Pengaruh beasiswa Bidikmisi terhadap prestasi belajar mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

DEDE TIARA RACHMAWATY NIM. 1112015000041

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i

ABSTRAK

Dede Tiara Rachmawaty (1112015000041), “Pengaruh Beasiswa Bidikmisi Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”. Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini mengenai pengaruh beasiswa Bidikmisi terhadap prestasi belajar mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh beasiswa Bidikmisi terhadap prestasi belajar mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilakukan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang dilaksanakan pada bulan Januari-September 2016. Metode penelitian yang digunakan adalah regresi linier sederhana. Sampel yang digunakan sebanyak 23 orang yang diambil dari berbagai fakultas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket Bidikmisi, wawancara dan dokumentasi. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan membuktikan bahwa thitung < ttabel yaitu 0,957 < 2,0796, maka Ho diterima. Hal tersebut didasarkan pada hasil uji hipotesis dengan menggunakan t-Test terhadap keduanya dengan taraf signifikansi 5%. Maka dengan demikianmenunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh beasiswa Bidikmisi terhadap prestasi belajar mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(7)

ii

Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta 2016.

This research about the influence Bidikmisi scholarship on student achievement awardees Bidikmisi. The purpose of this research is to know how the influence Bidikmisi scholarship on student achievement awardees Bidikmisi in Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. This research conducted in Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, which was held on January until Spetember 2016.The method use in this study is simple linear regression. Sample used many as 23 people taken from various faculties in Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. The reseacrh instrument used as questionaire Bidikmisi, interview and documentation. From the result of the calculations prove that t_values < t_values obtained (table) is 0,957 < 2,0796, then Ho accepted. It is based on the result of hypothesis testing using t-Test for both of them with a significance level 5%. It thus indicates that there is no influence Bidikmisi scholarship on student achievement awardees Bidikmisi in Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.


(8)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan manusia dengan sangat sempurna dan memberikan ilmu pengetahuan lebih dari makhluk lainnya. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., karena atas limpahan rakhmat dan karunia-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai teladan terbaik bagi segenap manusia, juga kepada keluarga dan sahabat yang selalu istiqomah dalam menjalankan sunnahnya.

Pemilihan judul skripsi “Pengaruh Beasiswa Bidikmisi Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” berdasarkan asumsi bahwa dengan adanya beasiswa Bidikmisi mampu meningkatkan prestasi belajar mahasiswa penerimi Bidikmisi, sehingga menjadi ketertarikan sendiri bagi peneliti untuk melakukan penelitian tersebut. Apresiasi dan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. Syaripulloh, M.Si., Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

4. Bapak Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA., Dosen Pembimbing Akademik.

5. Bapak Dr. H. Nurochim, MM., Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan serta pengarahannya dalam penulisan skripsi ini. 6. Ibu Tri Harjawati, M.Si., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan serta pengarahan kepada peneliti dalam penulisan skripsi ini. 7. Seluruh dosen jurusan Pendidikan IPS.


(9)

iv

9. Rekan-rekan narasumber mahasiswa Bidikmisi 2014 yang telah membantu menyukseskan penelitian ini.

10.Teristimewa untuk kedua orang tuaku, Ayahanda Ir. Abdul Rachman,S.H., dan Ibunda Iis Lisnawatty yang telah mencurahkan kasih sayangnya, memanjatkan do’a yang tiada hentinya dan selalu memberikan semangat kepada peneliti. Semoga Allah senantiasa melindunginya.

11.Nenek tercinta Ummi Djedje yang selaku mendukung peneliti menjalankan perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga beliau diberi kesehatan selalu.

12.Pamanku terbaik, Cecep Baharuddin yang selalu mendukung peneliti dalam menyelesaikan studi Strata 1 ini sampai penelitian ini terselesaikan. 13.Adik-adikku tersayang yang selalu menyemangati dan memberikan

dukungan agar penelitian ini dapat terselesaikan.

14.Kak Amelia Hidayat. S.Pd., dan Ka Adhrian Mahardika, S.Ip., yang selalu mendukung dalam penyelesaian penelitian ini.

15.Kakakku terbaik, Kak Komarullah Al Azamy, S.Pd.I., yang sudah membantu peneliti dari pertama masuk UIN sampai saat ini yang selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan penelitian ini.

16.Sahabat tercinta, Surty Lisdiani, Amd.Mi dan Siti Sulastri, SE., yang selalu meberikan semangat kepada peneliti untuk menyelesaikan penelitian ini.

17.Yulianto Nugroho, yang selalu membantu dan memberikan dukungan kepada peneliti untuk menyelesaikan penelitian ini.

18.Sahabat tercinta, Nurhikmalasari, Agustina Permatasari, Ismah, Nenda Muslihah, Hani Pertiwi Hermawan, Cut Aja Muliasari, Nurwidi oktaria, Herawati Suherli, Fildzah Oktaviani dan Iismawati yang selalu ada saat suka dan duka, saling memberikan semangat dalam penyelesaian penelitian ini.


(10)

v

19.Teman-teman angkatan 2012 Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang selalu saling mendukung dan memberikan semangat dalam menyelesaikan penelitian.

20.Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhirnya, semoga segala bantuan bimbingan, semangat dan do’a yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan di akhirat kelak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi khazanah ilmu pengetahuan pada umumnya.

Jakarta, 01 Oktober 2016

Penulis


(11)

vi

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEM PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK i

ABSTRACT ii

KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL xi DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Identifikasi Masalah ……….. 8

C. Batasan Masalah ……… 8

D. Rumusan Masalah ……….. 8

E. Tujuan Masalah ……….. 9

F. Manfaat Masalah ……… 9

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritik ………. 10

1. Persepsi ……… 10

a. Pengertian Persepsi ……… 10

b. Aspek Persepsi ………... 11

c. Faktor-faktor Mendorong Tumbuhnya Persepsi…. 12

B. Konsep Kelas dalam Masyarakat ……….. 13

1. Masyarakat ……….. 13


(12)

vii

b. Ciri-ciri Masyarakat ……….. 14

c. Lapisan Masyarakat (Stratifikasi Sosial)………… 15

2. Masyarakat Kelas Sosial Menengah ……… 20

a. Pengertian Kelas Sosial Menengah ……… 20

b. Ciri-ciri Kelas Sosial Menengah ……… 20

3. Masyarakat Kelas Sosial Bawah ………. 23

a. Pengertian Kelas Sosial Bawah ………. 23

b. Ciri-ciri Kelas Sosial Bawah ………. 23

C. Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial ……….. 26

1. Pengertian, Tujuan, dan Komponen Pendidikan……. 26

a. Pengertian Pendidikan ………... 26

b. Tujuan Pendidikan ………. 28

c. Komponen Pendidikan ……….. 29

2. Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial ……… 30

a. Investasi Ekonomi ………. 30

b. Investasi Sosial ……….. 35

D. Hasil Penelitian yang Relevan ………... 37

E. Kerangka Berpikir ………. 40

F. Hipotesis Penelitian ……… 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ……… 44

B. Metode Penelitian ……….. 44

C. Populasi dan Sampel Penelitian ……… 45

D. Teknik Pengumpulan Data ……… 45

1. Observasi ……… 45

2. Kuesioner ………... 46

3. Interview (Wawancara) ………. 46


(13)

viii

Kelas Bawah ………. 46

b. Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial ……… 47

2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ……… 44

F. Teknik Pengelolaan Data ………. 50

1. Tahap Pra-Lapangan ……….. 50

2. Tahap Editing dan Skoring ………. 50

3. Tabulasi ……….. 51

4. Interval ………... 52

5. Persentase ……….. 53

G. Teknik Analisis Data ……… 53

1. Validitas ………. 53

2. Reabilitas ……… 53

3. Uji Asumsi Klasik .……… 54

a. Uji Normalitas ………. 54

b. Uji Linearitas ……… 54

c. Uji Homogenitas ……….……… 55

d. Uji Hipotesis Komperatif ………. 56

H. Hipotesisi Statistik ……… 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data………. 58

1. Wilayah Kelurahan Kamal ……… 58

a. Kondisi Geografis ……… 58

b. Kondisi Demografi ……….. 59

c. Kondisi Sosial ……….. 60

d. Pendidikan ……… 62


(14)

ix

2. Karakteristik Responden ……… 64

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ………... 64

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pasangan Responden ……… 66

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Per Bulan ………. 67

d. Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Per Bulan Pasangan Responden …. 69

e. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Anak ……… 71

3. Deskripsi Variabel Penelitian a. Variabel Persepsi Masyarakat Kelas Menengah Dan Kelas Bawah ………. 74

b. Variabel Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Sosial ………. 79

B. Pengajuan Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis ………. 90

1. Pengajuan Persyaratan Analisis ………. 90

a. Uji Validitas ……… 90

b. Uji Reabilitas ………... 92

c. Uji Normalitas ………. 93

d. Uji Linearitas ……… 94

e. Uji Homogenitas ………. 95

2. Pengujian Hipotesis ……….. 96

C. Pembahasan Penelitian ……… 98

D. Keterbatasan Penelitian ……….. 103

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ……… 104


(15)

x


(16)

xi

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 2.1 Daftar Jumlah Penerima Beasiswa Bidikmisi 17

Tabel 2.2 Perbandingan Nilai Angka, Huruf, dan Predikatnya 39

Tabel 2.3 Penelitian yang Relevan 43

Tabel 3.1 Tabel Waktu Penelitian 49

Tabel 3.2 Instrumen Wawancara Pengelola Bidikmisi 54

Tabel 3.3 Instrumen Wawancara Mahasiswa Bidikmisi 55

Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket Penelitian Beasiswa Bidikmisi 57

Tabel 3.5 Validitas Variabel Beasiswa Bidikmisi 60

Tabel 3.6 Uji Reliabilitas 62

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 79

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Klasifikasi Kelas 81

Tabel 4.3 Data Angket Beasiswa Bidikmisi 82

Tabel 4.4 Daftar Nama Penerima Bidikmisi 84

Tabel 4.5 Rata-rata Nilai Beasiswa Bidikmisi dan Prestasi Belajar 85

Tabel 4.6 Mengikuti Program Beasiswa 86

Tabel 4.7 Mengikuti Peraturan Beasiswa 86

Tabel 4.8 Menerima Dana Beasiswa setiap Semester 87

Tabel 4.9 Pembayaran Biaya Kuliah sesuai Fakultas Masing-Masing 87

Tabel 4.10 Menerima Anggaran sesuai dengan yang Ditentukan 88

Tabel 4.11 Pengalokasian Dana Bidikmisi Rutin Diterima 88


(17)

xii

Tabel 4.16 Kesesuaian Penyaluran Dana Bidikmisi 91

Tabel 4.17 Persentase Kehadiran Pembinaan di Bawah 70% 92

Tabel 4.18 Memberikan Keterangan yang Tidak Sesuai Baik Secara Lisan

Maupun Tulisan 92

Tabel 4.19 Memenuhi Syarat sebagai Penerima Beasiswa Bidikmisi 93

Tabel 4.20 Mengikuti Pembinaan di Ma’had dengan Baik 93

Tabel 4.21 Mendapatkan Fasilitas Ma’had 94

Tabel 4.22 Mengikuti Kegiatan Ma’had 95

Tabel 4.23 Mengikuti Tata Tertib Ma’had 95

Tabel 4.24 Melakukan Pelanggaran Ma’had 96

Tabel 4.25 Uji Validitas Instrumen 98

Tabel 4.26 Hasil Uji Validitas 100

Tabel 4.27 Uji Reliabilitas 101

Tabel 4.28 Analisis Regresi Linear Sederhana 104

Tabel 4.29 Uji R Square 104

Tabel 4.30 Hasil F test 105

Tabel 4.31 Nilai Probabilitas pada Uji F 106


(18)

xiii

Tabel 4.33 Koefisien Determinasi 109


(19)

xiv

Gambar 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 80

Gambar 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Klasifikasi Fakultas

81

Gambar 4.3 P-Plot Uji Normalitas Data 102


(20)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Angket Bidikmisi 119

Lampiran 1 Data Responden dengan Nilai Angket 123 Lampiran 3 Data Indeks Prestasi Kumulatif 2014 124

Lampiran 3 Indeks Prestasi Kumulatif 130

Lampiran 4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 131

Lampiran 5 Hasil Analisis Data 135

Lampiran 6 Wawancara 138

Lampiran 7 Transkrip Wawancara 140

Lampiran 8 Foto-Foto 168

Lampiran 9 Data Pribadi 170


(21)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting untuk keberlangsungan hidup suatu negara. Karena dari pendidikan, suatu negara akan dipandang berharga di mata dunia. Seperti yang telah diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945, yang berbunyi: Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran. Hak setiap warga negara tersebut telah dicantumkan dalam Pasal 31 (1) Undang-Undang Dasar 1945.1 Berdasarkan pasal tersebut, maka pemerintah pusat dan daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi dan masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan.

Seperti yang kita ketahui, pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang untuk memajukan kehidupan suatu bangsa. Banyak orang diluar sana yang ingin mengenyam pendidikan baik pendidikan formal maupun non formal. Hal tersebut menimbulkan berbagai permasalahan dalam dunia pendidikan, khususnya di Indonesia. Permasalahan pendidikan di Indonesia ini sangatlah kompleks, di antaranya ialah terbatasnya biaya untuk melanjutkan pendidikan, jauhnya lembaga pendidikan dari tempat tinggal, masyarakat terlalu fokus untuk mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehingga mengesampingkan pendidikan, dan masyarakat yang putus asa atau pasrah terhadap keadaan, dan berbagai masalah lainnya yang ada di masyarakat.

Permasalahan pendidikan dapat terjadi di berbagai tingkatan pendidikan, mulai dari PAUD sampai ke perguruan tinggi. Semakin tinggi pendidikan yang dicapai, maka semakin banyak pula biaya yang dikeluarkan. Hal tersebut terbukti dengan adanya permasalahan pendidikan di tingkat

1


(22)

2

perguruan tinggi. Dengan biaya pendidikan yang tinggi serta pengeluaran lainnya yang berhubungan dengan pendidikan di perguruan tinggi, maka segala permasalahan akan semakin timbul terutama mengenai biaya pendidikan di perguruan tinggi. Biaya yang diperlukan merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi bagi masyarakat yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, apalagi jika masyarakat itu berasal dari keluarga yang tidak mampu.

Maka dari itu, pemerintah memberikan berbagai kemudahan untuk masyarakat yang kurang mampu serta memiliki prestasi yang ingin melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Salah satu kemudahan yang diberikan pemerintah ialah dengan adanya berbagai macam beasiswa pendidikan yang telah disiapkan untuk para generasi penerus bangsa. Berbagai macam beasiswa di antaranya beasiswa S1 Unggulan, beasiswa S1 Bidikmisi, beasiswa Etos, beasiswa S1 BII-Maybank, beasiswa PPA/BPP PPA, beasiswa Monbukagakusho, beasiswa Astra 1st, beasiswa S1 Djarum, beasiswa S1 Kemenag, beasiswa S1 Tanoto Foundation, beasiswa S1 BCA Finance, beasiswa ORBIT HAH, beasiswa S1 ISRA, dan masih banyak lagi beasiswa lainnya.2

Berbagai macam alasan pun menjadi latar belakang setiap orang dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, di antaranya pengakuan masyarakat akan pendidikan yang tinggi, ekonomi, prestasi dan keinginan belajar, kualitas, dan keberlangsungan hidup suatu negara.

Pengakuan masyarakat akan pendidikan yang tinggi, dituntut untuk lebih memiliki andil dalam suatu negara berpendidikan tinggi maka seseorang akan semakin diakui dalam kehidupan di masyarakat. Masyarakat tidak akan memandang rendah jika pendidikan seseorang melampaui batas dari masyarakatnya sendiri. Dengan pendidikan, maka seseorang akan semakin diakui keberadaannya dalam lingkungan masyarakat. Terkait dengan kondisi ekonomi, tingkat pendidikan masyarakat Indonesia berada pada tingkat

2


(23)

menengah dan bawah. Oleh karena itu, pemerintah memberikan bantuan terhadap pendidikan di Indonesia agar para generasi muda bisa mengenyam pendidikan yang lebih tinggi, salah satunya yaitu dengan memberikan beasiswa Bidikmisi kepada para pelajar berprestasi. Masyarakat yang berada di tingkat ekonomi menengah ke bawah berhak mendapatkan pendidikan yang layak sesuai dengan UUD 1945 pasal 31 ayat 1.

Selain itu, juga dibutuhkan adanya prestasi & keinginan belajar yang tinggi pula. Pelajar kurang mampu yang memiliki prestasi dan keinginan belajar yang tinggi namun tidak memiliki biaya untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi berhak mendapatkan pengajaran yang layak. Dengan ini pemerintah mengadakan program beasiswa untuk membantu para pelajar yang kurang mampu namun memiliki prestasi belajar yang baik dan keinginan belajar yang tinggi. Hal tersebut harus diberikan bantuan berupa beasiswa agar ilmu yang sudah dimiliki bisa berkembang luas lagi dan bermanfaat bagi orang banyak di kemudian hari. Karena generasi yang cerdas akan lahir bukan dari kaya miskinnya seseorang, tapi dari tekad yang kuat dan keinginan belajar yang tinggi. Percuma jika kita kaya tapi tidak memiliki tekad dan keinginan belajar yang tinggi.

Dengan adanya prestasi serta keinginan belajar yang tinggi, maka akan menghasilkan kualitas yang mumpuni pula. Tanpa mengesampingkan kuantitas, kualitas juga sangatlah penting. Kualitas yang baik menuntut negara untuk lebih kreatif dan inovatif demi kemajuan negaranya. Jika suatu negara memiliki kualitas yang baik, maka negara lain pun akan melirik negara kita dan diperhitungkan di mata dunia. Perbaiki kualitas dengan pendidikan. Apabila kualitas sumber daya manusia menjadi lebih baik, maka akan berpengaruh pada keberlangsungan hidup suatu negara. Keberlangsungan hidup suatu negara bisa dilihat dari cerdasnya generasi penerus melalui pendidikan. Semakin banyak orang yang berpendidikan maka akan semakin maju suatu negara. Jika sumber daya manusia diberikan pendidikan yang baik, maka kita tidak perlu mengandalkan orang asing untuk mengelola sumber daya alam negara kita sendiri. Bangsa kita bisa mengelola


(24)

4

dengan memanfaatkan sumber daya manusia negaranya sendiri. Cerdaskan generasi bangsa dengan pendidikan.

Situasi ekonomi keluarga bukanlah penghalang untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Berbagai perguruan tinggi menyediakan berbagai macam beasiswa pendidikan untuk menopang biaya pendidikan mahasiswa selama kuliah. Salah satu perguruan tinggi yang dipercayai untuk memberikan beasiswa adalah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. UIN Syarif Hidayatullah ini terletak di Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat Tangerang Selatan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu perguruan tinggi Islam terbesar di Indonesia menyediakan berbagai macam beasiswa pendidikan untuk para mahasiswa, baik mahasiswa yang berprestasi maupun mahasiswa yang memiliki kendala finansial pun dapat mengajukan permohonan beasiswa. Berbagai macam beasiswa yang disediakan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di antaranya beasiswa Bidikmisi Pemda, beasiswa Kementrian Agama, beasiswa Bank Indonesia, beasiswa Yayasan Supersemar, beasiswa Bimantara, beasiswa Bazis, beasiswa Dompet Dhuafa, beasiswa PT Gudang Garam, beasiswa JIMS, beasiswa Orbit, beasiswa Bina Amaliyah, beasiswa ISE PT Bank, beasiswa Mandiri, dan beasiswa lainnya.3

Beasiswa di atas terjalin atas kerja sama universitas dengan berbagai lintas instansi, yayasan, dan perusahaan pemberi beasiswa. Selain beasiswa eksternal yang disediakan, untuk lingkungan UIN sendiri universitas menyediakan beasiswa Social Trust Fund dan beasiswa Badan Layanan Umum (BLU) yang diberikan setiap tahunnya.

Universitas telah memberikan kemudahan bagi masyarakat yang kurang mampu terutama dalam finansial tetapi memiliki berbagai prestasi, maka masyarakat bisa memilih dan mengikuti program beasiswa Bidikmisi yang diselengkarakan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta mengikuti berbagai persyaratan yang telah ditetapkan. Hal tersebut telah dijelaskan

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Beasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016, (http://www.uinjkt.ac.id/id/beasiswa/).


(25)

dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan, Bagian Kelima, Pasal 27 ayat 1 dan 2.4

Bidikmisi adalah program bantuan biaya pendidikan yang diberikan Pemerintah melalui Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mulai tahun 2010 kepada mahasiswa yang memiliki potensi akademik memadai dan kurang mampu secara ekonomi. Bidikmisi merupakan program 100 Hari Kerja Mentri Pendidikan Nasional yang dicanangkan pada tahun 2010.5 Bidikmisi adalah bantuan biaya pendidikan yang hanya ditujukan untuk calon mahasiswa tidak mampu.6 Menurut Kementrian Agama, beasiswa Bidikmisi PTAI adalah beasiswa pendidikan yang diberikan kepada mahasiswa berprestasi pada Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN), yang berasal dari keluarga kurang mampu.7

Pada awalnya, Bidikmisi hanya sebatas pada Peraturan Menteri yang harus dilaksanakan oleh PTN, kemudian menjadi Peratutan Pemerintah, dan kini ditingkatkan menjadi UU. Ini artinya, jika sebelumnya hanya bersifat dukungan kebijakan yang ada pada pada tingkat menteri, lalu ditingkatkan menjadi kebijakan pemerintah, maka dengan telah masuknya kebijakan itu dalam UU No. 12 Pasal 74 ayat 1, kini Bidikmisi menjadi tanggung jawab negara.8

Melalui program Bidikmisi, pemerintah siap menanggung biaya kuliah dan biaya hidup. Yang membedakan program beasiswa Bidikmisi dengan beasiswa lainnya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di antaranya penerima beasiswa Bidikmisi mendapatkan biaya perkuliahan hingga semester 8, mendapatkan uang saku setiap bulannya, mendapatkan fasilitas

4

Peraturan Penerintah Republik Indonesia No.48 Tahun 2008. 5

Dikti, Beasiswa Bidikmisi, 2016, (http://satulayanan.id/layanan/index/56/beasiswa-bidikmisi/kemendikbud).

6

Ristekdikti, Bidikmisi,2016, (http://bidikmisi.belmawa.ristekdikti.go.id). 7

Kementrian Agama, Beasiswa Bidikmisi, 2016, (http://www.kemenag.go.id). 8

Mohammad Nuh, Kebangkitan Kaum Duafa Bidikmisi Memutus Mata Rantai Kemiskinan, (Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014), h. 162.


(26)

6

tempat tinggal berupa asrama selama 2 tahun, serta mendapatkan pengajaran berupa bahasa dan keagamaan.

Dengan begitu, para penerima program Bidikmisi akan lebih terjamin dan dapat mengikuti pendidikan dengan tenang tanpa harus memikirkan biaya. Hal tersebut akan membangun jiwa generasi muda untuk lebih berpacu dalam dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi lagi dan melakukan berbagai inovasi kreatif yang bermanfaat.

Selain mendapatkan berbagai fasilitas dari universitas, para penerima beasiswa Bidikmisi pun selalu diikutsertakan dalam berbagai kegiatan, baik di dalam Ma’had maupun diluar Ma’had. Kegiatan di dalam Ma’had, seperti hadir untuk mengikuti shalat maghrib dan subuh berjama’ah, mengikuti pembelajaran di Ma’had berupa pengajaran bahasa dan keagamaan, adanya struktur organisasi Ma’had, kegiatan olahraga bersama, dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan Ma’had. Sedangkan di luar Ma’had para penerima beasiswa Bidikmisi diikutsertakan dalam berbagai kegiatan kampus untuk terlibat langsung sebagai bentuk pembelajaran dalam berorganisasi.

Seperti yang tertera pada Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program beasiswa Bidikmisi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bahwa terdapat 770 orang penerima beasiswa Bidikmisi.9 Semua penerima beasiswa Bidikmisi diwajibkan mengikuti aturan yang telah disetujui dan tertera sebagai bahan acuan bagi mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi untuk tetap bersikap dan mengikuti aturan yang telah ditetapkan.

Aturan yang telah ditetapkan itu bersifat mengikat, karena sudah adanya perjanjian dengan kedua belah pihak. Dengan adanya tuntutan ganda tersebut yaitu tuntutan sebagai mahasiswa di kampus dan mahasantri di Ma’had, dituntut untuk lebih fokus dan berkonsentrasi tinggi agar keduanya dapat berjalan dengan baik. Belum lagi jika mengikuti kegiatan di kampus misalnya Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), maka sebagai mahasiswa harus pandai-pandai membagi waktu agar semuanya bisa berjalan beriringan. Hal

9

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program Beasiswa Bidikmisi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Jakarta: Kementrian Agama, 2015), h. 4.


(27)

tersebut akan berpengaruh terhadap prestasi belajar kita di kampus yang penilaian akhirnya dilihat melalui IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) sebagai hasil dari prestasi belajar. Oleh karena itu, tidaklah mudah untuk mendapatkan IPK yang baik dan sesuai harapan tanpa mengesampingkan tuntutan antara kampus dan asrama.

Hal ini yang menjadikan para penerima beasiswa Bidikmisi merasa sulit untuk membagi waktu antara kuliah dengan Ma’had, dikarenakan terdapat tuntutan lebih bagi para mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi serta membuat mahasiswa kurang bersosialisasi dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Akhirnya, pada tahun 2013 terdapat beberapa mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi mengalami penurunan nilai IPK.

Penelitian mengenai beasiswa Bidikmisi telah dilakukan sebelumnya oleh Stephani Chintya Debi dan Sunardi dari. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, keduanya berkesimpulan bahwa adanya hubungan yang positif antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi. Semakin kuat motivasi belajar yang dilakukan, maka akan semakin tinggi prestasi belajar yang dihasilkan oleh mahasiswa penerima beasiswa.

Berdasarkan penelitian di atas, membuat penulis tergugah untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Beasiswa Bidikmisi Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis identifikasi beberapa permasalahan, di antaranya:

1.Terbatasnya biaya untuk melanjutkan pendidikan. 2.Jauhnya lembaga pendidikan dari tempat tinggal.

3.Mahasiswa terlalu fokus untuk mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup.


(28)

8

5.Sulitnya mahasiswa untuk membagi waktu antara kuliah dengan Ma’had dikarenakan terdapat tuntutan lebih bagi para mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi serta membuat mahasiswa kurang bersosialisasi dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).

6.Mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi memperoleh nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) standar.

C. Pembatasan Masalah

Oleh karena masalah tersebut sangatlah luas, maka penelitian ini hanya dibatasi pada sulitnya mahasiswa untuk membagi waktu antara kuliah dengan Ma’had dikarenakan terdapat tuntutan lebih bagi para mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi serta membuat mahasiswa kurang bersosialisasi dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi memperoleh nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) rendah.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh beasiswa Bidikmisi terhadap prestasi belajar mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah-masalah yang telah peneliti rumuskan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh beasiswa Bidikmisi terhadap prestasi belajar mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

F. Kegunaan Penelitian 1.Kegunaan Teoritis

a. Sebagai bahan acuan bagi penelitian sejenis yang mungkin akan dilakukan selanjutnya.


(29)

b. Memberikan informasi seputar penerima beasiswa Bidikmisi.

c. Memberikan motivasi terhadap mahasiswa Bidikmisi untuk terus berprestasi di kampus.

2.Kegunaan Praktis

a. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi bagi para mahasiswa dalam memilih program beasiswa yang disediakan oleh pihak universitas.

b. Bagi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan dan pertimbangan bagi institusi terkait dalam memberikan segala jenis tuntutan yang telah ditentukan dan wajib untuk dilaksanakan dengan ketentuan yang ada terhadap segala kegiatan perkuliahan di kampus maupun di Ma’had bagi penerima beasiswa Bidikmisi, serta pertimbangan waktu untuk melaksanakan kegiatan diluar perkuliahan atau Unit Kegiatan Mahasiswa yang ada.

c. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai besarnya pengaruh beasiswa Bidikmisi terhadap prestasi belajar bagi mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi. Sehingga masyarakat bisa menilai prestasi belajar yang dimiliki oleh penerima beasiswa Bidikmisi.


(30)

10

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretik 1. Beasiswa

a. Pengertian Beasiswa

Beasiswa adalah bantuan yang diberikan oleh pihak tertentu kepada perorangan yang digunakan demi keberlangsungan pendidikan yang ditempuh.1 Beasiswa adalah tunjangan yang diberikan kepada pelajar atau mahasiswa sebagai bantuan biaya belajar.2 beasiswa adalah bantuan untuk membantu orang terutama bagi yang masih sekolah atau kuliah agar mereka dapat menyelesaikan tugasnya dalam rangka mencari ilmu pengetahuan hingga selesai. Bantuan ini biasanya berbentuk dana untuk menunjang biaya atau ongkos yang harus dikeluarkan oleh anak-anak sekolah atau mahasiswa selama menempuh masa pendidikan di tempat belajar yang diinginkan.

b. Tujuan Pemberian Beasiswa

Beberapa tujuan dari penerimaan beasiswa ini antara lain:

1) Untuk membantu para pelajar atau mahasiswa agar mereka bisa mencari ilmu sesuai dengan bidang yang ingin dikuasai, terutama bagi yang punya masalah dalam hal pembiayaan.

2) Menciptakan pemerataan suatu ilmu pengetahuan atau pendidikan kepada setiap orang yang membutuhkan. Memang kita punya hak untuk belajar agar mendapat ilmu pengetahuan yang cukup untuk bekal hidup di kemudian hari. Namu, untuk mendapatkan suatu ilmu kadang kita perlu mengeluarkan

1

Universitas Indonesia, Beasiswa, 2016, (http://anakui.com) 2


(31)

biaya.untuk itu, beasiswa inilah yang akan membantu seseorang untuk mendapatkan ilmu tersebut.

3) Menciptakan generasi baru yang lebih pintar dan cerdas. Karena dengan adanya bantuan beasiswa ini, maka seseorang terutama kaum muda bisa mempunyai kesempatan untuk mendapat pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Dari sini akan tercipta sumber daya manusia baru yang lebih mampu menjawab tantangan di zaman yang terus maju ini.

4) Meningkatkann kesejahteraan. Setelah tercipta sumber daya manusia baru yang cerdas, diharapkan mereka ini bisa memberi bantua lewat ide dan ilmu pengetahuan yang telah diperolehnya ketika menjalani masa pendidikan. Karena ilmu pengetahuan tersebut bisa diterapkan dalam masyarakat dengan tujuan untuk memajukan mereka sehingga kemakmuran dan kesejahteraan lebih mudah dicapai.3

Tujuan pemberian beasiswa pada dasarnya adalah untuk mendukung kemajuan dunia pendidikan. Pemerataan kesempatan belajar bagi para mahasiswa yang berprestasi dan kurang berprestasi, namun secara ekonomis tidak atau kurang mampu secara ekonomi. Mendorong dan mempertahankan semangat belajar mahasiswa sehingga mampu tetap berprestasi dan bergairah dalam menyelesaikan studi. Mendorong siswa berpacu mencapai prestasi akademik yang tertinggi sehingga sumberdaya manusia yang potensial tersebut tidak sia-sia. Sasaran awalnya adalah golongan masyarakat yang tidak mampu dari segi ekonomi, agar mereka tetap bisa mengenyam pendidikan yang layak. Tidak hanya itu, penerima beasiswa seharusnya juga memiliki jiwa sosial yang tinggi dan mengurangi sifat egoisme. Supaya ketika mereka lulus

3


(32)

12

dari bangku pendidikan, mampu menerapkan ilmunya untuk kepentingan umum, dan semaksimalnya berusaha menjadi orang yang menyediakan beasiswa bagi penerusnya.

Namun pada penerapannya sangat berkebalikan, kesalah pahaman tentang arti beasiswa itu menjadi sebuah polemik yang sering muncul dan semakin terlihat jelas. Lebih parahnya lagi, dana besiswa yang diberikan sering kali disalah gunakan oleh oknum penerima beasaiswa yang tidak bertanggung jawab . Realita itu sudah menjadi suatu hal yang tidak tabu lagi. Saya pribadi berpendapat bahwa, tidak ada masalah jika golongan mampu bisa mendapat beasiswa, kalau dia memang benar-benar berprestasi namun seyogyanya yang mendapat beasiswa adalah yang benar - benar kurang mampu. Namun akan lebih baik lagi jika dana beasiswa yang dia peroleh digunakan untuk menunjang atau memajukan sebuah pendidikan. Seperti membeli buku, atau melakukan sebuah penelitian ilmiah yang berguna bagi dunia pendidikan, daripada hanya untuk memenuhi kebutuhan tersier pribadinya. Sehingga, tujuan adanya program beasiswa yang diberikan pemerintah atau swasta benar-benar bisa tercapai dan tepat sasaran, yaitu menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan berguna bagi agama bangsa dan negara.

c. Manfaat Beasiswa

Adapun manfaat dari beasiswa, di antaranya:

1) Membantu siswa yang kurang mampu untuk mendapat kesempatan dalam menempuh pendidikan.

2) Mendorong siswa untuk sling berlomba dalam hal prestasi akademik.


(33)

3) Merangsang semangat belajar siswa atau penerima beasiswa agar terbebas dari pencabutan beasiswa tersebut.

4) Memberikan kesempatan kepada lembaga luar sekolah untuk berpartisiasi dalam proses peningkatan pendidikan.

2. Bidikmisi

a. Pengertian Bidikmisi

Bidikmisi adalah program bantuan biaya pendidikan yang diberikan Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mulai tahun 2010 kepada mahasiswa yang memiliki potensi akademik memadai dan kurang mampu secara ekonomi. Bidikmisi merupakan program 100 Hari Kerja Mentri Pendidikan Nasional yang dicanangkan pada tahun 2010. Perguruan tinggi yang mendapat bantuan Bidikmisi yaitu perguruan tinggi di bawah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementrian Agama. Pada tahun 2011 mahasiswa baru penerima Bidikmisi bertambah menjadi 30.000 di 117 perguruan tinggi negeri dengan adanya tambahan anggaran APBN-Perubahan. Pada tahun 2012 ini Bidikmisi dilanjutkan dikembangkan menjadi 30.000 calon mahasiswa penerima yang diselenggarakan di 87 perguruan tinggi negeri di bawah Kemdikbud dan program Bidikmisi yang dikelola oleh Kementrian Agama.

Program ini mempunyai misi untuk menghidupkan harapan bagi masyarakat kurang mampu dan potensi akademik memadai untuk menempuh pendidikan sampai ke jenjang perguruan tinggi. Bantuan yang diberikan dalam program ini terdiri atas bantuan biaya hidup yang diserahkan keepada mahasiswa sekurang-kurangnya sebesar Rp 600.000,- (enam ratus ribu rupiah) perbulan yang ditentukan berdasarkan Indeks Harga Kemahalan daerah lokasi PTN dan bantuan biaya penyelenggaraan pendidikan yang dikelola PTN


(34)

sebanyak-14

banyaknya Rp 2.400.000,- (dua juta empat ratus ribu rupiah) persemester permahasiswa.4

b. Landasan Hukum

1)UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2)UU RI No.9 tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan.

3)Peraturan Pemerintah RI No.48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan.

4)Peraturan Pemerintah RI No.60 tahun 1999 tentang Perguruan Tinggi Negeri.

5)Petunjuk teknis Penyelenggaraan Program Bantuan Biaya Pendidikan Perguruan Tinggi Agama Islam tahun 2014.

Berdasarkan petunjuk teknis penyelenggaraan Program Bantuan Biaya Pendidikan Bidikmisi Perguruan Tinggi Agama Islam tahun 2014, peraturan perundang-undangan yang dijadikan landasan dalam pemberian Program Bantuan Biaya Pendidikan adalah:

a) Undang-Undang Republik lndonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab V pasal 12 (l.c), menyebutkan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya. Pasal 12 (l.d), menyebutkan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya.

b) Undang-Undang Republik lndonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, Pasal 76 (A), menyebutkan bahwa Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan atau Perguruan Tinggi berkewajiban memenuhi hak Mahasiswa yang tidak mampu

4

Dikti, Beasiswa Bidikmisi, 2016, (http://satulayanan.id/layanan/index/56/beasiswa-bidikmisi/kemendikbud).


(35)

secara ekonomi untuk dapat menyelesaikan studinya sesuai dengan peraturan akademik. Pasal (2) menyebutkan bahwa pemenuhan hak Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara memberikan: (a) beasiswa kepada Mahasiswa berprestasi, (b) bantuan atau membebaskan biaya Pendidikan.

c) Peraturan Pemerintah Republik lndonesia Nomor 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan, Bagian Kelima, Pasal 27 ayat (l), menyebutkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya memberi bantuan biaya pendidikan atau beasiswa kepada peserta didik yang orang tua atau walinya tidak mampu membiayai pendidikannya. Pasal 27 ayat (2), menyebutkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya dapat memberi beasiswa kepada peserta didik yang berprestasi.

d) Peraturan Pemerintah Republik lndonesia Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, Pasal 53A yang menegaskan bahwa satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangan masing-masing wajib menyediakan tempat beasiswa bagi peserta didik berkewarganegaraan lndonesia yang berprestasi dan wajib mengalokasikan bagi calon peserta didik berkewarganegaraan Indonesia, yang memiliki potensi akademik baik dan tidak mampu secara ekonomi, paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah keseluruhan peserta didik baru.

e) Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama.

f) Peraturan Menteri Keuanagan Republik lndonesia Nomor 190lPMK.0512012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.


(36)

16

g) Peraturan Menteri Keuangan Republik lndonesia nomor 811PMK.0512012 tentang Belanja Bantuan Sosial pada Kementerian Negara/Lembaga.5

c. Sistem Beasiswa Bidikmisi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ketentuan Umum 1) Sasaran

Lulusan jenjang pendidikan menengah yang terdiri atas lulusan Madrasah Aliyah, Pesantren, SMA, SMK, dan yang sederajat (2 tahun terakhir) yang berprestasi dan orang tua/wali-nya kurang mampu secara ekonomi.

2) Penyelenggara

Penyelenggara program beasiswa Bidikmisi adalah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di bawah Kementrian Agama Republik Indonesia.

d. Persyaratan, Kuota dan Sistematika Lainnya

1) Persyaratan

Berkas beasiswa Bidikmis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015:

a) Daftar online (www.ais.uinjkt.ac.id);

b) Formulir Bidikmisi (formulir dapat di download di www.uinjkt.ac.id),

c) Bukti kelulusan masuk UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Print Out SK Kelulusan SNMPTN PPA, SNMPTN TULIS, SMB PTKAN PPA, SMB PTKAN TULIS, SBM PTN, atau MANDIRI);

d) Lulus Madrasah Aliyah, Pesantren, SMA, SMK, dan yang sederajat tahun 2014 atau 2015 dibuktikan dengan fotokopi ijazah/SKHU yang dilegalisir;

e) Kartu identitas (KTP/Kartu Siswa/SIM);

5

Pedoman Bidikmisi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Jakarta: Kementrian Agama, 2014).


(37)

f) Kartu keluarga (KK) dilegalisir kelurahan setempat;

g) Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari desa/kelurahan tempat tinggal;

h) Bukti pembayaran rekening listrik 1 bulan terakhir;

i) Bukti slip gaji/penghasilna orang tua (jika pekerjaan orang tua pegawai atau karyawan);

j) Foto rumah atau tempat tinggal bagian depan, belakang, samping kiri, samping kanan, dan bgaian dalam rumah;

k) Fotokopi raport SLTA dan sederajat semester 1-6 atau IPK untuk pendaftar pengganti penerima beasiswa Bidikmisi;

l) Peringkat 10 besar di kelas (dibuktikan dengan piagam, surat pernyataan, dan lain-lain yang ditanda tangani Kepala Sekolah);

m) Melampirkan prestasi non-akademik (olahraga, seni, dan lain-lain) yang pernah diikuti atau diraih (dibuktikan dengan piagam, sertifikat, dan lain-lain);

n) Pas foto terbaru berwarna 4 x 6 sebanyak 4 lembar. 2) Kuota

Banyaknya penerima Beasiswa Bidikmisi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun anggaran 2015 adalah 770 orang. Jumlah tersebut berdasarkan hasil pendistribusian perguruan tinggi negeri di bawah Kementrian Agama Republik Indonesia yang ditentukan oleh Kementrian Agama Republik Indonesia. Adapun kuota fakultas ditentukan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan disahkan melalui SK Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tabel 2.1

Daftar Jumlah Penerima Beasiswa Bidikmisi

No. Tahun Jumlah


(38)

18

2 2012 150

3 2013 160

4 2014 150

5 2015 160

Total Jumlah 770

Sumber: Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program Beasiswa Bidikmisi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015

3) Alur Pendaftaran

a) Daftar jalur masuk UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; SPAN PTKAN, SNMPTN, SBMPTN, UM PTKAN, atau SPMB MANDIRI;

b) Lulus ujian masuk UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

c) Mendaftar beasiswa Bidikmisi secara online melalui www.uinjkt.ac.id atau www.spmb.uinjkt.ac.id ;

d) Menyerahkan berkas ke Bagian Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

e) Seleksi berkas oleh Tim dari Bagian Kemahasiswaan; f) Psikotest;

g) Interview di setiap fakultas terpilih atau oleh panitia yang dibentuk oleh Bagian Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. (calon didampingi orang tua/wali);

h) Pengumuman lulus Beasiswa Bidikmisi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

i) Registrasi Ma’had UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

j) Bersedia menempati dan mengikuti pembinaan di Ma’had UIN Syarif Hidayatullah Jakarta selama 1 tahun;

k) Mengikuti semua prosedur Beasiswa Bidikmisi dan pembinaan Ma’had UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(39)

4) Mekanisme Seleksi

a) Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi melakukan koordinasi dan sosialisasi antar unit utama, unit kerja dan instansi terkait termasuk Panitia Seleksi Nasional mahasiswa baru serta melakukan publikasi melalui media massa.

b) Dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota melakukan sosialisasi dan atau memberikan informasi kepada satuan pendidikan di lingkungannya tentang program Bidikmisi.

c) Institusi pendidikan tinggi melakukan sosialisasi dan atau memberikan informasi kepada sekolah dan publik tentang program Bidikmisi.

d) Kepala Sekolah/Madrasah/PKBM atau yang sederajat mensosialisasikan program Bidikmisi kepada siswa khususnya bagi siswa kelas 12.

e) Kepala Sekolah/Madrasah/PKBM atau yang sederajat mengoordinasikan dan memfasilitasi seluruh proses pendaftaran di setiap sekolah dan mengirimkan berkas yang telah memenuhi persyaratan ke perguruan tinggi negeri yang dituju tanpa mengenakan biaya pada siswa pendaftar.6

5) Pendanaan

a) Jangka Waktu Pemberian

Beasiswa diberikan sejak calon mahasiswa dinyatakan diterima di perguruan tinggi selama 8 (delapan) semester untuk program S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b) Sifat, Jumlah dan Penggunaan Dana

Anggaran yang tersedia dalam Bidikmisi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan indeks sebesar Rp 6.000.000,- permahasiswa pertahun, dalam bentuk Bantuan

6


(40)

20

Sosial yang ditempatkan pada akun belanja bantuan Sosial, diluncurkan secara block grant by name by address kepada mahasiswa penerima Program Bantuan Biaya Pendidikan Bidikmisi. Adapun penggunaan dana tersebut meliputi:

(1) Biaya perkuliahan, besar biaya yang dibayarkan sesuai dengan biaya perkuliahan pada jurusan dan fakultas penerima beasiswa.

(2) Living cost, pemberian living cost bagi penerima beasiswa bidikmisi.

(3) Penggunaan dana akan dilaporkan ke Direktur Perguruan Tinggi Agama Islam Kementrian Agama Republik Indonesia.

6) Mekanisme Penyaluran Dana

a) Biaya living cost dibayarkan setiap enam bulan sekali.

b) Biaya perkuliahan, biaya Ma’had, dan biaya pembinaan dibayarkan langsung ke rekening UIN Syarif Hidayatullah Jakarta oleh Bagian Kemahasiswaan.

c) Penyaluran beasiswa dari Universitas kepada mahasiswa penerima melalui rekening mahasiswa.

d) Penyaluran biaya pendidikan diatur oleh Universitas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

7) Penghentian Bantuan

Sanksi dan pemberhentian beasiswa dilakukan apabila mahasiswa penerima beasiswa:

a) Terbukti melanggar Kode Etik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b) Indeks Prestasi Kumulatif < 3,00.

c) Tidak menempati Ma’had selama 3 bulan selama tinggal di Ma’had.

d) Presensi kehadiran pembinaan di bawah 70% sebanyak 3 bulan selama tinggal di Ma’had.


(41)

e) Tidak mematuhi peraturan Ma’had UIN yang dibuktikan oleh surat rekomendasi dari Kepala Pusat Ma’had.

f) Terlibat dalam organisasi terlarang. g) Telah menyelesaikan studi.

h) Cuti karena sakit atau alasan lain. i) Skorsing.

j) Drop Out.

k) Non aktif.

Mahasiswa penerima bidikmisi yang tidak mengikuti kegiatan akademik yang ditentukan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta l) Mengundurkan diri.

m) Meninggal dunia.

n) Kebijakan yang diberikan akan dipertimbangkan oleh pengelola beasiswa bidikmisi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 8) Pelanggaran dan Sanksi

a) Pelanggaran

Hal-hal yang termasuk pelanggaran peraturan program bantuan biaya pendidikan Bidikmisi adalah sebagai berikut:

(1) Telah memberikan keterangan yang tidak benar baik secara lisan maupun tertulis;

(2) Melakukan pemalsuan dokumen pendukung pada saat pendaftaran beasiswa Bidikmisi;

(3) Mengundurkan diri setelah ditetapkan sebagai penerima beasiswa Bidikmisi;

(4) Terbukti tidak memenuhi syarat sebagai penerima beasiswa Bidikmisi;

(5) Presensi pembinaan kurang dari 70% sebayak 1 bulan; (6) Presensi pembinaan kurang dari 70% sebanyak 2 bulan; (7) Presensi pembinaan kurang dari 70% sebanyak 3 bulan; b) Sanksi


(42)

22

(1) Sanksi atas pelanggaran poin a-d adalah pembatalan pemberian serta pengembalian bantuan biaya pendidikan dan bantuan biaya hidup kepada penerima program beasiswa Bidikmisi.

(2) Sanksi atas pelanggaran poin e dan f adalah penerbitan Surat Peringatan 1 dan 2 dari Kepala Pusat Ma’had Al Jami’ah.

(3) Sanksi atas pelanggaran poin g adalah mendapatkan Surat Peringatan 3. Adapun SP 3 merupakan sanksi terakhir yang berarti bahwa mahasiswa yang bersangkutan pada semester berikutnya tidak tercatat sebagai penerima beasiswa Bidikmisi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. (4) Mekanisme Pemberian Sanksi

Alur dalam pemberian sanksi, yaitu Pengasuh Ma’had mengajukan surat usulan pemberian sanksi bagi mahasiswa kepada Kepala UPT Pusat Ma’had Al Jami’ah. Kepala Pusat akan mengeluarkan untuk pemberian SP 3, surat usulan dari pengasuh akan di acc oleh Kepala UPT untuk selanjutnya akan diterbitkan SP 3 yang akan ditandatangani oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan.

9) Hal Khusus

Bagi penerima beasiswa Bidikmisi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2011 dan 2012 (non Ma’had) diberi ketentuan sebagai berikut:

a) Mahasiswa yang presensi pembinaanya kurang dari 70% selama 1 (satu) sampai dengan 2 (dua) bulan, masih diperkenankan menjadi mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi pada tahun 2015 dengan catatan akan memperbaiki prestasi akademik yang bersangkutan. Dana living cost


(43)

semester-semester yang lalu belum disetorkan, akan dikirim seluruhnya ke rekening pribadi yang bersangkutan.

b) Sedangkan bagi mahasiswa yang presensi pembinaannya kurang dari 70% selama 3 (tiga) bulan atau lebih, tidak diperkenankan untuk menjadi penerima beasiswa Bidikmisi pada tahun 2015. Dana living cost yang belum disetorkan akan dipergunakan untuk membayar biaya perkuliahan atas nama mahasiswa yang bersangkutan sampai dengan semester 8 (jika mencukupi), baru kemudian sisanya akan disetorkan ke rekening pribadi yang bersangkutan.

c) Bagi mahasiswa dengan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) kurang dari 3,00, perlakuannya sama seperti poin b di atas. 10) Hak dan Kewajiban

a) Hak Penerima Bidikmisi

(1) Mendapatkan bantuan biaya pendidikan.

(2) Mendapatkan living cost sesuai dengan mekanisme yang sudah diatur.

(3) Mendapatkan fasilitas tempat tinggal (Ma’had UIN). (4) Menerima pembinaan secara berkala sesuai kurikulum dan

sistem yang sudah diatur UPT Kepala Pusat Ma’had Al Jami’ah.

(5) Mendapatkan pelayanan perihal beasiswa dari penyelenggara bidikmisi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. b) Kewajiban Penerima Bidikmisi

(1) Mematuhi peraturan dan Kode Etik Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(2) Mencapai Indeks Prestasi Kumulatif > 3,00.

(3) Melaporkan laporan perkembangan akademik setiap semester ke Bagian Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(44)

24

(4) Menempati dan aktif melaksanakan pembinaan selama menjadi Mahasantri Ma’had.

(5) Mentaati semua peraturan Ma’had UIN syarif Hidayatullah Jakarta.

(6) Menjaga nama baik almamater, Ma’had dan Bidikmisi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(7) Beri’tikad baik untuk berbakti dan mengabdi kepada agama, almamater UIN, masyarakat, bangsa dan negara. 11) Mekanisme Pengunduran Diri Bidikmisi

Penerima beasiswa Bidikmisi ketika berkeinginan mengundurkan diri sebagai penerima beasiswa Bidikmisi dikarenakan mendapat beasiswa ke luar negeri, menikah, dan lain-lain. Harus mengikuti mekanisme sebagai berikut:

a) Memberitahukan pengunduran diri paling lambat 2 minggu sebelum akhir semester.

b) Membuat surat pengunduran diri yang ditujukan kepada Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

c) Memberikan penjelasan secara langsung (lisan) kepada kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

12) Monitoring dan Evaluasi

a) Bentuk dan tujuan kegiatan

Bentuk kegiatan monitoring adalah melakukan pemantauan dan pembinaan kepada penerima beasiswa bidikmisi.

(1) Komponen

(a) Nilai akademik

(b) Presensi kehadiran pembinaan Ma’had (c) Perilaku penerima


(45)

Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh Bidang Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ma’had Al Jami’ah dan unit-unit terkait.7

3. Prestasi Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat.8 Bagi para pelajar atau mahasiswa kata “belajar” merupakan kata yang tidak asing, bahkan sudah merupakan bagian dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Kegiatan belajar mereka lakukan setiap waktu sesuai dengan keinginan. Entah malam hari, siang hari, sore hari, atau pagi hari.

Namun, dari semua itu tidak setiap orang mengetahui apa itu belajar. Seandainya dipertanyakan apa yang sedang dilakukan? Tentu saja jawabnya adalah “belajar”. Itu saja titik. Sebenarnya dari kata ‘belajar” itu ada pengertian yang tersimpan di dalamnya. Pengertian dari kata “belajar” itulah yang perlu diketahui dan dihayati, sehingga tidak melahirkan pemahaman yang keliru mengenai masalah belajar.

Masalah pengertian belajar ini, para ahli psikologi dan pendidikan mengemukakan rumusan yang berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing. Tentu saja mereka mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. James O. Whittaker, misalnya, merumuskan belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

7

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program Beasiswa Bidikmisi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Jakarta: Kementrian Agama, 2015), h. 4.

8

Evelin Siregar, dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 3.


(46)

26

Cronbach berpendapat bahwa learning is shown by change in behavior as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Howard L. Kingskey mengatakan bahwa learning is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training. Belajar adalah proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Sedangkan Geoch merumuskan learning is change is performance as a result of practice.

Drs. Slameto juga merumuskan pengertian tentang belajar. Menurutnya belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.9 Adapun menurut Melvin H. Marx mengatakan bahwa belajar adalah perubahan yang dialami secara relatif abadi dalam tingkah laku yang pada dasarnya merupakan fungsi dari suatu tingkah laku sebelumnya. Dalam hal ini, sering atau biasa disebut praktik atau latihan (learning is a relatively enduring change in behaviour which is a function of prior behaviour, usually called practice).10

Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar yang dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur, yaitu jiwa dan raga. Gerak raga yang dutunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan. Tentu saja perubahan yang didapatkan itu bukan perubahan fisik, tetapi perubahan jiwa dengan sebab masuknya kesan-kesan yang baru. Dengan demikian, maka perubahan fisik akibat sengatan serangga, patah tangan, patah kaki, buta mata, tuli telinga, penyakit bisul, dan sebagainya bukanlah sebagai hasil dari

9

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2011), h. 12. 10

Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz media, 2012), h. 227.


(47)

proses belajar adalah perubahan jiwa yang mempengaruhi tingkah laku seseorang.

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh sutau perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.11 Oleh karena itu, belajar bukanlah suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Jadi, langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh.12

b. Ciri-ciri Belajar

Jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajar.

1) Perubahan yang terjadi secara sadar

Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah. Jadi perubahan tingkah laku individu yang terjadi karena mabuk atau dalam pengertian belajar. Karena individu yang bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu.

2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya, jika seorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak menulis menjadi dapat menulis.

11

Djamarah, op. cit., h. 13.

12


(48)

28

Perubahan itu berlangsung terus menerus hingga kecakapan menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna. Ia dapat menulis dengan kapur dan sebagainya. Di samping itu, dengan kecakapan menulis yang telah dimilikinya ia dapat memperoleh kecakapan-kecakapan lain. Misalnya, dapat menulis surat, menyalin catatan-catatan, mengerjakan soal-soal, dan sebagainya.

3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian, makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri. Misalnya, perubahan tingkah laku karena proses kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari dalam, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.

4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang bersifat sementara (temporer) yang terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, menangis, dan sebagainya tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam pengertian belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. Misalnya, kecakapan seorang anak dalam memainkan piano setelah belajar tidak akan hilang, melainkan akan terus dimiliki dan bahkan makin berkembang bila terus dipergunakan atau dilatih.

5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin


(49)

dapat dicapai dengan belajar mengetik, atau tingkat kecakapan mana yang dicapainya. Dengan demikian, perubahan belajar yang dilakukan senantiasa terarah pada tingkah laku yang telah ditetapkannya.

6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.13

Menurut Baharuddin & Esa N.W, ciri-ciri belajar meliputi: (1) Belajar ditandai adanya perubahan tingkah laku, (2) Perubahan tingkah laku dari hasil belajar itu relatif permanen, (3) Perubahan tingkah laku tidak harus dapat diamati pada saat berlangsungnya proses belajar, tetapi perubahan perilaku itu bisa jadi bersifat potensial, (4) Perubahan tingkah laku itu merupakan hasil latihan atau pengalaman, (5) Pengalaman atau latihan itu dapat memberikan penguatan.14

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Proses belajar melibatkan berbagai faktor yang sangat kompleks. Oleh sebab itu, masing-masing faktor perlu diperhatikan agar proses belajar dapat berhasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Belajar tidak hanya ditentukan oleh potensi yang ada dalam individu tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain yang berasal dari luar diri yang belajar. Karena tidak heran bila ada anak cerdas, aktif dan kreatif pada akhirnya dapat mengalami kegagalan dalam belajar karena faktor keluarga yang kurang mendukung. Sebaliknya, banyak ditemukan anak-anak dari keluarga ekonomi lemah justru sukses dalam belajar karena faktor motivasi untuk sukses yang tinggi didukung oleh guru-guru yang profesional. Secara umum, keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Masing-masing faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

13

Djamarah, op. cit., h. 15. 14


(50)

30

1) Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di luar diri individu.

a)Faktor Nonsosial

Faktor nonsosial adalah faktor-faktor di luar individu yang berupa kondisi fisik yang ada di lingkungan belajar. Faktor nonsosial merupakan kondisi fisik yang ada di lingkungan sekolah, keluarga maupun di masyarakat. Aspek fisik tersebut bisa berupa peralatan sekolah, sarana belajar, gedung dan ruang belajar, kondisi geografis sekolah dan rumah, iklim dan cuaca, jarak rumah ke sekolah, sarana transfortasi yang tersedia dan sejenisnya.

b) Faktor Sosial

Faktor sosial adalah faktor-faktor di luar individu yang berupa manusia. Faktor eksternal yang bersifat sosial, bisa dipilih menjadi faktor yang berasal dari keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat (termasuk teman pergaulan anak). Misalnya, kehadiran orang dalam belajar, kedekatan hubungan antara anak dengan orang lain, keharmonisan atau pertengkaran dalam keluarga, gaya pengasuhan orang tua, hubungan antarpersonil sekolah, gaya mengajar guru, sikap guru terhadap siswa dan sebagainya.

2) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis dan faktor psikologis.

a) Faktor Fisiologis

(1) Keadaan tonus jasmani pada umumnya. Keadaan tonus jasmani secara umum yang ada dalam diri individu sangat memengaruhi hasil belajar. Keadaan tonus jasmani secara umum ini, misalnya tingkat kesehatan, mengantuk dan


(51)

kebugaran fisik individu. Apabila badan individu dalam keadaan bugar dan sehat maka akan mendukung hasil belajar. Sebaliknya, jika badan individu dalam keadaan kurang bugar dan kurang sehat akan menghambar hasil belajar.

(2) Keadaan fungsi jasmani tertentu. Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu, terutama yang terkait dengan fungsi-fungsi panca indra dan kelengkapan anggota tubuh yang ada dalam diri individu. Panca indra merupakan pintu gerbang masuknya pengetahuan dalam diri individu. Kesempurnaan anggota tubuh akan sangat menunjang belajar.

3) Faktor Psikologis

Faktor psikologis adalah faktor psikis yang ada dalam diri individu. Faktor-faktor psikis tersebut antara lain tingkat kecerdasan, motivasi, minat, bakat, sikap, kepribadian, kematangan dan lain sebagainya. Tingkat kecerdasan akan memengaruhi daya serap serta berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Demikian juga motivasi, bakat dan minat banyak memberikan warna terhadap aktivitas belajar. Bakat dan minat terhadap suatu mata pelajaran akan mendorong seseorang mendapat kemudahan mencapai tujuan belajar, hanya yang bersangkutan perlu waktu lebih banyak dan kerja lebih keras untuk mendapatkan hasil yang baik.15

d. Gaya Belajar

Gaya adalah cara. Gaya belajar merupakan cara anak didik belajar yang sudah menjadi kebiasaan, dan kebiasaan tersebut dianggap paling tepat baginya. Ada empat gaya belajar, yaitu:

1) Somatis, artinya tubuh atau raga. Anak dengan gaya belajar somatis akan belajar lebih cepat bila dilakukan dengan memanfaatkan

15


(52)

32

tubuh/raga, baik melalui aktivitas yang melibatkan tubuh, ataupun dengan melihat, memperhatikan bagian-bagian tubuhnya.

2) Auditif, artinya suara. Gaya belajar ini ditempuh dengan mendengarkan suara, seperti suara guru, suara diri sendiri atau teman lain yang sedang belajar. Anak yang mempunyai tipe belajar auditif akan lebih menangkap pelajaran dengan cara mendengarkan.

3) Visual, merupakan gaya belajar melalui penglihatan. Anak dengan gaya belajar akan lebih mudah memahami materi bila dengan melihat atau membaca.

4) Intelektual, gaya belajar yang dilakukan dengan perenungan atau

insight. Anak dengan tipe belajar ini akan memahami pelajaran melalui pemahaman dan perenungan.biasanya siswa dengan tipe ini menyukai suasana belajar yang tenang.16

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, di antaranya:

a. Faktor internal, yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. 1) Aspek Pisiologis (meliputi: tonus jasmani, mata dan telinga). 2) Aspek Psikologis (meliputi: inteligensi, sikap, minat, dan

motivasi).

b. Faktor eksternal, yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.

1) Lingkungan Sosial (meliputi: keluarga, guru dan staf, masyarakat, dan teman).

2) Lingkungan Nonsosial (meliputi: rumah, sekolah, peralatan, dan alam).

c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

1) Pendekatan Tinggi (meliputi: speculative dan achieving)

16


(53)

2) Pendekatan Sedang (meliputi; analitical dan deep)

3) Pendekatan Rendah (meliputi: reproductive dan surface)17

Faktor lain yang mempengaruhi perkembangan seseorang yang bukan karena faktor belajar adalah:

a) Faktor kematangan. Perkembangan manusia dan perubahan dalam diri seseorang dapat terjadi karena faktor kematangan. Kematangan merupakan proses alamiah yang terjadi dengan sendirinya. Seseorang dapat mengalami perubahan karena kematangan, seperti berubahnya suara pada masa pubertas, perubahan jakun dari kecil menjadi lebih besar, perubahan dari belum mempunyai jambang/jenggot menjadi berjenggot.

b) Faktor pertumbuhan. Pertumbuhan seseorang terjadi faktor makanan atau gizi. Pertumbuhan adalah perubahan material manusia secara kuantitatif. Perubahan tersebut bisa dari kecil menjadi besar, bisa dari sempit menjadi luas bisa pula dari sedikit menjadi banyak atau dari tidak ada menjadi ada. Pertumbuhan fisik berarti jasmani menjadi lebih besar, lebih tinggi atau lebih gagah. Pertumbuhan terjadi pada kondisi fisik lain seperti pertumbuhan rambut, pertumbuhan gigi, pertumbuhan tangan kaki. Pertumbuhan rambut bisa dalam arti dari sedikit menjadi banyak atau dari pendek menjadi panjang.

c) Faktor insting dan reflek. Insting dan reflek merupakan perilaku yang terjadi secara otomatis. Insting dan reflek merupakan mekanisme dalam diri seseorang yang terjadi secara alamiah sebagai jalan untuk mempertahankan hidupnya. Mencari makan, bernafas, berkedip, bersin merupakan bentuk-bentuk perilaku yang muncul secara otomatis sebagai jalan untuk melindungi diri dari

17

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 132.


(54)

34

bahaya atau mempertahankan hidup. Dengan jalan ini manusi berkembang dan tetap bertahan hidup.18

Selain itu, juga terdapat faktor-faktor yang tersangkut dalam kegiatan belajar, yakni:

(1) Asosiasi. Dalam kegiatan belajar terjadi koneksi atau hubungan di dalam otak, antara hal satu dengan lainnya.

(2) Motivasi. Belajar akan terjadi bila manusia atau binatang terdorong dalam beberapa hal.

(3) Variabilitas. Dalam peristiwa belajar terjadilah berbagai macam tingkah laku yang dapat dilakukan untuk memecahkan suatu masalah, tergantung dari stimulus belajar.

(4) Kebiasaan. Belajar dapat membentuk suatu kebiasaan sehingga hal itu dapat digunakan untuk menghadapi situasi yang berbeda yang harus dipertimbangkan.

(5) Kepekaan. Faktor kepekaan yakni perasaan atau kognisi yang mudah tersentuh merupakan hal yang menentukan juga keberhasilan belajar.

(6) Pencetakan (imprinting), atau merekam. Hal ini biasanya terjadi pada binatang, yang mungkin dapat disamakan dengan

dressur. Dalam hal ini berarti semacam proses “melihat”-kan sesuatu (yang dipelajari) pada kesan/otak.

(7) Hambatan. Dalam proses belajar tentu terjadi hambatan.19

e. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku (misbehavior) seeperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas,

18

Sriyanti, op. cit., h. 20.

19


(55)

mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering minggat dari sekolah.

Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam, yakni:

1) Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri.

2) Faktor ekstern, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa.

Kedua faktor ini meliputi aneka ragam hal dan keadaan yang antara lain di bawah ini:

1) Faktor Intern Siswa

Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa, yakni:

a) Yang bersifat kognitif (ranah cipta), seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa.

b) Yang bersifat afektif (ranah rasa), seperti labilnya emosi dan sikap.

c) Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga). 2) Faktor Ekstern Siswa

a) Lingkungan keluarga, contohnya ketidak harmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.

b) Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya wilayah perkampungan kumuh (slum area) dan teman sepermainan (peer group) yang nakal.

c) Lingkungan sekolah, contohnya kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar yang berkualitas rendah.20

20


(56)

36

f. Alternatif Pemecahan Kesulitan belajar

Banyak alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswanya. Akan tetapi, sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting sebagai berikut:

a. Menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antarbagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa.

b. Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan.

c. Menyusun program perbaikan, khususnya program remedial teaching (pengajaran perbaikan).

Setelah langkah-langkah di atas selesai, barulah guru melaksanakan langkah selanjutnya yakni melaksanakan program perbaikan.21

g. Pengertian Prestasi Belajar

Seseorang melaakukan proses belajar karena memiliki tujuan untuk mendapatkana suatu prestasi dan prosen itu tak semudah seperti yang dibayangkan. Karena untuk mencapai prestasi yanag gemilang, memerlukan perjuangan dan pengorbanan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi. Prestasi adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan kemudian ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan pengajar.22

Prestasi belajar merupakan realisasi atau perkara dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang di miliki seseorang. Prestasi belajar menurut para ahli, seperti menurut Siti Pratini dalam bukunya yang berjudul “Psikologi Pendidikan” mengartikan bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil yang dicapai seseorang dalam melakukan

21

Syah, op. cit., h. 175.

22


(57)

kegiatan belajar.23 Saifudin Azwar dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Psikologi Intelegensi” mengatakan prestasi belajar merupakan dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai raport, indeks prestasi studi, angka kelulusan dan predikat keberhasilan.24 Hal tersebut tentunya akan mempengaruhi prestasi belajar.

Berdasarkan pendapat para ahli tentang pengertian prestasi belajar, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai atau ditunjukkan oleh peserta didik sebagai hasil belajarnya yang diperoleh melalui pengalaman dan latihan. Hal ini biasanya berupa angka-angka, huruf, serta tindakan yang dicapai masing-masing peserta didik dalam waktu tertentu.

h. Indikator Prestasi Belajar

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian, perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa siswa/mahasiswa sangatlah sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tak dapat diraba). Oleh karena itu, yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa.

Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data prestasi belajar siswa sebagaimana yang terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur. Untuk mengungkap prestasi belajar pada ketiga ranah (afektif, kognitif dan psikomotor)

23

Muhammad Syahrul, Wawasan Pendidikan, 2016,

(http://www.wawasanpendidikan.com/2015/09/pengertian-prestasi-belajar-menurut-ahli.html?m=1)

24


(58)

38

diperlukan patokan-patpkan atau indikatorindikator sebagai penunjuk bahwa seseorang telah berhasil meraih prestasi pada tingkat tertentu, karena pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai indikator-indikator prestasi belajar yang sangat diperlukan ketika seseorang perlu untuk menggunakan alat dan kiat evaluasi.25

i. Batas Minimal Prestasi Belajar

Setelah mengetahui indikator dan memperoleh skor hasil evaluasi belajar di atas, guru perlu pula mengetahui bagaimana kiat menetapkan batas minimal keberhasilan belajar para siswanya. Hal ini penting karena mempertimbangkan batas terendah prestasi siswa yang dianggap berhasil dalam arti luas berarti keberhasilan yang meliputi ranah cipta, rasa, dan karsa siswa.

Ranah-ranah psikologis, walaupun berkaitan satu sama lain, kenyataannya sukar diungkapkan sekaligus jika hanya melihat perubahan yang terjadi pada salah satu ranah. Sebagai contoh, seorang siswa yang memiliki nilai tinggi dalam bidang studi agama Islam, belum tentu rajin beribadah shalat. Sebaliknya, siswa lain yang hanya mendapat nilai cukup dalam bidang studi tersebut, justru menunjukkan perilaku yang baik dalam kehidupan beragama sehari-hari.26

Menetapkan batas minimum keberhasilan belajar siswa selalu berkaitan dengan upaya pengungkapan hasil belajar. Ada beberapa alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses mengajar-belajar. Di antara norma-norma pengukuran tersebut ialah:

1) Norma skala angka dari 0 sampai 10. 2) Norma skala angka dari 0 sampai 100.27

Selanjutnya, selain norma-norma tersebut di atas, ada pula norma lain yang di negara kita baru berlaku di perguruan tinggi, yaitu norma prestasi belajar dengan menggunakaan simbol huruf-huruf A,B,C,D, dan

25

Syah, op. cit., h. 216.

26

Ibid., h. 221.

27


(59)

E. Simbol huruf-huruf ini dapat dipandang sebagai terjemahan dari simbol angka-angka sebagaimana tampak pada tabel di bawah berikut ini.

Tabel 2.2

Perbandingan Nilai Angka, Huruf, dan Predikatnya

Simbol-simbol Nilai Huruf Predikat

Angka

8-10 = 80-100 = 3,1-4 A Sangat baik

7-7,9 = 70-79 = 2,1-3 B Baik

6-6,9 = 60-69 = 1,1-2 C Cukup

5-5,9 = 50-59 = 1 D Kurang

0-4,9 = 0-49 = 0 E Gagal

Perlu ditambahkan bahwa simbol nilai angka yang berskala antara 0 sampai 4 seperti yang tampak pada tabel di atas lazim dipakai di perguruan tinggi. Skala angka yang berinterval jauh lebih pendek daripada skala angka lainnya itu dipakai untuk menetapkan indeks prestasi (IP) mahasiswa, baik pada setiap semester maupun pada akhir penyelesaian studi.

Seusai memperhatikan macam-macam norma yang menetapkan tingkat keberhasilan siswa seperti pada tabel di atas mungkin anda bertanya: norma manakah yang paling tepat dan representatif (mewakili/menggambarkan yang sebenarnya)?. Sesungguhnya, norma mana pun dapat anda pakai, asal sejalan dengan aturan institusional kependidikan yang telah ditetapkan oleh lembaga yang berwewenang.

Hal lain yang justru lebih penting dalam proses evaluasi prestasi bukan norma mana yang harus diambil, melainkan sejauh mana norma


(60)

40

itu dipakai secara lugas untuk mengevaluasi seluruh kecakapan siswa (kognitif, afektif, dan psikomotor).28

j. Evaluasi Prestasi Belajar

Dalam evaluasi prestasi belajar meliputi prestasi kognitif, afektif, dan psikomotor. Hal tersebut dapat dinilai dengan menggunakan cara evaluasi belajar seperti tes lisan, tes tulis, observasi, atau pemberian tugas.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Sebagai bahan masukan dalam penelitian ini, penulis mengambil kajian-kajian sebelumnya berupa skripsi mengenai hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar terhadap pada mahasiswa Bidikmisi. Seperti dalam skripsi yang telah ada sebelumnya, di antaranya Stephani Chintya Debi pada tahun 2014 dengan judul penelitian “Hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa Bidikmisi Jurusan Ekonomi dan Administrasi Universitas Negeri Jakarta”. Stephani secara empiris menjelaskan bahwa adanya hubungan yang positif antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi program studi pendidikan ekonomi UNJ 2011. Hal ini dibuktikan dengan:

1. Hasil uji keberartian disimpulkan bahwa regresi berarti. Serta pada uji linearitas diperoleh hasil bahwa regresi linier. Berdasarkan uji keberartian dan uji linearitas regresi bahwa koefisien regresi berbentuk linier dan berarti (signifikan).

2. Serta berdasarkan uji keberartian koefisien korelasi terbukti adanya hubungan signifikan atau berarti antara motivasi belajar dengan prestasi belajar. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan keberartian koefisien korelasi Rxy = 0,345, artinya semakin tinggi motivasi belajar maka prestasi belajar semakin tinggi. Sebaliknya semakin rendah motivasi belajar maka semakin rendah pula prestasi belajar.

28


(61)

3. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien determinasi yang besarnya 0,11898, dapat disimpulkan besarnya variasi motivasi belajar ditentukan prestasi belajar sebesar 11,90%.29

Sunardi pada tahun 2003 dengan judul penelitian “Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa Penerima Beasiswa di Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta” menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara motivasi belajar dengan prestasi belajar. Semakin kuat motivasi belajar yang dilakukan maka akan semakin tinggi prestasi belajar yang dihasilkan oleh mahasiswa penerima beasiswa di Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta. Besarnya variasi prestasi belajar pada mahasiswa penerima beasiswa di Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta ditentukan oleh motivasi belajar sebesar 79%. Mahasiswa penerima beasiswa yang berasal dari berbagai jurusan tersebut pada umumnya semakin memiliki berbagai latar belakang ekonomi keluarga yang bervariasi, yang rata-rata berpenghasilan rendah. Adapun prestasi belajarnya jika dilihat dari perulihan indeks prestasi berkisar antara 2,45 sampai 3,70, dengan pencapaian prestasi antara 69 sampai 100%. Dalam kondisi demikian mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian kepada para mahasiswa penerima beasiswa, yaitu apakah dengan adanya beasiswa yang diberikan dapat memotivasi belajarnya untuk mencapai prestasi belajar yang lebih baik.30

Ferry Antoni MS pada tahun 2012 dengan judul penelitian “Analisis IPK Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi IPB dengan Pendekatan Metode CHAID” menyatakan bahwa analisis CHAID dengan kategori respon tipe I terhadap delapan peubah penjelas menghasilkan empat peubah penjelas yang berpengaruh nyata dan didapatkan lima klasifikasi. Perubahan yang

29

Stephani Chintya Debi, “Hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa Bidikmisi Jurusan Ekonomi dan Administrasi Universitas Negeri Jakarta”, Skripsi (Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, 2014), h. 67, tidak dipublikasikan.

30

Sunardi, “Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa Penerima Beasiswa di Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta”, Skripsi (Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, 2003), h. 48, tidak dipublikasikan.


(62)

42

dapat membentuk klasifikasi-klasifikasi tersebut adalah status SLA, kepemilikan prestasi, lokasi SLA asal, dan akreditasi SLA. Adapun untuk klasifikasi respon tipe II didapatkan tujuh peubah penjelas yang berpengaruh nyata. Peubah-peubah tersebut adalah kepemilikan prestasi, lokasi SLA asal, akreditasi SLA asal, jenis kelamin, jumlah tanggungan orang tua, usia saat masuk SLA, dan penghasilan orang tua. Perbedaan ini disebabkan pada pengkategorian tipe I terdapat kategori IPK yang memiliki presentase kategori yang lain sehingga tidak teridentifikasi dengan baik.31

Nugraha Ramadhan pada tahun 2014 dengan judul penelitian “Pemodelan Keberhasilan Studi dan Identifikasi Karakteristik Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi IPB” menyatakan bahwa karakteristik mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi berdasarkan analisis korespondensi berganda dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompok pertama kelompok mahasiswa dengan IPK < 2,75 memiliki karakteristik status sekolah asal SMA Negeri, memiliki nilai ujian nasional lebih kecil dari rataan, dan berasal dari kelompok departemen dengan IPK TPB sedang dan rendah. Kelompok kedua adalah kelompok mahasiswa yang memiliki IPK > 3,50 dan memiliki karakteristik status asal SMA negeri, asal daerah mahasiswa adalah Pulau Jawa, memiliki nilai ujian nasional dengan rataan > 8,3 dan berasal dari kategori departemen dengan IPK TPB tinggi. Perubahan yang mempengaruhi keberhasilan studi secara nyata berdasarkan model regresi logistik ordinal adalah peubah jenis kelamin, status SMA, status keberadaan ibu, kelompok departemen, nilai ujian nasional, penghasilan orang tua, dan jumlah tanggungan. Ketepatan pendugaan model regresi logistik yang dibangun adalah 59,8%. Berdasarkan rasio odds pada model regresi logistik ordinal dapat disimpulkan bahwa mahasiswa perempuan dengan status sekolah asal SMA Negeri, masih memiliki ibu, berasal dari kelompok departemen IPK TPB tinggi, penghasilan orang tua antara Rp 500.000,- sampai Rp 1.000.000,-, memiliki nilai ujian nasional yang tinggi

31

Ferry Antoni MS, “Analisis IPK Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi IPB dengan Pendekatan Metode CHAID”, Skripsi (Bogor: Institut Pertanian Bogor, 2012), h. 13, tidak dipublikasikan.


(63)

dan memiliki jumlah tanggungan sedikit mempunyai peluang paling besar untuk berhasil dalam studinya sebagai mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi.32

Bustamil Arifin pada tahun 2013 dengan judul penelitian “Penggunaan Beasiswa Bidikmisi pada Mahasiswa FKIP UNTAN” menjelaskan bahwa mahasiswa Bidikmisi sebagian kecil belum sesuai dengan syarat penerimaan mahasiswa Bidikmisi tahun 2010 dan beasiswa Bidikmisi yang diterima oleh mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi digunakan untuk biaya hidup, biaya makan, biaya transportasi, biaya komunikasi, biaya tempat tinggal, biaya buku-buku dan bahan mata kuliah, biaya membeli pakaian, biaya membeli sepatu dan/atau sandal, biaya membeli handphone dan/atau aksesorisnya, biaya beli tas, biaya pergi berekreasi, biaya membeli perabota untuk kenyamanan, biaya membeli barang-barang dan/atau keperluan lainnya. Sehingga penggunaan beasiswa Bidikmisi oleh penerima beasiswa Bidikmisi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura angkatan 2010 sebagian besar masih belum sesuai dengan syarat penggunaan beasiswa Bidikmisi.33

Tabel 2.3

Penelitian yang Relevan No. Nama

Peneliti/Tahun

Judul Penelitian

Hasil penelitian Persamaan dan Perbedaan

1 Stephani Chintya Debi/2014 Hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa Bidikmisi Memberikan kesimpulan secara empiris bahwa adanya hubungan yang positif antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi program studi

Persamaan:

- Tentang Bidikmisi. Perbedaan:

- Stephani meneliti tentang hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa

32

Nugraha Ramadhan, “Pemodelan Keberhasilan Studi dan Identifikasi Karakteristik Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi IPB”, Skripsi (Bogor: Institut Pertanian Bogor, 2012), h. 14, tidak dipublikasikan.

33

Bustamil Arifin, “Penggunaan Beasiswa Bidikmisi pada Mahasiswa FKIP UNTAN”, Skripsi (Pontianak: Universitas Tanjungpura, 2013), h. 18, tidak dipublikasikan.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)