ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (Penelitian Deskriptif Kualitatif pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar di Kota Tasikmalaya).
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWADALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIKKURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR
(Penelitian Deskriptif Kualitatif pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar di Kota Tasikmalaya)
TESIS
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Dasar
oleh ASEP SUJANA
NIM 1302192
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015
(2)
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR
(Penelitian Deskriptif Kualitatif pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar di Kota Tasikmalaya)
Oleh Asep Sujana
Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia
© Asep Sujana 2015 UniversitasPendidikan Indonesia
Oktober 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
ASEP SUJANA
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR
(Penelitian Deskriptif Kualitatif pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar di Kota Tasikmalaya)
disetujui dan disahkan oleh
Pembimbing
Prof. Dr. Bunyamin Maftuh, M. Pd., M. A. NIP. 19620702 198601 1 002
Mengetahui,
Ketua Prodi Pendidikan Dasar
Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Dr. Hj. Ernawulan Syaodih, M. Pd NIP. 19651001 198802 2 001
(4)
Asep Sujana, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KOTA TASIKMALAYA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Analisis Kemampuan Bertanya Siswa dalam Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar
(Penelitian Deskriptif Kualitatif pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar di Kota Tasikmalaya)
Asep Sujana 1302192
Penelitian dilatarbelakangi oleh kurangnya antusias siswa dalam bertanya. Rumusan masalah dalam penelitian ini: 1) bagaimana kemampuan bertanya siswa;2) bagaimana proses bertanya siswa; 3) faktor apakah yang mempengaruhi kemampuan bertanya siswa; 4) hal-hal apa saja yang mendorong siswa bertanya; 5) karakteristik siswa mana yang sering bertanya; 6) apa alasan siswa enggan bertanya. Sedangkan tujuan dari penelitian ini: 1) mengetahui kemampuan bertanya siswa; 2) mengetahui proses bertanya siswa;3) mengetahui faktor yang mempengaruhi kemampuan bertanya siswa; 4) mengetahui hal-hal yang mendorong siswa bertanya; 5) mengetahui karakteristik siswa mana yang sering bertanya; 6) mengetahui alasan siswa enggan bertanya. Jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan metode deskriptif. Subjek penelitian adalah siswa di kelas V Sekolah Dasar pada sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013 di Kota Tasikmalaya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Analisis datadilakukan dengan tiga alur: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan data yang diperoleh dan hasil analisis, disimpulkan bahwa: 1) kemampuan bertanya siswa sebagian besar termasuk dalam tingkatan menghafal; 2) Proses bertanya siswa dipengaruhi objek yang diamati saat pembelajaran; 3) Faktor yang mempengaruhi kemampuan bertanya siswa adalah strategi dan metode guru dalam merangsang siswa bertanya; 4) Hal-hal yang mendorong siswa bertanya adalah percaya diri, keberanian, apresiasi, pelajaran yang sesuai, pembelajaran yang tidak jenuh, pengkondisian lingkungan dan sikap guru; 5) karakteristik siswa yang sering bertanya yakni: siswa dengan rasa ingin tahu tinggi, kreatif, prestatif, dan mendapatkan bimbingan orangtua; 6) Alasan siswa enggan bertanya adalah tidak ada teman, malu, dan pembelajaran kurang disukai.Dari hasil penelitian dapat direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut: 1) guru diharapkan dapat meningkatkan keterampilan untuk merangsang siswa bertanya; 2) orangtua diharapkan lebih banyak membimbing anak di rumah, terutama dalam mengasah rasa ingin tahu dan keberanian siswa dalam bertanya; 3) peneliti berikutnya dapat melakukan penelitian dalam ruang lingkup subyek penelitian yang lebih luas; 4) pembuat kebijakan Kurikulum 2013 untuk melakukan pendampingan secara kontinyu kepada guru untuk meningkatkan kemampuan guru merangsang siswa bertanya dan menyediakan buku sumber serta lembar aktivitas siswa secara lengkap.
(5)
Asep Sujana, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KOTA TASIKMALAYA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
Analysis of Ability Students Asking Questions in Scientific Approach Learning Curriculum 2013 at Elementary School
(Descriptive Qualitative Research in 5 th Grade Students at Elementary School ofTasikmalaya)
Asep Sujana 1302192
This study is motivated by the lack of enthusiasm in the students asking questions. The problems of this study: 1) how the ability to ask the students; 2) how the process of asking the students; 3) What factors affect the ability to ask the students; 4) what are the things that encourages students to ask; 5) characteristics of students which are frequently asked; 6) what is the reason students are reluctant to ask. While the purpose of this study: 1) determine the ability to ask the students; 2) know the process of asking the students; 3) determine the factors that affect the ability to ask the students; 4) know the things that encourages students to ask; 5) determine the characteristics of the students which are frequently asked; 6) determine why students are reluctant to ask. This type of research is a descriptive study used a qualitative descriptive method. The subjects were students in the fifth grade at the Primary School Curriculum 2013 schools that apply in Tasikmalaya. Data collection techniques used were observation, interview and documentation study. Data analysis was performed by three flow: data reduction, data presentation, and conclusion. Based on data obtained and the results of the analysis, it was concluded that: 1) the ability to ask the students mostly in the levels of memorization; 2) The process of asking the students affected object observed during the learning; 3) Factors affecting the ability of the student is asked strategies and methods to stimulate student teacher in question; 4) Things that encourage students to ask is confidence, courage, appreciation, appropriate subjects, learning unsaturated, conditioning the environment and attitudes of teachers; 5) characteristics of students who are often asked are: students with high curiosity, creative, Achievement, and obtain parental guidance; 6) The reason the students are reluctant to ask is not no friend, embarrassed, and learning less preferred.From the research can be recommended a few things as follows: 1 ) the teacher is expected to improve skills to excite students questions; 2 ) parents is expected to be more a lot of teaching the child at home, especially in sharpening curiosity and courage of students in inquiring; 3 ) next researchers can conduct research in the scope of the subject of research broader; 4 ) policymakers curriculum 2013 with assistance continuously to a teacher to increase the capability of teachers stimulate students asked these questions and provided the source of the activity as well as a sheet of students in a complete manner .
(6)
Asep Sujana, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KOTA TASIKMALAYA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... vi DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR LAMPIRAN ... x BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. LatarBelakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Struktur Organisasi Tesis ... Error! Bookmark not defined. BAB II KAJIAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
A. Bertanya... Error! Bookmark not defined. 1. Hakikat Bertanya ... Error! Bookmark not defined. 2. Fungsi Pertanyaan ... Error! Bookmark not defined. 3. Tingkatan Pertanyaan ... Error! Bookmark not defined. B. Pendekatan Pembelajaran Saintifik dalam Kurikulum 2013 ... Error! Bookmark not defined.
1. Kurikulum 2013 ... Error! Bookmark not defined. 2. Pendekatan Pembelajaran Saintifik .. Error! Bookmark not defined. C. Penelitian yang Relevan ... Error! Bookmark not defined. BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Lokasi Penelitian dan Subjek... Error! Bookmark not defined. 1. Lokasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 2. Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. C. Penjelasan Istilah... Error! Bookmark not defined.
(7)
Asep Sujana, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KOTA TASIKMALAYA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013 ... Error! Bookmark not defined.
D. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. 1. Observasi ... Error! Bookmark not defined. 2. Wawancara ... Error! Bookmark not defined. 3. Studi Dokumentasi ... Error! Bookmark not defined. E. Triangulasi ... Error! Bookmark not defined. F. Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. 1. Data Reduction (Reduksi Data) ... Error! Bookmark not defined. 2. Data Display (Penyajian Data) ... Error! Bookmark not defined. 3. Conclusion Drawing (Penarikan Kesimpulan)Error! Bookmark not defined.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Kemampuan Bertanya Siswa Dilihat dari Frekuensi Siswa
Mengajukan Pertanyaan dan Tingkatan Pertanyaannya ... Error! Bookmark not defined.
2. Proses Bertanya Siswa meliputi Cara Siswa Mengajukan Pertanyaan dan Cara Guru Merangsang Siswa untuk Bertanya ... Error! Bookmark not defined. 3. Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Bertanya Siswa .... Error! Bookmark not defined.
4. Hal-Hal yang Mendorong Siswa BertanyaError! Bookmark not defined.
5. Karakteristik Siswa yang Sering BertanyaError! Bookmark not defined.
6. Alasan Siswa Enggan Bertanya ... Error! Bookmark not defined. B. Pembahasan ... Error! Bookmark not defined.
(8)
Asep Sujana, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KOTA TASIKMALAYA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Kemampuan Bertanya Siswa Dilihat dari Frekuensi Siswa Mengajukan Pertanyaan dan Tingkatan Pertanyaannya ... Error! Bookmark not defined.
2. Proses Bertanya Siswa meliputi Cara Siswa Mengajukan Pertanyaan dan Cara Guru Merangsang Siswa untuk Bertanya ... Error! Bookmark not defined. 3. Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Bertanya Siswa .... Error! Bookmark not defined.
4. Hal-Hal yang Mendorong Siswa BertanyaError! Bookmark not defined.
5. Karakteristik Siswa yang Sering BertanyaError! Bookmark not defined.
6. Alasan Siswa Enggan Bertanya ... Error! Bookmark not defined. BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI.... Error! Bookmark not defined.
A. Simpulan ... Error! Bookmark not defined. B. Implikasi ... Error! Bookmark not defined. C. Rekomendasi ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.
(9)
Asep Sujana, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KOTA TASIKMALAYA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Frekuensi Pertanyaan Terkait Objek yang Diamati Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.2 Klasifikasi Pertanyaan Berdasarkan Proses Kognitif pada
Taksonomi Bloom ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.3 Tingkatan Pertanyaan pada Kartu Tanya Siswa .... Error! Bookmark
not defined.
Tabel 4.4 Frekuensi Kejelasan (fluency) Siswa ketika Mengungkapkan
Pertanyaan di SDN Galunggung ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.5 Frekuensi Kejelasan (fluency) Siswa ketika Mengungkapkan
Pertanyaan di SDS Al-Muttaqin ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.6 Jumlah Pertanyaan Guru untuk Memancing Pertanyaan Siswa
... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.7 Klasifikasi Tingkatan Pertanyaan Guru untuk Memancing
Pertanyaan Siswa ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.8 Tingkat Kemampuan Akademik Siswa SDN Citapen yang
dikategorikan Sering Bertanya dan Jarang Bertanya ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.9 Tingkat Kemampuan Akademik Siswa SDN Galunggung yang Tergolong Sering Bertanya dan Jarang Bertanya ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.10 Tingkat Kemampuan Akademik Siswa SDS Al-Muttaqin yang Tergolong Sering Bertanya dan Jarang Bertanya ... Error! Bookmark not defined.
(10)
Asep Sujana, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KOTA TASIKMALAYA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined. Lampiran B Hasil Observasi (Catatan Lapangan) ... Error! Bookmark not
defined.
Lampiran C Transkrip Wawancara ... Error! Bookmark not defined. Lampiran D Hasil Studi Dokumentasi ... Error! Bookmark not defined. Lampiran E Surat-surat ... Error! Bookmark not defined.
(11)
Asep Sujana, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KOTA TASIKMALAYA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang Penelitian
Tantangan abad 21 mendorong Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menerapkanKurikulum 2013 yang merupakan pengembangan lanjutan dari kurikulum sebelumnya yaitu KTSP 2006. Kurikulum 2013 dilahirkan dengan rasional pengembangan sebagai berikut. Pertama, faktor internal sehubungan pemenuhan delapan standar nasional pendidikan yang telah berjalan dan faktor demografi Indonesia dilihat dari pertumbuhan usia produktif agar menjadi modal pembangunan bukan sebagai beban. Kedua, faktor eksternal yang mendorong kesiapan Indonesia memasuki era globalisasi, keikutsertaan Indonesia dalam sejumlah kegiatan riset internasional tentang kemelekbahasaan, matematika, dan sains, seperti TIMSS (Trends in Mathematics and Science Study) dan PISA (Program for International Student Assesment) menunjukkan hasil yang masih rendah dibandingkan dengan negara lain, serta fenomena negatif yang mengemuka antara lain perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme, dan kecurangan dalam ujian. Supardan (2014,hlm. 99) mengidentifikasi perbedaan antara kurikulum 2006 dengan Kurikulum 2013 meliputi: (a) filosofi; (b) keseimbangan soft skills dan hard skills; (c) pengurangan jumlah mata pelajaran dan penambahan jam belajar; (d) organisasi kurikulum pembelajaran, (isi): SD (tematik terpadu/integratif): SMP (IPS/IPA Terpadu): SMA (MT Pel, SMK: Vokasional); (e) pendekatan pembelajaran saintifik; (f) model pembelajaran Student Centerd Learning (SCL); (g) penilaian otentik, dan (h) perlunya perubahan mind set guru.
Pembelajaran di Sekolah Dasar (SD) dilaksanakan secara terpadu, hal ini diterapkan sesuai pola pikir siswa yang memahami sesuatu konsep, fakta sosial, fenomena sosial, dan peristiwa itu benar-benar utuh atau komprehensif, tidak terkotak-kotak berdasarkan disiplin ilmu(Supardan, 2014, hlm. 107). Pengintegrasian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas rendah (kelas I, II, dan
(12)
2
Asep Sujana, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KOTA TASIKMALAYA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
III) agak berbeda dengan kelas tinggi (kelas IV, V, dan VI). Integrasi kompetensi dasar IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) dan IPS didasarkan pada keterdekatan makna dari konten kompetensi dasar IPA dan IPS dengan konten Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan yang berlaku untuk kelas I, II, dan III, sedangkan untuk kelas IV, V, dan VI, kompetensi dasar IPA dan IPS berdiri sendiri dan kemudian diintegrasikan ke dalam tema-tema yang ada untuk kelas IV, V, dan VI (Kemdikbud, 2014, hlm. 5).
Pembelajaran semua mata pelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik. Pendekatan ini menekankan aspek sikap yang artinya bahwa siswa tahu mengapa, pengetahuan artinya siswa tahu apa, dan keterampilan artinya siswa dapat mempelajari sesuatu dengan mengetahui dengan tahu bagaimana(Kosasih, 2014, hlm. 73). Pendekatan pembelajaran saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang menerapkan proses dan nilai-nilai ilmiah. Proses ilmiah merupakan satu dari tiga elemen ilmu pengetahuan. Elemen ilmu pengetahuan yaitu sikap ilmiah (attitude of science), proses ilmiah (process of science), dan produk ilmiah (product of science). Proses ilmiah menurut Woolever & Scott (1988, hlm. 91) terdiri dari:
1) State a question or problem as a testable proposition; 2) Define key terms precisely; 3) Hypothesize answers or solutions (“intelligent or informed guesses”); 4) Gather empirical data under controlled conditions; 5) Analyze and synthesize data; 6) Test hypotheses (using statistical procedures as appropriate) and accept or reject; 7) Begin again at step 1 with a new or related problem (revised or refined hypotheses, etc).
Proses ilmiah diadaptasi untuk proses pembelajaran. Dalam kegiatannya, pendekatan pembelajaran saintifik atau model pembelajaran ilmiah ini di dalam menarik sebuah simpulan umum senantiasa memperhatikan fenomena unik yang terjadi dengan melakukan kajian secara spesifik dan juga secara detail. Pendekatan pembelajaran saintifik tersebut bila disimpulkan lebih merujuk kepada teknik-teknik investigasi atau mencari informasi terhadap fenomena atau suatu gejala, kemudian mencari pengetahuan baru yang kemudian memadukannya dengan pengetahuan-pengetahuan yang sebelumnya. Oleh sebab itu, pendekatan
(13)
3
Asep Sujana, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KOTA TASIKMALAYA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran saintifik atau pendekatan ilmiah cenderung berbasis pada bukti-bukti dari fenomena hasil observasi, empiris dan dapat terukur serta teruji dengan prinsip-prinsip menggunakan penalaran secara spesifik. Menurut Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 lampiran IV, proses pembelajaran saintifik terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/eksperimen, mengasosiasikan/mengolah informasi, dan mengomunikasikan(Kemdikbud, 2014, hlm. 18).Selama ini pendekatan saintifik tidak mudah dilaksanakan pada proses pembelajaran. Pada pelaksanaannya terjadi kesenjangan antara tujuan kurikulum dengan kondisi objektif mengenai budaya belajar siswa yaitu rendahnya kemampuan bertanya siswa. Selain itu, pembelajaran yang masih berpusat pada guru selama ini merintangi kemampuan bertanya siswa.
Salah satu permasalahan yang dihadapi guru dalam menerapkan pendekatan pembelajaran saintifik yaitusiswa masih belum mampu bertanya pada saat mengamati maupun setelah mengamati objek yang disajikan. Menurut guru kelas II di salah satu Sekolah Dasar di Tasikmalaya, setelah dipancing dengan pertanyaan pun siswa masih belum mampu untuk bertanya. Untuk itu, penulis melakukan observasi di kelas lain. Penulis mencoba melakukan observasi di kelas IV pada tanggal 07 November 2014 dengan Tema 4 Subtema 2: Barang dan Jasa. Objek yang diamati siswa adalahdua buah gambar yang terdapat pada buku siswa. Guru membimbing siswa untuk membandingkan kedua gambar tersebut. Setelah mengamati, guru memancing pertanyaan siswa dengan melontarkan pertanyaan dan mencontohkan pertanyaan. Hasilnya, hanya terdapat tiga orang siswa yang bertanya dari 40 siswa.
Bertanya dapat diartikan sebagai keinginan mencari informasi yang belum diketahui (Munandar, 1988, hlm. 11; Kemdikbud, 2014, hlm. 18). Fungsi menanya dalam langkah saintifik mangacu pada pengertian bertanya menurut Brown (dalam Saud, 2008, hlm. 59) yaitu setiap pernyataan yang mengkaji atau menciptakan ilmu pada diri sendiri. Karena setelah siswa mengamati obyek, fakta, kasus, dan fenomena, maka dia akan menemukan hubungan dan keterkaitan juga kejanggalan. Penemuan ini memunculkan ketertarikan pada diri siswa untuk
(14)
4
Asep Sujana, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KOTA TASIKMALAYA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengetahui lebih jauh. Maka siswa harus dibimbing untuk menyusun pertanyaan-pertanyaan terkait dengan hal yang telah diamati.Filsuf, ilmuwan kognitif, antropolog, dan psikolog meyakini kegiatan bertanya merupakan pusat berpikir untuk menyimpan dan mengkomunikasikan pengetahuan, bahkan merupakan jenis interaksi sosial yang penting (Bowker, M. H, 2010, hlm. 127).Selama bertahun-tahun para penulis percaya bahwa perbaikan dalam belajar disebabkan peningkatan perhatian yang disebabkan oleh pertanyaan (Reynolds, R. E & Anderson, R. C., 1980, hlm. 2).
Menanya merupakan bagian integral dari pembelajaran. Pertanyaan siswa memainkan peran penting dalam proses pembelajaran karena bertanyamerupakan jantung penyelidikan ilmiah (the heart of scientific inquiry)dan pembelajaran bermakna (Chin, C., 2001, hlm. 85; Chin, C., 2002, hal. 521). Bertanya adalah hal mendasar dari belajar siswa. Tidak hanya memungkinkan siswa untuk meningkatkan tingkat berpikir mereka, tetapi dalam proses itu juga memberi mereka kesempatan untuk meningkatkan kecerdasan (Myrick, F Dan Yonge, O, 2002, hlm. 76). Lebih penting lagi, pertanyaan juga alat psikologis untuk berpikir karena membantu untuk menciptakan ide dan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep ilmiah dan fenomena. Tindakan mengajukan pertanyaan dan pencarian jawaban adalah kunci untuk belajar aktif (Musingafi, M. C. C & Muranda, K. E, 2014, hlm. 106).Begitupun Dillon (1988) menyatakan, tidak ada cara lain yang lebih baik menandakan belajar melainkan dari pertanyaan yang timbul dalam pikiran.Penulis setuju dengan berbagai argumen para ahli tersebut, namun pada pelaksanaannya di kelas, siswa masih kesulitan untuk bertanya.
Berdasarkan hasil penelitian Widodo (2009) mengenai keterampilan bertanya didapat hal sebagai berikut, 1) Kurangnyaketerampilansiswadalam bertanyapadadirisiswamenyebabkan suasanakelaskurangaktifselama pembelajaran berlangsung; 2)Penyebabkurangnyakeaktifandan keterampilan siswa dalam
bertanya akibat tidakadanyakeberaniansiswadalam
bertanya.Halinidisebabkanadanya perasaantakutjikapertanyaanyang diungkapkan melenceng dari materi yang dijelaskan; 3)Keterampilan siswa dalam bertanya
(15)
5
Asep Sujana, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KOTA TASIKMALAYA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dapat meningkatkan kemampuan berpikir secara
sistematis,danmemperluaswawasan siswaterutamaberhubungandengan praktik kehidupan di dalam masyarakat; 5)Keterampilansiswadalambertanya dibutuhkansiswadalammelaksanakan prosespembelajaran sehingga akan berdampak pada kedalaman materi yang diterima sekaligus meningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian lain tentang pertanyaan yang diajukan siswa (Farihah, 1997; Rahayu, 2001) mengungkapkan bahwa sebagian besar pertanyaan yang diajukan siswa dalam pembelajaran merupakan pertanyaan pada jenjang kognitif rendah (hafalan dan pemahaman). Sedangkan menurut penelitian Widodo (2006), distribusi pertanyaan berdasarkan subjek pelaku antara guru dan siswa dapat diketahui bahwa jumlah rata-rata pertanyaan yang diajukan oleh guru di dalam prosespembelajaranadalah57pertanyaan(95%)sedangkanjumlahrata-rata
pertanyaanyangdiajukanolehsiswahanya3pertanyaan(5%).Karenajumlah
pertanyaansiswasangatsedikit,pembahasanpada peneltian tersebut selanjutnyalebihditekankanpada pertanyaan guru.
Bertanya muncul dari rasa ingin tahu siswa. Rasa ingin tahu merupakan
pembawaan alamiah anak. Jenis perilaku “rasa ingin tahu” seringkali dipertentangkan dengan “rasa takut”. “Rasa ingin tahu” melibatkan pendekatan
dan penyelidikan sedangkan “rasa takut”melibatkan penarikan diri atau dalam beberapa situasi, tanpa reaksi (Hughes & Hughes, 2012, hlm. 24). Bila dilihat dari hasil observasi dan penelitian di atas dengan pembawaan alamiah anak maka ada permasalahan yang mengemuka terkait dengan kemampuan bertanya siswa.Berdasarkan hal tersebut, peneliti akan memfokuskan kajian tentang kemampuan bertanya siswa pada proses pembelajaran Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar yang menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Permasalahan yang dirasakan guru saat menerapkan pendekatan pembelajaran saintifik yaitu siswa kurang antusias bertanya ketika
(16)
6
Asep Sujana, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KOTA TASIKMALAYA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengamati objek yang disajikan dalam pembelajaran. Terbukti ketika siswa dipancing dengan pertanyaan oleh guru, belum terlihat antusias siswa untuk bertanya
2. Pendekatan pembelajaran saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang harus diterapkan dalam Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar dengan menerapkan pendekatan proses dan nilai-nilai ilmiah. Pendekatan pembelajaran saintifiksalah satu tahap pembelajarannya yaitu menanya yang menuntut siswa untuk aktif bertanya
3. Kemampuan bertanya siswa harus terus dibimbing oleh guru dengan memperhatikan beberapa faktor penunjang kemampuan bertanya siswa. Bertitik tolak dari identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. bagaimana kemampuan bertanya siswa pada pendekatan pembelajaran saintifik Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar dilihat dari frekuensi siswa mengajukan pertanyaan dalam pembelajaran dan tingkatan pertanyaannya? 2. bagaimana proses bertanya siswa pada pendekatan pembelajaran saintifik Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar yang meliputi cara siswa mengajukan pertanyaan dan cara guru merangsang siswa untuk bertanya?
3. faktor apakah yang mempengaruhi kemampuan bertanya siswa pada pendekatan pembelajaran saintifik Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar? 4. hal-hal apa saja yang mendorong siswa bertanya?
5. karakteristik siswa mana yang sering bertanya? 6. apa alasan siswa enggan bertanya?
C. Tujuan Penelitian
Bertitiktolak dari rumusan masalah yang telah dirumuskan, tujuan penelitian umum yang hendak dicapai adalah untuk menganalisis kemampuan bertanya siswa pada pendekatan pembelajaran saintifikKurikulum 2013 di Sekolah Dasar. Sedangkan secara khusus, tujuan penelitian yang hendak dicapai yakni:
1. Untuk mengetahui bagaimana kemampuan bertanya siswa pada pendekatan pembelajaran saintifik Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar
(17)
7
Asep Sujana, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KOTA TASIKMALAYA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dilihat dari frekuensi siswa mengajukan pertanyaan dalam pembelajaran dan tingkatan pertanyaannya;
2. Untuk mengetahui proses bertanya siswa pada pendekatan pembelajaran saintifik Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar yang meliputi cara siswa mengajukan pertanyaan dan cara guru merangsang siswa untuk bertanya; 3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kemampuan bertanya siswa
pada pendekatan pembelajaran saintifik Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar;
4. Untuk mengetahui hal-hal yang mendorong siswa bertanya; 5. Untuk mengetahui karakteristik siswa mana yang sering bertanya; 6. Untuk mengetahui alasan siswa enggan bertanya.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.
1. ManfaatTeoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat mengungkapkan teori bertanya, khususnya kemampuan bertanya siswa sekolah dasarguna mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menyempurnakan praktik pembelajaran oleh guru untuk mengembangkan kemampuan bertanya siswa pada pendekatan pembelajaran saintifikKurikulum 2013.Bagi penentu kebijakan Kurikulum 2013 dapat memberikan sumbangan bagi perumusan, implementasi, dan perubahan kebijakan khususnya proses pembelajaran pendekatan saintifik. Sedangkan bagi lingkungan akademik hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi secara riil dalam membahas masalah pendidikan dasar.
E. Struktur Organisasi Tesis
Struktur penulisan penelitian ini berdasarkan pengelompokan pokok-pokok pikiran yang tercantum dalam bab-bab sebagai berikut:
(18)
8
Asep Sujana, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KOTA TASIKMALAYA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. BAB I PENDAHULUAN
Padababinidibahastentanglatarbelakang penelitian, identifikasi dan rumusanmasalah,tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi tesis.
2. BAB II LANDASAN TEORI
Padababinidiungkapkanlandasan-landasanteoriyangdigunakandanmenjadiacuanbagipenulisdalammenyusuntesis. 3. BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini dijelaskan kegiatan serta cara-cara yang penulis tempuh
dalammelakukanpenelitiangunamendapatkansumber-sumberyangberhubungandengan permasalahan yang dikaji. 4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Padababinidiuraikanhal-halyangberhubungandenganseluruhhasilpenelitianyangdiperolehpenulis.Didalamn yaberisitentanganalisisdanpemecahan masalah yang dikaji dalam tesisi ini.
5. BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
Padababinidikemukakankesimpulandaripenelitianyangtelahdilaksanakan beserta implikasi dan rekomendasi untuk masalah dalam penelitian ini.
(19)
Asep Sujana, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KOTA TASIKMALAYA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Metodedeskriptif digunakandalampenelitianiniuntukmelukiskansecarasistematiskemampuan
bertanya siswa pada beberapa sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013. Kemampuan bertanya siswa merupakan pendukung dari penerapan pendekatan pembelajaran saintifik pada Kurikulum 2013. Penelitian akan dilakukan terhadap sekolahdasar yang telah menerapkan Kurikulum 2013 (3 Semester) dan siap melanjutkan Kurikulum 2013.
Penulishanya bekerja dengan informasi-informasi data dan didalam menganalisanya tidak menggunakan analisa data statistik. Data yang diperoleh penelitian ini adalah data yang berbentuk deskripsi, berupa ucapan atau tulisan dari subyek penelitian, sebagaimana pendapat Sugiyono (2009, hlm. 98), data yang diperoleh dengan metode kualitatif adalah data deskriptif terutama data berupa ucapan pada saat eksplanasi atau tulisan dari obyek itu sendiri. Adapun data berupa tabel dan angka hanya sebagai alat bantu untuk mendeskripsikan hasil penelitian. Data diperoleh dari catatan lapangan hasil observasi terhadap pembelajaran saintifik pada Kurikulum 2013 dan didukung oleh hasil wawancara siswa, guru, dan orangtua serta studi dokumentasi kartu tanya siswa.Pengumpulan data akan berhenti mana kala data sudah jenuh, artinya data sudah konstan, tidak ada perubahan walaupun dilakukan pengumpulan data berulang-ulang, dalam hal ini kecenderungan-kecenderungan perilaku siswa dalam bertanya di kelas sudah tidak mengalami peningkatan maupun penurunan serta tidak terdapat temuan yang baru.Sebagaimana diungkapkan Guba (dalam Putra, 2011, hlm.6) situasi sosial dan manusia merupakan realitas yang berlapis seperti bawang bombay, bukan realitas tunggal-homogen seperti apel merah. Jangan pernah berhenti pada satu lapis dan terburu-buru membuat kesimpulan, tetapi
(20)
35
Asep Sujana, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KOTA TASIKMALAYA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalami realitas itu lapis demi lapis sampai ditemukan intinya. Sehingga kesimpulan yang didapat merupakan data yang mendalam.
B. Lokasi Penelitian dan Subjek 1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di Sekolah Dasar di Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat. Alasan pemilihan lokasi ini dikarenakan tempat penelitian tersebut merupakan tempat penulis bertugas sebagai guru kelas. Disamping itu, penulis menemukan masih ada sekolah yang tetap menerapkan Kurikulum 2013 di Kota Tasikmalaya. Penulis mengambil tiga Sekolah Dasar dari empat sekolah yang direkomendasikan oleh Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya yang terdiri dari dua sekolah berstatus negeri dan satu sekolah berstatus swasta. Ketiga sekolah tersebut terakreditasi A. Sekolah pertama merupakan eks-RSBI (Bekas Rintisan Sekolah Berstandar Internasional), kedua merupakan sekolah biasa, ketiga merupakan Fullday School dan Sekolah Standar Nasional.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian untuk penelitian kualitatif adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan bisa memberikan sebanyak mungkin data yang dibutuhkan. Menurut Danim (2002: hlm. 55), subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, institusi, atau masyarakat. Penelitian ini akan melibatkan siswa Sekolah Dasar. Subjek penelitian ini adalah siswa di kelas V Sekolah Dasar masing-masing satu kelas pada tiga sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013di Kota Tasikmalaya, dengan alasan sebagai berikut:
1. Sekolah-sekolah yang dipilih penulis telah melaksanakan Kurikulum 2013 lebih awal yaitu tahun ajaran 2013-2014 pada kelas I dan IV, sehingga siswa kelas V pada tahun ajaran 2014-2015 telah melaksanakan pembelajaran Kurikulum 2013 kurang lebih tiga semester. Sehingga diharapkan penulis dapat memperoleh banyak data dari subjek tersebut. 2. Usia kelas kelas V kebanyakan berusia 10 – 11 tahun, menurut teori
Piaget berarti masuk dalam tahap berpikir kognitif operasi konkret. Pada periode ini anak sudah mampu menggunakan operasi. Pemikiran anak
(21)
36
Asep Sujana, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KOTA TASIKMALAYA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tidak lagi didominasi oleh persepsi, sebab anak mampu memecahkan masalah secara logis (Santrock, 2007, 43). Sehingga kemampuan bertanya diharapkan akan lebih muncul di kelas V.
C. Penjelasan Istilah
1. Kemampuan Bertanya
Kemampuan bertanya dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan pada proses pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran saintifik. Bertanya dilakukan pada langkah pembelajaran menanya.
2. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013
Pendekatan pembelajaran saintifik mengutamakan kreativitas dan temuan-temuan siswa. Siswa memperoleh pengalaman belajar berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap berdasarkan kesadaran dan kepentingan sendiri. Segala informasi bisa didapat dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Langkah-langkah ilmiah diaplikasikan pada proses pembelajaran untuk mengetahui sesuatu berbasis fakta atau fenomena tertentu, kemudian fakta atau fenomena tersebut diamati, dipertanyakan (merumuskan masalah dengan banyak menanya), sekaligus dicari jawabannya yang bermuara pada sebuah jawaban yang dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan serta mengesampingkan praduga-praduga semata (Majid, 2014, hlm. 193-194; Kosasih, 2014, hlm.72). Menurut Sudarwan (dalam Majid, 2014, hlm. 194), pendekatan pembelajaran saintifik bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Sedangkan dalam Kurikulum 2013, proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar, yaitu mengamati, menanya, mencoba/melakukan eksperimen, menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan (Permendikbud No. 81 A tahun 2013 lampiran IV).
(22)
37
Asep Sujana, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KOTA TASIKMALAYA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara dan studi dokumentasi.
1. Observasi
Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran di dalam kelas, terutama kegiatan yang berhubungan dengan proses bertanya siswa pada tahap pendekatan pembelajaran saintifik. Interaksi guru dengan siswa pun akan diamati oleh penulis karena menurut Biddulph dan Osborne sebagaimana dikutip oleh Chin, C (2002, hlm. 61), jumlah dan jenis pertanyaan siswa dapat dipengaruhi oleh usia, pengalaman, pengetahuan mereka sebelumnya dan keterampilan, sikap guru, gaya mengajar, sifat topik, struktur penghargaan, iklim evaluatif kelas, dan pola interaksi sosial. Sehingga kemampuan bertanya siswa tidak terlepas dari interaksi dengan gurunya. Hal serupa diungkapkan oleh Bowker, M. H (2009, hlm. 131) bahwa hubungan guru-murid harus peduli, adil, dan responsif. Lingkungan kelas harus bebas, tapi tidak terlalu bebas; aman, tapi tidak terlalu aman. Suasana kelas mungkin terasa main-main dan kreatif, tapi kelas membutuhkan cukup keteraturan, sehingga siswa dapat berpikir, berbicara, mendengarkan, dan bertanya tanpa merasa tertekan. Begitupun Torrance dan Myers (dalam Cornbleth, 1975, hlm. 220) mengatakan bahwa sikap dan perilaku guru muncul untuk mempengaruhi jenis pertanyaan yang diajukan oleh siswa. Sebagai contoh, di kelas di mana guru dominan dan siswa diharapkan untuk mengambil peran yang pasif, pada akhirnya pertanyaan-pertanyaan siswa hanya meminta izin atau informasi prosedural. Terkait situasi belajar yang mendukung munculnya pertanyaan siswa, Walsh & Sattes (2011, hlm. 43), berpendapat bahwa aktivitas bertanya yang berkualitas ditopang oleh interaksi dan hubungan antara siswa dan guru, antara siswa dan konten, dan antara guru dan konten yang meningkatkan keterlibatan siswa dan prestasi siswa.
Observasi dipilih sebagai salah satu alat pengumpulan data dikarenakan observasi memiliki kekuatan utama, yaitu dapat diamati secara langsung dan tepat. Selain itu tidak ada penundaan waktu antara munculnya respon dengan pernyataan dan pencatatannya. Di dalam observasi subjek tidak perlu memberi
(23)
38
Asep Sujana, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KOTA TASIKMALAYA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
respon dengan menyusun kata-kata atas stimulus yang disajikan dengan kata-kata (Wilkinson, dalam Minauli, 2002).
Moleong menyebut observasi dengan pengamatan. Jenis pengamatan yang dipilih yaitu pengamatan tanpa peran serta, pengamatan terbuka, dan pengamatan pada latar alamiah. Pengamatan tanpa peran serta hanya melakukan satu fungsi yaitu mengadakan pengamatan. Pengamatan secara terbuka diketahui oleh subjek dan sebaliknya subjek dengan sukarela memberikan kesempatan kepada pengamat untuk mengamati hal yang dilakukan mereka. Sehingga penulis harus memiliki kedekatan dengan subjek, yaitu siswa. Pengamatan dilakukan dalam latar alamiah, dalam hal ini adalah di sekolah dimana subjek berada (Moleong, 2001, hlm. 126-127).
2. Wawancara
Esterberg (Sugiyono, 2009, hlm. 231) mendefinisikan interview (wawancara) sebagai berikut: „a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting ini communication and joint
construction of meaning about a particular topic‟. Wawancara merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Pengumpulan data dengan melakukan wawancara dilakukan dalam rangka mendapatkan data primer yang berasal dari narasumber.
Teknik wawancara ini bertujuan untuk melengkapi data dari pengamatan langsung sebagai pengalaman subjektif. “Interviu dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi yang tidak mungkin diperoleh lewat observasi” (Chaedar, 2009: 154). Narasumber yang dipilih oleh penulis adalah siswa kelas V dan guru kelasnya. Penulis memilih siswa dari tiga kelas yang memiliki kecenderungan sering dan jarang bertanya pada saat pembelajaran. Penulis memilih siswa berdasarkan hasil observasi setiap pembelajaran. Guru yang dijadikan narasumber merupakan guru kelas V siswa tersebut. Selain itu, untuk mengetahui latar belakang siswa khususnya perilaku bertanya siswa di rumah, penulis akan melakukan wawancara kepada orangtua siswa.Wawancara dilakukan untuk melengkapi pengamatan yang dilakukan penulis terhadap aktivitas siswa
(24)
39
Asep Sujana, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KOTA TASIKMALAYA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ketika bertanya dalam proses pembelajaran. Sehingga diharapkan ada temuan baru untuk mendukung ataupun mengklarifikasi data yang telah diperoleh sebelumnya. Selain itu, karena peran guru pada saat proses pembelajaran adalah sebagai fasilitator dan sebagai motivator. Seperti yang diungkapkan oleh Hughes & Hughes ( 2012, hlm. 442-443), bahwa guru yang bijak tidak hanya menyambut baik pertanyaan-pertanyaan siswanya, tetapi dapat juga memancing siswa untuk bertanya. Sehingga penulis perlu untuk melakukan wawancara dengan guru kelas siswa yang diteliti. Jadi dengan wawancara,penulis akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang kemampuan bertanya siswa.
3. Studi Dokumentasi
Guba dan Lincoln dalam Basrowi (2008, hlm.159) mendefinisikan dokumen dan record sebagai berikut :
Record adalah setiap pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau menyajikan akunting, dan dokumentasi ialah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Dokumen dalam penelitian ini adalah kartu tanya. Kartu tanya dibuat untuk membantu siswa agar mampu membuat pertanyaan berdasarkan objek yang telah diamati. Ada beberapa tindakan guru dalam mengatasi kesulitan siswa dalam bertanya salah satunya adalah meminta siswa untuk membuat pertanyaan-pertanyaan itu secara tertulis. Cara ini dapat memberikan kesempatan kepada para siswa secara lebih leluasa untuk memikirkan dan merumuskan pertanyaan itu secara lebih tepat dan jelas sebelum melakukan suatu kegiatan untuk membantu mereka mengarahkan penyelidikan mereka sendiri dan menggunakan pertanyaan-pertanyaan ini sebagai batu loncatan untuk penyelidikan dan diskusi (Kosasih, 2014, hlm. 77; Chin, C, 2001, hlm. 100; Chin, C, 2002, hlm. 62). Cara ini pun dapat membantu siswa yang merasa malu/tidak berani menyampaikan pertanyaan secara lisan. Dari hasil analisis buku teks pelajaran siswa kelas V, aktivitas pembuatan kartu tanya terdapat pada tema dua dan lima. Studi dokumentasi ini dibutuhkan untuk mendukung temuan kemampuan bertanya siswa. Selain itu, penulis akan mengamati dokumen hasil akademik siswa yaitu buku raport siswa dan dokumen identitas siswa untuk mengetahui latar belakang siswa dari segi
(25)
40
Asep Sujana, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KOTA TASIKMALAYA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
akademik dan latar sosialnya.
E. Triangulasi
Triangulasi adalah mengecek kredibilitas data (memastikan kebenaran data) dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data (Sugiyono, 2011, hlm. 241; Putra, 2011, hlm. 189). Penulis akan mengecek kebenaran data yang diperoleh selama penelitian dengan menggunakan triangulasi teknik dan sumber. Menurut Sugiyono (2011, hlm. 241), triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Dalam penelitian ini penulis menggunakan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda.
F. Teknik Analisis Data
Penulis melakukan analisis data mengacu kepada tiga alur proses analisis data menurut Miles and Huberman (2007, hlm. 16) “Kami anggap bahwa analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi”. Tahapan-tahapan itu dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data. Setelah data terkumpul dilakukan tahap reduksi yaitu memilih data pokok dan memisahkan dengan data-data yang kurang penting untuk penelitian. Hal ini berfungsi untuk menggolongkan, mengarahkan, dan menajamkan data sehingga data yang diperoleh benar-benar valid.
2. Data Display (Penyajian Data)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya (Sugiyono, 2009, hlm. 249). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uraian singkat dalam menyajikan data yang telah diperoleh, sehingga didapat gambaran
(26)
41
Asep Sujana, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KOTA TASIKMALAYA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang mudah dipahami dari data yang telah terkumpul. 3. ConclusionDrawing (Penarikan Kesimpulan)
Menarik kesimpulan merupakan langkah terakhir dalam analisis data. Hal ini dilakukan setelah data yang didapat direduksi dan disajikan sehingga mudah dipahami.
(27)
Asep Sujana, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KOTA TASIKMALAYA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan
Kemampuan bertanya siswa dalam pendekatan pembelajaran saintifik Kurikulum 2013 di Sekolah Dasaryang didasarkan atas frekuensi pertanyaan dan tingkatan pertanyaan siswa masih kurang memadai. Frekuensi siswa dalam mengajukan pertanyaan tidak menyebar pada seluruh siswa. Selain daripada itu, kualitas pertanyaan siswa cukup beragam. Sebagian besar pertanyaan siswa termasuk dalam tingkatan menghafal yang didasarkan atas proses kognitif pada Taksonomi Bloom.
Proses bertanya siswa pada pendekatan pembelajaran saintifik Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar dapat dilihat dari bagaimana cara siswa mengajukan pertanyaan dan cara guru merangsang siswa untuk bertanya. Dalam mengajukan pertanyaan, objek yang diamati saat pembelajaran sangat mempengaruhi siswa. Adanya objek yang disajikan dalam pembelajaran akan mampu merangsang siswa untuk bertanya dan mengembangkan pertanyaan. Pertanyaan yang disampaikan oleh siswa dalam pembelajaran seluruhnya diajukan kepada guru yang menfasilitasi siswa belajar di dalam kelas.
Untuk merangsang siswa bertanya, guru menggunakan beberapa cara yang dilakukan. Pertama, guru menyediakan objek untuk diamati oleh siswa. Hal ini merupakan cara yang sangat ampuh dalam merangsang siswa untuk bertanya. Tidak hanya itu, cara seperti ini menggambarkan karakter khas dari Kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan saintifik. Kedua, guru memulai dan mengawali pembelajaran dengan tanya jawab. Siswa yang ingin bertanya difasilitasi oleh guru untuk menjembatani pengetahuan awal siswa dengan materi yang akan disampaikan dalam pembelajaran. Ketiga, ketika antusias siswa sudah menurun, guru menggunakan kartu tanya sebagai tugas yang diberikan kepada siswa. Hal ini dilakukan sebagai cara yang dapat merangsang siswa bertanya tanpa melalui mekanisme lisan yang terkadang menjadi hambatan siswa dalam
(28)
109
Asep Sujana, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KOTA TASIKMALAYA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
belajar. Keempat, guru mengggunakan cara dengan bertanya kepada siswa setiap selesai topik pembelajaran. Cara ini sangat efektif untuk memberikan kesan kepada siswa untuk memahami setiap topik materi yang diberikan. Kelima, mempersiapkan materi yang merangsang siswa bertanya. Cara ini merupakan langkah preventif dalam upaya menciptakan situasi kelas yang mendukung untuk proses pembelajaran.
Faktor yang mempengaruhi kemampuan bertanya siswa pada pendekatan pembelajaran saintifik Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar setidaknya dapat dilihat dari kuantitas total pertanyaan yang diajukan guru untuk merangsang siswa. Ditemukan bahwa kuantitas pertanyaan yang diajukan guru berbanding lurus dengan frekuensi pertanyaan yang diajukan oleh siswa. Selain itu, sebagian besar pertanyaan yang diajukan guru masuk dalam tingkatan menghafal yang didasarkan atas proses kognitif pada taksonomi bloom. Artinya, dari penelitian yang dilakukan, ditemukan kesamaan kemampuan guru dan siswa dalam memberikan pertanyaan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sekolah dengan frekuensi pertanyaan siswa yang lebih tinggi memiliki guru yang mengajukan pertanyaan dengan frekuensi yang tinggi pula dalam mengajukan pertanyaan untuk merangsang siswa bertanya.
Dalam bertanya, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi antusias siswa. Sikap percaya diri dan keberanian siswa menjadi hal yang sangat penting yang menunjukkan sejauh mana siswa tersebut menyampaikan pertanyaan, baik pertanyaan yang diajukan jelas maupun tidak jelas. Selain daripada itu, apresiasi yang ditunjukkan kepada siswa yang lain mampu menjaga situasi pembelajaran untuk tetap kondusif dan merangsang antusias siswa dalam bertanya. Dalam beberapa hal pula, pelajaran yang sesuai dengan pemahaman siswa dimana siswa mampu untuk memahami pelajaran dengan baik akan mampu merangsang siswa aktif bertanya. Hal lainnya adalah faktor guru ketika mengkondisikan lingkungan kelas, mengatur agar pembelajaran tidak jenuh, dan sikap guru yang diberikan ketika interaksi dengan siswa saat pembelajaran.
Dalam upaya mengembangkan kemampuansiswa dalam bertanya, guru perlu mengetahui alasan yang mendorong siswa untuk bertanya. Sebagian siswa
(29)
110
Asep Sujana, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KOTA TASIKMALAYA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
akan bertanya ketika merasa dirinya tidak mengerti terhadap materi yang disampaikan oleh guru di saat pembelajaran. Adapun rasa ingin tahu dan penasaran yang tertanam pada diri siswa menjadi hal lain yang juga mendorong siswa untuk bertanya tentang konteks ataupun konten dalam pembelajaran. di sisi lain, penugasan kepada siswa untuk bertanya menjadi langkah alternatif yang dapat mendorong siswa bertanya saat pembelajaran.
Beberapa siswa yang teridentifikasi sering bertanya ditemukan memiliki beberapa karakteristik. Pertama, siswa tersebut memiliki rasa ingin tahu yang cukup tinggi. Hal ini dapat terlihat dari frekuensi siswa dalam bertanya. Siswa yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, tidak hanya aktif bertanya di dalam kelas, akan tetapi menunjukkan kebiasaan yang sama saat di rumah. Kedua, siswa yang kreatif. Hal ini dapat dilihat dari kualitas pertanyaan yang diajukan oleh siswa. Beberapa siswa bertanya dengan hal yang sebenarnya di luar dari jangkauan usianya. Atau juga dengan pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban yang kurang masuk akal. Ketiga, siswa yang memiliki prestasi akademik yang lebih baik. Dalam hal ini, siswa yang masuk dalam kategori prestasi yang lebih dibandingkan dengan siswa yang lain berbanding lurus dengan frekuensi siswa dalam bertanya, dan keempat, siswa yang mendapat bimbingan belajar dari orangtua di rumah. Wawancara yang dilakukan menemukan faktor bimbingan orangtua di rumah untuk merangsang siswa bertanya termasuk menjadi karakteristik yang menjadikan siswa sering bertanya di dalam kelas.
Selain daripada itu, beberapa siswa yang teridentifikasi jarang bertanya mengemukakan alasan mengapa siswa enggan bertanya. Perasaan malu untuk bertanya menjadi salah satu alasan yang sering disampaikan. Perasaan malu bukan berarti siswa tidak biasa berbicara di depan umum, akan tetapi karena siswa belum biasa dilatih untuk berani bertanya di dalam kelas. Selain daripada itu, ketika siswa bertemu dengan pelajaran yang kurang disukai, siswa menunjukkan respon negatif dalam motivasinya untuk bertanya. Kecenderungan untuk acuh dalam mengikuti pelajaran yang kurang disukai membuat siswa enggan pula unutk bertanya. Adapun, di sisi lain faktor tidak ada teman yang mengajak untuk
(30)
111
Asep Sujana, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KOTA TASIKMALAYA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bertanya menjadi alasan lainnya yang menyebabkan siswa enggan bertanya di dalam kelas.
B. Implikasi
Implikasi dari temuan penelitian mencakup pada dua hal, yakni: implikasi teoritis dan implikasi praktis. Implikasi teoritis berkaitan dengan kontribusi penelitian ini bagi perkembangan teori-teori pendidikan terutama mengenai kemampuan siswa dalam bertanya. Sedangkan implikasi praktis berkaitan dengan kontribusi penelitian ini terhadap pengembangan pelaksanaan pendidikan dalam kancah lapangan.
1. Implikasi Teoritis
Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pengkondisian yang positif di dalam kelas dapat menjadi faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa dalam bertanya untuk mendukung penerapan pendekatan pembelajaran saintifik dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 di Sekolah Dasar.
Implikasi teoritis ini berkaitan dengan teori metode dan strategi pembelajaran untuk merangsang siswa bertanya, teori proses kognitif taksonomi bloom, dan teori mengenai pendekatan pembelajaran saintifik. Implikasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Implikasi yang berkenaan dengan metode dan strategi pembelajaran untuk merangsang siswa bertanya dalam penelitian ini berhasil menjelaskan temuan bahwa penggunaan metode dan strategi pembelajaran oleh guru dapat berpengaruh ke dalam kemampuan siswa dalam bertanya. Penggunaan metode dan strategi pembelajaran yang bervariasi dalam pembelajaran yang menggunakan kurikulum 2013 akan mampu memberikan pengalaman pembelajaran yang lebih luas. Selain daripada itu, peningkatan motivasi siswa untuk bertanya dapat dilakukan dengan aktivitas guru di dalam kelas yang memahami bagaimana karakter siswa dalam belajar.
b. Implikasi yang berkenaan dengan proses kognitif yang didasarkan pada taksonomi bloom dalam penelitian ini berhasil menjelaskan bahwa kemampuan siswa maupun guru dalam bertanya masih berada dalam tingkatan kognitif paling rendah. Meskipun frekuensi pertanyaan cukup
(31)
112
Asep Sujana, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KOTA TASIKMALAYA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tinggi, akan tetapi pengembangan tingkatan pertanyaan perlu menjadi fokus untuk pengembangan penelitian selanjutnya.
c. Implikasi yang berkenaan dengan pendekatan pembelajaran saintifik dalam penelitian ini berhasil menjelaskan bahwa penggunaan objek dalam pembelajaran merupakan faktor utama yang mempengaruhi rasa ingin tahu siswa dalam pembelajaran. Pembelajaran yang berfokus kepada siswa sebaiknya mengkondisikan siswa untuk mampu mengoptimalkan seluruh potensi indrawi sehingga pembelajaran yang dilaksanakan dapat bermakna dan menyenangkan bagi siswa.
2. Implikasi Praktis
Implikasi praktis dalam penelitian ini berlaku bagi komponen penyelenggara pendidikan. Adapun implikasi praktis dari penelitian ini sebagai berikut:
a. Penelitian ini telah menghasilkan temuan mengenai metode dan strategi yang dapat digunakan oleh guru maupun orangtua dalam mengembangkan kemampuan bertanya siswa. Metode dan strategi yang ditemukan melalui studi komprehensif ini selanjutnya dapat ditindaklanjuti sebagai bagian yang dapat diimplementasikan dalam pendekatan pembelajaran santifik menggunakan Kurikulum 2013.
b. Temuan di dalam penelitian ini, bahwa tingkatan pertanyaan baik guru maupun siswa berada dalam tingkatan kognitif paling rendah menjadi gambaran kondisi lapangan pembelajaran saintifik yang dilakukan di sekolah yang menggunakan Kurikulum 2013. Temuan ini ditindaklanjuti dengan kualitas pertanyaan yang dilakukan oleh guru di kemudian hari untuk mampu mendorong siswa bertanya dengan tingkatan yang lebih bervariasi.
C. Rekomendasi
Dari hasil analisis data mengenai kemampuan siswa untuk mendukung penerapan pendekatan pembelajaran saintifik dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar dan pembahasan penelitian ini, dapat direkomendasikan beberapa hal sebagia berikut:
1. Kepada guru diharapkan dapat meningkatkan keterampilan untuk merangsang siswa bertanya. Penggunaan metode dan strategi pembelajaran terutama
(32)
113
Asep Sujana, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KOTA TASIKMALAYA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam merangsang siswa bertanya perlu menjadi perhatian bagi guru. Selain daripada itu, kemampuan guru dalam bertanya untuk merangsang siswa dapat ditingkatkan sehingga tingkatan pertanyaan yang diajukan dapat lebih bervariasi.
2. Kepada orangtua diharapkan lebih banyak membimbing anak di rumah, terutama dalam mengasah rasa ingin tahu dan keberanian siswa dalam bertanya. Tidak sedikit siswa yang belum berani bertanya di dalam kelas namun cukup aktif bertanya saat di rumah. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi orangtua sehingga rasa ingin tahu dan keberanian siswa dalam bertanya mampu berpengaruh kepada siswa saat pembelajaran di dalam kelas.
3. Kepada peneliti berikutnya yang berminat melakukan penelitian mengenai kemampuan bertanya siswa diharapkan dapat melakukan penelitian dalam ruang lingkup subyek penelitian yang lebih luas, seperti bagaimana agar tingkatan pertanyaan yang diajukan baik oleh guru maupun siswa dapat lebih bervariasi.
4. Kepada pembuat kebijakan Kurikulum 2013 untuk melakukan pendampingan secara kontinyu kepada guru untuk meningkatkan kemampuan guru merangsang siswa bertanya dan menyediakan buku sumber serta lembar aktivitas siswa secara lengkap.
(33)
Asep Sujana, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANHYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KOTA TASIKMALAYA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A. (2009). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka.
Anderson, L., & Krathwohl, D. (2010). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. (Terjemahan A. Prihantoro) Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, S. (2013). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara.
Bartlett , S., & Burton , D. (2012). Introduction to Education Studies (Third Edition). London: SAGE Publications LTD.
Basrowi & Suwandi. . (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Bowker, M. H. (2010). Teaching Students to Ask Questions Instead of Answering Them. The Nea Higher Education Journal, 1(2), 127-134.
Chin, C. (2001). Learning in Science: What Do Students’ Questions Tell Us About Their Thinking? Education Journal, 29(2), 85-103.
Chin, C. (2002). Student-generated Questions: A Meaningful Aspect of Learning in Science. International Journal of Science Education, 24(5), 512-549. Chin, C. (2004). Students' Questions: Fostering a Culture of Inquisitiveness in
Science Classrooms. School Science Review, 86(314), 107-112.
Cornbleth, C. (1975). Student Questioning as a Learning Strategy. the Association for Supervision and Curriculum.
Danim, S. (2002). Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Penerbit Pustaka Setia. Depdikbud. (2013). Permendikbud 81 A. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Depdikbud. (2014). Permendikbud 57. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dillon, J. T. (1988). The Remedial Status of Student Questioning. Journal of
Curriculum Studies, 20(3), 197-210.
Dimyati, & Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Gredler, M. E. (2011). Learning and Instruction: Teori dan Aplikasi (Edisi
Keenam). Kencana Prenada Media Group.
Harlen, W. (1992). Teaching of Science: Studies in Primary Education. Michigan: David Fulton Publishers.
Holt, J. (1967). Bagaimana Siswa Belajar. Jakarta: Erlangga.
Hughes, A. G., & Hughes, E. H. (2012). Learning & Teaching: Pengantar Psikologi Pembelajaran Modern. Bandung: Nuansa.
Jesus, H. (2006). Students’ questions: building a bridge between Kolb’s learning
styles and approaches to learning. Education +Training, 48(2/3), 97-111. Kemdikbud. (2014). Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum. Jakarta:
Kemdikbud.
King, A. (1995). Inquiring Minds Really Do Want to Know: Using questioning to Teach Critical Thinking. Teaching of Psychology, 22(1), 13-17.
Kosasih. (2014). Strategi Belajar dan Pembelajaran: Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Yrama Widya.
(34)
115
Asep Sujana, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KOTA TASIKMALAYA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lefrancois, G. R. (2012). Theories of Human Learning: What the Professor Said (Sixth Edition). PreMediaGlobal. Wadsworth, Cengage Learning.
Lewis, K. G. (2007). Developing Questioning Skills. Diambil kembali dari http://www.udel.edu/chem/white/U460/Devel-question-skills-UTx.pdf Lewis, K. G. (n.d.). Developing Questioning Skills. Austin: The University of
Texas at Austin.
Majid, A. (2014). Implementasi Kurikulum 2013: Kajian Teori dan Praktis. Bandung: Interes Media.
Majid, A. (2014). Pembelajaran Tematik Terpadu. Jakarta: UI Press. Miles, M. B. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press. Minauli, I. (2002). Metode Observasi (Cet.I). Medan: USU Press.
Moleong, J. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Molinero, R. I., & Garcia-Madruga, J. A. (2011). Knowledge and Question Asking. Psicothema, 23(1), 26-30.
Morgan, J. C., & Schreiber, J. E. (1969). How To Ask Questions. Washington, D. C.: National Council for the Social Studies.
Mulyasa, E. (2009). Implementasi Kurikulum Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Munandar, A. S. (1988). Kreativitas dalam Pekerjaan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Munandar, A. S. (1988). Kreativitas dalam Pekerjaan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Musingafi, M. C., & Muranda, K. E. (2014). Students and Questioning: A Review of the Role Played By Students Generated Questions in the Teaching and Learning Process. Studies in Social Sciences and Humanities, 1(3), 101-107.
Myrick, F., & Younge, O. (2002). Preceptor Questioning and Student Critical Thinking. Journal of Professional Nursing, 18(3), 176-181.
Obenchain, K. M. (2011). 50 Social Studies Strategies for K-8 Classrooms. New Jersey: Pearson.
Putra, N. (2011). Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi. Jakarta: PT Indeks. Rahayu, E. (2001). Keterampilan siswa SMU dalam mengajukan pertanyaan
tertulis pada konsep alat indera. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI: Tidak Diterbitkan.
Reynolds, R. E., & Anderson, R. C. (1980). Diambil kembali dari https://www.ideals.illinois.edu/bitstream/handle/2142/17945/ctrstreadtechr epv01980i00183_opt.pdf?sequence=1
Riswani, E. F. (2012). Model Active Learning dengan Teknik Learning Starts With a Question dalam Peningkatan Keaktifan Peserta Didik pada Pembelajaran Akuntansi Kelas XI Ilmu Sosial 1 SMA Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, 10(2), 1-21.
Santrock, J. W. (2004). Psikologi Pendidikan (Edisi Dua). Jakarta: Kencana. Saud, U. S. (2008). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.
(1)
111
Asep Sujana, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KOTA TASIKMALAYA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bertanya menjadi alasan lainnya yang menyebabkan siswa enggan bertanya di dalam kelas.
B. Implikasi
Implikasi dari temuan penelitian mencakup pada dua hal, yakni: implikasi teoritis dan implikasi praktis. Implikasi teoritis berkaitan dengan kontribusi penelitian ini bagi perkembangan teori-teori pendidikan terutama mengenai kemampuan siswa dalam bertanya. Sedangkan implikasi praktis berkaitan dengan kontribusi penelitian ini terhadap pengembangan pelaksanaan pendidikan dalam kancah lapangan.
1. Implikasi Teoritis
Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pengkondisian yang positif di dalam kelas dapat menjadi faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa dalam bertanya untuk mendukung penerapan pendekatan pembelajaran saintifik dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 di Sekolah Dasar.
Implikasi teoritis ini berkaitan dengan teori metode dan strategi pembelajaran untuk merangsang siswa bertanya, teori proses kognitif taksonomi bloom, dan teori mengenai pendekatan pembelajaran saintifik. Implikasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Implikasi yang berkenaan dengan metode dan strategi pembelajaran untuk merangsang siswa bertanya dalam penelitian ini berhasil menjelaskan temuan bahwa penggunaan metode dan strategi pembelajaran oleh guru dapat berpengaruh ke dalam kemampuan siswa dalam bertanya. Penggunaan metode dan strategi pembelajaran yang bervariasi dalam pembelajaran yang menggunakan kurikulum 2013 akan mampu memberikan pengalaman pembelajaran yang lebih luas. Selain daripada itu, peningkatan motivasi siswa untuk bertanya dapat dilakukan dengan aktivitas guru di dalam kelas yang memahami bagaimana karakter siswa dalam belajar.
b. Implikasi yang berkenaan dengan proses kognitif yang didasarkan pada taksonomi bloom dalam penelitian ini berhasil menjelaskan bahwa kemampuan siswa maupun guru dalam bertanya masih berada dalam tingkatan kognitif paling rendah. Meskipun frekuensi pertanyaan cukup
(2)
Asep Sujana, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KOTA TASIKMALAYA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tinggi, akan tetapi pengembangan tingkatan pertanyaan perlu menjadi fokus untuk pengembangan penelitian selanjutnya.
c. Implikasi yang berkenaan dengan pendekatan pembelajaran saintifik dalam penelitian ini berhasil menjelaskan bahwa penggunaan objek dalam pembelajaran merupakan faktor utama yang mempengaruhi rasa ingin tahu siswa dalam pembelajaran. Pembelajaran yang berfokus kepada siswa sebaiknya mengkondisikan siswa untuk mampu mengoptimalkan seluruh potensi indrawi sehingga pembelajaran yang dilaksanakan dapat bermakna dan menyenangkan bagi siswa.
2. Implikasi Praktis
Implikasi praktis dalam penelitian ini berlaku bagi komponen penyelenggara pendidikan. Adapun implikasi praktis dari penelitian ini sebagai berikut:
a. Penelitian ini telah menghasilkan temuan mengenai metode dan strategi yang dapat digunakan oleh guru maupun orangtua dalam mengembangkan kemampuan bertanya siswa. Metode dan strategi yang ditemukan melalui studi komprehensif ini selanjutnya dapat ditindaklanjuti sebagai bagian yang dapat diimplementasikan dalam pendekatan pembelajaran santifik menggunakan Kurikulum 2013.
b. Temuan di dalam penelitian ini, bahwa tingkatan pertanyaan baik guru maupun siswa berada dalam tingkatan kognitif paling rendah menjadi gambaran kondisi lapangan pembelajaran saintifik yang dilakukan di sekolah yang menggunakan Kurikulum 2013. Temuan ini ditindaklanjuti dengan kualitas pertanyaan yang dilakukan oleh guru di kemudian hari untuk mampu mendorong siswa bertanya dengan tingkatan yang lebih bervariasi.
C. Rekomendasi
Dari hasil analisis data mengenai kemampuan siswa untuk mendukung penerapan pendekatan pembelajaran saintifik dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar dan pembahasan penelitian ini, dapat direkomendasikan beberapa hal sebagia berikut:
1. Kepada guru diharapkan dapat meningkatkan keterampilan untuk merangsang siswa bertanya. Penggunaan metode dan strategi pembelajaran terutama
(3)
113
Asep Sujana, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KOTA TASIKMALAYA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam merangsang siswa bertanya perlu menjadi perhatian bagi guru. Selain daripada itu, kemampuan guru dalam bertanya untuk merangsang siswa dapat ditingkatkan sehingga tingkatan pertanyaan yang diajukan dapat lebih bervariasi.
2. Kepada orangtua diharapkan lebih banyak membimbing anak di rumah, terutama dalam mengasah rasa ingin tahu dan keberanian siswa dalam bertanya. Tidak sedikit siswa yang belum berani bertanya di dalam kelas namun cukup aktif bertanya saat di rumah. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi orangtua sehingga rasa ingin tahu dan keberanian siswa dalam bertanya mampu berpengaruh kepada siswa saat pembelajaran di dalam kelas.
3. Kepada peneliti berikutnya yang berminat melakukan penelitian mengenai kemampuan bertanya siswa diharapkan dapat melakukan penelitian dalam ruang lingkup subyek penelitian yang lebih luas, seperti bagaimana agar tingkatan pertanyaan yang diajukan baik oleh guru maupun siswa dapat lebih bervariasi.
4. Kepada pembuat kebijakan Kurikulum 2013 untuk melakukan pendampingan secara kontinyu kepada guru untuk meningkatkan kemampuan guru merangsang siswa bertanya dan menyediakan buku sumber serta lembar aktivitas siswa secara lengkap.
(4)
Asep Sujana, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANHYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KOTA TASIKMALAYA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A. (2009). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka.
Anderson, L., & Krathwohl, D. (2010). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. (Terjemahan A. Prihantoro) Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, S. (2013). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara.
Bartlett , S., & Burton , D. (2012). Introduction to Education Studies (Third Edition). London: SAGE Publications LTD.
Basrowi & Suwandi. . (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Bowker, M. H. (2010). Teaching Students to Ask Questions Instead of Answering Them. The Nea Higher Education Journal, 1(2), 127-134.
Chin, C. (2001). Learning in Science: What Do Students’ Questions Tell Us About Their Thinking? Education Journal, 29(2), 85-103.
Chin, C. (2002). Student-generated Questions: A Meaningful Aspect of Learning in Science. International Journal of Science Education, 24(5), 512-549. Chin, C. (2004). Students' Questions: Fostering a Culture of Inquisitiveness in
Science Classrooms. School Science Review, 86(314), 107-112.
Cornbleth, C. (1975). Student Questioning as a Learning Strategy. the Association for Supervision and Curriculum.
Danim, S. (2002). Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Penerbit Pustaka Setia. Depdikbud. (2013). Permendikbud 81 A. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Depdikbud. (2014). Permendikbud 57. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dillon, J. T. (1988). The Remedial Status of Student Questioning. Journal of
Curriculum Studies, 20(3), 197-210.
Dimyati, & Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Gredler, M. E. (2011). Learning and Instruction: Teori dan Aplikasi (Edisi
Keenam). Kencana Prenada Media Group.
Harlen, W. (1992). Teaching of Science: Studies in Primary Education. Michigan: David Fulton Publishers.
Holt, J. (1967). Bagaimana Siswa Belajar. Jakarta: Erlangga.
Hughes, A. G., & Hughes, E. H. (2012). Learning & Teaching: Pengantar Psikologi Pembelajaran Modern. Bandung: Nuansa.
Jesus, H. (2006). Students’ questions: building a bridge between Kolb’s learning styles and approaches to learning. Education +Training, 48(2/3), 97-111. Kemdikbud. (2014). Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum. Jakarta:
Kemdikbud.
King, A. (1995). Inquiring Minds Really Do Want to Know: Using questioning to Teach Critical Thinking. Teaching of Psychology, 22(1), 13-17.
Kosasih. (2014). Strategi Belajar dan Pembelajaran: Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Yrama Widya.
(5)
115
Asep Sujana, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KOTA TASIKMALAYA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lefrancois, G. R. (2012). Theories of Human Learning: What the Professor Said (Sixth Edition). PreMediaGlobal. Wadsworth, Cengage Learning.
Lewis, K. G. (2007). Developing Questioning Skills. Diambil kembali dari http://www.udel.edu/chem/white/U460/Devel-question-skills-UTx.pdf Lewis, K. G. (n.d.). Developing Questioning Skills. Austin: The University of
Texas at Austin.
Majid, A. (2014). Implementasi Kurikulum 2013: Kajian Teori dan Praktis. Bandung: Interes Media.
Majid, A. (2014). Pembelajaran Tematik Terpadu. Jakarta: UI Press. Miles, M. B. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press. Minauli, I. (2002). Metode Observasi (Cet.I). Medan: USU Press.
Moleong, J. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Molinero, R. I., & Garcia-Madruga, J. A. (2011). Knowledge and Question Asking. Psicothema, 23(1), 26-30.
Morgan, J. C., & Schreiber, J. E. (1969). How To Ask Questions. Washington, D. C.: National Council for the Social Studies.
Mulyasa, E. (2009). Implementasi Kurikulum Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Munandar, A. S. (1988). Kreativitas dalam Pekerjaan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Munandar, A. S. (1988). Kreativitas dalam Pekerjaan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Musingafi, M. C., & Muranda, K. E. (2014). Students and Questioning: A Review of the Role Played By Students Generated Questions in the Teaching and Learning Process. Studies in Social Sciences and Humanities, 1(3), 101-107.
Myrick, F., & Younge, O. (2002). Preceptor Questioning and Student Critical Thinking. Journal of Professional Nursing, 18(3), 176-181.
Obenchain, K. M. (2011). 50 Social Studies Strategies for K-8 Classrooms. New Jersey: Pearson.
Putra, N. (2011). Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi. Jakarta: PT Indeks. Rahayu, E. (2001). Keterampilan siswa SMU dalam mengajukan pertanyaan
tertulis pada konsep alat indera. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI: Tidak Diterbitkan.
Reynolds, R. E., & Anderson, R. C. (1980). Diambil kembali dari https://www.ideals.illinois.edu/bitstream/handle/2142/17945/ctrstreadtechr epv01980i00183_opt.pdf?sequence=1
Riswani, E. F. (2012). Model Active Learning dengan Teknik Learning Starts With a Question dalam Peningkatan Keaktifan Peserta Didik pada Pembelajaran Akuntansi Kelas XI Ilmu Sosial 1 SMA Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, 10(2), 1-21.
Santrock, J. W. (2004). Psikologi Pendidikan (Edisi Dua). Jakarta: Kencana. Saud, U. S. (2008). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.
(6)
Asep Sujana, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KOTA TASIKMALAYA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Supardan, D. (2014). Pendidikan IPS Perspektif Filosofi, Kurikulum, dan Pembelajaran. Bandung: Program Studi Pendidikan IPS SPS UPI.
Syah, M. (2011). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Syaodih, N. S. (2008). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Taboada, A., & Guthrie, J. T. (2006). Contributions of Student Questioning and Prior Knowledge to Construction of Knowledge From Reading Information Text. Journal of Literacy Research, 38(1), 1-35.
Turney, C. (1975). Sydney Micro Skills: Skills for Teacher Handbooks. Sydney: Sydney University Press.
Walsh, J. A., & Sattes, B. D. (2011). Thinking Through Quality Questioning: Deepening Student Engagement. USA: Corwin A Sage Company.
Widodo, A. (2006). Profil Pertanyaan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Sains. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 4(2), 139-148.
Widodo, P. S. (2009). Meningkatkan Motivasi Siswa Bertanya melalui Metode Snowball-throwing dalam Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Jurnal Pendidikan Penabur, 13(8), 42-55.
Wilen, W. W. (1987). Questions, Questioning Techniques, and Effective Teaching. Washington, D.C.: National Education Association.
Woolever, R. M., & Scott, K. P. (1988). Active Learning in Social Studies: Promoting Cognitive and Social Growth. USA: Scott Foresman & Co.