REINFORCEMENT DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA NYARING BAHASA INGGRIS (Penelitian Deskriptif Kualtatif di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Citapen Kota Tasikmalaya).

(1)

REINFORCEMENT DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA NYARING BAHASA INGGRIS

(Penelitian Deskriptif Kualtatif di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Citapen Kota Tasikmalaya)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan program studi guru sekolah dasar

Oleh,

FAHMI AZIZAH

NIM 1004071

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS TASIKMALAYA 2014


(2)

REINFORCEMENT DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA NYARING BAHASA INGGRIS

(Penelitian Deskriptif Kualitatif di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Citapen Kota Tasikmalaya)

Oleh Fahmi Azizah

Sebuah skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Fahmi Azizah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa izin penulis.


(3)

FAHMI AZIZAH

REINFORCEMENT DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA NYARING BAHASA INGGRIS

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing 1

Drs. H. Sadjaruddin Nurdin, M.Pd. NIP. 195105031 97603 1 003

Pembimbing II

Desiani Natalina M, M. Pd NIP. 19771222 200501 2 002

Mengetahui

Ketua Program Studi S1 PGSD UPI Kampus Tasikmalaya

Drs. Rustono W. S., M. P.d. NIP 195206281 981103 1 001


(4)

Abstrak

REINFORCEMENTDALAM PEMBELAJARAN MEMBACA NYARING BAHASA INGGRIS

(Penelitian Deskriptif Kualtatif di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Citapen Kota Tasikmalaya)

Fahmi Azizah

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh motivasi siswa yang rendah dalam pembelajaran membaca nyaring. Hal ini dikarenakan mereka memiliki kesulitan dalam pengasosiasian teks bacaan dengan pengucapan (pronunciation), pemahaman siswa terhadap teks bacaan, dan perasaan jenuh siswa ketika proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru hendaknya menyediakan reinforcement. Reinforcement adalah segala bentuk respon guru untukmemodifikasi perilaku siswa, dengan memberikan konsekuensibagi siswa atas perbuatan yang telah dilakukannya. Guru berupaya membangkitkan semangat belajar siswa dengan penghargaan ataupun hadiah, hukuman, dan menyediakan pembelajaran yang bermakna serta menyenangkan. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tentang jenis-jenis reinforcement dan jadwal reinforcement yang digunakan guru dalam pembelajaran membaca nyaring bahasa Inggris di kelas V SD Negeri Citapen. Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah SD Negeri Citapen, dan subjek penelitiannya adalah guru bahasa Inggris. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, peneliti mendeskripsikan hasil analisis terhadap suatu objek penelitian yang telah diamaati secara seksama dalam kondisi yang alamiah terjadi pada saat pembelajaran membaca nyaring bahasa Inggris. Data dikumpulkan melalui observasi dan wawancara semi terstruktur. Analisis data hasil penelitian didasarkan pada teori B.F. Skinner dan Cliff Turney. Data hasil analisis berdasarkan teori Skinner menunjukkan bahwa guru bahasa Inggris di SD Negeri Citapen lebih sering menggunakan positive reinforcement dibandingkan negative reinforcement. Positive reinforcement yang diberikan berupa penghargaan dan negative reinforcement berupa hukuman. Data hasil analisis dengan menggunakan teori Turney menunjukkan bahwa jumlah reinforcement yang digunakan guru adalah sebanyak 531 kali. Guru telah menggunakan verbal reinforcement 180 kali dengan persentase sebesar 33,90%. Gesture reinforcement digunakan sebanyak 147 kali dengan persentase sebesar 27,68%, proximity reinforcement 88 kali digunakan dengan persentase 16,57%, token reinforcement 86 kali digunakan dengan persentase 16,20%, contact reinforcement 23 kali digunakan dengan persentase 4,33%, dan activity reinforcement digunakan guru sebanyak 7 kali dengan persentase 1,32%. Adapun, jadwal reinforcement yang digunakan guru adalah continuous reinforcement schedule, setiap perilaku siswa baik yang positif maupun yang negatif selalu diberikan penguatan oleh guru.

Kata kunci: Pembelajaran membaca nyaring bahasa Inggris, jenis-jenis reinforcement, dan jadwal reinforcement.


(5)

Abstract

REINFORCEMENT IN LEARNING ENGLISH READING ALOUD (Qualitative Descriptive Research in the Fifth Grade

of SD Negeri Citapen Kota Tasikmalaya)

Fahmi Azizah

The research was conducted as student’s motivation in reading aloud is low. This is due to the they have difficulties in asosociating reding text with pronunciating it, understanding the reading text, and the bored them of teaching and learning process. Further more, the teacher should provide reinforcement. Reinforcement is all of teacher’s respone to modify student’s attitude with giving consequence. The teacher try to build student’s learning motivation with reward or gift, punishment, and provide enjoy meaningfull learning. The purpose of the study is to describe the kinds and schedules of reinforcement that’s used by the teacher in learning english reading aloud in the fifth grade of SD Negeri Citapen. The location of the research is in SD Negeri Citapen, and the subject of the research is the english teacher. The methode of teh research is qualitative descriptive methode, researcher describe the analysis result to the object of the research that is observed in natural condition when learning english teaching aloud. The data were collected trough observation and semistucture interview. The analysis was carried out based on the theory of B.F. Skinner and Cliff Turney. The analysis result of the data based on the theory of Skinner shows the english teacher in SD Negeri Citapen usually uses positive reinforment better than negative reinforcement. Positive reinforcement is reward and the negative reinforcement is punishment. The analysis result of the data based on theory of Cliff Turney shows that the reinforcement quantity used by the teacher is 531 times. The teacher did 180’s verbal reinforcement with 33,90%. Gesture reinforcement is 147’s with 27,68%, proximity reinforcement is 88’s with 16,57%, token reinforcement is 86’s with 16,20%, contact reinforcement is 23’s with 4,33%, and activity reinforcement is 7’s with 1,32%. Further more, the schedule of reinforcement that is used by the teacher is continous reinforcement schedule, which is each student’s positively or negatively always given reinforcement by the theacher.

Keyword: Learning english reading aloud, kinds of reinforcement, and schedule reinforcement.


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR BAGAN ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 10

BAB II KAJIAN TEORI ... 13

A. Kajian Teori ... 13

1. Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar ... 13

2. Pembelajaran Membaca ... 14

3. Membaca Nyaring ... 19

4. Reinforcement ... 21

5. Jadwal Reinforcement ... 37

B. Penelitian yang Relevan ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 40

B. Desain Penelitian ... 42


(7)

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 45

E. Instrumen Penelitian ... 45

F. Prosedur Penelitian ... 47

G. Teknik Pengumpulan Data ... 48

H. Teknik Analisi Data ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Hasil Penelitian ... 53

1. Data Hasil Observasi ... 53

2. Data Hasil Wawancara ... 71

B. Pembahasan ... 78

1. Jenis – Jenis Reinforcementdalam Pembelajaran MembacaNyaring Bahasa Inggris ... 78

2. Jadwal ReinforcementdalamPembelajaran Membaca NyaringBahasa Inggris ... 100

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 102

A. Kesimpulan ... 102

B. Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 105

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 108 RIWAYAT HIDUP


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Bahasa Inggris memiliki peranan penting di era globalisasiini. Betapa tidak, bahasaInggrismerupakanbahasa yang digunakan sebagai jembatan komunikasi

Internasional. Berbagai masyarakat global

menggunakanbahasaInggrisuntukmelakukan interaksi. Tidak hanya sebagai alat komunikasi antarbangsa, bahasa Inggris pun kini semakin luas dipergunakan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti aspek ilmu pengetahuan, teknologi, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan seni. Semua literatur dalam berbagai aspek kehidupan tersebut telah menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya. Oleh karena itu untuk memperoleh informasi dan memperluas wawasan masyarakat secara global, maka diperlukan pemahaman bahasa Inggris sebagai kunci utamanya.

Di Indonesia, bahasa Inggris bukanlah merupakan bahasa pertama yang digunakan masyarakat untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehair-hari. Bahasa pertama yang digunakan merupakan bahasa daerah, misalnya bahasa Sunda dan bahasa Jawa. Adapun bahasa kedua yang digunakan oleh masyarakat adalah bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional. Hal inilah yang lantas menjadikan bahasa Inggris menempati posisi bahasa asing (lingua franca) bagi masyarakat Indonesia. Lingua franca dapat didefinisikan sebagai bahasa yang secara luas diadopsi untuk berkomunikasi diantara dua pembicara yang memiliki bahasa pertama yang berbeda satu sama lain dan dimana salah satu atau kedua pembicara tersebut menggunakan bahasa yang diadopsi itu sebagai bahasa keduanya. (Harmer, 2001, hlm. 1).

Menyadari peran penting bahasa Inggris dalam menghadapi persaingan global, maka pemerintah telah menjadikan bahasa Inggris sebagai mata pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa di berbagaijenjangpendidikan dari mulai SekolahDasar, SekolahMenengahPertama, SekolahMengengahAtas, hingga jenjangPerguruanTinggi.


(9)

Di jenjangpendidikanSekolahDasar sebagai wadah pertama bagi penyelenggaraan proses pembelajaran secara formal,mata pelajaran bahasa Inggris sebagaimana yang tertera dalam Standar Isimemiliki tujuan agar siswa memiliki kemampuan berkomunikasi lisanyang diiringi dengan tindakan (language accompanying action) dalam lingkup yang sederhana yakni di lingkungan sekolah. Kemampuan komunikasi siswa dapat diperoleh melalui proses dari serangkaian kegiatan dalam memahami informasi sehingga siswa dapat mengungkapkan pikiran, ide, gagasan, dan perasaan secara verbal dan nonverbal. Tidak hanya memiliki kemampuan berkomunikasi, siswa juga perlu menyadari akan hakikat pentingnya bahasa Inggris. Hal ini dinilai penting, demi peningkatan mutu generasi bangsa dalam menghadapi persaingan di era globalisasi. Lebih lanjut, ruang lingkup kemampuan berkomunikasi bahasa Inggris yang harus dikuasai siswa meliputi aspek-aspek keterampilan mendengarkan/menyimak (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing). (BSNP, 2006, hlm. 136; Depdiknas, 2006, hlm. 4)

Keterampilan membaca pada mata pelajaran bahasa Inggris merupakan salah satu dari keempat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dan dikembangkan di Sekolah Dasar. Keterampilan membaca tidak dapat dipisahkan dari keterampilan berbahasa lainnya. Hal ini dikarenakan keempat keterampilan berbahasa tersebut merupakan suatu kesatuan yang memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya, dan akan saling menunjang permerolehan kemampuan berbahasa siswa.

Banyak manfaat yang bisa didapat siswa dari kegiatan membaca. Dengan membaca, siswa akan mendapatkan berbagai informasi dan pengetahuan baru, sehingga wawasan siswa terhadap berbagai aspek kehidupan pun akan semakin luas. Berbagai pengalaman ketika membaca juga akan membuat siswa mampu berpikir kritis terhadap sesuatu, Selain itu, kecerdasan dan prestasi siswa pun akan meningkat setelah siswa rajin melakukan kegiatan membaca. (Gibson, 2003)

Suatu hal sangat dibutuhkan dalam keterampilan membaca adalah penguasaan kemampuan membaca. Penguasaan kemampuan membaca didapat melalui serangkaian pengalaman siswa ketika membaca. Oleh karena itu


(10)

membaca tidak dapat dikuasai secara instan, tapi membutuhkan proses yang sistematis dan berkesinambungan. Proses dari kegiatan membaca meliputi tiga tahap yaitu recording, decoding, dan meaning. Dalam proses recording siswa dituntut harus memiliki pengetahuan tentang kata dan mengasosikan kata-kata tersebut ke dalam bunyi atau ejaan yang sesuai. Setelah proses recording dilalui, maka siswa harus menerjemahkan rangkaian kata-kata tersebut, proses inilah yang dinamakan proses decoding. Sedangkan proses meaning merupakan proses dalam memahami makna kata-kata yang berlangsung dari tingkat pemahaman yakni pemahaman interpretatif, kreatif, dan evaluatif. Ketiga proses dalam kegiatan membaca ini saling berkaitan satu sama lain. Keterkaitanya tampak pada proses yang harus dilalui siswa secara bertahap dan berkesinambungan. (Rahim, 2008, hlm. 2).

Dalam Depdiknas (2006, hlm. 4) dijelaskan bahwa pembelajaran membaca pada mata pelajaran Bahasa Inggris di SD meliputi membaca nyaring dan memahami makna dalam intruksi, informasi, teks fungsional pendek, dan teks deskriptif bergambar sangat sederhana yang disampaikan secara tertulis dalam konteks kelas, sekolah, dan lingkungan sekitar. Membaca nyaring (reading aloud) merupakan kegiatan membaca yang dilakukan dengan suara keras untuk melatih kefasihan siswa dalam pengucapan (pronunciation) bahasa Inggris. Pengucapan (pronunciation) dalam kegiatan membaca nyaring meliputi pelafalan, jeda, tekanan, dan intonasi yang tepat sesuai teks bacaan. Namun karena bahasa Inggris relatif berbeda dengan bahasa asli siswa, maka banyak siswa mengalami kesulitan dalam hal pengucapan kalimat bahasa Inggris. Selain itu perasaan jenuh dan frustasi pun acap kali menghampiri siswa ketika pembelajaran membaca bahasa Inggris berlangsung, hal ini menyebabkan motivasi siswa menjadi berkurang.

Dalam membangkitkan motivasi siswa untuk belajar bahasa Inggris, dibutuhkan peran seorang guru. Guru merupakan salah satu faktor penting dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas. Tanpa adanya guru maka kegiatan pembelajaran tidak akan terjadi dengan baik. Dan untuk membangkitkan motivasi siswa, guru seyogyanya harus mampu menyediakan pembelajaran yang bermakna dan suasana yang menyenangkan bagi siswa.


(11)

Hasil studi pendahuluan di kelas V Sekolah Dasar Negeri Citapen menunjukkan bahwa dalam pembelajaran membaca nyaring bahasa Inggris siswa memiliki berbagai kesulitan. Kesulitan tersebut terletak pada pengasosiasian antara teks bacaan dengan pengucapan (pronunciation) yang cenderung berbeda, siswa pun memiliki pemahaman yang kurang terhadap makna teks bacaan. Selain itu, ketika guru meminta anak untuk membaca nyaring, siswa merasa malu dan takut pengucapannya salah, sehingga membuat siswa menjadi tidak berani melafalkan kalimat bahasa Inggris dengan baik dan benar. Dengan adanya kesulitan inilah, yang lekas membuat siswa merasa tidak tertarik dengan pembelajaran membaca dan akhirnya siswa memiliki semangat belajar yang kurang. Salah satu upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi berbagai kesulitan siswa tersebut yakni dengan memberikan dorongan semangat kepada siswa supaya siswa memiliki minat atau ketertarikan dalam pembelajaran membaca nyaring bahasa Inggris. Dorongan semangat tersebut berupa ucapan good untuk siswa yang berhasil melafalkan kalimat dengan baik, dan tulisan excellent pada buku tulis siswa karena telah mengerjakan tugas dengan baik dan benar. Dorongan semangat tersebut senantiasa disertai dengan latihan dan pengembangan keterampilan membaca nyaring siswa secara terus menerus. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dengan menyuguhkan permainan ketika pembelajaran berlangsung pun dilakukan guru agar siswa tidak merasa jenuh. Guru meyakini bahwa dengan suasana belajar yang menyenangkan akan berdampak positif pada pencapaian hasil belajar yang optimal pada pembelajaran membaca nyaring bahasa Inggris.

Berbagai bentuk upaya dalam mengatasi kesulitan siswa dalam membaca nyaring yang telah dipaparkan diatas merupakan implikasi dari salah satu keterampilan mengajar yang harus dikuasai guru yakni penguasaan keterampilan memberikan penguatan (reinforcement skill). Keterampilan mengajar sangat penting sebagai penunjang guna mencapai keberhasilan dalam proses dan hasil belajar siswa. Berkaitan dengan hal tersebut, Moh. Uzer Usman (2006, hlm. 74) mengemukakan delapan jenis keterampilandasarmengajar (teaching skills) yang harusdikuasai guru adalahketerampilanbertanya (questioning skills), keterampilan


(12)

memberikanpenguatan(reinforcement

skills),keterampilanmengadakanvariasi(variation skills),

keterampilanmenjelaskan(explaning skills),

keterampilanmembukadanmenutuppembelajaran(set induction and closure), keterampilanmembimbingkelompokkecil, keterampilanmengelolakelas, danketerampilanmengajarperseorangan

Reinforcement merupakan suatu upaya atau usaha yang dilakukan oleh guru guna memperoleh respon atau umpan balik terhadap perilaku siswa, sebagai kegiatan dalam memodifikasi perilaku siswa supaya perilaku siswa sesuai dengan yang diharapkan. Tujuan guru menggunakan reinforcement yakni supaya perilaku positif yang diharapkan dari siswa dapat terulang kembali dan perilaku negatif yang kurang diharapkan dari siswa dapat diperbaiki ataubahkan cenderung dihilangkan. Dengan penggunaan reinforcement diharapkan proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai seoptimal mungkin. (Moh Uzer Usman, 2006, hlm. 80)

Skinner (dalam Bimo Walgito, 1980, hlm. 81) sebagai penggagas munculnya istilah reinforcement, mengklasifikasikan reinforcement kedalam dua jenis yaitu positive reinforcement dan negative reinforcement. Positive reinforcement ini diidentikkan dengan konsekuensi atas perilaku positif yang telah dilakukan individu, dengan maksud supaya perilaku positif tersebut dapat terulang kembali. Sedangkan negative reinforcement merupakan bentuk konsekuensi yang diberikan terhadap perilaku negatif individu yang tidak diharapkan dan tentu saja hal tersebut diberikan untuk merubah perilaku negatif tersebut menjadi perilaku yang diharapkan, atau bila dianggap beresiko maka perilaku negatif tersebut dapat dihilangkan. Perbedaan yang mendasari antara positive reinforcement dan negative reinforcement dari Skinner terletak pada stimulus atau rangsangan, jika pada positive reinforcement terjadi penambahan stimulus terhadap respon individu yang diharapkan sebelumnya, maka pada negative reinforcement, terjadi penarikan atau pengurangan stimulus. Penambahan dan pengurangan stimulus tersebut tersebut tentunya merupakan salah satu cara untuk memodifikasi perilaku agar sesuai dengan yang diharapkan.


(13)

Sementara Turney (1983) mengklasifikasikan reinforcement ke dalam enam jenis yaitu verbal reinforcement, gesture reinforcement, activity reinforcement, proximity reinforcement, contact reinforcement, dan token reinforcement. Verbal reinforcement berhubungan erat dengan kata-kata yang diucapkan guru sebagai penguat perilaku siswa seperti good, excellent, dan that’s right. Gesture reinforcement berhubungan dengan mimik wajah dan gerak tubuh guru selama kegiatan pembelajaran. Activity reinforcement berhubungan dengan penyediaan berbagai aktifitas yang menyenangkan bagi siswa dalam kegiatan pembelajaran, seperti bernyanyi, mendengarkan musik, dan bermain. Proximity reinforcement, berhubungan dengan gerakan guru dalam mendekati siswa seperti berjalan menghampiri siswa dan duduk dengan siswa. Adapun contact reinforcement, berhubungan dengan sentuhan guru terhadap siswa. Sentuhan tersebut dapat berupa usapan kepala atau bahu siswa, dan berjabat tangan dengan siswa. Sedangkan token reinforcement berhubungan dengan benda yang diberikan guru kepada siswa, seperti mainan, alat tulis, stiker, dan komentar tertulis pada buku siswa.

Lemann (1998) dalam Flora (2004, hlm. 4-5) mengungkapkan bahwa pada tahun 1975 di daerah Houston Texas terdapat sekolah bernama Wesley Elementary yang dipimpin oleh Thaddeus Lott sebagai kepala sekolah. Wesley Elementary memiliki populasi siswa minoritas sebesar 99%, dan hanya 18% dari anak kelas tiga yang mampu membaca. Namun berselang beberapa tahun kemudian pada tahun 1998, Wesley Elementary menempati peringkat 13 dari 182 sekolah yang terdapat di Houston dalam hal keterampilan membaca siswa. Kesuksesan Lott tersebut terletak pada penggunaan reinforcement dalam program sekolah sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Guru di sekolah tersebut ketika proses belajar mengajar menggunakan metode direct instruction. Dalam metode direct instraction, siswa secara sistematis dan berkelanjutan diberikan latihan membaca oleh guru. Selain itu, siswa juga mendapatkan konsekuensi dari setiap perilaku yang diperbuatnya, misalnya jika siswa menjawab pertanyaan dengan benar maka diberikan reinforcement, namun jika


(14)

siswa melakukan kesalahan maka dengan segera dikoreksi oleh guru. Hal inilah yang membuat siswa di sekolah tersebut sukses dalam keterampilan membacanya.

Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui secara lebih mendalam dan menyeluruh tentang jenis-jenis reinforcement yang diberikan guru kepada siswa yang dianalisis berdasarkan teori Skinner (1938) dan Turney (1983). Selain itu, peneliti juga hendak mengetahui tentang frekuensi pemberian reinforcement guru berdasarkan jadwal reinforcement dalam pembelajaran membaca nyaring bahasa Inggris di kelas V Sekolah Dasar. Dengan demikian peneliti mengangkat judul “Reinforcement dalam Pembelajaran Membaca Nyaring Bahasa Inggris di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Citapen Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian 1. Identifikasi Masalah Penelitian

Pembelajaran membaca nyaring bahasa Inggris di SDN Citapen dilakukan melalui serangkaian kegiatan untuk memberikan pengalaman belajar yang mengesankan bagi siswa. Pengalaman belajar tersebut diperoleh dari latihan yang sengaja disuguhkan guru untuk mengembangkan kemampuan membaca nyaring siswa secara fasih. Kefasihan siswa dalam membaca berkaitan erat dengan lafal, intonasi, penekanan, jeda, serta artikulasi ketika membaca. Agar siswa memperoleh pengucapan yang fasih, maka ketika pembelajaran berlangsung guru memberikan contoh pengucapan kalimat yang baik dan benar serta memberikan latihan pengucapan dengan metode drill yang dilakukan secara berulang-ulang.

Guru menyediakan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa agar siswa memiliki semangat yang tinggi dalam belajar. Hal tersebut diperlukan demi kelancaran proses pembelajaran dan ketercapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan. Selain itu, guru pun selalu memberikan reinforcement terhadap perilaku siswa. Reinforcement merupakan salah satu jalan yang dapat ditempuh dalam memodifikasi perilaku siswa. Reinforcement dinilai perlu karena hal tersebut dapat membangkitkan motivasi siswa dalam belajar dan dapat memicu terjadinya kembali perilaku yang dikehendaki oleh guru. Guru biasanya


(15)

memberikan positivereinforcement maupun negativereinforcement dalam bentuk verbal dan non-verbal. Misalnya ucapan good, senyuman, mengerutkan kening, acungan jempol, menyediakan permainan, dan, bernyanyi. Berbagai bentuk penguatan tersebut diberikan sebagai konsekuensi terhadap perilaku siswa, dengan maksud agar perilaku positif siswa yang timbul saat pembelajaran dapat terulang kembali di kemudian hari, dan perilaku negatif siswa dapat diperbaiki secara bertahap dan berkesinambungan.

Dalam pembelajaran membaca nyaring di kelas V, guru telah menggunakan reinforcement sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan motivasi siswa ketika belajar. Namun nampaknya peneliti belum mampu untuk mendeskripsikan secara jelas perihal jenis-jenis reinforcement yang digunakan guru. Lebih lanjut, peneliti mempunyai rasa ingin tahu yang mendalam tentang bagaimana proses ketika guru memberikan reinforcement terhadap siswa dan jadwal reinforcement yang digunakan guru selama kegiatan pembelajaran membaca nyaring bahasa Inggris. Hal inilah yang kemudian diidentifikasikan sebagai masalah dalam penelitian ini yang hendak diteliti secara mendalam. Oleh karena itu, peneliti memfokuskan penelitian pada jenis-jenis reinforcement yang digunakan guru, dan penggunaan jadwal reinforcement dalam pembelajaran membaca nyaring pada mata pelajaran Bahasa Inggris di kelas V SD Negeri Citapen.

2. Rumusan Masalah Penelitian

Iskandar (2008, hlm. 166) menyatakan bahwa ”Rumusan masalah merupakan uraian dari masalah yang dimunculkan dalam latar belakang yang dikemukakan”. Rumusan masalah dapat dinyatakan dengan kalimat pertanyaan dan pernyataan yang jelas dan padat.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

a. Apa saja jenis-jenis reinforcement yang dilakukan guru dalam pembelajaran membaca nyaring bahasa Inggris di kelas V Sekolah Dasar Negeri Citapen Kota Tasikmalaya?


(16)

b. Bagaimana penggunaan jadwal reinforcement guru dalam pembelajaran membaca nyaring Bahasa Inggris di kelas V Sekolah Dasar Negeri Citapen Kota Tasikmalaya?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis proses pemberian reinforcement gurudalam pembelajaran membaca nyaring bahasa Inggris di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Citapen Kota Tasikmalaya. Adapun secara khusus dan terperinci, tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan jenis-jenis reinforcementyang dilakukan guru dalam pembelajaran membaca nyaring Bahasa Inggris di kelas V Sekolah Dasar Negeri Citapen Kota Tasikmalaya.

2. Untuk mendeskripsikan penggunaan jadwal reinforcement guru pada pembelajaran membaca nyaring Bahasa Inggris di kelas V Sekolah Dasar Negeri Citapen Kota Tasikmalaya.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam rangka pengembangan wawasan di ranah pendidikan. Adapun manfaat penelitian ini terdiri dari manfaat penelitian secara teoritis dan manfaat penelitian secara praktis.

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan bahasa Inggris di Sekolah Dasar khususnya yang berkaitan dengan reinforcement yang digunakan guru dalam proses pembelajaran.

2. Secara praktis

Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai kalangan, diantaranya bagi guru, siswa, pihak sekolah, dan peneliti.


(17)

a. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan wawasan guna meningkatkan kompetensi mengajar guru khususnya yang berkaitan dengan reinforcement dalam pembelajaran membaca bahasa Inggris.

b. Bagi Siswa

Dengan pemberian reinforcement diharapkan dapat menambah pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa, sehingga siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran membacapada mata pelajaran bahasa Inggris c. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai penambah pertimbangan dalam penyelenggaraan pendidikan yang tercermin dari kemampuan profesional mengajar guru terutama pada keterampilan memberikan reinforcement dalam pembelajaran membacabahasa Inggris di Sekolah Dasar.

d. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menembah pengetahuan dan pengalaman peneliti, serta dapat dijadikan sebagai bahan rujukan penelitian lebih lanjut khususnya bagi yang akan mengkaji permasalahan yang relevan dengan reinforcement.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur penulisan yang terdapat dalam penelitian skripsi ini terdiri dari lima bab yaitu bab I, bab II, bab III, bab IV, dan bab V.

Bab I Pendahuluan. Bab ini mencakup latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Beberapa pertimbangan sebagai alasan dilaksanakannya penelitian yang didasarkan atas kondisi yang terjadi di lapangan dirangkum dalam latar belakang masalah. Dalam identifikasi masalah, peneliti mengkaji secara lebih mendalam perihal masalah yang terjadi sebagai fokus dalam penelitian. Selanjutnya masalah yang telah teridentifikasi, dirumuskan


(18)

dalam rumusan masalah penelitian. Rumusan masalah ini dideskripsikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang hendak diteliti secara mendalam. Semua ekspektasi akan pencapaian sasaran yang diharapkan dalam penelitian dituangkan pula dalam tujuan penelitian. Adapun manfaat penelitian, berisi beberapa penjelasan tentang kegunaan yang didapat dari pelaksanaan penelitian. Selanjutnya, sistematika penulisan laporan penelitian ini dituangkan dalam struktur organisasi skripsi.

Bab II Kajian Pustaka, berisikan telaah terhadap berbagai teori yang memiliki keterhubungan dengan masalah penelitian. Teori tersebut digunakan sebagai landasan dalam proses dan hasil penelitian yang digunakan dalam menganalisis data temuan selama penelitian berlangsung. Selain itu, telaah tentang penelitian yang relevan pun terdapat pada bab ini.

Bab III Metode Penelitian, mendeskripsikan cara yang dilakukan peneliti dalam melaksanakan penelitian ini. Adapun isi dari bab ini berkaitan erat dengan lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional variabel penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Lokasi dan subjek penelitian berkaitan dengan tempat penelitian dilaksanakan beserta orang yang akan diamati perilakunya. Desain penelitian menjelaskan proses alur dilaksanakannya peneritian yang diawali dengan perencanaan rancangan kegiatan hingga penyusunan laporan penelitian. Cara yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian dijabarkan dalam metode penelitian secara lebih rinci. Definisi operasional berhubungan dengan batasan konsep dari variabel penelitian. Kemudian intrumen penelitian digunakan peneliti sebagai alat dalam memperoleh data. Teknik pengumpulan data berkaitan erat dengan teknik yang dipilih peneliti untuk mengumpulkan data penelitian. Setelah data terkumpul maka dilakukan analisis data hasil penelitian dengan teknik-teknik yang sesuai, dan hal tersebut tersantum dalam teknik analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini menyajikan berbagai data hasil temuan yang relevan dengan permasalahan penelitian beserta pembahasan dari setiap data temuan yang dihubungkan dengan kajian teori dan permasalahan penelitian. Selanjutnya data temuan tersebut dianalisis sehingga menghasilkan


(19)

jawaban dari permasalahan yang hendak diteliti dan diketahui secara mendalam. Dari hasil penelitian dan pembahasan in, nantinya dapat diambil suatu kesimpulan dan saran dalam bab V.

Bab V Kesimpulan dan Saran. Kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dianalisis oleh peneliti serta saran yang ditujukan peneliti terhadap berbagai pihak dituangkan dalam bab V ini.


(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi tetapi oleh Spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri dari tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Ditegaskan kembali, bahwa situasi sosial dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin diketahui “apa yang terjadi” di dalamnya. Pada situasi sosial atau objek penelitian ini peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas atau kegiatan (activity) orang-orang (actors) yang ada pada tempat (place) tertentu. (Sugiyono, 2013, hlm. 215)

Dengan demikian dalam penelitian kualitatif ini, peneliti melakukan penelitian secara menyeluruh, tidak hanya meneliti guru bahasa Inggris sebagai subjek yang terlibat dalam penelitian saja, akan tetapi meneliti juga secara mendalam dan berkesinambungan tentang bagaimana aktifitas guru dalam memberikan reinforcement selama pembelajaran bahasa Inggris di kelas, yang meliputi interaksi edukatif yang terjalin antara guru dan siswa, dan proses kegiatan pembelajaran di kelas.

Lokasi penelitian yang dipilih adalah SekolahDasarNegeri Citapen yang berada di Jl. Tentara Pelajar No. 16, KecamatanTawang Kota Tasikmalaya dan penelitian dilakukan di kels V. Pemilihan lokasi penelitian tesebut didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan berikut:

a. SDN Citapen merupakan salah satu SD favorit unggulan yang ada di daerah Tasikmalaya. Banyak prestasi yang diraih oleh siswa-siswinya di bidang akademik dan nonakademik. Salah satu prestasi pada mata pelajaran bahasa Inggris yang diraih siswa yaitu juara 1 Telling story tingkat Priangan Timur.

b. SDN Citapen masih melaksanakan pembelajaran bahasa Inggris dengan panduan Kurikulum KTSP 2006.


(21)

c. Bahasa Inggris di SDN Citapen merupakan salah satu pelajaran yang mendapat perhatian yang baik dari pihak sekolah, hal ini dibuktikan dengan prestasi siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris cukup baik. Selain itu pembelajaran bahasa Inggris sudah terintegrasi dalam pembelajaran mata pelajaran lain, hal ini tampak pada soal evaluasi mata pelajaran lain menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya. d. Di SDN Citapen terdapat guru bahasa Inggris yang kompeten dibidangnya

dan merupakan guru lulusan S1 jurusan Pendidikan Bahasa Inggris.

e. Peneliti melakukan penelitian di kelas V SDN Citapen atas pertimbangan bahwa di kelas tersebut masih dilaksanakan pembelajaran bahasa Inggris dengan menggunakan pedoman Kurikulum KTSP 2006. Sedangkan untuk kelas I dan kelas V bahasa Inggris sudah tidak diajarkan lagi karena telah menggunakan Kurikulum 2013, dan dalam Kurikulum 2013 tersebut mata pelajaran bahasa Inggris telah dihilangkan.

2. Subjek Penelitian

Subjek yang dipilih pada penelitian ini didasarkan atas kriteria-kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya oleh peneliti, yakni guru bahasa Inggris yang telah melaksanakan keterampilan memberikan reinforcement di kelas V.Adapun beberapa pertimbangan peneliti dalam memilih subjek penelitian adalah sebagai berikut:

a. Guru bahasa Inggris di SDN Citapen merupakan guru lulusan S1 pada jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang berkompeten di bidangnya dan memiliki pengalaman mengajar bahasa Inggris yang relatief lama yakni lebih kurang selama 17 tahun.

b. Guru mata pelajaran bahasa Inggris di SDN Citapen telah melaksanakan pembelajaran membaca nyaring bahasa Inggris yang terintegrasi dengan keterampilan berbahasa lainnya seperti menyimak, berbicara, dan menulis. c. Guru mata pelajaran bahasa Inggris di SDN Citapen telah melaksanakan

kegiatan pemberian penguatan (reinforcement) pada saat pembelajaran berlangsung.


(22)

B. Desain Penelitian

Setiap kegiatan akan selalu membutuhkan rencana yang berisikan daftar rancangan kegiatan yang akan dilakukan. Membuat suatu perencanaan adalah sesuatu hal yang penting, karena dengan perencanaan yang matang maka tujuan yang diharapkan pun akan tercapai. Dalam sebuah penelitian, rencana tersebut dapat dituangkan dalam bentuk desain penelitian. Sebagaimana yang diutarakan oleh Arikunto (2006, hlm. 45) bahwa, ‘Desain penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti sebagai ancar-ancar kegiatan yang dilaksanakan’.

Penelitian ini diawali dengan pemilihan masalah yang terjadi dalam pembelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar. Kemudian peneliti melakukan studi pendahuluan ke sekolah dasar untuk mencari tahu secara pasti permasalahan yang benar-benar terjadi. Studi pendahuluan dilakukan dengan cara mengobservasi kegiatan pembelajaran bahasa Inggris di kelas, dan wawancara dengan guru yang bersangkutan. Langkah selanjutnya yaitu merumuskan masalah penelitian yang akan dicari solusinya. Masalah-masalah penelitian tersebut dirumuskan dalam bentuk pertanyaan yang akan diteliti secara mendalam melalui serangkaian proses penelitian. Memilih pendekatan yang relevan dengan penelitian merupakan langkah berikutnya yang dipilih peneliti. Penting bagi seorang peneliti memilih dan menentukan pendekatan yang relevan secara cermat, karena pendekatan merupakan suatu cara yang dilakukan peneliti dalam melaksanakan penelitiannya sesuai dengan jenis permasalahan yang akan diteliti.

Selain itu, peneliti harus menentukan sekolah sebagai sumber data dalam penelitian, dan menyusun instumen sebagai alat untuk mengumpulakan data yang dibutuhkan selama proses penelitian. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan teknik observasi dan wawancara. Observasi dan perekaman dilakukan pada saat pembelajaran bahasa Inggris berlangsung. Selanjutnya dilakukan wawancara dengan guru bahasa Inggris untuk mengkonfirmasi kegiatan pembelajaran dan mengetahui secara lebih mendalam tentang data-data yang diperoleh peneliti. Semua data yang diperoleh dari kegiatan observasi dan wawancara lantas dideskripsikan dengan menganalisis data


(23)

sesuai kebutuhan penelitian. Setelah semua data dianalisis dengan berlandaskan pada teori yang relevan, maka peneliti dapat menarik suatu kesimpulan perihal penelitian yang telah dilakukan. Dan langkah terakhir adalah menyusun laporan penelitian secara sistematis. Di bawah ini merupakan bagan alur desain penelitian.

Bagan 3.1 Alur Desain Penelitian

Memilih masalah Studi Pendahuluan Merumuskan Masalah

Memilih Pendekatan

Mengumpulkan Data Menyusun Instrumen Menentukan Sumber Data

Observasi

Analisis Data Wawancara

Menyusun Laporan Menarik Kesimpulan

C. Metode Penelitian

Metode dalam sebuah penelitian merupakan hal yang sangat penting, karena metode merupakan cara yang dapat dilakukan peneliti untuk memperoleh informasi dalam sebuah penelitian. Sejalan dengan hal tersebut, Sugiyono (2013, hlm. 2) mengemukakan bahwa, ‘metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu’. Dari pendapat tersebut, maka metode penelitian dapat diartikan suatu cara untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran pengetahuan secara ilmiah berdasarkan tujuan dan kegunaan yang dikehendaki. Dengan penggunaan metode penelitian


(24)

yang tepat maka diharapkan akan mencapai sasaran dan tujuan dengan tepat pula. Selain itu, metode yang relevan dengan suatu kegiatan penelitian akan menunjang keberhasilan penelitian tersebut.

Penelitian ini berfokus pada reinforcement yang digunakan guru dalam pembelajaran membaca nyaring bahasa Inggris. Tujuannya untuk mendapatkan informasi, gambaran secara mendalam dan menyeluruh,serta menganalisis jenis-jenis reinforcement yang diberikan guru dalam pembelajaranmembaca nyaring bahasaInggris di Sekolah Dasar. Maka jenis metode penelitian yang relevan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Nazir (dalam Hatimah, 2007, hlm. 93) menyatakan bahwa ‘Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sisem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang’. Berdasarkan pendapat tersebut, maka alam penelitian ini peneliti memfokuskan penelitian pada objek yang dapat diamati yaitu reinforcement yang digunakan guru dalam pemebelajaran membaca nyaring bahasa Inggris di kelas V. Sedangkan penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian yang dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting) dimana perilaku manusia dan peristiwa itu terjadi. Kondisi alamiah ini merupakan kondisi yang terjadi tanpa adanya unsur rekayasa atau campur tangan peneliti. Interaksi yang terjalin antara guru dan siswa pun berkembang sewajarnya dalam suatu kegiatan yang terjadi apa adanya, sehingga kehadiran peneliti diharapkan tidak akan mengganggu kondisi sosial yang terjadi di kelas pada saat pembelajaran berlangsung. (Cresswel, 2010, hlm. 167 ; Sugiyono, 2013, hlm. 8).

Metode penelitian deskriptif kualitatif ini menghasilkan data-data hasil temuan di lokasi penelitian yang kemudian dideskripsikan dalam bentuk uraian kata-kata secara tertulis dari perilaku guru yang telah diamati dan dianalisis, yakni yang berkaitan dengan jenis-jenis reinforcement dan jadwal reinforcement yang digunakan guru dalam pembelajaran membaca nyaring bahasa Inggris di kelas V.


(25)

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Defini operasional merupakan suatu batasan konsep yang menjelaskan tentang masalah yang menjadi variabel penelitian. Variabel dalam penelitian ini merupakan variabel mandiri yaitu reinforcement dalam pembelajaran membaca nyaring bahasa Inggris. Berdasarkan dari variabel penelitian ini maka definisi operasionalnya sebagai berikut:

1) Reinforcement adalah segala bentuk respon, baik verbal ataupun non verbal dan merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan umpan balik atau konsekuensibagi siswa atas perbuatan yang telah dilakukannya. Reinforcement tersebut diberikan dengan maksud agar perilaku positif siswa dapat diulang kembali dan perilaku negatif siswa dapat diperbaiki bahkan mungkin dihilangkan pada saat pembelajaran berlangsung.

2) Membaca nyaring adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan cara melisankan teks bacaan secara keras yang bertujuan agar siswa dapat memiliki kefasihan dalam pengucapan (pronunciation) meliputi pelafalan, jeda, tekanan dan intonasi dalam pembelajaran membaca bahasa Inggris.

E. Instrumen Penelitian

Salah satu hal yang paling penting dalam sebuah penelitian adalah mengumpulkan data yang dibutuhkan berdasarkan permasalahan yang akan diteliti. Dalam mengumpulkan data tersebut, maka diperlukan instrumen peneliatian yang relevan. Menurut Nasution (dalamSugiyono, 2013, hlm. 223) mengemukakan bahwa “Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti...”

Dengan demikian instrumen utama yang menjadi kunci pada penelitian kualitatif dalah peneliti itu sendiri karena fokus masalahnya belum jelas dan kemungkinan akan berkembang seiring penelitian dilapangan dilakukan. Namun apabila fokus penelitiannya sudah jelas maka tidak mengapa apabila peneliti ingin mengembangkan instrumen sederhana sebagai upaya untuk melengkapi data.


(26)

Perihal peneliti sebagai instrumen pada penilitian kualitatif, Sugiyono (2013, hlm. 222) menyatakan bahwa, ‘peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya’.

Dalam mengumpulkan informasi secara lebih mendalam, peneliti juga membutuhkan instrumen pendukung lainnya. Adapun instrumen pendukung yang digunakan peneliti adalah lembar observasi dan pedoman wawancara. Lembar observasi digunakan peneliti untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan objek penelitian yang akan diamati dengan seksama dan berkesinambungan tentang reinforcement guru dalam pembelajaran membaca nyaring bahasa Inggris di kelas V berlangsung. Peneliti melakukan kegiatan observasi disertai dengan perekaman video pembelajaran. Namun terlebih dahulu peneliti meminta izin kepada guru sehingga guru tidak merasa keberatan dan terganggu dengan kegiatan observasi dan perekaman tersebut. Perekaman ini dilakukan untuk mempermudah peneliti ketika melakukan analisis data sehingga semua aktifitas guru dalam pembelajaran dapat diamati secara cermat dan berkelanjutan. Alat perekam yang digunakan peneliti adalah camera digital Canon yang memiliki resolusi 14 megapixels, sehingga tampilan rekaman memiliki kualitas yang cukup baik. Hasil rekaman tersebut, berupa data audio visual dalam bentuk video yang menggambarkan aktifitas guru dan siswa dalam pembelajaran membaca nyaring bahasa Inggris. Data audio visual tersebut kemudian ditranskip menjadi bahasa tulis, sehingga dapat mempermudah peneliti dalam melakukan analisis data. Sedangkan pedoman wawancara digunakan untuk mengklarifikasi data temuan pada kegiatan observasi, serta untuk memperoleh penjelasan yang lebih mendalam tentang jenis-jenis reinforcement dan jadwal reinforcement yang digunakan guru bahasa Inggris. Pedoman wawancara ini berisi daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada guru bahasa Inggris sebagai subjek penelitiaan, serta daftar pertanyaan yang diajukan kepada siswa kelas V untuk mengetahui respon siswa terhadap reinforcement yang digunakan guru dalam pembelajaran membaca nyaring bahasa Inggris.


(27)

F. Prosedur Penelitian

Prosedur yang dilaksanakan dalam penelitian ini terdiri atas dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Adapun rincian terhadap kedua tahapan tersebut sebagai berikut.

a. Tahap persiapan

Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap persiapan adalah:

1) Melakukan studi pendahuluan ke SDN Citapen pada tanggal 15 Maret 2014, untuk mengetahui permasalahan yang terjadi di lapangan. Studi pendahuluan dilaksanakan dengan mengobservasi pembelajaran bahasa Inggris di kelas V, dan wawancara dengan dua orang guru bahasa Inggris. 2) Mengurus perizinan penelitian di SDN Citapen sebagai lokasi penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan dari mulai tanggal 19 April sampai dengan tanggal 20 Mei 2014.

3) Melakukan studi literatur untuk mengkaji dan menelaah berbagai teori yang relevan dengan rumusan masalah pada penelitian ini.

4) Menyusun instrumen penelitian, meliputi lembar observasi dan pedoman wawancara.

b. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap pelaksanaan adalah:

1) Melakukan observasi partisipatif pasif terhadap kegiatan pembelajaran membaca bahasa Inggris di kelas V, untuk mengetahui jenis-jenis reinforcement yang digunakan guru, dan proses pelaksanaan pemberian reinforcement tersebut.

2) Melakukan wawancara secara mendalam dengan guru bahasa Inggris di SDN Citapen untuk melakukan konfirmasi terhadap data yang temuan selama observasi sekaligus menggali informasi yang lebih mendalam perihal jenis reinforcement dan jadwal reinforcement yang digunakan guru bahasa Inggris.

3) Melakukan analisis data hasil penelitian.

Analisis data penelitian ini dilakukan untuk memperoleh jawaban terhadap permasalahan yang diteliti selama penelitian berlangsung, hingga pada


(28)

akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini. Peneliti melakukan analisis data hasil penelitian yang didasarkan pada teori B. F Skinner (1938) dan Cliff Turney (1983).

4) Menyusun laporan penelitian.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan hal yang penting dalam sebuah penelitian, sebagai cara yang dilakukan untuk mendapatkan informasi data yang relevan dengan penelitian. Pada penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participan observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Chatherine Marshall, Gretchen B. Rossman (dalam Sugiyono. 2013, hlm. 225) bahwa ‘the fundamental methods relied on by qualitative researchers for gathering information are, participation in the setting, direct obsevation, in-depth interviewing, dokumant review’.

Bersadarkan tujuan penelitian ini maka peneliti menggunakan berbagai teknik pengumpulan data. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data-data yang relevan dengan masalah penelitian, sehingga diharapkan data yang terkumpul dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan keabsahannya. Adapun berbagai teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti meliputi observasi dan wawancara. Penjelasan teknik tersebut secara rinci adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Nasution (Sugiyono, 2013, hlm. 226) menyatakan bahwa, ‘Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan’. Melalui observasi, peneliti dapat melihat secara langsung apa yang ditelitinya. Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan seseorang dengan menggunakan panca indera terhadap aktivitas atau kegiatan orang lain, untuk memperoleh data. Pengamatan tersebut dilakukan secara cermat dan berkesinambungan, supaya seluruh aspek yang hendak diamati dapat teramati dengan sistematis. Peneliti mengumpulkan data dengan mengamati seluruh aspek


(29)

yang ingin diketahui dan diamati, tentang reinforcement yang digunakan guru dalam proses pembelajaran membaca nyaring bahasa Inggris berlangsung di kelas.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode observasi partisispatif secara pasif. Dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan oleh guru dan siswa, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, meneliti interaksi edukatif mereka, dan berpartisipasi dalam aktivitas pembelajaran bahasa Inggris di kelas. Hal ini dilakukan supaya peneliti memperoleh data sesuai dengan fenomena yang terjadi pada saat penelitian. Sebagaimana pendapat yang diutarakan oleh Susan Stainback (1988) dalam Sugiyono (2013, hlm. 227) bahwa, ‘in participant observation, the researcher observes what people do, listent to what they say, and participates in their activities’.

Lebih rinci peneliti melakukan observasi partisispatif secara pasif (passive partisipation) dengan melakukan pengamatan di lokasi penelitian dan mengamati kegiatan dari subjek penelitaian, namun tidak ikut terlibat secara langsung dalam kegiatan yang dilakukan subjek penelitian. Dengan teknik ini, peneliti dapat memperoleh data dengan jelas sesuai fokus pada penelitian ini. (Susan Sttainback, dalam Sugiyono, 2013, hlm. 227).

Peneliti melakukan kegiatan observasi di kelas V SDN Citapen sebanyak empat kali. Kegiatan observasi ini disertai dengan perekaman. Observasi dan perekaman pertama dilaksanakan pada tanggal 23 April 2014, kedua pada tanggal 30 April 2014, ketiga pada tanggal 7 Mei 2014, dan keempat pada tanggal 14 Mei 2014. Kegiatan observasi dan perekaman dilakukan untuk mendapatkan data tentang jenis-jenis reinforcement yang digunakan guru dan frekuensi penggunaan jadwal reinforcement guru selama pembelajaran membaca nyaring bahasa Inggris berlangsung. Data yang diperoleh dari kegiatan observasi berupa data secara tertulis yang dapat diolah secara langsung oleh peneliti, sedangkan data yang diperoleh dari perekaman berupa data audio visual yang harus diolah kembali. Pengolahan data hasil perekaman tersebut dilakukan dengan cara peneliti mentranskripnya menjadi data dalam bahasa tulis.


(30)

b. Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan tanya jawab yang dilakukan antara dua orang maupun lebih untuk memperoleh informasi yang diharapkan. Peneliti mengajukan berbagai pertanyaan untuk dijawab oleh informan. Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara secara mendalam dengan informan yakni guru mata pelajaran bahasa Inggris. Berkaitan dengan hal tersebut, Esterberg (Sugiyono, 2013, hlm. 233) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstuktur, semisterstuktur, dan tidak terstruktur.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan guru bahasa Inggris dan siswa kelas V. Wawancara dengan guru bahasa Inggris dilakukan sebanyak empat kali. Pertama, pada tanggal 19 April 2014, kedua tanggal 23 April 2014, ketiga tanggal 5 Mei 2014, dan wawancara keempat tanggal 14 Mei 2014. Peneliti mengunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara semi terstuktur (semistructure) untuk memperoleh data dari informan secara lebih mendalam. Langkah yang dilakukan yaitu terlebih dahulu peneliti telah mempersiapkan berbagai pertanyaan penelitian, dan pada saat wawancara berlangsung pertanyaan tersebut diajukan terhadap informan selanjutnya peneliti dapat mengeksplor pertanyaan secara lebih mendalam sesuai dengan fokus penelitian. Wawancara juga dilakukan untuk mengkonfirmasikan data temuan observasi kepada informan yang bersangkutan yakni guru mata pelajaran bahasa Inggris. Dengan kegiatan wawancara, peneliti juga memperoleh data secara lebih mendalam perihal jenis-jenis reinforcement beserta jadwal reinforcement yang biasa digunakan guru pada saat pembelajaran bahasa Inggris.

Adapun wawancara dengan siswa kelas V dilakukan untuk mengetahui respons siswa terhadap pembelajaran mambaca nyaring bahasa Inggris serta mengetahui respons siswa terhadap penguatan yang diberikan guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Dalam mengumpulkan data dari siswa, peneliti menggunakan teknik wawancara semitersruktur, seperti halnya ketika wawancara dengan guru bahasa Inggris. Peneliti sebelumnya telah merancang beberapa pertanyaan yang hendak diajukan kepada siswa. Adapun siswa yang berhasil diwawancarai oleh peneliti berjumlah 12 siswa yang terdiri dari 7 siswa


(31)

laki-laki dan 5 siswa perempuan. Peneliti melakukan kegiatan wawancara di sela-sela waktu senggang siswa yakni ketika siswa tengah beristirahat. Hal ini dilakukan agar tidak mengganggu proses pembelajaran bahasa Inggris di kelas.

H. Teknik Analisis Data

Tahap selanjutnya yang dilakukan peneliti setelah mendapatkan data temuan melalui teknik observasi dan wawancara adalah menganalisis data. Analisis data dilakukan untuk memperoleh jawaban atas masalah penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Sugiyono (2013, hlm. 245) mengemukakan bahwa ‘analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesai dilapangan.

Selain itu, dalam menganalisis data selama di lapangan, peneliti menggunakan acuan analisis menurut Miles dan Huberman. Menurut Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2013) mengemukakan bahwa “aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.” Ada tiga aktivitas dalam analisis menurut Miles dan Huberman, sebagai berikut:

1) Data Reduction (Reduksi Data)

Selama peneliti berada di lapangan data yang dikumpulkan akan semakin banyak dan rumit maka dari itu peneliti harus menganalisis data dengan mereduksi data. Menurut Sugiyono (2013) “Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya”. Oleh karena itu, peneliti memilih berbagai data yang dinilai representatif dengan rumusan masalah, yakni yang berkaitan dengan jenis-jenis

reinforcement dan jadwal reinforcement yang digunakan guru dalam

pembelajaran membaca nyaring bahasa Inggris. 2) Data Display (Penyajian Data)

Setelah mereduksi data langkah selanjutnya adalah penyajian data. Menurut Sugiyono (2013) “dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.”


(32)

Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2013) juga mengungkapkan bahwa “ dalam melakukan display data, selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, network (jejaring kerja) dan chart.”

Dalam penelitian ini, peneliti menyajikan data dalam bentuk deskriptif. peneliti mendeskripsikan variabel variabel penelitian dalam bentuk uraian kata-kata.

3) Conclusion Drawing/ Verfication

Langkah terakhir dalam analisis data menurut Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2013) adalah Conlusion Drawing atau penarikan kesimpulan dan verifikasi.

“Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.”

Peneliti menyimpulkan data hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian yang dianalisis terlebih dahulu dengan menggunakan teori dari B. F Skinner (1938) dan teori dari Turney (1983) tentang jenis-jenis reinforcement. Lebih lanjut, analisis pembahasan hasil penelitian tentang jadwal reinforcement yang digunakan guru bahasa Inggris berdasarkan teori B. F Skinner (1938).


(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data pada pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti sebelumnya pada bab IV, maka penelitin dapat menarik kesimpulan bahwa guru bahasa Inggris di SD Negeri Citapen telah menggunakan berbagai jenis reinforcement dalam pembelajaran membaca nyaring bahasa Inggris.

Data hasil analisis dengan menggunakan teori Skinner menunjukkan bahwa guru lebih sering menggunakan positive reinforcement dibandingkan negative

reinforcement. Positive reinforcement yang diberikan merupakan suatu

penghargaan (reward) atas perilaku siswa yang diharapkan. Sedangkan negative reinforcement merupakan suatu hukuman (punishment) terhadap perilaku siswa yang tidak diharapkan dalam kegiatan pembelajaran membaca nyaring Bahasa Inggris. Positive reinforcement yang digunakan guru diantaranya, pujian menggunakan kata-kata seperti good, excellent, well done, thank you dan that’s right; tersenyum, menyediakan kegiatan bernyanyi bersama dan permaianan. Adapun negative reinforcement yang digunakan guru adalah dalam bentuk teguran, nasehat, dan hafalan Q.S al – Lail dari ayat 1- 21.

Sedangkan data hasil analisis dengan menggunakan teori Turney menunjukkan bahwa jumlah dari semua reinforcement yang digunakan guru adalah sebanyak 531 kali. Verbal reinforcement adalah jenis reinforcement lebih sering digunakan oleh guru dibandingkan jenis reinforcement yang lain. Verbal reinforcement digunakan sebanyak 180 kali dengan persentase sebesar 33,90% selama empat pertemuan. Gesture reinforcement digunakan sebanyak 147 kali dan persentase sebesar 27,68%, proximity reinforcement 88 kali digunakan dena persentase 16,57%, token reinforcement 86 kali digunakan dengan persentase 16,20%, contact reinforcement 23 kali digunakan guru dengan persentase 4,33%, dan activity reinforcement adalah jenis penguatan yang paling sedikit digunakan guru sebanyak 7 kali dengan persentase 1,32 %.


(34)

Adapun jawdal reinforcement yang digunakan guru SD Negeri Citapen adalah continuous reinforcement schedule. Hal tersebut sesuai dengan data hasil observasi yang dilakukan peneliti selama pembelajaran membaca nyaring bahasa Inggris di kelas V dan data hasil wawancara dengan guru bahasa Inggris. Guru selalu memberikan reinforcement terhadap perilaku siswa baik itu perilaku yang positif maupun perilaku yang negatif. Setiap siswa diberikan konsekuensi terhadap setiap perilaku yang telah ia perbuat. Misalnya, untuk siswa yang menjawab pertanyaan dengan benar maka guru langsung memberikan pujian dalam bentuk kata-kata maupun benda, sedangkan bagi siswa yang salah menjawab pertanyaan dan berperilaku tidak baik saat pembelajaran diberikan teguran, nasehat, dan sanksi menghafal Q.S al – Lail ayat 1 – 21.

B. Saran

Didasarkan pada hasil penelitian Reinforcement dalam Pembelajaran Membaca Nyaring Bahasa Inggris di Kelas V SD Negeri Citapen ini, maka dengan segala kerendahan hati peneliti mengajukan beberapa saran yang dapat dijadikan pertimbangan bagi semua pihak dalam memberikan reinforcement. Saran dari peneliti ditujukan kepada:

1. Guru Bahasa Inggris

Guru sebagai pelaksana program pembelajaran di kelas hendaknya berkompeten dalam melaksanakan tugasnya sehingga tujuan pembelajaran tercapai dengan optimal. Untuk itu guru dituntut menguasai berbagai keterampilan mengajar, dan salah satunya adalah keterampilan dalam memberikan reinforcement. Reinforcement diberikan untuk memodifikasi perilaku siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Pada dasarnya, kaum behaviorism berpandangan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik, dan reinforcement dapat digunakan untuk merubah perilaku siswa agar sesuai dengan yang diharapkan. Reinforcement diberikan sebagai konsekuensi untuk setiap perilaku yang telah diperbuat siswa baik perilaku positif maupun perilaku negatif. Tujuannya agar perilaku siswa dapat terulang kembali di kemudian hari dan


(35)

perilaku negatif siswa dapat diperbaiki. Dalam menggunakan reinforcement hendaknya guru mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Reinforcement hendaknya diberikan sesuai dengan perilaku yang telah diperbuat siswa, misalnya bagi perilaku siswa yang positif diberikan positive reinforcement, begitupun sebaliknya.

b. Reinforcement diberikan dengan segera setelah respons yang ditunjukkan siswa, karena jika ditunda-tunda maka reinforcement tidak akan efektif digunakan untuk memodifikasi perilaku siswa.

c. Guru hendaknya menggunakan reinforcement secara bervariasi, hal ini dimaksudkan supaya siswa tidak merasa jenuh.

d. Dalam hal penggunaan jadwal reinforcement pun hendaknya guru menggunakan jadwal yang bervariasi agar reinforcement yang diberikan lebih bermakna dan efektif.

2. Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar

Sekolah dasar sebagai wadah pertama bagi siswa dalam mengenyam pendidikan formal, seyogyanya mampu menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang dapat mendukung terlaksanakannya pembelajaran. Selain itu, sekolah pun harus senantiasa memfasilitasi dan memberikan dukungan kepada guru agar berkompeten dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, khususnya dalam melaksanakan keterampilan reinforcement dalam kegiatan pembelajaran. 3. Peneliti

Dengan terlaksananya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan gambaran dan menambah pengetahuan bagi peneliti lain yang hendak menindak lanjuti penelitian tentang reinforcement dalam pembelajaran Bahasa Inggris ini. Namun bagi peneliti lain hendaknya dapat mengembangkan penelitian yang lebih mendalam khususnya tentang hal-hal yang belum dilakukan peneliti dalam penelitian ini, misalnya saja mengenai proses pembentukan (shaping) dan pemusnahan (extinction) stimulus untuk mengetahui keefektifan reinforcement. Dengan demikian wawasan terhadap reinforcement dalam ranah pendidikan akan semakin luas.


(36)

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah (1991) Alat Peraga Bahasa Indonesia. Muaro Jambi: Dinas Pendidikan

Arikunto, S (2006) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006) Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Chalpin ,J. P (2009) Kamus Lengkap Psikologi terj. Kartini Kartono. Jakarta: Persada

Creswell, J. W (2010) Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Davis, K (1985) Human Behavior at Work. Singapore : Mc. Graw-Hill.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: CV Timur Putra Mandiri.

Flora, S, R (2004) The Power of Reinforcement. Albany: State University of New York Press.

Gino, dkk. Belajar dan Pembelajaran 1. Surakarta: UNS Press

Gredler, M. E. B (1991) Belajar dan Membelajarkan. Jakarta : Rajawali. [diterjemahkan oleh Munandir]

Harmer, J (2002) The Practice of English Language Teaching. Cambridge, UK.

Hatimah, I. dkk. (2007) Penelitian Pendidikan. Bandung: UPI Press.

Hoque, S. K (2013). Effect of Reinforcement on Teaching – Learning Process (IOSR Journal Of Humanities And Social Science Volume 7, hlm. 1),

Huang, L (1975) Reading Aloud in the Foreign Language Teaching. China: English Departement, Zhenjiang Watercraft College.

Hudson, dkk (2000) Reading Fluency Assessment and Instruction: What, Why, and How. Florida: Internal reading association.


(37)

Indiana, D (2011) Model Pemberian Reinforcement dalam Pembelajaran Aspek Pengembangan Moral Keagamaan (Studi pada Pendidikan Prasekolah di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang). Thesis dari Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.

Kartadinata, S. (2013) Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI PRESS.

Kumaedah (2011) Reinforcement Used by the Teacher in English Teaching and Learning Process: A case of the Eighth Grade Students of SMP N 3 Kendal in the Academic Year 2010/2011. Skripsi pada Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Bahasa dan pendidikan Seni IKIP PGRI Semarang

Lineros, J. V (2012) Theories of Learning and Student Development. Departement of Educational Leadership College of Education and Human Services Texas A&M University-Commerce TX. [National Forum of Teacher Education Journal Volume 22, Number 3, 2012]

Ormrod, J. E (2008) Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang; Edisi Keenam Jilid1. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Rahim, F. (2008) Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Ramelan (1992) Introduction to Linguistic Analysis. Semarang: IKIP Semarang Press.

Romero, Angelita D. and Rene C. Romero (1985) Developmental Reading: A Skill Text for College Students. Manila: Rex Book Store.

Gibson, S (2005) Reading Aloud: a Useful Learning Tool. England: Tesol

Sarafino, E, P (2012) Applied Behavior Analysis: Principles and Procedures for Modifying Behavior. Jersey: Courier Wesford.

Sugiyono (2013) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA, CV.

Surakhmad, W (1998) Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.

Suwarna, dkk. (2006) Pengajaran Mikro: Pendekatan Praktis Dalam Menyiapkan Pendidik Profesional.

Syah, M. (2005) Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya.


(38)

Syaiful, B. D (2005)Guru danAnakDidikdalamInteraksiEdukatif. Jakarta: PTRinekaCipta.

Taringan, H, G 1978. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Tercanlioglu, L (2004) Postgraduate Students’ Use of Reading Strategies in L1 and ESL Contexts. Turkey: Ataturk University

Turney, C (1983) Sydney Micro Skills Redevelopment. Sydney: Sydney University Press.

Uno, H. B (2008) Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Usman, M. U. (2006) Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Walgito, B (2005) Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.

Walker. (1973)Conditioning dan Proses Belajar Instrumental. Jakarta: UI.

Wexley, K. N (1984) Organizational Behavior and Personel Psycology. Tk: Irwin.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data pada pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti sebelumnya pada bab IV, maka penelitin dapat menarik kesimpulan bahwa guru bahasa Inggris di SD Negeri Citapen telah menggunakan berbagai jenis reinforcement dalam pembelajaran membaca nyaring bahasa Inggris.

Data hasil analisis dengan menggunakan teori Skinner menunjukkan bahwa guru lebih sering menggunakan positive reinforcement dibandingkan negative

reinforcement. Positive reinforcement yang diberikan merupakan suatu

penghargaan (reward) atas perilaku siswa yang diharapkan. Sedangkan negative reinforcement merupakan suatu hukuman (punishment) terhadap perilaku siswa yang tidak diharapkan dalam kegiatan pembelajaran membaca nyaring Bahasa Inggris. Positive reinforcement yang digunakan guru diantaranya, pujian menggunakan kata-kata seperti good, excellent, well done, thank you dan that’s right; tersenyum, menyediakan kegiatan bernyanyi bersama dan permaianan. Adapun negative reinforcement yang digunakan guru adalah dalam bentuk teguran, nasehat, dan hafalan Q.S al – Lail dari ayat 1- 21.

Sedangkan data hasil analisis dengan menggunakan teori Turney menunjukkan bahwa jumlah dari semua reinforcement yang digunakan guru adalah sebanyak 531 kali. Verbal reinforcement adalah jenis reinforcement lebih sering digunakan oleh guru dibandingkan jenis reinforcement yang lain. Verbal reinforcement digunakan sebanyak 180 kali dengan persentase sebesar 33,90% selama empat pertemuan. Gesture reinforcement digunakan sebanyak 147 kali dan persentase sebesar 27,68%, proximity reinforcement 88 kali digunakan dena persentase 16,57%, token reinforcement 86 kali digunakan dengan persentase 16,20%, contact reinforcement 23 kali digunakan guru dengan persentase 4,33%, dan activity reinforcement adalah jenis penguatan yang paling sedikit digunakan guru sebanyak 7 kali dengan persentase 1,32 %.


(2)

Adapun jawdal reinforcement yang digunakan guru SD Negeri Citapen adalah continuous reinforcement schedule. Hal tersebut sesuai dengan data hasil observasi yang dilakukan peneliti selama pembelajaran membaca nyaring bahasa Inggris di kelas V dan data hasil wawancara dengan guru bahasa Inggris. Guru selalu memberikan reinforcement terhadap perilaku siswa baik itu perilaku yang positif maupun perilaku yang negatif. Setiap siswa diberikan konsekuensi terhadap setiap perilaku yang telah ia perbuat. Misalnya, untuk siswa yang menjawab pertanyaan dengan benar maka guru langsung memberikan pujian dalam bentuk kata-kata maupun benda, sedangkan bagi siswa yang salah menjawab pertanyaan dan berperilaku tidak baik saat pembelajaran diberikan teguran, nasehat, dan sanksi menghafal Q.S al – Lail ayat 1 – 21.

B. Saran

Didasarkan pada hasil penelitian Reinforcement dalam Pembelajaran Membaca Nyaring Bahasa Inggris di Kelas V SD Negeri Citapen ini, maka dengan segala kerendahan hati peneliti mengajukan beberapa saran yang dapat dijadikan pertimbangan bagi semua pihak dalam memberikan reinforcement. Saran dari peneliti ditujukan kepada:

1. Guru Bahasa Inggris

Guru sebagai pelaksana program pembelajaran di kelas hendaknya berkompeten dalam melaksanakan tugasnya sehingga tujuan pembelajaran tercapai dengan optimal. Untuk itu guru dituntut menguasai berbagai keterampilan mengajar, dan salah satunya adalah keterampilan dalam memberikan reinforcement. Reinforcement diberikan untuk memodifikasi perilaku siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Pada dasarnya, kaum behaviorism berpandangan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik, dan reinforcement dapat digunakan untuk merubah perilaku siswa agar sesuai dengan yang diharapkan. Reinforcement diberikan sebagai konsekuensi untuk setiap perilaku yang telah diperbuat siswa baik perilaku positif maupun perilaku negatif. Tujuannya agar perilaku siswa dapat terulang kembali di kemudian hari dan


(3)

perilaku negatif siswa dapat diperbaiki. Dalam menggunakan reinforcement hendaknya guru mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Reinforcement hendaknya diberikan sesuai dengan perilaku yang telah diperbuat siswa, misalnya bagi perilaku siswa yang positif diberikan positive reinforcement, begitupun sebaliknya.

b. Reinforcement diberikan dengan segera setelah respons yang ditunjukkan siswa, karena jika ditunda-tunda maka reinforcement tidak akan efektif digunakan untuk memodifikasi perilaku siswa.

c. Guru hendaknya menggunakan reinforcement secara bervariasi, hal ini dimaksudkan supaya siswa tidak merasa jenuh.

d. Dalam hal penggunaan jadwal reinforcement pun hendaknya guru menggunakan jadwal yang bervariasi agar reinforcement yang diberikan lebih bermakna dan efektif.

2. Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar

Sekolah dasar sebagai wadah pertama bagi siswa dalam mengenyam pendidikan formal, seyogyanya mampu menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang dapat mendukung terlaksanakannya pembelajaran. Selain itu, sekolah pun harus senantiasa memfasilitasi dan memberikan dukungan kepada guru agar berkompeten dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, khususnya dalam melaksanakan keterampilan reinforcement dalam kegiatan pembelajaran. 3. Peneliti

Dengan terlaksananya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan gambaran dan menambah pengetahuan bagi peneliti lain yang hendak menindak lanjuti penelitian tentang reinforcement dalam pembelajaran Bahasa Inggris ini. Namun bagi peneliti lain hendaknya dapat mengembangkan penelitian yang lebih mendalam khususnya tentang hal-hal yang belum dilakukan peneliti dalam penelitian ini, misalnya saja mengenai proses pembentukan (shaping) dan pemusnahan (extinction) stimulus untuk mengetahui keefektifan reinforcement. Dengan demikian wawasan terhadap reinforcement dalam ranah pendidikan akan semakin luas.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah (1991) Alat Peraga Bahasa Indonesia. Muaro Jambi: Dinas Pendidikan

Arikunto, S (2006) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006) Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Chalpin ,J. P (2009) Kamus Lengkap Psikologi terj. Kartini Kartono. Jakarta: Persada

Creswell, J. W (2010) Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Davis, K (1985) Human Behavior at Work. Singapore : Mc. Graw-Hill.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: CV Timur Putra Mandiri.

Flora, S, R (2004) The Power of Reinforcement. Albany: State University of New York Press.

Gino, dkk. Belajar dan Pembelajaran 1. Surakarta: UNS Press

Gredler, M. E. B (1991) Belajar dan Membelajarkan. Jakarta : Rajawali. [diterjemahkan oleh Munandir]

Harmer, J (2002) The Practice of English Language Teaching. Cambridge, UK.

Hatimah, I. dkk. (2007) Penelitian Pendidikan. Bandung: UPI Press.

Hoque, S. K (2013). Effect of Reinforcement on Teaching – Learning Process (IOSR Journal Of Humanities And Social Science Volume 7, hlm. 1),

Huang, L (1975) Reading Aloud in the Foreign Language Teaching. China: English Departement, Zhenjiang Watercraft College.

Hudson, dkk (2000) Reading Fluency Assessment and Instruction: What, Why, and How. Florida: Internal reading association.


(5)

Indiana, D (2011) Model Pemberian Reinforcement dalam Pembelajaran Aspek Pengembangan Moral Keagamaan (Studi pada Pendidikan Prasekolah di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang). Thesis dari Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.

Kartadinata, S. (2013) Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI PRESS.

Kumaedah (2011) Reinforcement Used by the Teacher in English Teaching and Learning Process: A case of the Eighth Grade Students of SMP N 3 Kendal in the Academic Year 2010/2011. Skripsi pada Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Bahasa dan pendidikan Seni IKIP PGRI Semarang

Lineros, J. V (2012) Theories of Learning and Student Development. Departement of Educational Leadership College of Education and Human Services Texas A&M University-Commerce TX. [National Forum of Teacher Education Journal Volume 22, Number 3, 2012]

Ormrod, J. E (2008) Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang; Edisi Keenam Jilid1. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Rahim, F. (2008) Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Ramelan (1992) Introduction to Linguistic Analysis. Semarang: IKIP Semarang Press.

Romero, Angelita D. and Rene C. Romero (1985) Developmental Reading: A Skill Text for College Students. Manila: Rex Book Store.

Gibson, S (2005) Reading Aloud: a Useful Learning Tool. England: Tesol

Sarafino, E, P (2012) Applied Behavior Analysis: Principles and Procedures for Modifying Behavior. Jersey: Courier Wesford.

Sugiyono (2013) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA, CV.

Surakhmad, W (1998) Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.

Suwarna, dkk. (2006) Pengajaran Mikro: Pendekatan Praktis Dalam Menyiapkan Pendidik Profesional.

Syah, M. (2005) Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya.


(6)

Syaiful, B. D (2005)Guru danAnakDidikdalamInteraksiEdukatif. Jakarta: PTRinekaCipta.

Taringan, H, G 1978. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Tercanlioglu, L (2004) Postgraduate Students’ Use of Reading Strategies in L1 and ESL Contexts. Turkey: Ataturk University

Turney, C (1983) Sydney Micro Skills Redevelopment. Sydney: Sydney University Press.

Uno, H. B (2008) Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Usman, M. U. (2006) Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Walgito, B (2005) Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.

Walker. (1973)Conditioning dan Proses Belajar Instrumental. Jakarta: UI.

Wexley, K. N (1984) Organizational Behavior and Personel Psycology. Tk: Irwin.