Studi Kasus Urolithiasis Pada Anjing Pug.

STUDI KASUS

UROLITHIASIS PADA ANJING PUG

Oleh :

I GUSTI AGUNG GDE PUTRA PEMAYUN
P. VINDHY CHEMPAKA PUTRI

LABORATORIUM BEDAH VETERINER
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016

i

KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa,
yang senantiasa memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan penelitian studi kasus yang berjudul“UROLITHIASIS PADA
ANJING PUG“.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan laporan hasil penelitian ini
didukung oleh bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan

ini penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Dr. drh. I Ketut Anom Dada, MS selaku Direktur Rumah Sakit Hewan
Pendidikan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana yang telah
memberikan fasilitas tempat untuk penelitian studi kasus ini.
2. Bapak drh. Anak Agung Gde Jaya Wardhita, M.Kes selaku Kepala
Laboratorium Bedah Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Udayana yang telah memberikan ijin kepada mahasiswa koasistensi Lab
Bedah untuk membantu dalam penelitian studi kasus ini.
3. Bapak Dr. drh. I. G. N. Sudisma, M.Si, Dr. drh. I Nengah Wandia, M.Si, drh.
Pudji Raharjo, M.S, drh. Luh Made Sudimartini M.Sc, drh. A. A. Gde Oka
Dharmayudha, M.Si selaku dosen koasistensi Laboratorium Bedah Veteriner
yang ikut memberikan masukan dalam penulisan laporan ini
4. Mahasiswa Koasistensi gelombang VI/G serta semua pihak yang telah
membantu dan menyiapkan anjing kasus yang digunakan untuk penelitian
studi kasus ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna. Oleh Karena itu,
kritik dan saran kearah perbaikan sangat penulis harapkan.

Denpasar, Januari 2016

Penulis

ii

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN KASUS....................................................... ii
KATA PENGANTAR.............................................................................. iii
DAFTAR ISI............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ..................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
1.1. Latar Belakang.................................................................... 1
1.2. Tujuan Penulisan ................................................................ 2

1.3. Manfaat Penulisan .............................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 3
2.1. Urolithiasis ........................................................................ 3
2.2. Etiologi ............................................................................... 4
2.3. Patogenesis ........................................................................ 5
2.4. Tanda Klinis ....................................................................... 6
2.5. Diagnosis ............................................................................ 6
2.6 Prognosis ............................................................................. 7
2.7 Pengobatan .......................................................................... 7
BAB III MATERI DAN METODE ...................................................... 9
3.1. Materi .................................................................................. 9
3.2. Metode .................................................................................10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………12
4.1 Hasil ........................................................................................12
4.2 Pembahasan............................................................................ 13
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................ 15
5.1.Simpulan ................................................................................ 15
5.2. Saran...................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


iii

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

Tabel 1. Status Present dan Pemeriksaan Fisik Hewan Kasus………… 9
Tabel 2. Pemantauan kesembuhan luka dan pengobatan…………...….12

iv

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Belakangan ini meningkatnya taraf hidup masyarakat berpengaruh
terhadap gaya hidup bermasyarakat. Salah satunya adalah meningkatnya

pemeliharaan anjing sebagai hewan kesayangan. Beberapa orang menjadikan
anjing sebagai anggota keluarga ataupun teman hidup. Oleh karena itu segala
bentuk

perhatian

terhadap

kebutuhan

anjing

dipenuhi

untuk

menjaga

kelangsungan hidupnya. Kecintaan terhadap anjing seringkali membuat pemilik
anjing memberikan makanan yang sama dengan makanan yang dikonsumsinya,

selain dog food yang dijual di pasaran. Komposisi makanan yang tidak sehat dapat
menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi dalam tubuh anjing tersebut. Selain itu,
pola pemberian pakan juga dapat berpengaruh terhadap pH urin, volume urin, dan
konsentrasi urin yang dapat menyebabkan terbentuknya presipitasi mineral,
seperti urolit yang terdiri dari berbagai mineral (Mariyani, 2009).
Banyak masalah kesehatan yang terjadi pada anjing yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan nutrisi yang diperoleh, salah satunya adalah urolithiasis.
Urolithiasis merupakan kondisi terbentuknya urolith atau kalkuli pada saluran
perkencingan, seperti vesika urinaria, ginjal, ureter dan uretra (Smith et al., 1972).
Urolithiasis sering terjadi pada jantan dibandingkan dengan betina dan hewan
yang terserang umumnya berumur antara 1-7 tahun (Thomson, 1988).
Terbentuknya urolith pada anjing sering terjadi, kecuali pada ras Dalmantian
hanya 1% (Bloomet et al., 1954).
Ada berbagai tindakan yang bisa dilakukan dalam penanganan kasus
urolithiasis pada anjing, salah satunya adalah dengan melakukan tindakan
pembedahan atau operasi, seperti cystotomy, urethrotomy dan uresthrostomy.
Pada kasus urolithiasis yang terjadi pada anjing pug tersebut dilakukan tindakan
pembedahan urethrostomy. Tindakan pembedahan dilakukan untuk mengeluarkan
urolith pada saluran perkencingan anjing.


1

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui
bagaimana cara mendiagnosa, prosedur operasi dan rencana terapi kasus
urolithiasis pada anjing dan mengetahui dampak terapi pembedahan terhadap
anjing penderita urolithiasis.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan laporan ini adalah untuk memberikan
informasi serta menambah wawasan dan keterampilan bagi mahasiswa PPDH
dalam melakukan diagnosa, prosedur operasi, serta perawatan pascaoperasi
pembedahan kasus urolithiasis pada anjing.

2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Urolithiasis

Urolithiasis adalah penyakit yang disebabkan adanya urolit (batu),
calculi,kristalataupun sedimen yang berlebihan dalam saluran urinaria. Sama
seperti batu manusia batu kristal ini bisa berada dimanapun dalam saluran urinasi
di anjing, meliputi ginjal, uretra, atau bisa ditemukan di kandung kemih (Fossum,
2002). Saat urin mengalami tigkat kejenuhan yang tinggi, yang disertai dengan
kelarutan garam, garam tersebut mengalami presipitasi dan membentuk kristal
(crystalluria). Jika kristal itu tidak dikeluarkan maka akan terbentuk agregat yang
disebut dengan kalkuli (Fossum, 2002). Urolith terbentuk karena banyak kristalkristal yang saling bergabung menjadi satu.
Urolith adalah bentukan mineral yang umumnya tersusun oleh struvite,
kalsium oksalat, kalsium fosfat, asam urat, dan cystine pada urin. Urolith ini
terbentuk di dalam saluran perkencingan dalam bergbagai bentuk dan jumlah,
tergantung pada infeksi, pengaruh diet/konsumsi dan gentika (Koesharyono,
2008). Adanya urolit didalam saluran perkencingan dapat menyebabkan iritasi,
akibatnya saluran tersebut rusak dan ditemukan darah bersama urin yang dapat
menimbulkan rasa nyeri pada anjing. Pembentukan urolith dimulai dari ginjal
yang kemudian terbawa melalui ureter dan terakumulasi di vesika urinaria.
Adapun jenis-jenis urolithpada anjing menurut Bartges et al., (1999)
adalah antara lain :
1. Urolith struvite berbentuk bulat atau persegi, yang biasanya ditemukan
pada pelvis renalis, ureter, vesika urinaria, atau urethra. Tersusun dari

Mg++, NH4+, fosfat. Berwarna putih, kuning sampai coklat, agak keras dan
rapuh, jika digerus hancur seperti kapur, permukaannya halus, atau kasar
tanpa tonjolan. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya urolith
struvite adalah urine bersifat alkalis, konsentrasi mineral yang meningkat
dan faktor genetik.

3

2. Urolith cystine berbentuk bulat atau oval, biasanya kecil permukaannya
halus, tersusun dari asam amino cystine, empuk, mudah dihancurkan,
berwarna krem kekuningan, kuning kehijauan sampai coklat. Cystinuria
dapat diidentifikasi berdasarkan kristal cystine yang berbentuk hexagonal.
Terdapat pada urin yang asam, kecil, halus, berwarna kuning kecoklatan
sampai kuning kehijauan.
3. Urolith urate, urolith urat berbentuk bulat atau oval, permukaannya halus,
tersusun dari NH4 urat, biasanya kecil, berlapis-lapis konsentris seperti
kulit telur, mudah pecah, berwarna kuning kecoklatan sampai kehijauan.
4. Urolith kalsium oksalat, urolith ini berbentuk bulat atau oval, tersusun dari
kalsium oksalat, dan sering mengandung kalsium fosfat, biasanya kecil
sangat keras dan rapuh (mudah pecah, permukaannya ada yang halus atau

tidak beraturan), berwarna krem sampai coklat, tetapi dapat berwarna hijau
kecoklatan.
Jenis mineral yang paling umum di jumpai dalam urolith anjing adalah
struvite. Ammonium asam urat, asam urat, sedangkan kalsium fosfat dan kalsium
oksalat jarang ditemukan pada anjing. Sebaliknya urolit yang mengandung
kalsium (kalsium oksalat dan kalsium fosfat) paling lazim ditemukan. Meskipun
beberapa mineral khusus dapat menjadi unsur predominan dari suatu kalkuli,
tetapi kebanyakan kalkuli komposisinya terdiri dari campuran beberapa unsure
mineral. Kadang-kadang inti urolit tersusun dari suatu jenis kristal (struvite),
tetapi lapisan luarnya tersusun dari kristal-kristal lain yang berbeda.

2.2 Etiologi
Urolithiasis adalah kondisi terbentukanya urolith atau kalkuli pada
saluranperkencingan,seperti padavesika urinaria, ginjal, ureter dan uretra (Smith et
al., 1972).Saat urin mengalami tigkat kejenuhan yang tinggi, yang disertai dengan
kelarutan garam, garam tersebut mengalami presipitasi dan membentuk kristal
(crystalluria).Urolith merupakan batu yang terbentuk akibat supersaturasi diurin

4


dengan kandungan mineral-mineral tertentu(Fossum, 2002).Urolith ini merupakan
perwujudan polycrystalline yang terdiri dari satu atau lebih mineral.
Urolith tersebut merupakan kumpulan hasil metabolit yang mengandung
kalsium, oksalat, dan fosfat yang dapat bergerak turun sepanjang ureter dan masuk
ke dalam vesika urinaria. Setelah terjadi pengendapan, partikel-partikel yang telah
mengkristal

bertambah

besar

ukurannya,

memperparah

kerusakan

dan

menimbulkan gejala klinis pada hewan tersebut (Gipson, 1996).Urolithterbentuk
di dalam vesika urinaria dalam berbagai bentuk dan jumlah tergantungpada
infeksi, pengaruh diet atau konsumsi, dan genetic (Suryandari, 2012).
Kadar kalsium yang tinggi di dalam ginjal juga dapat mempengaruhi
pembentukan
pembentukukan

urolith,
urolith

sedangkan
adalah

faktor-faktor

kurang

minum,

lain

yang

makanan

mendukung
yang

banyak

mengandung kalsium, oksalat dan fosfat serta penurunan pH urin (Sastrowardoyo,
1997).

2.3 Patogenesis
Urolithiasisbiasa terjadi terutama pada hewan domestik seperti anjing dan
kucing. Urolith ini terbentuk dalam berbagai bentuk dan jumlah tergantung pada
infeksi. Urolith dapat terbentuk pada bagian manapun dari traktus urinari anjing
dan kucing.Faktor utama yang mengatur kristalisasi mineral dan pembentukkan
urolith adalah derajat saturasi urin dengan mineral-mineral tertentu. Faktor
penyebab lainnya adalah diet atau makanan, frekuensi urinasi, genetik, dan adanya
infeksi traktus urinari. Saturasi memberikan energi bebas untuk terbentuknya
kristalisasi. Semakin tinggi derajat saturasinya, semakin besar kemungkinan
terjadinya kristalisasi dan perkembangan kristal. Oversaturasi urine dengan kristal
merupakan faktor pembentukkan urolith tertinggi (Suryandari, 2012).
Akumulasi urolith pada vesika urinaria dapat menyebabkan rupturnya
dinding vesika urinaria dan rupturnya saluran pada uretra. Pecahan urolith atau
kalkuli yang terbawa melalui uretra juga akan mengakibatkan radang sehingga
pembuluh darah pada dinding saluran perkencingan pecah dan memicu keluarnya
darah yang terbawa pada urin. Adanya urolith pada vesika urinaria dan uretra juga

5

dapat mengakibatkan obtruksi sehingga memicu terjadinya rasa nyeri yang sangat
pada saat hewan melakukan urinasi. Urolithiasis yang disebabkan kalsium oksalat
merupakan jenis urolithiasis yang sering terjadi pada kucing (Brown, 2013).

2.4 Tanda Klinis
Hewan-hewan yang menderita urolithiasis diketahui gejala klinisnya
bervariasi tergantung pada tempat peletakannya dalam struktur anatomi sistim
urinaria dan jenis kelamin. Terdapatnya batu akan menggangu saluran urinaria
dan akan menyebabkan kesulitan membuang urin, rasa sakit pada ginjal dan
saluran urinaria serta distensi pada abdomen. Kondisi ini akan menyebabkan
peradangan pada saluran urinaria, stranguria atau pengeluaran urin dengan
frekuensi lambat, dysuria atau kesakitan atau kesukaran pada saat urinasi dan
anuria atau tidak dapat mengeluarkan urin (Breitschwerdt, 1986). Terdapatnya
batu pada

ureter dapat menyebabkan kolik, ini datangnya tiba-tiba tanpa

didahulukan oleh gelaja sebelumnya, penderita biasanya memutar badan untuk
mendapatkan posisi yang dapat mengurangi rasa nyeri. Bila penyumbatan telah
berlangsung lama akan terlihat tanda depresi, lesu, anoreksia atau berkurangnya
nafsu makan, dan diikiti oleh tanda uremia (Sastrowardoyo, 1997).

2.5 Diagnosis
Diagnosa penyakit urolithiasis dapat dilakukan berdasarkan anamnesa,
pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang. Selain itu pemeriksaan lain yang
dapat dilakukan adala dengan rontgen atau pemeriksaan ultrasonografi (USG).
Anamnesa

dari pemilik diperlukan untuk mengetahui sejarah menyeluruh

kesehatan anjing, awal timbulnya gejala dan kemungkinan insiden yang mungkin
telah mendahului kondisi ini. Pada saat pemeriksaan klinis, palpasi daerah
abdomen sering terasa adanya pembesaran pada vesica urinaria.
Pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk menegakkan diagnosa
urolithiasis adalah foto rontgen dan ultrasonografi (USG). Pemeriksaan
laboratorium juga bisa dilakukan pada sampel urin yang diambil dari anjing.

6

Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk melihat jenis urolith atau kalkuli yang
menyebabkan anjing terkena urolithiasis.

2.6 Prognosis
Prognosis dari tindakaan operasi urolithiais pada umumnya dapat dubius
sampai infausta, hal tersebut tergantung pada besarnya urolith, letak urolith,
adanya infeksi dan adanya obstruksi. Makin besar urolith makin jelek
prognosisnya, letak urolith juga dapat menyebabkan obstruksi yang dapat
mempermudah terjadinya infeksi. Makin besar kerusakan jaringan dan adanya
infeksi karena faktor obstruksi maka dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal,
sehingga prognosis menjadi jelek (Arum, 2012).
Melihat hasil pemeriksaan dan kondisi hewan secara umum, serta kondisi
saluran urinaria, prognosa yang dapat diambil adalah dubius sampai infausta, hal
ini disebabkan karena kondisi anjing yang sudah mengalami urolithiasis yang
parah, hal ini disebabkan karena anjing sudah tidak bisa melakukan urinasi selama
2 hari, serta warna urin yang kecoklatan karena sudah tercampur dengan darah
akibat adanya peradangan pada sistem urinaria anjing tersebut. Selama dilakukan
pengamatan ternyata kondisi anjing semakin hari semakin membaik, serta sudah
bisa melakukan urinasi secara normal, maka prognosa yang dapat diambil adalah
fausta.

2.7 Pengobatan
Terapi yang dapat diberikan pada pasien penderita urolithiasis adalah
kateterisasi sehingga terjadi pengeluaran urin dan kristal pada VU. Penyuntikan
cairan fisiologi, intravena atau perfusi diperlukan ketika sindrom uremia terjadi
(depresi, muntah, dan dehidrasi) dengan tujuan untuk mengganti cairan tubuh, dan
menstabilkan pH cairan tubuh. Pemberian antibiotik diperlukan untuk mencegah
terjadinya infeksi sekunder oleh bakteri dan obat-obatan parasimpatomimretik
untuk menstimulasi otot VU. Dalam beberapa kasus tindakan bedah seperti
cystotomy, urethrotomy ataupun urethrostomy diperlukan untuk menghilangkan

7

sumbatan atau mencegah terjadinya pengulangan timbulnya kristal mineral
(Sastrowardoyo, 1997).

8

BAB III
MATERI DAN METODE

3.1 Materi
3.1.1 Hewan
Hewan kasus yang digunakan adalah anjing pug berumur 2 tahun, jantan,
berwarna coklat muda dengan berat badan 8 kg. Hewan memiliki nafsu makan
yang menurun dan sakit saat mengeluarkan feses. Tanda klinis yang ditemukan
adalah anjing sudah tidak urinasi selama 2 hari, dan saat dipalpasi daerah
abdomen terlihat membengkak. Anjing yang dioperasi memiliki status present
sebagai berikut:

Tabel 1. Status Present dan Pemeriksaan Fisik Hewan Kasus
Status Present
Parameter
Jantung (x/menit)
Pulsus (x/menit)
CRT (detik)
Respirasi
(x/menit)
Suhu (°C)

Pemeriksaan Fisik
Jenis Pemeriksaan
Anggota gerak
Kulit

Hasil
132
132
2
32

Feses
Urine
Sistem reproduksi
Sistem sirkulasi
Sistem saraf
Sistem respirasi

37,2

Hasil
Normal
Turgor kulit
menurun
Tidak ada
Tidak ada
Normal
Normal
Normal
Normal

3.1.2 Alat-alat
Alat yang digunakan dalam pembedahan ini, yaitu : scalpel dan mata
scalpel, allis forcep, drape clamp, gunting operasi lurus dan bengkok, pinset
bergigi, pinset fisiologis, needle holder, jarum ujung bulat dan segitiga, tampon
dan

tempat

tampon,

kain

drape,

intravena

cateter

dan

infuse

set,

endotracheal,glove, masker dan jarum suntik 1 ml dan 3 ml.

3.1.3 Bahan-bahan
Bahan-bahan yang dipersiapkan adalah tampon, kapas, plester, alcohol
70%, Lactat Ringer, NaCl 0,9%,antiseptik (betadine), benang absorabledan non9

absorable. Obat-obat yang dipersiapkan adalah premedikasi yaitu atropin sulfat
dan xylazine, anastesi umum yaitu ketamine dan dan anastesi lokal yaitu lidokain,
antibiotik betamox, deksametason, oxyetracycline, dan amoxan.

3.2 Metode
3.2.1 Preoperasi
• Persiapan ruang operasi
Ruang operasi dibersihkan dari kotoran dengan disapu (dibersihkan dari
debu), kemudian meja operasi disterilisasi dengan alkohol 70%.


Preparasi alat
a. Sterilisasi alat-alat bedah
Sterilisasi pada alat-alat bedah bertujuan untuk menghilangkan seluruh
mikroba yang terdapat pada alat-alat bedah, agar jaringan yang steril
atau pembuluh darah pada anjing yang akan dibedah tidak
terkontaminasi.



Persiapan anjing atau anjing kasus :
a. Anjingyang akan dioperasi dilakukan signalemen, anamnesa, dan
pemeriksaan klinik. Sebelum dilakukan operasi, hewan dipuasakan
selama 12 jam agar hewan tidak muntah pada waktu teranaesthesia.
b. Kemudian diinjeksi dengan premedikasi yaitu atropin sulfat sebanyak
1 ml secara subkutan (dosis terlampir).
c. Setelah 10 menit, kemudian di anestesi menggunakan kombinasi
xylazin dan ketamin dengan jumlah pemberian anestesi masing-masing
0,5 ml xylazin dan 0,3ml ketamin secara intramuskuler (dosis
terlampir).
d. Setelah teranestesi, Anjing ditempatkan pada posisidorsal recumbency.
e. Hewan disiapkan secara aseptik,bulu disekitar daerah yang akan
diinsisi dibersihkan.Kemudian dilakukan pemasangan Endotraceal
Tube (ETT) dan dilakukan pemasangan intravena kateter untuk infus
NaCl 0,9%.
f. Dilakukan penutupan site operasi dengan kain drape.

10

g. Kemudian diberi antiseptik untuk menjaga kondisi aseptik.


Persiapan perlengkapan operator dan asisten
Perlengkapan yang dibutuhkan operator dan asistenadalah masker,
penutup kepala dan sarung tangan serta menggunakan pakaian khusus
operasi. Perlengkapan-perlengkapan tersebut disterilisasi dengan urutan
tertentu.

3.2.2 Operasi
Setelah tahapan preoperasi selesai dan anjing telah teranestesi kemudian
anjing dibaringkan pada posisi dorsal recumbency. Anjing dipasangi kain penutup
operasi (drap). Insisi dilakukan diatas urethra diantara os penis dan skrotum atau
melalui prescrotalis. Insisi dilakukan mulai dari kulit preputium, subkutan sampai
ketemu urethra. Kateter digunakan untuk membantu identifikasi urethra,
selanjutnya insisi urethra ditempat terjadinya obstruksi. Kalkuli dikeluarkan
dengan hati-hati dan dilanjutkan dengan pembilasan menggunakan larutan NaCl
fisiologis. Selanjutnya kateter didorong masuk ke kantong kencing dan mukosa
urethra dijahit dengan kulit luar preputium sehingga terjadi saluran permanen
pada urethra untuk pengeuaran urin.

3.2.3 Pascaoperasi
Pasca operasi urolithiasis diberikan iodine serta salep oksitetrasiklin pada
luka penyuntikan antibiotik betamox 0,8 ml untuk mencegah terjadinya infeksi
sekunder dan penyuntikan deksametason untuk mengurangi peradangan. Kurangi
gerakan hewan dengan mengandangkan hewan pada kandang sempit. Selain
pemberian secara injeksi juga diberikan obat dalam bentuk amoxan sirup (125
mg/cth) yangdiberikan 3x sehari sebanyak 2 sendok selama 5 hari.Pilihan
antiboitika, antiinflamasi dan analgesik dapat disesuaikan dengan ketersedian
obat.

11

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Operasi dilakukan pada tanggal 2 Januari 2016. Pengamatan pada anjing
dilakukan pada hari ke-1 sampai hari ke- 7 pascaoperasi.

Tabel 2. Pemantauan kesembuhan luka dan pengobatan
Pengamatan
Post Operasi
Hari ke -0

Perubahan Klinis

Pengobatan

Hewan baru selesai operasi,
luka masih basah,
pengobatan diberikan
setelah hewan benar-benar
pulih dari anastesi

Betamox dan
deksametason injeksi,
luka dibersihkan dan
diberi betadine dan
salep oksitetrasiklin

Hari Ke-1

Luka
masih
basah,
kemerahan di tepi luka,
bengkak, nafsu makan baik,
aktif bergerak, kencing
berdarah

Amoxan oral dan luka
diberi salep
oksitetrasiklin dan
betadine

Hari ke-2

Luka
masih
basah,
kemerahan di tepi luka,
nafsu makan baik, aktif
bergerak, kencing berdarah

Amoxan oral dan luka
diberi salep
oksitetrasiklin dan
betadine

Hari ke-3

Luka mulai mengering tapi
masih kemerahan, nafsu
makan baik, aktif bergerak,
kencing berdarah

Amoxan oral dan luka
diberi salep
oksitetrasiklin dan
betadine

Hari ke-4

Luka mulai mengering tapi
masih kemerahan, terlihat
adanya fibrisnafsu makan
baik, aktif bergerak, kencing
berdarah

Amoxan oral dan luka
diberi salep
oksitetrasiklin dan
betadine

Hari ke-5

Jahitan kulit dibuka dan Amoxan oral dan luka
kateter
yang terpasang diberi salep
dilepaskan
oksitetrasiklin dan
betadine

12

Hari ke-6

Luka kering, luka mulai Luka diberi salep
menyatu terbentuk fibris, oksitetrasiklin dan
kencing tidak berdarah
betadine

Hari ke-7

Luka kering, luka menyatu Luka diberi salep
dengan baik, kencing tidak oksitetrasiklin dan
berdarah
betadine

4.2 Pembahasan
Operasi kasus urolithiasis pada anjing dimulai daripre-operasi, operasi dan
pasca operai. Pre-operasi meliputi persiapan alat, bahan, ruangan, hewan, site
operasi dan operator. Persiapan hewan meliputi pemeriksaan status present yaitu
denyut jantung, pulsus respirasi CRT, suhu dan pemeriksaan fisik. Persiapan obat
premedikasi dan anastesi merupakan hal yang sangat penting, dilakukan
penghitungan dosis anastesi dengan benar dan tepat.
Anjing dengan kasus urolithiasis tersebut menurut pemilik awalnya
menunjukkan tanda klinis, yaitu anjing tidak mau makan, sakit saat mengeluarkan
feses, serta sudah 2 hari tidak melakukan urinasi. Setelah dipalpasi dan dilakukan
pemeriksaan ultrasnografi (USG) terlihat adanya pembesaran pada vesica urinaria
akibat menumpuknya urin yang tidak dikeluarkan oleh anjing selama 2 hari. Hal
tersebut mengarah pada kasus urolithiasis dimana urolithiasis merupakan
penyakit yang disebabkan oleh adanya batu (urolith) atau Kristal-kristal garam
pada saluran kencing (tractus urinarius), sehingga menghambat pengeluaran urin.
Pada kasus ini diambil tindakan pembedahan untuk mengeluarkan batu
(urolith) atau Kristal-kristal garam pada saluran kencing (tractus urinarius),
tujuannya agar tidak menghambat pengeluaran urin dan menghentikan rasa sakit
anjing saat melakukan urinasi. Tindakan pembedahan dilakukan pada hari Sabtu,
2 Januari 2016. Pada saat dilakukan pembedahan ditemukan batu (urolith) atau
Kristal-kristal garam pada urethra anjing. Peneguhan diagnosa dilakukan dengan
pemeriksaan laboratorium pada sampel urin anjing penderita di Laboratorium
Patologi Klinik, Rumah Sakit Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Udayana. Hasil dari pengujian laboratorium ditemukan adanya bentukan struvite.
Hal tersebut menunjukkan bahwa anjing tersebut menderita urolithiasis.
13

Kesembuhan luka operasi relatif cepat, pada hari ke-1 hingga ke-2 luka
masih basah, kemerahan di tepi luka, nafsu makan baik, anjing aktif bergerak, dan
urin masih berdarah. Hari ke-3 dan ke-4 luka mulai mengering tapi masih
kemerahan, nafsu makan baik, anjing aktif bergerak, tetapi urin masih berdarah.
Pada hari ke-5 dilakukan pelepasan jahitan kulit serta kateter pada urethra. Pada
hari ke-6 luka sudah mengering, luka mulai menyatu terbentuk fibris, urin sudah
tidak berdarah. Pada hari ke-7 luka telah kering dan menutup baik, serta saat
urinasi sudah tidak mengeluarkan darah. Perubahan kondisi hewan kasus pasca
operasi juga mengalami peningkatan setiap harinya.
Pasca operasi hewan diberikan antibiotika betamox injeksi, antiinflamasi
deksametason injeksi dan salep oksitetrasiklin. Pemberian antibiotika injeksi
dilakukan untuk mencegah infeksi pada luka bekas jahitan. Pemberian
antiinflamasi bertujuan untuk mengurangi tanda panca radang yang berlebihan
yaitu rubor, kalor tumor, dolor dan functiolesa. Pemberian salep bertujuan untuk
mencegah infeksi pada luka bekas jahitan dan saluran permanen untuk urinasi.

14

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Simpulan dari laporan ini adalah :
1. Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis dan ditunjang oleh pemeriksaan
laboratorium pada sampel urin, anjing pada kasus ini didiagnosa menderita
urolithiasis.
2. Penanganan kasus urolithiasis pada anjing dilakukan dengan teknik
urethrostomy yaitu tindakan pembedahan dengan membuat saluran atau
lubang permanen pada urethra, untuk mengeluarkan urolith, kalkuli atau
sedimen yang menyumbat urethra.
3. Setelah 7 hari pasca operasi luka incisi telah kering dan menyatu dengan
baik, serta saat urinasi tidak mengeluarkan darah

5.2 Saran
1. Hewan yang mengalami urolithiasis harus segera dilakukan tindakan
operasi agar peluang sembuhnya lebih besar.
2. Untuk mencegah kambuhnya penyakit urolithiasis maka komposisi
makanan harus tepat agar nutrisi dalam tubuh anjing dapat seimbang.
3. Hewan yang telah di operasi urethrostomy juga harus dibarengi dengan
kastrasi dan pengangkatan kantong skrotum, agar urin yang akan
dikeluarkan tidak menumpuk pada kantong skrotum.

15

DAFTAR PUSTAKA
Arum, Christy. 2012. Asuhan Keperawatan pada TN “M” dengan Gangguan
Sistem Urogenitalia-Urolithiasis.
http://sichesse.blogspot.co.id/2012/05/asuhan-keperawatan-pada-tn-mdengan.html (tanggal akses: 12 Januari 2016).
Bartges JW, Osborne CA, Lulich JP. 1999. Methods for evaluating treatment of
uroliths. Vet Clin North Am: Small Anim Pract; 29:45.
Bloom, Frank. 1954. Pathology of The Dog and Cat :The Genitorinary Sistem,
with Cinical Consideration. American Veterinary Publication inc. United
States of America. Evanston. pp 463.
Breitschwerdt EB. 1986. Contemporary Issues in Small Animal Practice:
Nephrology and Urology. New York.Churchill Livingstone.pp: 261
Brown,
Scott.A.
2013.
Urolithiasis
in
Small
Animals.
http://www.merckmanuals.com/vet/urinary_sistem/noninfectious_diseases
_of_the_urinary_sistem_in_small_animals/Urolithiasis_in_small_animals.
html (tanggal akses: 12 Januari 2016).
Fossum, T.W. 2002. Small Animal Surgery, ed 2nd Mosby, St. Lois London.
Toronto. Philandelphia sydney.
Gipson, J.M. 1996. Biokimia Patologi Hewan. Pusat Antar Universitas Institut
Pertanian Bogor. pp 141.
Koesharyono
C.
2008.
Penanganan
Kasus
Urolithiasis
padaAnjing.http://www.anjingkita.com/ (tanggal akses: 12 Januari 2016).
Mariyani. 2009. Kasus Urolithiasis pada Anjing dan Kucing. Institut Pertanian
Bogor. Bogor
Sastrowardoyo, S. 1997. Urologi Penuntun Praktis. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. pp: 72.
Smith., H.A., T.C Jones dan R.D. Hunt. 1972. Veterinary Pathology. 4th Lea &
Febiger. Philadelpia. pp: 1521
Suryandari, P., P. Santi., P. Fajar. 2012. Kasus Urolithiasis pada Kucing.
Universitas Brawijaya. Malang.
Thomson RG. 1988. Special Veterinary Pathology. Philadelphia. B.C. Decker Inc.
pp : 661

16