Studi Kasus Salivary Mucocele Pada Anjing Lokal (campuran).
KEMENTERIAN
RISET,
TEKNOLOGI
PENDIDIKAN
TINGGI
I]NIVERSITAS UDAYANA
UPT
PERPUSTAKAAN
Alamat : Kampus Unud Bukit Jinbaran Badung' Bali - 80364 Telepon (0361) 702772, Fax (0361) 701907
E-mail : pemustaka;rudavanaldf4bgQ.qqkl Laman : w\\av.c-lib'unud ac icl
SURAT
KETERANGAN
NO r0005/UN.14.I.2'11Perpus/00'09/201 6
Yang bertanda tangan dibawah ini Kepala UPT Perpustakaan Universitas Udayana menerangkan bahwa:
:
Anak Agung Gde JaYawardhita : 196002011987021002: Kedokteran Hewan
Memang benar telah menyerahkan 1 eksemplar Karya
Ilmiah
dan I keping CDdi LjPT
Perpustakaan Universitas Udayana, delgan judul:Sdlirari Mucocele Pada Anjing Lokal (Campuran)
Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya
Rukit Jimbaran.l9 Januari 20l6 Mengetahui,
Ka. Perpustakaan Universitas Uda.vana dan Pengolahan Koleksi Nama
NIP.
Fakultas/ Program Studi
Aslnti- S.So 5012001
(2)
KEMDNTERIAN
RISET,
TEKNOLOGI
PENDIDIKAN
TINGGI
I]NIVERSITAS UDAYANA
UPT
PERPUSTAKAAN
Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung' Bali - 80364 Teiepon (0361) 702772, Fax (0361) 701907
E-mail : perpustakaanuclavanal'd4hQq4Q.(! Laman I www c lib unud aL(!
SURAT
PERNYATAAN PUBLIKASI
NO :0005/UN'14'I'2'1/Perpus/00'09/2016
Yang beianda tangan dibawah ini: Nama
NIP,
Fakultas/ Program Studi
:
Anak Agung Gde Jayawardhiia : 196002011987021002: Kedokteran
HewanMenyatakan bersedia menyerahkan hak publikasi kepada UPT Perpustakaan l]niversitas
Udayana. Judul Karya
llmiah
yang akan dipublikasikan adalah:Salivafi MucocelePada Anjing Lokal (Campuran)
Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagainana meslin) c
Bukit Jimbaran, l9 Januari 20l6
Ka. Peryustakaan Universitas Udayana a.n.
Yang memberi pernyataan, Bag.Pengern! an dan Pengolahan Koleksi
J ayawardh ita) Anak Asuns SrlAstuti. S.Sos.
(3)
STUDI KASUS
SALIVARY MUCOCELE
PADA ANJING LOKAL (CAMPURAN)
OLEH
ANAK AGUNG GDE JAYAWARDHITA NI PUTU VIDIA TIARA TIMUR
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
(4)
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmatNya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus bedah yang berjudul Salivary Mucocele pada Anjing Lokal (Campuran).
Penulis menyadari penulisan laporan ini didukung oleh bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak drh. I Wayan Gorda, MS selaku koordinator Koasistensi Laboratorium Bedah Veteriner.
2. Bapak drh. A. A. Gde Jayawardhita, M.Kes selaku dosen pembimbing kasus mandiri Koasistensi Laboratorium Bedah Veteriner.
3. Bapak Dr. drh I Ketut Anom Dada, M.S selaku direktur Rumah Sakit Hewan dan dosen Koasistensi Laboratorium Bedah Veteriner.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran membangun penulis terima dengan tangan terbuka.
Denpasar, April 2015
(5)
iii
DAFTAR ISI
COVER ……… i
KATA PENGANTAR ……… ii
DAFTAR ISI ……… iii
DAFTAR GAMBAR ……… iv
BAB I PENDAHULUAN ……… 1
1.1Latar Belakang ……… 1
1.2Tujuan ……… 2
1.3Manfaat ……… 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……… 3
2.1 Uraian Judul/Diagnosis ……… 3
2.2 Etiologi ……… 3
2.3 Gejala/Tanda Klinik ……… 4
2.4 Diagnosis ……… 4
2.5 Prognosis ……… 4
2.6 Pengobatan ……….. 5
BAB III MATERI DAN METODE ……… 6
3.1 Materi ………. 6
3.2 Metode ……… 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………...…………. 11
4.1 Hasil ……… 11
4.2 Pembahasan ………. 13
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ……… 17
5.1 Simpulan ………. 17
5.2 Saran………. 17
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(6)
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Salivary mucocele pada anjing ……… 2
Gambar 2. Glandula salivarius pada anjing ………. 3
Gambar 3. Anjing yang mengalami salivary mucocele……….. 6
Gambar 4. Anjing pasca operasi ……….….. 10
Gambar 5. Anjing pasca operasi kedua……….…. 15
(7)
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Sejak tahun 2000, penggemar anjing di Bali sangat banyak. Beriringan dengan itu, jumlah dan jenis anjing populasinya meningkat tajam. Demikian juga terhadap kasus kesehatan pada anjing yang semakin bervariasi. Salah satu kasus pada anjing yang penulis temukan adalah kasus kesehatan pada glandula salivarius. Menurut Smith (2000), salivary mucocele merupakan kumpulan dari saliva yang mengalami kebocoran pada glandula salivarius atau salurannya. Mucocele merupakan siste yang tidak sebenarnya. Menurut Howey (2001), salivary mucocele dapat dibedakan menjadi tiga:
1. Cervical mucocele
Cervical mucocele merupakan kumpulan dari saliva pada bagian paling dalam dari ruang intermandibular pada sudut rahang atau bagian atas daerah leher. Cervical
mucocele umumnya terletak di jaringan subkutaneus leher atau daerah
intermandibular. Umumnya hewan mengalami mucocele di daerah cervicalis (Sheila et al., 2003).
2. Pharingeal mucocele
Pharingeal mucocele paling jarang terjadi pada hewan. Pharingeal mucocele muncul berfluktuasi, mulus, dan pembengkakan terjadi pada dinding faring bagian lateral. 3. Ranula
(8)
2 Gambar 1. Salivary mucocele pada anjing
Sumber : Solutions in Small Animal Medicine and Surgery II
Salivary mucocele ini dapat terjadi pada anjing dan kucing. Ras anjing yang sering menderita adalah German Sheeperd, Poodle toy, dan miniatur. Menurut Howey (2001), kasus salivary mucocele tidak bersifat herediter dan tidak ada kecenderungan pada jenis kelamin.
1.2TUJUAN
Tujuan penulisan karya ilmiah ini yaitu untuk mengetahui tentang salivary mucocele, dari etiologi, diagnosa, teknik operasi dan terapi pasca operasi.
1.3MANFAAT
Manfaat dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memberi informasi mengenai salivary mucocele sehingga laporan ini dapat menjadi salah satu acuan dalam penanganan kasus salivary mucocele.
(9)
3
BAB II
TINJAUAN KASUS
2.1 SALIVARY MUCOCELE
Salivary mucocele adalah kumpulan dari saliva yang mengalami kebocoran pada glandula saliva atau salurannya. Ada empat pasang glandula salivarius pada anjing dan kucing yaitu parotis, mandibularis, sublingualis dan zygomatic. Glandula yang sering mengalami cedera akibat proses patologis (kalkuli, neoplasia, dan trauma) adalah glandula mandibularis dan glandula sublingualis. Glandula mandibularis merupakan glandula yang menghasilkan sekresi mukus dan serous. Glandula mandibularis letaknya di percabangan vena maksilaris (internal maxillaris) dan vena lingual facialis (external maxillaris) yang merupakan cabang dari vena jugularis (Howey, 2001).
Gambar 2. Glandula salivarius pada anjing
Sumber : Solutions in Small Animal Medicine and Surgery II
2.2 ETIOLOGI
Penyebab terjadinya salivary mucocele bermacam-macam. Penyebab salivary mucocele adalah trauma, inflamasi, kalkuli, dan neoplasia.
(10)
4 Traumatik dapat terjadi akibat penetrasi benda asing atau gigitan. Sebab inflamasi biasanya berupa sialoadenitis atau adanya benda asing. Kasus ini paling banyak dilaporkan diakibatkan trauma dan inflamasi sedangkan salivary mucocele yang diakibatkan neoplasia dan sialolithiasis sangat jarang terjadi (Spangler dan Culbertson, 1991).
2.3 GEJALA / TANDA KLINIK
Gejala yang tampak bervariasi, berdasarkan tingkat keparahan dan lokasi lesi. Glandula sublingualis merupakan glandula saliva yang sering terkena. Kadang ditemukan rasa sakit, kadang tidak. Kebengkakan yang secara perlahan berkembang dengan konsistensi lunak hingga keras. Terkadang bengkak bertambah besar saat makan dan ukurannya berkurang saat sekresi glandula berkurang. Jika kebengkakannya sangat besar dapat mengganggu proses menelan dan makan atau mengganggu pernafasan jika kebengkakan menekan regio pharyngeal. Hewan biasanya akan mengalami disfagia, anoreksia, stridor hemoragi atau dispnea (Howey, 2001).
2.4 DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan dengan FNA (Fine Needle Aspiration), biopsi atau sialography. Tujuannya untuk membedakan salivary mucocele dengan sialoadenitis, sialolith, neoplasia, congenital bronchial cleft cyst atau lymphoadenopathy (Hoffer, 1975). Uji hematologi umumnya normal kecuali bila disertai inflamasi akan tampak perubahan leukogram. Hasil FNA biasanya ditemukan warna grey gold dan mukus disertai bercak darah. Cairan dapat berupa cairan bercampur darah (berwarna coklat atau abu-abu), cairan mengandung sel-sel inflamasi, cairan mengandung sel darah merah dan cairan mengandung mucin dan ptyalin (Howey, 2001).
Sialography digunakan untuk mengonfirmasi diagnosis. Sialography adalah teknik yang dibutuhkan hanya sedikit (5%) dalam mendiagnosa kasus ini. Teknik ini dilakukan dengan menginjeksi radiopaque dye retrograde pada duktus frenulum (Howey, 2001).
Diagnosis dapat dilakukan selain dengan aspirasi yaitu dengan palpasi pada daerah yang mengalami pembengkakan. Secara umum, palpasi tidak menimbulkan rasa sakit, kecuali pada periode akut atau jika terjadi infeksi (Sheila et al., 2003).
(11)
5
2.5 PROGNOSIS
Prognosis untuk penanganan kasus adalah fausta apabila tidak disertai dengan penyakit lainnya karena salivary mucocele diperkirakan dapat diangkat (Howey, 2001).
2.6 PENGOBATAN
Terapi yang diberikan disasarkan pada tipe lesi yang muncul abses, mucocele, atau neoplasia. Penanganan kasus ini tidakdiperlukan obat. Penanganan dilakukan dengan tindakan operatif. Dapat dilakukan drainage dengan tujuan untuk mengurangi atau membuang hasil produksi saliva sehingga dapat keluar dari glandula. Bisa juga dengan melakukan drainage secara periodik. Tindakan definitif adalah dengan melakukan drainage atau reseksi mucocele. Biasanya glandula submandibularis dan sublingualis secara bersama-sama direseksi (Howey, 2001).
Langkah alternatif adalah melakukan reseksi marsupialisasi (daerah berkantung) atau
redireksi ( ) aliran saliva. Namun langkah ini masih sering menyebabkan kekambuhan. Abnormalitas pasca operasi dapat terjadi. Kekambuhan umumnya terjadi dibawah 5% atau lebih yang disebabkan reseksi yang tidak total, reseksi pada kelenjar yang salah atau adanya kerusakan kelenjar akibat penanganan (Howey, 2001).
(12)
6
BAB III
MATERI DAN METODE 3.1MATERI
3.1.1 HEWAN a. Anamnesa
Terdapat keluhan dari pemilik bahwa pada leher anjing terdapat benjolan yang konsistensinya lembek sejak berumur 8 bulan.
b. Signalemen Hewan
Nama Hewan : Browni Jenis Hewan : Anjing Ras/Breed : Lokal Warna rambut : Coklat Jenis Kelamin : Betina Bobot Badan : 13 kg
c. Status Present
CRT : 1 detik Suhu : 37,60C Frekuensi nafas : 80x/menit Frekuensi jantung : 76x/menit
(13)
7
3.1.2 ALAT
Peralatan yang digunakan yakni: pinset anatomis, towel clamp, gunting, scalpel, solder, blade, arteri clamp, needle holder, jarum suntik, IV catheter, selang infus, catheter, endotratcheal tube, pencukur rambut, thermometer, tampon, kapas, kasa, plester, jarum penampang segitiga, kain drape, gloves, timbangan, baju operasi.
3.1.3 BAHAN
Bahan-bahan yang digunakan dalam operasi ini antara lain: premedikasi Atropin Sulfat, anastesi umum Xylazine dan Ketamin, Vicryl 3/0, chromic catgut 3/0, silk 3/0, cairan Ringer Laktat, NaCl fisiologis, alkohol 70%, povidone iodine, Amoxicillin injeksi, epinephrine, dan vitamin K.
3.2 METODE
Prosedur operasi terdiri atas tiga tahapan yang meliputi: preoperasi, operasi dan post operasi.
3.2.1 PREOPERASI
1. Persiapan alat, bahan dan obat
Peralatan yang akan digunakan disterilisasi terlebih dahulu menggunakan autoklaf selama 30 menit. Peralatan operator dan asisten juga disterilkan seperti: tutup kepala, masker, baju operasi dan glove. Obat-obatan yang akan digunakan selama operasi disiapkan, bila perlu obat-obatan injeksi sudah dimasukkan ke dalam jarum suntik dengan dosis yang sesuai.
2. Persiapan Ruang Operasi
Ruang operasi, meja operasi dibersihkan dan segala keperluan operasi disiapkan dan disusun rapi agar memudahkan kegiatan selama operasi.
3. Persiapan Hewan/Pasien
Pasien diperiksa terlebih dahulu kesehatannya untuk mengetahui apakah operasi dapat dijalankan atau tidak. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan fisik seperti : suhu (0C), frekuensi
nafas (kali/menit), pulsus (kali/menit), berat badan (kg) dan CRT (detik).
Pasien dipuasakan selama ± 8 jam sebelum tindakan operatif dilakukan. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya muntah, urinasi maupun defekasi saat operasi
(14)
8 berlangsung. Pasien ditimbang berat badannya untuk menentukan dosis berbagai obat yang akan diberikan pada saat preoperasi, operasi dan pasca operasi.
Berikut adalah perhitungan premedikasi dan anastesi untuk anjing dengan berat badan 13 kg.
Jumlah pemberian dihitung dengan rumus : Berat Badan x Dosis Aplikasi Kandungan Sediaan Premedikasi
Atropin Sulfat = 13 kg x (0,02-0,04) mg/kgBB 0,25mg/ml
Jumlah pemberian = (1,04 + 2,08) : 2 = 1,5 ml (SC)
Anestesi
Ketamin = 13 kg x (10-15) mg/kgBB 100 mg/ml
Jumlah yang diberikan : (1,3 + 1,95) : 2 = 1,6 ml (IM)
Xylazine = 13 kg x (1-3) mg/BB 20 mg/ml
Jumlah yang diberikan : 0,65 + 1,95 = 1 ml (IM)
Hewan yang telah dianestesi dengan sempurna kemudian dicukur di bagian medial leher kiri hingga bersih untuk mencegah kontaminasi. Bagian tersebut didisinfeksi menggunakan alkohol 70% dan povidone iodine. Hewan diposisikan dorsal recumbency dan ditutup dengan kain drape dan dijepit dengan towl clamp.
4. Persiapan Operator dan Asisten Operator
Operator dan asisten harus menggunakan pakaian steril untuk mencegah kontaminasi silang. Operator dan asisten operator harus mencuci tangan dengan sabun dan menggunakan penutup kepala, glove, dan masker.
3.2.2 OPERASI
Posisi hewan pada saat operasi adalah dorsal recumbency. Lokasi yang akan diincisi dibersihkan (dicukur rambutnya) dan dibersihkan dengan povidone iodine secara
(15)
9 selanjutnya dipasangkan kain drape. Alat – alat operasi yang telah disterilisasi disiapkan dan ditata rapi sehingga memudahkan untuk diambil ketika operasi.
Menurut Howey (2001), teknik operasi :
1. Anjing dipersiapkan dengan posisi dorsal recumbency.
2. Kulit sedikit ditarik kemudian diincisi dengan blade pada medial leher hingga ke subkutan.
3. Kulit diincisi hingga ditemukan kapsul dari glandula mandibularis dan glandula sublingualis.
4. Setelah diincisi kemudian difiksasi hingga kapsul dan glandula tersebut terlepas dari lapisan kulit di sekitarnya.
5. Glandula, saluran glandula, pembuluh darah, dan kapsul mucocele tersebut diligasi dengan menggunakan Vicryl 3/0.
6. Setelah terligasi dengan baik, reseksi glandula, saluran glandula, mucocele, dan pembuluh darah yang telah diligasi.
7. Kulit bagian leher yang berlebih dipotong agar tidak tersedia ruang kosong lagi sehingga tidak terjadi akumulasi cairan saliva kambuhan.
8. Setelah dipotong sesuai dengan bentuk leher anjing, luka operasi dijahit dari subkutan dengan menggunakan benang chromic catgut 3/0 dengan pola jahitan subkutikuler dan kulit dengan menggunakan benang silk 3/0 dengan pola jahitan simple interrupted.
3.2.3 PASCA OPERASI
Setelah dilakukan pembedahan diberikan antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi dengan memberikan Amoxicilin secara intramuscular sebanyak 1,3 ml. Selain itu dilanjutkan dengan pemberian obat yang diresepkan Amoxicillin 500 mg dengan pemberian 3 kali sehari sebanyak ½ tablet, Asam mefenamat ½ tablet 2 kali sehari dan Livron B.plex 1 tablet sehari, masing-masing selama 5 hari. Pemberian antibiotik bertujuan untuk mencegah infeksi pasca operasi. Pemberian asam mefenamat pasca operasi bertujuan sebagai analgesik dan anti inflamasi. Selain itu, diberikan Livron B.plex 1 tablet sebagai terapi suportif untuk memperbaiki kondisi hewan pasca operasi (Perhitungan masing-masing obat terlampir). Pemakaian Elizabeth-collar dilakukan untuk mencegah pasien menggaruk luka yang belum kering. Selain itu dilakukan penggantian perban sehari sekali agar luka operasi tetap bersih dan proses kesembuhan lebih cepat.
(16)
10 Gambar 4. Anjing pasca operasi
(17)
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
Pengamatan Post-Operasi
Perubahan Klinis Terapi
Hari ke- 1 Anjing aktif, nafsu makan baik, bagian luka operasi meradang dan membengkak.
- Amoxicilin, Asam mefenamat dan Livron B.plex
- Luka dibersihan dengan povidone iodine, perban diganti ketika sudah basah Hari ke-2 Anjing aktif, nafsu makan
baik, bagian luka operasi meradang dan membengkak, bengkak lebih besar daripada hari pertama pasca operasi
- Amoxicilin, Asam mefenamat dan Livron B. plex
- Luka dibersihan dengan povidone iodine, perban diganti ketika sudah basah Hari ke-3 Anjing aktif, nafsu makan
baik, bagian luka operasi meradang dan membengkak, bengkak membesar, jahitan pada leher terbuka sehingga cairan keluar.
- Dilakukan penjahitan ulang dengan
pemasangan selang drainage.
- Anestesi (Atropin Sulfat, Ketamin dan Xylazine) diberikan sesuai dengan tindakan operasi sebelumnya - Amoxicilin, Asam
mefenamat dan Livron B.plex
Hari ke-4 Anjing aktif, nafsu makan baik, bagian luka operasi meradang, cairan tetap keluar (cairan berwarna kemerahan)
- Amoxicilin, Asam mefenamat dan Livron B.plex
(18)
12 dengan povidone
iodine, perban diganti ketika sudah basah Hari ke-5 Anjing aktif, nafsu makan
baik,bagian luka operasi meradang, cairan tetap keluar (cairan berwarna bening kemerahan)
- Amoxicilin, Asam mefenamat dan Livron B.plex
- Luka dibersihan dengan povidone iodine, perban diganti ketika sudah basah Hari ke- 6 Anjing aktif, nafsu makan
baik,bagian luka operasi meradang, cairan tetap keluar (cairan berwarna bening kemerahan)
- Amoxan, Asam
mefenamat dan Livron B.plex
- Luka dibersihan dengan povidone iodine, perban diganti Hari ke-7 Anjing aktif, nafsu makan
baik,bagian luka operasi meradang, cairan tetap keluar (cairan berwarna
kemerahan),
- Dilakukan operasi pengangkatan glandula mandibularis dan glandula sublingualis - Anestesi (Atropin
Sulfat, Ketamin dan Xylazine) dosis diberikan sesuai dengan operasi sebelumnya - Amoxan, Asam
mefenamat dan Livron B.plex
Hari ke-8 sampai hari ke-12
Anjing aktif, nafsu makan baik,bagian luka operasi meradang, cairan tetap keluar (cairan berwarna
kemerahan), luka operasi masih basah
-Amoxan, Asam
mefenamat dan Livron B. plex
-Luka dibersihkan
dengan povidone iodine, perban diganti
Hari ke-13 sampai hari ke-17
Anjing aktif, nafsu makan baik, cairan tidak keluar lagi, dan luka operasi masih basah
-Ciprofloxacin, Asam mefenamat dan Livron B. plex
(19)
13 -Luka dibersihkan
dengan povidone iodine, perban diganti
Hari ke-18 sampai hari ke-20
Anjing aktif, nafsu makan baik, luka operasi mulai mengering, pada hari ke-20 luka operasi kering dan jahitan dibuka.
-Ciprofloxacin, Asam mefenamat dan Livron B. plex
-Luka dibersihkan
dengan povidone iodine, perban diganti setiap hari
4.2 PEMBAHASAN
Pada saat dilakukan operasi pembedahan diberikan Atropin Sulfat dengan dosis 1,5 ml secara subkutan. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya muntah, hipersalivasi dan sebagai sedatif. Setelah sepuluh menit dilanjutkan dengan pemberian anastesi umum, diberikan Ketamin (1 ml) dan Xylazine (1,3 ml) yang dikombinasikan dalam satu spuit diinjeksi secara intra muskulus. Xylazine merupakan obat premedikasi, tetapi dalam hal ini dikombinasikan dengan Ketamin untuk mendapatkan anastesi yang sempurna, dimana kedua obat ini mempunyai efek kerja yang antagonis atau berlawanan, sehingga efek buruk yang ditimbulkan berkurang.
Sebelum operasi diinjeksikan vitamin K untuk mencegah perdarahan yang hebat saat dilakukannya operasi mengingat operasi dilakukan di regio cervicalis tempat vena jugularis melintas (vena paling besar). Ephineprin diberikan saat terjadi perdarahan pada kapiler kapiler di daerah operasi mucocele.
Ketamin mempunyai sifat analgesik dan kataleptik dengan kerja singkat. Sifat analgesiknya sangat kuat untuk sistem somatik, tetapi lemah untuk sistem visceral. Tidak menyebabkan relaksasi otot lurik, bahkan kadang-kadang tonusnya meninggi. Ketamin memiliki kekurangan yaitu sangat lemah sifat analgesik pada visceral karena itu tidak dapat diberikan secara tunggal untuk prosedur operasi (Fossum, 1997). Sedangkan Xylazine mempunyai efek sedasi, analgesi,anastesi dan relaksasi otot pada dosis tertentu. Xylazine mempunyai efek terhadap sistem sirkulasi, penapasan dan penurunan suhu tubuh.
(20)
14 Selain itu dapat menyebabkan bradiaritmia, serta diikuti oleh hipotensi yang berlangsung lama (Artbeiter, 1972).
Operasi pengangkatan salivary mucocele berjalan dengan cukup sulit. Pada proses operasi ini cukup sulit dikarenakan pada kasus ini dilakukan tiga kali operasi. Hal ini dikarenakan salivary mucocele terjadi dapat diakibatkan adanya gangguan pada saluran glandula salivarius atau gangguan pada glandula itu sendiri. Sehingga dilakukan tiga kali operasi pada kasus ini
1. Operasi pertama dilakukan untuk pengangkatan kapsul tempat akumulasi saliva 2. Operasi kedua dilakukan untuk pemasangan selang drainage.
3. Operasi ketiga dilakukan karena cairan tetap menetes dari selang drainage selama 4 hari, maka dilakukan reseksi pada glandula mandibularis dan glandula submandibularis kiri.
Ukuran mucocele yang diangkat saat operasi pertama berukuran ±8 cm. Pengangkatan dilakukan di area cervicalis. Pengangkatan dilakukan untuk mengembalikan kondisi normal anjing. Salivary mucocele dapat bertambah besar jika sekresi saliva semakin tinggi setiap harinya. Jika kebengkakannya sangat besar dapat mengganggu proses makan dan menelan atau mengganggu pernafasan jika kebengkakan menekan regio pharyngeal. Hewan biasanya akan mengalami disfagia, anoreksia, stridor hemoragi atau dispnea (Howey, 2001).
Pada kasus ini penanganan dengan operasi merupakan pilihan yang tepat karena langsung mengangkat saluran atau glandula yang mengalami kebocoran sehingga tidak akan tejadi kekambuhan lagi. Apabila mucocele hanya diaspirasi selang jangka waktu tertentu, mucocele akan kambuh kembali dan kemungkinan infeksi yang lebih tinggi akibat tusukan jarum saat aspirasi. Cepatnya penanganan dan pada kasus ini tidak disertai penyakit lain maka prognosis yang didapat akan semakin baik (Howey, 2001).
Operasi kedua dilakukan 3 hari post operasi pengangkatan kapsul mucocele. Operasi kedua dilakukan karena pada hari ketiga post operasi, akumulasi cairan pada daerah operasi pertama membengkak dan terjadi peradangan. Akumulasi cairan dalam jumlah banyak menyebabkan terjadi pembengkakan sehingga jahitan terbuka kembali. Pada operasi kedua dilakukan pemasangan selang drainage. Tujuannya untuk mengeluarkan cairan saliva yang masih tersekresi agar jahitan pada operasi ini tidak terbuka kembali.
(21)
15 Gambar 5. Anjing pasca operasi kedua
Adanya peradangan pada hari pertama hingga hari ke-4 post operasi merupakan hal yang wajar. Segera setelah operasi, rongga luka diisi oleh bekuan fibrinogen dan serum protein lain, eritrosit, leukosit, sel yang mati, dan umumnya bakteri dan benda asing lainnya. Pada akhir fase ini terbentuk kapiler-kapiler baru sekeliling pinggir luka. Dalam jaringan penyambung sekeliling kapiler, sel mesenkial berdiferensiasi menjadi fibroblas, dan sel fagosit akan membersihkan jaringan sel mati. Pada fase ini ditemukan tanda-tanda radang.
Pada hari ke-6 dilakukan penggantian antibiotik dari Amoxicilin 500 mg ke Amoxan 500 mg. Amoxicilin dan Amoxan merupakan antibiotik dengan kandungan yang sama yaitu penisilinnamun. Amoxan lebih paten dibandingkan Amoxicilin. Hal ini dikarenakan luka bekas operasi, masih basah dan pada selang tetap menetes cairan. Cairan yang keluar dari selang drainage berwarna bening kemerahan.
Pada hari ke-7 dilakukan operasi untuk mereseksi glandula mandibularis dan glandula submandibularis sinister. Operasi dilakukan dikarenakan cairan tetap keluar hingga hari ke-12 post operasi pertama atau hari ke-5 post operasi ketiga. Namun cairan yang menetes tersebut sedikit demi sedikit frekuensi dan volumenya mulai berkurang. Pada hari ke-13 dilakukan penggantian antibiotik Amoxan 500 mg ke Ciprofloxacin 500 mg.
(22)
16 Ciprofloxacin merupakan antibiotika golongan fluoroquinolone yang mengandung siprofloksasin hidroklorida monohidrat. Penggantian antibiotik dilakukan karena pemberian antibiotik tidak boleh dalam jangka waktu yang lama untuk menghindari terjadinya resitensi salah satu jenis antibiotik.
Gambar 6. Anjing pasca operasi ketiga
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan terdiri dari faktor lokal, faktor tubuh hewan itu sendiri, dan faktor luar. Faktor lokal terdiri dari keadaan vaskularisasi jaringan, jenis, jumlah, dan virulensi bakteri serta lamanya serangan oleh bakteri tersebut, ada tidaknya benda asing di tempat tersebut, balutan yang terlalu menekan atau istirahat yang tidak cukup. Faktor umum adalah pemakaian obat-obatan tertentu yang menghambat koagulasi protein, atau hewannya yang selalu gelisah. Usia hewan yang tua, gizi buruk, dan faktor kekebalan yang tidak memadai akan memperlambat resolusi radang (Ibrahim, 2000).
Pada hari ke-13 post operasi pertama, cairan tidak keluar lagi namun, luka operasi masih basah. Luka bekas operasi semakin hari semakin mengering dan pada hari ke-17 luka operasi sudah menyatu dengan sempurna dan benang silk pada kulit dilepas. Pemberian obat dihentikan sampai hari ke-20 setelah benang silk dilepas.
(23)
17
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN
Simpulan dari laporan ini adalah :
5.1.1. Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis anjing pada kasus ini didiagnosa menderita salivary mucocele.
5.1.2. Salivary mucocele yang diderita anjing ini bersifat kronis jadi pelaksanaan operasi ini cukup sulit dilakukan tetapi prognosa dari kasus ini adalah fausta.
5.2 SARAN
Saran yang dianjurkan dalam penanganan kasus ini :
5.2.1 Drainage pada kasus salivary mucocele ini sebaiknya menggunakan penrose drain. Penrose drain adalah alat yang paling baik untuk drainage pada kasus mucocele untuk menyerap akumulasi cairan saliva.
5.2.2 Sebelum dilakukan tindakan operasi sebaiknya diagnosa dilakukan dengan menggunakan sialography. Saat ini sialography belum tersedia untuk hewan.
(24)
DAFTAR PUSTAKA
Artbeiter, K. 1972. Result of a yea rs trial of bay-1470 (rompun) in the dog and cat. Vet ed Rev 3/4 : 248-258.
Fossum, Theresa Welch, Cheryl S. Hedlund, Donald A. Hulse, Ann L. Johnson, Howard B. Seim, Michael D. Willard, Gwendolyn L. Carroll. 1997. Small Animal Surgery. Von Hoffman Press, Inc. United States of America.
Ibrahim,R. 2000. Pengantar Ilmu Bedah Umum Veteriner. Syiah Kuala University Press. Banda Aceh
Hoffer RE. 1975.Surgical Treatment of Salivary Mucocele. Vet Clin North Am Small AnimPract;5:333–341.
Homey, WP. 2001. Solutions in Small Animal Medicine and Surgery II. Post Graduate Foundation in Veterinary Sciency University of Sidney. Sidney. Sheila C. Rahal, Adauto L.V. Nunes, Carlos R. Teixeira, Mariângela L. Cruz. 2003.
Salivary mucocele in a wild cat. Can Vet J Volume 44. Brazil.
Smith, MM. 2000.Oral and Salivary Gland Disorders. Dalam :Textbook of Veterina ry Internal Medicine, Fifth Edition. Saunders Co. Philadelphia.
Spangler WL dan Culbertson MR. 1991.Salivary gland disease in dogs and cats: 245 cases (1985–1988). J Am Vet Med Assoc 198:465.
(25)
LAMPIRAN 1. DOSIS PEMBERIAN OBAT:
Atropin Sulfat
Sediaan : 0,25 mg/ml
Dosis pemberian = berat badan x dosis aplikasi kandungan sediaan
Dosis pemberian = 13 kg x (0,02-0,04) mg/kg BB 0,25 mg/ml
Jumlah yang diberikan : (1,04 + 2,08) : 2 = 1,5 ml (SC)
Selang 10 menit, anjing diberi kombinasi Xylazine dan Ketamin
Ketamin (10%)
Sediaan : 100 mg/ml
Jumlah pemberian = berat badan x dosis aplikasi kandungan sediaan
Jumlah pemberian = 13 kg x (10-15) mg/kg BB 100 mg/ml
Jumlah yang diberikan : (1,3 + 1,95) : 2 = 1,6 ml (IM)
Xylazine (2%)
Sediaan : 20 mg/ml
Jumlah pemberian = berat badan x dosis aplikasi kandungan sediaan
Jumlah pemberian = 13 kg x (1-3) mg/BB 20 mg/ml
(26)
Vitamin K
Sediaan : 10 mg/ml
Jumlah pemberian = berat badan x dosis aplikasi kandungan sediaan
Jumlah pemberian = 13 kg x 1 mg/kg BB = 1,3 ml 10 mg/ml
Jumlah yang diberikan :1,3 ml (IM)
Amoxicilin (injeksi pasca operasi)
Sediaan : 150 mg/ml
Jumlah pemberian = berat badan x dosis aplikasi kandungan sediaan
Jumlah pemberian = 13 kg x (10-15) mg/kg BB = 150 mg/ml
Jumlah pemberian = 0,86 + 1,3 = 2,16 Jumlah yang diberikan 2 ml (IM)
Obat yang diresepkan untuk terapi pasca operasi: Amoxicilin tablet
Sediaan : 500 mg
Jumlah pemberian = berat badan x dosis aplikasi kandungan sediaan
Jumlah pemberian = 13 kg x (40-80) mg/kg BB = 1,5 tablet 500 mg
(27)
Amoxan kapsul
Sediaan : 500 mg
Jumlah pemberian = berat badan x dosis aplikasi kandungan sediaan
Jumlah pemberian = 13 kg x (40-80) mg/kg BB =1,5 tablet 500 mg
Jumlah yang diberikan ½ tablet, 3 kali sehari
Ciprofloxacin tablet
Sediaan : 500 mg
Jumlah pemberian = berat badan x dosis aplikasi kandungan sediaan
Jumlah pemberian = 13 kg x (5-15) mg/kg BB = 0,26 tablet ( ¼ tablet) 500 mg
Jumlah yang diberikan 1/8 tablet, 2 kali sehari
Asam mefenamat tablet
Sediaan : 500 mg
Jumlah pemberian = berat badan x dosis aplikasi kandungan sediaan
Jumlah pemberian = 13 kg x (20-30) mg/kg BB = 1,3 (1 tablet) 500 mg
(28)
Resep Pertama :
R/ Amoxycilin 500 mg tab No. VIII S.3.dd. ½ tab
#
R/ Asam mefenamat 500 mg tab No. V S.2.dd. ½ tab
#
R/ Livron B.plex tab No. V S.1.dd. 1 tab
#
Resep Kedua :
R/ Amoxan 500 mg tab No. VIII S.3.dd. ½ caps
#
R/ Asam mefenamat 500 mg tab No.VII S.2.dd. ½ tab
#
R/ Livron B.plex tab No. VII S.1.dd. 1 tab
# Resep Ketiga :
R/ Ciprofloxacin 500 mg tab No. II m.f. pulv. dtd. No.XVI
S.2.dd. 1 #
R/ Asam mefenamat 500 mg tab No. VIII S.2.dd. ½ tab
(29)
R/ Livron B.plex tab No. VIII S.1.dd. 1 tab
(30)
LAMPIRAN 2. Dokumentasi Bedah Salivary Mucocele
Gambar 2. Daerah medial cervicalis diincisi
Gambar 1. Hewan diposisikan dorsal recumbency
(31)
Gambar 5. Ligasi glandula, saluran
glandula,mucocele dan pembuluh darah di sekitar mucocele
Gambar 7. Mucocele yang telah diangkat
Gambar 6. Reseksi mucocele
Gambar 8. Kapiler yang mengalami perdarahan diligasi dengan solder
(32)
(1)
Amoxan kapsul Sediaan : 500 mg
Jumlah pemberian = berat badan x dosis aplikasi kandungan sediaan
Jumlah pemberian = 13 kg x (40-80) mg/kg BB =1,5 tablet 500 mg
Jumlah yang diberikan ½ tablet, 3 kali sehari
Ciprofloxacin tablet Sediaan : 500 mg
Jumlah pemberian = berat badan x dosis aplikasi kandungan sediaan
Jumlah pemberian = 13 kg x (5-15) mg/kg BB = 0,26 tablet ( ¼ tablet) 500 mg
Jumlah yang diberikan 1/8 tablet, 2 kali sehari
Asam mefenamat tablet Sediaan : 500 mg
Jumlah pemberian = berat badan x dosis aplikasi kandungan sediaan
Jumlah pemberian = 13 kg x (20-30) mg/kg BB = 1,3 (1 tablet) 500 mg
(2)
Resep Pertama :
R/ Amoxycilin 500 mg tab No. VIII S.3.dd. ½ tab
#
R/ Asam mefenamat 500 mg tab No. V S.2.dd. ½ tab
#
R/ Livron B.plex tab No. V S.1.dd. 1 tab
#
Resep Kedua :
R/ Amoxan 500 mg tab No. VIII S.3.dd. ½ caps
#
R/ Asam mefenamat 500 mg tab No.VII S.2.dd. ½ tab
#
R/ Livron B.plex tab No. VII S.1.dd. 1 tab
# Resep Ketiga :
R/ Ciprofloxacin 500 mg tab No. II m.f. pulv. dtd. No.XVI
S.2.dd. 1 #
R/ Asam mefenamat 500 mg tab No. VIII S.2.dd. ½ tab
(3)
R/ Livron B.plex tab No. VIII S.1.dd. 1 tab
(4)
LAMPIRAN 2. Dokumentasi Bedah Salivary Mucocele
Gambar 2. Daerah medial cervicalis diincisi
Gambar 1. Hewan diposisikan dorsal recumbency
(5)
Gambar 5. Ligasi glandula, saluran
glandula,mucocele dan pembuluh darah di sekitar mucocele
Gambar 7. Mucocele yang telah diangkat
Gambar 6. Reseksi mucocele
Gambar 8. Kapiler yang mengalami perdarahan diligasi dengan solder
(6)