Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat).

(1)

ABSTRAK

Eriska Meidayanti (2014). Pembimbing I: Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si.

Pembimbing II: Siti Komariah, M.Si., Ph.D. Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat).

Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya perkembangan ekonomi, terjadi peningkatan kebutuhan infrastruktur yang menyebabkan kebutuhan lahan meningkat sehingga mendorong terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian. Penelitian ini dilakukan di Desa Padaasih yang merupakan sebuah desa yang mengalami alih fungsi lahan pertanian cukup tinggi sementara masyarakatnya mayoritas memiliki pekerjaan di sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak alih fungsi lahan pertanian terhadap orientasi pekerjaan masyarakat di Desa Padaasih. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara mendalam, catatan lapangan, studi literatur dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyebab alih fungsi lahan di Desa Padaasih disebabkan oleh 1) Lokasi Desa Padaasih yang berbatasan dengan Kota Cimahi; 2) Pertumbuhan penduduk; 3) Faktor ekonomi; dan 4) Pemilik lahan pertanian yang bukan merupakan warga Desa Padaasih. Setelah mengalami alih fungsi, lahan-lahan pertanian beralih fungsi menjadi lahan perumahan. Dampak positif alih fungsi lahan yaitu kemajuan pembangunan, masyarakat lebih kreatif dan mandiri dalam mencari pekerjaan, dan meningkatnya jumlah proyek bagi para kuli bangunan. Dampak negatif akibat adanya alih fungsi lahan berupa perubahan lingkungan fisik, yaitu berkurangnya lahan pertanian dan berkurangnya jumlah air. Dampak negatif berupa masalah sosial yang dialami warga Desa Padaasih yaitu meningkatnya jumlah pengangguran dan kemiskinan, serta rasa tidak nyaman penduduk pribumi karena banyak pendatang. Kerugian lain yang dialami para penggarap adalah ganti rugi yang tidak sesuai, kerugian juga dialami pemerintahan desa berupa berkurangnya pendapatan asli desa. Setelah terjadi alih fungsi lahan pada umumnya masyarakat merubah orientasi pekerjaan mereka. Pekerjaan yang dipilih masyarakat diantaranya kuli bangunan, satpam, pedagang, pekerja home industry, pembantu rumah tangga dan pegawai pabrik. Namun tidak semua korban alih fungsi lahan mengubah orientasi pekerjaannya, adapula masyarakat yang tetap bertahan sebagai penggarap dengan mencari lahan garapan lain dengan luas yang lebih sempit. Kesejahteraan yang dirasakan oleh masyarakat lebih baik ketika alih fungsi lahan belum terjadi dan menjalani pekerjaan sebagai petani. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dalam mengendalikan alih fungsi lahan, agar pelaksananan kebijakan efektif harus diperkuat dengan pembuatan peraturan yang melarang penggunaan lahan pertanian menjadi lahan non pertanian dengan penegakan hukum yang tegas.


(2)

ABSTRACT

Eriska Meidayanti (2014). Supervisor I: Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si. Supervisor II: Siti Komariah, M.Si., Ph.D. The Orientation Change of Employment as Impact Of Land Transfer Function (Case Study in Cisarua Padaasih Village West Bandung Regency).

Along with the high rate of population growth and rapid economic development, there is increased need for infrastructure that led to the need to encourage the increased land conversion of agricultural land into non-agricultural land. This research was conducted in Padaasih village which is a village that suffered agricultural land conversion is quite high while the majority of the people have jobs in agricultural sector. The purpose of this study was to determine the impact of conversion of agricultural land to the orientation of community work in the village Padaasih. This research was conducted through a qualitative approach with case study method. Data collection techniques in this study using observation, interviews, field notes, literature studies and documentation. The result showed that the causes of land conversion in the village of Padaasih caused by 1) Location Padaasih village bordering Cimahi; 2) The growth of the population 3) Economic factors; and 4) Owners of agricultural land who is not resident of the village Padaasih. after experiencing conversion, agricultural land converted to residential land. The positive impact of land conversion that development progress, more creative and self-suffecient community in finding a job, and a growing number of projects for the construction workers. Negative impact due to land conversion in the form of changes in the physical environment ie a reduction of agricultural land and reduced the amount of water. The negative impact of such social problems experienced by villagers Padaasih ie rising unemployment and poverty, as well as discomfort natives for many newcomers. Other lesses suffered by the tenants compensation is not appropriate, the loss experienced by the village administration in the form of reduced revenue village. After going over the land to the general public to change the orientation of their work. Selected works of society including construction workers, securitu guards, merchants, home industry worker, domestic helpers and factory workers. But not all victims of land conversion to change the orientation of the work, those people who remains as tenants by looking for other arable land with an area of more narrow. Welfare is perceived by the public better when land conversion has not occurred and undergo work as a farmer. Therefore we need a policy to control over the land, so that effective policies should be strenghtened with the creation of regulation that prohibit the use of agricultural land into non-agricultural land with strict law enforcement.

Keywords : Orientation Change of Employment, Land Transfer Function, Padaasih Village.


(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat perekonomian Indonesia. Sebagian besar wilayah Indonesia memiliki kondisi tanah yang subur. Hal inilah yang menjadikan masyarakat berusaha untuk mengolah tanah dengan melakukan kegiatan pertanian.

Hingga saat ini sektor pertanian menyumbang penyerapan tenaga kerja dan masih menjadi tumpuan hidup bagi sebagian besar angkatan kerja di Indonesia. Bahkan kebutuhan akan pangan nasional masih menumpukan harapan kepada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan penting dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Walaupun perhatian pemerintah terhadap sektor ini masih dianggap kurang karena tidak adanya kebijakan pemerintah yang secara langsung berdampak positif terhadap para petani.

Menurut publikasi Badan Pusat Statistik (2013), sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan berdasarkan atas dasar harga berlaku, pada tahun 2010, 2011 dan 2012 menyumbang masing-masing sebesar Rp.985,5 triliun, Rp.1091,4 triliun dan Rp.1190,4 triliun. Jika berdasarkan harga konstan, pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan pada tahun 2010, 2011, dan 2012 menyumbang masing-masing Rp.304,8 triliun, Rp.315 triliun dan Rp.327,6 triliun. Sumbangan sektor pertanian ini mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan masih memberikan sumbangan yang cukup besar untuk pembangunan di Indonesia. www.bps.go.id/brs_file/pdb_05feb13.pdf

Dewasa ini, sektor pertanian banyak menghadapi kendala, salah satunya adalah masalah semakin sempitnya lahan yang tersedia untuk kegiatan pertanian


(4)

yang disebabkan oleh adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian yang saat ini terus mengalami peningkatan.

Menurut Harsono (1995, hlm.13) “alih fungsi lahan merupakan kegiatan perubahan penggunaan lahan dari suatu kegiatan menjadi kegiatan lainnya.” Pertambahan penduduk dan peningkatan kebutuhan tanah untuk kegiatan pembangunan telah mempengaruhi penggunaan tanah secara terus menerus. Selain untuk memenuhi kebutuhan industri, alih fungsi lahan pertanian juga terjadi secara cepat untuk memenuhi kebutuhan perumahan dalam jumlah yang lebih besar.

Menurut publikasi Pikiran Rakyat (dalam Sudiana, 2012, hlm.2), pada tahun 2005 masih tersedia lahan pertanian seluas 25 juta hektar, namun terus menyusut hingga tahun 2010 tersisa 13,2 juta hektar yang terdiri atas lahan basah 7,7 juta hektar dan lahan kering 5,5 juta hektar. Penyusutan atau konversi lahan pertanian sangat intensif terjadi di pulau Jawa, yang mencapai 79,3% atau 10,02 juta hektar, berhubung lebih dari 60% penduduk tinggal di Jawa sedangkan luasnya tidak lebih dari 7% dari daratan Indonesia. Tingkat konversi tertinggi terjadi di Jawa Barat.

Alih fungsi lahan pertanian produktif sulit dihindari, seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya perkembangan industri, infrastruktur dan pemukiman. Berdasarkan publikasi Badan Pusat Statistik (2010), pada tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia mencapai 237.641.326 jiwa dengan laju pertumbuhan 1,49%. sp2010.bps.go.id/

Meningkatnya kebutuhan infrastruktur seperti perumahan, jalan, industri, perkantoran dan bangunan lain menyebabkan kebutuhan akan lahan meningkat. Sementara ketersediaan lahan relatif tetap menyebabkan persaingan dalam pemanfaatan lahan.

Lahan pertanian sangat bermanfaat baik dari aspek ekonomi, sosial maupun lingkungan. Oleh karena itu, semakin sempitnya lahan pertanian akibat adanya alih fungsi lahan dapat menimbulkan dampak negatif secara lingkungan fisik, ekonomi dan sosial. Persoalan alih fungsi lahan dapat merugikan petani khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Para petani memiliki


(5)

ketergantungan yang tinggi terhadap lahan pertanian, jika lahan pertanian berkurang bahkan hilang, maka berkurang pula sarana produksi dan penghasilan petani.

Alih fungsi lahan berarti menyusutnya sarana produksi petani yang menyebabkan berkurang pula pendapatan petani sehingga petani mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Penghasilan yang dianggap tidak cukup dan lahan sebagai sarana produksi yang semakin berkurang menyebabkan para petani meninggalkan bahkan kehilangan pekerjaan sebagai petani. Hal ini yang kemudian memicu terjadinya perubahan orientasi pekerjaan pada para petani.

Orientasi pekerjaan dapat diartikan sebagai pilihan seseorang atau kecenderungan untuk memilih suatu pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Para petani yang sebelumnya sangat bergantung pada sektor pertanian sebagai pekerjaannya kini banyak diantara mereka tidak bisa bertani kembali. Ketika orientasi pekerjaan petani berubah karena adanya alih fungsi lahan, masyarakat yang pada mulanya berkerja sebagai petani akan mengandalkan pekerjaan pada sektor lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagian masyarakat yang memiliki keahlian akan bekerja pada pekerjaan lain di luar sektor pertanian seperti sektor industri atau jasa, sementara mereka yang tidak memiliki keahlian lain akan menjadi pengangguran. Kemiskinan dan pengangguran jika dibiarkan dapat memicu masalah sosial lain seperti kejahatan, peperangan dan pelanggaran terhadap norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

Selain itu dampak sosial alih fungsi lahan juga dapat berupa masalah kependudukan. Meningkatnya alih fungsi lahan menyebabkan banyak penduduk desa yang pergi ke kota karena di kota banyak didirikan pusat-pusat industri yang dapat menyerap tenaga kerja, sementara pekerjaan di desa semakin berkurang karena banyaknya sarana produksi pertanian yang beralih fungsi menjadi pemukiman. Hal inilah yang mendorong terjadinya urbanisasi yang menyebabkan ledakan jumlah penduduk di kota. Jumlah penduduk yang besar di kota menambah masalah baru terutama kepadatan penduduk dan akan berpengaruh


(6)

pula pada sanitasi lingkungan, pemukiman kumuh, kriminalitas dan lain sebagainya.

Dalam penelitian Rustandi (2009) di Kecamatan Cileunyi, diperoleh informasi bahwa sebelum terjadi konversi lahan, khususnya pada tahun 1994 mata pencaharian pokok responden yang paling banyak adalah wiraswasta 51,39%, PNS 18,05%, petani penggarap dan pemilik 11.11%, petani buruh 14,17%, petani penyewa dan penggarap 14,17%, pedagang 7,8% dan belum bekerja 8,33%. Setelah terjadi konversi lahan pada tahun 2008 mata pencaharian pokok penduduk mengalami perubahan yaitu, wiraswasta 47,22%, PNS 22,22%, petani buruh 12,5%, penggarap pemilik 9,72%, pedagang 6,95% dan jasa 1,39%. Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa mata pencaharian pokok sebagai petani (penggarap dan pemilik), petani (penyewa dan penggarap) dan buruh tani mengalami penurunan.

Selanjutnya berdasarkan penelitian Komala (2011), dapat diketahui bahwa terdapat perubahan luas kepemilikan lahan di Desa Cimanggu Kecamatan Cisalak Kabupaten Subang, perubahan fungsi lahan yang digunakan penduduk sebagai lahan permukiman mereka sendiri, dan perubahan fungsi lahan diakibatkan oleh pengalihfungsian lahan pertanian. Dengan adanya alih fungsi lahan pertanian ada perubahan pada mata pencaharian penduduk, sebelum alih fungsi lahan pertanian mata pencaharian yang mendominasi penduduk adalah petani sawah. Namun setelah adanya alih fungsi lahan pertanian ke lahan pemukiman, mata pencaharian mereka sebagai petani sawah mengalami perubahan, kebanyakan dari mereka memilih menjadi petani kebun, petani tegalan, dan menjadi pedagang.

Jika fenomena alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian terus terjadi secara tidak terkendali, hal ini dapat menjadi ancaman tidak hanya bagi petani, lingkungan fisik dan lingkungan sosial, tetapi hal ini bisa menjadi masalah nasional dan mengancam ketahanan pangan.

Salah satu wilayah yang mengalami alih fungsi lahan adalah Desa Padaasih. Desa Padaasih letaknya berbatasan langsung dengan Kota Cimahi dan dapat dikategorikan sebagai daerah pinggiran karena merupakan wilayah yang terkena tekanan kegiatan-kegiatan perkotaan yang dapat menimbulkan berbagai


(7)

permasalahan yang diakibatkan oleh proses ekspansi kota ke wilayah pinggiran yang dapat menyebabkan perubahan secara fisik seperti perubahan tata guna lahan, demografi, keseimbangan lingkungan, serta kondisi sosial ekonomi. Meningkatnya pemukiman di daerah Desa Padaasih merupakan realisasi dari meningkatnya kebutuhan akan ruang di daerah perkotaan. Selain itu harga tanah dan rumah di Desa Padaasih lebih rendah dibandingkan dengan harga tanah dan rumah di Kota Cimahi menjadi alternatif untuk memilih pemukiman di kawasan Desa Padaasih yang kemudian mendorong adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman.

Pada tahun 2010 Desa Padaasih memiliki luas desa 481.3 Ha dengan luas lahan yang digunakan sebagai lahan pertanian 382.85 Ha dan luas lahan pemukiman 49 Ha, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1.1 Luas Wilayah Desa Padaasih Menurut Penggunaan

No. Wilayah Menurut Penggunaan Jumlah Ha Jumlah %

1. Pemukiman 49 Ha 10

2. Persawahan 167 Ha 35

3. Tegal/Ladang 215.85 Ha 45

4. Hutan 42.00 Ha 8

4. Lain-Lain 7.45 Ha 2

Jumlah 481.3 Ha 100

Sumber : Profil Desa Padaasih 2010

Berdasarkan pada tabel diatas dapat dilihat bahwa lahan pertanian di Desa Padaasih pada tahun 2010 adalah 80% dan lahan yang digunakan sebagai pemukiman 10 % dari keseluruhan luas desa. Lahan ini berupa lahan pesawahan dan tegalan atau ladang. Hal ini dapat dilihat dalam diagram di bawah ini:


(8)

Gambar 1.1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan

Berdasarkan data daftar isian desa dan kelurahan tahun 2012 luas pemukiman di desa Padaasih mengalami peningkatan. Untuk perbandingan yang lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.2 Luas Pemukiman Desa Padaasih

Luas Pemukiman

2010 2012 Perubahan

49 Ha 51 Ha + 2 Ha

Sumber: Profil Desa Padaasih Tahun 2010 dan Daftar Isian Potensi Desa Dan Kelurahan Desa Padaasih Tahun 2012

Pada tahun 2010 tercatat luas pemukiman adalah 49 Ha, namun pada tahun 2012 luas pemukiman di desa Padaasih adalah 51 Ha. Jadi dalam kurun waktu dua tahun terjadi pertambahan luas area pemukiman sebanyak 2 Ha yang seluruhnya merupakan lahan pertanian baik sawah maupun ladang atau tegalan. Pertambahan lahan pemukiman ini berasal dari lahan pertanian yang sebelumnya digarap oleh warga. Mayoritas tanah yang beralih fungsi bukan merupakan tanah milik warga Desa Padaasih itu sendiri, tetapi merupakan tanah milik orang luar Desa Padaasih, sedangkan warga desa Padaasih hanya sebagai buruh tani dan bukan pemilik lahan.

10%

35% 45%

8% 2%

Pemukiman Persawahan Tegal/Ladang Hutan Lain-Lain


(9)

Pembangunan di wilayah ini lebih banyak untuk perumahan. Banyak kontraktor perumahan (developer) yang membangun perumahan karena wilayah ini merupakan daerah pinggiran kota yang berbatasan dengan Kota Cimahi. Berikut nama-nama perumahan yang dibangun di Desa Padaasih:

Tabel 1.3 Data Perumahan di Desa Padaasih

No. Nama Perumahan Luas / m2 Lokasi

1. Pesona Alam 30.000 RW 08

2. Taman Kayu Manis 7.000 RW 09

3. Padaasih Residence 20.000 RW 08

4. Pancanaka Orchid Hill 17.500 RW 11

5. Cimahi City View 10.500 RW 12

6. Bukit Parama Regency 20.000 RW 15

Sumber : Desa Padaasih 2013

Selain perumahan-perumahan di atas banyak pula lahan pertanian yang digunakan sebagai perumahan yang dibangun oleh pemilik lahan secara pribadi dan tidak dikelola oleh pengembang perumahan sehingga tidak memiliki izin secara resmi. Jadi dapat disimpulkan bahwa telah terjadi alih fungsi lahan pertanian sebanyak 105.000 m2 atau 10,5 Ha, dimana alih fungsi lahan seluas 2 Ha terjadi pada tahun 2010-2012 dan sisanya terjadi sebelum tahun 2010 yang memiliki izin dan terdaftar di desa.

Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian di Desa Padaasih menyebabkan meningkatnya luas lahan pemukiman dan perubahan orientasi pekerjaan penduduk. Pada tahun 2010 penduduk yang memiliki pekerjaan di sektor pertanian lebih dominan dibandingkan penduduk yang memiliki pekerjaan di sektor non pertanian. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:


(10)

Tabel 1.4 Jenis Pekerjaan Penduduk 2010

No. Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perempuan Jumlah %

1. Buruh Swasta dan Migran 127 orang 186 orang 313 orang 8 2. Pegawai Negeri Sipil 54 orang 35 orang 89 orang 2 3. Pengusaha dan Pedagang 44 orang 6 orang 50 orang 1

4. Peternak 315 orang 3 orang 318 orang 9

5. Buruh Tani 1605 orang 612 orang 2217 orang 58

6. Petani 306 orang 15 orang 321 orang 9

7. Lain-Lain 103 orang 396 orang 499 orang 13

Jumlah 2.554 orang 1.253 orang 3.807 orang 100 Sumber : Profil Desa Padaasih 2010

Berdasarkan tabel di atas 67% atau 2.538 orang dari 3.807 orang penduduk yang bekerja di Desa Padaasih bekerja pada sektor pertanian, baik menjadi buruh tani maupun petani. 33% sisanya memiliki pekerjaan di berbagai sektor selain dari sektor pertanian, lebih jelas dapat dilihat pada diagram dibawah ini:

Gambar 1.2 Jenis Pekerjaan Penduduk 2010

Saat ini hanya 50% penduduk yang mempunyai pekerjaan di bidang pertanian, sebagian besar penduduk memiliki mata pencaharian di bidang perdagangan, buruh, wiraswasta, pegawai negeri dan penyedia jasa. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

8%

2% 1%

9%

58% 9%

13% Buruh Swasta Dan Migran

Pegawai Negeri Sipil Pengusaha dan Pedagang Peternak

Buruh Tani Petani Lain-Lain


(11)

Tabel 1.5 Jenis Pekerjaan Penduduk 2012

No Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perempuan Jumlah %

1. Buruh Swasta dan Migran 1570 orang 163 orang 1733 orang 34 2. Pegawai Negeri Sipil 69 orang 24 orang 93 orang 2 3. Pengusaha dan Pedagang 46 orang 1 orang 47 orang 1

4. Peternak 569 orang - 596 orang 11

5. Buruh Tani 1569 orang 226 orang 1795 orang 36

6. Petani 703 orang 3 orang 706 orang 14

7. Lain-Lain 36 orang 43 orang 79 orang 2

Jumlah 4.562 orang 460 orang 5.022 orang 100

Sumber : Daftar Isian Potensi Desa Dan Kelurahan Desa Padaasih Tahun 2012 Berdasarkan tabel di atas 50% atau 2.501 dari 5.022 orang penduduk bekerja di Desa Padaasih bekerja pada sektor pertanian, baik menjadi buruh tani maupun petani. 50% sisanya memiliki pekerjaan dalam berbagai sektor selain sektor pertanian, lebih jelas dapat dilihat pada diagram dibawah ini:

Gambar 1.3 Jenis Pekerjaan Penduduk 2012

Berubahnya orientasi pekerjaan yang disebabkan alih fungsi lahan menjadi penting untuk diteliti karena perubahan orientasi kerja pada masyarakat Desa Padaasih tidak hanya dapat berdampak positif, tetapi juga berdampak negatif.

34%

2% 1% 11%

36% 14%

2%

Buruh Swasta dan Migran Pegawai Negeri Sipil Pengusaha dan Pedagang Peternak

Buruh Tani Petani Lain-Lain


(12)

Alih fungsi lahan di desa Padaasih dapat menyebabkan perubahan sosial karena adanya perubahan lingkungan fisik akibat alih fungsi lahan yang awalnya digunakan sebagai lahan pertanian menjadi lahan pemukiman dan perubahan yang terjadi pada masyarakat sebagai dampak alih fungsi lahan seperti misalnya berubahnya orientasi pekerjaan masyarakat yang awalnya bekerja sebagai petani menjadi bekerja di sektor non pertanian.

Selain itu masalah sosial karena faktor ekonomi juga mengancam masyarakat. Alih fungsi lahan dapat menimbulkan masalah sosial seperti kemiskinan, pengangguran, ledakan penduduk di perkotaan akibat urbanisasi, kriminalitas dan sebagainya. Persoalan alih fungsi lahan tidak hanya menjadi ancaman baik bagi petani, lingkungan fisik, ekonomi, maupun lingkungan sosial di tempat tersebut, tetapi alih fungsi lahan dapat berpengaruh secara luas, mempengaruhi ketahanan pangan dan dapat menjadi masalah nasional. Hal inilah yang menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat)”.

B. IDENTIFIKASI MASALAH PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan sebelumnya, dapat di identifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Luas lahan pertanian semakin berkurang dan mengalami alih fungsi menjadi lahan non pertanian.

2. Para petani kehilangan lahan garapannya yang berarti kehilangan pekerjaan dan sumber penghasilan mereka

3. Alih fungsi lahan memiliki dampak positif sekaligus dampak negatif bagi lingkungan fisik, ekonomi dan sosial serta dapat menyebabkan masalah sosial seperti pengangguran, kemiskinan dan kriminalitas serta meningkatnya laju urbanisasi.

4. Berubahnya orientasi pekerjaan para petani yang lahan garapannya mengalami alih fungsi.


(13)

C. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi alih fungsi lahan pertanian di Desa Padaasih dan dampak-dampak yang menyertainya ?

2. Bagaimana dampak alih fungsi lahan terhadap orientasi pekerjaan penduduk ?

D. TUJUAN PENELITIAN

Dari permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Umum

Sesuai dengan rumusan masalah yang diungkapkan peneliti ingin memaparkan dan memberikan informasi bagaimana dampak alih fungsi lahan pertanian terhadap orientasi pekerjaan masyarakat di lingkungan pedesaan yang bersangkutan.

2. Khusus

Adapun yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan di Desa Padaasih dan dampak-dampak yang menyertainya.

b. Mengevaluasi dampak alih fungsi lahan terhadap orientasi pekerjaan penduduk di Desa Padaasih.

E. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :

1. Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai permasalahan dampak alih fungsi lahan terhadap perubahan orientasi pekerjaan di Desa Padaasih khususnya dalam kajian sosiologi.


(14)

2. Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi pemerintah maupun masyarakat mengenai dampak alih fungsi lahan terhadap perubahan orientasi kerja di Desa Padaasih, sehingga dapat dilakukan upaya untuk menanggulangi dampak negatif yang terjadi pada masyarakat Desa Padaasih akibat adanya alih fungsi lahan pertanian. Manfaat praktis dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Sebagai masukan bagi masyarakat setempat untuk menggunakan lahan sesuai dengan fungsinya khususnya lahan pertanian.

b. Sebagai masukan bagi pemerintah setempat untuk menentukan kebijakan dalam pembangunan kewilayahannya terkait dengan alih fungsi lahan pertanian.

c. Sebagai masukan bagi pemerintah untuk segera menetapkan kebijakan terhadap proses alih fungsi lahan terutama lahan pertanian yang subur dan produktif.

d. Sebagai sumbangan pemikiran khususnya pada ilmu sosiologi.

F. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI

Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab sesuai dengan panduan karya tulis ilmiah (2013) yang telah ditentukan oleh Universitas Pendidikan Indonesia, Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi. Bab II berisi kajian pustaka. Bab III berisi metode penelitian yang terdiri dari lokasi dan subjek, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan analisis data. Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan implikasi terhadap pendidikan sosiologi. Bab V berisi kesimpulan dan saran.


(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Padaasih, Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih karena Desa Padaasih merupakan sebuah desa yang mengalami alih fungsi lahan pertanian yang cukup tinggi sementara masyarakat Desa Padaasih mayoritas memiliki pekerjaan di sektor pertanian baik sebagai petani maupun buruh tani. Lahan yang pada awalnya merupakan lahan pertanian mengalami alih fungsi menjadi lahan nonpertanian, sehingga banyak petani penggarap dan buruh tani yang kehilangan lahan garapan sekaligus kehilangan pekerjaan dan pendapatan mereka, hal ini menyebabkan banyak masyarakat yang pada awalnya bekerja sebagai petani merubah orientasi pekerjaan mereka menjadi pekerjaan di luar sektor pertanian dan tidak lagi bekerja untuk mengolah lahan pertanian.

2. Subjek Penelitian

Nasution (2003, hlm. 32) mengemukakan bahwa, “dalam penelitian kualitatif yang dijadikan subjek penelitian sebagai sumber informasi hanyalah

subjek yang dapat memberikan informasi.” Hal ini sesuai dengan pendapat

Moleong (2007, hlm. 165) bahwa “... pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak tetapi sampel bertujuan”. Subjek penelitian kualitatif adalah pihak-pihak yang menjadi sasaran penelitian atau sumber yang dapat memberikan informasi yang dipilih secara purposive bertalian dengan tujuan tertentu.

Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di lingkungan Desa Padaasih yang dapat memberikan informasi atas permasalahan yang peneliti kaji. Adapun yang dijadikan subjek sebagai sumber informasi dalam penelitian tentang perubahan orientasi pekerjaan sebagai dampak alih fungsi lahan adalah:

a. Tokoh dan aparatur Desa Padaasih yaitu, Aa Komara, Taufik dan Asep Sulaeman.


(16)

c. Penggarap dan buruh tani yang lahan garapannya mengalami alih fungsi yaitu, Ade Suganda, Ujang, Dadang, Jaja, Uhin, Titin, Didin dan Acih.

B. DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kualitatif karena permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini tidak berkenaan dengan angka-angka, tetapi mendeskripsikan, menguraikan dan menggambarkan tentang perubahan orientasi pekerjaan sebagai dampak dari adanya alih fungsi lahan di Desa Padaasih.

Data yang dikumpulkan berasal dari hasil wawancara mendalam (depth interview), catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik di balik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas. Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan mencocokan antara realita empirik dengan teori yang berlaku dengan menggunakan metode deskriptif.

Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2007, hlm. 4), “metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif dengan kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.”

Selanjutnya Kirk dan Miller dalam Moleong (2007, hlm. 4) mendefinisikan penelitian kualitatif adalah “tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasanya maupun dalam peristilahannya.”

Jadi penelitian kualitatif menurut Moleong (2007, hlm. 6) adalah

Penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Peneliti memilih pendekatan kualitatif karena ingin mengamati fenomena atau peristiwa alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian di Desa Padaasih dan dampaknya terhadap perubahan orientasi penduduk. Pendekatan tersebut dianggap tepat untuk kajian penelitian ini, karena fokus penelitian adalah


(17)

perubahan orientasi pekerjaan yang dialami masyarakat Desa Padaasih dan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini tidak berkenaan dengan angka-angka, tetapi mendeskripsikan, menguraikan dan menggambarkan tentang perubahan orientasi pekerjaan sebagai dampak dari adanya alih fungsi lahan di Desa Padaasih.

C. METODE PENELITIAN

Kartono (1990, hlm. 20) mengemukakan bahwa:

Metodologi penelitian berasal dari bahasa Yunani, yaitu Methodos (jalan sampai), meta hodos (jalan). Metode penelitian adalah cara-cara berfikir dan berbuat, yang dipersiapkan dengan baik-baik untuk mengadakan penelitian, dan untuk mencapai suatu tujuan penelitian. Jadi metode penelitian adalah jalan atau cara berfikir dan berbuat yang telah disusun secara terencana untuk mengadakan penelitian dan untuk mencapai suatu tujuan penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus, menurut Arikunto (2010, hlm. 185):

Penelitian kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Ditinjau dari wilayahnya, maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit. Tetapi ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam.

Dengan menggunakan metode ini diharapkan peneliti dapat memperoleh informasi yang mendalam tentang perubahan orientasi pekerjaan masyarakat dalam kaitannya ilmu sosiologi mengenai perubahan sosial pada masyarakat khususnya di Desa Padaasih.

Sesuai dengan hal tersebut diharapkan bahwa penelitian yang akan dilakukan peneliti di Desa Padaasih dapat secara komprehensif untuk dapat mengungkap fakta-fakta mengenai bagaimana perubahan orientasi pekerjaan penduduk di Desa Padaasih, peneliti merupakan instrumen penting yang berusaha mengungkapkan data secara mendalam dengan dibantu oleh beberapa teknik pengumpulan data lainnya. Peneliti tidak hanya melakukan observasi secara langsung dan wawancara dengan bertatap muka, akan tetapi mempelajari juga latar belakang subjek penelitian, kehidupan subjek penelitian sebelum dan setelah


(18)

terjadi alih fungsi lahan, kehidupan subjek setelah merubah orientasi pekerjaan dan pandangan para tokoh masyarakat setempat. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai bagaimana perubahan orientasi pekerjaan sebagai dampak alih fungsi lahan di Desa Padaasih.

D. DEFINISI OPERASIONAL 1. Orientasi Pekerjaan

Orientasi pekerjaan dapat diartikan sebagai sikap, pandangan dan kecenderungan seseorang terhadap suatu pekerjaan. Orientasi pekerjaan yang dimaksud pada penelitian ini adalah lapangan pekerjaan yang menjadi pilihan petani penggarap atau pemilik lahan pertanian setelah terjadi alih fungsi lahan di Desa Padaasih.

2. Lahan

Arsyad (2007, hlm. 207) menyatakan bahwa:

Lahan diartikan sebagai bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup lingkungan fisik.yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan.

Lahan yang dimaksud di sini adalah lahan yang difungsikan sebagai lahan pertanian.

3. Alih Fungsi Lahan

Harsono (1995, hlm. 13) mengemukakan:

Alih fungsi lahan merupakan kegiatan perubahan penggunaan lahan dari suatu kegiatan yang menjadi kegiatan lainnya. Hal ini terjadi karena terbatasnya luas lahan untuk memenuhi suatu kebutuhan sehingga menyebabkan berkurangnya luas lahan yang lain.

Alih fungsi lahan yang dimaksud di sini adalah perubahan fungsi lahan dari fungsinya sebagai lahan pertanian menjadi lahan pemukiman di Desa Padaasih.

4. Dampak Alih Fungsi Lahan

Rusman dkk (1991, hlm. 2) menyatakan “dampak yaitu perubahan lingkungan yang diakibatkan oleh suatu kegiatan. Dimana kegiatan-kegiatan


(19)

tersebut berakibat pada penyempitan lahan pertanian.” Dalam hal ini dampak alih fungsi lahan adalah sampai sejauh manakah penyempitan lahan pertanian tersebut mempunyai dampak terhadap peruubahan orientasi pekerjaan pada masyarakat Desa Padaasih.

5. Desa Padaasih

Desa Padaasih merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat yang memiliki luas wilayah 481.3 Ha dan merupakan daerah pinggiran kota karena berbatasan dengan Kota Cimahi.

E. INSTRUMEN PENELITIAN

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono (2008, hlm. 222) bahwa “peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, menafsirkan data dan

membuat kesimpulan atas temuanya”.

Dalam penelitian tentang perubahan orientasi pekerjaan sebagai dampak alih fungsi lahan, peneliti melakukan observasi dan wawancara secara mendalam, untuk memahami dan menyelami perasaan dan nilai-nilai yang terekam dalam ucapan dan perilaku informan. Peneliti sendiri adalah sebagai pembangun realitas atas dasar pengamatan dan pengalaman di lapangan. Di samping orang-orang yang menjadi subjek penelitian tersebut, latar, situasi dan kondisi keseharian masyarakat Desa Padaasih juga dijadikan sumber informasi dalam penelitian ini.

Selanjutnya Sugiyono (2008, hlm. 223) mengemukakan bahwa:

Dalam penelitian kualitatif segala sesuatu yang akan dicari dari objek penelitian belum jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya, hasil yang diharapkan semuanya belum jelas. Rancangan penelitian masih bersifat sementara dan dapat berkembang setelah peneliti memasuki objek penelitian. Selain itu dalam memandang realitas, penelitian kualitatif berasumsi bahwa realitas itu bersifat holistik (menyeluruh), dinamis, tidak dapat dipisah-pisahkan ke dalam variabel-variabel penelitian. Kalaupun dapat dipisah-pisahkan, variabelnya akan banyak sekali. Dengan demikian dalam penelitian kualitatif ini belum dapat dikembangkan instrumen penelitian sebelum masalah yang diteliti jelas sama sekali. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif the researcher is the key instrument. Jadi peneliti adalah instrumen kunci dalam penelitian kualitatif.


(20)

Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri, namun setelah fokus penelitian jelas, dapat dikembangkan intrumen penelitian yang dapat melengkapi data dan membandingkan data yang telah ditemukan dari observasi dan wawancara.

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada kriteria baku mengenai berapa jumlah informan yang harus diwawancarai. Sebagai aturan umum, peneliti berhenti melakukan wawancara sampai data menjadi jenuh, artinya peneliti tidak menemukan informasi baru dalam penelitian. Dengan kata lain, peneliti berhenti mewawancarai hingga mereka bertindak dan berfikir sebagai anggota kelompok yang sedang diteliti.

Berdasarkan hal tersebut di atas peneliti memulai melakukan wawancara kepada informan yang sudah dikenal, dan dari mereka peneliti meminta rujukan siapa lagi orang yang mempunyai pengalaman atau karekteristik serupa. Demikian juga dengan informan selanjutnya. Jadi prosesnya seperti bola salju (snowball), sampai peneliti memperoleh jumlah subjek yang memadai.

F. PROSES PENGEMBANGAN INSTRUMEN

Proses pengembangan instrumen diantaranya adalah pengujian keabsahan data dalam penelitian kualitatif, Moleong (2007, hlm. 324) mengemukakan bahwa:

Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confrimability).

Sugiyono (2008, hlm. 270) mengemukakan bahwa “uji keabsahan data meliputi uji credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas) dan confirmability (obyektivitas).” Lebih jelas akan dipaparkan sebagai berikut:


(21)

1. Uji Kredibilitas

Uji kredibilitas dilakukan meningkatkan derajat kepercayaan dari penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian kuantitatif uji kredibilitas dapat disebut dengan validitas internal. Moleong (2007, hlm. 324) mengemukakan bahwa:

Kriterium derajat kepercayaan (kredibilitas) berfungsi: pertama, melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuan dapat dicapai; kedua, mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan cara:

a. Perpanjangan pengamatan

Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan begini berarti hubungan peneliti dan narasumber semakin akrab, semakin mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi sehingga data yang diperoleh valid. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan dan wawancara yang berulang-ulang kepada sumber data. Pertemuan tidak hanya dilakukan satu kali tetapi berkali-kali sehingga semakin akrab dan setiap pertemuan dapat memperoleh data baru dan memperkuat data yang diperoleh sebelumnya. b. Meningkatkan ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan demikian maka kepastian data dan urutan peristiwa dapat direkam secara pasti dan sistematis. Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dalam penelitian ini, peneliti mengadakan penelitian secara terus-menerus terhadap masyarakat Desa Padaasih untuk memperoleh gambaran nyata


(22)

mengenai perubahan orientasi pekerjaan masyarakat sebagai dampak alih fungsi lahan di Desa Padaasih.

c. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.

1) Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui berbagai sumber. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (membercheck) dari sumber data tersebut. Triangulasi sumber dilakukan dengan membandingkan data yang diperoleh dari berbagai sumber baik data hasil wawancara, hasil observasi dan data yang diperoleh dari dokumentasi.

2) Triangulasi Teknik

Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Bila dengan teknik yang berbeda tersebut menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut dengan sumber data yang bersangkutan atau yang berbeda untuk memastikan data mana yang benar. Triangulasi teknik dilakukan dengan melakukan pengecekan terhadap data hasil penelitian dengan berbagai teknik pengumpulan data. Data yang diperoleh dengan sebuah teknik dibandingkan dengan data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data lainnya.

3) Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari ketika narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.


(23)

Untuk itu pengecekan kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu dan situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya. Tujuan triangulasi adalah untuk mengecek kebenaran data dengan membandingkan data dari berbagai sumber, data yang diperoleh dengan berbagai teknik dan data yang diperoleh dari waktu yang berbeda, sehingga peneliti dapat memperoleh data yang akurat. d. Analisis kasus negatif

Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian hingga pada saat tertentu. Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data berbeda bahkan bertentangan dengan data yang ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya. e. Menggunakan bahan referensi

Menggunakan bahan referensi disini maksudnya adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Contohnya, data hasil wawancara didukung oleh adanya rekaman wawancara, dan lain sebagainya. Dalam penelitian sebaiknya data-data yang dikemukakan perlu dilengkapi foto-foto atau dokumen yang autentik, sehingga lebih dipercaya.

f. Mengadakan membercheck

Membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuanya adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang diberikan telah disepakati pemberi data berarti datanya valid, sehingga semakin kredibel/dipercaya. Dalam penelitian ini membercheck dilakukan dengan cara melaporkan kembali hasil wawancara kepada informan untuk mendapat tanggapan, tambahan bahkan koreksi atas interpretasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap jawaban-jawaban informan.


(24)

2. Pengujian Transferability

Pengujian keteralihan (transferability) dalam penelitian kuantitatif disebut dengan validitas eksternal untuk mengetahui sejauh mana hasil penelitian dapat diterapkan pada situasi yang berbeda. Menurut Sugiyono (2008, hlm. 276):

Nilai transfer ini berkenaan dengan pertanyaan, hingga mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. bagi peneliti naturalistik, nilai transfer bergantung pada pemakaian, hingga manakala hasil penelitian tersebut dapat digunakan dalam konteks dan situasi sosial lain. peneliti sendiri tidak menjamin validitas eksternal ini.

Oleh karena itu peneliti dalam menulis laporan harus memberikan uraian rinci, sistematis, jelas dan dapat dipercaya agar orang lain dapat memahami hasil penelitian dan dapat mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di lokasi dan situasi yang berbeda.

3. Pengujian Dependability

Pengujian kebergantungan (dependability) dalam penelitian kuantitatif disebut dengan reliabilitas. Suatu penelitian dikatakan reliabel jika dilakukan beberapa kali pengulangan terhadap suatu penelitian dalam suatu kondisi yang sama hasilnya sama. Sugiyono (2008, hlm. 277) mengemukakan bahwa :

Uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor yang independen, atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian.

Peneliti harus bisa menunjukkan aktivitas lapangannya dengan menunjukkan bagaimana peneliti menentukan masalah, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, uji keabsahan data hingga membuat kesimpulan.

4. Pengujian Confirmability

Pengujian kepastian (confirmability) dalam penelitian kuantitatif disebut dengan uji obyektivitas penelitian. Penelitian dikatakan objektif apabila hasil penelitian disepakati banyak orang. Uji konfirmability dan uji dependability dapat dilakukan bersamaan karena keduanya memiliki kemiripan. Menurut Sugiyono (2008, hlm. 277) :


(25)

Menguji konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability.

Sesuatu yang dianggap objektif berarti dapat dipercaya, faktual dan dapat dipastikan. Sehingga apabila penelitian tersebut objectif maka hasil penelitian tersebut dapat dipercaya.

G. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data adalah langkah yang ditempuh peneliti untuk mendapatkan data yang diperlukan. Pengumpulan data dilaksankan sejak tanggal 21 Desember 2013 - 17 Juli 2014. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Kartono (1990, hlm. 157) mengemukakan bahwa “observasi ialah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatan.” Ada beberapa alasan mengapa dalam penelitian kualitatif, pengamatan dimanfaatkan sebesar-besarnya seperti yang diungkapkan Guba dan Lincoln dalam Moleong (2007, hlm. 174) sebagai berikut ini:

a. Teknik pengamatan didasarkan atas pengalaman secara langsung. b. Teknik pengamatan memungkinkan melihat dan mengamati sendiri,

kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya.

c. Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposisional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data.

d. Sering terjadi ada keraguan pada peneliti, mengenai kekeliruan data atau bias. Jalan yang terbaik untuk mengecek kepercayaan data tersebut adalah dengan jalan memanfaatkan pengamatan.

e. Teknik pengamatan memungkinkan peneliti memahami situasi yang rumit.

f. Dalam kasus-kasus tertentu di mana teknik komunikasi lainya tidak dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.


(26)

Teknik pengumpulan data dengan observasi/pengamatan digunakan untuk menyajikan gambaran realistik perilaku dan kejadian perubahan orientasi pekerjaan dan alih fungsi lahan di Desa Padaasih, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi. Observasi dilaksanakan sejak 21 Desember 2013 – 10 Mei 2014, dalam observasi peneliti mengamati:

a. Kondisi dan situasi lingkungan Desa Padaasih b. Faktor-faktor penyebab alih fungsi lahan

c. Penggunaan lahan pertanian setelah terjadi alih fungsi lahan d. Dampak positif dan negatif akibat adanya alih fungsi lahan e. Para petani korban alih fungsi lahan

f. Orientasi pekerjaan penduduk setelah alih fungsi lahan

g. Perbandingan kesejahteraan masyarakat sebelum terjadi alih fungsi lahan dan setelah terjadi alih fungsi lahan

2. Wawancara

Kartono (1990, hlm. 187) mengungkapkan “interview atau wawancara itu adalah suatu percakapan, tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih yang duduk berhadapan secara fisik dan diarahkan pada suatu masalah tertentu.” Wawacara mendalam ini digunakan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam mengenai permasalahan yang diangkat agar informasi dan data yang diperoleh lebih akurat.

Menurut Kriyantono (dalam Ardianto, 2010, hlm. 178-179) wawancara mendalam (intensive/depth interview) adalah

Teknik mengumpulkan data atau informasi dengan cara bertatap muka langsung dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Wawancara ini dilakukan dengan frekuensi tinggi (berulang-ulang) secara intensif. Selanjutnya dibedakan antara responden (orang yang akan diwawancarai hanya sekali) dengan informan (orang yang ingin peneliti ketahui/pahami dan akan diwawancarai beberapa kali). Pada wawancara mendalam, pewawancara relatif tidak mempunyai kontrol atas respon informan. Artinya informan bebas memberikan jawaban-jawaban yang lengkap, mendalam: bila perlu, tidak ada yang disembunyikan. Caranya dengan mengusahakan wawancara berlangsung informal seperti sedang ngobrol.Wawancara mendalam mempunyai karakteristik yang unik: Pertama, digunakan untuk subjek yang sedikit atau bahkan satu orang saja.


(27)

Pada wawancara mendalam, peneliti berhenti mewawancarai hingga ia bertindak dan berpikir sebagai anggota-anggota kelompok yang sedang diteliti atau jika peneliti merasa data yang terkumpul sudah jenuh (tidak ada sesuatu yang baru), ia bisa mengakhiri wawancara. Kedua, menyediakan latar belakang secara perinci (detailed back-ground) mengenai alasan informan memberikan jawaban tertentu. Ketiga, peneliti tidak hanya memperhatikan jawaban verbal informan, tetapi juga respons-respons nonverbal. Keempat, dilakukan pada waktu yang lama berkali-kali. Kelima, memungkinkan memberi pertanyaan yang berbeda atas informan yang satu dengan yang lainya. Keenam, sangat dipengaruhi oleh iklim wawancara.

Berdasarkan hal tersebut, maka metode ini memungkinkan pihak yang diwawancarai untuk mendefinisikan dirinya sendiri dan lingkunganya, untuk menggunakan istilah-istilah mereka sendiri mengenai fenomena yang diteliti, tidak hanya sekedar menjawab pertanyaan. Dalam penelitian ini wawancara ditujukan kepada masyarakat yang menjadi subjek penelitian di Desa Padaasih. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur karena sebelumnya peneliti telah menyiapkan daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada informan. Wawancara dilakukan sejak 3 Januari 2014 – 17 Juli 2014. Teknik wawancara mendalam digunakan untuk mendapatkan data sebagai berikut:

a. Identitas subjek penelitian

b. Luas kepemilikan lahan dan status kepemilikan lahan c. Luas lahan garapan

d. Lokasi lahan yang digarap e. Luas lahan yang beralih fungsi

f. Faktor-faktor penyebab alih fungsi lahan

g. Penggunaan lahan pertanian setelah terjadi alih fungsi lahan h. Dampak positif dan negatif akibat adanya alih fungsi lahan i. Orientasi pekerjaan penduduk setelah alih fungsi lahan

j. Perbandingan kesejahteraan masyarakat sebelum terjadi alih fungsi lahan dan setelah terjadi alih fungsi lahan

Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti melakukan wawancara mendalam kepada seluruh subjek penelitian sebagai berikut:


(28)

a. Tokoh dan aparatur Desa Padaasih yaitu, Aa Komara, Taufik dan Asep Sulaeman.

b. Pemilik lahan pertanian yang mengalami alih fungsi yaitu, Nani.

c. Penggarap dan buruh tani yang lahan garapannya mengalami alih fungsi yaitu, Ade Suganda, Ujang, Dadang, Jaja, Uhin, Titin, Didin dan Acih.

3. Catatan Lapangan

Moleong (2007, hlm. 208), mengemukakan bahwa “peneliti kualitatif mengandalkan pengamatan dan wawancara dalam pengumpulan data di lapangan.”

Pada waktu berada di lapangan membuat catatan, setelah pulang ke rumah atau tempat tinggal barulah menyusun catatan lapangan. Catatan itu berupa coretan seperlunya yang sangat dipersingkat, berisi kata-kata kunci, frasa, pokok-pokok inti pembicaraan atau pengamatan, mungkin gambar, sketsa, sosiogram, diagram dan lain-lain. Catatan itu baru dirubah ke dalam catatan yang lengkap dan dinamakan catatan lapangan setelah peneliti tiba di rumah. Proses itu dilakukan setiap kali selesai mengadakan pengamatan atau wawancara, tidak boleh dilalaikan karena akan tercampur dengan informasi lain dan ingatan seseorang bersifat sementara.

Selanjutnya Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2007, hlm. 209) catatan

lapangan adalah “catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan

dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif.”

Catatan lapangan berisi deskripsi dari hasil observasi di lapangan mengenai poin-poin yang diamati serta hasil dari wawancara dengan para informan mengenai data yang diperlukan untuk keperluan penelitian. Selain itu catatan lapangan berisi refleksi peneliti terhadap hasil observasi dan hasil wawancara.

Jadi pembuatan catatan lapangan sangat dibutuhkan dalam penelitian kualitatif karena dengan adanya catatan lapangan peneliti dapat meningkatkan keabsahan data dan dapat menghindari kesalahan karena faktor lupa atau karena tercampurnya informasi yang diperoleh peneliti.


(29)

4. Studi Literatur

Studi literatur merupakan alat pengumpul data untuk mengungkapkan berbagai teori yang relevan dengan permasalahan yang diteliti sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Studi literatur bertujuan untuk menunjang analisis terhadap masalah yang diteliti dengan mempelajari prinsip, konsep maupun pendapat para ahli untuk memperkuat asumsi-asumsi agar tidak keluar dari konteks keilmuan.

Peneliti mencari buku-buku yang relevan dengan judul penelitian. Studi literatur memuat paradigma, teori dan konsep yang akan memberikan pemahaman dan pengetahuan yang luas bagi peneliti untuk mengkaji secara mendalam permasalahan yang diteliti, sehingga masalah dalam penelitian ini dapat diposisikan sesuai dengan teori-teori sehingga ada kejelasan dan relevansi antara teori dengan masalah-masalah yang diteliti.

Literatur yang digunakan seperti buku-buku yang berhubungan dengan penelitian kualitatif, penelitian sosial, alih fungsi lahan (konversi), perubahan pekerjaan, dampak sosial pembangunan, perubahan sosial, sosiologi dan sebagainya.

5. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan salah satu sumber data penelitian kualitatif yang sudah lama digunakan, karena sangat bermanfaat seperti yang diungkapkan

Moleong (2007, hlm. 161), yaitu: “...dokumen sebagai sumber data untuk

menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan”. Sedangkan Arikunto (1998, hlm. 236) menjelaskan bahwa “metode dokumentasi merupakan salah satu cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya”.

Jadi studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan berbagai sumber data seperti peta, dokumen atau data-data dari instansi pemerintah. Penggunaan teknik ini adalah untuk mendapatkan data dalam rangka menganalisis permasalahan yang sedang diteliti. Dokumen-dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:


(30)

b. Daftar Isian Potensi Desa dan Kelurahan (PRODESKEL) Desa Padaasih tahun 2012

c. Buku Register Surat Keterangan Kelahiran Desa Padaasih Tahun 2014 d. Buku Register Surat Keterangan Kematian Desa Padaasih Tahun 2014 e. Buku Mutasi Penduduk Tahun 2014

f. Peta Desa Padaasih g. Peta lokasi perumahan

Selain itu pada penelitian ini menggunakan data hasil pemotretan pada daerah yang dijadikan sebagai lokasi penelitian agar didapat data yang akurat dengan didukung oleh foto-foto hasil dokumentasi lapangan seperti:

a. Foto kondisi lokasi penelitian b. Foto wawancara dengan informan

c. Foto lahan pertanian yang mengalami alih fungsi

d. Foto perumahan yang didirikan di lahan yang awalnya difungsikan sebagai lahan pertanian.

H. TAHAP-TAHAP PENELITIAN 1. Tahap Pra Penelitian

Pada tahap pra penelitian yang pertama kali dilakukan adalah memilih masalah, menentukan judul dan lokasi penelitian dengan tujuan menyesuaikan keperluan dan kepentingan fokus penelitian yang akan diteliti. Setelah masalah, lokasi dan judul penelitian disetujui oleh pembimbing, peneliti melakukan studi pendahuluan untuk mendapatkan gambaran awal tentang subjek yang diteliti. Setelah diperoleh gambaran mengenai subjek yang diteliti serta masalah yang dirumuskan dianggap relevan dengan kondisi objektif di lapangan, selanjutnya peneliti menyusun proposal penelitian. Sebelum melaksankan penelitian, terlebih dahulu peneliti harus menempuh prosedur perizinan sebagai berikut:

a. Mengajukan surat permohonan izin untuk melaksanakan penelitian Kepada Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi sebagai pegantar untuk mendapatkan surat izin penelitian dari Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (KESBANGLINMAS) Kabupaten Bandung Barat.


(31)

b. Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (KESBANGLINMAS) Kabupaten Bandung Barat mengeluarkan surat izin penelitian untuk disampaikan kepada Kepala Kantor Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan (DISTANBUDHUT) Kabupaten Bandung Barat, Kepala Kantor Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Bandung Barat, dan Kepala Kecamatan Cisarua.

c. Kepala Kecamatan Cisarua mengelarkan surat izin penelitian untuk disampaikan kepada kepala Desa Padaasih.

d. Kepala Desa Padaasih mengijinkan untuk melaksanakan penelitian di wilayahnya selama batas waktu yang ditentukan.

2. Tahap Penelitian

Setelah tahap pra penelitian selesai, maka peneliti mulai terjun ke lapangan untuk memulai penelitian. Pelaksanaan penelitian ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data dari informan. Selain mengumpulkan hasil observasi dan studi dokumentasi di lapangan peneliti juga memperoleh data melalui wawancara dengan informan. Adapun langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Menghubungi Kecamatan Cisarua untuk meminta izin melaksanakan penelitian dan mencari informasi.

b. Mengubungi kepala Desa Padaasih untuk meminta izin melaksanakan penelitian dan mencari informasi.

c. Mengadakan wawancara kepada kepala Desa Padaasih dan meminta data. d. Menentukan informan yang akan diwawancara.

e. Menghubungi informan yang akan diwawancara.

f. Mengadakan wawancara dengan informan sesuai dengan kesepakatan sebelumnya.

g. Membuat catatan hasil wawancara dan studi dokumentasi.

Setelah selesai melakukan wawancara dengan informan, peneliti menuliskan kembali data yang terkumpul ke dalam catatan lapangan. Data yang diperoleh dari hasil wawancara, disusun dalam bentuk catatan lengkap setelah di


(32)

dukung oleh dokumen lainnya. Demikian seterusnya sampai peneliti memperoleh data yang lengkap untuk mendukung penelitian ini.

I. ANALISIS DATA

Analisis data dalam penelitian kualitatif digunakan untuk menjawab rumusan masalah dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data hingga data yang di dapatkan mencapai titik jenuh. Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2008, hlm. 246) menyatakan bahwa “aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.”

Analisis data dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber dengan menggunakan teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara mendalam, catatan lapangan, studi literatur dan studi dokumentasi yang dilakukan di Desa Padaasih. Dalam penelitian ini analisis data dilakukan sebelum proses penelitian, selama proses penelitian sekaligus proses pengumpulan data dan setelah melakukan penelitian.

Analisis data kualitatif berdasarkan model Miles dan Haberman dalam Sugiyono (2008, hlm. 246) terdiri atas tiga aktivitas yaitu, “data reduction, data display dan conclusion drawing/ferification.” Ketiga rangkaian aktivitas teknik analisis peneliti terapkan dalam penelitian sebagai berikut :

1. Data Reduction

Arikunto (2010, hlm. 29) menyatakan bahwa “reduksi data merupakan proses penyelesaian, penyederhanaan, pemfokusan, pengabstraksian, dan pentransformasian data.” Reduksi data dilakukan secara berkesinambungan mulai dari awal pengumpulan data sampai selesai. Inti dari reduksi data adalah menyiapkan dan mengolah data dalam rangka penarikan kesimpulan.

Data yang diperoleh dari lapangan dikumpulkan, dipilah-pilah, terinci secara sistematis, kemudian memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian yaitu perubahan orientasi pekerjaan sebagai dampak alih fungsi lahan di Desa Padaasih. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti memahami data yang


(33)

terkumpul dan hasil catatan lapangan dengan cara merangkum, mengklasifikasikan sesuai masalah dan aspek-aspek permasalahan yang diteliti.

2. Data Display

Setelah proses reduksi data selesai, selanjutnya data diolah dengan menyusun atau menyajikan ke dalam matriks, tabel dan bentuk representasi visual lainya yang sesuai dengan keadaan data. Arikunto (2010, hlm. 30) menyatakan bahwa “penyajian data menemukan makna dari data, disusun secara sistematis, supaya diperoleh sajian singkat dan efektif, artinya tidak ada makna ganda.”

Sugiyono (2008, hlm. 249) mengemukakan bahwa:

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Pada penelitian ini penyajian data menggunakan teks naratif mengenai hasil penelitian di Desa Padaasih. Penyajian data diawali dari hasil pengumpulan data yang terperinci dan menyeluruh kemudian dicari pola hubungannya dengan rumusan masalah sehingga dapat diambil kesimpulan yang tetap. Penyajian data selanjutnya disusun dalam bentuk uraian atau laporan sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh. Display data dalam penelitian ini dipergunakan untuk menyusun informasi mengenai perubahan orientasi pekerjaan sebagai dampak alih fungsi lahan di Desa Padaasih untuk menghasilkan suatu gambaran dan hasil penelitian secara tersusun.

3. Conclusion Drawing/Ferification

Kesimpulan atau verifikasi merupakan hasil dari penelitian yang dipaparkan secara singkat dan jelas serta mudah dipahami. Kesimpulan diperoleh dari hasil penelitian dengan mengacu pada tujuan penelitian yang diuraikan terdahulu. Berdasarkan uraian tersebut peneliti ingin mengungkap permasalahan di Desa Padaasih berkenaan dengan perubahan orientasi pekerjaan penduduknya sebagai dampak dari adanya alih fungsi lahan.

Dengan demikian, proses pengolahan data dimulai dengan pencatatan data lapangan (data mentah), kemudian direduksi dalam bentuk unifikasi data. Setelah data terkumpul direduksi, selanjutnya data dianalisis, diverifikasi dan diperiksa


(34)

keabsahanya melalui beberapa teknik uji keabsahan data meliputi uji, credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas) dan confirmability (obyektivitas).

Kesimpulan diambil secara bertahap yaitu pertama berupa kesimpulan sementara. Dengan bertambahnya data kemudian dilakukan verifikasi data yaitu dengan mempelajari kembali data-data yang ada (yang direduksi maupun disajikan), setelah hal itu dilakukan, peneliti baru mengambil keputusan akhir. Kesimpulan/verifikasi dalam penelitian ini merupakan hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan sehingga dapat menyimpulkan apa yang terjadi dan bagaimana perubahan orientasi pekerjaan sebagai dampak alih fungsi lahan di Desa Padaasih.


(35)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang “Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat)”, dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab alih fungsi lahan di Desa Padaasih disebabkan oleh faktor yang beragam yaitu, lokasi Desa Padaasih yang berbatasan dengan Kota Cimahi, pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, faktor ekonomi, dan pemilik lahan pertanian yang bukan merupakan warga Desa Padaasih. Setelah mengalami alih fungsi lahan, lahan-lahan pertanian di Desa Padaasih beralih fungsi menjadi lahan perumahan yang didirikan oleh pengembang perumahan atau developer. Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan perumahan di Desa Padaasih menimbulkan dampak positif sekaligus dampak negatif secara fisik, ekonomi dan sosial yang dirasakan oleh masyarakat Desa Padaasih.

Alih fungsi lahan menyebabkan terjadinya perubahan orientasi pekerjaan masyarakat dari pekerja di sektor pertanian menjadi pekerjaan di sektor non pertanian. Pekerjaan yang dipilih masyarakat beragam diantaranya bekerja sebagai kuli bangunan, satpam, pedagang, pekerja home industry, pembantu rumah tangga dan pegawai pabrik. Alasan masyarakat memilih pekerjaan baru di luar sektor pertanian karena mereka tidak memiliki pilihan lain akibat dari keterbatasan usia dan pendidikan. Namun tidak semua korban alih fungsi lahan mengubah orientasi pekerjaannya, adapula masyarakat yang tetap bertahan sebagai penggarap dengan mencari lahan garapan lain dengan luas yang lebih sempit. Alasan mempertahankan pekerjaan sebagai petani karena tidak mempunyai keahlian lain selain bertani, selain itu usia yang tidak lagi muda dan terbatasnya pendidikan menjadi kendala untuk mendapatkan pekerjaan yang lain. Kesejahteraan masyarakat sebelum terjadi alih fungsi lahan dan setelah terjadinya alih fungsi lahan masyarakat rasakan lebih baik ketika alih fungsi lahan belum terjadi dan


(36)

menjalani pekerjaan sebagai petani karena penghasilan yang didapatkan lebih besar sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dalam Bab IV, peneliti bermaksud memberikan rekomendasi dan saran yang dapat diajukan terkait dengan hasil penelitian mengenai alih fungsi lahan di Desa Padaasih sebagai berikut:

1. Bagi Masyarakat Desa Padaasih

a. Masyarakat Desa Padaasih agar lebih meningkatkan taraf pendidikan masyarakat untuk kemajuan Desa Padaasih.

b. Masyarakat Desa Padaasih agar memanfaatkan uang ganti rugi untuk membeli lahan baru atau digunakan sebagai modal usaha.

2. Bagi Pemilik Lahan

a. Pemilik lahan agar mempertimbangkan nasib para penggarap dan buruh tani dalam menjual lahan pertanian.

b. Pemilik lahan agar menjual lahan pertaniannya untuk difungsikan sebagai lahan pertanian lagi dan bukan untuk pemanfaatan non pertanian.

3. Bagi Pemerintah

a. Pemerintah membuat kebijakan yang tegas dalam perencanaan tata ruang kaitannya dengan penggunaan lahan yang disertai pendataan dan pengawasan dalam implementasi kebijakan agar pelaksanaan di lapangan dapat berjalan dengan efektif.

b. Pelaksanaan kebijakan publik mengenai pemanfaatan lahan pertanian untuk kegiatan non pertanian harus diperkuat dengan pembuatan perangkat hukum atau peraturan yang melarang penggunaan lahan pertanian untuk kegiatan non pertanian dengan penegakan hukum yang tegas.

c. Pemerintah agar memberi himbauan dan pengarahan kepada masyarakat agar menggunakan uang ganti rugi untuk membeli lahan pertanian kembali atau digunakan sebagai modal untuk mendirikan usaha lain


(37)

sebagai pekerjaan baru masyarakat guna memenuhi kebutuhan hidup masyarakat.

d. Pemerintah dapat menyediakan lahan milik Desa untuk digunakan sebagai lahan pertanian oleh masyarakat yang tidak mendapatkan pekerjaan baru sehingga tidak menjadi pengangguran dan tidak terjadi kemiskinan. e. Pemerintah harus memperhatikan para petani dalam hal kesejahteraan

para petani dengan memberikan bantuan usaha.


(1)

dukung oleh dokumen lainnya. Demikian seterusnya sampai peneliti memperoleh data yang lengkap untuk mendukung penelitian ini.

I. ANALISIS DATA

Analisis data dalam penelitian kualitatif digunakan untuk menjawab rumusan masalah dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data hingga data yang di dapatkan mencapai titik jenuh. Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2008, hlm. 246) menyatakan bahwa “aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.”

Analisis data dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber dengan menggunakan teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara mendalam, catatan lapangan, studi literatur dan studi dokumentasi yang dilakukan di Desa Padaasih. Dalam penelitian ini analisis data dilakukan sebelum proses penelitian, selama proses penelitian sekaligus proses pengumpulan data dan setelah melakukan penelitian.

Analisis data kualitatif berdasarkan model Miles dan Haberman dalam Sugiyono (2008, hlm. 246) terdiri atas tiga aktivitas yaitu, “data reduction, data

display dan conclusion drawing/ferification.” Ketiga rangkaian aktivitas teknik

analisis peneliti terapkan dalam penelitian sebagai berikut : 1. Data Reduction

Arikunto (2010, hlm. 29) menyatakan bahwa “reduksi data merupakan proses penyelesaian, penyederhanaan, pemfokusan, pengabstraksian, dan pentransformasian data.” Reduksi data dilakukan secara berkesinambungan mulai dari awal pengumpulan data sampai selesai. Inti dari reduksi data adalah menyiapkan dan mengolah data dalam rangka penarikan kesimpulan.

Data yang diperoleh dari lapangan dikumpulkan, dipilah-pilah, terinci secara sistematis, kemudian memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian yaitu perubahan orientasi pekerjaan sebagai dampak alih fungsi lahan di Desa Padaasih. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti memahami data yang


(2)

terkumpul dan hasil catatan lapangan dengan cara merangkum, mengklasifikasikan sesuai masalah dan aspek-aspek permasalahan yang diteliti.

2. Data Display

Setelah proses reduksi data selesai, selanjutnya data diolah dengan menyusun atau menyajikan ke dalam matriks, tabel dan bentuk representasi visual lainya yang sesuai dengan keadaan data. Arikunto (2010, hlm. 30) menyatakan bahwa “penyajian data menemukan makna dari data, disusun secara sistematis, supaya diperoleh sajian singkat dan efektif, artinya tidak ada makna ganda.”

Sugiyono (2008, hlm. 249) mengemukakan bahwa:

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Pada penelitian ini penyajian data menggunakan teks naratif mengenai hasil penelitian di Desa Padaasih. Penyajian data diawali dari hasil pengumpulan data yang terperinci dan menyeluruh kemudian dicari pola hubungannya dengan rumusan masalah sehingga dapat diambil kesimpulan yang tetap. Penyajian data selanjutnya disusun dalam bentuk uraian atau laporan sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh. Display data dalam penelitian ini dipergunakan untuk menyusun informasi mengenai perubahan orientasi pekerjaan sebagai dampak alih fungsi lahan di Desa Padaasih untuk menghasilkan suatu gambaran dan hasil penelitian secara tersusun.

3. Conclusion Drawing/Ferification

Kesimpulan atau verifikasi merupakan hasil dari penelitian yang dipaparkan secara singkat dan jelas serta mudah dipahami. Kesimpulan diperoleh dari hasil penelitian dengan mengacu pada tujuan penelitian yang diuraikan terdahulu. Berdasarkan uraian tersebut peneliti ingin mengungkap permasalahan di Desa Padaasih berkenaan dengan perubahan orientasi pekerjaan penduduknya sebagai dampak dari adanya alih fungsi lahan.

Dengan demikian, proses pengolahan data dimulai dengan pencatatan data lapangan (data mentah), kemudian direduksi dalam bentuk unifikasi data. Setelah data terkumpul direduksi, selanjutnya data dianalisis, diverifikasi dan diperiksa


(3)

keabsahanya melalui beberapa teknik uji keabsahan data meliputi uji, credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas) dan confirmability (obyektivitas).

Kesimpulan diambil secara bertahap yaitu pertama berupa kesimpulan sementara. Dengan bertambahnya data kemudian dilakukan verifikasi data yaitu dengan mempelajari kembali data-data yang ada (yang direduksi maupun disajikan), setelah hal itu dilakukan, peneliti baru mengambil keputusan akhir. Kesimpulan/verifikasi dalam penelitian ini merupakan hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan sehingga dapat menyimpulkan apa yang terjadi dan bagaimana perubahan orientasi pekerjaan sebagai dampak alih fungsi lahan di Desa Padaasih.


(4)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang “Perubahan Orientasi Pekerjaan

Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus di Desa Padaasih Kecamatan

Cisarua Kabupaten Bandung Barat)”, dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab

alih fungsi lahan di Desa Padaasih disebabkan oleh faktor yang beragam yaitu, lokasi Desa Padaasih yang berbatasan dengan Kota Cimahi, pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, faktor ekonomi, dan pemilik lahan pertanian yang bukan merupakan warga Desa Padaasih. Setelah mengalami alih fungsi lahan, lahan-lahan pertanian di Desa Padaasih beralih fungsi menjadi lahan perumahan yang didirikan oleh pengembang perumahan atau developer. Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan perumahan di Desa Padaasih menimbulkan dampak positif sekaligus dampak negatif secara fisik, ekonomi dan sosial yang dirasakan oleh masyarakat Desa Padaasih.

Alih fungsi lahan menyebabkan terjadinya perubahan orientasi pekerjaan masyarakat dari pekerja di sektor pertanian menjadi pekerjaan di sektor non pertanian. Pekerjaan yang dipilih masyarakat beragam diantaranya bekerja sebagai kuli bangunan, satpam, pedagang, pekerja home industry, pembantu rumah tangga dan pegawai pabrik. Alasan masyarakat memilih pekerjaan baru di luar sektor pertanian karena mereka tidak memiliki pilihan lain akibat dari keterbatasan usia dan pendidikan. Namun tidak semua korban alih fungsi lahan mengubah orientasi pekerjaannya, adapula masyarakat yang tetap bertahan sebagai penggarap dengan mencari lahan garapan lain dengan luas yang lebih sempit. Alasan mempertahankan pekerjaan sebagai petani karena tidak mempunyai keahlian lain selain bertani, selain itu usia yang tidak lagi muda dan terbatasnya pendidikan menjadi kendala untuk mendapatkan pekerjaan yang lain. Kesejahteraan masyarakat sebelum terjadi alih fungsi lahan dan setelah terjadinya alih fungsi lahan masyarakat rasakan lebih baik ketika alih fungsi lahan belum terjadi dan


(5)

menjalani pekerjaan sebagai petani karena penghasilan yang didapatkan lebih besar sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dalam Bab IV, peneliti bermaksud memberikan rekomendasi dan saran yang dapat diajukan terkait dengan hasil penelitian mengenai alih fungsi lahan di Desa Padaasih sebagai berikut:

1. Bagi Masyarakat Desa Padaasih

a. Masyarakat Desa Padaasih agar lebih meningkatkan taraf pendidikan masyarakat untuk kemajuan Desa Padaasih.

b. Masyarakat Desa Padaasih agar memanfaatkan uang ganti rugi untuk membeli lahan baru atau digunakan sebagai modal usaha.

2. Bagi Pemilik Lahan

a. Pemilik lahan agar mempertimbangkan nasib para penggarap dan buruh tani dalam menjual lahan pertanian.

b. Pemilik lahan agar menjual lahan pertaniannya untuk difungsikan sebagai lahan pertanian lagi dan bukan untuk pemanfaatan non pertanian.

3. Bagi Pemerintah

a. Pemerintah membuat kebijakan yang tegas dalam perencanaan tata ruang kaitannya dengan penggunaan lahan yang disertai pendataan dan pengawasan dalam implementasi kebijakan agar pelaksanaan di lapangan dapat berjalan dengan efektif.

b. Pelaksanaan kebijakan publik mengenai pemanfaatan lahan pertanian untuk kegiatan non pertanian harus diperkuat dengan pembuatan perangkat hukum atau peraturan yang melarang penggunaan lahan pertanian untuk kegiatan non pertanian dengan penegakan hukum yang tegas.

c. Pemerintah agar memberi himbauan dan pengarahan kepada masyarakat agar menggunakan uang ganti rugi untuk membeli lahan pertanian kembali atau digunakan sebagai modal untuk mendirikan usaha lain


(6)

sebagai pekerjaan baru masyarakat guna memenuhi kebutuhan hidup masyarakat.

d. Pemerintah dapat menyediakan lahan milik Desa untuk digunakan sebagai lahan pertanian oleh masyarakat yang tidak mendapatkan pekerjaan baru sehingga tidak menjadi pengangguran dan tidak terjadi kemiskinan. e. Pemerintah harus memperhatikan para petani dalam hal kesejahteraan

para petani dengan memberikan bantuan usaha.


Dokumen yang terkait

Analisis Alih Fungsi Lahan Sawah di Kabupaten Langkat

21 114 113

Analisis Dampak Pengalihan Lahan Konservasi Hutan Bakau Menjadi Lahan Pertambakan Terhadap Keadaan Sosial Ekonomi Nelayan Di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Sumatera Utara (Studi Kasus Desa Tapak Kuda Kecamatan Tanjung Pura)

0 22 101

DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN DARI SAWAH KE TAMBAK TERHADAP MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT DESA (Studi Kasus di Desa Cebolek Kidul Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati)

0 9 60

Sistem tataniaga tomat (Kasus di Desa Tugumukti, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat

3 19 147

Analisis Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Ketahanan Pangan di Kabupaten Bekasi Jawa Barat (Studi Kasus Desa Sriamur Kecamatan Tambun Utara).

8 37 112

Analisis dampak alih fungsi lahan pertanian terhadap ketahanan pangan di kabupaten cianjur (studi kasus : desa sukasirna, kecamatan sukaluyu)

4 38 101

Analisis Ekonomi Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Ketahanan Pangan di Kabupaten Karawang Jawa Barat (Studi Kasus Desa Tanjungpura Kecamatan Karawang Barat)

3 34 92

DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN TERHADAP PERUBAHAN ORIENTASI MATA PENCAHARIAN DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI : Studi Kasus Perubahan Mata Pencaharian Petani Padi Sawah Ke Sektor Informal.

1 4 41

PERUBAHAN ORIENTASI PEKERJAAN SEBAGAI DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN: Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat.

0 3 85

PERUBAHAN ORIENTASI PEKERJAAN SEBAGAI DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN: Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat - repository UPI S SOS 1005927 Title

0 0 4