruan tinggi, baik dari kualitas maupun kuantitas.

Menurut situs Wikipedia (2012) di kota Bandung sendiri terdapat lebih dari 100 perguruan tinggi atau sejajar perguruan tinggi seperti akademi, sekolah tinggi dan sebagainya, mulai dari negeri sampai dengan swasta. Salah satunya adalah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Mahasiswa yang berkuliah di UPI tidak hanya saja berasal dari kota Bandung atau Jawa Barat namun juga cukup banyak yang berasal dari luar Jawa Barat bahkan luar Pulau Jawa.

Proses penyesuaian diri diperlukan ketika seseorang memasuki situasi dan kondisi lingkungan yang baru, dan hal yang sama tentu saja akan dialami oleh mahasiswa (Sobur, 2003). Brouwer (Alisjahbana, Sidharta & Brouwer, 1980) mencatat beberapa masalah yang harus diperhatikan oleh mahasiswa ketika menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, antara lain masalah perbedaan cara belajar, masalah perpindahan tempat, masalah yang berkaitan dengan mencari teman baru dan hal-hal yang berkaitan dengan pergaulan, masalah perubahan relasi, dan masalah pengaturan waktu serta masalah menyangkut nilai-nilai hidup (Alisjahbana, Sidharta & Brouwer, 1980). Sebagian besar mahasiswa mampu mengatasi permasalahan tersebut dan menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya, namun sebagian lainnya gagal untuk menyesuaikan diri sehingga mereka menjauhi dan menghindari mahasiswa lain, bahkan bersikap


(20)

4

Prima Seswita, 2013

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau

bermusuhan sehingga mereka selalu dalam keadaan cemas, dan tidak tenang (Sobur, 2003). Sejalan dengan pendapat yang dinyatakan oleh Sobur, Brouwer mengemukakan bahwa jika mahasiswa gagal mengatasi permasalahan dan tekanan-tekanan yang ada maka mahasiswa bersangkutan akan mengalami gangguan dan hambatan yang pada akhirnya dapat menyebabkan depresi (Alisjahbana, Sidharta & Brouwer, 1980).

Memasuki universitas merupakan waktu yang penuh tekanan (stressful) bagi banyak mahasiswa karena mereka harus melalui proses adaptasi pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan lingkungan yang baru (Essandoh & Mori dalam Misra & Castillo, 2004). Menurut Thawabieh dan Qaisy (2012) masa transisi dari lingkungan sekolah ke lingkungan kampus dapat menyebabkan kekagetan psikologis, akademik dan sosial bagi mahasiswa karena terdapat banyak perbedaan sistem pendidikan antara lain cara mengajar, tuntutan akademik, bentuk hubungan antara mahasiswa dan universitas dan hubungan antar mahasiswa itu sendiri. Namun bagi mahasiswa perantau hal ini akan lebih menekan karena mereka juga harus belajar perbedaan nilai-nilai budaya dan juga bahasa sebagai persiapan akademik (Essandoh & Mori dalam Misra & Castillo, 2004).

Dalam artikel ilmiahnya yang berjudul “Experiencing Culture Shock in College”, Balmer (2009) mewawancarai seorang siswa yang baru saja menyelesaikan sekolah menengah dan mau melanjutkan ke universitas di luar kota. Dari hasil wawancara diketahui bahwa untuk pertama kali dia akan bangga dan mempersiapkan dirinya untuk bertemu dengan orang-orang baru, antusiasme untuk belajar agar sukses di lingkungan barunya. Namun, pada akhirnya


(21)

mahasiswa tersebut merasakan ketidaknyamanan sehingga menyebabkan mahasiswa tersebut tidak ingin melanjutkan kuliahnya (Balmer, 2009).

Berdasarkan kasus tersebut diketahui bahwa mahasiswa tersebut tidak dapat mengatasi ketidaknyamanannya dan gagal menyesuaikan diri hingga memutuskan berhenti kuliah. Menurut Balmer (2009) kebiasaan-kebiasaan baru yang ditemui di lingkungan baru dapat menyebabkan tekanan dan berakibat pada kompetensi akademik siswa bahkan sampai memutuskan berhenti kuliah. Dampak negatif yang dirasakan oleh mahasiswa tersebut akibat tuntutan lingkungan pendidikan atau universitas disebut dengan stres akademik.

Stres akademik adalah hasil dari kombinasi berbagai hal yang berhubungan dengan tuntutan akademik yang melebihi kapasitas adaptasi individu (Wilks dalam Calaguas, 2011).

Banyak faktor yang menyebabkan seorang mahasiswa mengalami stres akademik. Menurut Wilks (Calaguas, 2011) stres akademik banyak disebabkan oleh masalah pengaturan waktu, beban keuangan, interaksi dengan pengajar, tujuan pribadi, kegiatan sosial, penyesuaian dengan lingkungan kampus, dan kurangnya dukungan. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa stres akademik disebabkan oleh sistem semester, ruang kuliah yang padat, sumber daya yang tidak adekuat untuk menyelesaikan tugas akademik (Agolla & Ongori dalam Calaguas, 2011), tugas yang terus menerus, ketakutan dalam menghadapi ujian, sistem ujian dan ekspektasi diri yang tinggi (Clift & Thomas, Kohlon, Berg & Keinan dalam Kadapatti & Vijayalaxmi, 2012).


(22)

6

Prima Seswita, 2013

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau

Penelitian yang dilakukan pada mahasiswa berbagai jurusan di UPI juga menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi pemicu stres akademik antara lain, mahasiswa cenderung mengalami kecemasan pada saat akan menghadapi ujian lisan (Hermawati, 2008). Hubungan sosial mahasiswa dengan dosen wali cenderung kurang baik sehingga menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi ketercapaian beban SKS (Priatna, 2008).

Selain itu faktor lain yang juga menjadi pemicu, yaitu mahasiswa cenderung mendapat didikan yang keras dari orang tua agar memiliki prestasi yang baik (Octaviana, 2012), 29,9% dari mahasiswa yang menjadi sampel penelitian memiliki keyakinan yang rendah mampu melaksanakan berbagai aktivitas dalam rangka memenuhi tuntutan akademik (Mustaqim, 2010), dan kondisi tempat kost kurang baik dibandingkan dengan lingkungan rumah dalam menunjang mahasiswa untuk menyelesaikan tugas kuliah (Maulana, 2012).

Menurut Cheng dkk. (Misra & Castillo, 2004) pemicu stres akademik pada mahasiswa bukan perantau dan mahasiswa perantau pada dasarnya sama, namun persepsi mengenai stres akademik dan strategi penangannya berbeda pada tiap budaya. Ketika stres akademik ditanggapi secara negatif, mahasiswa dapat mengalami gangguan fisik dan psikis (Murphy & Archer dalam Nandamuri & Ch, 2006). Richlin-Klonsky & Hoe (Busari, 2012) menambahkan bahwa jika stres yang dialami berkelanjutan maka hal tersebut dapat menurunkan pretasi akademik, menganggu kemampuan mahasiswa untuk ikut berpartisipasi di lingkungan universitas, dan cenderung terjerumus pada perilaku yang merusak. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat stres pada


(23)

mahasiswa adalah tersedianya dukungan sosial. (Murphy & Archer dalam Nandamuri & Ch, 2006).

Dukungan sosial adalah pertukaran interpersonal dimana salah seorang memberikan bantuan atau pertolongan kepada yang lain (Taylor, 1995). Smet (1994: 137-138) menjelaskan bahwa dukungan sosial melindungi individu dari efek stres berat dengan cara yang berbeda dan dalam bentuk yang berbeda pula. Menurut House (Smet, 1994: 136) dukungan sosial yang diberikan dapat berupa dukungan emosional, dukungan perhargaan, dukungan instrumental dan dukungan normatif.

Penelitian yang dilakukan oleh Macgeorge dkk. (Wilks, 2008: 107) menjelaskan bahwa stres akademik dan depresi menurun sejalan dengan meningkatnya dukungan informatif. Rospenda dkk. (1994) menemukan bahwa dukungan sosial berfungsi sebagai penyangga potensial dalam menghadapi stres akademik dan kekuatan potensial untuk performansi akademik mahasiswa.

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Maslihah (2011) menemukan bahwa semakin baik dukungan sosial orang tua yang dipersepsi siswa, semakin baik prestasi akademik yang dicapai. Sejalan dengan pendapat Maslihah, Cutrona dkk (dalam DeBerard dkk., 2012) juga menemukan bahwa dukungan sosial orang tua berkorelasi positif dengan prestasi mahasiswa. Dukungan sosial orang tua dan teman berkaitan dengan nilai akademis yang baik, berkurangnya perilaku buruk, berkurangnya tekanan psikilogis dan berkurangnya kenakalan remaja yang berdampak pada prestasi akademik (Silbereisen & Todt dalam Yasin & Dzulkifli, 2011). Prestasi akademik yang baik berkorelasi negatif dengan stres yaitu semakin


(24)

8

Prima Seswita, 2013

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau

rendah stres yang dialami maka semakin baik prestasi akademik yang dicapai (Alva & Reyes, Chung & Cheng dalam Glozah, 2012; Dziegielewski dkk., 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Baqutayan (2011) menemukan bahwa dukungan sosial dapat membantu mahasiswa mengatasi stres akademik yang dialami dan merasa puas dengan hasil akademik yang diperoleh.

Bagi mahasiswa perantau dukungan sosial merupakan faktor yang penting dalam menyesuaikan diri di daerah baru sebagai mediator stres akademis (Jung Bang, 2009). Karena berada jauh dari daerah asal, banyak mahasiswa perantau tidak mendapatkan dukungan sosial yang tepat sehingga mengakibatkan munculnya perasaan terisolasi di daerah yang baru dan menghambat mereka untuk mendapatkan dukungan sosial itu sendiri (Pedersen, 1991; Poyrazli & Grahame, 2007 dalam Jun Bang, 2009). Untuk mendapat dukungan sosial tersebut mahasiswa harus berinteraksi dengan orang lain. Selain orang tua, teman dapat memberikan dukungan sosial yang dibutuhkan dan cenderung segera tersedia (di lingkungan universitas), dapat menyediakan informasi yang relevan dengan lingkungan universitas, serta diprediksikan dapat mengurangi tekanan psikologis (Rodriguez dalam Crocket dkk., 2007; Chou, Clara dkk., Sarason dalam Whitney, 2010; Wilks, 2008).

Untuk melihat gambaran pada mahasiswa UPI, peneliti melakukan studi awal pada bulan Desember 2012 dengan mewawancarai beberapa mahasiswa UPI yang berasal dari luar Pulau Jawa. Hasil wawancara menunjukkan bahwa sebagian besar subjek mengalami kesulitan ketika pertama kali tinggal di Bandung terutama masalah bahasa dan teman. Dalam hal akademis, subjek banyak


(25)

mengeluhkan beratnya beban mata kuliah dan tugas-tugas yang banyak, kondisi kelas yang kurang kondusif, dan sistem pembelajaran yang sangat berbeda dibandingkan dengan di SMA. Kondisi tersebut menyebabkan subjek merasa tertekan dan untuk mengatasi hal tersebut subjek menyibukkan diri dengan kegiatan di luar kampus atau menceritakan permasalahannya kepada orang terdekat atau teman.

Ketika mahasiswa juga memiliki tingkat resiliensi yang bagus maka mereka dapat beradaptasi dengan stres akademik secara efektif sehingga dapat terhindar dari konsekuensi psiko-sosial-emosional yang serius (Wilks, 2008). Wasoga dkk. (Moleli, 2005) menambahkan bahwa keuntungan bagi mahasiswa baru yang resilien adalah mereka dapat berfungsi dengan baik dalam mengatasi segala tantangan yang ada di lingkungan untuk mencapai kesuksesan akademis.

Resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk bertahan, bangkit dan menyesuaikan dengan kondisi yang sulit (Reivich & Shatte, 2002). Orang yang resilien tahu bagaimana ia harus menghadapi suatu masalah dan dapat menemukan cara penyelesaiannya. Mereka tetap berkembang meskipun lingkungan berubah terus menerus karena mereka fleksibel, cerdas, kreatif, cepat beradaptasi serta mau belajar dari pengalaman (Siebert, 2006). Resiliensi dapat membantu mahasiswa agar berhasil secara akademik walaupun terdapat hambatan yang menyulitkan mereka untuk berhasil (Bernard dalam Sarwar, 2010).

Campbel-Sills dkk (Wilks, 2008) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa resiliensi berkorelasi positif dengan task oriented atau problem focused coping. Ward Struhers dkk (Wilks, 2008) juga menemukan bahwa mahasiswa yang


(26)

10

Prima Seswita, 2013

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau

menggunakan strategi problem focused coping menunjukkan performansi akademik yang lebih baik daripada mahasiswa yang menggunakan strategi

emotional focused coping. Selain itu, penelitian yang dilakukan Lee (2009) pada siswa beresiko menemukan bahwa siswa yang memiliki tingkat resiliensi yang tinggi, juga memiliki nilai akademis yang baik. Sejalan dengan Lee, Perez dkk (2009) juga menemukan bahwa semakin tinggi faktor protektif resiliensi yang dimiliki mahasiswa perantau maka semakin tinggi kesuksesan akademik yang dicapai. Oleh karena itu, mahasiswa perantau yang resilien akan mampu mengatasi stres akademik dan memperlihatkan performansi akademik yang baik.

Menurut Everall dkk. (2006) salah satu faktor yang mempengaruhi resiliensi adalah dukungan dari orang tua. Sejalan dengan Everall, Vanbreda (2001) dan Siantz (Perez dkk., 2009) mengatakan bahwa keluarga sebagai faktor pelindung yang meningkatkan resiliensi individu. Penelitian yang dilakukan oleh Riddle dan Romans (2012) menunjukkan bahwa dukungan sosial dari teman merupakan prediktor paling kuat dalam resiliensi. Peneliti mengidentifikasi bahwa dukungan sosial dari keluarga, teman sebaya, sekolah dan komunitas merupakan karateristik penting dalam resiliensi siswa (Bernard, Wang dkk., Werner & Smith dalam Lee, 2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Wilks (2008) juga menemukan bahwa dukungan dari teman dapat memberikan dampak positif dalam menghadapi stres akademik dan menjadi faktor pelindung resiliensi. Perez dkk. (2009) menemukan bahwa tingginya tingkat faktor personal dan lingkungan dalam resiliensi seperti orang tua yang mendukung, teman, dan partisipasi di kegiatan sekolah maka


(27)

semakin tinggi keberhasilan akademis. Dengan kata lain, dukungan sosial yang diterima mahasiswa perantau dapat berhubungan dengan resiliensinya dalam menghadapi stres akademik.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Tingkat Resiliensi dalam Menghadapi Stres Akademik pada Mahasiswa UPI Perantau”.

B. Rumusan Masalah

Bagi banyak mahasiswa memasuki universitas merupakan waktu yang penuh tekanan (stressful) karena mereka harus melalui proses adaptasi pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan menghadapi permasalahan yang muncul agar mereka dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru seperti masalah perbedaan cara belajar, perpindahan tempat, masalah yang berkaitan dengan teman baru dan relasi serta nilai-nilai hidup (Alisjahbana, Sidharta & Brouwer, 1980). Namun, bagi mahasiswa perantau hal ini akan lebih menekan karena mereka juga harus belajar perbedaan nilai-nilai budaya dan juga bahasa sebagai persiapan akademik (Essandoh & Mori dalam Misra & Castillo, 2004). Jika mahasiswa gagal mengatasi permasalahan tersebut maka mereka akan mengalami gangguan atau hambatan dan pada akhirnya dapat menyebabkan depresi. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh tuntutan lingkungan pendidikan atau universitas disebut dengan stres akademik.

Banyak faktor yang memicu terjadinya stres akademik antara lain kecemasan menghadapi ujian, hubungan sosial yang kurang baik dengan dosen,


(28)

12

Prima Seswita, 2013

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau

lingkungan yang tidak mendukung dan keyakinan diri mahasiswa yang rendah mampu melaksanakan berbagai aktivitas dalam rangka memenuhi tuntutan akademik. Pemicu stres akademik pada mahasiswa bukan perantau dan mahasiswa perantau pada dasarnya sama, namun persepsi mengenai stres akademik dan strategi penangannya berbeda pada tiap budaya (Cheng dkk. dalam Misra & Castillo, 2004). Bagi mahasiswa perantau dukungan sosial merupakan faktor yang penting dalam menyesuaikan diri di daerah baru sebagai mediator stres akademis (Jun Bang, 2009).

Ketika mahasiswa gagal mengatasi stres akademik dengan efektif, maka akan menghasilkan konsekuensi psiko-sosial-emosional yang serius. Namun bagi mahasiswa yang memiliki tingkat resiliensi yang bagus, mereka dapat beradaptasi dengan stres akademik secara efektif (Wilks, 2008). Salah satu faktor yang mempengaruhi resiliensi adalah dukungan sosial (Holaday & McPhearson, 1997) terutama dukungan orang tua dan keluarga yang dapat meningkatkan resiliensi individu serta dukungan dari teman dapat memberikan dampak positif dalam menghadapi stres akademik dan menjadi faktor pelindung resiliensi.

Berdasarkan penjelasan di atas maka, rumusan masalah umum dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat resiliensi pada mahasiswa UPI perantau?”. Adapun pertanyaan spesifik untuk menjawab rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah gambaran dukungan sosial pada mahasiswa UPI perantau? 2. Bagaimanakah gambaran stres akademik pada mahasiswa UPI perantau?


(29)

3. Bagaimanakah gambaran tingkat resiliensi pada mahasiswa UPI perantau? 4. Apakah terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan stres akademik

pada mahasiswa UPI perantau?

5. Apakah terdapat hubungan antara stres akademik dengan tingkat resiliensi pada mahasiswa UPI perantau?

6. Apakah terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat resiliensi pada mahasiswa UPI perantau?

7. Apakah stres akademik memediasi hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat resiliensi pada mahasiswa UPI perantau?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan dukungan sosial dengan tingkat resiliensi dalam menghadapi stres akademik pada mahasiswa UPI perantau. Secara khusus tujuan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan gambaran dukungan sosial dalam menghadapi stres akademik pada mahasiswa UPI perantau.

2. Mendeskripsikan gambaran stres akademik pada mahasiswa UPI perantau. 3. Mendeskripsikan gambaran tingkat resiliensi dalam menghadapi stres

akademik pada mahasiswa UPI perantau.

4. Mendeskripsikan data-data empiris mengenai hubungan antara dukungan sosial dengan stres akademik pada mahasiswa UPI perantau.


(30)

14

Prima Seswita, 2013

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau

5. Mendeskripsikan data-data empiris mengenai hubungan antara stres akademik dengan tingkat resiliensi pada mahasiswa UPI perantau.

6. Mendeskripsikan data-data empiris mengenai hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat resiliensi pada mahasiswa UPI perantau.

7. Mendeskripsikan data-data empiris mengenai stres akademik sebagai variabel mediator dalam hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat resiliensi pada mahasiswa UPI perantau.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis

Manfaat penelitian ini khususnya ilmu Psikologi terutama dalam setting klinis adalah menambah wawasan dan pengetahuan mengenai gambaran dan sejauh mana hubungan antara dukungan sosial dan resiliensi dalam menghadapi stres akademik dan dalam setting sosial yaitu sejauh mana dukungan sosial berperan dalam menghadapi stres akademik bagi mahasiswa UPI perantau.

2. Manfaat Praktis

Manfaaat penelitian ini secara praktis yakni bagi mahasiswa yang berasal dari luar Pulau Jawa memberikan gambaran mengenai bagaimana dukungan sosial dapat mempengaruhi tingkat resiliensi dalam menghadapi stres akademik pada mahasiswa UPI perantau. Melalui penelitian ini


(31)

diharapakan dapat menjadi masukan dan pertimbangan untuk pihak universitas terutama bagian kemahasiswaan agar dapat memberikan perhatian berupa dukungan sosial pada mahasiswa yang berasal dari luar Pulau Jawa dengan harapan agar mahasiswa dapat melaksanakan kegiatan perkuliahan dengan lancar.

E. Struktur Penulisan

Struktur penulisan dalam skripsi adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi, hipotesis dan metode penelitian.

BAB II Berisi kajian teori dan kerangka berpikir.

BAB III Metode penelitian yang memuat tentang lokasi dan sampel penelitian, desain penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, serta analisis data penelitian.

BAB IV Memuat hasil analisis data dan pembahasan. BAB V Memuat kesimpulan dan saran.


(32)

49

Prima Seswita, 2013

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau

BAB III

METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian

Sebagai suatu populasi, kelompok subjek penelitian harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik bersama yang membedakannya dari kelompok subjek yang lain (Azwar, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa UPI perantau. Mahasiswa UPI perantau dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang berasal dari luar Pulau Jawa yang secara kultur berbeda, lalu mereka menetap di Bandung dalam jangka waktu tertentu untuk menyelesaikan pendidikannya di UPI. Berdasarkan data berupa dokumen softfile yang diperoleh dari Bagian Sistem Informasi UPI pada tahun 2013 diketahui bahwa jumlah populasi mahasiswa UPI perantau dari luar Pulau Jawa adalah sekitar 447 orang.

Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan teknik pemilihan nonprobabilitas sampling yaitu purposive sampling, pengambilan sampel yang dilakukan dengan dengan memilih secara sengaja menyesuaikan dengan tujuan penelitian sehingga tidak setiap anggota populasi mempunyai peluang terpilih menjadi sampel (Purwanto, 2012). Pilihan atas teknik porposive sampling karena peneliti menguji pertimbangan-pertimbangan untuk memasukkan unsur atau subjek yang dianggap khusus dari suatu populasi. Pemilihan sampel berdasarkan penilaian atas karakteristik sampel akan memberikan data yang sesuai dengan maksud penelitian (Silalahi, 2010).

Karakteristik sampel yang dibutuhkan yaitu terdaftar sebagai mahasiswa UPI, berasal dari luar Pulau Jawa dan memiliki uang bulanan ≥ Rp 700.000,


(33)

-1. Terdaftar sebagai mahasiswa reguler program S1 UPI yang masih aktif di Kampus Bumi Siliwangi.

2. Berasal dari luar Pulau Jawa

Bagi mahasiswa perantau memasuki universitas akan lebih menekan karena selain harus melalui proses adaptasi pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, mereka juga harus belajar perbedaan budaya dan bahasa sebagai persiapan akademik (Essandoh dan Mori dalam Misra & Castillo, 2004). Berdasarkan pendapat tersebut maka diasumsikan bahwa lokasi UPI yang terletak di Pulau Jawa tepatnya Jawa Barat akan menyebabkan mahasiswa perantau yang berasal dari luar Pulau Jawa akan lebih merasakan perbedaan budaya dibandingkan dengan mahasiswa yang berasal dari Pulau Jawa.

3. Memiliki uang bulanan ≥ Rp 700.000,-

Banyak faktor yang memicu stres akademik dan pada umumnya dipicu oleh hal-hal yang berkaitan dengan akademik yaitu pengaturan waktu, interaksi dengan pengajar, penyesuaian dengan lingkungan kampus, sistem semester, tugas yang terus menerus, ketakutan dalam menghadapi ujian, penyesuaian dengan lingkungan kampus dan kurangnya dukungan (Wilks, Agolla & Ongori dalam Calaguas, 2011; Kadapatti & Vijayalaxmi, 2012). Berdasarkan pendapat tersebut maka diasumsikan bahwa stres akademik banyak dipicu oleh masalah yang berkaitan dengan akademik. Selain itu, berdasarkan survei yang dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa rata-rata mahasiswa perantau memiliki uang bulanan


(34)

51

yang berkisar antara Rp 700.000,- sampai dengan > Rp 1.000.00,-. Oleh karena itu, peneliti memilih subjek penelitian yang memiliki uang bulanan ≥ Rp 700.000,- dengan pertimbangan bahwa stres akademik yang dialami oleh mahasiswa perantau cenderung disebabkan oleh permasalahan akademik tanpa dibebani dengan masalah keuangan.

Berdasarkan penjelasan teknik pengambilan sampel dan karakteristik sampel diatas maka peneliti menentukan sebanyak 211 orang mahasiswa UPI perantau diambil sebagai sampel penelitian.

Lokasi penelitian dilakukan di Kampus Bumi Siliwangi, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Jl. Dr. Setiabudi No. 229 Bandung. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada pertimbangan efisiensi waktu, tenaga dan biaya. Selain itu, Kampus Bumi Siliwangi sebagai kampus pusat UPI diasumsikan sudah dapat mewakili populasi mahasiswa UPI perantau secara keseluruhan.

B. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel utama yaitu dukungan sosial sebagai varibel independen dan resiliensi sebagai variabel dependen. Selain itu, terdapat stres akademik sebagai variabel mediator. Variabel mediator (intervening

atau mediating variable) adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan dependen menjadi hubungan yang tidak langsung, tidak dapat diamati dan diukur (Sugiyono, 2008). Hubungan antara ketiga variabel akan diteliti masing-masing dan peran stres akademik dalam memediasi hubungan antara dukungan sosial dan resiliensi. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah statistik parametris menggunakan korelasi Pearson


(35)

Product Moment untuk menguji hipotesis hubungan antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen (Sugiyono, 2008), dan metode Causal Steps untuk menguji model mediasi. Berikut adalah bagan desain penelitian.

Gambar 3.1

Desain Penelitian Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Tingkat Resiliensi dan Stres Akademik sebagai Mediator

C. Metode Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Peneliti memilih pendekatan kuantitatif didasarkan pada pertimbangan bahwa masalah dalam penelitian yang telah dipaparkan pada bab 1 dianggap sudah jelas dan peneliti juga ingin mendapatkan informasi mengenai dukungan sosial, stres akademik dan resiliensi pada suatu populasi yaitu mahasiswa UPI perantau dengan mengambil sampel yang telah ditentukan dan pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner dukungan sosial, stres akademik, dan resiliensi.

Metode korelasional digunakan untuk mencari hubungan antara dukungan sosial, stres akademik dan tingkat resiliensi. Metode korelasional bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2012: 8).

Dukungan Sosial Tingkat Resiliensi


(36)

53

Dalam menghubungkan sejumlah variabel tersebut, peneliti tidak perlu melakukan manipulasi terhadap variabel yang ada (D’amato dalam Latipun, 2010).

D. Definisi Operasional

Dalam pelaksanaan penelitian batasan atau definisi suatu variabel tidak dapat dibiarkan ambigu karena pengukuran yang valid hanya dapat dilakukan terhadap atribut yang sudah didefinisikan secara tegas dan operasional (Azwar, 2012). Berikut adalah definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini.

1. Dukungan Sosial

Secara konseptual, dukungan sosial adalah informasi atau nasehat verbal dan/atau non verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau di dapat karena kehadiran mereka, dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima (Gottlieb dalam Rustiana, 2006).

Dukungan sosial dalam penelitian ini adalah tinggi rendahnya bantuan yang diterima mahasiswa UPI perantau berupa informasi atau nasehat verbal dan atau nonverbal dari orang lain dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku dalam menghadapi stres akademik. Hal ini dapat dilihat dari total skor yang diperoleh dalam kuesioner dukungan sosial. Dukungan sosial terbagi atas empat bentuk yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informatif. Semakin tinggi skor keseluruhan yang diperoleh maka semakin tinggi dukungan sosial yang diterima oleh mahasiswa UPI perantau. Semakin rendah skor keseluruhan yang


(37)

diperoleh maka semakin rendah dukungan sosial yang diterima oleh mahasiswa UPI perantau.

2. Stres akademik

Secara konseptual, menurut Gupta dan Khan (Kadapatti & Vijalakmi, 2012) stres akademik merupakan tekanan mental sehubungan dengan rasa frustrasi yang berkaitan dengan kegagalan akademik, ketakutan, dan kesadaran akan memperoleh kegagalan akademik.

Stres akademik dalam penelitian ini adalah tinggi rendahnya tekanan tekanan mental sehubungan dengan rasa frustrasi yang berkaitan dengan kegagalan akademik, ketakutan, dan kesadaran akan memperoleh kegagalan akademik yang dialami oleh mahasiswa UPI perantau. Hal ini dapat dilihat dari skor total yang diperoleh dari kuesioner stres akademik. Indikator perilaku dalam stres akademik dibagi menjadi dua aspek yaitu stressor dan reaksi terhadap stres. Stressor terdiri atas lima kategori yaitu frustrasi, konflik, tekanan, perubahan, dan self imposed, sedangkan reaksi terhadap stress terdiri atas empat kategori yaitu fisiologis, emosional, perilaku dan penilaian kognitif. Semakin tinggi skor keseluruhan yang diperoleh maka semakin tinggi tingkat stres akademik yang dialami oleh mahasiswa UPI perantau. Semakin rendah skor keseluruhan yang diperoleh maka semakin rendah tingkat stres akademik yang dialami oleh mahasiswa UPI perantau.


(38)

55

3. Resiliensi

Secara konseptual, resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk bertahan, bangkit dan menyesuaikan dengan kondisi yang sulit (Reivich & Shatte, 2002).

Resiliensi dalam penelitian ini adalah tinggi rendahnya kemampuan mahasiswa UPI perantau untuk bertahan, bangkit, dan menyesuaikan diri dalam menghadapi stres akademik. Hal ini dapat dillihat dari total skor yang diperoleh dari kuesioner resiliensi. Indikator perilaku dari mahasiswa UPI perantau yang resilien terdiri atas tujuh dimensi yaitu regulasi emosi, kontrol terhadap impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, efikasi diri, dan pencapaian. Semakin tinggi skor keseluruhan yang diperoleh maka semakin tinggi tingkat resiliensi mahasiswa UPI perantau dalam menghadapi stres akademik. Semakin rendah skor keseluruhan yang diperoleh maka semakin rendah tingkat resiliensi mahasiswa UPI perantau dalam menghadapi stres akademik.

E. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen berupa skala psikologi. Beberapa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dukungan sosial, resiliensi dan stres akademik pada mahasiswa UPI perantau.

1. Instrumen Dukungan Sosial

Instrumen yang digunakan untuk mengukur dukungan sosial mahasiswa UPI perantau merupakan instrumen berupa kuesioner yang dibuat berdasarkan teori bentuk dukungan sosial dari House (Smet, 1994). Instrumen ini dibuat


(39)

dengan menggunakan pendekatan summated rating atau skala likert. Skala

Likert adalah skala yang memusatkan kepada subyek atau orang (Ihsan, 2009). Dalam instrumen ini disedikan lima pilihan jawaban untuk tiap pernyataan. Instrumen terdiri atas pernyaataan favorable dan unfavorable. Berikut skor pernyataan instrumen dukungan sosial.

Tabel 3.1 Skor Pernyataan Instrumen Dukungan Sosial

Item Nilai Pernyataan

STS TS N S SS

Favorable 1 2 3 4 5

Unfavorable 5 4 3 2 1

Berikut kisi-kisi instrumen dukungan sosial sebelum uji coba. Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Dukungan Sosial

No Dimensi Indikator Item Jumlah

Item

favorable unfavorable 1. Dukungan

emosional

Mahasiswa UPI perantau menerima ungkapan empati dari orang lain dalam menghadapi stres akademik.

2, 8, 26 14, 22 5 item

Mahasiswa UPI perantau menerima ungkapan kepedulian dan perhatian dari orang lain dalam menghadapi stres akademik.

15, 27, 36 1, 7 5 item

2. Dukungan penghargaan

Mahasiswa UPI perantau menerima ungkapan penghargaan positif dari orang lain dalam menghadapi stres akademik.

9, 24 34, 35, 37 5 item

Mahasiswa UPI perantau menerima ungkapan dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaannya dari orang lain dalam menghadapi stres akademik.

10, 25, 39 17, 40 5 item

3. Dukungan instrumental

Mahasiswa UPI perantau menerima bantuan jasa atau waktu dari orang lain dalam menghadapi stres akademik.


(40)

57

2. Instrumen Stres Akademik

Instrumen yang digunakan untuk mengukur stres akademik dalam penelitian ini adalah Student-life Stress Inventory dari Gadzella (1991) yang diadaptasi oleh Fitri (2012). Instrumen ini terdiri atas dua bagian yaitu stresor dan reaksi terhadap stres. Stresor terdiri atas 23 item dan reaksi terhadap stres terdiri atas 31 item. Terdapat lima pilihan jawaban untuk setiap pernyataan mulai dari angka 1 sampai 5. Angka 1 mewakili jawaban tidak pernah, angka 2 mewakili jawaban jarang, angka 3 mewakili jawaban kadang-kadang, angka 4 mewakili jawaban sering dan angka 5 mewakili jawaban selalu. Pengukuran stres akademik pada tiap subjek merupakan skor keseluruhan dari 45 pernyataan. Berikut kisi-kisi instrumen stres akademik.

Tabel 3.3: Kisi-Kisi Instrumen Stres Akademik

No. Dimensi Sub Dimensi Indikator Item Jumlah

Item

1. Stresor Frustrasi Keterlambatan mencapai tujuan 1 1 item

Kesulitan sehari-hari 2 1 item

Kurangnya sumber daya 3 1 item

Gagal mencapai tujuan 4 1 item

Tidak diterima lingkungan sosial 5 1 item

Mahasiswa UPI perantau menerima bantuan barang atau uang dari orang lain dalam menghadapi stres

akademik.

19, 23, 30 28, 31 5 item

4. Dukungan informatif

Mahasiswa UPI perantau menerima nasihat/ saran dari orang lain dalam menghadapi stres akademik.

5, 21, 33 13, 32 5 item

Mahasiswa UPI perantau menerima petunjuk atau informasi dari orang lain dalam menghadapi stres akademik.

16, 20, 29 3, 6 5 item


(41)

Kekecewaan dalam berpacaran 6 1 item

Melewatkan kesempatan 7 1 item

Konflik Dua pilihan yang menyenangkan 8 1 item

Dua pilihan yang tidak menyenangkan 9 1 item Tujuan yang memiliki efek positif dan

negatif

10 1 item

Tekanan Kompetisi 11 1 item

Deadline 12 1 item

Aktivitas yang berlebihan 13 1 item

Hubungan interpersonal 14 1 item

Perubahan Pengalaman tidak menyenangkan 15 1 item

Perubahan dalam waktu yang sama 16 1 item

Terganggunya hidup dan tujuan 17 1 item

Self-imposed Keinginan untuk berkompetisi 18 1 item

Dicintai semua orang 19 1 item

Khawatir berlebihan 20 1 item

Prokrastinasi 21 1 item

Solusi permasalahan 22 1 item

Kecemasan menghadapi ujian 23 1 item

2. Reaksi terhadap stres

Fisiologis Berkeringat 24 1 item

Gagap 25 1 item

Gemetar 26 1 item

Bergerak dengan cepat 27 1 item

Kelelahan 28 1 item

Gangguan pencernaan 29 1 item

Gangguan pernapasan 30 1 item

Sakit punggung 31 1 item

Reaksi pada kulit 32 1 item

Sakit kepala 33 1 item

Radang sendi 34 1 item

Demam 35 1 item

Berat badan berkurang 36 1 item

Berat badan bertambah 37 1 item

Sulit tidur 38 1 item

Terlalu banyak tidur 39 1 item

Emosional Takut 40 1 item

Marah 41 1 item

Bersalah 42 1 item

Berduka 43 1 item

Perilaku Menangis 44 1 item


(42)

59

Merusak diri sendiri 46 1 item

Merokok secara berlebihan 47 1 item

Cepat marah terhadap orang lain 48 1 item

Mekanisme pertahanan 49 1 item

Berusaha bunuh diri 50 1 item

Menyendiri 51 1 item

Penilaian kognitif

Menganalisis situasi yang penuh tekanan 52 1 item Penggunaan strategi yang tepat untuk

mengatasi situasi yang penuh tekanan

53 1 item Membuat keputusan tanpa memikirkan

dampaknya

54 1 item

Total 54 item

3. Instrumen Resiliensi

Instrumen resiliensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Resilience Quotient Test dari Reivich dan Shatte yang diadaptasi oleh Putri (2013). Instrumen ini terdiri atas tujuh aspek yaitu yaitu regulasi emosi, kontrol terhadap impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, efikasi diri, dan pencapaian. Instrumen ini memiliki 56 pernyataan yang terdiri atas pernyataan favorable dan unfavorable. Terdapat lima pilihan jawaban yaitu angka 1 mewakili jawaban tidak sesuai sama sekali, angka 2 mewakili jawaban kadang-kadang sesuai, angka 3 mewakili jawaban cukup sesuai, angka 4 mewakili jawaban sesuai dan angka 5 mewakili jawaban sangat sesuai. Pengukuran resiliensi pada tiap subjek merupakan skor keseluruhan dari 56 pernyataan. Berikut kisi-kisi instrumen resiliensi sebelum uji coba.

Tabel 3.4: Kisi-Kisi Instrumen Resiliensi

No. Dimensi Indikator Item Jumlah

Item

favorable unfavorable 1. Regulasi

emosi (Emotional Regulation)

Mahasiswa UPI perantau mampu dalam mengatur emosi sehingga tetap tenang dalam menghadapi stres akademik.

13, 25, 26, 56


(43)

2. Kontrol terhadap impuls (Impulse Control)

Mahasiswa UPI perantau mampu dalam mengendalikan impuls atau dorongan-doroangan dalam dirinya.

4, 15, 42, 47

11, 36, 38, 55

8 item

3. Optimisme (Optimism)

Mahasiswa UPI perantau memeliki kepercayaan bahwa segala sesuatu akan menjadi lebih baik, mempunyai harapan terhadap masa depan dan percaya bahwa mereka dapat mengontrol arah kehidupannya meskipun menghadapi stres akademik.

18, 27, 32, 53

3, 33, 39, 43 8 item

4. Kemampuan menganalisis masalah (Causal Analysis)

Mahasiswa UPI perantau mampu untuk mengidentifikasikan secara akurat sebab-sebab dari stres akademik yang dialaminya.

12, 19, 21, 48

1, 41, 44, 52 8 item

5. Empati (Empathy)

Mahasiswa UPI perantau dapat membaca dan merasakan bagaimana perasaan dan emosi orang lain.

10, 34, 37, 46

24, 30, 50, 54

8 item

6. Efikasi diri (Self Efficacy)

Mahasiswa UPI perantau percaya bahwa ia mampu dan dapat mengatasi stres akademik yang dialami.

5, 28, 29, 49

9, 17, 20, 22 8 item

7. Pencapaian (Reaching Out)

Mahasiswa UPI perantau mampu untuk meningkatkan aspek-aspek yang positif dalam kehidupannya yang mencakup pula keberanian untuk mengatasi segala ketakutan-ketakutan yang mengancam dalam kehidupannya

6, 8, 14, 40

16, 35, 45, 51

8 item

Total 56 item

F. Proses Pengembangan Instrumen

Untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran instrumen dapat dipercaya dan sejauh mana ketepatan dan kecermatan instrumen dalam mengukur fungsi ukurnya maka peneliti melakukan uji coba instrumen dukungan sosial, resiliensi


(44)

61

selanjutnya diolah dengan bantuan software SPPS 15.0 for Windows untuk dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

1. Uji Validitas Instrumen

Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur atau instrumen dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2010). Suatu instrumen dapat dikatakan memiliki tingkat validitas yang tinggi apabila dapat memberikan hasil ukur yang tepat sesuai dengan tujuan pengukuran dan kecermatan dalam mendeteksi perbedaan-perbedaan kecil yang terdapat pada atribut yang diukur (Azwar, 2010). Uji validitas yang dilakukan adalah validitas isi.

Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement.Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana item-item alat ukur mewakili komponen-komponen dalam keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur (aspek representasi) dan sejauh mana item-item alat ukur mencerminkan ciri perilaku yang hendak diukur (aspek relevansi) (Azwar, 2010).

Peneliti melakukan validitas isi kepada tiga orang ahli di bidang Psikologi yaitu Siti Chotidjah, MA, Psi., Helli Ihsan, M.Si dan Diah Zaleha W., Msi. Dari ketiga instrumen yang telah dianalisis oleh para ahli, terdapat beberapa item yang harus diperbaiki dari segi bahasa dan kesesuaian item dengan tujuan pengukuran. Setelah dilakukan perbaikan item-item pada ketiga instrumen selanjutnya peneliti melakukan uji coba pada 60 orang mahasiswa UPI perantau.


(45)

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2010). Sebuah tes dapat dikatakan reliabel atau dipercaya jika memberikan hasil yang sama dalam atribut ukur yang di dapat dari pengukuran, peserta dan tes yang sama. Reliabilitas berkaitan erat dengan kesalahan pengukuran. Semakin tinggi koefisien realibilitas maka kemungkinan kesalahan pengkuran semakin kecil (Ihsan, 2009).

Pengukuran reliabilitas dapat diketahui dengan menggunakan metode statistik, salah satunya adalah Alpha Cronbach. Teknik Alpha Cronbach dapat digunakan untuk data dikotomi atau multikotomi. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati 1,00 maka semakin tinggi reliabilitasnya dan semakin rendah koefisien reliabilitas mendekati 0 maka semakin rendah reliabilitasnya. Berikut tabel skor reliabilitas (Arikunto, 2002).

Tabel 3.5 Skor Kategorisasi Reliabilitas

α Interpretasi

0 – 0,2 Sangat rendah ≥ 0,2 – < 0,4 Rendah

≥ 0,4 – < 0,7 Cukup/ Sedang ≥ 0,7 – < 0,9 Tinggi

≥ 0, 9 – < 1 Sangat tinggi

Berdasarkan pada skor kategorisasi reliabilitas tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa ketiga instrumen yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai reliabilitas yang sangat tinggi sehingga hasil pengukuran ketiga instrumen dapat dipercaya. Berikut hasil pengujian reliabilitas ketiga instrumen penelitian.


(46)

63

Tabel 3.6 Nilai Reliabilitas Instrumen Dukungan Sosial Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.919 29

Pada tabel 3.8 diketahui bahwa nilai reliabilitas instrumen dukungan sosial sebesar 0,919. Hal ini menunjukkan bahwa alat ukur dukungan sosial memiliki reliabilitas yang sangat tinggi dan dapat digunakan.

Tabel 3.7 Nilai Reliabilitas Student-Life Stres Inventory Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.908 34

Pada tabel 3.7 diketahui bahwa nilai reliabilitas Student-Life Stres Inventory sebesar 0,908. Hal ini menunjukkan bahwa alat ukur Student-Life Stres Inventory memiliki reliabilitas yang sangat tinggi dan dapat digunakan.

Tabel 3.8 Nilai Reliabilitas Instrumen Resiliensi Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.925 35

Pada tabel 3.8 diketahui bahwa nilai reliabilitas instrumen resiliensi sebesar 0,925. Hal ini menunjukkan bahwa alat ukur resiliensi memiliki reliabilitas yang sangat tinggi dan dapat digunakan.

Selain itu, untuk menentukan item mana yang harus dihapus dan dipertahankan maka perlu dilihat nilai item- total correlation. Batas minimal


(47)

nilai item- total correlation untuk menentukan suatu item harus dihapus dan dipertahankan adalah sebesar 0,30 (Ihsan, 2009). Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas terdapat beberapa item yang harus dibuang dan tidak dapat digunakan untuk pengambilan data penelitian. Berikut hasil pengembangan instrumen penelitian.

Tabel 3.9 Hasil Pengembangan Instrumen Dukungan Sosial

Tabel 3.10 Hasil Pengembangan Student- Life Stress Inventory

No. Dimensi No Item yang Layak No Item yang

Tidak Layak 1. Dukungan emosional 2, 7, 8, 22, 36 1, 14, 15, 26, 27 2. Dukungan penghargaan 10, 17, 24, 25, 35, 37, 39 9, 34, 40

3. Dukungan instrumental 11, 12, 18, 19, 23, 30,

31, 38 4, 28

4. Dukungan informatif 5, 6, 13, 16, 20, 21, 29,

32, 33 3

No. Dimensi Sub Dimensi No Item yang Layak

No Item yang Tidak Layak

1. Stressor

Frustrasi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7

Konflik 8, 9, 10

Tekanan 11, 12, 13, 14

Perubahan 15, 17 16

Self- Imposed 20, 23 18, 19, 21, 22

2.

Reaksi terhadap

stressor

Fisiologis 26, 28, 36, 37, 38, 39

24, 25, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35

Emosional 40, 41, 42, 43


(48)

65

Tabel 3.11 Hasil Pengembangan Instrumen Resiliensi

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner (angket). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2008). Pemilihan kuesioner sebagai teknik pengumpulan data berdasarkan pertimbangan bahwa jumlah responden penelitian yang cukup besar. Pemberian kuesioner secara langsung kepada responden dapat menghemat waktu dan menciptakan suatu kondisi yang cukup baik sehingga responden dengan sukarela akan memberikan data obyektif dan cepat.

No. Dimensi No Item yang Layak No Item yang

Tidak Layak 1. Regulasi emosi (Emotional

Regulation) 13, 25, 26, 56 2, 7, 23, 31

2. Kontrol terhadap impuls

(Impulse Control) 11, 15, 36, 42, 47 4, 38, 55

3. Optimisme (Optimism) 18, 27, 32, 53 3, 33, 39, 43

4. Kemampuan menganalisis

masalah (Causal Analysis) 12, 19, 21, 48, 52 1, 41, 44 5. Empati (Empathy) 10, 24, 50, 54 30, 34, 37, 46 6. Efikasi diri (Self Efficacy) 5, 9, 17, 20, 28, 29, 49 22 7. Pencapaian (Reaching Out) 6, 8, 35, 40, 45, 51 14, 16


(49)

H. Analisis Data

1. Uji Asumsi Statistik

Pengujian asusmsi statistik dilakukan untuk menganalisis data dalam menjawab hipotesis penelitian dan menentukan pendekatan statistik yang digunakan. Penggunaan statistik parametris dan non parametris tergantung pada asumsi dan jenis data yang yang akan dianalisis. Apabila asumsi statistik terpenuhi, maka pendekatan statistik yang digunakan adalah parametris. Namun, jika asumsi statistik tidak terpenuhi maka data akan diolah melalui pendekatan non parametris (Sugiyono, 2008). Uji asumsi statistik ini akan dilakukan dengan bantuan Software SPSS 15.0 for Windows.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data yang dianalisis berdistribusi normal. Suatu data akan berdistribusi normal apabila signifikansi >0,05, namun jika signifikansi <0,05 maka data berdistribusi tidak normal (Sugiyono, 2008). Uji normalitas menggunakan uji One Sample Kolmogrov-Smirnov yang pengolahan datanya dibantu dengan

Software SPSS 15.0.for Windows.

Tabel 3.12. Hasil Uji Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

211 211 211

101,6445 105,0806 119,7773 19,25745 12,28465 15,59007

,043 ,050 ,045

,026 ,041 ,036

-,043 -,050 -,045

,622 ,733 ,654

,833 ,656 ,786

N

Mean St d. Dev iation Normal Paramet ersa,b

Absolute Positiv e Negativ e Most Extreme

Dif f erences

Kolmogorov -Smirnov Z Asy mp. Sig. (2-tailed)

St res Akademik

Dukungan

Sosial Resiliensi

Test distribution is Normal. a.


(50)

67

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai signifikansi dari variabel dukungan sosial, stres akademik dan resiliensi masing-masing sebesar 0.656, 0.833 dan 0.785. Ketiga variabel memiliki nilai signifikansi > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data dari ketiga variabel berdistribusi normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) membentuk garis lurus (linear) atau tidak. Hubungan linear adalah hubungan yang menunjukkan perubahan yang terjadi pada satu variabel akan diikuti perubahan dengan besaran yang sejajar dengan variabel lainnya. Hubungan linier dapat bersifat positif atau negatif. Jika signifikasi < 0,05 maka terdapat hubungan yang linear namun jika signifikansi > 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang linear. Pengujian dilakukan dengan menggunakan bantuan Software SPSS 15.0 for Windows.

Tabel 3.13 Hasil Uji Linearitas Dukungan Sosial dengan Stres Akademik

Berdasarkan tabel 3.13 diketahui bahwa nilai Sig. Linearity sebesar 0,001. Nilai signifikansi 0,001 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara dukungan sosial dan stres akademik linear.

ANOVA Table

24650,749 55 448,195 1,305 ,105 4087,079 1 4087,079 11,902 ,001 20563,670 54 380,809 1,109 ,308 53227,592 155 343,404

77878,341 210 (Combined)

Linearity

Deviation from Linearity Between

Groups

Within Groups Total Stres Akademik * Dukungan Sosial

Sum of


(51)

Tabel 3.14 Hasil Uji Linearitas Dukungan Sosial dengan Resiliensi

Berdasarkan tabel 3.14 diketahui bahwa nilai Sig. Linearity sebesar 0,000. Nilai signifikansi 0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara dukungan sosial dan resiliensi linear.

Tabel 3.15 Hasil Uji Linearitas Stres Akademik dengan Resiliensi

Berdasarkan tabel 3.14 diketahui bahwa nilai Sig. Linearity sebesar 0,000. Nilai signifikansi 0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara stres akademik dan resiliensi linear.

2. Uji Korelasi

Setelah dilakukan uji normalitas dan linearitas, diketahui bahwa data dari ketiga variabel berdistribusi normal dan memiliki hubungan yang linear sehingga analisis data dilakukan menggunakan statistika parametrik yaitu uji korelasi Product Moment. Uji korelasi digunakan untuk mengetahui apakah

ANOVA Table

18929,378 55 344,171 1,661 ,008 10356,613 1 10356,613 49,991 ,000 8572,764 54 158,755 ,766 ,870 32111,153 155 207,169

51040,531 210 (Combined)

Linearity

Deviation from Linearity Between Groups Within Groups Total Resiliensi * Dukungan Sosial Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

ANOVA Table

20180,706 76 265,536 1,153 ,235 4031,775 1 4031,775 17,507 ,000 16148,931 75 215,319 ,935 ,621 30859,825 134 230,297

51040,531 210 (Combined)

Linearity

Dev iation from Linearity Between Groups Within Groups Total Resiliensi * Stres Akademik Sum of


(52)

69

tidak. Menurut Sugiyono (2008) kriteria kuat lemahnya korelasi adalah sebagai berikut :

Tabel 3.16 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat Kuat

Rumus yang digunakan dalam korelasi Product Moment (Arikunto, 2002) adalah sebagai berikut.

Keterangan :

r = Koefisien korelasi Product Moment antara variabel X dan variabel Y n = Jumlah Individu dalam sampel

X = Angka mentah untuk variabel X Y = Angka mentah untuk variabel Y

Korelasi memiliki dua arah yaitu negatif dan positif (Arikunto, 2002). Korelasi bernilai positif menunjukan hubungan yang searah, artinya apabila semakin besar nilai variabel bebas maka semakin besar pula nilai variabel terikat. Korelasi bernilai negatif menunjukan hubungan yang berlawanan,


(53)

artinya apabila semakin kecil nilai variabel bebas maka semakin besar nilai variabel terikat, begitu pula sebaliknya.

3. Uji Signifikansi

Untuk mengetahui apakah hubungan kedua variabel dapat berlaku untuk seluruh populasi maka perlu dilakukan uji signifikansi (Sugiyono, 2008). Apabila nilai signifikansi hubungan kedua variabel < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi tersebut signifikan yang berarti hubungan kedua variabel dapat berlaku untuk seluruh populasi (H1 diterima). 4. Uji Deteksi Pengaruh Mediasi

Untuk mengetahui apakah suatu variabel dapat disebut sebagai variabel mediator maka perlu dilakukan uji deteksi pengaruh mediasi. Mediasi terjadi jika variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara tidak langsung melalui paling tidak satu variabel intervening atau variabel mediator. Hipotesis mediasional umumnya diuji dengan dua cara atau strategi yaitu

causal step berdasarkan ketentuan dari Baron dan Kenny (1986) dan strategi perkalian product of coefficient yang didasarkan pada pengujian signifikansi pengaruh tidak langsung atau indirect effect (MacKinnon, 2008; Wuensch, 2007; Larsma, 2006; Preacher dkk., 2007).

Dalam pengujian dengan causal steps, peneliti harus mengestimasi tiga persamaan regresi berikut (Baron & Kenny, 1986).

1. Persamaan regresi sederhana variabel mediator (M) pada variabel independen (X)


(54)

71

2. Persamaan regresi sederhana variabel dependen (Y) pada variabel independen (X)

3. Persamaan regresi berganda variabel dependen (Y) pada kedua variabel independen (X) dan mediator (M)

Berdasarkan hasil estimasi ketiga model regresi tersebut, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk tercapainya mediasi. Pertama, variabel independen harus signifikan mempengaruhi variabel mediator pada persamaan pertama (a ≠ 0); kedua, variabel independen harus signifikan mempengaruhi variabel dependen pada persamaan kedua (c ≠ 0) dan ketiga, variabel mediator harus signifikan mempengaruhi variabel dependen pada persamaan ketiga (b ≠ 0). Mediasi terjadi jika pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen lebih rendah pada persamaan ketiga (c’) dibandingkan pada persamaan kedua (c) (Baron and Kenny, 1986).

Strategi kedua untuk pengujian mediasional adalah product of coefficient, yang menguji signifikansi pengaruh tidak langsung atau indirect effect.

Indirect effect dihitung dengan cara mengalikan efek langsung atau direct effect

variabel independen terhadap variabel mediator (a) dengan direct effect

variabel mediator dengan variabel dependen (b) atau ab. Uji signifikansi terhadap koefisien indirect effect diakui memberikan pengujian yang lebih langsung terhadap hipotesis mediasional dibandingkan dengan pendekatan causal step (Preacher & Hayes, 2004; Preacher dkk, 2007). Uji signifikansi indirect effect ab dilakukan berdasarkan rasio antara koefisien ab dengan standard error koefisien ab (Sab) yang akan menghasilkan


(55)

nilai z statistik (z-value). Rumus lengkap untuk menghitung signifikansi koefisien indirect effect adalah sebagai berikut (Baron & Kenny, 1986; Preacher & Leonardelli, 2006; Preacher dkk., 2007; Preacher & Hayes, 2004).

� � �=

2� 2+ 2� 2+� 2� 2

Keterangan:

a : koefisien direct effect independen (X) terhadap mediator (M) b : koefisien direct effect mediator (M) terhadap dependen (Y)

ab : koefisien indirect effet yang diperoleh dari perkalian antara direct effect a dan b

Sa : standard error dari koefisien a Sb : standard error dari koefisien b

Jika z-value dalam harga mutlak > 1,96 atau tingkat signifikansi z (p-value) < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa indirect effect atau pengaruh tidak langsung variabel independen terhadap variabel dependen melalui mediator, signifikan pada taraf signifikansi 0,05 (Preacher & Hayes, 2004). Untuk menghitung z-value beserta nilai probabilitasnya (p-value) dapat menggunakan Excel atau alat hitung interaktif dari Kris Preachers yang terdapat pada quantypsy.org/sobel/sobel.htm.


(1)

Hermawati, K. (2008). Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Hasil Belajar Mahasiswa Semester IV dalam Ujian Lisan ZIDS. (Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia)

Hidajat, V. dan Sodjakusumah, T.I. (2000). “Hubungan Antara Culture Shock dan Prestasi Akademis”. Jurnal Psikologi.Vol. 5, No. 1, 46-55.

Hojot, M. (2012). Dalihan Na Tolu dan Budaya Kerja. [Online]. Tersedia:http:// hojotmarluga.wordpress.com/dalihan-na-tolu-dan-budaya-kerja/. [29Mei 2013] Holaday, M & McPhearson, R. W. (1997). Resilience and Severe Burns. Journal

of Counseling & Development. [Online]. Vol. 75. Tersedia: http://www.impact-kenniscentrum.nl/doc/kennisbank/1000010631-1.pdf. (9 November 2012) Ihsan, H. (2009). Metode Skala Psikologi. Bandung: tidak diterbitkan

Jun Bang, E. (2009). The Effect of Gender, Academic Concerns, and Social Support on Stress for International Students. Disertasi. Columbia: The Faculty of The Graduate School at The University of Missouri

Kadapatti, M. G. & Vijayalaxmi, A.H.M. (2012). Stressors of Academic Stress- A Study On Pre-University Students. Indian Journal Science. [Online]. Vol. 3 No.1. Tersedia:http://www.ijsr.in%2Fupload%2F428127980Paper%2520%25 2030.pdf&ei=j9yOUKurH66ViAfk6oCoBg&usg=AFQjCNFdkuqncT4omQM hecOixu17I_3aUw. (29 Oktober 2012)

Kardoman. (2012). The 2012 Top Indonesian Universities (Universitas Terbaik di Indonesia Tahun 2012). Kompasiana. [Online]. Tersedia: http:// edukasi. kompasiana.com/2012/05/24/the-2012-top-indonesian-universities-universitas-terbaik-di-indonesia-tahun-2012/. (19 November 2012)

Kendall, P.C. & Hammen, C. L. (1995). Abnormal Psychology. Boston: Houghton Mifflin

Kumbang, I. (2008). Masyarakat Minangkabau. [Online]. Tersedia: http:// palantaminang.wordpress.com/pedoman-adat-minangkabau/pedoman-adat-2 /. (29 Mei 2013)

Latipun. (2010). Psikologi Eksperimen. Malang: UMM Press

Lazarus, R.S. & Folkman, S. (1984). Stress, Appraisal, and Coping. New York: Springer

Lee, D. D. (2009). The Impact of Resilience on The Academic Achievement of At-Risk in The Upward Bound Program in Georgia. (Disertasi, Georgia Southern University). [Online]. Tersedia: http://www.georgiasouthern.edu/etd/


(2)

archive/spring2009/dlee/Lee_Deborah_D_ 200901_edd.pdf. (26 November 2012)

Lestari, K. (2007). Hubungan Antara Bentuk-Bentuk Dukungan Sosial Dengan Tingkat Resiliensi Penyintas Gempa Di Desa Canan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten. (Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang). [Online]. Tersedia: http://eprints.undip. ac.id/10434/1/ KURNIYA_LESTARI-M2A003032 .pdf (16 Oktober 2011)

MacKinnon, D. P. (2008). Statistical Mediation. [Online]. Tersedia: http://www. public.asu.edu/~davidpm/ripl/mediate.htm. (17 April 2013)

Maslihah, S. (2011). Studi Tentang Hubungan Dukungan Sosial, Penyesuaian Sosial di Lingkungan Sekolah dan Prestasi Akademik Siswa SMPIT Assyfa Boarding School Subang Jawa Barat. Jurnal Psikologi Undip. [Online]. Vol.10 No.2. Tersedia: http://www. ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article/ download/2848/2532. (10 November 2012)

Matheny, K. & McCharty, C. J. (2001). Prescription for Stress. USA: New Harbinger Publications

Maulana, I. (2012). Pengaruh Lingkungan Tempat Tinggal terhadap motivasi Mahasiswa dalam Penyelesaian Tugas Terstuktur di Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan JPTS FPTK UPI. (Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia)

Minauli, I. dkk. (2006). “Perbedaan Penanganan Kemarahan Pada Situasi Konflik Dalam Keluarga Suku Jawa, Batak, Dan Minangkabau”. Psikologia. [Online]. Volume 2, No.1: 1-6. Tersedia: http://repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/15725/1/psi-jun2006-%20(1).pdf (16 Oktober 2011)

Misra, R. & Castillo, L. G. (2004). “Academic Stress Among College Students:

Comparison of American and Internasional Students”. Internasional Journal of Stress Management. [Online]. Vol. 11 No. 2. Tersedia: http://people.cehd. tamu.edu/~lcastillo/publications/ international_stress.pdf. (18 Januari 2012 ) Moleli, M. F. (2005). Protective Factors that Could Foster Resilience in First

Year Students. (Tesis, University of Western Cape).

Morgan, C.T., King, R.A & Wersz, J.R. (1986). Introduction to Psychology

(seventh ed.). New York: Mc. Graw Hill


(3)

Mustaqim, R. (2010). Hubungan Antara Kemandirian dengan Self Efficacy pada Mahasiswa: Studi Deskriptif-Analitik terhadap Mahasiswa UPI Angkatan 2008. (Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia)

Nandamuri, P. P. & Ch, Gowthami. (2006). Source of Academic Stress- A Study in Management Students. [Online]. Tersedia: http://jms.nonolympictimes .org/Articles/4.pdf. (30 Oktober 2012)

Natanael dkk. (2011). “The Difference of Resilience Between Indonesian and Polish Student”. The International Conference on Psychology Resilience. Jakarta: LPSP3 UI

Octaviana, L. N. (2012). Pengaruh Kebiasaan Belajar dan Lingkungan Keluarga terhadap Indeks Prestasi Kumulatif Mahasiwa Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Pendidikan Indonesia : Studi Deskriptif di Program Studi Pendidikan Akuntansi Angkatan 2008-2010. (Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia)

Orford, J. (1992). Community Psychology: Theory & Practice. Journal of Community & Applied Social Psychology. Vol.10. USA: John Wiley & Sons., Inc.

Parisi, M. (2011). The Relationship Between Stress and Self Esteem in Student Atheletes Versus Non-Atheletes. (Disertasi, Kean University)

Papilo, L. (2009). The Role of Individual, Social Support and School Support Factors in Adolescent Resilience. [Online]. Tersedia: http://digital.library. adelaide.edu.au/theses/09PB/09pbp216.pdf. (11 Desember 2013)

Perez, W., dkk. (2009). Academic Resilience among Undocumented Latino Students. Hispanic Journal of Behavioural Sciences. [Online]. Tersedia: http://www.williamperezphd.com/articles/perez-espinoza-ramos-coronado-cortes- 2009.pdf. (10 Desember 2012)

Permadi. (2011). Berbagai Penilaian terhadap Orang Batak. [Online]. Tersedia: naimarata.com (16 Oktober 2011)

Purwanto. (2012). Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Putri, Q. M. (2013). Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Usia Dewasa Awal Di Kota Bandung. (Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia)

Preacher, K. J. dkk. (2007). “Addressing Moderated Mediation Hypotheses: Theory, Methods, and Prescriptions”. Multivariate Behavioral Research.


(4)

[Online] Vol.42 No.1. Tersedia: https://kuscholarworks.ku.edu/dspace/ bitstream/1808/1658/1/preacher_rucker_hayes_2007.pdf. (15 Februari 2013) Preacher, K. J & Hayes, A. F. (2004). “SPSS and SAS Procedures for Estimating

Indirect Effects in Simple Mediation Models”. Behavior Research Methods, Instruments & Computers. [Online]. Vol. 36 No. 4. Tersedia: http://kuscholarworks.ku.edu/dspace/bitstream/1808/1491/1/preacher_hayes_2 004.pdf. (15 Februari 2013)

Preacher, K. J & Leonardelli, G. J. (2006). Calculation for the Sobel Test: An Interactive Calculation Tool for Mediation Tests. [Online]. Tersedia: www.psych.ku.edu/ preacher/sobel/sobel.htm. (15 Februari 2013)

Priatna, E. (2008). Kontribusi Hubungan Sosial Mahasiswa dengan Dosen Wali terhadap Ketercapaian Beban SKS Mahasiswa JPTS FPTK UPI. (Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia)

Reivich, K. & Shatte, A. (2002). The Resilience Factor: 7 Essentials for

Overcoming Life’s Inevitable Obtacles. New York: Academic Press

Riddle, G-S & Romans, J. S. C. (2012). Resilience among Urban American Indian Adolescents: Exploration into The Role of Culture, Self-Esteem, Subjective Well Being, and Social Support. American India and Alaska Native Mental Health Research. [Online]. Vol.9 No.2. Tersedia: http://www.ucdenver.edu /academics/colleges/PublicHealth/research/centers/CAIANH/journal/

Documents/Volume%2019/19(2)_Stumblingbear-Riddle_Resilience_Urban_ AI_Youth_1-19.pdf. (10 Desemmber 2012)

Rospenda, dkk. (1994). Effects of Social Support on Medical Student’s Performances. (PubMed, Department of Psychiatry, University of Illinois of Medicine). [Online]. Vol.69 No.6. Tersedia: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ pubmed/8003170. (11 November 2012)

Rustiana, E. R. (2006). “Dukungan Sosial Dan Pengaruhnya Bagi Kesehatan”.

Kemas. [Online]. Volume 1 No.2. Tersedia: http://journal.unnes.ac.id/index. php/kemas.article/ download/623/573. (17 Oktober 2011)

Saderson, C.A. (2004). Health Psychology. USA: John Willey & Sons Safaria, T & Putra, N. E. (2009). Manajemen Emosi. Jakarta: Bumi Aksara

Sarafino, E. P. (1998). Health Psychology: Biopsychosocial Interaction (third ed.). New York: John Wiley & Sons Inc.

Sarwar, M., dkk. (2010). Resilience and Academic Achievement of Male and Female Secondary Level Students in Pakistan. Journal of College Teaching &


(5)

Learning. [Online]. Vol.7 No.8. Tersedia: http://journals.cluteonline.com/ index.php/TLC/article/viewFile/ 140/134. (26 November 2012)

Scharff, L. (2006). Students’ Perceived Stress and Social Support. [Online]. Tersedia: http://www.laurenscharff.com/courseinfo/497studentproj/Milad Shamshiri.pdf. (19 November 2012)

Shaik, A. dan Kauppi, C. (2010). “Deconstructing Resilience: Myriad Conceptualization and Interpretations”. International Journal of Arts and Sciences. [Online]. Vol. 3 No. 15. Tersedia: http://openaccesslibrary.org/ images/ TNT218_Carol_ Kauppi.pdf. (4 Juli 2013)

Sierbert, Al. (2005). The Resiliency Advantage:Master Change, Thrive Under Pressure, and Bounce Back from Setbacks. San Fransisco: Berret-Koehler Publisher Inc.

. (2006). The Resiliency Center. [Online]. Tersedia: www.resiliency center.com (16 Oktober 2011)

Silalahi, Ulber. (2010). Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama Smet, Bart. (1999). Psikologi Kesehatan. Jakarta: Grasindo

Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Taylor, S. E. (1995). Health Psychology (third ed.). New York: McGraw Hill Inc. Taylor, dkk. (2004). “Culture and Social Support: Who Seek It and Why?”.

Journal of Personality and Social Psychology. [Online]. Vol.87 No.3. Tersedia: http://www.psych.ucsb.edu/labs/kim/Site/Publications_files/Taylor, Sherman,Kimetal04. pdf (8 Desember 2011)

Thawabieh, A. M. & Qaisy, L. M. (2012). Assessing Stress among University Students. American International Journal of Contemporary Research. [Online]. Vol. 2 No.2. Tersedia: http://www.aijcrnet.com%2Fjournals% 2FVol_2_No_2_February_2012%2F1.pdf&ei=j9yOUKurH66ViAfk6oCoBg& usg= AFQjCNH-lcficO9tZtF_X28GXGlqeDJpWg (29 Oktober 2012)

VanBreda, A. P. (2001). Resilience Theory: A Literature Review. [Online]. Tersedia: http://vanbreda.org/adrian/resilience/resilience_theory_ review.pdf (12 Oktober 2011)


(6)

Weaver, D. (2010). The Relationship Between Cultural/Ethnic Identity and Individual Protective Factors of Academic Resilience. [Online]. Tersedia: http://counselingoutfitters.com/vistas/vistas10/Article_67.pdf (13 Oktober 2011)

Whitney, C. (2010). Social Supports among College Students and Measures of Alcohol Use, Perceived Stress, Satisfaction with Life, Emotional Intelligence and Coping. Journal of Student Wellbeing. [Online]. Vol 4 No.1. Tersedia: http://www.ojs.unisa.edu.au/ index.php/JSW/article/viewFile/588/524. (10 November 2012)

Wilks, S. E. (2008). “Resilience and Academic Stress: The Moderating Impact of

Social Support among Social Work Student”. Advance in Social Work. [Online]. Vol.9 No.2. Tersedia: http://journals.iupui.edu/index.php/advances insocialwork/article/view/51/195. (17 Oktober 2011)

Wiramihardja, S.A. (2007). Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: Rafika Aditama

Yasin, Md A. S. & Dzulkifli, M. A. (2011). The Relationship between Social Support and Academic Achievement. International Journal of Humanities and Social Science. [Online]. Vol.1 No.5. Tersedia: http://www.ijhssnet.com/ journals/Vol._1 _No._5;_ May_2011/31.pdf. (10 November 2012)

Yusuf, S. (2009). Mental Hygiene: Terapi Psiko-Spiritual untuk Hidup Sehat Berkualitas. Bandung: Maestro

Zajacova, A. dkk. (2005). “Self-Efficacy, Stress, and Academic Success in

College”. Research in Higher Education. [Online]. Vol.46 No.6. Tersedia: http://www.princeton.edu/~tje/files/Self%20Efficacy%20and%20Stress%20Zaj acova%20Lynch%20Espenshade%20Sept%202005.pdf. (4 Juni 2013)

Zhai, L. (2004). “Studying International Students: Adjustment Issues and Social

Support”. Journal of International Agricultural and Extension Education. [Online]. Vol.11 No.1. Tersedia: http://www.aiaee.org/attachments/article/ 197/Zhai%2011.1-11.pdf. (10 Desember 2012)

-. (2013). Masyarakat Adat Lampung. [Online]. Tersedia: http://pojoklampung. wordpress.com/masyarakat-adat-lampung/. (29 Mei 2013)