PERUBAHAN ORIENTASI PEKERJAAN SEBAGAI DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN: Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat.

(1)

(Studi Kasus di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sosiologi

Oleh

Eriska Meidayanti 1005927

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2014


(2)

Kabupaten Bandung Barat)

Oleh Eriska Meidayanti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Eriska Meidayanti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

(5)

Eriska Meidayanti, 2014

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 10

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 11

D. Tujuan Penelitian ... 11

E. Manfaat Penelitian ... 11

F. Struktur Organisasi Skripsi... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

A. Orientasi Pekerjaan ... 13

B. Perubahan Orientasi Pekerjaan ... 14

C. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perubahan Orientasi Pekerjaan ... 15

D. Lahan ... 20

E. Alih Fungsi Lahan ... 24

F. Faktor-Faktor Penyebab Alih Fungsi Lahan ... 27

G. Dampak Alih Fungsi Lahan ... 29

H. Daerah Pinggiran Kota ... 35

I. Pendidikan Dan Perubahan Sosial ... 35


(6)

Eriska Meidayanti, 2014

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

C. Metode Penelitian ... 43

D. Definisi Operasional ... 44

E. Instrumen Penelitian ... 45

F. Proses Pemengembangan Instrumen ... 46

G. Teknik Pengumpulan Data ... 51

H. Tahap-Tahap Penelitian ... 56

I. Analisis Data ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61

A Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 61

B Deskripsi Hasil Penelitian ... 67

C Pembahasan Hasil Penelitian ... 86

D Implikasi Terhadap Pendidikan Sosiologi ... 116

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 124

A Simpulan ... 124

B Saran ... 125

DAFTAR PUSTAKA ... 127


(7)

Eriska Meidayanti, 2014

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Luas Wilayah Desa Padaasih Menurut Penggunaan ... 5

Tabel 1.2 Luas Pemukiman Desa Padaasih ... 6

Tabel 1.3 Data Perumahan di Desa Padaasih ... 7

Tabel 1.4 Jenis Pekerjaan Penduduk 2010 ... 8

Tabel 1.5 Jenis Pekerjaan Penduduk 2012 ... 9

Tabel 2.1 Pola Konversi Lahan ... 26

Tabel 4.1 Faktor Penyebab Alih Fungsi Lahan di Desa Padaasih ... 74

Tabel 4.2 Dampak-Dampak Alih Fungsi Lahan di Desa Padaasih ... 79

Tabel 4.3 Dampak Alih Fungsi Lahan Terhadap Orientasi Pekerjaan... 82


(8)

Eriska Meidayanti, 2014

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Luas Wilayah Desa Padaasih Menurut Penggunaan ... 6

Gambar 1.2 Jenis Pekerjaan Penduduk 2010 ... 8

Gambar 1.3 Jenis Pekerjaan Penduduk 2012 ... 9


(9)

Eriska Meidayanti, 2014

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 SK Pembimbing Skripsi ... 134

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian... 140

Lampiran 3 Laporan Kemajuan Skripsi ... 145

Lampiran 4 Kisi-Kisi Dan Instrumen Penelitian ... 148

Lampiran 5 Profil Desa Padaasih ... 155

Lampiran 6 Catatan Lapangan ... 183

Lampiran 7 Matriks Analisis Data ... 234


(10)

Eriska Meidayanti, 2014

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat).

Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya perkembangan ekonomi, terjadi peningkatan kebutuhan infrastruktur yang menyebabkan kebutuhan lahan meningkat sehingga mendorong terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian. Penelitian ini dilakukan di Desa Padaasih yang merupakan sebuah desa yang mengalami alih fungsi lahan pertanian cukup tinggi sementara masyarakatnya mayoritas memiliki pekerjaan di sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak alih fungsi lahan pertanian terhadap orientasi pekerjaan masyarakat di Desa Padaasih. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara mendalam, catatan lapangan, studi literatur dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyebab alih fungsi lahan di Desa Padaasih disebabkan oleh 1) Lokasi Desa Padaasih yang berbatasan dengan Kota Cimahi; 2) Pertumbuhan penduduk; 3) Faktor ekonomi; dan 4) Pemilik lahan pertanian yang bukan merupakan warga Desa Padaasih. Setelah mengalami alih fungsi, lahan-lahan pertanian beralih fungsi menjadi lahan perumahan. Dampak positif alih fungsi lahan yaitu kemajuan pembangunan, masyarakat lebih kreatif dan mandiri dalam mencari pekerjaan, dan meningkatnya jumlah proyek bagi para kuli bangunan. Dampak negatif akibat adanya alih fungsi lahan berupa perubahan lingkungan fisik, yaitu berkurangnya lahan pertanian dan berkurangnya jumlah air. Dampak negatif berupa masalah sosial yang dialami warga Desa Padaasih yaitu meningkatnya jumlah pengangguran dan kemiskinan, serta rasa tidak nyaman penduduk pribumi karena banyak pendatang. Kerugian lain yang dialami para penggarap adalah ganti rugi yang tidak sesuai, kerugian juga dialami pemerintahan desa berupa berkurangnya pendapatan asli desa. Setelah terjadi alih fungsi lahan pada umumnya masyarakat merubah orientasi pekerjaan mereka. Pekerjaan yang dipilih masyarakat diantaranya kuli bangunan, satpam, pedagang, pekerja home industry, pembantu rumah tangga dan pegawai pabrik. Namun tidak semua korban alih fungsi lahan mengubah orientasi pekerjaannya, adapula masyarakat yang tetap bertahan sebagai penggarap dengan mencari lahan garapan lain dengan luas yang lebih sempit. Kesejahteraan yang dirasakan oleh masyarakat lebih baik ketika alih fungsi lahan belum terjadi dan menjalani pekerjaan sebagai petani. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dalam mengendalikan alih fungsi lahan, agar pelaksananan kebijakan efektif harus diperkuat dengan pembuatan


(11)

Eriska Meidayanti, 2014

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Eriska Meidayanti (2014). Supervisor I: Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si.

Supervisor II: Siti Komariah, M.Si., Ph.D. The Orientation Change of Employment as Impact Of Land Transfer Function (Case Study in Cisarua Padaasih Village West Bandung Regency).

Along with the high rate of population growth and rapid economic development, there is increased need for infrastructure that led to the need to encourage the increased land conversion of agricultural land into non-agricultural land. This research was conducted in Padaasih village which is a village that suffered agricultural land conversion is quite high while the majority of the people have jobs in agricultural sector. The purpose of this study was to determine the impact of conversion of agricultural land to the orientation of community work in the village Padaasih. This research was conducted through a qualitative approach with case study method. Data collection techniques in this study using observation, interviews, field notes, literature studies and documentation. The result showed that the causes of land conversion in the village of Padaasih caused by 1) Location Padaasih village bordering Cimahi; 2) The growth of the population 3) Economic factors; and 4) Owners of agricultural land who is not resident of the village Padaasih. after experiencing conversion, agricultural land converted to residential land. The positive impact of land conversion that development progress, more creative and self-suffecient community in finding a job, and a growing number of projects for the construction workers. Negative impact due to land conversion in the form of changes in the physical environment ie a reduction of agricultural land and reduced the amount of water. The negative impact of such social problems experienced by villagers Padaasih ie rising unemployment and poverty, as well as discomfort natives for many newcomers. Other lesses suffered by the tenants compensation is not appropriate, the loss experienced by the village administration in the form of reduced revenue village. After going over the land to the general public to change the orientation of their work. Selected works of society including construction workers, securitu guards, merchants, home industry worker, domestic helpers and factory workers. But not all victims of land conversion to change the orientation of the work, those people who remains as tenants by looking for other arable land with an area of more narrow. Welfare is perceived by the public better when land conversion has not occurred and undergo work as a farmer. Therefore we need a policy to control over the land, so that effective policies should be strenghtened


(12)

Eriska Meidayanti, 2014

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat)


(13)

Eriska Meidayanti, 2014

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat perekonomian Indonesia. Sebagian besar wilayah Indonesia memiliki kondisi tanah yang subur. Hal inilah yang menjadikan masyarakat berusaha untuk mengolah tanah dengan melakukan kegiatan pertanian.

Hingga saat ini sektor pertanian menyumbang penyerapan tenaga kerja dan masih menjadi tumpuan hidup bagi sebagian besar angkatan kerja di Indonesia. Bahkan kebutuhan akan pangan nasional masih menumpukan harapan kepada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan penting dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Walaupun perhatian pemerintah terhadap sektor ini masih dianggap kurang karena tidak adanya kebijakan pemerintah yang secara langsung berdampak positif terhadap para petani.

Menurut publikasi Badan Pusat Statistik (2013), sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan berdasarkan atas dasar harga berlaku, pada tahun 2010, 2011 dan 2012 menyumbang masing-masing sebesar Rp.985,5 triliun, Rp.1091,4 triliun dan Rp.1190,4 triliun. Jika berdasarkan harga konstan, pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan pada tahun 2010, 2011, dan 2012 menyumbang masing-masing Rp.304,8 triliun, Rp.315 triliun dan Rp.327,6 triliun. Sumbangan sektor pertanian ini mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan masih memberikan sumbangan yang cukup besar untuk pembangunan di Indonesia. www.bps.go.id/brs_file/pdb_05feb13.pdf


(14)

Eriska Meidayanti, 2014

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Dewasa ini, sektor pertanian banyak menghadapi kendala, salah satunya adalah masalah semakin sempitnya lahan yang tersedia untuk kegiatan pertanian yang disebabkan oleh adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian yang saat ini terus mengalami peningkatan.

Menurut Harsono (1995, hlm.13) “alih fungsi lahan merupakan kegiatan perubahan penggunaan lahan dari suatu kegiatan menjadi kegiatan lainnya.” Pertambahan penduduk dan peningkatan kebutuhan tanah untuk kegiatan pembangunan telah mempengaruhi penggunaan tanah secara terus menerus. Selain untuk memenuhi kebutuhan industri, alih fungsi lahan pertanian juga terjadi secara cepat untuk memenuhi kebutuhan perumahan dalam jumlah yang lebih besar.

Menurut publikasi Pikiran Rakyat (dalam Sudiana, 2012, hlm.2), pada tahun 2005 masih tersedia lahan pertanian seluas 25 juta hektar, namun terus menyusut hingga tahun 2010 tersisa 13,2 juta hektar yang terdiri atas lahan basah 7,7 juta hektar dan lahan kering 5,5 juta hektar. Penyusutan atau konversi lahan pertanian sangat intensif terjadi di pulau Jawa, yang mencapai 79,3% atau 10,02 juta hektar, berhubung lebih dari 60% penduduk tinggal di Jawa sedangkan luasnya tidak lebih dari 7% dari daratan Indonesia. Tingkat konversi tertinggi terjadi di Jawa Barat.

Alih fungsi lahan pertanian produktif sulit dihindari, seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya perkembangan industri, infrastruktur dan pemukiman. Berdasarkan publikasi Badan Pusat Statistik (2010), pada tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia mencapai 237.641.326 jiwa dengan laju pertumbuhan 1,49%. sp2010.bps.go.id/

Meningkatnya kebutuhan infrastruktur seperti perumahan, jalan, industri, perkantoran dan bangunan lain menyebabkan kebutuhan akan lahan meningkat. Sementara ketersediaan lahan relatif tetap menyebabkan persaingan dalam pemanfaatan lahan.


(15)

Eriska Meidayanti, 2014

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Lahan pertanian sangat bermanfaat baik dari aspek ekonomi, sosial maupun lingkungan. Oleh karena itu, semakin sempitnya lahan pertanian akibat adanya alih fungsi lahan dapat menimbulkan dampak negatif secara lingkungan fisik, ekonomi dan sosial. Persoalan alih fungsi lahan dapat merugikan petani khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Para petani memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap lahan pertanian, jika lahan pertanian berkurang bahkan hilang, maka berkurang pula sarana produksi dan penghasilan petani.

Alih fungsi lahan berarti menyusutnya sarana produksi petani yang menyebabkan berkurang pula pendapatan petani sehingga petani mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Penghasilan yang dianggap tidak cukup dan lahan sebagai sarana produksi yang semakin berkurang menyebabkan para petani meninggalkan bahkan kehilangan pekerjaan sebagai petani. Hal ini yang kemudian memicu terjadinya perubahan orientasi pekerjaan pada para petani.

Orientasi pekerjaan dapat diartikan sebagai pilihan seseorang atau kecenderungan untuk memilih suatu pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Para petani yang sebelumnya sangat bergantung pada sektor pertanian sebagai pekerjaannya kini banyak diantara mereka tidak bisa bertani kembali. Ketika orientasi pekerjaan petani berubah karena adanya alih fungsi lahan, masyarakat yang pada mulanya berkerja sebagai petani akan mengandalkan pekerjaan pada sektor lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagian masyarakat yang memiliki keahlian akan bekerja pada pekerjaan lain di luar sektor pertanian seperti sektor industri atau jasa, sementara mereka yang tidak memiliki keahlian lain akan menjadi pengangguran. Kemiskinan dan pengangguran jika dibiarkan dapat memicu masalah sosial lain seperti kejahatan, peperangan dan pelanggaran terhadap norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.


(16)

Eriska Meidayanti, 2014

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Selain itu dampak sosial alih fungsi lahan juga dapat berupa masalah kependudukan. Meningkatnya alih fungsi lahan menyebabkan banyak penduduk desa yang pergi ke kota karena di kota banyak didirikan pusat-pusat industri yang dapat menyerap tenaga kerja, sementara pekerjaan di desa semakin berkurang karena banyaknya sarana produksi pertanian yang beralih fungsi menjadi pemukiman. Hal inilah yang mendorong terjadinya urbanisasi yang menyebabkan ledakan jumlah penduduk di kota. Jumlah penduduk yang besar di kota menambah masalah baru terutama kepadatan penduduk dan akan berpengaruh pula pada sanitasi lingkungan, pemukiman kumuh, kriminalitas dan lain sebagainya.

Dalam penelitian Rustandi (2009) di Kecamatan Cileunyi, diperoleh informasi bahwa sebelum terjadi konversi lahan, khususnya pada tahun 1994 mata pencaharian pokok responden yang paling banyak adalah wiraswasta 51,39%, PNS 18,05%, petani penggarap dan pemilik 11.11%, petani buruh 14,17%, petani penyewa dan penggarap 14,17%, pedagang 7,8% dan belum bekerja 8,33%. Setelah terjadi konversi lahan pada tahun 2008 mata pencaharian pokok penduduk mengalami perubahan yaitu, wiraswasta 47,22%, PNS 22,22%, petani buruh 12,5%, penggarap pemilik 9,72%, pedagang 6,95% dan jasa 1,39%. Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa mata pencaharian pokok sebagai petani (penggarap dan pemilik), petani (penyewa dan penggarap) dan buruh tani mengalami penurunan.

Selanjutnya berdasarkan penelitian Komala (2011), dapat diketahui bahwa terdapat perubahan luas kepemilikan lahan di Desa Cimanggu Kecamatan Cisalak Kabupaten Subang, perubahan fungsi lahan yang digunakan penduduk sebagai lahan permukiman mereka sendiri, dan perubahan fungsi lahan diakibatkan oleh pengalihfungsian lahan pertanian. Dengan adanya alih fungsi lahan pertanian ada perubahan pada mata pencaharian penduduk, sebelum alih fungsi lahan pertanian mata pencaharian yang mendominasi penduduk adalah petani sawah. Namun setelah adanya alih fungsi lahan pertanian ke lahan pemukiman, mata


(17)

Eriska Meidayanti, 2014

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

pencaharian mereka sebagai petani sawah mengalami perubahan, kebanyakan dari mereka memilih menjadi petani kebun, petani tegalan, dan menjadi pedagang.

Jika fenomena alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian terus terjadi secara tidak terkendali, hal ini dapat menjadi ancaman tidak hanya bagi petani, lingkungan fisik dan lingkungan sosial, tetapi hal ini bisa menjadi masalah nasional dan mengancam ketahanan pangan.

Salah satu wilayah yang mengalami alih fungsi lahan adalah Desa Padaasih. Desa Padaasih letaknya berbatasan langsung dengan Kota Cimahi dan dapat dikategorikan sebagai daerah pinggiran karena merupakan wilayah yang terkena tekanan kegiatan-kegiatan perkotaan yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan yang diakibatkan oleh proses ekspansi kota ke wilayah pinggiran yang dapat menyebabkan perubahan secara fisik seperti perubahan tata guna lahan, demografi, keseimbangan lingkungan, serta kondisi sosial ekonomi. Meningkatnya pemukiman di daerah Desa Padaasih merupakan realisasi dari meningkatnya kebutuhan akan ruang di daerah perkotaan. Selain itu harga tanah dan rumah di Desa Padaasih lebih rendah dibandingkan dengan harga tanah dan rumah di Kota Cimahi menjadi alternatif untuk memilih pemukiman di kawasan Desa Padaasih yang kemudian mendorong adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman.

Pada tahun 2010 Desa Padaasih memiliki luas desa 481.3 Ha dengan luas lahan yang digunakan sebagai lahan pertanian 382.85 Ha dan luas lahan pemukiman 49 Ha, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1.1 Luas Wilayah Desa Padaasih Menurut Penggunaan

No. Wilayah Menurut Penggunaan Jumlah Ha Jumlah %

1. Pemukiman 49 Ha 10

2. Persawahan 167 Ha 35

3. Tegal/Ladang 215.85 Ha 45


(18)

Eriska Meidayanti, 2014

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

4. Lain-Lain 7.45 Ha 2

Jumlah 481.3 Ha 100

Sumber : Profil Desa Padaasih 2010

Berdasarkan pada tabel diatas dapat dilihat bahwa lahan pertanian di Desa Padaasih pada tahun 2010 adalah 80% dan lahan yang digunakan sebagai pemukiman 10 % dari keseluruhan luas desa. Lahan ini berupa lahan pesawahan dan tegalan atau ladang. Hal ini dapat dilihat dalam diagram di bawah ini:

Gambar 1.1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan

Berdasarkan data daftar isian desa dan kelurahan tahun 2012 luas pemukiman di desa Padaasih mengalami peningkatan. Untuk perbandingan yang lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.2 Luas Pemukiman Desa Padaasih

Luas Pemukiman

2010 2012 Perubahan

49 Ha 51 Ha + 2 Ha

10%

35%

45% 8%

2%

Pemukiman

Persawahan

Tegal/Ladang

Hutan


(19)

Eriska Meidayanti, 2014

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Sumber: Profil Desa Padaasih Tahun 2010 dan Daftar Isian Potensi Desa Dan Kelurahan Desa Padaasih Tahun 2012

Pada tahun 2010 tercatat luas pemukiman adalah 49 Ha, namun pada tahun 2012 luas pemukiman di desa Padaasih adalah 51 Ha. Jadi dalam kurun waktu dua tahun terjadi pertambahan luas area pemukiman sebanyak 2 Ha yang seluruhnya merupakan lahan pertanian baik sawah maupun ladang atau tegalan. Pertambahan lahan pemukiman ini berasal dari lahan pertanian yang sebelumnya digarap oleh warga. Mayoritas tanah yang beralih fungsi bukan merupakan tanah milik warga Desa Padaasih itu sendiri, tetapi merupakan tanah milik orang luar Desa Padaasih, sedangkan warga desa Padaasih hanya sebagai buruh tani dan bukan pemilik lahan.

Pembangunan di wilayah ini lebih banyak untuk perumahan. Banyak kontraktor perumahan (developer) yang membangun perumahan karena wilayah ini merupakan daerah pinggiran kota yang berbatasan dengan Kota Cimahi. Berikut nama-nama perumahan yang dibangun di Desa Padaasih:

Tabel 1.3 Data Perumahan di Desa Padaasih

No. Nama Perumahan Luas / m2 Lokasi

1. Pesona Alam 30.000 RW 08

2. Taman Kayu Manis 7.000 RW 09

3. Padaasih Residence 20.000 RW 08

4. Pancanaka Orchid Hill 17.500 RW 11

5. Cimahi City View 10.500 RW 12

6. Bukit Parama Regency 20.000 RW 15

Sumber : Desa Padaasih 2013

Selain perumahan-perumahan di atas banyak pula lahan pertanian yang digunakan sebagai perumahan yang dibangun oleh pemilik lahan secara pribadi dan tidak dikelola oleh pengembang perumahan sehingga tidak memiliki izin secara resmi. Jadi dapat disimpulkan bahwa telah terjadi alih fungsi lahan


(20)

Eriska Meidayanti, 2014

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

pertanian sebanyak 105.000 m2 atau 10,5 Ha, dimana alih fungsi lahan seluas 2 Ha terjadi pada tahun 2010-2012 dan sisanya terjadi sebelum tahun 2010 yang memiliki izin dan terdaftar di desa.

Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian di Desa Padaasih menyebabkan meningkatnya luas lahan pemukiman dan perubahan orientasi pekerjaan penduduk. Pada tahun 2010 penduduk yang memiliki pekerjaan di sektor pertanian lebih dominan dibandingkan penduduk yang memiliki pekerjaan di sektor non pertanian. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.4 Jenis Pekerjaan Penduduk 2010

No. Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perempuan Jumlah %

1. Buruh Swasta dan Migran 127 orang 186 orang 313 orang 8 2. Pegawai Negeri Sipil 54 orang 35 orang 89 orang 2 3. Pengusaha dan Pedagang 44 orang 6 orang 50 orang 1

4. Peternak 315 orang 3 orang 318 orang 9

5. Buruh Tani 1605 orang 612 orang 2217 orang 58

6. Petani 306 orang 15 orang 321 orang 9

7. Lain-Lain 103 orang 396 orang 499 orang 13

Jumlah 2.554 orang 1.253 orang 3.807 orang 100 Sumber : Profil Desa Padaasih 2010

Berdasarkan tabel di atas 67% atau 2.538 orang dari 3.807 orang penduduk yang bekerja di Desa Padaasih bekerja pada sektor pertanian, baik menjadi buruh tani maupun petani. 33% sisanya memiliki pekerjaan di berbagai sektor selain dari sektor pertanian, lebih jelas dapat dilihat pada diagram dibawah ini:


(21)

Eriska Meidayanti, 2014

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu Gambar 1.2 Jenis Pekerjaan Penduduk 2010

Saat ini hanya 50% penduduk yang mempunyai pekerjaan di bidang pertanian, sebagian besar penduduk memiliki mata pencaharian di bidang perdagangan, buruh, wiraswasta, pegawai negeri dan penyedia jasa. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.5 Jenis Pekerjaan Penduduk 2012

No Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perempuan Jumlah %

1. Buruh Swasta dan Migran 1570 orang 163 orang 1733 orang 34 2. Pegawai Negeri Sipil 69 orang 24 orang 93 orang 2 3. Pengusaha dan Pedagang 46 orang 1 orang 47 orang 1

4. Peternak 569 orang - 596 orang 11

5. Buruh Tani 1569 orang 226 orang 1795 orang 36

6. Petani 703 orang 3 orang 706 orang 14

7. Lain-Lain 36 orang 43 orang 79 orang 2

Jumlah 4.562 orang 460 orang 5.022 orang 100 Sumber : Daftar Isian Potensi Desa Dan Kelurahan Desa Padaasih Tahun 2012

Berdasarkan tabel di atas 50% atau 2.501 dari 5.022 orang penduduk bekerja di Desa Padaasih bekerja pada sektor pertanian, baik menjadi buruh tani

8%

2% 1%

9%

58% 9%

13% Buruh Swasta Dan Migran

Pegawai Negeri Sipil

Pengusaha dan Pedagang

Peternak

Buruh Tani

Petani


(22)

Eriska Meidayanti, 2014

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

maupun petani. 50% sisanya memiliki pekerjaan dalam berbagai sektor selain sektor pertanian, lebih jelas dapat dilihat pada diagram dibawah ini:

Gambar 1.3 Jenis Pekerjaan Penduduk 2012

Berubahnya orientasi pekerjaan yang disebabkan alih fungsi lahan menjadi penting untuk diteliti karena perubahan orientasi kerja pada masyarakat Desa Padaasih tidak hanya dapat berdampak positif, tetapi juga berdampak negatif. Alih fungsi lahan di desa Padaasih dapat menyebabkan perubahan sosial karena adanya perubahan lingkungan fisik akibat alih fungsi lahan yang awalnya digunakan sebagai lahan pertanian menjadi lahan pemukiman dan perubahan yang terjadi pada masyarakat sebagai dampak alih fungsi lahan seperti misalnya berubahnya orientasi pekerjaan masyarakat yang awalnya bekerja sebagai petani menjadi bekerja di sektor non pertanian.

Selain itu masalah sosial karena faktor ekonomi juga mengancam masyarakat. Alih fungsi lahan dapat menimbulkan masalah sosial seperti kemiskinan, pengangguran, ledakan penduduk di perkotaan akibat urbanisasi, kriminalitas dan sebagainya. Persoalan alih fungsi lahan tidak hanya menjadi ancaman baik bagi petani, lingkungan fisik, ekonomi, maupun lingkungan sosial di tempat tersebut, tetapi alih fungsi lahan dapat berpengaruh secara luas,

34%

2% 1% 11%

36% 14%

2%

Buruh Swasta dan Migran

Pegawai Negeri Sipil

Pengusaha dan Pedagang

Peternak

Buruh Tani

Petani


(23)

Eriska Meidayanti, 2014

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

mempengaruhi ketahanan pangan dan dapat menjadi masalah nasional. Hal inilah yang menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul

“Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat)”. B. IDENTIFIKASI MASALAH PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan sebelumnya, dapat di identifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Luas lahan pertanian semakin berkurang dan mengalami alih fungsi menjadi lahan non pertanian.

2. Para petani kehilangan lahan garapannya yang berarti kehilangan pekerjaan dan sumber penghasilan mereka

3. Alih fungsi lahan memiliki dampak positif sekaligus dampak negatif bagi lingkungan fisik, ekonomi dan sosial serta dapat menyebabkan masalah sosial seperti pengangguran, kemiskinan dan kriminalitas serta meningkatnya laju urbanisasi.

4. Berubahnya orientasi pekerjaan para petani yang lahan garapannya mengalami alih fungsi.

C. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi alih fungsi lahan pertanian di Desa Padaasih dan dampak-dampak yang menyertainya ?

2. Bagaimana dampak alih fungsi lahan terhadap orientasi pekerjaan penduduk ?


(24)

Eriska Meidayanti, 2014

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Dari permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Umum

Sesuai dengan rumusan masalah yang diungkapkan peneliti ingin memaparkan dan memberikan informasi bagaimana dampak alih fungsi lahan pertanian terhadap orientasi pekerjaan masyarakat di lingkungan pedesaan yang bersangkutan.

2. Khusus

Adapun yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan di Desa Padaasih dan dampak-dampak yang menyertainya.

b. Mengevaluasi dampak alih fungsi lahan terhadap orientasi pekerjaan penduduk di Desa Padaasih.

E. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :

1. Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai permasalahan dampak alih fungsi lahan terhadap perubahan orientasi pekerjaan di Desa Padaasih khususnya dalam kajian sosiologi.

2. Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi pemerintah maupun masyarakat mengenai dampak alih fungsi lahan terhadap perubahan orientasi kerja di Desa Padaasih, sehingga dapat dilakukan upaya untuk menanggulangi dampak negatif yang terjadi pada masyarakat Desa Padaasih akibat adanya alih fungsi lahan pertanian. Manfaat praktis dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:


(25)

Eriska Meidayanti, 2014

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

a. Sebagai masukan bagi masyarakat setempat untuk menggunakan lahan sesuai dengan fungsinya khususnya lahan pertanian.

b. Sebagai masukan bagi pemerintah setempat untuk menentukan kebijakan dalam pembangunan kewilayahannya terkait dengan alih fungsi lahan pertanian.

c. Sebagai masukan bagi pemerintah untuk segera menetapkan kebijakan terhadap proses alih fungsi lahan terutama lahan pertanian yang subur dan produktif.

d. Sebagai sumbangan pemikiran khususnya pada ilmu sosiologi.

F. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI

Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab sesuai dengan panduan karya tulis ilmiah (2013) yang telah ditentukan oleh Universitas Pendidikan Indonesia, Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi. Bab II berisi kajian pustaka. Bab III berisi metode penelitian yang terdiri dari lokasi dan subjek, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan analisis data. Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan implikasi terhadap pendidikan sosiologi. Bab V berisi kesimpulan dan saran.


(26)

Eriska Meidayanti, 2014

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. ORIENTASI PEKERJAAN

Setiap manusia memerlukan alat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dalam hal ini untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia memerlukan pekerjaan. Pekerjaan digunakan sebagai alat atau media untuk mencukupi kebutuhan hidup seorang individu. Pekerjaan merupakan aktivitas yang dilakukan individu untuk memenuhi tugas-tugasnya dan mendapatkan imbalan atas apa yang sudah dilakukan.

Menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2002, hlm. 803),

“orientasi adalah 1) peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dsb) yang tepat dan benar; 2) pandangan yang mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan.” Sementara itu Cascio (dalam Sedarmayanti, 2010, hlm. 114) mengemukakan bahwa “orientasi adalah pengakraban dan penyesuaian dengan situasi atau lingkungan.”

Menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2002, hlm. 554), pekerjaan adalah 1) barang apa yang dilakukan (diperbuat, dikerjakan, dsb); tugas kewajiban; hasil bekerja; perbuatan: 2) pencaharian; yang dijadikan pokok penghidupan; sesuatu yang dilakukan untuk mendapat nafkah: 3) hal bekerjanya sesuatu.

Orientasi pekerjaan dapat diartikan sebagai sikap, pandangan dan kecenderungan seseorang terhadap suatu pekerjaan. Orientasi pekerjaan dipengaruhi oleh realitas kondisi fisik dan sosial yang terjadi di lingkunganya. Kondisi ini berupa keadaan alam, pengetahuan yang dimiliki manusia, dan kemajuan teknologi yang dimiliki penduduk pada suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu.

Pekerjaan tidak terlepas dari pendapatan dan tingkat kesejahteraan masyarakat sebagai sumber pendapatan. Jumlah lahan yang terbatas sementara laju pertumbuhan penduduk berjalan dengan pesat menyebabkan kepemilikan


(27)

Eriska Meidayanti, 2014

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

lahan semakin sempit. Sempitnya lahan mengurangi sarana produksi petani sebagai sumber pendapatan, hasil pertanian menjadi rendah yang menyebabkan pendapatan petani juga semakin rendah. Dengan penghasilan yang rendah sedangkan kebutuhan semakin naik, masyarakat melakukan perubahan orientasi pekerjaan sebagai upaya untuk mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi dan dapat memenuhi segala kebutuhan hidupnya.

B. PERUBAHAN ORIENTASI PEKERJAAN

Orientasi pekerjaan seseorang dipengaruhi oleh berbagai hal, salah satunya adalah lingkungan. Pekerjaan masyarakat di wilayah pedesaan pada umumnya masih berorientasi pada sektor pertanian, hal ini dipengaruhi oleh kondisi alam di pedesaan yang umumnya memiliki lahan yang subur dan dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat yang mayoritas bekerja sebagai petani secara turun temurun. Namun pada saat ini daerah pedesaan cenderung mengarah pada perubahan orientasi pekerjaan dari sektor pertanian ke non pertanian. Pekerjaan di luar sektor pertanian saat ini sudah mulai menjadi pekerjaan utama dan tumpuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini terjadi karena pesatnya pembangunan dan alih fungsi lahan yang menyebabkan perubahan kondisi alam di pedesaan.

Perubahan lingkungan yang terjadi di pedesaan akibat adanya pembangunan dan alih fungsi lahan dapat menyebabkan perubahan sosial dan perubahan kebudayaan sesuai dengan pendapat Adimiharji (dalam Mulyawan, 2006, hlm. 23) yang mengemukakan mengenai:

Dua teori tentang perubahan kebudayaan yaitu: environtmental

determinism dan environtmental posibilism. Determinis lingkungan

berpandangan bahwa lingkunganlah yang menentukan perubahan terhadap pola kehidupan manusia. Lingkungan alam tempat manusia hidup memberikan daya dukung terhadap berbagai bentuk kemungkinan yang dapat dipilih manusia dalam memilih jalan hidupnya. Berpikir tentang determinis ini berdasarkan pada pengaruh faktor geografi seperti topografi, lokasi, iklim dan sumber daya alam yang memengaruhi kondisi-kondisi dalam suatu lingkungan tempat tinggalnya.


(28)

Eriska Meidayanti, 2014

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Jadi kondisi lingkungan sangat berperan penting dalam menentukan pola kehidupan manusia, termasuk pekerjaan sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup. Setiap kondisi fisik dan perubahan yang terjadi pada lingkungan akan berpengaruh terhadap pekerjaan di suatu wilayah karena manusia melakukan penyesuaian dalam menentukan pekerjaan dengan memperhatikan sumber daya dan kondisi geografi wilayah tersebut. Demikian pula yang dilakukan masyarakat pedesaan yang mengalami alih fungsi lahan. Mereka melakukan perubahan orientasi pekerjaan sebagai upaya adaptasi dan memperoleh penghasilan untuk dapat tetap memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dapat disimpulkan bahwa perubahan orientasi pekerjaan adalah berubahnya sikap, pandangan dan kecenderungan seseorang terhadap suatu pekerjaan. Perubahan orientasi pekerjaan dapat terjadi secara sukarela maupun terpaksa karena adanya dorongan dari berbagai faktor.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERUBAHAN

ORIENTASI PEKERJAAN

Perubahan orientasi pekerjaan tidak terlepas dari pengaruh faktor-faktor yang beragam. Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan orientasi pekerjaan adalah sebagai berikut:

1. Usia/Umur

Usia merupakan salah satu faktor yang memengaruhi orientasi pekerjaan seseorang, menurut Murniatmo (dalam Rolina 2013, hlm. 12) mengemukakan

bahwa “generasi muda merupakan kelompok yang paling dinamis, mudah berubah dan mudah menerima pembaharuan, baik yang positif maupun negatif”.

Orang yang berusia muda cenderung memiliki orientasi pekerjaan yang beragam. Kondisi fisik yang masih kuat, semangat yang tinggi dan terbuka terhadap pembaharuan menyebabkan generasi muda memiliki harapan dan keinginan untuk memiliki pekerjaan yang sesuai dengan minat dan memiliki penghasilan yang


(29)

Eriska Meidayanti, 2014

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

tinggi. Generasi muda tidak terpaku dengan pekerjaan turun-temurun, mereka bahkan memiliki keinginan untuk merubah nasib dan memiliki pekerjaan yang lebih baik dari generasi tua. Sedangkan generasi tua cenderung tidak memiliki pilihan pekerjaan yang beragam karena keterbatasan tenaga dan sikap yang biasanya tertutup dengan perubahan. Sehingga biasanya generasi tua terpaku pada pekerjaan turun-temurun yang telah diwariskan dari pendahulu mereka.

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan. Secara kodrati terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan ini menyangkut kemampuan secara fisik dan mental yang dimiliki oleh laki-laki maupun perempuan. Rolina (2013, hlm. 13) mengemukakan bahwa:

Laki-laki cenderung memiliki orientasi perubahan mata pencaharian yang lebih beragam dibanding wanita. Karena melihat tenaga yang mereka punya. Laki-laki dan wanita cenderung memiliki pemilihan mata pencaharian yang berbeda. Biasanya wanita lebih memilih jenis mata pencaharian yang lebih mengutamakan ketelitian.

Laki-laki dianggap memiliki kekuatan fisik yang lebih unggul dan kemampuan yang lebih tinggi dalam bekerja karena memiliki tenaga yang lebih besar. Sedangkan perempuan dianggap memiliki kemampuan fisik yang lebih lemah dibandingkan dengan laki-laki, sehingga pekerjaan perempuan terbatas pada pekerjaan yang menggunakan sedikit tenaga. Karena perbedaan ini laki-laki dan perempuan memiliki orientasi pekerjaan yang berbeda, laki-laki biasanya memilih pekerjaan yang membutuhkan tenaga, sedangkan perempuan mencari pekerjaan yang membutuhkan tenaga yang tidak terlalu besar dan lebih mengutamakan ketelitian.

3. Pendidikan

Pendidikan menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 adalah :

Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan


(30)

Eriska Meidayanti, 2014

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

www.kemenag.go.id/file/dokumen/UU2003.pdf

Pendidikan berpengaruh terhadap orientasi pekerjaan seseorang karena semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin besar peluang orang tersebut untuk mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan dan kesejahteraan yang lebih tinggi dan semakin besar kesempatan mereka untuk meninggalkan pekerjaan pada sektor pertanian dan memiliki pekerjaan lain yang dianggap lebih menguntungkan.

4. Keterampilan

Rolina (2013, hlm. 13) mengemukakan bahwa “keterampilan merupakan

salah satu faktor yang memengaruhi orientasi perubahan mata pencaharian.”. Keterampilan dapat menjadi modal seseorang sebagai keahlian untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Dengan keterampilan yang dimiliki orang dapat berupaya untuk menemukan pekerjaan yang lebih baik atau menghasilkan lebih banyak penghasilan bagi dirinya. Demikian halnya dengan para petani yang terkena dampak alih fungsi lahan, karena sarana produksi yang berkurang dan menyebabkan penghasilan berkurang. Jenis pekerjaan yang mereka pilih biasanya sesuai dengan keterampilan yang mereka punya. Para petani yang memiliki keterampilan di luar pertanian mencari pekerjaan lain yang sesuai dengan keterampilannya, sedangkan mereka yang tidak mempunyai keahlian bertahan sebagai petani atau bahkan menjadi pengangguran.

5. Tingkat Pendapatan

Pendapatan erat kaitannya dengan tingkat kesejahteraan seseorang. Abdullah (dalam Fajarwanto, 2011, hlm. 24) mengemukakan bahwa:

Pendapatan perorangan dibedakan atas pendapatan asli dan pendapatan turunan. Pendapatan asli adalah pendapatan yang diterima oleh setiap orang yang langsung turut serta dalam proses produksi barang. Pendapatan turunan adalah pendapatan dari golongan penduduk lainnya yang tidak langsung turut serta dalam proses produksi.


(31)

Eriska Meidayanti, 2014

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Manusia yang memiliki pendapatan yang dianggap cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya akan bertahan menjalani pekerjaan tersebut. Sedangkan orang yang memiliki pendapatan yang dianggap kecil dan tidak mencukupi kebutuhan hidupnya, akan berupaya untuk merubah orientasi pekerjaan untuk mencari pekerjaan lain yang menawarkan tingkat kesejahteraan yang lebih baik.

6. Luas kepemilikan lahan

Menurut Sayogyo (dalam Rolina, 2013, hlm. 15) luas lahan pertanian dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu “golongan petani kecil dengan luas lahan < 0,5 ha, golongan petani menengah dengan luas lahan 0,5 - 1 ha, dan golongan

petani besar dengan luas > 1 ha.”

Selanjutnya menurut Tika (dalam Rolina 2013, hlm. 15-16) bahwa status kepemilikan lahan dapat dikelompokkan menjadi lima golongan petani yaitu,

“petani pemilik, petani pemilik-penggarap, petani penggarap, penyewa dan buruh

tani.”

Adiwilaga (dalam Rolina 2013, hlm. 16) mengemukakan bahwa:

Pada umumnya keluarga petani sebagai unit ekonomi terus berusaha di bidang pertanian untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagian keluarga tanahnya sempit atau tidak mempunyai tanah sama sekali untuk minimal memenuhi kebutuhan keluarga bekerja sebagai buruh tani atau petani penggarap di desanya atau di luar desanya... Jumlah tenaga kerja dalam keluarga petani terus bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sebagian anggota keluarga berusaha apa saja yang bisa memberikan penghasilan. Dari mereka yang tetap berat dan merasa jenuh hingga sedikit merubah mata pencaharian mereka masuk kedalam kelompok pengrajin, pedagang kecil, buruh tani, serta usahawan kecil yang mengolah makanan dan sebagainya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa luas kepemilikan lahan memengaruhi orientasi pekerjaan seseorang karena banyaknya pekerja pertanian tidak sebanding dengan ketersediaan lahan sehingga menimbulkan persaingan dalam memperoleh lahan. Ketika lahan garapan yang sempit dianggap sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan para petani, maka para petani merubah orientasi pekerjaan mereka


(32)

Eriska Meidayanti, 2014

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

menjadi pengrajin, pedagang kecil dan pekerjaan pada sektor non pertanian lainnya.

7. Perubahan lingkungan fisik

Lingkungan fisik sangat berpengaruh terhadap jenis pekerjaan masyarakat. Masyarakat yang tinggal di daerah pesisir biasanya memiliki pekerjaan sebagai nelayan, masyarakat yang tinggal di daerah yang tanahnya subur biasanya memiliki pekerjaan sebagai petani. Hal ini sejalan dengan pendapat Krumboltz (dalam Rielalaring, 2014):

Faktor lingkungan yang berpengaruh dalam pengambilan kerja, berupa kesempatan kerja, kesempatan pendidikan dan pelatihan, kebijaksanaan dan prosedur seleksi, imbalan, undang-undang, dan peraturan perburuhan, peristiwa alam, sumber alam, kemajuan teknologi, perubahan dalam organisasi sosial, sumber keluarga, sistem pendidikan, lingkungan tetangga dan masyarakat sekitar, pengalaman belajar. Hal ini menjelaskan bahwa pemilihan pekerjaan dipengaruhi oleh kesempatan kerja, pengetahuan yang dimiliki manusia, kondisi alam, pendapatan dan kemampuan teknologi yang dimiliki penduduk yang mendiami suatu wilayah.

http://rielalaring.wordpress.com/2014/01/16/matriks-perbandingan-teori-pemilihan-karier/

Ketika terjadi perubahan pada lingkungan fisik, maka akan terjadi perubahan orientasi pekerjaan masyarakat di lingkungan tersebut. Hal ini disebabkan karena lingkungan fisik di sekitar masyarakat dianggap sudah tidak mendukung atau tidak cocok lagi untuk dimanfaatkan sebagai lahan produksi untuk suatu pekerjaan. Sehingga masyarakat merubah orientasi pekerjaan mereka sebagai upaya mencari pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

8. Teknologi

Yuniarto dan Woro (dalam Fajarwanto, 2011, hlm. 22) mengemukakan bahwa:

Ilmu dan teknologi bertanggung jawab atas terjadinya perubahan pada relasi manusia dengan lingkunganya. Manusia primitif dengan kemampuan dan alat yang serba terbatas hidupnya banyak bergantung dari kemurahan alam. Sebaliknya, manusia modern berusaha sekuat-kuatnya untuk menaklukan alam dan mengatur lebih lanjut alam tersebut demi


(33)

Eriska Meidayanti, 2014

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

kemewahan hidupnya. Ilmu dan teknologi dapat dipandang sebagai kunci untuk membuka pintu kemajuan, kemakmuan dan kesejahteraan.

Kemajuan teknologi memengaruhi manusia dan lingkunganya termasuk orientasi pekerjaan seseorang. Masyarakat yang tidak terpengaruh kemajuan teknologi umumnya menggantungkan hidupnya pada alam. Mereka terbatas pada pekerjaan turun-temurun yang sudah menjadi kebiasaan dari leluhur mereka. Sebaliknya, manusia modern berusaha untuk menaklukan alam demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka terbuka pada pekerjaan-pekerjaan lain yang dianggap lebih mudah, dan dapat mensejahterakan mereka.

9. Pertumbuhan penduduk

Tania (2011, hlm. 15) mengemukakan bahwa:

Pertumbuhan penduduk di pedesaan menyebabkan menurunnya rasio lahan terhadap penduduk. Karena sebagian besar penduduk masih menggantungkan hidupnya pada pertanian. Penurunan rasio ini akan menyebabkan menurunnya rata-rata luas lahan pertanian per petani.

Selanjutnya menurut Soemarwoto (dalam Tania, 2011, hlm. 16):

Tekanan penduduk disebabkan karena lahan pertanian di suatu daerah tidak cukup untuk mendukung kehidupan penduduk pada tingkat yang dianggap layak. Karena itu penduduk berusaha mendapatkan pendapatan tambahan dengan membuka lahan baru atau pergi ke kota.

Hubungan antara pertumbuhan penduduk dan jumlah lahan adalah karena semakin banyak penduduk, maka semakin banyak pula kebutuhan mereka terhadap lahan sementara jumlah lahan relatif tetap. Kebutuhan manusia terhadap lahan meliputi seluruh aspek dalam hidupnya, baik untuk pemukiman, fasilitas sarana pekerjaan dan sebagainya. Tingginya kebutuhan terhadap lahan menyebabkan berubahnya fungsi lahan, salah satunya berubahnya fungsi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman. Sementara itu, mayoritas pekerjaan masyarakat di pedesaan adalah sebagai petani, berkurangnya lahan artinya berkurang juga sarana produksi, menyempitnya pekerjaan dan berkurang juga pendapatan masyarakat.


(34)

Eriska Meidayanti, 2014

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap perubahan orientasi pekerjaan masyarakat, karena secara langsung maupun tidak langsung faktor-faktor ini berpengaruh terhadap cara pandang dan sikap individu terhadap suatu pekerjaan, serta dipengaruhi oleh kondisi fisik di lingkungan dimana individu melakukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

D. LAHAN

1. Pengertian Lahan

Lahan merupakan sumber daya yang penting bagi manusia, manusia memanfaatkan lahan sebagai tempat hidup, tempat untuk mencari nafkah, dan tempat untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya dengan mengolah dan melakukan pembangunan. Hampir semua pembangunan fisik membutuhkan lahan seperti sektor industri, sektor pertanian, perumahan, transportasi, kehutanan dan pertambangan.

Mubyarto (1991, hlm. 89) mengatakan bahwa :

Dalam pertanian, terutama negara kita, faktor produksi tanah mempunyai kedudukan paling penting. Masyarakat pertanian yang hidupnya bergantung pada tanah sebagai sarana produksi merupakan korban utama dari adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman, karena tidak dipungkiri dengan adanya alih fungsi lahan pertanian ke lahan pemukiman maka para petani dan buruh tani telah kehilangan sarana produksinya.

Bagi petani, lahan merupakan sumber daya yang vital, petani menggantungkan tanah sebagai sarana produksi untuk memenuhi kebutuhannya. Jumlah lahan pertanian sangat berpengaruh bagi petani, ketika jumlah lahan pertanian mengalami penyusutan karena pembangunan dan sebagainya, petani merupakan korban utama karena petani kehilangan sarana produksi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2002, hlm. 624)

“lahan adalah tanah terbuka; tanah garapan.” Selanjutnya menurut Jamulya dan


(35)

Eriska Meidayanti, 2014

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

kesatuan dari sejumlah sumber daya alam yang tetap dan terbatas yang dapat mengalami kerusakan atau penurunan produktifitas sumber daya alam tersebut.”

FAO (dalam Arsyad, 2012, hlm. 304), lahan (land) diartikan sebagai

“lingkungan fisik yang terdiri atas, iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta

benda yang ada di atasnya sepanjang berpengaruh terhadap potensi penggunaan

lahan.”

Selanjutnya Bintarto (1983, hlm. 14) mengemukakan bahwa :

lahan dapat diartikan sebagai land settlemen yaitu suatu tempat atau daerah dimana penduduk berkumpul dan hidup bersama, dimana mereka dapat menggunakan lingkungan setempat untuk mempertahankan, melangsungkan dan mengembangkan hidupnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa lahan adalah suatu daerah di permukaan bumi sebagai lingkungan fisik dan kesatuan sumber daya alam yang tetap, terbatas dan dapat mengalami kerusakan atau penurunan yang digunakan sebagai tempat atau daerah untuk hidup, dimana penduduk memanfaatkan lahan untuk mempertahankan, melangsungkan dan mengembangkan hidupnya. Makna lahan dan tanah adalah sama, yaitu sebagai permukaan bumi yang digunakan manusia untuk segala macam kegiatan. Pengertian lahan dan tanah adalah setara dan tidak perlu dipertentangkan.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Arsyad (2012, hlm. 304), “lahan

mengandung pengertian ruang atau tempat, yang sama dengan makna tanah, yaitu tanah diperlakukan sebagai ruangan di permukaan bumi yang digunakan oleh

manusia untuk segala macam kegiatan.”

Selanjutnya menurut Arsyad (2012, hlm. 304-305) :

kata lahan dapat digunakan dalam artian tanah dan sebaliknya, atau dengan kata lain tanah dan lahan mengandung pengertian yang sama. Kedua istilah atau pengertian tersebut tidak perlu dipertentangkan. Kata tanah atau lahan digunakan dalam makna yang setara dengan land.

Lahan atau dapat juga disebut dengan tanah sebagai sumber daya terbatas yang terus menerus diolah dan diupayakan untuk memenuhi kebutuhan manusia


(36)

Eriska Meidayanti, 2014

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

dapat mengalami kerusakan atau penurunan kualitas. Lahan atau tanah dapat mengalami kerusakan yang dapat diakibatkan oleh berbagai hal, Riquir (dalam Arsyad, 2012, hlm. 2), mengemukakan bahwa:

Kerusakan tanah dapat terjadi oleh, 1) kehilangan unsur hara dan bahan organik dari daerah perakaran; 2) terakumulasinya garam di daerah perakaran (salinisasi), terkumpulnya atau terungkapnya unsur atau senyawa yang merupakan racun bagi tumbuhan; 3) penjenuhan tanah oleh air (waterlogging); 4) erosi. Kerusakan tanah oleh satu atau lebih proses tersebut menyebabkan berkurangnya kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan tumbuhan atau menghasilkan barang atau jasa.

Lahan sebagai sumberdaya yang terbatas dan tidak tetap, dapat mengalami penurunan kualitas maupun jumlah yang diakibatkan oleh banyak faktor. Pemanfaatan lahan dapat menyebabkan kualitas lahan menurun yang menyebabkan berkurangnya jumlah barang dan jasa yang dihasilkan. Jumlah lahan juga dapat berkurang karena adanya abrasi atau pengikisan daratan oleh air laut.

2. Penggunaan Lahan

Manusia senantiasa menggunakan lahan untuk memenuhi kebutuhannya. Pemanfaatan lahan oleh manusia berupa upaya-upaya yang dilakukan manusia pada lahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Arsyad (2012, hlm. 305) mengemukakan bahwa:

Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun spiritual. Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian. Penggunaan lahan pertanian dibedakan berdasarkan penyediaan air dan komoditas yang diusahakan dan dimanfaatkan atau atas jenis tumbuhan atau tanaman yang terdapat di atas lahan tersebut. Berdasarkan hal ini dikenal macam penggunaan lahan seperti tegalan (pertanian lahan kering atau pertanian pada lahan tidak beririgasi), sawah kebun kopi, kebun karet, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung, padang alang-alang dan sebagainya. Selanjutnya Dit. Land Use (dalam Arsyad, 2012, hlm. 305)


(37)

Eriska Meidayanti, 2014

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

dalam lahan kota atau desa (permukiman), industri, rekreasi, pertambangan, dan

sebagainya.”

Pengelompokkan penggunaan lahan pada uraian di atas tidak mempertimbangkan aspek lain dalam penggunaan lahan, seperti skala usaha atau luas tanah yang diusahakan, intensitas penggunaan input, penggunaan tenaga kerja, orientasi pasar, dan sebagainya. Jika faktor-faktor seperti skala usaha atau luas tanah yang diusahakan, intensitas penggunaan input, penggunaan tenaga kerja, orientasi pasar, dan sebagainya dimasukkan, tipe pengunaan lahan menurut Arsyad (2012, hlm. 305-306) adalah sebagai berikut:

a. Ladang;

b. Tanaman semusim campuran, lahan kering permanen, tidak intensif; c. Tanaman semusim campuran, lahan kering permanen, intensif;

d. Sawah gogo rancah (sawah yang pada saat penanaman berupa lahan kering, kemudian tergenangi air setelah cukup hujan);

e. Sawah tadah hujan (tidak beririgasi, air untuk menggenangi tanah berasal dari curah hujan);

f. Sawah beririgasi, satu kali setahun, tidak intensif; g. Sawah beririgasi, dua kali setahun, intensif;

h. Perkebunan rakyat (karet, kopi, atau coklat, jeruk), tidak intensif; i. Perkebunan rakyat, intensif;

j. Perkebunan besar, tidak intensif; k. Perkebunan besar, intensif; l. Hutan produksi, alami;

m. Hutan produksi, tanaman pinus, dan sebagainya; n. Padang pengembalaan, tidak intensif;

o. Padang pengembalaan, intensif; p. Hutan Lindung;

q. Cagar Alam.

Jadi penggunaan lahan merupakan upaya intervensi manusia untuk memanfaatkan lahan demi memenuhi kebutuhanya. Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian.

3. Sifat-sifat Lahan

Arsyad (2012, hlm. 306) mengemukakan bahwa sifat-sifat lahan (Land


(38)

Eriska Meidayanti, 2014

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

diperkirakan seperti tekstur tanah, struktur tanah, kedalaman tanah, jumlah curah hujan, distribusi hujan, temperatur, drainase tanah, jenis vegetasi, dan sebagainya.”

Selanjutnya menurut Karlen et al (dalam Arsyad, 2012, hlm. 306), “sifat atau perilaku lahan yang menentukan pertumbuhan tanaman/tumbuhan tersebut disebut kualitas tanah (land quality).”

Dapat disimpulkan bahwa sifat-sifat lahan adalah keadaan unsur lahan yang dapat diukur atau diperkirakan yang menentukan pertumbuhan tanaman/tumbuhan.

E. ALIH FUNGSI LAHAN

Alih fungsi lahan pertanian bukanlah masalah baru. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun dan meningkatnya pembangunan, semakin meningkat pula kebutuhan akan lahan. Sedangkan jumlah lahan terbatas sehingga mendorong adanya perubahan fungsi lahan.

Harsono (1995, hlm. 13) mengemukakan bahwa:

alih fungsi lahan merupakan kegiatan perubahan penggunaan lahan dari suatu kegiatan yang menjadi kegiatan lainya. Pertambahan penduduk dan peningkatan kebutuhan tanah untuk kegiatan pembangunan telah merubah struktur pemilikan dan penggunaan tanah secara terus menerus. Selain untuk memenuhi kebutuhan industri, alih fungsi tanah pertanian juga terjadi secara cepat untuk memenuhi kebutuhan perumahan dalam jumlah jauh lebih besar.

Selanjutnya Sumaryanto (tt, hlm. 4) mengemukakan bahwa:

Sebagian lahan sawah yang terkonversi itu beralih fungsi menjadi lahan pertanian lahan kering dan sebagian lainnya beralih fungsi ke penggunaan non pertanian untuk memenuhi kebutuhan pemukiman, pengembangan industri, jasa dan sebagainya.

Sihaloho, Dharmawan dan Rusli (2007, hlm. 262-264) dari hasil penelitiannya yang dilakukan di Kelurahan Mulyaharja, mengemukakan faktor-faktor yang menyebabkan konversi lahan berdasarkan faktor-faktor pokok konversi, pelaku, pemanfaat dan prosesnya, konversi dapat dibedakan menjadi tujuh tipologi yaitu:


(39)

Eriska Meidayanti, 2014

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu 1. Konversi Gradual-Berpola Sporadis

Pola konversi ini diakibatkan oleh dua faktor penggerak utama yaitu lahan yang tidak/kurang produktif (bermanfaat secara ekonomi) dan keterdesakan ekonomi pelaku konversi;

2. Konversi Sistematik Berpola „enclave’

Konversi sistematik berpola „enclave’ yang dimaksud adalah

sehamparan tanah yang terkonversi secara serentak;

3. Konversi Lahan sebagai Respon Atas Pertumbuhan Penduduk

(Population growth driven land conversion)

Pertumbuhan penduduk baik secara alami (natural) maupun karena migrasi masuk lebih besar dari keluar. Kebutuhan tempat tinggal akibat pertambahan penduduk mengakibatkan lahan-lahan terkonversi. Konversi yang diakibatkan oleh faktor penggerak utama pertumbuhan penduduk disebut dengan konversi adaptasi demografi;

4. Konversi yang disebabkan oleh Masalah Sosial (Social problem

driven land conversion)

Keterdesakan ekonomi dan perubahan kesejahteraan adalah dua faktor utama penggerak melakukan konversi lahan;

5. Konversi “Tanpa Beban”

Satu faktor penggerak utama dari pola konversi tanpa beban adalah keinginan untuk mengubah nasib hidup yang lebih baik dari keadaan saat ini dan ingin ke luar dari kampung atau kelurahan. Pola konversi tanpa beban ini lebih pada warga yang menjual tanahnya sekaligus ke luar dari sektor pertanian ke non-pertanian;

6. Konversi Adaptasi Agraris

Pola konversi adaptasi agraris terjadi karena keterdesakan ekonomi dan keinginan untuk berubah dari warga. Dikatakan berpola adaptasi agraris jika warga yang memiliki tanah yang relatif kurang produktif (kelas 2-5) ingin meningkatkan hasil pertaniannya dengan cara menjual tanah yang kurang produktif dan membeli tanah yang relatif lebih bagus (kelas 1-2), paling tidak ada perubahan kualitas;

7. Konversi Multi Bentuk atau Tanpa Pola

Konversi multi bentuk ini merupakan konversi yang diakibatkan berbagai faktor. Namun, secara khusus faktor yang dimaksud adalah faktor peruntukkan untuk perkantoran, sekolah, koperasi, perdagangan. Termasuk sistem waris yang tidak spesifik dijelaskan dalam konversi adaptasi demografi.

Faktor penggerak utama dari ketujuh tipologi tersebut di atas dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.1. Pola Konversi Lahan

Pola Konversi Lahan Faktor Penggerak Utama


(40)

Eriska Meidayanti, 2014

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu Konversi Gradual-Berpola

Sporadis

Lahan tidak produktif lagi (bermanfaat) dan keterdesakan ekonomi

Konversi Sistematik Berpola

„enclave’ Tawaran keinginan alih fungsi lahan pihak pemodal dan Konversi Lahan sebagai

Respon Atas Pertumbuhan Penduduk (Population growth

driven land conversion)

Kebutuhan tempat tinggal dan pertambahan penduduk baik karena pertambahan penduduk alami maupun karena migrasi masuk lebih besar dari keluar

Konversi yang disebabkan oleh Masalah Sosial (Social problem

driven land conversion)

Keterdesakan ekonomi dan perubahan kesejahteraan

Konversi “Tanpa Beban” Keinginan untuk berubah dan ingin

ke luar dari kampung dan atau kelurahan

Konversi Adaptasi Agraris Keterdesakan ekonomi dan keinginan untuk berubah

Konversi Multi Bentuk atau Tanpa Pola

Semua faktor termasuk kebutuhan pihak tertentu

Jadi alih fungsi lahan dapat dilakukan berdasarkan dorongan atau motif yang berbeda dengan tujuan utama yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Setiap kegiatan alih fungi lahan memiliki peruntukkan yang berbeda sesuai dengan tujuan dari adanya alih fungsi lahan seperti untuk pemukiman, pertanian, fasilitas umum dan sebagainya.

Perubahan alih fungsi lahan dapat diikuti dengan membandingkan peta tata guna lahan dari beberapa tahun. Berdasarkan informasi yang didapat dari peta tata guna lahan tersebut dapat diketahui pertambahan jumlah desa, pertambahan luas daerah pemukiman dan berkurangnya daerah pertanian dan hutan sebagai akibat meningkatnya kebutuhan penduduk terhadap lahan.

Manuwoto (dalam Sudiana, 2012, hlm. 20) mengemukakan pendapatnya

bahwa “perubahan penggunaan lahan sangat dipengaruhi oleh faktor, diantaranya faktor sosial, atau kependudukan, pembangunan, ekonomi, penggunaan jenis teknologi, dan kebijakan pembangunan makro.”


(41)

Eriska Meidayanti, 2014

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Pertumbuhan penduduk menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya alih fungsi lahan. Berdasarkan publikasi Badan Pusat Statistik (2010), pada tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia mencapai 237.641.326 jiwa dengan laju pertumbuhan 1,49%. Peningkatan jumlah penduduk dapat disebabkan oleh beberapa faktor, menurut Lembaga Demografi FEUI (2007, hlm. 113) “migrasi merupakan salah satu dari ketiga faktor dasar yang memengaruhi pertumbuhan

penduduk, sedangkan faktor lain adalah kelahiran dan kematian.”

Selanjutnya Koentjaraningrat (2004, hlm. 377) mengemukakan bahwa : Memang negara Indonesia, merupakan salah satu di antara sejumlah negara di dunia yang jumlah penduduknya itu paling besar. ... Laju kenaikan penduduk di Indonesia adalah salah satu di antara yang paling cepat di dunia.

Jumlah penduduk yang meningkat secara pesat berbanding lurus dengan kebutuhannya terhadap lahan baik untuk kebutuhan infrastruktur seperti perumahan, jalan, industri, perkantoran dan bangunan lain menyebabkan kebutuhan akan lahan meningkat. Sementara itu lahan merupakan sumber daya yang terbatas dimana jumlah lahan adalah tetap bahkan cenderung berkurang karena abrasi sehingga menyebabkan persaingan dalam pemanfaatan lahan.

F. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ALIH FUNGSI LAHAN

Alih fungsi lahan merupakan kegiatan perubahan penggunaan lahan dari suatu kegiatan menjadi kegiatan lainnya. Hal ini terjadi karena terbatasnya luas lahan untuk memenuhi suatu kebutuhan sehingga menyebabkan berkurangnya luas lahan yang lain. Penggunaan lahan oleh masyarakat berubah dari waktu ke waktu sejalan dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap lahan tersebut.

Soemarwoto (dalam Fajarwanto, 2011, hlm. 20-21) mengemukakan bahwa:

Perubahan yang terjadi pada lingkungan sosial budaya masyarakat akan menimbulkan tekanan penduduk terhadap kebutuhan akan lahan. Tekanan


(42)

Eriska Meidayanti, 2014

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

penduduk yang besar akan lahan ini diperbesar oleh bertambah luasnya lahan pertanian yang digunakan untuk keperluan lain, misalnya pemukiman, jalan dan pabrik.

Menurut Sihaloho (dalam Agustin, 2014, hlm. 3) faktor-faktor yang memengaruhi konversi lahan dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu:

1. Faktor pada aras makro: meliputi pertumbuhan industri, pertumbuhan pemukiman, pertumbuhan penduduk, intervesi pemerintahan dan marginalisasi ekonomi;

2. Faktor pada aras mikro: meliputi pola nafkah rumah tangga (struktur ekonomi rumah tangga), kesejahteraan rumah tangga (orientasi nilai ekonomi rumah tangga), strategi bertahan hidup rumah tangga (tindakan ekonomi rumah tangga).

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kebutuhan dalam memenuhi kebutuhan hidup merupakan faktor yang memengaruhi terjadinya konversi atau alih fungsi lahan.

Selanjutnya Yuniarto dan Woro (dalam Fajarwanto, 2011, hlm. 21-22) mengemukakan beberapa faktor yang memengaruhi perubahan penggunaan lahan yaitu:

1. Faktor Alamiah

Penggunaan di suatu wilayah dipengaruhi oleh faktor alamiah di wilayah tersebut. Manusia mengolah lahan dengan komposisi penggunaan lahan sesuai dengan kebutuhan untuk kelangsungan hidup, baik yang menyangkut kondisi iklim, tanah, topografi, maupun morfologi suatu wilayah. Dari beberapa faktor alamiah di atas akan dibahas di bawah ini:

a. Faktor Iklim

Pola dan persebaran tanaman akan dipengaruhi oleh beberapa unsur iklim seperti suhu, curah hujan dan kelembaban udara. Manusia dalam membudidayakan tanaman produksinya, cenderung memilih daerah yang cocok untuk tanaman agar tumbuh optimal.

b. Faktor Geologi dan Tanah

Kondisi batuan suatu daerah akan memengaruhi keadaaan tanah di daerah tersebut. Faktor tanah erat kaitannya dengan aktivitas pertanian. Kondisi tanah yang subur cenderung banyak dimanfaatkan untuk produksi pertanian.


(43)

Eriska Meidayanti, 2014

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Topografi berpengaruh pada corak yang beragam pada penggunaan lahan. Topografi yang relatif landai atau datar cenderung berkembang pemukiman dan pertanian serta jaringan transportasi, karena morfologi yang landai memudahkan untuk beraktivitas.

2. Faktor Sosial

Dalam memenuhi kebutuhan hidup, manusia tidak dapat melepaskan diri dari pemanfaatan sumber daya alam tergantung tingkat pendidikan, keterampilan atau keahlian, mata pencaharian dan penggunaan teknologi serta adat-istiadat yang berlaku di daerah yang bersangkutan. Di bawah ini akan dibahas faktor-faktor tersebut:

a. Tingkat Pendidikan dan Keterampilan

Tingkat pendidikan dan keterampilan akan menentukan jenis pekerjaan, sedangkan pertumbuhan dan kepadatan penduduk menjadi pendorong terjadinya perubahan penggunaan lahan sesuai dengan kebutuhan. b. Mata Pencaharian

Adanya perubahan jenis mata pencaharian ini dimungkinkan karena terjadinya perubahan ruang yang terjadi berupa lahan pertanian berubah menjadi lahan non pertanian. Sehingga diperlukan upaya penyesuaian terhadap kondisi yang ada saat ini.

c. Teknologi

Ilmu dan teknologi bertanggung jawab atas terjadinya perubahan pada relasi manusia dengan lingkunganya. Manusia primitif dengan kemampuan dan alat yang serba terbatas hidupnya banyak bergantung dari kemurahan alam. Sebaliknya, manusia modern berusaha sekuat-kuatnya untuk menaklukan alam dan mengatur lebih lanjut alam tersebut demi kemewahan hidupnya. Ilmu dan teknologi dapat dipandang sebagai kunci untuk membuka pintu kemajuan, kemakmuan dan kesejahteraan.

Jadi alih fungsi lahan dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya dapat disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dan dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Selain itu alih fungsi lahan juga dapat disebabkan oleh faktor iklim, geologi tanah, topografi, tingkat pendidikan dan keterampilan, mata penaharian dan teknologi.

G. DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN

Alih fungsi lahan pada umumnya memiliki dampak positif dan juga memiliki dampak negatif. Dampak positif alih fungsi lahan adalah majunya pembangunan dan tercukupinya fasilitas-fasilitas baik pendidikan, kesehatan,


(1)

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku:

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (1998). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Jakarta: Gelar Pustaka Mandiri.

Ardianto, E. (2010). Metodologi Penelitian Untuk Public Relations Kuantitatif

Dan Kualitatif. Bandung: Simbiosa Rekatama.

Arsyad, S. (2010). Konversi Tanah & Air. Bogor: IPB Press.

Banoewidjojo, M. (1983). Pembangunan Pertanian. Openi Malang dan Usaha Nasional Surabaya.

Bintarto, R. (1983). Interaksi Desa Kota Dan Permasalahanya. Yogyakarta: Ghalia Indonesia.

Daldjoeni. (1987). Seluk Beluk Masyarakat Kota. Bandung: Alumni.

Harsono, A. (1995). Ekonomi Politik Penguasaan Tanah. Jakarta: Sinar Harapan.

Kartono, K. (1990). Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju.

Koentjaraningrat. (2004). Manusia Dan Kebudayaan Di Indonesia. Jakarta: Djambatan.

Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (2007).

Dasar-Dasar Demografi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi


(2)

Moleong, L. J. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. Mubyarto. (1991). Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES.

Nasution (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Naszir, N. (2008). Teori dan Sejarah Pertumbuhan Masyarakat Kota. Bandung: Widya Pajajaran.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI). Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Ranjabar, J. (2008). Perubahan Sosial Dalam Teori Makro Pendekatan Realitas

Sosial. Bandung: Alfabeta.

Rusman, dkk. (1991). Dampak Sosial Budaya Akibat Menyempitnya Lahan

Pertanian Daerah Jawa Tengah. Semarang: Departemen Pendidikan Dan

Kebudayaan.

Setiadi, E. M., & Kolip. U. (2011). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana.

Sedarmayanti. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi

dan Manajemen Pegawai Negerai Sipil. Bandung: PT.Refika Aditama.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Soekanto, S. (2007). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Soetrisno, L. (2002). Paradigma Baru Pembangunan Pertanian Sebuah Tinjauan


(3)

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.

Sumber Artikel Jurnal:

Agustin, R. (2014). Dampak Transformasi Kota Banjar terhadap Tingkat

Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Penggarap. Bogor: Institut Pertanian

Bogor.

Kaeksi. R., W., & Anna. A., N. Pertumbuhan penduduk, alih fungsi lahan, dan

perubahan struktur mata pencaharian penduduk tahun 1997 dengan 2002 di

daerah Sukoharjo. Surakarta: Fakultas Geografi Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Sihaloho, M., Dharmawan, A., H., & Rusli, S. (2007) Konversi Lahan Pertanian Dan Perubahan Struktur Agraria. Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi,

Komunikasi dan Ekonoli Manusia, 1 (2), hlm. 253-270.

Sumber Skripsi:

Fajarwanto, T. T. (2011). Alih Fungsi Lahan Sawah Menjadi Permukiman Dan

Perubahan Nilai Lahan Di Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur. Skripsi, FPIPS, Universitas Pendidikan Indonesia.

Komala, R. (2011). Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Pemukiman

Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Cimanggu Kecamatan Cisalak Kabupaten Subang. Skripsi, FPIPS, Universitas Pendidikan

Indonesia.

Marliana, P. D. (2009). Pengaruh Konversi Lahan Pertanian Menjadi Pemukiman

Terhadap Air Limpasan (Surface Run Off) Di Desa Padalarang. Skripsi,

FPIPS, Universitas Pendidikan Indonesia.

Mulyawan. R. (2006). Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Pada Masyarakat


(4)

Munjul Kabupaten Magelang). Skripsi, FPIPS, Universitas Pendidikan

Indonesia.

Rolina, O. L. (2013). Orientasi Perubahan Mata Pencaharian Petani di

Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Skripsi, FPIPS,

Universitas Pendidikan Indonesia.

Rustandi, T. (2009). Dampak Konversi Lahan Terhadap Perubahan Kondisi

Sosial Ekonomi Penduduk Di Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung.

Skripsi, FPIPS, Universitas Pendidikan Indonesia.

Sudiana, R. L. (2012). Pengaruh Konversi Lahan Pertanian Menjadi Pemukiman

Terhadap Harga Lahan Di Kelurahan Babakan Kecamatan Cibeureum Kota Sukabumi. Skripsi, FPIPS, Universitas Pendidikan Indonesia.

Tania, T. (2011). Alih Profesi Petani Nanas Di Desa Mandalamukti Kecamatan

Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat. Skripsi, FPIPS, Universitas

Pendidikan Indonesia.

Sumber Dokumen:

Anonim. (2010). Laporan Profil Desa Padaasih.

Anonim. (2012). Daftar Isian Potensi Desa Dan Kelurahan Desa Padaasih Tahun

2012.

Anonim. (2014). Buku Register Surat Keterangan Kelahiran Tahun 2014 Desa

Padaasih Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat.

Anonim. (2014). Buku Register Surat Keterangan Kematian Tahun 2014 Desa

Padaasih Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat.


(5)

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat. (2012). Kecamatan Cisarua

Dalam Angka.

Sumber dalam Prosiding Konferensi atau Seminar:

Sumaryanto, Friyanto. S., & Irawan. B. Konversi lahan sawah ke penggunaan nonpertanian dan dampak negatifnya. Prosiding Seminar Nasional Alih Fungsi Lahan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi

Pertanian Bogor, hlm. 1-18.

Sumber Internet:

Badan Pusat Statistik. (2013). Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Tersedia di: www.bps.go.id/brs_file/pdb_05feb13.pdf [Diakses 8 Mei 2013]

Badan Pusat Statistik. (2013). Sensus Penduduk 2010. Tersedia di: sp2010.bps.go.id/ [Diakses 8 Mei 2013]

Eridiana, W. (tt). Migrasi [Online]. Tersedia di:

file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/19550505198601 1-WAHYU_ERIDIANA/Migrasi-1.pdf [Diakses 23 Agustus 2014].

Halim, Abd. (2013). Resume Materi Sosiologi Pendidikan, Sejarah, Tokoh,

Pengertian, Ruang Lingkup, Kontribusi Terhadap Dunia Pendidikan, Teori-Teori Perubahan Sosial, Wacana Para Ahli Penganut Determinisme Tunggal Tentang Penyebab Terjadinya Perubahan Sosial, Posisi

Pendidikan Dari Perubahan Sosial. [Online]. Tersedia di:

www.academia.edu/4929242/RESUME_MATERI_SOSIOLOGI_PENDI DIKAN [Diakses 7 Oktober 2014].

Liztia, W. (2010). Pandangan Karl Marx Tentang Stratifikasi Sosial Dan Agama.

[Online]. Tersedia di:

http://winnylinova.blogspot.com/2010/02/pandangan-karl-marx-tentang.html?m=1 [Diakses 18 Juli 2014].

Prasetyo, D., D. (2012). Fenomena Alih Fungsi Lahan Pertanian Di Indonesia


(6)

[Online]. Tersedia di: http://dinardwiprasetyo.blogspot.com/2012/12/fenomena-alih-fungsi-lahan-pertanian-di.html?m=1 [Diakses 20 Juli 2014].

Rielalaring. (2014). Matriks Perbandingan Teori Pemilihan Karir. [Online]. Tersedia di: http://rielalaring.wordpress.com/2014/01/16/matriks-perbandingan-teori-pemilihan-karier/[Diakses 20 Maret 2014].

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999. [Online]. Tersedia di: www.radioprssni.com/prssninew/internallink/legal/uu_

pemerintahan_daerah.htm [Diakses 14 Agustus 2014].

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. [Online]. Tersedia di: www.kemenag.go.id/file/dokumen/UU2003.pdf [Diakses 15 Mei 2013].

Undang-Undang Sisdiknas Tahun 2003 Pasal 3. [Online]. Tersedia di: www.academia.edu/4784240/SISTEM_PENDIDIKAN_NASIONAL