PENGARUH AKTIVITAS BERMAIN DAN AKTIVITAS RITMIK TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI SISWA SEKOLAH DASAR.

(1)

PENGARUH AKTIVITAS BERMAIN DAN AKTIVITAS RITMIK TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI SISWA

SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Olahraga

Oleh

RAHENDRI FAUJI 0902656

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR PENDIDIKAN JASMANI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

Rahendri Fauji, 2013

PENGARUH AKTIVITAS BERMAIN

DAN AKTIVITAS RITMIK TERHADAP

PENINGKATAN KEBUGARAN

JASMANI SISWA SEKOLAH DASAR

Oleh Rahendri Fauji

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Rahendri Fauji 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

November 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

RAHENDRI FAUJI

0902656

PENGARUH AKTIVITAS BERMAIN DAN AKTIVITAS RITMIK TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI

SISWA SEKOLAH DASAR

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I

Dr. Yunyun Yudiana, M.Pd NIP. 196506141990011001

Pembimbing II

Dr. Tjetjep Habibudin, M.Pd NIP. 194907221973031001

Mengetahui

Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Pendidikan Jasmani

Drs. Andi Suntoda, M.Pd NIP. 195806201986011002


(4)

ABSTRAK

Rahendri Fauji (2013). Pengaruh Aktivitas Bermain Dan Aktivitas Ritmik Terhadap Peningkatan Kebugaran Jasmani Siswa Sekolah Dasar. Pembimbing I Dr. Yunyun Yudiana, M.Pd. Pembimbing II Dr. Tjetjep Habibudin, M.Pd.

Permasalahan yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah masih rendahnya tingkat kebugaran jasmani siswa di sekolah, hal ini dikarenakan kurangnya gerak siswa sehingga mudah mengalami kelelahan saat melakukan aktivitas olahraga sehingga penulis tertarik untuk menerapkan aktivitas bermain dan aktivitas ritmik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat kebugaran jasmani antara penerapan kelompok aktivitas bermain dengan aktivitas ritmik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Desain penelitian menggunakan pretest – posttest control group design. Populasi siswa kelas V SD Negeri Gegerkalong KPAD, sampel penelitian adalah siswa kelas VD SD Negeri Gegerkalong KPAD sebanyak 30 orang. Teknik pengambilan sampel yaitu Purposive sample. Waktu penelitian yaitu selama 2 bulan, jumlah latihan 16 kali pertemuan, dengan frekuensi jadwal latihan 1 minggu 3 kali. Bentuk tes yang digunakan penulis adalah TKJI (tes kesegaran jasmani Indonesia) yang disesuaikan dengan umur masing-masing siswa. Berdasarkan dari hasil penghitungan dan analisis data kelompok aktivitas bermain diperoleh rata-rata tes awal TKJI 6,8, rata-rata tes akhir 18,5 dengan selisih 11,7. Sedangkan kelompok aktivitas ritmik rata-rata tes awal TKJI 7,9, rata-rata tes akhir 18,06 dengan selisih 10,2. Maka selisih perbandingan kelompok aktivitas bermain dan aktivitas ritmik kelas V SD Negeri Gegerkalong KPAD adalah 1,5. Hal ini berarti, hasil kelompok aktivitas bermain dan aktivitas ritmik kelas V SD Negeri Gegerkalong KPAD menunjukkan perbedaan yang berarti (signifikan). Kesimpulannya bahwa kelompok aktivitas bermain memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok aktivitas ritmik kelas V SD Negeri Gegerkalong KPAD.


(5)

ABSTRACT

Rahendri fauji (2013). The influence of playing activity and ritmik activity

towards improving students’ Elementary school of fitness body. Supervisor 1 is Dr. Yunyun Yudiana, M.Pd. and Supervisor 2 is Dr. Tjetjep Habibudin, M.Pd.

Problems which reference in this researchis the students’ fitness of body there are low, the reason is lack of moves of students so that often make tired ness when sport. So that the writer interest to applied playing activity and ritmik activity. The aim of this research is to know that difference level of fitness between applied playing activity and ritmik activity. This research uses experimental method. Research design uses pre-test-posttest control group design. The population in this research is all students of class V SDN Gegerkalong KPAD, the samples in this research is students of class V D SDN Gegerkalong KPAD there are 30 students. Technique of collecting of sample is purposive sample.The research will conduct in two months period with 16 meeting with training schedule three times in a week. The form of test that uses the writer TKJI (test of fresh ness body Indonesia) that appropriate with age by each students. Based on the calculation and group data analysis, playing activity get means of pre test TKJI is 6.8, means of posttest is 8.5 with interval 11.7. While group of ritmik activity get means of pre test TKJI is 7.9, means of posttest is 18.06 with interval 10.2. The interval of comparison of playing activities group and ritmik activities group class V SDN Gegerkalong KPAD show there are difference (significant). The conclusion that group of playing activity have influence that more bigger than group of ritmik activity class V SDNGegerkalong KPAD


(6)

Rahendri Fauji, 2013

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK……….. i

KATA PENGANTAR………..……….... ii

UCAPAN TERIMA KASIH……..……….. iii

DAFTAR ISI………...……….……….. v

DAFTAR TABEL…………..……….……….. viii

DAFTAR BAGAN………...………... ix

DAFTAR GAMBAR………..……….. x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN………..……….. 1

A. Latar Belakang……….…. 1

B. Rumusan Masalah………. 8

C. Tujuan Penelitian………... 8

D. Manfaat Penelitian……… 8

E. Batasan Penelitian………. 9

F. Batasan Istilah………... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN……….……… 11

A. Hakikat Kebugaran Jasmani.………. 11

1. Pengertian Kebugaran Jasmani……….... 11

2. Komponen Kebugaran Jamani………. 12

3. Dosis Latihan Untuk Meningkatkan Kebugaran Jasmani………... 15

4. Cara – cara Latihan Untuk Meningkatkan Kebugaran Jasmani………. 16


(7)

B. Hakikat Aktivitas Bermain..……….. 20

1. Pengertian Bermain………. 20

2. Teori-teori Bermain………. 21

3. Bermain Dalam Pendidikan Jasmani………... 22

4. Fungsi Permainan……….... 24

5. Model-model Permainan Dasar……….….. 25

C. Hakikat Aktivitas Ritmik………....……….. 35

1. Pengertian Aktivitas Ritmik………..….. 35

2. Pentingnya Aktivitas Ritmik Dalam Kurikulum Sekolah Dasar………...……... 37

3. Unsur – unsur Dalam Aktivitas Ritmik………... 37

D. Kerangka Pemikiran……….. 38

E. Hipotesis……….... 40

BAB III PROSEDUR PENELITIAN……….... 41

A. Metode Penelitian……….. 41

B. Populasi dan Sampel……….. 41

C. Desain Penelitian………... 43

D. Instrumen Penelitian……….. 44

E. Pelaksanaan Latihan……….. 54

F. Prosedur Pengolahan Data………. 55

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA………..……... 59

A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data……….. 59

B. Pengujian Persyaratan Analisis……….. 59

1. Uji Normalitas Data………. 59

2. Pengujian Homogenitas………... 60

C. Pengujian Hipotesis………... 61


(8)

Rahendri Fauji, 2013

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………...……….. 64

A. Kesimpulan……….……… 64

B. Saran……….……….. 64

DAFTAR PUSTAKA…………...……….. 66

DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(9)

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan Jasmani (penjas) merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis.

Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani diajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan atau olahraga, pembiasaan pola hidup sehat, internalisasi nilai-nilai sportifitas, jujur, disiplin, kerjasama, dan lain-lain. Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan didaktik-metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran. Melalui pendidikan jasmani diharapkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman untuk mengungkapkan kesan pribadi yang menyenangkan, kreatif, inovatif, terampil, serta menjadi manusia yang sehat dan dinamis sehingga mampu mengembangkan manusia Indonesia yang seutuhnya sebagaimana diterapkan dalam Undang-Undang RI. Nomor II Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa tujuan pendidikan termasuk pendidikan jasmani di Indonesia adalah pengembangan manusia Indonesia seutuhnya ialah manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Agar standar kompetensi pembelajaran pendidikan jasmani dapat terlaksana sesuai dengan pedoman dan tujuan, sebagaimana yang ada dalam kurikulum, maka guru pendidikan jasmani harus mampu membuat pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Untuk itu perlu adanya solusi untuk mengatasi


(11)

kesulitan dan hambatan dalam proses pembelajaran tersebut. Salah satu solusi yang diduga mampu mewujudkan situasi pembelajaran yang kondusif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan adalah melalui penerapan kurikulum yang baik. Lebih lanjut Tarigan (2009:14) mengemukakan bahwa :

Untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani yang berkaitan dengan peningkatan ketrampilan gerak, kebugaran jasmani dan kesehatan, diperlukan sebuah kurikulum yang baik. Kurikulum ditinjau dari aspek perencanaan dan penerapan, merupakan sebuah program jangka panjang yang berisi berbagai pengalaman belajar, seperti model pembelajaran, tujuan, materi, metode yang digunakan, evaluasi, serta sumber yang digunakan.

Namun berdasarkan fakta dan pengamatan di lapangan bahwa dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, sebagian siswa cenderung kurang aktif melakukan gerak, siswa kurang fokus terhadap materi yang dipelajarinya, hal ini disebabkan berbagai faktor, Kurangnya pemahaman dari siswa tentang maksud dan tujuan pendidikan jasmani sehingga pada proses pembelajaran belum semua antusias untuk beraktivitas jasmani. Kurangnya pemahaman siswa tentang arti pentingnya tubuh bugar dan sehat, sehingga mereka mengikuti pendidikan jasmani hanya sekedar ikut dan memperoleh nilai,

Dalam pendidikan jasmani Kebugaran jasmani merupakan hal yang sangat penting dalam kelangsungan hidup manusia, tanpa memiliki kebugaran jasmani yang memadai, manusia tidak akan mudah untuk melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-harinya.

Karena manusia selalu mendambakan kepuasan dan kebahagiaan dalam hidupnya. Kebutuhan hidup yang semakin hari semakin bertambah banyak membuat manusia berusaha keras untuk memenuhinya. Maka dengan semakin kerasnya manusia menghadapi tantangan hidup dalam memenuhi kebutuhannya diperlukan jasmani yang bugar. Dengan mempunyai kebugaran jasmani yang baik atau memadai manusia akan lebih mudah melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari.

Aktivitas olahraga yang di lakukan tidak dapat di pungkiri akan memperoleh suatu manfaat yang tidak ternilai harganya yaitu kebugaran jasmani sebagai salah satu aspek yang penting dalam kesehatan. Timbulnya kesadaran


(12)

3

akan pentingnya aktivitas olahraga dalam kehidupan sehari-hari merupakan hal yang sangat menggembirakan. Hal ini erat kaitannya dengan pelaksanaan dari tujuan kegiatan itu sendiri yaitu pendidikan jasmani, untuk meningkatkan kebugaran.

Berdasarkan konsep kebugaran jasmani tersebut, maka kebugaran jasmani yang dibutuhkan untuk setiap orang berbeda, tergantung dari sifat tantangan fisik untuk tugas rutin yang dihadapinya. Contohnya, Olahragawan membutuhkan tingkat kebugaran jasmani yang tinggi untuk dapat mencapai prestasi setinggi-tingginya, karyawan membutuhkan kebugaran jasmani yang cukup untuk bekerja dengan baik sehingga dapat meningkatkan daya kerja dan produktifitas yang tinggi, seorang kuli yang setiap hari bekerja memanggul barang-barang berat, maka ia harus memiliki kekuatan otot, anaerobic power, daya tahan dan sebagainya.

Demikian juga para siswa SD (sekolah dasar) membutuhkan tingkat kebugaran jasmani yang lebih baik untuk dapat belajar dengan baik. Kebugaran jasmani atau kondisi fisik yang baik atau memadai bagi para pelajar akan berfungsi untuk mempertinggi kemampuan dan kemauan belajar. Oleh karena itu, peningkatan kebugaran jasmani di lingkungan sekolah perlu dibina untuk menunjang tercapainya proses belajar mengajar yang optimal, karena apabila siswa mempunyai kebugaran jasmani yang baik akan dapat melaksanakan kewajiban belajarnya dengan baik pula.

Karena apabila siswa memiliki tingkat kebugaran jasmani yang kurang baik dimungkinkan akan tidak mampu mengikuti/menerima beban belajar yang sebetulnya ini adalah tugas dari seorang siswa. Pada akhirnya semakin tinggi tingkat kebugaran jasmani siswa akan semakin tinggi pula gairah siswa untuk belajar. Sehingga tujuan pendidikan akan tercapai, walaupun faktor yang mempengaruhi berbeda-beda.

Namun pada kenyataannya, tingkat kebugaran jasmani di sekolah masih rendah, hal ini dikarenakan kurangnya aktivitas gerak siswa sehingga mudah mengalami kelelahan saat melakukan aktivitas olahraga dan mengalami kelebihan


(13)

berat badan, atau kegemukan yang membuat lemah fisiknya dan kurang tenagannya untuk mampu melakukan tugas fisik yang cukup berat. Seperti yang menjadi permasalahan di SD Negeri Gegerkalong KPAD sekarang ini adalah kurangnya aktivitas gerak yang mengakibatkan daya tahan jantung-paru yang kurang maksimal, apalagi saat melakukan olahraga, kebanyakan siswa mudah mengalami kelelahan. Sehingga proses pembelajaran penjas tidak dapat terlaksana secara maksimal. Ditambah lagi dengan kemajuan teknologi yang makin berkembang, khususnya siswa kelas V semakin malas untuk melakukan kegiatan olahraga dan aktifitas bermain. Hal tersebut menjadi masalah tersendiri dalam mata pelajaran pendidikan jasmani karena mata pelajaran pendidikan jasmani dituntut untuk meningkatkan serta mempertahankan tingkat kebugaran jasmani siswa.

Selain aktivitas di lingkungan sekolah yang dapat mempengaruhi kebugaran jasmani siswa, tanpa kita sadari bahwa aktivitas siswa saat berangkat dan pulang juga dapat mempengaruhi kebugaran jasmani siswa seperti bersepeda dan jalan kaki.

Bersepeda sama efektifnya dengan jalan dan lari untuk menjaga kesehatan otot bagian bawah tubuh. Bersepeda juga memenuhi tambahan aerobik yang diperlukan bagi sistem jantung tetapi dengan tekanan yang kurang terhadap anggota tubuh. Bersepeda merupakan salah satu aktivitas yang terbaik untuk meningkatkan kebugaran jantung. Bersepeda menyebabkan bekerja nya otot-otot kaki, pinggul, dan pantat. Bersepeda juga meningkatkan kemampuan tubuh untuk melakukan pekerjaan yang luas, juga dapat mengurangi resiko terkena penyakit jantung.

Sedangkan Jalan kaki akan mempengaruhi 5 komponen kebugaran yaitu: komposisi tubuh, keaktifan pembuluh darah, fleksibilitas, ketahanan otot, dan kekuatan otot. Dengan jalan kaki, siswa dapat meningkatkan ketahanan jantung dan paru-paru, juga meningkatkan kemampuan tidak hanya untuk berlatih lebih lama dan lebih kuat tetapi juga tugas harian tanpa merasa lelah.

Tetapi pada kenyataannya anak selalu dipadati dengan kegiatan yang sebagian besar berhubungan dengan kognitif maupun afektif, sedangkan kegiatan


(14)

5

yang berhubungan dengan psikomotor diabaikan oleh orang tua. Mereka bahkan cenderungan ada pandangan yang meremehkan pelajaran pendidikan jasmani di sekolah. Orang tua menganggap pelajaran pendidikan jasmani hanya menyebabkan anak akan menjadi cepat lelah sehingga mengakibatkan pelajaran lainnya tidak dapat ditangkap dengan baik. Di kota-kota besar hobi baru seperti

memainkan “game” play station, komputer atau penggunaan internet menjadi

suatu kebiasaan yang bisa menimbulkan masalah. Akibatnya banyak anak yang kurang bergerak karena hanya duduk diam di depan televisi atau komputer. Sehingga belakangan ini banyak anak yang tidak mempunyai tubuh yang bugar yang disebabkan penyakit kurang gerak atau degeneratif. Hal tersebut dapat kita lihat dengan semakin banyaknya anak di sekolahan yang sering sakit.

Gejala kemerosotan tingkat kebugaran jasmani dikalangan anak-anak usia sekolah dasar sudah menjadi gejala umum. Menurut Rusli Lutan (2002) di negara maju seperti Belanda, biaya perawatan kesehatan meningkat hingga 2,5 persen, di Kanada 6 persen, dan di Amerika Serikat (AS) mencapai 8 persen, sebagai akibat warga masyarakat kurang melakukan aktivitas jasmani. Orang tua harus sadar bahwa jika anak tidak mempunyai tingkat kebugaran jasmani yang baik maka dimungkinkan akan mempengaruhi prestasi belajar di sekolah.

Bahwa anak akan dipaksa berfikir ketika melakukan aktivitas melalui latihan-latihan di dalam pendidikan jasmani karena banyak kegiatan yang bersifat mendadak dan harus diselesaikan dengan cepat. Jumlah jam pelajaran pendidikan jasmani di sekolah dirasa kurang mencukupi untuk meningkatkan kebugaran jasmani anak. Sehingga tanpa mempunyai kebugaran jasmani yang baik anak akan menjadi cepat lelah, lesu serta tidak mempunyai kemampuan gerak dan berfikir yang lama. Hal itu disebabkan karena kinerja organ tubuh serperti jantung, paru-paru dan lainnya tidak dapat bekerja dengan optimal.

Oleh karena itu sebagai orang tua yang membimbing anak dirumah maupun guru yang membimbing anak di sekolah harus pandai-pandai mengajarkan gaya hidup aktif. Anak-anak harus dibiasakan aktif ketika di sekolah baik ketika sebelum masuk sekolah, istirahat, maupun ketika mengikuti pelajaran di sekolah khususnya pelajaran pendidikan jasmani.


(15)

Karena dukungan kebugaran jasmani sangat diperlukan oleh para siswa sekolah untuk dapat mengikuti proses pembelajaran setiap hari yang rata-rata membutuhkan waktu lima jam. Selain diperlukan oleh siswa sekolah, kebugaran jasmani juga mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kehidupan seseorang dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Kebugaran jasmani berfungsi untuk meningkatkan kemampuan kerja bagi siapapun yang memilikinya sehingga dapat melaksanakan tugas-tugasnya secara optimal untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Dan bagi anak-anak kebugaran jasmani berfungsi untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan, dan kebugaran jasmani bagi orang tua untuk meningkatkan daya tahan tubuh . Dengan demikian tidak diragukan lagi bahwa pendidikan jasmani memang sangat dibutuhkan oleh para siswa sekolah untuk meningkatkan dan menjaga kebugaran jasmani.

Untuk mengembangkan kebugaran jasmani yang baik juga di perlukan ketepatan penggunaan Aktivitas pembelajaran yang sesuai. Melalui pembelajaran yang tepat guru dapat mengendalikan peserta didiknya agar dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan tetap semangat dan konsentrasi pada materi yang diajarkan. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan kebugaran jasmani siswa dengan baik.

Sebenarnya ada banyak cara dalam mengatasi kesulitan dan hambatan dalam sebuah proses pembelajaran. Namun dalam hal ini penulis memilih aktivitas pembelajaran dengan aktivitas bermain dan aktivitas ritmik sebagai solusinya.

Aktivitas bermain adalah salah satu bentuk dari sebuah pembelajaran jasmani yang dapat diberikan di segala jenjang pendidikan. Hanya saja, porsi dan bentuk aktivitas bermain yang akan diberikan, harus disesuaikan dengan aspek yang ada dalam kurikulum. Selain itu harus dipertimbangkan juga faktor usia, perkembangan fisik, dan jenjang pendidikan yang sedang dijalani oleh mereka.

Pembelajaran dengan aktivitas bermain erat kaitannya dengan perkembangan imajinasi perilaku yang sedang bermain, karena melalui daya imajinasi, maka permainan yang akan berlangsung akan jauh lebih meriah. Oleh karena itu sebelum melakukan kegiatan, maka guru pendidikan jasmani,


(16)

7

sebaiknya memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada siswanya majinasi tentang permainan yang akan dilakukannya.

Rusli Lutan dan Adang Suherman (2000) menyatakan, manakala guru menyadari bahwa rendahnya kualitas permainan disebabkan oleh rendahnya kemampuan skill, maka guru mempunyai beberapa pilihan sebagai berikut:

1) Guru dapat terus melanjutkan aktivitas permainan untuk beberapa lama sehingga siswa menangkap gagasan umum permainan yang dilakukannya. 2) Guru dapat kembali pada tahapan belajar yang lebih rendah dan membiarkan

siswa berlatih mengkombinasikan keterampilan tanpa tekanan untuk menguasai strategi.

3) Guru dapat merubah keterampilan pada level yang lebih simpel dan lebih dikuasai sehingga siswa dapat konsentrasi belajar strategi bermain.

Petunjuk seperti di atas harus dipahami dan dimengerti oleh seorang guru. Jika dalam pelaksanaan permainan kurang menarik karena teknik yang masih rendah, maka seorang guru harus dengan segera mampu mengatasinya. Selama pembelajaran berlangsung seorang guru harus mencermati kegiatan pembelajaran sebaik mungkin. Kesalahan-kesalahan yang dibiarkan selama pembelajaran berlangsung akan mengakibatkan tujuan pembelajaran tidak tercapai.

Sedangkan aktivitas ritmik atau gerakan ritmik dapat memberikan sumbangan kepada setiap segi dari kurikulum sekolah dasar meskipun gerakan ritmik hanya merupakan bagian dari pendidikan jasmani, namun juga mendasar dalam semua pengajaran. Penggunaan gerakan sebagai bagian integral dari kurikulum hampir tidak terbatas. Aktivitas-aktivitas dalam kelas seperti bahasa dan seni, banyak memberikan dorongan pada aktivitas-aktivitas gerakan. Pelajaran gerak sangat penting bagi anak-anak, baik sebagai bagian independen maupun sebagai bagian integral dari kurikulum yang ada disekolah dasar. Gerak akan memberikan kesempatan yang besar bagi pertumbuhan anak dengan demikian memajukan serta mengintesifkan pengajaran dengan menumbuhkan berbagai kemampuan.


(17)

Memasukkan aktivitas ritmik dalam program sekolah dasar adalah tepat. Aktivitas tari atau gerakan berirama bagi anak-anak sekarang menempati porsi yang penting dalam pendidikan dasar secara keseluruhan. Melalui gerakan berirama kesempatan menanggapi atau merespon terhadap warna, bunyi, ruang, gerak, irama dan akan menunjang perkembangan belajar anak.

Berdasarkan uraian di atas, penulis melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Aktivitas Bermain Dan Aktivitas Ritmik Terhadap Kebugaran Jasmani Siswa Sekolah Dasar.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah yang dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

“Apakah terdapat perbedaan kebugaran jasmani antara pembelajaran yang menggunakan aktivitas bermain dengan aktivitas ritmik?”

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat kebugaran jasmani antara penerapan aktivitas bermain dengan aktivitas ritmik.

D.Manfaat penelitian a. Secara Teoritis

Secara teoritis, manfaat penelitian ini untuk menambah pengetahuan dan pemahaman tentang penggunaan aktivitas bermain dan aktivitas ritmik untuk meningkatkan kebugaran jasmani siswa kelas V di SDN Gegerkalong KPAD. b. Secara Praktis

Sebagai bahan pertimbangan bagi guru pendidikan jasmani terhadap penerapan pembelajaran yang diberikan yang sesuai untuk peningkatan kebugaran jasmani siswa khususnya umumnya dalam pembelajaran pendidikan jasmani.


(18)

9

E. Batasan Penelitian

Untuk menghindari timbulnya penafsiran yang salah dan agar penelitian ini tidak menyimpang dari permasalahan dan tujuan penelitian. Adapun pembatasan ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ruang lingkup penelitian ini hanya pada pengaruh aktivitas bermain dan aktivitas ritmik terhadap kebugaran jasmani siswa SDN Gegerkalong KPAD. 2. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen. 3. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Gegerkalong KPAD di

kecamatan Sukasari. Untuk itu penulis akan mengambil sampel yaitu kelas 5 sebanyak 30 orang yang terdiri dari 16 siswa putra dan 14 siswa putri. Sedangkan pengambilan sampel dilakukan secara pertimbangan tertentu (purposive sample).

F. Batasan Istilah

Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang dipandang perlu untuk diberikan penjelasan agar terdapat persamaan konsep dan penafsirannya. Penulis uraikan pengertian berbagai istilah yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Menurut Sumosardjuno (1989) kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk menunaikan tugas sehari-hari dengan mudah, tanpa merasa lelah yang berlebihan, serta mempunyai cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dan untuk keperluan mendadak.

2. Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan via aktivitas jasmani, permainan dan atau olahraga. Jadi, yang digunakan sebagai medium atau perantara disini adalah serangkaian aktivitas jasmani, permainan atau cabang olahraga (RusliLutan, 2000).

3. Aktivitas bermain adalah salah satu bentuk dari sebuah pembelajaran jasmani yang dapat diberikan di segala jenjang pendidikan. Hanya saja, porsi dan bentuk aktivitas bermain yang akan diberikan, harus disesuaikan dengan aspek yang ada dalam kurikulum.


(19)

4. Aktivitas ritmik atau senam ritmik adalah gerakan senam yang dilakukan dalam irama musik atau latihan bebas yang dilakukan secara berirama dengan menggunakan alat yang dipegang seperti bola, tali, pita, simpai dan gada


(20)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode eksperimen bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan sebab akibat dari perlakuan-perlakuan tertentu pada kelompok objek uji coba. Selain dari pada itu penulis juga ingin mengetahui perbedaan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang diselidiki dan diamati. Sugiyono (2010:107) menjelaskan bahwa :

Metode penelitian eksperimen adalah suatu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan (treatment) tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.

Berdasarkan pendapat Sugiyono tersebut metode eksperimen digunakan penulis untuk mencoba mengetahui pengaruh atau akibat dari perlakuan /treatment. Selain dari pada itu metode penelitian eksperimen merupakan rangkaian kegiatan percobaan dengan tujuan untuk menyelidiki sesuatu hal atau masalah sehingga diperoleh hasil dari hipotesis yang telah diajukan. Dalam penelitian ini faktor yang dicobakan penulis adalah penerapan aktivitas bermain dan aktivitas ritmik terhadap kebugaran jasmani siswa di sekolah.

B. Populasi dan Sampel

Dalam sebuah penelitian diperlukan adanya data untuk memperoleh pemecahan masalah. Data ini diperoleh dari objek penelitian atau populasi yang diselidiki. Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu yang akan diteliti atau sebagian variabel-variabel yang akan diamati dalam sebuah penelitian. Hal yang akan diamati tersebut berbeda-beda tergantung tujuan penelitian. Populasi dapat diartikan sebagai objek penelitian, menurut Sugiyono (2010:117) menjelaskan bahwa :


(21)

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa – siswi kelas V SDN Gegerkalong KPAD Bandung, yang berjumlah 141 orang yang terdiri dari kelas VA, VB, VC, VD. Alasan pemilihan populasi tersebut adalah dikarenakan siswa kelas V dinilai memenuhi krtieria penulis dalam melaksanakan penelitian, penulis dapat lebih fokus dalam memberikan program latihan yang dilakukan diluar jam pelajaran formal yang telah ditetapkan, sehingga tidak memaksa siswa yang tidak tertarik dalam penelitian ini serta tidak merubah satuan pembelajaran sekolah yang telah terprogram.

Tabel 3.1

Jumlah Siswa Kelas V SDN Gegerkalong KPAD

NO KELAS JUMLAH

1. VA 36

2. VB 35

3. VC 40

4. VD 30

Sedangkan sampel adalah sebagian unsur populasi yang dijadikan objek penelitian. Sugiyono (2010:118) menjelaskan bahwa “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut’’.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Purposive sample. Mengenai hal ini, Sugiyono (2010:124) menjelaskan bahwa: purposive sample adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Dan dikarenakan dalam penelitian ini ukuran populasi terlalu besar yaitu 141 orang, maka penulis mempertimbangkan untuk menggunakan satu kelas saja sebagai sampel yaitu kelas VD yang berjumlah 30 orang sebagai sumber data (responden). Dari 30 orang siswa kelas v tersebut dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok A dan kelompok B, masing-masing terdiri dari 15 orang. Untuk


(22)

43

menentukan kelompok A dan kelompok B disesuaikan dengan no urut absen , kemudian membagi kelompok menjadi dua berdasarkan teknik belah dua (zig-zag) yaitu 15 orang kelompok A diberi aktivitas bermain dan 15 orang kelompok B diberi aktivitas ritmik.

C. Desain Penelitian

Dalam sebuah penelitian digunakan desain yang tepat dan sesuai dengan tuntutan variable-variabel yang terkandung dan hipotesis yang telah penulis ajukan, agar mempermudah langkah-langkah yang harus dilaksanakan pada saat penelitian. Penggunaan desain dalam penelitian ini disesuaikan dengan aspek penelitian serta pokok masalah yang ingin diungkapkan, yaitu menggunakan pretest – posttest control group design, dalam desain ini dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pretest yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan. Sugiyono (2010 :112) menjelaskan dalam pola sebagai berikut :

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

R O1 X1 O2

R O3 X2 O4

Bagan 3.1

Desain Penelitian (pretest – posttest control group design) Keterangan :

R : kelompok yang dipilih secara acak X1 : perlakuan dengan aktivitas bermain X2 : perlakuan dengan aktivitas ritmik O1 dan O3 : hasil tes awal kebugaran jasmani O2 dan O4 : hasil tes akhir kebugaran jasmani


(23)

Sedangkan langkah-langkah penelitiannya adalah sebagai berikut :

Bagan 3.2

Langkah-langkah Penelitian D. Instrumen Penelitian

Agar penelitian menjadi lebih konkret, perlu adanya sebuah data. Baik itu data yang diperoleh pada awal eksperimen maupun data yang diperoleh di akhir eksperimen. Hal ini agar dapat mengetahui pengaruh hasil perlakuan dan perbedaanya yang merupakan tujuan akhir dari penelitian eksperimen. Didalam pengumpulan data untuk mengetahui kemampuan awal dan kemampuan setelah diberikan perlakuan, penulis menggunakan tes kebugaran jasmani indonesia (TKJI). Dalam lokakarya kebugaran jasmani yang dilaksanakan pada tahun 1984 “ Tes Kesegaran Jasmani Indonesia “ (TKJI) telah disepakati dan ditetapkan menjadi instrumen / alat tes yang berlaku di seluruh wilayah Indonesia karena TKJI disusun dan disesuaikan dengan kondisi anak Indonesia.

POPULASI SAMPEL

AKTIVITAS BERMAIN

TES AWAL

TES AKHIR

PENGOLAHAN DAN ANALISIS KESIMPULAN


(24)

45

Menurut Nurhasan (2007:104) tes kebugaran jasmani indonesia ini terdiri dari:

1. Tingkat sekolah dasar

1.1untuk kelas 1, 2 dan 3 (umur 6 – 9 tahun) 1.2untuk kelas 4, 5 dan 6 (umur 10 – 12 tahun) 2. Tingkat sekolah menengah pertama (13 – 15 tahun) 3. Tingkat sekolah menengah atas (16 – 19 tahun)

Berdasarkan pernyataan diatas, maka penulis mengambil tes kebugaran jasmani tingkat sekolah dasar kelompok umur 10 – 12 tahun yaitu kelas v. Berikut Prosedur Tes Kebugaran Jasmani menurut Nurhasan (2007:104) untuk Sekolah Dasar kelas v adalah sebagai berikut :

1. Lari cepat 40 meter

a. Tujuan : Tes ini bertujuan untuk mengukur kecepatan b. Alat dan Fasilitas :

1) Lintasan lurus, rata, tidak licin, dan berjarak 40 meter 2) Peluit

3) Stop watch 4) Serbuk kapur 5) Formulir TKJI 6) Alat tulis c. Petugas Tes

1) Petugas pemberangkatan

2) Pengukur waktu merangkap pencatat hasil tes d. Pelaksanaan

1) Sikap permulaaan

Peserta berdiri dibelakang garis start 2) Gerakan

a) pada aba-aba “SIAP” peserta mengambil sikap start berdiri, siap untuk lari

b) pada aba- aba “YA” peserta lari secepat mungkin menuju garis finish 3) Lari masih bisa diulang apabila peserta :


(25)

a) mencuri start

b) tidak melewati garis finish c) terganggu oleh pelari lainnya d) jatuh / terpeleset

1)Pengukuran waktu

Pengukuran waktu dilakukan dari saat bendera start diangkat sampai pelari melintasi garis Finish.

5) Pencatat hasil

a) hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh pelari untuk menempuh jarak 40 meter dalam satuan detik

b) waktu dicatat satu angka dibelakang koma

Gambar 3.1 Lari cepat 40 meter 2. Angkat tubuh (pull-up) 30 detik

a. Tujuan

Tes ini bertujuan untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot lengan dan bahu.

b. Alat dan fasilitas 1) Lantai rata

2) Palang tunggal yang dapat diatur ketinggiannya yang disesuaikan dengan ketinggian peserta. Pipa pegangan terbuat dari besi ukuran ¾ inchi.


(26)

47

4) Serbuk kapur 5) Alat tulis c. Petugas tes

1) pengamat waktu

2) penghitung gerakan merangkap pencatat hasil

d. Pelaksanaan Tes Gantung Angkat Tubuh 30 detik (untuk putra) 1) Sikap permulaan

Peserta berdiri di bawah palang tunggal. Kedua tangan berpegangan pada palang tunggal selebar bahu (gambar 3.2). Pegangan telapak tangan menghadap ke arah letak kepala

Gambar 3.2

Sikap pegangan telapak tangan 2) Gerakan

a) Mengangkat tubuh dengan membengkokkan kedua lengan, sehingga dagu menyentuh atau berada di atas palang tunggal (lihat gambar 3.3) kemudian kembali ké sikap permulaan. Gerakan ini dihitung satu kali.

b) Selama melakukan gerakan, mulai dan kepala sampai ujung kaki tetáp merupakan satu garis lurus.

c) Gerakan ini dilakukan berulang-ulang, tanpa istirahat sebanyak mungkin selama 30 detik.


(27)

Gambar 3.3

Posisi angkat tubuh untuk putra

3) Angkatan dianggap gagal dan tidak dihitung apabila:

a) pada waktu mengangkat badan, peserta melakukan gerakan mengayun

b) pada waktu mengangkat badan, dagu tidak menyentuh palang tunggal

c) pada waktu kembali ke sikap permulaan kedua lengan tidak lurus

e. Pencatatan Hasil

1) Yang dihitung adalah angkatan yang dilakukan dengan sempurna. 2) Yang dicatat adalah jumlah (frekuensi) angkatan yang dapat dilakukan

dengan sikap sempurna tanpa istirahat selama 30 detik.

3) Peserta yang tidak mampu melakukan Tes angkatan tubuh ini, walaupun telah berusaha, diberi nilai nol (0).

f. Pelaksanaan Tes Gantung Siku Tekuk ( Untuk Putri)

Palang tunggal dipasang dengan ketinggian sedikit di atas kepala peserta. 1) Sikap perrnulaan

Peserta berdiri di bawah palang tunggal, kedua tangan berpegangan pada palang tunggal selebar bahu. Pegangan telapak tangan menghadap ke arah kepala (Lihat gambar 3.2)


(28)

49

Dengan bantuan tolakan kedua kaki, peserta melompat ke atas sampai dengan mencapai sikap bergantung siku tekuk, dagu berada di atas palang tunggal (Iihat gambar 3.4). Sikap tersebut dipertahankan selama mungkin (dalam hitungan detik).

Gambar 3.4

Posisi angkat tubuh untuk putri 3) Pencatatan Hasil

Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh peserta untuk mempertahankan sikap tersebut diatas, dalam satuan detik. Peserta yang tidak dapat melakukan sikap diatas maka dinyatakan gagal dan diberikan nilai nol (0).

3. Tes Baring duduk (sit-up) 30 detik a. Tujuan

Mengukur kekuatan dan ketahanan otot perut b. Alat dan fasilitas

1)lantai / lapangan yang rata dan bersih 2)stopwatch

3)alat tulis

4)alas / tikar / matras dll c. Petugas tes

1)pengamat waktu

2)penghitung gerakan merangkap pencatat hasil d. Pelaksanaan


(29)

1) sikap permulaan

a) berbaring telentang di lantai, kedua lutut ditekuk dengan sudut 90˚ dengan kedua jari-jarinya diletakkan di belakang kepala (lihat gambar 3.5).

Gambar 3.5 Posisi awal sit-up

b) Peserta lain menekan / memegang kedua pergelangan kaki agar kaki tidak terangkat (lihat gambar 3.5)

2) Gerakan

a) Gerakan aba-aba “YA” peserta bergerak mengambil sikap duduk sampai kedua sikunya menyentuh paha, kemudian kembali ke sikap awal (lihat gambar 3.6).

b) Lakukan gerakan ini berulang-ulang tanpa henti selama 30 detik

Gambar 3.6


(30)

51

e. Pencatatan Hasil

1) Gerakan tes tidak dihitung apabila :

a) pegangan tangan terlepas sehingga kedua tangan tidak terjalin lagi

b) kedua siku tidak sampai menyentuh paha

c) menggunakan sikunya untuk membantu menolak tubuh

2) Hasil yang dihitung dan dicatat adalah gerakan tes yang dapat dilakukan dengan sempurna selama 30 detik

3) Peserta yang tidak mampu melakukan tes ini diberi nilai nol (0)

4. Loncat tegak (vertical jump) a. Tujuan

Tes ini bertujuan untuk mengukur daya ledak / tenaga eksplosif b. Alat dan fasilitas

1) Papan berskala centimeter, warna gelap, ukuran 30 x 150 cm, dipasang pada dinding yang rata atau tiang. Jarak antara lantai dengan angka nol (0) pada papan tes adalah 120 cm.

2) Serbuk kapur

3) Alat penghapus papan tulis

4) Alat tulis c. Petugas tes

Pengamat dan pencatat hasil d. Pelaksanaan tes

1) Sikap permulaan

2) Terlebih dulu ujung jari peserta diolesi dengan serbuk kapur 3) Peserta berdiri tegak dekat dinding, kaki rapat, papan skala berada

pada sisi kanan / kiri badan peserta. Angkat tangan yang dekat dinding lurus ke atas, telapak tangan ditempelkan pada papan skala hingga meninggalkan bekas jari


(31)

Gambar 3.7

Posisi tubuh pada saat sebelum melakukan vertical jump e. Gerakan

1) Peserta mengambil awalan dengan sikap menekukkan lutut dan kedua lengan diayun ke belakang, Kemudian peserta meloncat setinggi mungkin sambil menepuk papan dengan tangan yang terdekat sehingga menimbulkan bekas.

2) Lakukan tes ini sebanyak tiga (3) kali tanpa istirahat atau boleh diselingi peserta lain

Gambar 3.8


(32)

53

f. Pencatatan Hasil

1) Selisih raihan loncatan dikurangi raihan tegak 2) Ketiga selisih hasil tes dicatat

3) Masukkan hasil selisih yang paling besar 5. Lari 600 meter

a.Tujuan

Tes ini bertujuan untuk mengukur daya tahan jantung paru, peredaran darah dan pernafasan

b. Alat dan Fasilitas 1) Lintasan lari 2) Stopwatch 4) Peluit 6) Alat tulis c. Petugas tes

1) Petugas pemberangkatan 2) Pengukur waktu

3) Pencatat hasil

4) Pengawas dan pembantu umum d. Pelaksanaan tes

1) Sikap permulaan

Peserta berdiri dibelakang garis start 2) Gerakan

a) Pada aba-aba “SIAP” peserta mengambil sikap berdiri, siap untuk lari.


(33)

Gambar 3.9 Posisi start

b) Pada aba-aba “YA” peserta lari semaksimal mungkin menuju garis finish

Gambar 3.10 Posisi pada saat berlari e. Pencatatan Hasil

1) Pengambilan waktu dilakukan mulai saat bendera start diangkat sampai peserta tepat Melintasi garis finish

2) Hasil dicatat dalam satuan menit dan detik. Contoh : 3 menit 12 detik maka ditulis 3’ 12” E. Pelaksanaan Latihan

Pelaksanaan penelitian dilakukan selama kurang lebih 2 bulan disesuaikan dengan jadwal dan waktu aktivitas pembelajaran di SDN Gegerkalong KPAD. Penelitian dilaksanakan di lingkungan SDN Gegerkalong KPAD (Tes awal dan akhir TKJI dilaksanakan di lapangan SDN Gegerkalong KPAD atau di lintasan


(34)

55

Stadion UPI). Untuk lebih jelasnya mengenai aktivitas dan jadwal pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

Hari latihan : Senin, Rabu dan Sabtu

Waktu latihan : Untuk hari senin dan rabu Pukul 13.00 – 14.30 WIB, sedangkan hari sabtu pukul 07.00 – 08.45 WIB Tempat latihan : SDN Gegerkalong KPAD

Lama latihan : 16 kali pertemuan

Dalam pelaksanaan latihan, digunakan sistematika kegiatan latihan aktivitas bermain dan aktivitas ritmik sebagai berikut:

1. Kegiatan pendahuluan

Latihan pendahuluan merupakan latihan yang dilakukan sebelum kegiatan inti. Latihan pendahuluan ini bertujuan untuk mempersiapkan keadaan tubuh diantarnya otot-otot agar menghindari terjadinya cedera serta merupakan persiapan ke tahap kegiatan inti.

2. Kegiatan inti

Pada dasarnya latihan inti meliputi kegiatan aktivitas bermain dan aktivitas ritmik.

3. Kegiatan penutup

Latihan penutup memiliki tujuan mengembalikan atau menstabilkan kondisi tubuh pada keadaan semula sebelum melakukan latihan.

F. Prosedur Pengolahan Data

Setelah uji coba, penulis melakukan pengumpulan data dan selanjutnya melakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menghitung Rata-rata dan Simpangan Baku a. Mencari nilai rata-rata (X)

X = Keterangan:

X = nilai rata-rata yang dicari X = Skor mentah


(35)

N = Jumlah sampel Σ = jumlah

b. Mencari simpangan baku dari setiap kelompok data dengan menggunakan rumus:

S =

Keterangan:

S = simpangan baku yang dicari Σ = jumlah

X = nilai data mentah

X = nilai rata-rata yang dicari n = jumlah sampel

2. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data ini bertujuan mengetahui apakah data dari hasil pengukuran normal atau tidak. Uji normalitas data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah uji normalitas Liliefors, Nurhasan, dkk (2008:118-120) dengan cara sebagai berikut:

a. Menyusun data hasil pengamatan, yang dimulai dari pengamatan paling kecil hingga paling besar.

b. Untuk semua nilai pengamatan dijadikan angka baku Z dengan pendekatan Z-skor.

Pengamatan

…,

dijadikan bilangan baku

…,

dengan menggunakan rumus:

Z =

c. Untuk tiap bilangan baku ini, dengan menggunakan tabel daftar distribusi normal baku (tabel distribusi Z).

Kemudian hitung peluang F ( ) = P(Z ≤ )

d. Selanjutnya dihitung proporsi , , …., yang lebih kecil atau sama dengan . Jika proporsi ini dinyatakan oleh S ( ), maka:


(36)

57

S( ) =

e. Hitung selisih F( ) – S( ). Kemudian tentukan harga mutlaknya.

f. Ambilah harga mutlak yang paling besar diantara harga mutlak selisih tersebut dan berilah symbol Lo.

g. Dengan bantuan nilai kritis L untuk Uji Liliefors, maka tentukan nilai L. h. Bandingkan nilai L tersebut dengan Lo untuk mengetahui diterima atau

ditolak hipotesisnya, dengan kriteria: - Terima Ho jika Lo < Lα = Normal. - Tolak Ho jika Lo > Lα = Tidak normal. 3. Pengujian Uji Homogenitas Dua Variansi

Rumus yang digunakan untuk menghitung homogenitas menurut Nurhasan, dkk (2008:125-126) adalah sebagai berikut:

F = Variansi besar Variansi kecil

a. Menentukan F dari table dengan taraf nyata 0,05. b. Menentukan uji homogenitasnya dengan kriteria:

- Apabila maka kedua varian homogen. - Apabila maka kedua varian tidak homogen.

4. Menguji Kesamaan Dua Rata-rata (Satu pihak)

Perhitungan ini menggunakan uji kesamaan dua rata-rata (satu pihak). Nurhasan, dkk (2008:152-155) dengan rumus yang digunakan adalah:

t =


(37)

Keterangan:

t = nilai yang dicari ( ) = rata-rata kelompok A = rata-rata kelompok B S = Simpangan baku gabungan n1 = jumlah sampel kelompok A n2 = jumlah sampel kelompok B

= variansi kelompok A = variansi kelompok B Dengan kriteria sebagai berikut:

a. Pengujian nilai kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis: - Terima hipotesis jika t ( 1 – α ) < t < t ( 1 - α )

- Tolak hipotesis jika t ( 1 – α ) > t > t ( 1 - α )

b. Menentukan batas kritis penerimaan dan penolakan hipotesis: Dengan taraf nyata α = 0,05 dan dk ( n1 + n2 – 2 )

Untuk α = 0,05 dan dk ( n1 + n2 – 2 ) = 28, maka diperoleh nilai t sebesar 1,70.


(38)

Rahendri Fauji, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai perbedaan pengaruh aktivitas bermain dengan aktivitas ritmik terhadap kebugaran jasmani siswa kelas V SD Negeri Gegerkalong KPAD, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

Hasil dari pelaksanaan penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan aktivitas bermain dan aktivitas ritmik berpengaruh besar terhadap peningkatan kebugaran jasmani siswa. Dengan aktivitas bermain lebih besar pengaruhnya dibandingkan dengan aktivitas ritmik terhadap kebugaran jasmani pada siswa kelas V SD Negeri Gegerkalong KPAD.

Penerapan aktivitas bermain dan aktivitas ritmik untuk meningkatkan kebugaran jasmani siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar masih belum terlaksana dengan baik, karena kurangnya pengetahuan guru dalam menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang penulis teliti terbukti bahwa dengan menggunakan aktivitas bermain dan aktivitas ritmik memberikan pengaruh terhadap peningkatan kebugaran jasmani siswa kelas V SD Negeri Gegerkalong KPAD.

B. Saran

Berdasarkan pada hasil penelitian ini penulis mempunyai saran-saran yang dapat dipertimbangkan sebagai berikut:

1. Bagi para guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, hasil penelitian ini membuktikan bahwa penerapan aktivitas bermain dan aktivitas ritmik dalam proses pembelajaran memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kebugaran jasmani pada siswa sekolah dasar, sehingga penulis menyarankan untuk menerapkan aktivitas bermain dan aktivitas ritmik dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah.


(39)

2. Bagi peneliti lain yang berminat meneliti tentang hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas bermain, aktivitas ritmik dan kebugaran jasmani dapat melakukan penelitian kembali dengan menggunakan populasi dan sampel yang lebih luas demi kemajuan ilmu pendidikan khususnya bidang keilmuan pendidikan jasmani.

3. Aktivitas bermain dan aktivitas ritmik dapat dijadikan salah satu alternatif model pembelajaran permainan yang bisa diberikan untuk meningkatkan kebugaran jasmani siswa sekolah dasar.

4. Bagi Siswa sekolah dasar hendaknya diperkenalkan dengan berbagai aktivitas dalam pembelajaran pendidikan jasmani seperti aktivitas bermain dan aktivias ritmik.


(40)

Rahendri Fauji, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, Bambang, dan Jajat Drajat Kusumah. (2010). Modul Aplikasi Statistika Dalam Penjas. Bandung: FPOK-UPI.

Adisapoetra, Iskandar Z, dkk. (1999). Panduan Teknis Tes & Latihan Kesegaran Jasmani Untuk Anak Usia Sekolah. Jakarta: Pusat Pengkajian dan Pengembangan IPTEK Olahraga Kantor Menteri Negara Pemuda dan Olahraga.

Griwijoyo, Santosa, dkk. (2007). Ilmu Faal Olahraga: Fungsi Tubuh Manusia Pada Olahraga. Bandung: FPOK-UPI.

Harsono. (1988). Coaching dan aspek-aspek psikologis dalam coaching. Jakarta: C.V Tambak kusuma.

Lutan, Rusli, dkk. (2001). Pendidikan Kebugaran Jasmani: Orientasi Pembinaan di Sepanjang Hayat. Jakarta: Direktorat Jendral Olahraga Depdiknas. Mahendra, Agus. (2010). Bahan Ajar Musik dan Gerak. Bandung: FPOK-UPI. Mahendra, Agus. (2002). Pembelajaran Senam di Sekolah Dasar. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional

Nurhasan. (2007). Tes dan pengukuran keolahragaan. Bandung: FPOK-UPI. Poncopoetro, Soetoto, dkk. (2000). Permainan Anak Tradisional dan Aktivitas

Ritmik. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdiknas.

Subroto, Toto. (2011). Model-model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK-UPI.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Bandung.

Suherman, Adang. (2011). Realitas Kurikulum Pendidikan Jasmani: Upaya Menuju Kurikulum Berbasis Penelitian. Bandung: Rizqi Press.

Tarigan, B. (2009). Optimalisasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga Berlandaskan Ilmu Faal Olahraga: Sebuah Analisis Kritis. Bandung: FPOK-UPI.


(41)

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.


(1)

Rahendri Fauji, 2013

Pengaruh Aktivitas Bermain Dan Aktivitas Ritmik Terhadap Peningkatan Kebugaran Jasmani Siswa Sekolah Dasar

S( ) =

e. Hitung selisih F( ) – S( ). Kemudian tentukan harga mutlaknya.

f. Ambilah harga mutlak yang paling besar diantara harga mutlak selisih tersebut dan berilah symbol Lo.

g. Dengan bantuan nilai kritis L untuk Uji Liliefors, maka tentukan nilai L. h. Bandingkan nilai L tersebut dengan Lo untuk mengetahui diterima atau

ditolak hipotesisnya, dengan kriteria: - Terima Ho jika Lo < Lα = Normal.

- Tolak Ho jika Lo > Lα = Tidak normal.

3. Pengujian Uji Homogenitas Dua Variansi

Rumus yang digunakan untuk menghitung homogenitas menurut Nurhasan, dkk (2008:125-126) adalah sebagai berikut:

F = Variansi besar Variansi kecil

a. Menentukan F dari table dengan taraf nyata 0,05. b. Menentukan uji homogenitasnya dengan kriteria:

- Apabila maka kedua varian homogen. - Apabila maka kedua varian tidak homogen.

4. Menguji Kesamaan Dua Rata-rata (Satu pihak)

Perhitungan ini menggunakan uji kesamaan dua rata-rata (satu pihak). Nurhasan, dkk (2008:152-155) dengan rumus yang digunakan adalah:

t =


(2)

58

Keterangan:

t = nilai yang dicari ( ) = rata-rata kelompok A = rata-rata kelompok B S = Simpangan baku gabungan n1 = jumlah sampel kelompok A n2 = jumlah sampel kelompok B

= variansi kelompok A = variansi kelompok B

Dengan kriteria sebagai berikut:

a. Pengujian nilai kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis: - Terima hipotesis jika t ( 1 – α ) < t < t ( 1 - α )

- Tolak hipotesis jika t ( 1 – α ) > t > t ( 1 - α )

b. Menentukan batas kritis penerimaan dan penolakan hipotesis:

Dengan taraf nyata α = 0,05 dan dk ( n1 + n2 – 2 )

Untuk α = 0,05 dan dk ( n1 + n2 – 2 ) = 28, maka diperoleh nilai t sebesar


(3)

Rahendri Fauji, 2013

Pengaruh Aktivitas Bermain Dan Aktivitas Ritmik Terhadap Peningkatan Kebugaran Jasmani Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai perbedaan pengaruh aktivitas bermain dengan aktivitas ritmik terhadap kebugaran jasmani siswa kelas V SD Negeri Gegerkalong KPAD, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

Hasil dari pelaksanaan penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan aktivitas bermain dan aktivitas ritmik berpengaruh besar terhadap peningkatan kebugaran jasmani siswa. Dengan aktivitas bermain lebih besar pengaruhnya dibandingkan dengan aktivitas ritmik terhadap kebugaran jasmani pada siswa kelas V SD Negeri Gegerkalong KPAD.

Penerapan aktivitas bermain dan aktivitas ritmik untuk meningkatkan kebugaran jasmani siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar masih belum terlaksana dengan baik, karena kurangnya pengetahuan guru dalam menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang penulis teliti terbukti bahwa dengan menggunakan aktivitas bermain dan aktivitas ritmik memberikan pengaruh terhadap peningkatan kebugaran jasmani siswa kelas V SD Negeri Gegerkalong KPAD.

B. Saran

Berdasarkan pada hasil penelitian ini penulis mempunyai saran-saran yang dapat dipertimbangkan sebagai berikut:

1. Bagi para guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, hasil penelitian ini membuktikan bahwa penerapan aktivitas bermain dan aktivitas ritmik dalam proses pembelajaran memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kebugaran jasmani pada siswa sekolah dasar, sehingga penulis menyarankan untuk menerapkan aktivitas bermain dan aktivitas ritmik dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah.


(4)

65

2. Bagi peneliti lain yang berminat meneliti tentang hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas bermain, aktivitas ritmik dan kebugaran jasmani dapat melakukan penelitian kembali dengan menggunakan populasi dan sampel yang lebih luas demi kemajuan ilmu pendidikan khususnya bidang keilmuan pendidikan jasmani.

3. Aktivitas bermain dan aktivitas ritmik dapat dijadikan salah satu alternatif model pembelajaran permainan yang bisa diberikan untuk meningkatkan kebugaran jasmani siswa sekolah dasar.

4. Bagi Siswa sekolah dasar hendaknya diperkenalkan dengan berbagai aktivitas dalam pembelajaran pendidikan jasmani seperti aktivitas bermain dan aktivias ritmik.


(5)

Rahendri Fauji, 2013

Pengaruh Aktivitas Bermain Dan Aktivitas Ritmik Terhadap Peningkatan Kebugaran Jasmani Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, Bambang, dan Jajat Drajat Kusumah. (2010). Modul Aplikasi Statistika Dalam Penjas. Bandung: FPOK-UPI.

Adisapoetra, Iskandar Z, dkk. (1999). Panduan Teknis Tes & Latihan Kesegaran

Jasmani Untuk Anak Usia Sekolah. Jakarta: Pusat Pengkajian dan

Pengembangan IPTEK Olahraga Kantor Menteri Negara Pemuda dan Olahraga.

Griwijoyo, Santosa, dkk. (2007). Ilmu Faal Olahraga: Fungsi Tubuh Manusia

Pada Olahraga. Bandung: FPOK-UPI.

Harsono. (1988). Coaching dan aspek-aspek psikologis dalam coaching. Jakarta: C.V Tambak kusuma.

Lutan, Rusli, dkk. (2001). Pendidikan Kebugaran Jasmani: Orientasi Pembinaan

di Sepanjang Hayat. Jakarta: Direktorat Jendral Olahraga Depdiknas.

Mahendra, Agus. (2010). Bahan Ajar Musik dan Gerak. Bandung: FPOK-UPI. Mahendra, Agus. (2002). Pembelajaran Senam di Sekolah Dasar. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional

Nurhasan. (2007). Tes dan pengukuran keolahragaan. Bandung: FPOK-UPI. Poncopoetro, Soetoto, dkk. (2000). Permainan Anak Tradisional dan Aktivitas

Ritmik. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdiknas.

Subroto, Toto. (2011). Model-model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK-UPI.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Bandung.

Suherman, Adang. (2011). Realitas Kurikulum Pendidikan Jasmani: Upaya

Menuju Kurikulum Berbasis Penelitian. Bandung: Rizqi Press.

Tarigan, B. (2009). Optimalisasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga

Berlandaskan Ilmu Faal Olahraga: Sebuah Analisis Kritis. Bandung:

FPOK-UPI.


(6)

67

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.