Studi Kasus Venereal Sarcoma Pada Anjing Golden Retrivier Betina.

(1)

KEMENTERIAN

RISET,

TEKNOLOGI

PENDIDIKAN

TINGGT

I]NIVERSITAS

I]DAYANA

UPT

PERPUSTAKAAN

Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung' Bali - 80364 Telepon (0361) 702772. Fax (0361) 701907

E-mail : perpu$qkelqdq!14@r-ahqq'qpjd Laman : wt'w e'lib ulLtd.q!.kl

-'--:

SURATKETERANGAN

NO :0004/UN.l1'I 2'1lPerpus/00'09/20t 6

Yang bcianda tangan dibawah ini Kepala UPT Peryustakaan Unive$itas Udayana menerangkan hahwa:

:

Anak Agung Gde JaYawardbita

:196002011987021002

:

Kedokteran Hewan

Memang benar telah menyerahkan 1 eksempLar Karya

Ilmiah

dan

I

keping CD di UPT Perpustakaan Universitas Udayana, dengan judul:

Venercal SarcomaP^da Aniing Golden Retrive Betinn

Demikian sLfat pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya

Bukit Jimbaran.i9 Januari 2016 Mengetahui,

n dan Pengolahan Koleksi

\V

0s012001 Nama

NIP.


(2)

KEMENTERIAN

RISET,

TEKNOLOGI

PENDIDIKAN

TINGGI

UNIVERSITAS UDAYANA

UPT

PERPUSTAKAAN

Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung, Bali - 80364 Telepon (0361) 702772, Fax (0361) 701 907

E-mail : pcruustakaar'tudalanalalvahoo.co.id Laman : rvrlu'.c lib unud.trc.id

SURAT

PERNYATAAN PUBLIKASI

NO :0004ruN.14.I.2.1/Perpus/00.09/2016

Yang befianda tangan dibawah ini:

Nana

NIP.

Fakultas/ Pro gram Studi

:

Anak Agung Gde Jayawardhita

: 196002011987021002

:

Kedokteran Hewan

Menyatakan bersedia menyerahtan hak publikasi kepada UPT Perpustakaan tlniversitas

Udayana. Judul Karya Ilrniah yang akan dipublikasikan adalah:

Veneteal SarcomaPada Anjing Goldcn Retrile Bctina.

Demikian surat pemyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestiiya.

Bukit Jimbaran. 19 Januari 2016

Yang memberi pernyataan, dan Pengolalran Koleksi

/|

"'"-(Araky'gung Gde Jayawardhita) 4nak AgunE j: NtP.19780221


(3)

STUDI KASUS

VENEREAL SARCOMA PADA ANJING GOLDEN RETRIVER BETINA

Oleh :

Anak Agung Gde Jayawardhita Ni Luh Sundari Rahayu

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2016


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudulStudi Kasus Venereal Sarcoma Pada Anjing Golden Retriver Betina“.

Penulis menyadari laporan ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. drh. I Ketut Anom Dada, M.S. selaku direktur Rumah Sakit Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana

2. Bapak drh. I Wayan Gorda, M.Kes selaku pembimbing Koasistensi

Laboratorium Bedah Veteriner;

3. Bapak drh. I Gusti Agung Gde Putra Pemayun, MP. selaku kordinator Koasistensi Laboratorium Bedah Veteriner;

Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penulisan laporan ini, penulis menyampaikan banyak terimakasih. Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran kearah perbaikan sangat penulis harapkan.

Denpasar, Januari 2016


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penulisan ... 3

1.3 Manfaat Penulisan ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Venereal Sarcoma ... 5

2.2 Etiologi ... 6

2.3 Patogenesis ... 7

2.3.1 Teori perubahan genetik ... 8

2.3.2 Teori feedback deletion ... 8

2.3.3 Teori multifaktor ... 8

2.3.4 Teori stadium ganda ... 8

2.3.5 Multicelular origin of cancer field theory ... 9

2.4 Tanda Klinis ... 9

2.5 Diagnosis ... 10

2.6 Prognosis ... 11

2.7 Terapi ... 12

BAB III MATERI DAN METODE ... 15

3.1 Materi ... 15

3.1.1 Hewan kasus ... 15

3.1.2 Alat-alat ... 15

3.1.3 Bahan dan Obat ... 15

3.2 Metode ... 16

3.2.1 Pre operasi ... 16

3.2.2 Operasi... 18

3.2.3 Pasca operasi ... 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

4.1 Hasil ... 20

4.2 Pembahasan ... 22

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 25

5.1 Simpulan ... 25

5.2 Saran ... 25

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(6)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Catatan pemeriksaan Hewan ... 17 2. Pengamatan Kesembuhan Luka Post-operasi ... 20 3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Patologi Balai Besar Veteriner... 21


(7)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anjing adalah hewan mamalia yang termasuk ke dalam family Canidae, ordo Carnivora yang telah mengalami domestikasi dari serigala sejak 15.000 tahun yang lalu. Anjing merupakan hewan yang sering dijadikan hewan peliharaan oleh manusia. Sifat anjing yang bersahabat dengan manusia menjadikan anjing dapat dilatih, diajak bermain, dan tinggal bersama. Anjing banyak memberi manfaat pada manusia salah satunya dapat menjadi teman, penjaga rumah, ternak, pemburu, penyelamat, dan sebagai pelacak di kepolisian. Namun anjing juga sering mengalami gangguan kesehatan. Secara umum penyebab penyakit pada anjing dapat berupa agen infeksius dan non infeksius. Agen infeksius antara lain bakteri, virus, parasit, sedangkan agen non infeksiusnya antara lain faktor lingkungan, cuaca, suhu, dan faktor dalam tubuh hewan itu sendiri, misalnya umur, kelamin, dan genetik.

Dalam keadaan tertentu, suatu sel dapat mengalami perubahan sifat yang mengakibatkan pertumbuhan sel-sel yang abnormal (neoplasma/tumor). Tumor merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi pada anjing. Tumor adalah suatu massa jaringan yang abnormal dimana pertumbuhannya berlebihan dan tidak terkoordinasi dengan jaringan normal disekitarnya (Dharma dan Putra, 1997) atau pertumbuhan jaringan baru yang abnormal yang berbeda dengan jaringan normal yang sudah ada (Sudisma et al., 2006). Sel tumor berasal dari sel-sel yang sebelumnya adalah sel normal. Tumor atau neoplasma dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu benigna (tumor tenang) dan malignant (tumor ganas). Ciri-ciri tumor ganas (malignant) antara lain pertumbuhan tumor cepat dan menyusup dalam jaringan, terfiksir dan merusak jaringan sekitar, jaringan baru yang tumbuh berlainan dengan jaringan sekitar, batas-batas tidak jelas (tidak berkapsul), dapat menyebar (metastasis) ke jaringan tubuh yang lain, setelah operasi pengangkatan tumor mungkin bisa kambuh lagi, pertumbuhan tumor dapat mengganggu pertumbuhan jaringan sekitar dan mengganggu metabolisme umum


(8)

2

dan fungsi organ lainnya. Sedangkan ciri-ciri tumor jinak (benigna) adalah mempunyai kapsul dan dapat digerak-gerakkan, tidak terfiksir pada jaringan, pertumbuhan lambat, umumnya tidak membahayakan, kematian dapat terjadi apabila lokasi dan ukurannya sedemikian rupa sehingga menekan dan mengganggu jaringan dan organ sekitar, umumnya setelah operasi tidak tumbuh lagi (Sudisma et al., 2006).

Anjing yang terserang tumor umumnya memiliki nafsu makan yang baik, tetapi akan terjadi penurunan berat badan secara bertahap (tergantung jenis tumor). Nutrisi yang ada seharusnya dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan maupun perkembangan fungsional tubuh, tetapi sel tumor memanfaatkan nutrisi yang ada untuk tumbuh (Sudiono et al., 2003). Umumnya penderita tumor mati dalam kondisi kaheksia. Untuk itu diperlukan penanganan untuk menghilangkan tumor dari jaringan tubuh atau meminimalkan pertumbuhan sel tumor untuk memaksimalkan kondisi fisiologis tubuh. Salah satu tumor yang cukup ganas dan sering menyerang anjing adalah Venereal sarcoma.

Venereal sarcoma merupakan tumor yang menyerang organ genetalia dan sangat menular pada anjing. Tumor ini diklasifiksikan menjadi 2 kelompok berdasarkan lokasi massa tumor yaitu genital Venereal sarcoma dan Ekstragenital Venereal sarcoma. Genital Venereal sarcoma ditularkan melalui perkawinan alam (koitus), sedangkan Ekstragenital Venereal sarcoma karena kontak seperti mengendus atau pun menjilat saat koitus (Das, 2000). Secara makroskopis Venereal sarcoma berupa massa berbentuk seperti bunga kol (cauliflower-like mass) pada daerah genital atau permukaan kulit dengan disertai leleran berdarah dan juga deformitas pada daerah mata atau hidung akibat invasi dari tumor.

Penanganan yang dapat digunakan untuk mengobati Venereal sarcoma antara lain yaitu dengan pembedahan, radiasi maupun kemoterapi. Penanganan Venereal sarcoma dapat dilakukan dengan eksisi/pengangkatan secara total (operasi) (Sudisma et al., 2006). Penanganan Venereal sarcoma dengan pengangkatan total tumor termasuk pencegahan kemungkinan sel tumor bermetastasis (pertumbuhan sekunder) ke tempat lain. Namun, pengangkatan tumor dengan pembedahan tidak hanya memberikan hasil yang kurang


(9)

3

memuaskan tetapi tumor juga dapat tumbuh kembali. Tindakan tersebut dapat dibarengi dengan radioterapi sehingga tumor dapat secara tuntas dihilangkan akan tetapi cara ini membutuhkan tenaga terlatih, peralatan yang canggih, dan biaya yang mahal (Boscos and Ververidis, 2004).

Tindakan lain yang dapat dilakukan yaitu dengan cara kemoterapi. Kemoterapi dapat memberikan hasil yang cukup baik terhadap regresi dari tumor. vincristine sulfat merupakan bahan yang digunakan sebagai kemoterapi agen untuk menanganai kasus Venereal sarcoma (Martins et al,. 2005). Venereal sarcoma mempunyai prognosa dubius (Mayer et al., 1959; Spector, 1993; Martins et al,. 2005).

Studi tentang Venereal sarcoma memiliki dampak besar dalam dunia kedokteran hewan. Dalam hal ini berbagai upaya diarahkan untuk mendapatkan standarisasi diagnosis, memahami perilaku evolusi tumor, mengevaluasi faktor prognosis seperti morfologi. Pengetahuan terhadap parameter ini sangat penting sebagai pilihan dan keberhasilan terapi, sehingga memperkecil kambuhnya tumor dan peningkatan kelangsungan hidup.

1.2 Tujuan

Tujuan penulisan laporan ini yaitu :

1. Mengetahui cara mendiagnosa, prosedur operasi dan rencana terapi kasus Venereal sarcoma pada anjing Golden Retriever betina; serta

2. Mengetahui dampak terapi pembedahan terhadap anjing Golden Retriver betina penderita Venereal sarcoma.

1.3 Manfaat

Manfaat penulisan laporan ini yaitu:

Memberikan informasi serta menambah wawasan bagi praktisi dan mahasiswa Kedokteran Hewan dalam melakukan diagnosa dan prosedur operasi pengangkatan tumor serta perawatan pascaoperasi Venereal sarcoma pada anjing Golden Retriver betina.


(10)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Venereal Sarcoma

Venereal sarcoma atau sering disebut Venereal granuloma, Transmissible Venereal Tumor, Transmissible lymphosarcoma atau Stiker tumor merupakan tumor pada anjing yang secara umum menyerang alat kelamin luar tetapi terkadang juga dapat menyerang alat kelamin bagian dalam. Venereal sarcoma merupakan jenis tumor ganas yang khas pada hewan, terutama anjing. Venereal sarcoma dapat terjadi pada hewan betina maupun jantan, dimana penularannya melalui koitus (Tella et al., 2004). Selain itu Venereal sarcoma dapat ditularkan melalui transfer fisik sel tumor yang layak melalui kontak langsung dengan kulit yang terluka atau jaringan mukosa (Stockmann et al., 2011). Hal ini umum terjadi karena kebiasaan seksual anjing yang tidak terkontrol. Pada saat koitus sering terjadi perdarahan akibat kontak mukosa dari penis dengan vagina sehingga transplantasi dari tumor akan menjadi mudah. Venereal sarcoma umumnya menginfeksi alat genital jantan maupun betina (Rasul, 2009). Namun, anjing betina lebih peka terhadap tumor ini (Berata et al., 2011).

Pada studi sebelumnya, bahwa jika dilakukan transplantasi sel tumor secara subkutan maka dalam 2-3 minggu akan terjadi tumor berukuran 3-6 mm. Bentuk tumor akan mencapai maksimum pada minggu ke-5 hingga minggu ke-7. Tumor dapat tumbuh 15-60 hari setelah implantasi, dan tidak terdeteksi selama

beberapa tahun (Lombart and Cabanie, 1968; Moulton, 1978). Pengelupasan dan

transplantasi sel tumor selama kontak fisik merupakan penyebab utama penularan ke mukosa genital, dan juga ke hidung atau mukosa mulut, saat kawin atau menjilat alat kelamin anjing yang terkena Venereal sarcoma. Pertumbuhan tumor umumnya dapat terlihat dalam waktu 2-6 bulan setelah kawin pertama. Venereal sarcoma dapat tumbuh lambat selama bertahun-tahun atau lebih kemudian menjadi invasif dan akhirnya menjadi ganas dan bermetastasis. Metastasis dilaporkan kurang dari 5-17% dari total kasus (Berata et al., 2011;Utpal dan Arup Kumar, 2000).


(11)

5

2.2 Etiologi

Venereal sarcoma pada anjing pertama kali ditemukan oleh Novinsky tahun 1876 yang menjelaskan bahwa tumor dapat di transplantasikan di host yang memungkinkan ke yang lain dengan inokulasi dari sel-sel tumor. Beberapa ahli menggangap tumor ini disebabkan oleh agen virus, akan tetapi tumor tidak secara konsisten bisa ditrasmisikan oleh sel bebas. Pada anjing Venereal sarcoma dapat terjadi karena tumor terimplantasi pada mukosa kelamin saat koitus (Purohit, 2008). Transmisi tumor kelamin terjadi hanya dengan transplantasi sel tumor yang layak dan bukan oleh virus yang mengubah sel-sel yang rentan (Rust, 1949). Partikel virus onkogenik belum pernah terlihat dalam sel-sel tumor dengan mikroskop elektron (Murray et al., 1969; Moulton, 1990).

Venereal sarcoma sering menjadi persoalan yang serius di seluruh dunia yang terjadi pada frekuensi yang sama baik pada jantan maupun betina. Kejadian Venereal sarcoma ini paling banyak terjadi di lingkungan tropis dengan temperatur hangat (Rogers, 1997). Menurut Thakur and Bradley (1983), kejadian Venereal sarcoma terjadi pada hewan muda yang aktif secara seksual, banyak menyerang anjing dengan kisaran umur 2-5 tahun. Venereal sarcoma tidak hanya dapat ditularkan oleh sesama spesies anjing tetapi juga kepada hewan lainnya yang masih termasuk family Canidae, seperti rubah (Higgins, 1966).

Venereal sarcoma merupakan masalah yang cukup serius karena banyak populasi anjing liar. Di India di laporkan kejadian kasus ini berkisar 23-43% dari total kasus tumor pada populasi anjing. Perilaku seksual yang tidak terkontrol dari populasi anjing liar tersebut yang menyebabkan tingginya tingkat kejadian Venereal sarcoma di suatu wilayah. Selain melalui perkawinan, tumor juga dapat menular melalui jilatan. Pada anjing betina, kejadian ini ditemukan pada bagian belakang vagina atau perbatasan antara vestibulum dan vagina. Sedangkan pada anjing jantan dapat ditemukan pada gland penis, bagian lain dari penis, lapisan visceralis, dan parietalis dari preputium (Berata et al., 2011).


(12)

6

2.3 Patogenesis

Neoplasma atau tumor adalah transformasi sejumlah gen yang menyebabkan gen tersebut mengalami mutasi pada sel DNA. Karsinogenesis akibat mutasi materi genetik ini menyebabkan pembelahan sel yang tidak terkontrol dan pembentukan tumor atau neoplasma. Gen yang mengalami mutasi disebut proto-onkogen dan gen supresor tumor, yang dapat menimbulkan abnormalitas pada sel somatik. Usia sel normal ada batasnya, sementara sel tumor tidak mengalami kematian sehingga multiplikasi dan pertumbuhan sel berlangsung tanpa kendali. Sel neoplasma mengalami perubahan morfologi, fungsi, dan siklus pertumbuhan. Untuk terjadinya karsinogenesis diperlukan lebih dari satu mutasi untuk mengubah suatu sel normal menjadi sel-sel kanker. Hampir semua sel neoplasma berasal dari satu sel yang mengalami mutasi karsinogenik. Sel tersebut mengalami proses evolusi klonal yang akan menambah risiko terjadinya mutasi ekstra pada sel desendens mutan. Sel-sel yang hanya memerlukan sedikit mutasi untuk menjadi ganas diperkirakan bersumber dari tumor jinak. Ketika mutasi berakumulasi, maka sel tumor jinak itu akan menjadi tumor ganas (Tjarta, 1973).

Pertumbuhan neoplasma atau kanker pada dasarnya dibagi menjadi beberapa fase antara lain 1). fase inisiasi adalah fase dimana berubahnya sel normal tubuh menjadi sel yang peka/terinisiasi; 2). fase induksi adalah fase sel tubuh yang sudah peka oleh karsinogen akan merubah menjadi sel kanker. Fase inisiasi dan fase induksi tidak bisa diketahui, diperkirakan dapat berlangsung puluhan tahun; 3). fase insitu yaitu fase dimana sel kanker itu bertumbuh terus tetapi masih pada tempatnya, belum menembus membrana basalis intra epitelial, intra lobuler. Fase ini lamanya sangat bervariasi bisa selamanya tetap dalam fase ini, biasanya berlangsung sampai lima tahun; 4). fase invasif yaitu dimana sel kanker telah keluar dari membrana basalis dan menginfiltrasi jaringan sekitarnya. Fase ini lebih cepat berlangsung kira-kira kurang dari lima tahun; 5). fase disseminasi yaitu fase dimana sel kanker itu sudah tumbuh jauh diluar organnya. Bila telah mencapai fase ini dikatakan kanker sudah tidak dapat diobati dan biasanya berlangsung sangat cepat (1 – 5 tahun) (Tjarta, 1973).


(13)

7

Menurut Sudiono (2008) terdapat beberapa teori patogenesis terbentuknya tumor diantaranya :

2.3.1 Teori perubahan genetik

Menurut teori ini, terjadinya perubahan genetik yang menetap pada sel sehingga sintesis protein yang lebih aktif dan ini digunakan lebih banyak untuk reproduksi daripada bekerja. Ketika sel sudah mulai aktif, kemudian terjadi mutasi sel lebih lanjut. Jadi mula-mula terjadi perubahan epigenetik yaitu perubahan metabolime sel yang menyebabkan gen pengendali pembelahan sel menjadi tidak aktif (perubahan kariotip). Pada permulaan kanker, kerusakan ini tidak terlihat. Kemudian perubahan yang tidak terlihat ini secara langsung atau melalui bahan karsinogen lain akan menjadi perubahan yang terlihat yang secara klinis tampak sebagai tumor.

2.3.2 Teori feedback deletion

Semua sel mempunyai potensi genetik untuk berubah menjadi kanker tetapi dalam keadaan normal potensi ini terhambat. Karsinogen akan merusak sel pengatur (efek genetik) atau merusak enzim (efek epigenetik) sehingga merusak mekanisme yang stabil. Pada sel tumor, gen pengatur pertumbuhan menghilang sehingga kemampuan enzim feedback menyebabkan sel mendekati perubahan menjadi kanker. Konsep kehilangan kontrol ini disebut feedback deletion.

2.3.3 Teori multifakor

Satu tumor dapat disebabkan oleh beberapa penyebab yang bekerja sinergistik atau aditif. Seperti halnya, faktor genetik, hormon, virus, dan penyinaran. Faktor hormon mempengaruhi jaringan sedemikian rupa sehingga jaringan mudah dipengaruhi oleh karsinogen lain.

2.3.4 Teori stadium ganda

Tumor ganas tidak hanya timbul akibat faktor-faktor penyebab yang banyak (multifaktor) tetapi juga melalui stadium yang progresif (multistage). Evolusi ini memerlukan waktu beberapa bulan atau tahun. Menurut teori ini,


(14)

8

terdapat 2 stadium yaitu inisiasi dan promosi. Jadi, pada awalnya inisiator yang bekerja, selanjutnya promotor. Promotor disebut juga ko-karsinogen. Inisiator menimbulkan mutasi genetik, tetapi juga usaha regenerasi sel akan dirusak oleh promotor. Jadi, awalnya akan terjadi hyperplasia baru kemudian terjadi mutasi spontan dengan bentuk kanker.

2.3.5 Multicelular origin of cancer field theory

Neoplasma terbentuk oleh sel yang berdekatan dan secara serentak bukan berasal dari satu sel. Neoplasma mulai ditempat yang dipengaruhi oleh karsinogen secara maksimal, respon neoplastik kemudian terjadi pada jaringan sekitarnya yang juga terkena pengaruh karsinogen yang sama.

2.4 Tanda Klinis

Tanda klinis dari Venereal sarcoma ialah adanya bentukan seperti cauliflower berwarna kemerahan yang biasanya terlihat pada daerah genital. Secara makroskopis, bentuknya beragam, ada yang kecil maupun besar (5µ m-10cm), lunak maupun keras, abu-abu hingga kemerahan, bentuk nodular maupun papilari.

Penampakan tumor pada anjing betina biasanya terdapat pada vestibula atau caudal vagina, melintang sampai ke vulva. Harus diwaspadai adanya cairan hemoragi pada daerah vulva yang bisa menyebabkan anemia permanen. Cairan ini bisa memancing pejantan dan keadaan seperti ini pada anjing betina sering di kelirukan dengan estrus (Martins et al., 2005; Mahmud, 2012). Tanda klinis yang tampak merupakan benjolan dan tetesan darah pada vestibula, jika dilakukan palpasi maka akan terasa pertumbuhan yang tidak teratur (lobuler) seperti buah anggur atau bunga kol (Mayer et al., 1959).

Tumor ini juga dapat ditemukan pada seluruh bagian mukosa vagina, sering pula menyebar ke vestibula hingga labia. Ukuranya bervariasi dari nodular kecil hingga menyebar ke lumen vulvovagina atau menjulur hingga diantara labia. Kelamin sering mengalami perubahan yang regresif hingga mudah berdarah serta keluar leleran serous ataupun leleran purulent dari vagina (Aiello et al., 2000).


(15)

9

Metastasis ditemukan pada jaringan subkutan, limponodus, mata, tonsil, hati, limfa, dan mukosa mulut. Secara patologi anatomi Venereal sarcoma hampir selalu tampak seperti bunga kol, atau peduncle, noduler, papiler atau multilobuler, berukuran ± 5 mm, superfisial biasanya bernanah dan mengalami peradangan. Secara histopatologi Venereal sarcoma terletak pada lapisan dalam stroma. Serat-serat retikuler mengandung kelompok sel tumor. Venereal sarcoma terdiri atas limfoblast yang besar dengan sel tumor berbentuk bulat, polihedral, dan bersifat uniform. Inti besar dan bundar dengan inti yang hiperkromatis dan banyak gambaran mitosis. Ada 6-8 bentuk mitosis dalam satu daerah pandang dengan perbesaran besar. Sitoplasma sel berwarna merah jambu pucat dengan sedikit granula. Venereal sarcoma cukup mengandung vaskularisasi dan mengandung sedikit limfosit, makrofag, eosinofil, dan sel mast (Berata et al., 2011).

2.5 Diagnosis

Secara sitologi, sel Venereal sarcoma dapat beraneka ragam. Sel dapat berbentuk bulat sampai oval dan terkadang terdapat gambaran mitosis dengan satu atau dua nukleulus (Singh et al., 1996). Pemeriksaan histologi dari Venereal sarcoma umumnya menunjukkan pertumbuhan massa sel. Akibat massa tumor yang terus bertambah, maka bentuk sel akan terlihat irregular dan juga disertai munculnya fibroblast. Kemunculan fibroblast tersebut kemungkinan merupakan indikasi sel tumor yang mengalami transformasi. Selain itu, sering juga ditemukan adanya infiltrasi dari limfosit, plasma sel, dan makrofag yang merupakan tanda adanya sistem kekebalan tubuh (Tella et al., 2004).

Menurut Sudisma et al., (2006), untuk menentukan diferensial diagnosis suatu tumor dapat dilakukan dengan anamnesa yang baik, inspeksi, palpasi, biopsi, yang diikuti dengan pemeriksaan mikroskopis. Anamnesa dari pemilik diperlukan untuk mengetahui sejarah menyeluruh kesehatan anjing, awal timbulnya gejala, dan kemungkinan insiden yang mungkin telah mendahului kondisi ini. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan mencari lokasi tumor, dan


(16)

10

dilakukan palpasi untuk mengetahui batas, ukuran, konsistensi, dan terasa nyeri atau tidak (Sriwibowo, 2005).

Pada kasus Venereal sarcoma, tanda klinis bervariasi tergantung lokasi tumor. Secara makroskopis, tumor pada anjing betina terlihat sama seperti pada anjing jantan dan kejadiannya dapat terlokalisir pada daerah vestibulum, atau kaudal vagina, menyebar sampai vulva sehingga sering menyebabkan deformitas pada daerah region perineal. Anjing dengan lokasi tumor pada daerah genitalnya akan terlihat keluarnya cairan bercampur darah dari alat kelaminnya. Cairan tersebut akan sering dikelirukan dengan kejadian erethritis, cystitis, atau prostitis (Rogers, 1997).

Pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk menegakkan diagnosa Venereal sarcoma adalah dengan cara biopsi. Biopsi yang dilakukan untuk pemeriksaan histologi adalah metode yang paling dapat diandalkan untuk diagnosis. Jika ada keraguan tentang diagnosis histologis, dapat dilakukan diagnosis definitif dengan analisis kromosom, studi imunohistokimia, dan elektron-mikroskopis juga akan membantu untuk mendeteksi Venereal sarcoma (Utpal dan Arup Kumar, 2000).

Beberapa kasus Venereal sarcoma dengan lokasi ekstragenital (tidak pada alat kelamin), diagnosa secara klinis lebih sulit dilakukan karena Venereal sarcoma menyebabkan gejala klinis yang bervariasi tergantung dari lokasi terjadinya tumor secara anatomi seperti apistaksis, epiphora, deformitas wajah atau mulut dan pembesaran limfonodus regional (Rogers, 1997). Diagnosa definitif didapatkan berdasarkan pemeriksaan fisik dan gambaran mikroskopis dari pemeriksaan laboratorium terhadap sel tumor yang didapatkan secara biopsi (Richardson, 1981).

2.6 Prognosis

Kasus tumor yang masih berada pada tahap awal atau terutama kasus yang kurang dari 1 tahun dan kasus independent atau tanpa metastasis, keberhasilan penyembuhan dengan tindakan pembedahan yang dilanjutkan kemoterapi dengan vincristine bisa mencapai 100%. Namun, apabila kasusnya sudah lebih lama serta


(17)

11

telah terjadi metastasis, terapi yang dibutuhkan akan lebih lama dan rata-rata angka kesembuhan lebih rendah. Efek samping kemoterapi juga harus diperhitungkan (Boscos, 2004; Meutuah, 2012).

Pada prinsipnya penanganan tumor adalah mengangkat atau

menghilangkan tumor secara komplit, seperti halnya dalam kasus Veneral sarcoma. Pengangkatan harus dilakukan sebaik mungkin tanpa menyisakan massa tumor sekecil apapun. Pada beberapa kasus biasanya selalu diikuti dengan tindakan kemoterapi. Pada anjing dewasa sel tumor regresi secara spontan setelah mengalami perkembangan imunitas tumor mencegah pertumbuhan tumor secara baik. Sebaliknya, sel tumor tumbuh menjadi ulserasi dan metastasis pada induk semang yang tidak kompeten secara imunologis sehingga prognosa dari penyakit Venereal sarcoma ini dari fausta hingga infausta. Hal yang paling baik dilakukan untuk mendapatkan prognosa yang baik jika pada kasus ini diimbangi dengan radiasi tambahan atau kemoterapi yang digunakan (Kutzler, 2013).

Beberapa penelitian imunologi menjelaskan bahwa Venereal sarcoma merupakan antigenik pada anjing sehingga respon imun dari host terhadap tumor memainkan peranan yang paling penting terhadap status kesembuhan dari penyakit (Mizuno et al., 1994). Pada anjing yang pertumbuhan tumor mulai menurun secara spontan dan perkembangan imunitas terhadap tumor untuk mencegah tumor kembali tumbuh terjadi secara baik prognosa kesembuhan akan menjadi baik/fausta (Powers, 1968). Akan tetapi pada beberapa kasus dimana sistem imun anjing tertekan atau tidak mampu memberikan kekebalan, tumor akan terus berkembang serta mengalami metastasis dan prognosa kesembuhannya akan menjadi dubius atau bahkan infausta (Cohen, 1985).

2.7 Terapi

Penanganan beberapa kasus tumor ganas seperti Venereal sarcoma dapat dilakukan dengan pengangkatan secara total (Sudisma et al., 2006). Penanganan dengan pengangkatan total tumor termasuk pencegahan kemungkinan sel tumor bermetastasis ke tempat lain dapat dilakukan dengan tindakan pembedahan dan pengobatan disertai dengan kemoterapi.


(18)

12

Pengobatan Venereal sarcoma yang paling efektif ialah dengan kemoterapi setelah dilakukan pengangkatan massa tumor pada jaringan. Pada studi sebelumnya, menunjukan pengobatan dengan vincristine hasilnya sangat baik. Vincristine diberikan setiap minggu dengan dosis 0,5-0,7 mg/m2 dari area tubuh atau 0,025 mg/kg secara intra vena. Lama pengobatan juga bervariasi 2-7 kali (Marcos et al., 2006; Nak et al., 2005; Papazoglou et al., 2001). Vincristine merupakan kelompok vinca alkaloid yg merupakan obat kemoterapi. Vincristine ialah ekstrak dari tanaman Vinca Rosea yang merupakan racun microtubule (Brooks, 2008).

Perawatan Venereal sarcoma tidak terlalu mudah pada beberapa pengobatan termasuk pembedahan. Pembedahan ekstensif dilakukan untuk Venereal sarcoma kecil, dengan angka keberhasilan 56-68% tumor akan menyebar secara invasi. Kontaminasi melalui jalur bedah dengan sel-sel Venereal sarcoma merupakan salah satu bentuk penularan.

Pemulihan lesi berlangsung secara perlahan walaupun kadang-kadang tidak disadari dan signifikan pada permulaan pengobatan. Pengobatan komplit biasanya 2-7 kali injeksi dan terjadi lebih dari 90% kasus yang di obati. Penyembuhan mencapai 100% pada kasus pengobatan pada tahap regresi terutama untuk kasus yang kurang dari 1 tahun dan kasus independent atau tanpa metastasis.

Jika kasusnya sudah lebih lama, terapi yang dibutuhkan juga lebih lama dan rata-rata angka kesembuhan lebih rendah. Efek samping juga harus diperhitungkan. Komplikasi yang sering terjadi dari pengobatan menggunakan vincristine yaitu munculnya lesi pada jaringan lokal yang dapat berkembang menjadi nekrosis dengan crust. Selain itu juga vincristine juga berdampak terhadap spermatogenesis. Spermatogenesis dapat terganggu secara sementara maupun permanen akibat penggunaan agen yang bersifat sitotoksik. Penelitian menunjukan bahwa vincristine merusak DNA dari sel germinal dan mengurangi perkembangan sel tersebut (Mc Envoy, 1987).

Gen cystostatis seperti vincristine bisa menyebabkan myelosupresi dan gastrointestinal efek. Leucopenia peripheral neuropati juga dapat terjadi. Agen


(19)

13

kemoterapi lain yang diindikasikan untuk pengobatan Venereal sarcoma termasuk cyclophosphamide (5mg/kg, peroral untuk 10 hari sebagai obat tunggal atau diberikan bersamaan dengan prednisolon 3mg/kg selama 5 hari) selain itu obat mingguan vinblastine (0,1 mg/kg IV selama 4-6 minggu) methotrexate (0,1 mg/kg per oral tiap hari lainnya) atau kombinasi ke-3 obat di atas. Untuk kasus resistensi bisa diobati dengan doxorobian, 30 mg/m2 dengan 3 kali pemberian setiap 21 hari. Pada kasus yang gagal dengan kemoterapi, radioterapi dilaporkan memiliki efek yang bagus. Imunitas tumor memainkan peranan dalam regresi tumor setelah kemoterapi (Choi et al., 2014).


(20)

14

BAB III

MATERI DAN METODE

3.1 Materi

3.1.1 Hewan kasus

Hewan kasus yang digunakan yaitu anjing Golden Retriver berumur 2 tahun, betina, berwarna coklat dengan berat badan 20,7 kg. Hewan memiliki nafsu makan yang bagus. Hewan kasus sudah pernah kawin 2 kali dan partus satu kali tapi anaknya mati. Serta hewan kasus juga sudah pernah di operasi satu kali, namun kambuh lagi. Tanda klinis yang ditemukan adalah adanya pembengkakan dan peradangan yang kronis pada daerah di sekitar vulva vagina. Sulit untuk dipalpasi karena hewan merasa kesakitan. Selain itu keluar leleran darah dari vagina, bau, serta adanya lubang akibat tumor yang telah pecah.

3.1.2 Alat-alat

Alat yang digunakan dalam pembedahan ini adalah scalpel, mata pisau (blade), allice forcep, artery clamp, drape clamp, gunting operasi lurus dan bengkok, pinset bergigi, pinset fisiologis, needle holder, jarum ujung segitiga, forcep tampon, dan tempat tampon, drape cloth, intravenous catheter, infus set, jarum suntik 3 ml dan 1 ml.

3.1.3 Bahan dan Obat

Bahan dan obat yang dipersiapkan adalah tampon, plester, alkohol 70%, ringer lactate, gloves, NaCl 0.9%, antiseptik (betadine), benang non-absorable (silk), gloves, dan masker. Obat-obat yang dipersiapkan adalah premedikasi yaitu atropine sulphate, serta anesthesi umum yaitu dengan kombinasi ketamine dan xylazine. vitamin K, antibiotik penisilinstreptomisin, antibiotik amoxan, asam mefenamat, enbatic salep, kemoterapi dengan vincristine, dan visorbit.


(21)

15

1.2 Metode 1.2.1Preoperasi

a. Persiapan ruang operasi

Ruang operasi dibersihkan dari kotoran dengan disapu (dibersihkan dari debu), kemudian meja operasi disterilisasi dengan alkohol 70%.

b. Preparasi alat

 Sterilisasi alat-alat bedah

Sterilisasi pada alat-alat bedah bertujuan untuk menghilangkan seluruh mikroba yang terdapat pada alat-alat bedah, agar jaringan yang steril atau pembuluh darah pada anjing yang akan dibedah tidak terkontaminasi.

c. Persiapan hewan kasus :

1. Pemeriksaan hewan

Persiapan hewan, hewan yang akan dioperasi dilakukan pemeriksaan meliputi signalemen, anamnesa, dan status present. Adapun catatan pemeriksaan hewan tersaji pada (Tabel 1).


(22)

16

Tabel 1. Catatan Pemeriksaan Hewan

Nama Pemilik : Anak Agung Putri

Alamat : Jln. Muding Indah No.7X Denpasar Telp : 081999156455

Signalements Anamnesa

Nama Hewan : Kemsi Adanya pembengkakan pada vulva, keluar

leleran berupa darah dan bau, mulai sakit semenjak 6 bulan lalu, sudah pernah di operasi satu kali, namun kambuh lagi setelah 3 bulan pasca operasi. Nafsu makan dan minum normal. Sudah pernah kawin dua kali, dan partus sekali namun anaknya mati.

Jenis Hewan : Anjing

Breed/Ras : Golden

Retriver

Jenis Kelamin : Betina

Umur : 2 Tahun

BB (Kg) : 20,7 Kg

Status Present Anggota gerak : Normal

Jantung (x/menit) : 85 Kulit : Normal

Pulsus (x/menit) : 85 Feses : Normal

CRT (detik) : 2 Urine : Normal

Respirasi (x/menit) : 20 Sistem Respirasi : Normal

Suhu (0C) : 38,5 Sistem Sirkulasi : Normal

Sistem Syaraf : Normol

Sistem Reproduksi : Ada massa

jari-ngan seperti

bunga kol pada vulva.

 Hewan yang akan dioperasi dilakukan pencatatan signalemen,

anamnesa, dan pemeriksaan klinik. Sebelum dilakukan operasi, hewan dipuasakan selama 12 jam agar hewan tidak muntah pada waktu teranaesthesia;

 Pertama-tama di injeksikan vitamin K untuk mencegah pendarahan saat operasi (dosis terlampir);

 Kemudian diinjeksi dengan premedikasi yaitu atropine sulphate sebanyak 2 ml secara subkutan (dosis terlampir);

 Setelah 10 menit, kemudian di anestesi menggunakan kombinasi xylazine dan ketamine dengan jumlah pemberian masing-masing 2,5 ml xylazine dan 2,5 ml ketamine secara intra muscular (dosis terlampir);

 Setelah teranestesi, hewan kasus ditempatkan pada posisi dorsal recumbency;


(23)

17

 Hewan disiapkan secara aseptik, kemudian dilakukan pemasangan endotraceal tube (ETT) dan dilakukan pemasangan intravena kateter untuk infus lactat ringer;

 Kemudian diberi antiseptik untuk menjaga kondisi aseptik. 2. Persiapan perlengkapan operator dan asisten

Perlengkapan yang dibutuhkan operator dan asisten adalah masker, penutup kepala, dan sarung tangan serta menggunakan

pakaian khusus operasi. Perlengkapan-perlengkapan tersebut

sebelumnya telah disterilisasi.

3.2.2 Operasi

Setelah tahapan pre-operasi selesai dilakukan dan hewan telah teranestesi. Hewan diletakkan pada posisi dorsal recumbency. Kasus Venereal sarcoma pada anjing betina dapat dilakukan pembedahan dengan metode episiotomy, namun dalam pembedahan ini tidak menggunakan metode tersebut karena massa tumor Venereal sarcoma pada anjing kasus sudah mencapai bibir vulva sehingga langsung dilakukan pengangkatan massa tumor.

Pengangkatan tumor dilakukan secara hati-hati sehingga tidak menimbulkan trauma pada urethra dan dapat mengangkat massa tumor semaksimal mungkin. Diamati dan dihentikan jika terjadinya perdarahan dengan diberikan vitamin K dengan cara di intra vena (IV). Setelah prosedurnya selesai, dilakukan penutupan pada daerah tumor yang telah pecah dengan membuat insisi baru dengan menggunakan satu lapis jahitan. Jahitan pada kulit menggunakan benang non-absorrable dengan pola interrupted suture. Daerah operasi dibersihkan, lalu bekas luka insisi diolesi antiseptik (betadine) dan diberi enbatic salep.


(24)

18

3.2.3 Pasca Operasi

Setelah tindakan operasi pengangkatan massa tumor selesai dilakukan, pasien diberikan antibiotik penisilinstreptomisin secara intramuskular sebanyak 2 ml untuk mencegah adanya infeksi sekunder. Kemudian dilakukan kemoterapi dengan menyuntikkan vincristine 0,5 ml secara intravena dengan interval satu minggu dan diberikan 2 kali. Hal ini dilakukan mengingat Venereal sarcoma pada anjing kasus sudah pernah kambuh, dan setelah kemoterapi yang kedua massa tumor sudah tidak muncul kembali. Pemberian antibiotik amoxan 500 mg dengan pemberian 2 kali sehari 1 capsul selama lima hari. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi bakteri. Analgesik asam mefenamat 500 mg dengan pemberian 2 kali sehari 1/2 tablet secara per-oral selama lima hari (perhitungan dosis terlampir). Asam mefenamat diberikan sebagai analgesik yang juga memiliki efek anti-inflamasi. Selain dilakukan treatment dengan pemberian obat, dilakukan juga treatment lainya. Adapun treatmen yang dilakukan adalah dengan mengurangi gerak, menjaga kebersihan daerah tempat tidurnya, pemasangan Elizabeth collar, dan perlindungan terhadap luka jahitan dengan pemberian enbatic salep.


(25)

19

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil perkembangan kesembuhan post-operasi anjing kasus dari hari ke hari mengalami peningkatan. Perkembangan kesembuhan luka disajikan dalam (Tabel 2).

Tabel 2. Pengamatan Kesembuhan Luka Post-operasi

No. Pengamatan Post-operasi Kondisi Hewan Post-operasi

1. Hari ke-1 Hewan kasus masih tampak lemas, pasif, nafsu

makan menurun, adanya kebengkakan serta masih terdapat leleran darah namun sedikit. Sedangkan luka jahitan dalam keadaan bagus. Gambar (terlampir).

2. Hari ke-2 sampai ke-6 Hewan kasus sudah mulai bergerak aktif dan

agresif, nafsu makan dan minum normal, kebengkakan pada bagian vulva sudah hilang. Tidak teramati munculnya massa tumor pada bagian yang telah di bedah, serta tidak ada leleran dari vagina. Luka jahitan sudah menempel dengan baik. Gambar (terlampir).

3. Hari ke-7 Luka sudah menyatu dan terlihat kering, tidak

teramati munculnya massa tumor pada bagian yang telah di bedah. Pelepasan jahitan silk pada hari ke tujuh. Serta dilakukan kemoterapi yang kedua. Gambar (terlampir).

4. Hari ke-8 sampai 10 Nafsu makan dan minum menurun, dan muntah.

Hewan kasus terlihat lemas. Massa tumor tidak teramati muncul kembali dan keadaan daerah post-operasi terlihat seperti normalnya. Gambar (terlampir).

5. Hari ke-11 sampai ke-14 Nafsu makan dan minum hewan kasus mulai

normal dan hewan kasus sudah kembali agresif dan lincah bermain. Massa tumor tidak teramati muncul kembali dan keadaan daerah post-operasi terlihat seperti normalnya. Gambar (terlampir).

6. Hari ke- 14 sampai saat ini Hewan kasus dengan keadaan normal seperti

semula, dan tidak teramati munculnya massa tumor. Gambar (terlampir).


(26)

20

Selain dilakukan pemeriksaan hewan secara umum termasuk signalement, anamnesa, dan status present juga dilakukan pemeriksaan laboratorium. Adapun pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan hematologi dan biopsi untuk pemeriksaan histopatologi jaringan massa tumor. Berdasarkan hasil laboratorium penunjang, jenis tumor yang ditemukan pada hewan kasus adalah Venereal sarcoma, sehingga diperlukan penanganan yang lebih lanjut yaitu kemoterapi dengan vincristine.

Hasil pemeriksaan hematologi menunjukkan hasil neutrofilia atau meningkatnya neutrofil, sedangkan untuk pemeriksaan darah yang lain semua menunjukkan normal (hasil pemeriksaan darah terlampir). Sedangkan untuk pemeriksaan histopatologi menunjukkan bahwa hewan menderita tumor ganas yaitu Venereal sarcoma. Adanya sel-sel tumor berupa sel-sel limfoblas, ukurannya homogen, tumor bersifat infiltratif, banyak ditemukan sel-sel yang mengalami mitosis, dan ditemukan banyak stroma (hasil pemeriksaan histopatologi terlampir).

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Patologi Balai Besar Veteriner Denpasar

Sampel Gambaran Histopatologi

Jaringan tumor yang

diambil melalui

prosedur operasi

Sel-sel tumor berupa sel-sel limfoblas, ukurannya homogen, tumor bersifat infiltratif, banyak ditemukan sel-sel yang mengalami mitosis, dan ditemukan banyak stroma.

Berdasarkan pemeriksaan fisik, sejarah lingkungan, pemeriksan klinis, hasil laboratorium, dan pengamatan pasca operasi, hewan kasus telah didiagnosa menderita tumor ganas yaitu Venereal sarcoma. Prognosa dari penyakit Venereal sarcoma ini termasuk fausta. Hal yang paling baik dilakukan untuk mendapatkan prognosa fausta pada kasus ini dapat dilakukan tindakan pengangkatan massa tumor dan juga diimbangi dengan kemoterapi. Pada hewan kasus juga sudah dilakukan prosedur tersebut dan selama pengamatan pasca operasi hewan kasus menunjukkan keadaan baik dan sehat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan terdiri dari faktor lokal, faktor tubuh hewan itu sendiri, dan faktor luar. Faktor lokal terdiri dari keadaan


(27)

21

vaskularisasi jaringan, jenis, jumlah, dan virulensi bakteri serta lamanya serangan oleh bakteri tersebut, ada tidaknya benda asing di tempat tersebut. Faktor umum adalah pemakaian obat-obatan tertentu yang menghambat koagulasi protein, atau hewannya yang selalu gelisah. Usia hewan, gizi buruk, dan faktor kekebalan yang tidak memadai akan memperlambat resolusi radang (Ibrahim, 2000). Mengingat anjing ini memiliki nafsu makan yang bagus serta agresif (lincah) sehingga proses kesembuhan tumor akan lebih mudah dan cepat maka prognosa untuk kasus ini adalah fausta/baik.

4.2 Pembahasan

Pemeriksaan darah dilakukan sebelum tindakan operasi. Berdasarkan hasil pemeriksaan darah hewan kasus tersebut mengalami neutrofilia. Hal ini terlihat dari tingginya neutrofil. Jumlah neutrofil pada hewan kasus ini adalah 78%, sedangkan batas normal neutrofil pada anjing adalah 60-77%. Kondisi ini biasanya terjadi pada kasus yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Kemungkinan pada kasus ini, hewan kasus juga mengalami infeksi sekunder yang disebabkan oleh bakteri, sehingga hasil dari pemeriksaan neutrofil tinggi. Hal ini dapat terjadi karena massa tumor pada hewan kasus sudah mencapai bibir vulva sehingga vagina menjadi terbuka dan infeksi bakteri akan dapat terjadi. Namun, untuk hasil pemeriksaan darah yang lain semuanya menunjukkan kondisi normal. Dimana seharusnya limfosit akan teraktivasi dan meningkat jumlahnya pada suatu individu yang terinfeksi agen yang disebabkan oleh virus. Begitu pula pada kondisi dimana suatu individu terinfeksi kronis oleh suatu penyakit maka limfosit akan meningkat jumlahnya (limfositosis)(Berata at al,. 2011).

Peneguhan diagnosa dilakukan dengan pemereksaan biopsi dari jaringan tumor yang dikirim ke Laboratorium Patologi Balai Besar Veteriner Denpasar untuk dilakukan pengujian laboratorium. Hasil dari pengujian laboratorium

menyatakan bahwa anjing yang bernama Kemsi menderita Venereal sarcoma

(hasil pemeriksaan terlampir). Hasil perkembangan kesembuhan post-operasi anjing kasus dari hari ke hari mengalami peningkatan. Veneral sarcoma disebabkan oleh terjadinya transplantasi tumor dari satu host rentan ke yang lain


(28)

22

dengan inokulasi sel-sel tumor melalui perkawinan (Utpal dan Arup Kumar, 2000). Tindakan yang terbaik pada kasus anjing yang mengalami Venereal sarcoma adalah dengan pembedahan untuk mengangkat massa tumor sebelum bermetastasis pada jaringan yang lainya.

Anjing dengan kasus Venereal sarcoma awalnya menunjukan keluarnya leleran berdarah dari vulva. Kejadian ini kurang mendapatkan perhatian khususnya dari pemilik, mengingat bahwa pemilik baru lima bulan memelihara dan sering ditinggal oleh pemiliknya. Menurut keterangan pemilik, tanda tumor baru teramati ketika keluar leleran darah dan massa tumor semakin membesar. Namun, saat itu pemilik sudah melakukan pengangkatan massa tumor hanya saja tidak dilakukan kemoterapi. Sehingga setelah 3 bulan pasca operasi tumor tersebut tumbuh kembali.

Pada kasus ini jalan terbaik yang dapat dilakukan yaitu pembedahan dengan pengangkatan massa tumor yang dilakukan pada hari Rabu, 30 Desember 2015. Tujuan dari tindakan pengangkatan massa tumor adalah agar tumor tidak bermetastasis pada jaringan normal yang dapat terinfeksi. Mengingat kasus ini sudah pernah terjadi.

Pada saat dilakukan pembedahan ditemukan massa tumor berbentuk tidak beraturan yang kurang lebih memiliki diameter 2 cm. Mengingat setelah pemberian yang kedua massa tumor sudah tidak tumbuh lagi. Massa tumor tidak berkapsul dan rapuh yang mengarah pada tumor ganas. Pemantauan kondisi umum hewan (terlampir) saat dilakukan operasi. Penanganan Venereal sarcoma dengan pengangkatan total tumor termasuk pencegahan kemungkinan sel tumor bermetastasis ke tempat lain dapat dilakukan dengan tindakan pembedahan dan pengobatan disertai dengan kemoterapi. Kemoterapi dengan menggunakan vincristine diberikan dalam selang waktu seminggu dengan dosis 0,5 ml secara intra vena. Lama pengobatan diberikan 2 kali. Kemoterapi dengan vincristine pada anjing dilaporkan dapat sembuh 35 hari pasca operasi (Tella et al., 2004). Tumor akan muncul kembali pasca operasi pembedahan jika tidak dilakukan kemoterapi dengan vincristine(Boscos and Ververidis, 2004).


(29)

23

Kesembuhan pada hewan kasus pasca operasi dan kemoterapi secara total terjadi pada hari ke-11 dengan kesembuhan yang sangat bagus. Perubahan kondisi hewan kasus pasca operasi sangat baik, tidak terlihat tanda-tanda terjadi kekambuhan sehingga operasi ini dinyatakan berhasil.


(30)

24

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Adapun simpulan yang dapat ditarik adalah :

1. Berdasarkan hasil anamnesa, tanda klinis, dan ditunjang oleh

pemeriksaan laboratorium hematologi dan histopatologi, hewan kasus menunjukkan diagnosa definitif Venereal sarcoma;

2. Tindakan pembedahan dilakukan untuk mengangkat serta menghilangkan

massa tumor dengan tujuan supaya tumor tidak bermetastasis pada jaringan lainya. Serta tindakan kemoterapi diberikan dengan menggunakan vincristine guna melengkapi proses penyingkiran massa tumor.

3. Pada kasus Venereal sarcoma ini, hewan kasus menunjukkan kondisi sembuh pada hari ke-11 pasca operasi dengan kemoterapi sebanyak 2 kali. Sehingga kasus Venereal sarcoma pada anjing Golden Retriver betina menunjukkan prognosa fausta/baik.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan adalah :

1. Hewan yang mengalami Venereal sarcoma harus segera dilakukan

tindakan operasi agar sel tumor tidak menyebar ke jaringan atau organ lain.

2. Setelah dilakukan operasi pengangkatan massa tumor sebaiknya

dilanjutkan dengan kemoterapi menggunakan vincristine injeksi. Karena Venereal sarcoma merupakan jenis tumor ganas yang sangat mudah bermetastasis ke jaringan lain disekitarnya.


(31)

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Aiello SE, et al. 2000. The Merck Veterinary Manual Manual Eight ed. Merck and Co. Inc whitehouse N.J. USA.

Berata IK, Winaya IB, Mirah AA, Windia IB. 2011. Patologi Veteriner Umum. Sawasta Nulus. Denpasar.

Boscos, CM and Ververidis, HN. 2004. Canine TVT : Clinical findings, diagnosis and treatment. Sci. Proc WSVA-FECAVA-HVMS World Congress, Rhodes, Greece. 2: 758-761.

Brooks, W.C. 2008. Vincristine (Oncovin, Vincasar). veterinarypartner.com.

Cohen D. 1985. The Cenine transmissible venereal tumor : A unique result of tumor progression. Adv Cancer Res. 43:75-112.

Choi SJ, Lee DB, Kim NS. 2014. Cryosurgery and electrocautery in treatment of transmissible venereal tumours in large breed dogs: a case report. Veterinarni Medicina, 59(9): 461465.

Das, U., Das, A.K. 2000. Review of Canine Transmissible Sarcoma. Vet. Res. Commun, 24: 545-56.

Dharma, D.M.N. dan A.A.G. Putra. 1997. Penyidikan Penyakit Hewan. C.V. Bali Media Adhikarsa. Denpasar.

Kutzler M. 2013. Overview of Canine Transmissible Venereal Tumor.

http://www.merckvetmanual.com/mvm/reproductive_system/canine_transmissible _venereal_tumor/overview_of_canine_transmissible_venereal_tumor.html#top.Ta nggal Akses 7 januari 2016.

Lombard CH, and Cabanine P. 1968. Le sarcoma de sticker. Rev. Med Vet. 119(6):565-586.

Mc Envoy GK. 1987. American Hospital Formulary Hospital Service Drug Information. In: Bethesda, MD. American Society of Hospital and Pharmacist.

Mahmud M. 2012. Transmissible Venereal Tumor (TVT).

http://kuliah-bhn.blogspot.com/ 2012/ 12/ transmissible-venereal-tumor-tvt.html. Akses 7 Januari 2016.

Marcos. R., Santos. M., Marrinhas. C., dan Rocha E. 2006. Vet Clin Pathol.Cutaneous transmissible venereal tumor without genital involvement in a prepubertal female dog. Mar 35(1):106-9.


(33)

Mayer K, Lacroix JV, Hoskins WB. 1959. Canine Surgery 4th ed. American Veterinary Publication, Inc.

Martins, Mello MI, Ferreira de Souza F, Gobello C. 2005. The Canine Transmissible Venereal Tumor: Etiology, Pathology, Diagnosis and Treatment. Faculty of Veterinary Science, National University of La Plata, La Plata, Buenos Aires. Argentina.

Meutuah M. 2012. Transmissible Venereal Tumor (TVT).

http://kuliah-bhn.blogspot.com/2012/12/transmissible-venereal-tumor-tvt.html.

Moulton JE. 1990 Tumors of domestic animals.3rd Edn.University of California Press Berkley and Los Angeles.10:498-502.

Moulton, JE. 1978. Tumor of Genital System. In: Moulton JE, ed. Tumors in domestik animals. 2. California: University of California. 326-330.

Mizuno, S., Fujinaga, T. and Hagion, M. 1994. Role of lymphocytes in spontaneous regression of axperimentally transplanted canine transmissible venereal sarcoma. J. Vet. Med. Sci. 56:15-20.

Nak, D., Nak, Y., Cangul, I.T., and Tuna, B. 2005. A Clinico-pathological Study on the Effect of Vincristine on Transmissible Venereal Tumour in Dogs. Journal of Veterinary Medicine Series A 52 (7) , 366–370.

Papazoglou, L. G.,. Koutinas, A. F., Plevraki, A. G., Tontis, D. 2001. Journal of Veterinary Medicine. Primary Intranasal Transmissible Venereal Tumour in the Dog: A Retrospective Study of Six Spontaneous Cases. Series A 48 (7) , 391–400. Powers, RD. 1968. Immunologic properties of canine transmissible venereal sarcoma.

Am. J. Vet. Res. 29: 1637-1645.

Purohit G. 2008. Canine Transmissible Venereal Tumor: A Review. The Internet Journal of Veterinary Medicine. Volume 6 Number 1.

Richardson, RC. 1981. Canine Transmissible Venereal Tumor. Comp Contin Edue Pract. Vet. 3: 951-956.

Rogers KS. 1997. Transmissible venereal tumor. Comp Contin Educ Pract Vet. 19(9):1036-1045.

Singh, J., Rana, JS., Sood, N., Pangawkar, G.R and Gupta, P.P. 1996. Clinico-Pathological stadies on the effect of different anti-neoplastic chemotherapy regimens on transmissible venereal tumor in dogs. Vet. Res. Commun. 20 :71-81.


(34)

Spector WD, and Spector TD. 1993. Pengantar Patologi Umum (An Introduction to General Pathology) Edisi Ketiga. Penerjemah Soetjipto, Harsono, Amelia Hana, dan Pudji Astuti. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Sriwibowo, Kun. 2005. Akurasi Biopsi Aspirasi Jarum Halus sebagai Sarana dalam Menegakkan diagnosa Neoplasma Ganas Jaringan Lunak. Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang. pp : 5-10 Available from.

Stockmann D, Ferrari HF, Andrade AL, Lopes R, Cardoso, Tereza C, Luvizotto MCR. 2011. Canine Transmissible Venereal Tumors: Aspects Related to Programmed Cell Death. Braz J Vet Pathol, 2011, 4(1), 67-75.

Sudiono, J., B. Kurniadhi, A. Hendrawan, B. Djimantoro. 2003. IlmuPatologi. Jakarta :PenerbitBukuKedokteran ECG.

Sudisma, I.G.N., I.G.A.G. Putra Pemayun, A.A.G. Jaya Warditha, I.W. Gorda. 2006. Ilmu Bedah Veteriner dan Teknik Operasi. Pelawa Sari. Denpasar.

Tella M, and Taiwo VO. 2004. Complete Regression of Transmissible Venereal Tumour (TVT) in Nigerian Mongrel Dogs with Vincristine Sulphate Cemotherapy. African Journal of Biomedical Research, Vol. 7 ;133 138.

Tjarta, A.1973. Kumpulan Kuliah Patologi. Jakarta: Bagian Patologi Anatomi FKUI. Utpal Das and Arup Kumar Das. 2000. Review of canine transmissible venereal


(35)

Lampiran 1.Gambar Hewan Kasus Sebelum dan Setelah Dioperasi

Gambar 1.Venereal sarcoma sebelum dilakukan operasi


(36)

Gambar 3.Operasi pengangkatan massa Venereal sarcoma

Gambar 4.Hilangnya massa tumor Venereal sarcoma setelah pengangkatan pada daerah vulva


(37)

Gambar 5.Potongan massa Venereal sarcoma saat operasi


(38)

Gambar7.Hasil jahitan pada bagian tumor yang pecah

Lampiran 2.PengamatanHewanKasusPascaOperasi

Gambar 1.Kondisi hewan kasus hari ke-1 pascaoperasi


(39)

Gambar 3.Kondisi hewan kasus hari ke-7 pascaoperasi

Gambar 4.Kemoterapi yang kedua dilakukan pada hari ke-7pascaoperasi


(40)

Gambar 6. Kondisi hewan kasus hari ke-8 sampai ke-10 pasca operasi

Gambar 7.Kondisi hewan kasus hari ke-11 sampai ke-14 pascaoperasi


(41)

Lampiran3. Hasil pemeriksaan laboratorium histopatologi Balai Besar Veteriner Denpasar

Gambar 1.Gambaran histopatologi kasus Venereal sarcoma Keterangan : A. adanya stroma, B. Adanya sel limfoblas, C. Sel mengalami

mitosis (pembelahan)

A

C


(1)

Gambar 3.Operasi pengangkatan massa Venereal sarcoma

Gambar 4.Hilangnya massa tumor Venereal sarcoma setelah pengangkatan pada daerah vulva


(2)

Gambar 5.Potongan massa Venereal sarcoma saat operasi


(3)

Gambar7.Hasil jahitan pada bagian tumor yang pecah

Lampiran 2.PengamatanHewanKasusPascaOperasi

Gambar 1.Kondisi hewan kasus hari ke-1 pascaoperasi


(4)

Gambar 3.Kondisi hewan kasus hari ke-7 pascaoperasi

Gambar 4.Kemoterapi yang kedua dilakukan pada hari ke-7pascaoperasi


(5)

Gambar 6. Kondisi hewan kasus hari ke-8 sampai ke-10 pasca operasi

Gambar 7.Kondisi hewan kasus hari ke-11 sampai ke-14 pascaoperasi


(6)

Lampiran3. Hasil pemeriksaan laboratorium histopatologi Balai Besar Veteriner Denpasar

Gambar 1.Gambaran histopatologi kasus Venereal sarcoma Keterangan : A. adanya stroma, B. Adanya sel limfoblas, C. Sel mengalami

mitosis (pembelahan)

A

C