PENGARUH PEMBELAJARAN PENDEKATAN ANALITIK SINTETIK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENCAPAIAN SELF-REGULATED LEARNING SISWA.

(1)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Memperoleh

Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

MULFIA SARI

NIM. 1404590

DEPARTEMEN PENDIDIKAN MATEMATIKA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2016

PENGARUH PEMBELAJARAN PENDEKATAN ANALITIK SINTETIK

TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN

PENCAPAIAN SELF-REGULATED LEARNING SISWA

(Studi Kuasi Eksperimen pada Salah Satu SMP Negeri di Kabupaten Solok)


(2)

Pengaruh Pembelajaran Pendekatan Analitik Sintetik

terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan

Pencapaian Self-Regulated Learning Siswa

Oleh

Mulfia Sari

S.Si Unand Padang, 2006

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana

© Mulfia Sari 2016

Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2016

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Mulfia Sari (2016), “Pengaruh Pembelajaran Pendekatan Analitik Sintetik

terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Pencapaian

Self-Regulated Learning

Siswa”

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran

matematika dengan pendekatan analitik sintetik terhadap pencapaian dan

peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis dan self-regulated learning

pada siswa SMP. Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen dengan desain

kelompok nonequivalent control group. Penelitian ini dilaksanakan pada kelas VII

salah satu SMP Negeri di Kabupaten Solok. Banyak sampel 48 siswa yang

terdistribusi dalam dua kelas. Sampel dipilih secara purposive sampling.

Instrumen yang digunakan adalah tes kemampuan berpikir kritis matematis dan

angket self-regulated learning. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan

Uji t, Uji Anova satu jalur dan Uji Mann-Whitney U. Berdasarkan analisis data,

diperoleh kesimpulan bahwa: (1) Terdapat perbedaan pencapaian dan peningkatan

kemampuan berpikir kritis matematis antara siswa kelas eksperimen dan kelas

kontrol; (2) Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis

matematis siswa kelas eksperimen ditinjau dari KAM. Peningkatan kemampuan

berpikir kritis matematis kelompok tinggi lebih baik dari pada kelompok sedang,

kelompok tinggi lebih baik daripada kelompok rendah dan kelompok sedang tidak

lebih baik dari kelompok rendah; (3) Terdapat perbedaan self-regulated learning

antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Kata Kunci: Pendekatan Analitik Sintetik, Berpikir Kritis Matematis, dan

Self-Regulated Learning.


(6)

ABSTRACT

Mulfia Sari (2016), “ The Effect of Analytic

al Synthetic Approach Learning

toward Increasing Student’s Mathematical Critical Thinking and

Self-Regulated Learning

Achievement”

The main purpose of the study were to determine influence mathematics learning

with analytic synthetic approach toward student

’s mathematical critical thinking

and self-regulated learning.The research was a quasi experimental study, with

nonequivalent control group desain. The research is student of SMPN in Kab.

Solok. The samples were 48 in two classes. Samples were selected by purposive

sampling. The instrument which was used in this study were critical thinking

ability test and self-regulated learning questionnaries. Data analysis the research

employs t-test, One-Way Anova and Mann-Whitney U test. Based on data analysis

, it is conclude that: (1) There is different ability and increasing of critical thinking

skill between experimental class and control class; (2) There is different

increasing of critical thnking ability based on prior mathematics ability.

Increasing mathematical critical thinking in the high level group is better than the

middle level group, the high level group is better than the low level group, but the

middle level group is not better than the low level group; (3) There is different

self-regulated learning between experimental class and control class.

Keyword: Analytical synthetic approach, Mathematical Critical Thinking, and

Self-regulated learning.


(7)

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN... ... ii

PERNYATAAN... ... iii

ABSTRAK ...

iv

ABSTRACT ...

v

KATA PENGANTAR ...

vi

UCAPAN TERIMA KASIH ...

vii

DAFTAR ISI ...

ix

DAFTAR TABEL ...

xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah ...

1

B.

Rumusan Masalah ...

9

C.

Tujuan Penelitian ...

10

D.

Manfaat Penelitian ...

10

E.

Struktur Organisasi ...

11

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.

Berpikir ... 12

B.

Berpikir Kritis Matematis ...

13

C.

Self-Regulated Learning ...

18

D.

Pendekatan Analitik Sintetik ...

22

E.

Pembelajaran Konvensional ...

25

F.

Teori Belajar yang Mendukung ...

26

G.

Kerangka Berpikir Penelitian ...

30

H.

Penelitian yang Berkaitan ...

32

I.

Hipotesis Penelitian ...

33

BAB III METODE PENELITIAN

A.

Desain Penelitian ...

34


(9)

B.

Populasi dan Sampel Penelitian ...

35

C.

Definisi Operasional ...

36

D.

Variabel Penelitian ...

37

E.

Instrumen Penelitian ...

37

1. Tes Kemampuan Awal ...

37

2. Tes Kemampuan Berpikir Kritis ...

38

a. Analasis Validitas Butir Tes ...

40

b. Analisis Reliabilitas Tes ... 41

c. Analisis Daya Pembeda Butir Tes ...

42

d. Analisis Tingkat Kesukaran Tes ...

44

e. Rekapitulasi Analisis Hasil Coba ...

45

2. Skala Sikap Self-Regulated Learning ...

45

a. Analisis Validitas Skala sikap ...

47

b. Analisis Reliabilitas Skala Sikap ... 48

F.

Bahan Ajar ...

49

G.

Prosedur Penelitian ...

49

H.

Teknik Analisis Data ...

51

a.

Analisis Kemampuan Berpikir Kritis matematis ...

51

b.

Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau

dari KAM ...

55

c.

Analisis Tingkat Self-Regulated Learning ...

56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Hasil Penelitian ...

58

1.

Deskripsi Data Kemampuan Awal ...

58

2.

Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ...

59

a.

Analisis Skor Pretes, Postes dan N-gain Kemampuan

Berpikir Kritis Matematis...

63

i.

Uji Kesamaan Pretes Kemampuan Berpikir Kritis ...

63

ii.

Uji Perbedaan Postes Kemampuan Berpikir Kritis ...

65

iii.

Uji Perbedaan N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis

Matematis... 67


(10)

iv.

Uji Perbedaan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis

Matematis Kelas Eksperimen...

70

3.

Deskripsi Data Skala Sikap Self-Regulated Learning

...

74

4.

Analisis Perbedaan Tingkat Self-Regulated Learning ...

84

B.

Pembahasan ...

86

1.

Pembelajaran dengan Pendekatan Analitik Sintetik ...

86

2.

Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ...

90

3.

Self-Regulated Learning ...

99

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A.

Kesimpulan ... 103

B.

Implikasi...

103

C.

Rekomendasi ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 105

LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kriteria Pengelompokkan Siswa Berdasarkan KAM ...

36

Tabel 3.2 Hasil Pengelompokkan Siswa Kelas Eksperimen Berdasarkan

KAM ...

36

Tabel 3.3 Pedoman Pemberian Skor Tes Kemampuan Berpikir Kritis ...

38

Tabel 3.4 Kriteria Koefisien Korelasi Validitas ...

41

Tabel 3.5 Hasil Validitas Uji Coba Instrumen Berpikir Kritis Matematis ...

41

Tabel 3.6 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ...

42

Tabel 3.7 Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda ...

43

Tabel 3.8 Hasil Analisis Daya Pembeda Uji Coba Kemampuan Berpikir

Kritis Matematis ...

43

Tabel 3.9 Klasifikasi Koefisien Tingkat Kesukaran ...

44

Tabel 3.10 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Uji Coba Kemampuan Berpikir

Kritis Matematis ...

44

Tabel 3.11 Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Kemampuan Berpikir Kritis

Matematis ...

45

Tabel 3.12 Kisi-Kisi Self-Regulated Learning ...

46

Tabel 3.13 Hasil Analisis Validitas Hasil Uji Coba Angket Self-Regulated

Learning ...

48

Tabel 3.14 Hasil Analisis Reliabilitas Angket Self-Regulated Learning...

48

Tabel 3.15 Interpretasi N-Gain yang Dimodifikasi...

51

Tabel 3.16 Keterkaitan Masalah, hipotesis dan Uji Statistik ...

57

Tabel 4.1 Statistika Deskriptif Data Kemampuan Awal Matematika ...

58

Tabel 4.2 Pengelompokkan Siswa Kelas Eksperimen Ditinjau dari Kemampuan

Awal ...

59

Tabel 4.3 Statistika Deskriptif Data Pretes dan Postes Berpikir Kritis

Matematis ...

59

Tabel 4.4 Statistika Deskriptif Data N-Gain Berpikir Kritis Matematis ...

60

Tabel 4.5 Statistika Deskriptif N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Siswa Berdasarkan Indikator ...

62


(12)

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Skor Pretes Kemampuan Berpikir Kritis

Matematis ...

64

Tabel 4.7 Hasil Uji Mann Whitney U Pretes Kemampuan Berpikir Kritis

Matematis ...

65

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Skor Postes Kemampuan Berpikir Kritis

Matematis ...

66

Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Postes Kemampuan Berpikir Kritis

Matematis ... ..

66

Tabel 4.10 Hasil Uji Perbedaan rerata Pencapaian Berpikir Kritis Matematis

67

Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas N-Gain kemampuan Berpikir Kritis

Matematis ...

68

Tabel 4.12 Hasil Uji Homogenitas N-Gain kemampuan Berpikir Kritis

Matematis. ...

68

Tabel 4.13 Hasil Uji Perbedaan Rerata N-Gain Berpikir Kritis Matematis ....

69

Tabel 4.14 Hasil Uji N-Gain Berpikir Kritis Matematis Berdasarkan KAM...

70

Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas N-gain kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Kelompok Tinggi, sedang dan Rendah Kelas Eksperimen ...

71

Tabel 4.16 Hasil Uji Homogenitas N-gain Kemampuan Berpikir Kritis

Matematis Kelompok Tinggi, Sedang dan Rendah ...

72

Tabel 4.17 Hasil Uji One-Way Anova N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis

Matematis Ditinjau dari KAM ...

73

Tabel 4.18 Hasil Uji Post Hoc N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Ditinjau dari KAM ...

73

Tabel 4.19 Deskripsi Persentase Jawaban Angket Self-Regulated Learning

Siswa Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator Inisiatif Belajar

74

Tabel 4.20 Deskripsi Skala Self-Regulated Learning Siswa Kelas Eksperimen

Berdasarkan Indikator Inisiatif Belajar ...

75

Tabel 4.21 Deskripsi Skala Self-Regulated Learning Siswa Kelas Eksperimen

Berdasarkan Indikator Mendiagnosa Kebutuhan Belajar ...

75

Tabel 4.22 Deskripsi Skala Self-Regulated Learning Siswa Kelas Kontrol


(13)

Tabel 4.23 Deskripsi Skala Self-Regulated Learning Siswa Kelas Eksperimen

Berdasarkan Indikator Menetapkan Target/Tujuan Belajar ...

76

Tabel 4.24 Deskripsi Skala Self-Regulated Learning Siswa Kelas Kontrol

Berdasarkan Indikator Menetapkan Target/Tujuan Belajar ...

77

Tabel 4.25 Deskripsi Skala Self-Regulated Learning Siswa Kelas Eksperimen

Berdasarkan Indikator Memonitor, mengatur dan Mengontrol

Belajar... ...

77

Tabel 4.26 Deskripsi Skala Self-Regulated Learning Siswa Kelas Kontrol

Berdasarkan Indikator Memonitor, mengatur dan Mengontrol

Belajar... ...

78

Tabel 4.27 Deskripsi Skala Self-Regulated Learning Siswa Kelas Eksperimen

Berdasarkan Indikator Memandang Kesulitan Sebagai Tantangan

78

Tabel 4.28 Deskripsi Skala Self-Regulated Learning Siswa Kelas Kontrol

Berdasarkan Indikator Memandang Kesulitan Sebagai Tantangan

79

Tabel 4.29 Deskripsi Skala Self-Regulated Learning Siswa Kelas Eksperimen

Berdasarkan Indikator Mencari dan Memanfaatkan Sumber Belajar

yang Relevan... ...

80

Tabel 4.30 Deskripsi Skala Self-Regulated Learning Siswa Kelas Kontrol

Berdasarkan Indikator Mencari dan Memanfaatkan Sumber Belajar

yang Relevan... ...

80

Tabel 4.31 Deskripsi Skala Self-Regulated Learning Siswa Kelas Eksperimen

Berdasarkan Indikator Memilih dan Menetapkan Strategi

Belajar... ...

81

Tabel 4.32 Deskripsi Skala Self-Regulated Learning Siswa Kelas Kontrol

Berdasarkan Indikator Memilih dan Menetapkan Strategi

Belajar... ...

81

Tabel 4.33 Deskripsi Skala Self-Regulated Learning Siswa Kelas Eksperimen

Berdasarkan Indikator Mengevaluasi Proses dan Hasil Belajar... 82

Tabel 4.34 Deskripsi Skala Self-Regulated Learning Siswa Kelas Kontrol

Berdasarkan Indikator Mengevaluasi Proses dan Hasil Belajar... 82

Tabel 4.35 Deskripsi Skala Self-Regulated Learning Siswa Kelas Eksperimen


(14)

Tabel 4.36 Deskripsi Skala Self-Regulated Learning Siswa Kelas Kontrol

Berdasarkan Indikator Konsep Diri...

83

Tabel 4.37 Hasil Uji Mann- U Skala Self-Regulated Learning ...

84

Tabel 4.38 Rangkuman Hasil Uji Hipotesis Penelitian ...

85

Tabel 4.39 Kesulitan Siswa Pada Soal Kemampuan Berpikir Kritis Matematis 93


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Soal Ujian Nasional 2014 ... 4

Gambar 1.2 Soal Studi Pendahuluan ... 4

Gambar 2.1 Skema Pembelajaran Analitik Sintetik ... 26

Gambar 4.1 Diagram Rerata Skor Pretes, Postes dan N-Gain Kemampuan

Berpikir Kritis Matematis ... 62

Gambar 4.2 Diagram Rerata Peningkatan kemampuan Berpikir Kritis

Matematis Siswa Berdasarkan indikator ... 64

Gambar 4.3 Rerata N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa

Kelompok Tinggi, Sedang dan Rendah Kelas Eksperimen...

71

Gambar 4.5 Diagram Persentase Tingkat Self-Regulated Learning Kelas

Eksperimen dan Kontrol... 75

Gambar 4.6 Jawaban Pretes Indikator Mengidentifikasi Konsep Kelas

Eksperimen... . 94

Gambar 4.7 Jawaban Postes Indikator Mengidentifikasi Konsep Kelas

Eksperimen... . 95

Gambar 4.8 Jawaban Pretes Indikator Menggeneralisasi Kelas Eksperimen. 95

Gambar 4.9 Jawaban Postes Indikator Menggeneralisasi Kelas Eksperimen. 96

Gambar 4.10 Jawaban Pretes Indikator Memeriksa Algoritma Kelas

Eksperimen. ... 96

Gambar 4.11 Jawaban Postes Indikator Memeriksa Algoritma Kelas

Eksperimen. ... 97

Gambar 4.12 Jawaban Postes Indikator Memecahkan Masalah Kelas


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A: INSTRUMEN PENELITIAN

A.1 RPP Kelas Eksperimen ...

113

A.2 RPP Kelas Kontrol ...

146

A.3 LKS Kelas Eksperimen ...

167

A.4 LKS Kelas Kontrol ...

201

A.5 Kisi-kisi Soal dan Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

224

A.6 Kisi-kisi dan Angket Self-Regulated Learning Siswa ...

229

LAMPIRAN B: ANALISIS HASIL UJI COBA TES MATEMATIKA

B.1 Perhitungan Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis 232

B.2 Perhitungan Reliabilitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... .

233

B.3 Perhitungan Daya Pembeda Tes Kemampuan Berpikir Kritis

234

B.4 Perhitungan Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Berpikir Kritis 235

B.5 Perhitungan Validitas Angket Self-Regulated Learning ...

236

LAMPIRAN C: ANALISIS DATA KOGNITIF

C.1 Skor Tes Kemampuan Awal Matematika Kelas Eksperimen ..

237

C.2 Skor Tes Kemampuan Awal Matematika Setelah Dikelompokkan 238

C.3 Skor Pretes Berpikir Kritis Matematis Kelas Eksperimen ...

239

C.4 Skor Pretes Berpikir Kritis Matematis Kelas Kontrol ...

240

C.5 Skor Postes Berpikir Kritis Matematis Kelas Eksperimen ...

241

C.6 Skor Postes Berpikir Kritis Matematis Kelas Kontrol ...

242

C.7 Gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Kelas Eksperimen 243

C.8 Gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Kelas Kontrol ...

244

C.9 Skor Pretes, Postes dan N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis

Matematis Kelompok Eksperimen Berdasarkan KAM... .

245

C.10Output Uji Statistik Data Kemampuan Berpikir Kritis

Matematis dengan SPSS.20 ...

246

LAMPIRAN D: ANALISIS DATA SKALA SIKAP

D.1 Skor Skala Self-Regulated Learning Siswa Kelas Eksperimen

252

D.2 Skor Skala Self-Regulated Learning Siswa Kelas Kontrol...

253


(17)

LAMPIRAN E: DOKUMENTASI PENELITIAN

E.1 Foto-foto pada Saat Pembelajaran ...

254

E.2 Surat Keterangan dan Ijin Penelitian ...

255


(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.

Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menelaah kemampuan berpikir kritis dan

tingkat self-regulated learning antara siswa yang memperoleh pembelajaran

secara konvensional dengan yang menggunakan pembelajaran dengan pendekatan

analitik sintetik. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dasar pertimbangan

pada kondisi yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan pengelompokkan

baru yang disebabkan oleh aturan administratif sekolah. Oleh sebab itu, peneliti

memilih sampel acak kelas yang telah terbentuk sebelumnya. Kelompok

eksperimen mendapat perlakuan pembelajaran dengan pendekatan analitik

sintetik, sedangkan kelompok kontrol memperoleh pembelajaran secara

konvensional. Oleh sebab itu, metode penelitian ini menggunakan kuasi

eksperimen. Peneliti menerima keadaan subjek sebagaimana adanya (Ruseffendi,

2010).

Desain penelitian kemampuan berpikir kritis matematis ini terdiri dari dua

kelompok yaitu kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan

pendekatan analitik sintetik dan kelompok kontrol sebagai kelompok pembanding

dengan menggunakan pembelajaran konvensional, sehingga rancangan penelitian

yang digunakan adalah desain nonequivalent pretest-posttest control group

design. Adapun desain penelitian di gambar sebagai berikut:

Kelas eksperimen

O X O

---

Kelas Kontrol

O O

Keterangan:

O :

Pretes atau postes kemampuan berpikir kritis matematis

X :

Perlakuan pembelajaran dengan pendekatan analitik sintetik

--- :

Subjek tidak dikelompokan secara acak menyeluruh

Pengukuran kemampuan berpikir kritis matematis siswa dilakukan

sebelum dan sesudah diberi perlakuan baik

kepada kelompok eksperimen maupun

kepada kelompok kontrol. Pengukuran sebelum diberikan perlakukan (pretes)

bertujuan untuk melihat kemampuan awal kedua kelompok.


(19)

35

Desain penelitian untuk self-regulated learning matematika siswa adalah

menggunakan desain posttest-only control group desain. Pada desain ini,

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol hanya menggunakan angket pada

akhir proses pembelajaran atau setelah semua rangkaian perlakuan dilakukan.

B.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pada penelitian ini dilaksanakan pada siswa salah satu Sekolah

Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Solok Sumatera Barat. Ditetapkan

populasi ini dengan alasan bahwa pembagian siswa pada setiap kelas dilakukan

berdasarkan nilai UN untuk kelas VII dan berdasarkan nilai raport sebelumnya

untuk kelas VIII dan IX. Pembagian siswa dilakukan secara merata dengan

kemampuan cenderung heterogen.

Pemilihan sampel dilakukan mengikuti kebijakan sekolah. Setelah

dikonsultasikan dengan Wakil Kepala Sekolah dan guru bidang studi

matematika, maka peneliti memilih secara acak dari kelas VII yang memiliki

kemampuan relatif sama. Oleh karena itu, pemilihan sampel menggunakan teknik

purposive sampling. Sehingga penelitian dapat dilakukan secara efisien terutama

dalam hal pengawasan, kondisi subyek penelitian, waktu penelitian yang

ditetapkan, kondisi tempat penelitian serta prosedur perijinan.

Pertimbangan pemilihan kelas berdasarkan kepada kemampuan siswa pada

kedua kelas tersebut homogen, sehingga ditentukan kelas kontrol yang diberikan

pembelajaran konvensional dan kelas eksperimen yang diberi perlakuan

pembelajaran dengan pendekatan analitik sintetik. Sampel pada penelitian ini,

kelas VII A menjadi kelas eksperimen sebanyak 24 siswa dan kelas VII C

menjadi kelas kontrol juga sebanyak 24 siswa. Kelas tersebut dipilih dari kelas

yang ada.

Siswa pada kelas eksperimen dibagi menjadi tiga kelompok yaitu dengan

KAM tinggi, sedang dan rendah. Pengelompokkan berdasarkan soal KAM yang

diberikan oleh peneliti. Kriteria pengelompokkan siswa berdasarkan KAM

menurut Maya & Sumarmo (2011) sebagai berikut:


(20)

36

Tabel 3.1

Kriteria Pengelompokkan Siswa Berdasarkan KAM

Rentang Level KAM Siswa

70 ≤ KAM ≤ 100 Siswa Kelompok Tinggi 55 ≤ KAM < 70 Siswa Kelompok Sedang

0 ≤ KAM < 55 Siswa Kelompok Rendah

Perhitungan selengkapnya tentang KAM terdapat pada lampiran C.1

halaman 238. Rangkuman hasil perhitungan data hasil tes kemampuan awal

matematika siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2

Hasil Pengelompokkan Siswa Kelas Eksperimen Berdasarkan KAM

Kategori KAM Jumlah

Siswa

Tinggi 7

Sedang 11

Rendah 6

C.

Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya perbedaan pendapat mengenai hal-hal yang

dimaksudkan dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi definisi dalam

definisi operasional, yaitu:

a.

Kemampuan berpikir kritis matematis adalah kemampuan mengidentifikasi

konsep, menggeneralisasi, memeriksa algoritma dan memecahkan masalah.

i.

Mengidentifikasi konsep adalah kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat/

karakteristik suatu konsep dan menghubungkan dengan konsep lain.

ii.

Menggeneralisasi adalah kemampuan menemukan aturan umum suatu

konsep.

iii.

Memeriksa algoritma adalah kemampuan memeriksa dan memberikan

kesimpulan dengan benar.

iv.

Memecahkan masalah adalah kemampuan mengidentifikasi unsur yang

diketahui, yang ditanyakan dan memilih strategi yang dipandang tepat

sehingga didapatkan kesimpulan dari penyelesaian masalah.

b.

Self-regulated learning adalah upaya siswa untuk mengatur diri dalam

kegiatan belajar, yang meliputi: berinisiatif belajar, mendiagnosa kebutuhan


(21)

37

belajar, menetapkan target/ tujuan belajar, memonitor, mengatur dan

mengontrol belajar, memandang kesulitan sebagai tantangan, memanfaatkan

dan mencari sumber yang relevan, memilih dan menerapkan strategi belajar,

mengevaluasi proses dan hasil belajar serta konsep diri (self efficacy).

c.

Pendekatan analitik sintetik adalah pendekatan pembelajaran yang

menganalisis suatu persoalan yang ada dan menyelesaikannya secara runtut

atau sintetis untuk menemukan hasil dengan langkah menganalisis suatu

masalah menjadi bagian yang lebih sederhana, memadukan bagian secara

logik sehingga diperoleh penyelesaian dan membuat kesimpulan.

d.

Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang berpusat pada guru,

artinya guru memberikan informasi, memberi contoh soal, dan memberikan

latihan soal dan tanya jawab.

D.

Variabel Penelitian

Penelitian ini melibatkan tiga jenis variabel yaitu variabel bebas dan variabel

terikat. Adapun yang merupakan variabel bebasnya adalah pembelajaran analitik

sintetik, dan variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir kritis dan

self-regulated learning siswa, serta variabel kontrolnya adalah kemampuan awal

matematis (KAM). Kemampuan awal siswa dibagi menjadi tiga kelompok yaitu

kelompok KAM tinggi, kelompok KAM sedang dan kelompok KAM rendah.

E.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini ada dua, yaitu instrument tes

dan non tes. Instrumen dalam bentuk tes terdiri dari seperangkat soal tes untuk

mengukur kemampuan berpikir kritis matematis. Sedangkan instrumen dalam non

tes berupa skala sikap self-regulated learning matematis siswa. Adapun

penjelasannya sebagai berikut:

1.

Tes Kemampuan Awal

Tes kemampuan awal adalah tes yang diberikan sebelum pembelajaan

berlangsung. Tes ini dilakukan pada kelas eksperimen untuk pengelompokkan

siswa berdasarkan pengetahuan awalnya. Tes yang diberikan adalah materi

prasyarat sebelum pembelajaran berlangsung. Hasil dari tes kemampuan awal


(22)

38

kelas eksperimen akan dikelompokkan berdasarkan kategori nilai tinggi, sedang

dan rendah.

2.

Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Tes kemampuan berpikir kritis bertujuan untuk mengukur sejauh mana siswa

bisa berpikir secara kritis pada materi segi empat sebelum dan sesudah

pembelajaran dengan pendekatan analitik sitetik dilaksanakan. Tes kemampuan

berpikir kritis pada penelitian ini berupa pretes dan postes dalam bentuk uraian.

Soal terdiri dari 4 soal yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Pemilihan terhadap soal uraian bertujuan untuk mengukur kemampuan berpikir

kritis siswa secara keseluruhan terhadap materi yang telah disampaikan meliputi

empat aspek yaitu kemampuan mengidentifikasi konsep, kemampuan

menggeneralisasikan, kemampuan memeriksa algoritma dan kemampuan

memecahkan masalah. Materi yang diteskan adalah Bangun Datar Segi Empat.

Kisi-kisi soal, perangkat soal, dan kunci jawaban tes kemampuan berpikir kritis

matematis dapat dilihat pada lampiran A.5 halaman 224-228. Kriteria penskoran

menggunakan skor rubrik yang dimodifikasi dari Facione (1994) sebagai berikut:

Tabel 3.3

Pedoman Pemberian Skor Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Aspek yang Diukur Respon Siswa Terhadap Soal atau Masalah Skor

Mengidentifikasi Konsep

Tidak menjawab/ Jawaban salah 0 Menjawab dengan benar, tetapi belum mengidentifikasi sifat bangun datar segi empat jajargenjang.

1

Menjawab dengan benar dan dapat mengidentifikasi sifat bangun datar segi empat jajargenjang, tetapi belum menghubungkan dengan konsep bangun datar segi empat lain.

2

Menjawab dengan benar, dapat mengidentifikasi sifat bangun datar segi empat jajargenjang dan dapat menghubungkan dengan konsep bangun datar segi empat lain.

3

Menjawab dengan benar , dapat mengidentifikasi sifat bangun datar segi empat jajargenjang dan dapat menghubungkan dengan konsep lain serta benar dalam berargumen.

4

Menggeneralisasi Tidak menjawab 0

Hanya melengkapi data pendukung dengan lengkap dan benar


(23)

39

Melengkapi data pendukung dengan lengkap dan benar tetapi salah dalam menentukan aturan umum.

2

Melengkapi data pendukung dan menentukan data aturan umum dengan lengkap dan benar tetapi tidak disertai cara memperolehnya.

3

Melengkapi data pendukung dan menentukan aturan umum dengan lengkap dan benar serta menentukan aturan umum disertai cara memperolehnya

4

Algoritma Tidak menjawab/ Jawaban salah 0

Memeriksa algoritma pemecahan masalah dengan benar.

1 Memeriksa algoritma pemecahan masalah dengan

benar tapi kurang tepat dalam memperbaiki kekeliruan.

2

Memeriksa algoritma pemecahan masalah dan memperbaiki kekeliruan dengan benar, tetapi tidak memberikan kesimpulan.

3

Memeriksa, memperbaiki dan memberikan kesimpulan dengan benar.

4

Memecahkan masalah Tidak menjawab 0

Hanya mengidentifikasi soal (diketahui, ditanyakan) dengan benar tetapi salah menentukan strategi penyelesaian masalah.

1

Mengidentifikasi soal (diketahui, ditanyakan) dengan benar menentukan strategi, tetapi penyelesaiannya salah.

2

Mengidentifikasi soal (diketahui, ditanyakan) dengan benar menentukan strategi serta penyelesaiannya benar

3

Mengidentifikasi soal (diketahui, ditanyakan) dengan benar menentukan strategi dan

penyelesaiannya benar dan membuat kesimpulan dengan benar

4

Setelah instrumen selesai, soal tersebut dianalisis untuk mengetahui kualitas

soal yang meliputi uji validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran.

Sebelumnya, soal tersebut terlebih dahulu dikonsultasikan kepada dosen

pembimbing berhubungan dengan validitas isi dan muka. Pengujian validitas soal

bertujuan untuk menentukan kesesuaian antara soal dengan materi ajar SMP kelas

VII dengan tujuan yang akan diukur. Pertimbangan terhadap instrumen yang

berkaitan dengan validitas isi dan validitas muka diminta dari orang berlatar

belakang pendidikan Matematika yaitu dosen UPI, rekan sesama mahasiswa S2

Pendidikan Matematika UPI dan guru matematika di sekolah.


(24)

40

Setelah validitas isi dan validitas muka dikonsultasikan kemudian instrumen

diujicobakan. Uji coba akan dilakukan pada siswa kelas VIII SMP tempat peneliti

melakukan penelitian yang telah belajar materi Segi Empat. Soal tersebut

diasumsikan terjaga kerahasiaannya dan untuk mengantisipasi soal yang diberikan

tidak tersebar, maka dikumpulkan kembali. Kemudian data yang diperoleh dari uji

coba tes kemampuan berpikir kritis matematis ini dianalisis untuk mengetahui

validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukarannya dengan

menggunakan bantuan Software Microsoft Excel 2007 dan SPSS 20.0 for

windows. Proses analisis data hasil uji coba meliputi hal-hal berikut:

a)

Analisis Validitas Butir Tes

Validitas merupakan ukuran untuk menunjukkan tingkat keshahihan suatu

instrumen (Sundayana, 2014). Tinggi rendahnya validitas instrumen

menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari

gambaran tentang variabel yang dimaksud. Validitas yang dilakukan dalam

penelitian ini melalui validitas isi dan validitas muka. Validitas isi dapat

dilakukan dengan membandingkan ketepatan atau kesesuaian antara isi

instrumen dengan materi ajar yang telah diberikan (Sugiyono, 2013).

Validitas muka atau validitas tampilan merupakan keabsahan susunan kalimat

atau kata-kata dalam soal sehingga jelas pengertiannya dan tidak

menimbulkan makna ganda. Validitas ini dilakukan oleh beberapa ahli dan

guru mata pelajaran matematika. Selanjutnya adalah revisi instrumen. Item

soal yang tidak valid menurut ahli tidak dipergunakan dalam penelitian ini.

Untuk menguji validitas alat ukur, menurut Lestari & Yudhanegara

(2015) dapat dihitung dengan menggunakan rumus Pearson/ Product

Moment, yaitu:

=

− ∑

√{ ∑

− ∑

}{ ∑

− ∑

}

Keterangan:

rxy

= koefisien korelasi

X

= skor item butir soal

Y

= jumlah skor total setiap soal

n

= jumlah responden


(25)

41

Tolak ukur validasi soal tes dalam penelitian ini menggunakan kriteria

koefisien validitas menurut Lestari&Yudhanegara (2015), dapat dilihat

pada tabel 3.4 berikut:

Tabel 3.4

Kriteria Koefisien Korelasi Validitas

Koefisien

Interpretasi

0,90 < rxy

≤ 1,00

Sangat baik

0,70 < rxy

≤ 0,90

Baik

0,40 < rxy

≤ 0,70

Cukup

0,20 < rxy

≤ 0,40

Buruk

0,00 < rxy

≤ 0,20

Sangat buruk

Untuk melihat apakah antara dua variabel terdapat hubungan yang

signifikan atau tidak maka koefisien korelasinya harus dibandingkan

dengan menggunakan rtabel. Butir soal dinyatakan valid signifikan untuk

ℎ ��

dengan derajat kebebasan (dk) = n-2 dan taraf signifikansi

0,05.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa butir-butir soal

mempunyai kriteria validitas rendah dan sedang dan terdapat pula butir

soal yang tidak valid seperti yang dicantumkan pada tabel 3.5 berikut:

Tabel 3.5

Hasil Validitas Uji Coba Instrumen Berpikir Kritis Matematis

b) Analisis Reliabilitas Tes

Reliabilitas suatu instrumen adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu

instrumen, yakni sejauh mana instrumen tersebut dapat dipercaya untuk

menghasilkan skor yang konsisten dan relatif tidak berubah meskipun

No.Soal rxy Kriteria Validitas

1a 0,643 Cukup Valid

1b 0,544 Cukup Valid

2 0,692 Cukup Valid

3 0,574 Cukup Valid

4 0,644 Cukup Valid


(26)

42

diberikan pada situasi dan kondisi yang berbeda. Tes yang reliabel adalah bila

hasil pengukuran yang dilakukan secara berulang-ulang terhadap subjek yang

sama akan menunjukkan hasil yang juga sama (Sugiyono, 2013). Artinya,

suatu tes dikatakan memiliki reabilitas apabila skor yang diperoleh oleh para

peserta tes akan stabil, kapan saja dan dimana saja tes tersebut dilaksanakan

dan oleh siapa saja tes tersebut dinilai atau diperiksa. Untuk mengukur

keandalan butir tes uraian, digunakan rumus Cronbach-Alpha (Lestari &

Yudhanegara, 2015).

=

[ − ][ −

∑ �

� ]

Keterangan:

r : Reliabilitas yang dicari

n : Banyaknya item soal

∑ �

: Jumlah varians skor tiap item soal

: Varians total

Menurut Lestari & Yudhanegara(2015), klasifikasi koefisien reliabilitas

sebagai berikut :

Tabel 3.6

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Koefisien Korelasi

Interpretasi

0,90 < r11

≤ 1,00

Sangat tinggi

0,70 < r11

≤ 0,90

Tinggi

0,40 < r11

≤ 0,70

Sedang

0,20 < r11

≤ 0,40

Rendah

0,00 < r11

≤ 0,20

Sangat rendah

Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan microsoft excel 2007

diperoleh tingkat reliabilitas sedang yaitu 0,52. Hasil perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B.2 halaman 233.

c)

Analisis Daya Pembeda Butir Tes

Daya pembeda butir soal adalah kemampuan butir soal untuk

membedakan antara siswa yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan

siswa yang kurang pandai atau berkemampuan rendah. Sebelum menentukan

daya pembeda tiap butir soal, data skor uji coba diurutkan dari yang terbesar

sampai terkecil. Hal ini dilakukan untuk mengelompokkan siswa kedalam


(27)

43

kelompok atas dan bawah. Penentuan kelompok atas dan bawah adalah 50%

siswa kelompok atas dan 50% siswa kelompok bawah setelah data diurutkan

(Zulaiha, 2008). Daya pembeda dapat dihitung dengan rumus :

�� =

Keterangan:

DP

: Daya pembeda soal uraian

MeanA

: Rata-rata skor siswa kelompok atas

MeanB

: Rata-rata skor siswa kelompok bawah

Skor Maksimum

: Skor maksimum pada pedoman penskoran.

Menurut Lestari & Yudhanegara (2015) klasifikasi koefisien daya

pembeda sebagai berikut:

Tabel 3.7

Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda

Daya Pembeda Kriteria

DP ≤ 0,00 Sangat Buruk 0,00 < DP ≤ 0,20 Buruk 0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup 0,40 < DP ≤ 0,70 Baik 0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik

Hasil analisis daya pembeda setiap butir soal dapat dilihat pada tabel 3.8

berikut:

Tabel 3.8

Hasil Analisis Daya Pembeda Uji Coba Kemampuan Berpikir Kritis

Matematis

No.Soal Daya Pembeda Validitas

1a 0,208 Cukup

1b 0,167 Buruk

2 0,229 Cukup

3 0,208 Cukup

4 0,313 Cukup

5 0,188 Buruk

Hasil perhitungan daya pembeda tes kemampuan berpikir kritis

matematis berdasarkan tabel 3.8 menunjukan bahwa 4 soal berada pada

kategori cukup, dan 2 soal berada pada kategori jelek. Hasil perhitungan

selengkapnya tentang daya beda tiap butir soal dapat dilihat dari lampiran B.3

halaman 234.


(28)

44

d)

Analisis Tingkat Kesukaran Butir Tes

Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar

derajat kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran

seimbang (proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik.

Soal tes hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah (arifin, 2013).

Analisis tingkat kesukaran soal menggunakan rumus sebagai berikut (Lestari

& Yudhanegara, 2015):

�� =

� �

̅

Keterangan:

IK : Indeks kesukaran tiap butir soal

̅

: Rata- rata skor jawaban siswa pada suatu butir soal

SMI : Skor maksimal ideal suatu butir

Menurut Lestari dan Yudhanegara (2015) klasifikasi koefisien Tingkat

Kesukaran sebagai berikut:

Tabel 3.9

Klasifikasi Koefisien Tingkat Kesukaran

Indeks Kesukaran Interpretasi

IK = ,00 Soal terlalu sukar

0,00 < IK ≤ 0,30 Soal sukar 0,30 < IK ≤ 0,70 Soal sedang 0,70 < IK ≤ 1,00 Soal mudah

IK = 1,00 Soal terlalu mudah

Hasil perhitungan tingkat kesukaran setiap butir soal terdapat pada tabel berikut:

Tabel 3.10

Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Uji Coba Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

No.Soal Tingkat Kesukaran Interpretasi

1a 0,292 Sukar

1b 0,313 Sedang

2 0,677 Sedang

3 0,750 Mudah

4 0,698 Sedang

5 0,656 Sedang

Hasil perhitungan selengkapnya tentang daya beda tiap butir soal dapat

dilihat dari lampiran B.4 halaman 235.


(29)

45

e)

Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba

Berdasarkan hasil analisis validitas, reliabilitas, daya pembeda dan

tingkat kesukaran setiap butir tes kemampuan berpikir kritis matematis dapat

dirangkum dalam tabel 3.11 berikut:

Tabel 3.11

Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

No.Soal Validitas Daya

Pembeda

Tingkat

Kesukaran Keterangan

1a Valid Cukup Sukar Dipakai

1b Valid Buruk Sedang Tidak dipakai

2 Valid Cukup Sedang Dipakai

3 Valid Cukup Mudah Dipakai

4 Valid Cukup Sedang Dipakai

5 Tidak Valid Buruk Sedang Tidak Dipakai

Berdasarkan tabel 3.11 dapat disimpulkan bahwa soal 1a, 2, 3, dan 4

dapat digunakan, sedangkan soal no. 1b dan no. 5 tidak bisa digunakan.

3.

Skala Sikap Self-Regulated Learning

Self-regulated learning matematika diperoleh melalui skala sikap yang

disusun dan dikembangkan berdasarkan sembilan aspek kemandirian belajar

yaitu: inisiatif belajar, mendiagnosa kebutuhan belajar, menetapkan target/

tujuan belajar, memonitor, mengatur dan mengontrol belajar, memandang

kesulitan sebagai tantangan, memanfaatkan dan mencari sumber yang

relevan, memilih dan menetapkan strategi pembelajaran, mengevaluasi proses

dan hasil belajar serta konsep diri. Skala sikap self-regulated learning terdiri

dari 27 item pertanyaan merupakan modifikasi dari Sumarmo (2011).

Masing-masing item skala tersebut terdiri dari empat pilihan, yaitu: STS :

sangat tidak setuju, TS : tidak setuju, S: setuju, dan SS : sangat setuju. Pilihan

ragu-ragu tidak digunakan untuk menghindari ketidakberpihakan siswa.

Komposisi pernyataan terdiri dari 18 positif dan 9 pernyataan negatif. Skor

untuk pernyataan positif yaitu STS = 1, TS = 2 , S = 3, SS = 4. Skor untuk

pernyataan negatif yaitu STS = 4, TS = 3 , S = 2, SS = 1. Tabel 3.12 memuat

kisi-kisi self-regulated learning matematika siswa.


(30)

46

Tabel 3.12

Kisi-Kisi Self-Regulated Learning

No Indikator No

Item

Jenis

Pernyataan Pernyataan

1 Inisiatif Belajar

1 + Saya mengerjakan tugas matematika atas keinginan sendiri

2 -

Saya lebih menyukai tugas yang diberikan guru daripada tugas yang dipilih sendiri

3 -

Ketika mengalami kesulitan dalam belajar matematika, saya menunggu bantuan teman atau guru

4 + Saya mencari soal tambahan untuk latihan di rumah

2

Mendiagnosa kebutuhan belajar

5 +

Ketika menyelesaikan masalah matematika, saya mencoba mempelajari konsep mana saja yang belum saya pahami supaya dapat menyelesaikan masalah yang diberikan

6 +

Saya menyiapkan buku dan LKS yang diperlukan dalam belajar matematika

7 - Tugas matematika dari guru membantu saya belajar

3

Menetapkan target/tujuan belajar

8 + Saya mempunyai tujuan yang ingin dicapai dalam belajar matematika 9 - Belajar tanpa target meringankan

beban pikiran saya

10 +

Saya sungguh-sungguh dalam belajar matematika supaya memperoleh nilai bagus dan berprestasi dalam bidang akademik

4

Memonitor, mengatur, dan mengontrol belajar

11 +

Saya merasa bangga terhadap tugas matematika yang saya kerjakan sendiri

12 + Saya mempunyai jadwal khusus untuk belajar matematika di rumah

13 +

Apabila terdapat kesalahan pada tugas yang lalu, saya mengkaji kesalahan pada tugas tersebut

5

Memandang kesulitan sebagai tantangan

14 - Saya frustasi menghadapi tugas matematika yang sulit

15 +

Jika ada materi matematika yang sulit, saya tetap mempelajari untuk memahaminya.

16 + Tugas yang sulit mendorong saya untuk mengerahkan kemampuan saya

6

Mencari dan Memanfaatkan sumber belajar yang relevan

17 +

Saya berusaha untuk mencari dan membaca berbagai buku yang relevan untuk menyelesaikan tugas matematika


(31)

47

18 - Menunggu petunjuk dari teman/ guru lebih baik daripada mencari sendiri

19 +

Saya suka memanfaatkan perpustakaan untuk mencari pengetahuan terbaru

7

Memilih dan menetapkan strategi belajar

20 + Saya mengulang kembali materi matematika yang telah dipelajari

21 +

Saya mempelajari materi yang akan diajarkan sebelum guru menerangkan di kelas

8

Mengevaluasi proses dan hasil belajar

22 + Hasil belajar selama ini sesuai dengan perkiraan saya

23 + Saya senang ketika dalam belajar matematika disertai perlombaan

9 Konsep diri

24 -

Saya kurang percaya diri ketika guru menyuruh mengerjakan soal di depan kelas

25 - Saya ragu dapat menyelesaikan tugas dengan baik

26 + Saya yakin akan mendapatkan hasil yang baik dalam tes matematika 27 - Saya takut mengemukakan pendapat

yang berbeda dengan orang lain

Sebelum digunakan dalam penelitian, maka terlebih dahulu skala sikap

self-regulated learning matematika ini dikonsultasikan terlebih dahulu

kepada para ahli yaitu dosen-dosen pembimbing. Dosen-dosen pembimbing

memberikan saran dan kritik demi perbaikan skala sikap self-regulated

learning matematika ini. Untuk memenuhi validitas isi skala sikap

self-regulated learning, penulis meminta pertimbangan salah satu guru dan dosen

lain. Maka setelah proses revisi, maka angket diujicobakan.

a.

Analisis Validitas Skala Sikap

Validasi dari skala sikap self-regulated learning diolah dengan

menggunakan SPSS 20.0 for windows menggunakan uji Rank-Spearmen.

Hasil perhitungan self-regulated learning dinyatakan dalam tabel 3.13

berikut:


(32)

48

Tabel 3.13

Hasil Analisis Validitas Hasil Uji Coba Self-Regulated Learning

Berdasarkan tabel 3.13 terdapat 5 pernyataan yang tidak valid, sehingga

tidak dipakai,sedangkan yang lain digunakan untuk skala sikap self-regulated

learning matematika pada akhir penelitian ini.

b.

Analisis Reliabititas Skala Sikap

Perhitungan reliabilitas item pernyataan skala sikap self-regulated

learning menggunakan SPSS 20.0 for windows. Hasil perhitungan ujicoba

reliabilitas adalah 0,906, artinya skala sikap self-regulated learning

mempunyai tingkat reliabilitas yang tinggi. Hasil Uji reliabilitas terdapat pada

tabel 3.14 berikut:

Tabel 3.14

Hasil Uji Reliabilitas Skala sikap Self-Regulated Learning

No Spearman

’s rho Sig. Ket.

No Spearman’

s rho Sig. Ket.

1 0,62 0,001 Valid 15 0,61 0,002 Valid 2 0,70 0,000 Valid 16 0,50 0,013 Valid 3 0,44 0,033 Valid 17 0,42 0,042 Valid 4 0,04 0,838 T. Valid 18 0,71 0,000 Valid 5 0,57 0,004 Valid 19 0,53 0,008 Valid 6 0,24 0,258 T. Valid 20 0,45 0,028 Valid 7 -0,21 0,315 T. Valid 21 0,48 0,019 Valid 8 0,47 0,022 Valid 22 0,66 0,000 Valid 9 0,49 0,016 Valid 23 0,57 0,004 Valid 10 0,53 0,007 Valid 24 0,54 0,007 Valid 11 0,54 0,006 Valid 25 0,50 0,013 Valid 12 0,55 0,005 Valid 26 0,54 0,007 Valid 13 0,07 0,748 T. Valid 27 0,36 0,088 T. Valid 14 0,66 0,000 Valid

Cronbach's Alpha N of Items


(33)

49

F.

Bahan Ajar

Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah

lembar kegiatan siswa yang digunakan dalam pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan analitik sintetik untuk kelas eksperimen dan pembelajaran

konvensional untuk kelas kontrol. Lembar kerja yang disusun oleh peneliti

dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Lembar kerja siswa ini terdiri dari 7

kali pertemuan dilengkapi dengan soal-soal latihan yang menyangkut materi kelas

VII semester 2, yakni materi bangun datar segi empat.

Lembar kerja siswa yang disusun dengan pendekatan analitik sintetik ini

memiliki perbedaan dengan model-model lain. Pada bahan ajar dengan

pendekatan analitik sintetik dilakukan analisis masalah terlebih dahulu sehingga

terkonstruksilah konsep pada pemikiran siswa. Setelah konsep sudah terbangun

pada pemikiran siswa, kemudian diberikan soal penerapan dalam pemecahan

masalah matematika bangun datar segi empat. Akibatnya menuntut siswa untuk

menganalisis soal dan secara mandiri menyusun penyelesaian soal tersebut.

G.

Prosedur Penelitian

Penelitian telah melewati tiga tahapan, yaitu: (1) tahap persiapan, (2) tahap

pelaksanaan dan (3) tahap pengumpulan dan pengolahan data. Uraian dari ketiga

tahap tersebut adalah sebagai berikut:

1.

Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan ini adalah mengidentifikasi

masalah, studi kepustakaan, penetapan materi pelajaran, pembuatan perangkat

pembelajaran, pembuatan proposal penelitian, mengikuti seminar proposal, dan

perbaikan proposal hasil seminar.

2.

Tahap Pembuatan Bahan Ajar dan Uji Coba Instrumen

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah penyusunan instrumen

berupa tes berpikir kritis matematis dan angket untuk mengukur tingkat

self-regulated learning. Instrumen yang telah selesai, di uji coba pada kelas VIII

SMPN 1 Lembah Gumanti Kabupaten Solok tahun pelajaran 2015-2016 pada

tanggal 6 desember tahun 2015. Hasil uji coba tersebut kemudian dianalisis. Hasil

analisis, terdapat 2 item soal yang tidak dapat digunakan yaitu soal no. 1b dan no.


(34)

50

5, sedangkan yang lain dapat dipakai. Hasil analisis angket terdapat 5 pernyataan

yang tidak valid, yaitu pernyataan ke- 3, 6, 7, 13 dan 27, sedangkan pernyataan

yang lain dapat dipakai untuk mengukur tingkat self-regulated learning siswa.

Hasil revisi dari tes kemampuan kritis matematis dan angket self-regulated

learning kemudian diperbanyak untuk digunakan sebagai alat ukur. Selain

penyususnan instrumen, peneliti juga merancang rencana perangkat pembelajaran,

lembar kerja siswa dan soal-soal evaluasi pada setiap proses pembelajaran.

3.

Tahap Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah penentuan populasi dan

sampel penelitian. Populasi adalah seluruh siswa SMPN 1 lembah Gumanti dan

sampel adalah kelas VII A dan VII C. Setelah kelas sampel diperoleh, selanjutnya

adalah memberikan tes kemampuan awal matematika (KAM) pada kelas

eksperimen yang merupakan kemampuan prasyarat dan memberikan pretes

kemampuan berpikir kritis matematis pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Berikutnya peneliti memulai pelaksanaan proses pembelajaran dengan

pendekatan analitik sintetik pada kelas eksperimen dan pembelajaran

konvensional pada kelas kontrol. Pada pertemuan pertama peneliti menerangkan

bagaimana proses pembelajaran dengan pendekatan analitik sintetik sehingga

siswa tidak bingung dengan perubahan cara mengajar guru.

Setelah serangkaian kegiatan pembelajaran selama 7 x 80 menit selesai

dilaksanakan, peneliti memberikan postes untuk kelas kontrol dan kelas

eksperimen untuk melihat perbedaan antara kemampuan berpikir kritis matematis

setelah diberikan perlakuan yang berbeda. Selain itu siswa juga diberikan angket

self-regulated learning.

4.

Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data

Kegiatan pada tahap ini adalah mengumpulkan data dari hasil tes kemampuan

awal matematis (KAM) siswa, pretes dan postes kemampuan berpikir kritis siswa

dan angket self-regulated learning. Data yang dikumpulkan kemudian diolah

sesuai dengan teknik analisis data dalam penelitian ini. Pengolahan data dilakukan

untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang telah dijelaskan

sebelumnya.


(35)

51

H.

TEKNIK ANALISIS DATA

Analisis data adalah data kuantitatif berupa hasil tes kamampuan berpikir

kritis siswa dan data skala self-regulated learning. Untuk semua pengolahan data

secara statistika dilakukan dengan bantuan software SPSS 20.0 dan Microsoft

Office Excel 2007.

1.

Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Pertama yang dilakukan adalah melakukan analisis deskriptif yang

bertujuan untuk melihat gambaran umum pencapaian kemampuan berpikir

kritis matematis siswa yang terdiri dari nilai rerata dan simpangan baku.

Kemudian dilakukan analisis uji perbedaan rerata parametrik atau non

parametrik.

Uji perbedaan rerata dipakai untuk membandingkan antara dua keadaan,

yaitu keadaan pencapaian dan peningkatan siswa kelas eksperimen dengan

siswa kelas kontrol. Sebelum data hasil penelitian diolah, terlebih dahulu

dipersiapkan beberapa hal antara lain:

a.

Menentukan skor pretes dan skor postes untuk mencari pencapaian dan

peningkatan yang terjadi sesudah pembelajaran pada masing-masing

kelompok yang dihitung dengan rumus gain (Meltzer, 2002):

=

Hasil dari perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan

menggunakan klasifikasi sebagai berikut (Hake,1999):

Tabel 3.15

Interpretasi N-Gain yang dimodifikasi

b.

Menentukan deskriptif statistik pretes dan postes serta n-gain.

Hal pertama yang dilakukan dalam analisis data adalah melakukan

analisis deskritptif bertujuan untuk melihat gambaran umum pencapaian

kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang terdiri dari rerata dan

simpangan baku. Selanjutnya, dilakukan uji statistik untuk membuktikan

Besarnya n-gain Klasifikasi

g ≥ 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g < 0,7 Sedang g < 0,3 Rendah


(36)

52

hipotesis pada penelitian. Sebelum uji perbedaan dua rerata, perlu

dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogentias

varians.

c.

Uji asumsi

1)

Uji normalitas

Melakukan uji normalitas untuk mengetahui kenormalan dan skor

pretes, postes, n-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol dan n-gain

ditinjau dari KAM pada kelompok eksperimen. Hasil pengujian yang

menunjukkan bahwa sebaran data berdistribusi normal maka

pengujian dilanjutkan dengan uji homogenitas. Adapun hipotesis yang

akan diuji yaitu:

H0 : Data berasal dari populasi berdistribusi normal

H1 : Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan SPSS 20 yaitu uji

statistic Shapiro-Wilk. Berdasarkan kriteria uji sebagai berikut:

Jika nilai Sig. (p-

value) < α (α = 0,05), maka H

0 ditolak

Jika nilai Sig. (p-

value) ≥ α (α = 0,05)

, maka H0 diterima.

2)

Uji Homogenitas

Setelah data memenuhi uji normalitas, selanjutnya dilakukan uji

homogenitas. Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui kesamaan

varians dari skor pretes, postes, n-gain pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol, dan n-gain pada kelas eksperimen ditinjau dari KAM.

Hipotesis yang akan diuji dinyatakan sebagai berikut:

H0

: �

= �

( Kedua kelas memiliki varians yang homogen)

H1

: �

≠ �

(Kedua kelas memiliki varians yang tidak homogen)

Keterangan:

: Varians kelompok eksperimen

: Varians kelompok kontrol

Uji statistic menggunakan Uji Levene dengan kriteria uji sebagai

berikut:

Jika nilai Sig. (p-

value) < α (α = 0,05), maka H

0 ditolak

Jika nilai Sig. (p-

value) ≥ α (α = 0,05)

, maka H0 diterima.


(37)

53

3)

Uji Kesamaan Dua Rerata

Uji kesamaan digunakan untuk melihat kesamaan kemampuan

awal kelas konvensional dan kelas eksperimen. Adapun hipotesis yang

akan diuji untuk perbedaan dua rerata pretes adalah:

H0 :

= �

Tidak terdapat perbedaan rerata skor pretes kemampuan

berpikir kritis matematis antara siswa kelas eksperimen dan

siswa kelas kontrol.

H1 :

≠ �

Terdapat perbedaan rerata skor pretes kemampuan berpikir

kritis matematis antara siswa kelas eksperimen dan siswa

kelas kontrol.

Data yang berdistribusi normal dan homogen, maka uji statistik

yang digunakan adalah Independent Samples t-Test (uji-t) dengan

menetapkan taraf signifikansi

α = 0,05

. Kriteria pengujian adalah tolak

H0 jika sig

≤ α, dan terima H

0 jika sig

> α.

Jika data yang diperoleh

normal tetapi tidak homogen, maka menggunakan uji t’. Apabila data

tidak berdistribusi normal, maka digunakan statistika non parametrik,

yaitu Uji Mann-Whitney U (2-Independet Samples).

Hipotesis yang akan diuji untuk perbedaan dua rerata skor

postes adalah:

Hipotesis 1:

Tidak terdapat perbedaan pencapaian kemampuan berpikir kritis

matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan

analitik sintetik dan siswa yang memperoleh pembelajaran secara

konv

ensional”

. Adapun hipotesis statistiknya adalah:

H0 :

��

= �

Tidak terdapat perbedaan rerata skor pretes kemampuan berpikir

kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan

pendekatan analitik sintetik dengan siswa yang memperoleh

pembelajaran konvensional.


(38)

54

H1 :

��

≠ �

Terdapat perbedaan rerata skor postes kemampuan berpikir

kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan

pendekatan analitik sintetik dengan siswa yang memperoleh

pembelajaran konvensional.

Data yang berdistribusi normal dan homogen, maka uji

statistik hipotesis tersebut yang digunakan adalah Independent

Sample t-Test (ji-t) dengan menetapkan taraf signifikansi

α = 0,05

.

Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika sig

≤ α,

dan terima H0 jika

sig >

α

. Jika data yang diperoleh berdistribusi normal tetapi tidak

homogen maka m

enggunakan uji t’. Apabila d

ata tidak

berdistribusi normal, maka digunakan statistika non parametrik,

yaitu uji Mann-Whitney U (2-Independent Samples).

Hipotesis 2:

Untuk menguji perbedaan rerata peningkatan kemampuan

berpikir kritis , hipotesis yang akan diuji untuk perbedaan dua rerata

skor N-Gain adalah:

Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis

matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan

pendekatan analitik sintetik dan siswa yang memperoleh

pembelajaran secara konvensi

onal”. Adapun hipotesis stati

stiknya

adalah:

H0 :

��

= �

Tidak terdapat perbedaan rerata n-gain kemampuan berpikir

kritis matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran

dengan pendekatan analitik sintetik dan siswa yang

memperoleh pembelajaran konvensional.

H1 :

��

≠ �

Terdapat perbedaan rerata n-gain kemampuan berpikir kritis

matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran

dengan pendekatan analitik sintetik dengan siswa yang

memperoleh pembelajaran konvensional.


(39)

55

Data yang normal dan homogen, maka uji statistik hipotesis di

atas yang digunakan adalah Independent Sample t-Test (uji-t) dengan

menetapkan taraf signifikan

α

= 0,05. Kriteria pengujian adalah tolak

H0 jika sig

≤ α,

dan terima H0 jika sig >

α

. Jika data yang diperoleh

normal tetapi tidak homogen maka digunakan uji t’. Apabila data

tidak berdistribusi normal, maka digunakan statistika non

parametrik, yaitu Uji Mann-Whitney U (2-Independet Samples).

2.

Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa ditinjau dari

KAM

Uji Hipotesis 3:

“Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis

siswa yang menggunakan pembelajaran dengan pendekatan analitik

sintetik ditinjau dari kemampuan awal matematika siswa (tinggi, sedang,

rendah).

Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:

H0 :

� = � = �

H1 : minimal ada

� ≠ �

dengan i = 1,2,3 dan j = 1,2,3 , i

j )

Keterangan:

μ1 : Rerata n-gain kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang

memiliki kemampuan awal matematis tinggi.

μ2 : Rerata n-gain kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang

memiliki kemampuan awal matematis sedang.

μ3 : Rerata n-gain kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang

memiliki kemampuan awal matematis rendah.

Jika ketiga data berdistribusi normal dan bervariansi homogen pada

α

= 0,05, maka pengujian hipotesis di atas dilakukan dengan ANOVA satu

jalur. Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika nilai sig <

α

dan terima H0

jika nilai sig

α

. Dari hasil output ANOVA satu jalur, akan dapat dilihat

analisis perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis

siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol antara siswa yang memiliki


(40)

56

kemampuan awal matematis tinggi, sedang, dan rendah. Kriteria pengujian

tolak H0 jika nilai sig <

α

dan terima H0 jika nilai sig

α

.

3.

Analisis Tingkat Self-Regulated Learning Matematika Siswa

Data yang didapatkan dari angket dapat dianalisis dengan melihat

persentase jawaban siswa untuk masing-masing indikator dalam angket.

Penentuan persentase jawaban siswa untuk masing-masing pernyataan

dalam angket dihitung dengan rumus (Lestari & Yudhanegara, 2015):

� = � × %

Uji Hipotesis 4:

Tidak terdapat perbedaan self-regulated learning matematika antara

siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan analitik sintetik

dan siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvension

al”. Adapun

hipotesis statistiknya adalah:

H0 :

= �

Tidak terdapat perbedaan peringkat self-regulated learning

matematika antara siswayang memperoleh pembelajaran dengan

pendekatan analitik sintetik dan siswa yang memperoleh

pembelajaran konvensional.

H1 :

≠ �

Terdapat perbedaan peringkat self-regulated learning matematika

antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan

analitik sintetik dan siswa yang memperoleh pembelajaran

konvensional.

Uji statistik hipotesis diatas yang digunakan adalah uji statistik non

parametrik, yaitu Uji Mann-Whitney U (2-Independent Samples) dengan

menetapkan taraf signifikan

α

= 0,05. Kriteria pengujian adalah tolak

H0 jika sig

≤ α, dan terima H

0 jika sig

> α.

Rangkuman keterkaitan masalah dengan hipotesis statistikdan uji statistik

yang akan disajikan, terdapat pada tabel 3.17 berikut:


(41)

57

Tabel 3.16

Keterkaitan Masalah, Hipotesis dan Uji Statistik

No Masalah Hipotesis

Statistik

Uji Statistik

1.

Apakah terdapat perbedaan pencapaian kemampuan berpikir kritis matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan analitik sintetik dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?

H0 : ��� = ��

H1 : ��� ≠ �� Uji t

2.

Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan analitik sintetik dan siswa yang meperoleh pembelajaran konvensional?

H0 : ��� = ��

H1 : ��� ≠ �� Uji t

3.

Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan analitik sintetik ditinjau dari KAM (tinggi, sedang, rendah)?

H0 : � = � = �

H1 : min ada � ≠ �

dengan i = 1,2,3 dan

j = 1,2,3 (i j )

Uji One-Way

Anova

4.

Apakah terdapat perbedaan tingkat

self-regulated learning antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan analitik sintetik dan siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional?

H0 : �= �

H0 : �≠ �

Uji Mann-


(42)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

A.

Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan pada salah satu SMPN di kabupaten Solok untuk

kelas VII pada semester II tahun ajaran 2015/2016. Pokok bahasan yang terkait

dengan penelitian ini adalah Bangun datar Segi Empat. Berdasarkan analisis data,

dapat ditarik kesimpulan bahwa:

Pertama, pencapaian kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang

memperoleh pembelajaran pendekatan analitik sintetik berbeda dengan siswa

yang memperoleh pembelajaran konvensional.

Kedua, peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang

memperoleh pembelajaran analitik sintetik berbeda dengan siswa yang

memperoleh pembelajaran konvensional.

Ketiga, terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis

matematis pada kelas eksperimen ditinjau dari KAM. Peningkatan kemampuan

berpikir kritis matematis siswa kelompok tinggi lebih baik daripada kelompok

sedang, siswa kelompok tinggi lebih baik daripada siswa kelompok rendah,

sedangkan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelompok

sedang tidak lebih baik daripada siswa kelompok rendah. Peningkatan

kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelompok tinggi termasuk kategori

sedang, sedangkan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis kelompok

sedang dan rendah termasuk kategori rendah.

Keempat, self-regulated learning siswa yang memperoleh pembelajaran

pendekatan analitik sintetik berbeda dengan self-regulated learning berbeda

dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Hasil tersebut

diperoleh dari hasil analisis skala self-regulated learning yang diberikan kepada

kedua kelas sampel tersebut.

B.

Implikasi

Kemampuan berpikir kritis matematis dan self-regulated learning

merupakan kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam menyelesaikan persoalan


(1)

Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah.[Online].Diakses dari:

https://asefts63.files.wordpress.com/2011/01/permendiknas-no-22-tahun-2006-standar-isi.pdf.

Elvina, A. & Tjalla, A. (2008). Hubungan antara Self-Regulated Learning dengan Kemampuan Memecahkan Masalah Pada Pembelajaran Matematika Pada Siswa SMUN 53 di Jakarta Timur. [Online]. Diakses dari: http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2008/Artikel _10404005.pdf.

Ennis, R. H. (1996). Critical thinking. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Facione, P.A.& Facione, N. C. (1994). Holistic critical thingking scoring rubric. The California Academic Press.

Fahim, M. & Pezenski, M. (2012). Manipulating critical thinking skills in test taking. International Journal of Education, 4(1).

Fisher, A. (2009). Berpikir kritis sebuah pengantar. Jakarta: Erlangga.

Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/ Gain Scores. [Online]. Diakses dari: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf.

Hargis, J. (2000). The self-regulated learner advantage: learning science on the internet. Electronic Journal of Science Education, 4(4).

Hastaruddin (2014). Meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa SMP melalui pendekatan matematika realistik. Jurnal Pendidikan Matematika, 4(2).

Herlina, E. (2013). Meningkatkan disposisi berpikir kreatif matematis melalui pendekatan APOS. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi, 1(2).

Innabi, H. (2003). Aspect of critical thinking in clasroom instruction of secondary school mathematics teacher in Jordan. Proceeding Konferensi Internasional The Decidable and the Undecidable in Mathematics Education. Brno, Czech Republic.

Ismaimuza, D. (2011). Kemampuan berpikir kritis matematis ditinjau dari pengetahuan awal siswa. Jurnal Pendidikan Matematika, 2(1).


(2)

Julita. (2014). Mengembangkan kemampuan berpikir kritis matematis melalui pembelajaran pencapaian konsep. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi, 2. hlm. 68-73

Jumaisyaroh, T., Napitupulu, E.E., & Hasratuddin. (2014). Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kemandirian belajar siswa SMP melalui pembelajaran berbasis masalah. Jurnal Kreano FMIPA UNNES, 5(2).

Kuswana, W. S. (2011). Taksonomi berpikir. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Lestari, K. A. (2013). Implementasi Brain-Based learning untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama. (Tesis). Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Lestari, K.E. & Yudhanegara, M.R. (2015). Penelitian pendidikan matematika. Bandung: Refika Aditama.

Limbach, B. & Waugh, W. (2009). Developing Higher Level Thinking. Journal of Instructional Pedagogies

Lunenburg, F.C. (2011). Critical thinking and constructivism techniques for improve student achievement. National Forum of Teacher Education Journal, 21(3). Marwaha, P. (2009). The teaching of mathematics. [Online]. Diakses dari:

http://www.articlesbase.com/writing-articles/the-teaching-of-mathematics-1058849.html.

Mahmuzah, R. Ikhsan, M. & Yusrizal. (2014). Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan disposisi matematis siswa SMP dengan menggunakan pendekatan Problem Posing.Jurnal Didaktik Matematika, 1(2).hlm. 43-53.

Maulana, (2008). Pendekatan metakognitif sebagai alternatif pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika PGSD. Jurnal Pendidikan Dasar. (10).

Maya, R. & Sumarmo, U. (2011). Mathematical understanding and proving abilities: experiment with undergraduate student by using moified moore learning approach. International Journal on Mathematics Education, 2. hlm. 231-250. Meltzer, D.E. (2002). The relationship between mathematics preparation and

conseptual learning gain in physics. American Journal of Physics, 70. hlm. 1259-1268.


(3)

Montalvo, F.T. & Maria, C.G.T. (2004). Self regulated learning: current and future directions. Electrical Journal of Research in Educational Psychology,2(1), hlm.1-34.

Mulyana, T. (2008). Pembelajaran Analitik Sintetik untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa SMA. (Disertasi). Sekolah pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Mulyana, T. (2009). Pembelajaran analitik sintetik untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa SMA. Journal Educationist, 3 (1) Munandar, S.C.U. (2004). Pengembangan kreativitas anak berbakat. Jakarta: Rineka

Cipta.

Mustafa, A. N (2014). Upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis serta self-efficacy dalam pembelajaran matematika melalui discovery learning. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Nugraha, A. (2011). Pengembangan perangkat pembelajaran matematika dengan pendekatan metakognitif berbasis humanistik untuk menumbuhkan berpikir kritis siswa pada materi himpunan kleas VII. [Online]. Diakses dari: journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpppasca/article/download/1526/1698 Nurningsih. (2013). Meningkatkan kemampuan komunikasi dan berpikir kritis

melalui problem based learning dengan strategi TAI. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Pamungkas, S.R. (2014). Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa smp melalui model pembelajaran ASSURE. (Tesis). Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Peter, E.E. (2012). Critical thinking: essence for teaching mathematics and mathematics problem solving skills. African Journal of Mathematics and Computer Science Research, 5(3), hlm. 39-43

Purnamasari, Y. (2014). Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (tgt) terhadap kemandirian belajar dan peningkatan kemampuan penalaran dan koneksi matematik peserta didik SMPN 1 Kota Tasikmalaya. Jurnal Pendidikan dan Keguruan, 1(1).

Qohar, A. (2011). Asosiasi antara koneksi matematis dan kombinasi matematis serta kemandirian belajar matematika siswa SMP. Makalah Disajikan dalam Lomba dan Seminar Matematika XIX di UNY


(4)

Rachmayani, D. (2014). Penerapan pembelajaran reciprocal teaching untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan kemandirian belajar matematika siswa. Jurnal Pendidikan Unsika, 2(1), hlm.13-23

Rahmat, A. dkk. (2011). Filsafat ilmu lanjutan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Rasiman. (2012). Penelusuran proses berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah matematika bagi siswa dengan kemampuan matematika tinggi. Aksioma. 3(1). [online]. Diakses dari: e-jurnal.upgrismg.ac.id/index.php/aksioma/ article/view/221.

Rasiman. & Pramasdyahsari, A.S. (2014). Development of mathematics learning media e-comic based on flip book maker to increase the critical thinking skill and character of junior high school student. International Journal of Education and Research, 2(11). Hlm.536-544.

Richey, T. (1996). Analysis and synthesis on scientific method-based on a study by bernard riemann. [Online]. Diakses dari: www.swemorph.com/pdf/anaeng-r.pdf.

Ristiyah. (2014). Pengaruh pendekatan analitik sintetik terhadap motivasi dan hasil belajar matematika pada materi dimensi tiga siswa kelas X SMA N 1 Getasan. (Tesis). Prodi Pendidikan Matematika FKIP-UKSW, Salatiga.

Rohaeti, E.E., Budiyanto, A.M., & Sumarmo, U. (2014). Enhancing student’s mathematical logikal thinking ability and self regulated learning through problem-based learning. International Journal of Education, 8(1).

Rubiyanto. (2013). Pendekatan analitik dan sintetik matematika. [Online]. Diakses dari: https://ekorubiyanto84.wordpress.com/2013/01/11/pendekatan-analitik-dan-sintetik-matematika/.

Ruseffendi, E.T. (2006). Pengantar kepada membantu guru, mengembangkan kompetensi dalam pengajaran matematik untuk meningkatkan cara belajar siswa aktif. Bandung: Torsito.

Ruseffendi, E.T. (2010). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Noneksakta Lainnya. Bandung: Tarsito

Sari, A.R. (2013). Strategi blended learning untuk peningkatan kemandirian belajar dan kemampuan critical thinking mahasiswa di era digital. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia. 11(2).


(5)

Sari, R.M.M. (2013). Pengaruh pendekatan creative problem solving (CPS). problem solving (PS), dan direct instruction (DI) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa SMP. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Setiawati, D., Syahputra, E., & Rajagukguk, W. R., (2013). Perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa antara pendekatan contextual teaching and learning dan pembelajaran konvensional pada siswa kelas X SMKN 1 Bireun. Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, 6(1), hlm. 11-13.

Somakim. (2011). Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah perama dengan penggunaan pendidikan matematika realistik. Journal Forum MIPA, 14(1). [Online]. Diakses dari: eprints.unsri.ac.id/1526/1/08-Somakim_Matematika-(42-48).pdf.

Sudarman. (2014). Pengaruh strategi pembelajaran blended learning terhadap perolehan belajar konsep dan prosedur pada mahasiswa yang memiliki self regulated learning berbeda. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. 21(1). hlm. 107-117.

Sugandi, A.I. (2013). Pendekatan kontekstual sebagai pendekatan dalam pembelajaran matematik yang humanis dalam meningkatkan kemandirian belajar. Prosiding Pendidikan Matematika FMIPA UNY.hlm. 13-112.

Sugiyono, (2013). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sulistiyo, J. (2002). Enam hari jago SPSS. Yogyakarta: Cakrawala.

Sumarmo, U. (2006). Kemandirian belajar: apa, mengapa, dan bagaimana dikembangkan pada peserta didik. Makalah Disajikan pada Seminar Pendidikan Matematika di UNY. Tidak Diterbitkan

Sumarmo, U. (2012). Pendidikan Karakter Serta Bengembangan Berfikir dan Disposisi Matematik dalam Pembelajaran Matematika. Makalah disajikan dalam Seminar Pendidikan Matematika di NTT.

Sundayana, R. (2014). Statistika penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sundayana, R. (2016). Kaitan gaya belajar, kemandirian belajar, dan kemampuan pemecahan masalah siswa SMP dalam pelajaran matematika. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Garut, 8(1). hlm. 31-40.


(6)

Supriadi. (2012). Teori belajar matematika dengan pendidikan matematika Indonesia. Jurnal Pendidikan Dasar, (12). hlm. 41-46.

Suriasumantri, J.S. (2007). Filsafat ilmu, sebuah pengantar populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Suryadi, D. (2013). Membangun budaya baru dalam berpikir matematika. Bandung : Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Suwarma, D.M. (2009). Suatu alternatif pembelajaran kemampuan berpikir kritis matematika. Jakarta: Cakrawala Maha Karya.

Syahbana, A. (2012). Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa smp melalui pendekatan contextual teaching and learning.[Online]. Diakses dari: www.unja.ac.id/online-journal/online-journal/index.php/.,2(01).

Tamsil, S. (2014). Meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik siswa pada materi integral melalui pembalajaran langsung-tak langsung. prosiding seminar nasional penddikan matematika STKIP Siliwangi, (2). Hlm.383-391.

Tandiling, E. (2012). Pengembangan instrumen untuk mengukur kemampuan komunikasi matematik, pemahaman matematik, dan self-regulated learning siswa dalam pembelajaran matematika di sekolah menengah atas. Jurnal Penelitian Pendidikan, 13(1), hlm. 24-31.

Triana. (2015). Meningkatkan pemahaman siswa tentang merasionalkan bentuk akar menggunakan pendekatan analitik. [Onine]. Diakses dari: https://trianaalwatzri.files.wordpress.com/2015/01/triana-fix.pdf.

Trianto. (2014). Mendesain model pembelajaran inovatif, progresif, dan kontekstual. Jakarta: PrenadaMedia.

Yumiati. (2014). Efektivitas pembelajaran connecting, reflecting, organizing, and extending (core) dalam pencapaian dan peningkatan self-regulated learning (SRL) siswa. Prosiding Seminar Nasional Penddikan Matematika STKIP Siliwangi, (2). hlm.120-127.

Zimmerman, B.J. (1989). A social cognitive view of self regulated academic learning. Journal of Psychology. 81(3).hlm. 329-339.

Zulaiha, R. (2008). Analisis soal secara manual [Online]. Diakses dari: http://www.scribd.com/doc/56831386/Analisis-Soal-Secara-Manual.


Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran learning cycle 5e terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di salah satu SMP di Tangerang.

6 24 248

PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN ANALITIK-SINTETIK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP.

0 1 31

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Aljabar, Berpikir Kritis Matematis, dan Self-Regulated Learning Siswa SMP melalui Pembelajaran CORE: (Connecting, Organizing, Reflecting, dan Extending).

4 17 94

PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA.

8 40 64

PENGARUH PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PROSES BERPIKIR REFLEKTIF TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA.

0 0 53

Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Socioscientific Issues (SSI) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pemanasan Global | Karya Tulis Ilmiah

0 4 38

Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Socioscientific Issues (SSI) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pemanasan Global

2 2 13

PENGARUH PEMBELAJARAN PENDEKATAN ANALITIK SINTETIK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENCAPAIAN SELF-REGULATED LEARNING SISWA - repository UPI T MTK 1404590 Title

0 0 4

PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN ANALITIK-SINTETIK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP - repository UPI S MTK 1100050 Title

0 0 3

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS ABSTRAK - PENGGUNAAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS - rep

0 0 22