IBING PENCAK PADA PERTUNJUKAN LAKON TOPENG PENDUL DI KABUPATEN KARAWANG.

(1)

1

IBING PENCAK PADA PERTUNJUKAN LAKON TOPENG PENDUL DI KABUPATEN KARAWANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Pendidikan Seni Tari

Oleh

NENG IRAMAYA 1103196

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SENI TARI FAKULTAS PENDIDIKAN SENI DAN DESAIN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

IBING PENCAK PADA PERTUNJUKAN LAKON TOPENG PENDUL DI KABUPATEN KARAWANG

Oleh Neng Iramaya

Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Salahsatu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Seni Tari

©Neng Iramaya 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, lainnya tanpa izin dari penulis


(3)

3

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

IBING PENCAK PADA PERTUNJUKAN LAKON TOPENG PENDUL DI KABUPATEN KARAWANG

Oleh

NENG IRAMAYA 1103196

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I

E.Dedi. J.Rosala, S.Sen, M,Hum NIP. 195703041983031001

Pembimbing II

Agus Supriyatna, S.Sn, M.Pd NIP. 19670819200511001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Seni Tari FPSD UPI

Dr. Frahma Sekarningsih, S.Sen, M.Si NIP. 195710181985032001


(4)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Ibing Pencak pada Pertunjukan Lakon Topeng Pendul di Kabupaten Karawang. Kesenian ini merupakan kesenian khas dari Kabupaten Karawang yang merupakan kesenian yang digunakan dalam pesta panen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang ragam gerak Ibing Pencak pada Pertunjukan Lakon Topeng Pendul dan akan membahas tentang penyajian ibing pencak pada pertunjukan lakon Topeng Pendul. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskritif analisis dengan menggunakan pendekatan Kualitatif, dengan tujuan untuk memberi gambaran yang faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan ciri khas tertentu dalam objek penelian. Kesenian ini berdiri kurang lebih pada tahun 1900 di Kabupaten Karawang. Kesenian Ibing Pencak pada pertunjukan lakon Topeng Pendul pada awalnya digunakan sebagai pesta panen, namun dengan perkembangan zaman mengalami berbagai perubahan agar tetap bisa menjaga eksistensi dari kesenian Topeng Pendul.


(5)

Neng Iramaya, 2015

IBING PENCAK PADA PERTUNJUKAN LAKON TOPENG PENDUL DI KABUPATEN KARAWANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

The name of this research is Ibing Pencak Pada Pertunjukan Topeng Pendul di Karawang. This art is a typical art of Karawang regency which is used in the art harvest festival. This study aims to find out about the range of motion in the Ibing Pencak Pada Pertunjukan Topeng Pendul and will discuss the presentation of the performing arts ibing Mask pendul play. The method used in this research is descriptive method of analysis using qualitative approach, in order to provide factual and accurate picture of the facts and specific characteristics in the object penelian. This art stands approximately in 1900 in Karawang. The art of Ibing Pencak Pada Kesenian Topeng Pendul was originally used as a harvest festival, but with the times undergone changes in order to remain able to maintain the existence of Kesenian Topeng Pendul.


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... 1 DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR BAGAN ... Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined. B. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Struktur Organisasi Skripsi ... Error! Bookmark not defined. BAB II KAJIAN TEORETIS ... Error! Bookmark not defined. A. Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined. C. Seni Pertunjukan ... Error! Bookmark not defined. a. Fungsi Ritual ... Error! Bookmark not defined. b. Fungsi Hiburan Pribadi ... Error! Bookmark not defined. D. Ragam Gerak pada Ibing Pencak ... Error! Bookmark not defined. 1. Identitas Topeng Banjet ... Error! Bookmark not defined. a. Istilah Topeng ... Error! Bookmark not defined. b. Istilah Topeng Banjet ... Error! Bookmark not defined. BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.


(7)

2

Neng Iramaya, 2015

IBING PENCAK PADA PERTUNJUKAN LAKON TOPENG PENDUL DI KABUPATEN KARAWANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A. Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Partisipan dan Tempat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Prosedur Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Pra Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan dalam Sugiyono (2013, hlm. 334), menyatakan sebagai berikut.Error!

Bookmark not defined.

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASANError! Bookmark not defined. A. Gambaran Umum Kesenian di Kabupaten KarawangError! Bookmark not defined. B. Struktur Organisasi Topeng Pendul .... Error! Bookmark not defined.

C. Pertunjukan Topeng Pendul ... Error! Bookmark not defined. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASIError! Bookmark not defined.

A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. B. Rekomendasi ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.


(8)

Neng Iramaya, 2015

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang memiliki beragam kesenian daerah, diantaranya adalah Jaipongan, Odong–odong, Tanjidor, Topeng Banjet, Wayang Golek, Biola dan lain-lain. Dari sekian banyak jenis kesenian tersebut, Topeng Banjet merupakan salah satu kesenian yang memiliki keunikan tersendiri, sebagai kesenian khas Kabupaten Karawang. Keunikan tersebut terlihat dalam lagu Sunda, ronggeng Sunda, lagu-lagu Sunda yang terdapat dalam ketuk tilu misalnya gaplek, sinjang bodasan dan gerak-gerak ronggeng sunda seperti keupat, mincid, bahu, uyeg dan lain lain, serta bahasa dialog baik dalam bodoran maupun cerita memakai bahasa Sunda. Adanya keunikan tersebut merupakan suatu hal yang positif, karena dengan adanya keanekaragaman seni pertunjukan tradisi tersebut dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan.

Topeng Banjet yang berdiri kurang lebih pada tahun 1900 di daerah karawang biasa disebut Topeng saja, ditambah dengan nama pemimpinnya atau ronggengnya yang terkenal, seperti Topeng Asmu artinya topeng yang dipimpin oleh Bapak Asmu, dan Topeng Nyi Maya artinya topeng yang memiliki ronggeng bernama Nyimaya dan lain-lain. Penamaan ini di daerah Karawang masih tetap berlaku sampai sekarang, seperti Topeng Ali, Topeng Pendul, Topeng Baskom dan seterusnya. Adapun mengenai Topeng Banjet yaitu topeng yang diikuti dengan kata banjet menurut sepengetahuan tokoh-tokoh kesenian Topeng Banjet. Padamulanya muncul di daerah Cilamaya, Pamanukan dan di daerah pesisir timur lainnya. Penambahan kata Banjet pada kesenian karawang ini untuk membedakan dengan jenis-jenis topeng-topeng lainnya.yang sama sering ngamen di daerah jawa barat atau khusunya priangan pada musim baru cina.

Kata Topeng Pada Topeng Banjet berawal dari kata Banjet itu sendiri sampai saat ini belum ada sumber yang dapat menerangkan atau menjelaskan arti sebenarnya. Adapun pemakaian istilah Topeng pada kesenian Topeng Banjet ada sejarahnya tersendiri. Memang


(9)

2

Neng Iramaya, 2015

IBING PENCAK PADA PERTUNJUKAN LAKON TOPENG PENDUL DI KABUPATEN KARAWANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada masa sekarang dalam pementasan kesenian Topeng Banjet tidak ada pemain yang memakai Topeng namun pada masa silam yang disebut Topeng Banjet itu dalam sebagian pementasanya ada yang menggunakan Topeng, yaitu pada babak Ngajantuk dan babak Ngedok. Pemakaian Topeng ini hanya sampai tahun 1949, sebab semenjak itu dilarang oleh penguasa setempat pada masa itu (Batalyon X). Dengan dihapusnya pemakaian Topeng itu maka hapuslah babak Ngajantuk itu sampai sekarang. Walaupun demikian pemakaian kata Topeng tetap dipakai untuk penamaan kesenian Topeng Banjet. (Wawancara dengan Bapak Sangkun Taryana pada tanggal, 08 Agustus 2015).

Topeng Banjet merupakan salah satu kesenian teater tradisional yang serumpun dengan Topeng Betawi, Topeng tambun, Topeng Bekasi, dan Topeng cisalak, pertunjukan Topeng Banjet terbagi dalam beberapa bagian babak, yaitu pertama aktraksi musik, musik dan lagu, ronggeng menari bobodoran dan cerita. Cirita-cerita dalam kesenian ini yaitu cerita roman, cerita sejarah, cerita legenda, penampilan cerita dalam pertunjukan ini khususnya dalam cerita selalu disertai gerak-gerak pencak silat. Gerak-gerak pencak ini diambil dari aliran cimande, serah, sabandar.

Sekaitan dengan itu dilihat dari perkembangannya, gerakan pencak pada cerita topeng ini lebih mengandung nilai-nilai hiburan dan pendidikan, tapi juga dibawakan dengan gaya humor yang memikat. Terutama pada Ibing Pencak sebelum membawakan lakon cerita bersifat roman yang dapat menghibur penonton. Kedudukan ibing pencak pada Topeng ini dapat dikatakan sebagai tarian yang senantiasa harus disajikan pada setiap pergelarannya. Ibing pencak ini dimakasudkan untuk bubuka atau untuk mengantarkan peran (tokoh) pada setiap pelaku dalam cerita yang dibawakan. Pada intinya ibing pencak ini gerakannya digunakan atau dijadikan pijakan bagi para tokoh hitam dan putih sebagai penggambaran yang jahat dan yang baik.

Mengamati perkembangan zaman tentang keunikan-keunikan yang terdapat pada pertunjukan topeng pendul terutama pada ibing pencaknya pada aliran-aliran tersebut tidak memiliki pakem pakem yang sama karena sudah dikembangkan, terlihat dari aliran cimande mesikipun mengacu pada aliran tersebut bahwa lakon yang dibawakan lebih kepada gerak pencak silat raehan karena sudah mengalami perkembangan dari sumber.


(10)

Neng Iramaya, 2015

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti akan membatasi objek penelitian kepada salah satu grup kesenian Topeng Pendul di Kabupaten Karawang, dipilihnya grup ini ada beberapa pertimbangan yang menjadi alasan peneliti yaitu selain kesediaan waktu yang tersedia, juga keterbatasan pandangan peneliti. Alasan lain yang dapat peneliti kemukakan bahwa objek kajian tentang Pencugan Ibing Pencak pada kesenian Topeng Pendul Kabupaten Karawang belum diteliti, baik di luar maupun di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Dengan demikian, peneliti menentukan judul “IBING PENCAK PADA PERTUNJUKAN LAKON TOPENG PENDUL. ”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, peneliti memandang perlu mengidentifikasi permasalahan dalam Topeng Pendul, selain lakon senantiasa membawakan Ibing Pencak dalam penyajiannya. Atas dasar itu yang dikaji dan di identifikasi dalam penelitian ini meliputi. penyajian dan ragam gerak.

Untuk menghindari kesalahpahaman dan terfokus pada objek yang diteliti, maka penelitian ini dirumuskan kedalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana penyajian Ibing Pencak pada pertunjukan lakon Topeng Pendul di Kabupaten Karawang ?

2. Bagaiman ragam Ibing Pencak pada pertunjukan lakon Topeng Pendul di Kabupaten Karawang ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, yang dipaparkan sebagai berikut.

1. Tujuan Umum

Untuk mendeskripsikan dan memahami gambaran secara umum tentang Ibing Pencak pada pertunjukan lakon Topeng Pendul.


(11)

4

Neng Iramaya, 2015

IBING PENCAK PADA PERTUNJUKAN LAKON TOPENG PENDUL DI KABUPATEN KARAWANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tujuan dari penelitian ini yaitu :

a. Untuk mendeskripsikan penyajia Ibing Pencak pada pertunjukan Lakon Topeng Pendul di Kabupaten Karawang.

b. Untuk mendeskripsikan ragam gerak ibing pencak pada pertunjukan lakon Topeng Pendul di Kabupaten Karawang.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai kalangan diantaranya sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

Dapat menambah wawasan pengetahuan tentang Ibing Pencak dalam pertunjukan Topeng Pendul di Kabupaten Karawang berlandaskan pada teori-teori yang berlaku.

2. Manfaat Praktis a. Peneliti

Sebagai pengalaman dan pembelajaran yang merupakan salah satu upaya untuk menanamkan wawasan dan pengetahuan terhadappenelitian dengan melakukan penelian serta memperkenalkan kesenian Kabupaten Karawang kepada masyarakat umum.

b. Jurusan Pendidikan Seni Tari UPI

Memberikan kontribusi dalam menambah sumber pustaka yang dapat dijadikan bahan kajian dan bacaan bagi para mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia.

c. Sekolah atau guru

Sebagai alternatif pembelajaran di sekolah d. Para Pelaku Seni dan Seniman Tari

Untuk dapat menambah perbendaharaan ibing pencak yang seniman miliki serta dapat mengembangkannya sebagai bahan untuk menambah bahan pertunjukan yang seniman akan tampilkan.


(12)

Neng Iramaya, 2015

Manfaat bagi masyarakat khusunya masyarakat Karawang yaitu Karawang mempunyai tarian baru yang dapat dijaga dan dilestraikan serta dikembangkan oleh masyarakat Karawang. Dapat menjadi icon untuk wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Karawang.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Bab I Penndahuluan. Bab ini berisi uraian secara rinci mengenai latar belakang penelitian yang menjadi alasan peniliti sehingga tertarik untuk melakukan penelitian yang ditujukan sebagai bahan penilitian skripsi dari rumusan masalah yang diuraikan dalam beberapa pertanyaan penelitian yang dilakukan, metode penelitian serta struktur organisasi dalam penyusunan skripsi.

Bab II Kajian pustaka. Pada bab ini peniliti memaparkan secara lebih terperini mengenai teori yang berhubungan dengan permasalahan-permasalahan dalam penelitian ini. Kajian-kajian yang bersifat teoretis tersebut dijadikan landasan pemikiran yang relevan dengan permasalahan dalam skripsi mengenai pertunjukan Ibing Pencak pada lakon Topeng Pendul di kabupaten Karawang.

Bab III, Metode penelitian dalam bab ini membahas mengenai metode dan tehnik penelitian yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini. Lebih lanjut peniliti dalam bab ini menguraikan tahapan-tahapan yang dilakukan oleh peniliti dalam melakukan penelitian yang berisi langkah-langkah dari mulai persiapan sampai langkah terakhir dalam penelitian ini.

Bab IV, Kesenian Topeng Pendul, bab ini akan diuaraikan mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan. Dalam bab ini peniliti memaparkan semua hasil penelitian dalam bentuk uraian deskritif yang ditunjukan agar semua keterangan yang diperoleh dari bab pembahasan ini akan dijelaskan secara rinci. Adapun pemaparan dalam bagian ini akan dijelaskan diantaranya: pertama mengenai gambaran umum daerah Karawang. Kedua struktur Ibing Pencak pada pertunjukan lakon Topeng Pendul yang berada di Kabupaten Karawang.

Bab V, Kesimpulan. Pada bab terakhir peniliti mengungkapkan kesimpulan dari hasil pembahasan, yang berisi mengenai interprestasi peniliti terhadap kajian yang menjadi bahan penelitian yang disertai analisis peniliti dalam membuat sebuah kesimpulan atas jawaban-jawaban dari rumusan masalah.


(13)

6

Neng Iramaya, 2015

IBING PENCAK PADA PERTUNJUKAN LAKON TOPENG PENDUL DI KABUPATEN KARAWANG


(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan tentang motode penelitian deskriptif analisis, pendekatan kualitatif, serta teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis dengan pendekatan kualitatif, yang dipahami peneliti berupaya mendekripsikan Ibing Pencak pada Pertunjukan Lakon Topeng Pendul berdasarkan identitas dan fungsi kesenian di tengah-tengah masyarakat penyangganya. Lebih khusus peneliti ingin memperoleh sejumlah data tentang kelompok seni Topeng Pendul di Kabupaten Karawang yang disinyalir masih tetap bertahan dengan keaslian bentuk penyajiannya dan memiliki fungsi sebagai pelengkap dalam kegiatan masyarakat secara adat.

Penelitian dengan menggunakan metode deskritif analisis ialah “penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan imformasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu

keadaan segala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan”. (Arikunto, 2005:45).

Penelitian deskritif analisis juga merupakan gambaran yang sistematik, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta ciri khas tertentu yang terdapat dalam objek penelitan. Dengan kata lain, penelitian dapat mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa kejadian yang terjadi pada saat sekarang sesuai temuan di lapangan.

A. Desain Penelitian

Didalam sebuah penelitian diperlukan suatu metode. Metode merupakan suatu cara yang akan digunakan untuk menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian. Hal tersebut dapat diperoleh melalui teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data.Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Menurut Sugiyono (2008, hlm. 105):

Metode desktiptif analisis merupakan metode penelitian dengan cara mengumpulkan data-data sesuai dengan yang sebenarnya kemudian data-data tersebut disusun, diolah dan dianalisis untuk dapat memberikan gambaran mengenai masalah yang ada.

Adapun dalam penelitian ini, peniliti menggunakan pendekatan kualitatif. Sugiyono (2013, hlm. 15) mengungkapkan :


(15)

2

Neng Iramaya, 2015

IBING PENCAK PADA PERTUNJUKAN LAKON TOPENG PENDUL DI KABUPATEN KARAWANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting); disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya bersifat kualitatif.

B. Partisipan dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelompok Seni Sinar Pusaka Warna, Pimpinan Bapak Sahrul , yang berlokasi di Dusun Wagir Jengkol, Desa Lemah Karya , Kecamatan Tempura Kabupaten Karawang. Dalam melakukan penelitian di kelompok itu, peneliti terlebih dahulu mengobserpasi tentang Ibing Pencak pada pertunjukan lakon Topeng Penduldi Kabupaten Karawang.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah Topeng Pendul. Kesenian Topeng Pendul I yang dipimpin oleh, bapak Syahrul. Alasan peneliti memilih Kesenian Topeng dengan alasan Pencugan Ibing Pencak Topeng belum di teliti dan dan bahwa Topeng Pendul termasuk kelompok seni yang masih eksis hingga kini dan masih mempertahankan idom-idiom penyajian seni tari.

D. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat peneliti adalah peneliti itu

sendiri.Oleh karena itu peneliti sebagai instrument juga harus “di validasi” seberapa jauh peneliti

kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Nasution (1998) dalam Sugiyono (2013, hlm. 306), menyatakan:

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti.Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semua tidak dapat ditentukan secara


(16)

pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu, dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu,, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai satu-satunya yang dapat mencapainya.

Menurut Nasution (Sugiyono, 2013, hlm. 307), Peneliti sebagai instrument peneliti serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi peneliti.

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.

4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan untuk mentest hipotesis yang timbul seketika.

6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau pelakan

7. Dalam penelitian dengan menggunakan test atau angket yang bersifat kuantitatif yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantitatifkan agar dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu tidak dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka.

Adapun teknik pengumpulan data yang dimaksud dalam proses penelitian ini sebagai berikut.


(17)

4

Neng Iramaya, 2015

IBING PENCAK PADA PERTUNJUKAN LAKON TOPENG PENDUL DI KABUPATEN KARAWANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Observasi

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan (Sutrisno Hadi 1986, dalam Sugiyono 2013, hlm 203). Observasi dalam penelitian ini dilaksanakan dikelompok seni Sinar Pusaka Warna, pimpinan bapak Syahrul alamat Dusun Wagir Jengkol, Desa Lemah Karya, Kecamatan Tempura Kabupaten Karawang.

Adapun hal-hal yang akan diobservasi oleh peneliti adalah Ibing Pencak pada Pertunjukan LakonTopeng Pendul yang berada di Kabupaten Karawang.Dalam sebuah observasi harus mengamati berbagai aspek yang berada di lapangan, agar dapat menghasilkan suatu penelitian yang ilmiah dan dapat dipertanggung jawabkan oleh peneliti. Dalam obserpasi ini peneliti melakukan pengamatan secara langsung terhadap subjek dan objek penelitian yaitu Topeng Pendul di Kelompok Sinar Pusaka Warna Karawang yang dilakukan:

a. Pada bulan Februari 2015 peneliti meminta izin untuk melakukan penelitian dan mewawancarai narasumber yang bernama Bapak Dalang Sangkun sebagai pengasuh kelompok Sinar Pusaka Warna. Informasi yang didapatkan yaitu mengenai sejarah kesenian Topeng Pendul, pada Ibing Pencak pertunjukan lakon Topeng Pendul.

b. Pada bulan Maret 2015, Peneliti melakukan wawancara kepada Ibu Iyat, melakukan pengamatan pada pertunjukan kesenian Topeng Pendul yang dipertunjukkan dalam acara hajatan di KabupatenKarawang. Hasil pengamatan berupa foto-foto dan vidio pertunjukan. 2. Wawancara

Selain teknik observasi, penelitian ini juga menggunakan teknik wawancara.Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab kepada narasumber yang terkait. Peneliti melakukan wawancara yang berkaitan dengan Ibing Pencak Pada Pertunjukan Lakon Topeng Pendul di Kabupaten Karawang. Dalam penelitian ini, peneliti menjadikan Grup Sinar Pusaka Warna, pimpinan bapak Sahrul sebagai informan, dimana peneliti mendapatkan informasi lengkap dari informan tesebut.

Wawancara ini dilakukan di Kabupaten Karawang.Dalam wawancara ini peneliti menggunakan wawancara secara terstruktur dan semistruktur. Esterberg (Sugiyono (2013, hlm. 319) mengemukakan beberapa macam wawancara yaitu:


(18)

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpulan data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternative jawabanya pun telah disiapkan.Dengan wawancara terstruktur ini pula, pengumpulan data dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data. Supaya setiap pewawancara mempunyai keterampilan yang sama, maka diperlukan training pada calon pewawancara. Wawancara semi terstruktur, jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori indepnden interview, di mana dalam pelaksanaanya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur.Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secaraterbuka, di mana fihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.

Peneliti mewawancarai orang yang terlibat langsung dengan Kesenian Topeng Pendul, diantaranya sebagai berikut.

a. Bapak Sangkun Taryana Selaku pengasuh dan sutradara kelompok Topeng Pendul, wawancara dilakukan pada tanggal 27 Februari 2015. Hasil wawancara tersebut yaitu mengenai ragam gerak Ibing Pencak pada pertunjukan lakon Topeng Pendul.

b. Ibu Iyat selaku Penari dan Pelatih Tari Topeng kelompok Sinar Pusaka Warna, pada tanggal 18 Maret 2015. Informasi yang didapatkan yaitu mengenai bentuk penyajian Ibing Pencak pada lakon Topeng Pendul.

3. Studi Dokumentasi

Dokumentasi dalam Kamus Besar Bahas Indonesia adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan informasi dalam bidang pengetahuan, pembelajaran atau pengumpulan bukti dan keterangan seperti gambar, kutipan, kliping dan bahan referensi lainnya.

Pedoman dokumentasi ini dilakukan untuk mendapatkan data yang sifatnya secara tertulis dilakukan untuk melengkapi data dari sebuah penelitian.Baik berupa foto, video, atau perekam suara yang digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan pada saat berlangsungnya kegiatan penelitian.

Dalam penelitian Ibing Pencak pada lakon Topeng Pendul di Kabupaten Karawang, peneliti mengumpulkan dokumentasi berupa foto-foto, vidio, rekaman wawancara, dan dokumen-dokumen sejarah Topeng Pendul. Arsip yang diperoleh tersebut akan membantu peneliti dalam menyeseikan penelitian ini, yang akhirnya akan dijadikan dokumentasi untuk


(19)

6

Neng Iramaya, 2015

IBING PENCAK PADA PERTUNJUKAN LAKON TOPENG PENDUL DI KABUPATEN KARAWANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memperkuat data dalam penelitian ini. Dalam proses pengumpulan data berupa dokumentasi, peneliti menggunakan alat bantu berupa kamera foto dan kamera vidio.

4. Studi Pustaka

Tujuan dari pedoman pustaka ini yaitu untuk mendapatkan teori-teori atau konsep-konsep yang ada hubungannya dengan penelitian dan dapat dijadikan landasan, dengan mengkaji dan menelaah buku-buku yang relevan dengan permasalahan yang akan dibahas sehingga diperoleh keterkaitan antara teori dan tujuan penelitian.

Pada kegiatan ini peneliti melakukan pencarian sumber-sumber informasi secara tertulis baik itu dari buku-buku sumber, artikel, skripsi yang berkaitan dengan masalah atau topik penelitian yang digunakan sebagai bahan studi yang melandasi penelitian, Ibing Pencak pada pertunjukan lakon Topeng Pendul diantaranya:

a. Buku Filsafat Seni karangan Jakob sumarjdo (2001). Buku ini membantu mengenai fungsi pertunjukan.

b. Buku Seni Pertunjukan Diera Globalisasi Karya Soedarsono (2000). Lebih lanjutnya studi pustaka yang digunakan tertera pada daftar pustaka.

c. Buku Pencak Silat Karya Drs. Sucipto, M.Kes. (2010). Lebih lanjutnya studi Pustaka yang digunakan tertera pada daftar pustaka.

E. Prosedur Penelitian

Sebelum dilakukannya teknik pengumpulan data secara observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka pada penelitian ini, langkah-langkah yang dilakukan sebelumnya sebagai berikut.

1. Pra Penelitian a. Survey

Pada kegiatan ini peneliti memilih masalah dan lokasi penelitian, selanjutnya menentukan identifikasi masalah. Peneliti melakukan survey pertama kali yaitu ke Dusun Wagir Jengkol , desa Lemah Karya, kecamatan Tempura, Kabupaten karawang. Survey yang dilakukan peneliti pertama kali yaitu mewawancarai bapak Sahrul sebagai pimpinan Sinar Pusaka Warna.


(20)

Sebelum memperoleh izin untuk penelitian, peneliti mengajukan judul dan rumusan masalah kepada dewan skripsi, setelah judul disetujui oleh dosen lalu mengajukan proposal.Proposal direvisi dan di setujui oleh dosen pembIbing kemudian diajukan kepada Ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari. Kemudian surat pengantar dari Ketua Jurusan diajukan kepada Dekan FPSD UPI Bandung, selanjutnya stelah mendapat izin Rektor UPI, selanjutnya setelah mendapatkan surat pengantar peneliti langsung menghubungi bapak Sahrul selaku pimpinan Sinar Pusaka Warna Di Kabupaten karawang.agar peneliti bisa langsung meneliti tentang Ibing pencak pada Pertunjukan Lakon Topeng Pendul di Kabupaten Karawang .

2. Pelaksanaan Penelitian a. Pengumpulan Data

Dalam melaksanakan kegiatan ini, peneliti langsung terjun langsung ke lapangan untuk memperoleh hasil yang akurat.Dlam proses pengumpulan sumber, peniliti lebih menitik beratkan kepada sumber lisan karena belum ada sumber tertulis yang khusus mengkaji tentang permasalahan yang dikaji, yaitu kesenian Topeng Pendul. Penggunaan sumber tertulis tetap dilakukan meskipun belum ada yang secara lemgkap membahas permasalahan yang dikaji, dengan tujuan untuk memudahkan analisis dengan penilitian ini. Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan dibawah ini:

1) Pengumpulan data secara tertulis

Pada tahap ini peneliti mencoba mencari sumber-sumber tertulis berupa buku-buku, skripsi dan dokumen-dokumen relevan yang sesuai dengan permasalahan penelitian.

2) Pengumpulan data sumber lisan.

Sumber lisan diperoleh peniliti dari kegiatan wawancara, pelaku atau orang yang peniliti wawancarai disebut narasumber, dalam penelitian ini nara sumber dikatagorikan menjadi dua, yaitu pelaku dan saksi.

3) Pengolahan Data

Setelah data diperoleh langsung dari lapangan peneliti melakukan pengolahan data agar mempermudah dalam menganalisis.


(21)

8

Neng Iramaya, 2015

IBING PENCAK PADA PERTUNJUKAN LAKON TOPENG PENDUL DI KABUPATEN KARAWANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4) Analisis

Seluruh data-data yang telah dipilih dan disederhanakan kemudian dianalisis dengan studi literatur atau studi dokumentasi yang dapat mendukung kepada masalah yang diangkat dalam penelitian

5) Pelaporan

Setelah semua data terkumpul dan sesuai dengan studi literatur dilakukan penarikan kesimpulan kemudian dideskripsikan dalam bentuk laporan sesuai dengan kerangka pedoman penilitian yang telah ditentukan.

3. Analisis Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan dalam Sugiyono (2013, hlm. 334), menyatakan sebagai berikut.

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analis data dengan menggunakan teknik triangulasi. Sugiyono (2013, hlm. 330) menyatakan sebagai berikut.

Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.Bila peneliti melakukan pengumpulan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

Triangulasi, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yangberbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.


(22)

Kegiatan analisis data dilakukan sepanjang penelitian dilaksanakan, dan terus menerus mulai dari pengumpulan data hingga akhir penelitian. Analisis Data dikumpulkan untuk mengatur, mengurutkan memberi kode atau tanda dan mengkatagorikan data sesuai kelompoknya.setelah semua data terkumpul secara detail baik dalam bentuk catatan, rekaman, atau bentuk lainnya, kemudian menganalisis data dengan langkah-langkah berikut:

a) Mengumpukan data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, studi pustaka dan dokumentasi mengenai permasalahan penelitian yaitutentang ragam gerak Ibing pencak dan struktur penyajian Ibing Pencak pada pertunukan lakon Topeng Pendul. Mengadakan data pemilihan yang benar-benar reprensentative, relevan, dengan tujuan penelitia.

b) Menganalisis data dengan menyesuaikan data membandingkan antara data hasil lapangan dan riterature atau sumber lain serta dokumen yang menunjang sehingga menghasilkan beberapa kesimpulan dipilah-pilah untuk disesuaikan dengan topik kajian utama yang diteliti dan menghasilkan kesimpulan dari permasalahan yang diteliti.

c) Memaparkan laporan atau penyusunan laporan kegiatan yang merupakan kegiatan akhir dari penelitian.

Langkah-langkah yang diambil dalam menganalisis data diantaranya: 1. Reduksi data

Kegiatan produksi data pada penelitian dilakukan dengan cara merangkum catatan-catatan lapangan dengan memilah hal-hal pokok yang berhubungan penyajian pertunjukan Ibing Pencak pada pertunjukan Topeng Pendul, rangkuman informasi dari lapangan itu kemudian disusun secara sistematis agar memberi gambaran mempermudah pelancaran kembali apabila sewaktu-waktu data diperlukan kembali.

2. Penyajian Data

Langkah selanjutnya setelah melakukan kegiatan reduksi data adalah penyajian data. Dalam penelitian ini, penyajian data dapat dilakukan dengan bentuk uraian singkat, hubungan antara kategori dan sejenisnya. Dalam penyajian data dapat dilakukan dengan teknik triangulasi. Triangulasi adalah penggambungan dari data yang telah kegiatannya saling berkaitan.


(23)

10

Neng Iramaya, 2015

IBING PENCAK PADA PERTUNJUKAN LAKON TOPENG PENDUL DI KABUPATEN KARAWANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Langkah terakhir yaitu penarikan kesimpulan. Kesimpulan ,merupakan tujuan utama dari analisis data yang dilakukan sejak awal, untuk memberi makna terhadap data yang telah

dianalisis. Kesimpulan disusun dalam bentuk pernyataan singkat, padat dan jelas agar mudah dipahami yang mengacu pada tujuan penelitian yaitu mendeskripsikan penjian pertunjukan Ibing Pencak pada pertunjukan lakon Topeng Pendul. Seluruh analisis data dilakukan secara rutin dan saling berkaitan dari awal sampai akhir penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti tidak

mengambil dari kesimpulan dari suatu informasi saja tetapi peneliti juga berupaya menggali informasi lebih dalam.


(24)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Topeng Pendul group Sinar Pusaka Warna yang dipimpin oleh bapak syahrul, asuahan bapak dalang Sangkun Taryana karawang.yang mempunyai struktur pertunjukan secara globalnya sama dengan group-group Topeng Pendul lain, tetapin secara detailnya mempunyai perbedaan yaitu khehasan masing-masing. Topeng pendul ini khususnya dalam Ibing Pencak atau pencugan yang dibawakan oleh seorang lakon lebih kepada pencak silat tepak dua parerdan, alairan yang dibawakan dalam ibing tersebut aliran cImande dan pekalongan yang menceritakan lakon putih dan hitam, dengan diiringi lagu buah kawung atau wangsit siliwangi.

Ibing pencak yang ditampilkan dalam topeng pendul yaitu tari kembang gadung, yang merupakan tari pembuka yang dtarikan oleh satu orang penari perempuan, tarian kedua adalah tari gaplek yang merupakan tari pokokdalam pertunjukan tari topeng pendul. Harus mempunyai basic dengan menggunakan idiom-idiom gerak tari topeng atau pencak silat. Adapun gerak-gerak yang ditampilkan lebihmenonjolkan gerak-gerak erotis dan goyang pinggul yang mengiurkan sehingga Para penonton terpesona akan gerakan tersebut, sehingga sekarang terkenal dengan

nama “goyang karawang”.

Lawak atau bobodoran ditampilkan untuk ,membuat para penonton senang, dan untuk mengundanggelak tawa penonton, tetapi didalam selalu memberikan nasehat atau wejangan kepara penonton. Pertunjukan ini ditampilkan sebelum lakon dimulai. Ada[pun lakon yang ditampilkan dalam Topeng Pendul diambil dari cerita roman.

Ibing Pencak pada pertunjukan lakon Topeng Pendul yang dibawakan oleh para jawara atau pendekar dan tokoh jahat dan anyek-anteknya disebut dengan pencugan atau Ibing Pencak raehan atau ngawahan pemeran untuk menarik simpati penonton sebelum menyampaikan cerita. Ibing Pencak yang disajikan pemeran sesudah lagu pengantar yang dibawakan Sinden disebut dengan pencugan atau Ibing Pencak yang tidak ditata secara berpola seperti Tepak Dua atau Tepak tilu Paleredan dst. Tetapi mengandalkan kemanpuan masing-masing pemeran dalam kesungguhan mendalami perannya. Itulah sebabnya grup Topeng Pendul para pemainnya selalu


(25)

2

Neng Iramaya, 2015

IBING PENCAK PADA PERTUNJUKAN LAKON TOPENG PENDUL DI KABUPATEN KARAWANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berlatih diri untuk mengembangkan dan menimba ilmu dalam jurus gerak langkah Ibing Pencak gaya Topeng Pendul kepada para pendukungnya.

Dengan demikian bahwa para pemeran dalam lakon Topeng Pendul disyaratkan harus mengusai gerakan langkah dalam beberapa pola untuk dijadikan dasar dalam melakukan pencugan Ibing Pencak.

Ibing Pencak pada pertunjukan lakon Topeng pendul, yang dipimpin oleh bapak Syahrul, lebih banyak menggunakan ragam gerak pola langkah. Gerak langkah adalah teknik perpindahan atau pengubah posisi disertai kewaspadaan mental dan indra secara optimal untuk mendapatkan posisi yang menguntungkan kedalam rangka mendekati atau menjauhi lawan untuk kepentingan serangan dan belaan. Dalam pelaksanaannya selalu dikombinasikan dengan sikap tubuh dan sikap tangan.

Pencak Silat yaitu seni bela diri yang tumbuh danberkembang di Indonesia, saat ini pencak silat juga diklaen sebagai beladiri khas melayu, yakni Indosian Maleisia dan Brunei Darulsalam. Isilah pencak pada umumnya digunakan oleh masyarakat di pulau jawa, Madura dan Bali. Aliran pencak silat yang berasal dari Jawa Barat adalah Cimande, Cikalong, Sabandar dan Sera. Dan aliran tersebut terangkum dalam suatu sistem yang utuh terdiri dari sejarah landasan sosiologis, strategis, taktik dan teknik.

Kostum atau busana yang digunakan dalam pertunjukan Topeng Pendul. Sudah di desain khusus, yang disesuaikan dengan kebutuhan menurut peran masing-masing. Adapun iringan yang digpakai dalamngunakan topeng pendul menggunakan iringan lagu-lagu jaipongan atau ketuk tilu, dan gamelan yang dipakaipun menggunakan gamelan komplit.

B. Rekomendasi

Kehidupan topeng banjet pendul kabupaten karawang, pada saat ini nyaris mendapatkan kendala, hal ini disebabkan sebagian pemain seniornya sudah tidak ada (meninggal dunia). Padahal kehadiran topeng pendul masih dighandrungi oleh masyarakatnya, oleh karena itu perlu


(26)

langkah-langkah yanyg tepat untuk menghidupkan kembali atau mermperdayakan kembali group topeng pendul pada masyarakat pendukungnya, karena dari kendala tersebut topeng yang di pimpin oleh alm bapak jaya, menjadi pecah belah kedalam tiga group sanggar yang berbeda, yaitu sekarang terdapat sanggar di kampung lemah duhur yang dipimpin oleh bapak sahrul dari putra alm.bapak jaya. Dan sanggar sinar pusaka warna yang dipimpin oleh bapak icam, asuhan bapak dalang sukan taryana yang beralamat di kampung bayur desa lemah duhur, kecamatan tempuran kabupaten karawang. Oleh karena itu perlu lankah-langkah yang tepat untuk mnghidupkan kembali atau memperdayakan kembali group topeng pendul pada masyarakat pendukungnya, diantaranya:

1. Bagi pemerintah

a. Untuk membina dan mengembangkan kesenian topeng pendul di kabupaten karawang, perlu perhatian dari pemerintah atau instansi terkait melalui suatu kegitan pengkajian tentang kehidupan topeng banjet dikarang yang hasilnya dapat dijadikan sumber informasi bagi setian orang yang membutuhkannya.

b. untuk memperluas dawrah pengenalan topeng banjet di kabupaten karawang, perlu kiranya dicari langkah-langkah yang tepat dengan kegiatan pestipal atau bentuk lainnya, dapat mengacu pada seniman untuk meningkatkan garapan seninya.

2. Bagi seniman topeng pendul

a. pembinaan terhadap anggota junior

b. mengembalikan fungsi utama topeng banjet yang pada masa orde baru nyaris menjadi media propaganda pihak tertentu \

c. mengemas kembali sedemikian rupa dari unsur seni tari musik, rias, dan busan, untuk menghemat waktu lakon tidak terlalu panjang, sehingga lakon yang tidak terlalu panjang, dikemas kembali agar tidak terlalu mengulur waktu pertunjukannya.


(27)

1

Neng Iramaya, 2015

IBING PENCAK PADA PERTUNJUKAN LAKON TOPENG PENDUL DI KABUPATEN KARAWANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Narawati, Tati dan Masunah, Juju. (2012). Seni dan Pendidikan Seni. Bandung: Pusat Penenlitian dan Pengembangan Pendidikan Seni Tradisional (P4ST) UPI.

Wayan, I Dibi. (2006). Tari Komunal. Jakarta: Lembaga Pendidikan Seni Nusantara

Sedyawati, Edi dkk. (2002). Menimbang Praktek Pertukaran Budaya. Jakarta: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Murgiyanto, Sal dkk. (2003). Mencermati Seni Pertunjukan I. Surakarta: STSI Surakarta.

Sedyawati, Edi dkk. (1986). Pengetahuan Elementer Tari dari Beberapa Masalah Tari. Jakarta: Direktorat Kesenian Proyek Pengembangan Kesenian Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sugiyono, (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: ALFABETA Solich, dkk. (2004). Kerajinan Tangan dan Kesenian. Jakarta: Erlangga

Laelasari, Elly dan Sabaria, Ria. (2010). Praktik Seni Tari. Jakarta: Pusat Perbukuan Kementrian Pendidikan Nasional.

Ulya, Wilda. (2014). Kajian Etnokoreologi Tari Lage Pangalasan di Sanggar Pamanah Rasa Pandeglang Banten. Bandung: Skripsi.

Maulani, Neneng. (2011). Tari Bayu-Bayu Pada Grup Putra Mandiri Jaya di Kampung Ciranggon Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang. Bandung: Skripsi.

Rianti, Susan . (2011). Pertunjukan Kesenian Dodombaan “Panglipur Manah Sauyunan di

Kabupaten Garut”.

Supriyatna, Agus. (1996) . Topeng Banjet Bang Pendul Kabupaten Karawang.

Tisnawerdaya, Lindawati. (2010). Tari Dadung dalam Upacara Seren Taun di Kelurahan Cigugur Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan.


(28)

Yuliawati, Teti . (2002). Topeng Banjet Baskom di Kampung Karang Jati Desa Karang Jaya Kecamatan Pedes Kabupaten Karawang.


(1)

Neng Iramaya, 2015

IBING PENCAK PADA PERTUNJUKAN LAKON TOPENG PENDUL DI KABUPATEN KARAWANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Langkah terakhir yaitu penarikan kesimpulan. Kesimpulan ,merupakan tujuan utama dari analisis data yang dilakukan sejak awal, untuk memberi makna terhadap data yang telah

dianalisis. Kesimpulan disusun dalam bentuk pernyataan singkat, padat dan jelas agar mudah dipahami yang mengacu pada tujuan penelitian yaitu mendeskripsikan penjian pertunjukan Ibing Pencak pada pertunjukan lakon Topeng Pendul. Seluruh analisis data dilakukan secara rutin dan saling berkaitan dari awal sampai akhir penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti tidak

mengambil dari kesimpulan dari suatu informasi saja tetapi peneliti juga berupaya menggali informasi lebih dalam.


(2)

Neng Iramaya, 2015

IBING PENCAK PADA PERTUNJUKAN LAKON TOPENG PENDUL DI KABUPATEN KARAWANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Topeng Pendul group Sinar Pusaka Warna yang dipimpin oleh bapak syahrul, asuahan bapak dalang Sangkun Taryana karawang.yang mempunyai struktur pertunjukan secara globalnya sama dengan group-group Topeng Pendul lain, tetapin secara detailnya mempunyai perbedaan yaitu khehasan masing-masing. Topeng pendul ini khususnya dalam Ibing Pencak atau pencugan yang dibawakan oleh seorang lakon lebih kepada pencak silat tepak dua parerdan, alairan yang dibawakan dalam ibing tersebut aliran cImande dan pekalongan yang menceritakan lakon putih dan hitam, dengan diiringi lagu buah kawung atau wangsit siliwangi.

Ibing pencak yang ditampilkan dalam topeng pendul yaitu tari kembang gadung, yang merupakan tari pembuka yang dtarikan oleh satu orang penari perempuan, tarian kedua adalah tari gaplek yang merupakan tari pokokdalam pertunjukan tari topeng pendul. Harus mempunyai basic dengan menggunakan idiom-idiom gerak tari topeng atau pencak silat. Adapun gerak-gerak yang ditampilkan lebihmenonjolkan gerak-gerak erotis dan goyang pinggul yang mengiurkan sehingga Para penonton terpesona akan gerakan tersebut, sehingga sekarang terkenal dengan nama “goyang karawang”.

Lawak atau bobodoran ditampilkan untuk ,membuat para penonton senang, dan untuk mengundanggelak tawa penonton, tetapi didalam selalu memberikan nasehat atau wejangan kepara penonton. Pertunjukan ini ditampilkan sebelum lakon dimulai. Ada[pun lakon yang ditampilkan dalam Topeng Pendul diambil dari cerita roman.

Ibing Pencak pada pertunjukan lakon Topeng Pendul yang dibawakan oleh para jawara atau pendekar dan tokoh jahat dan anyek-anteknya disebut dengan pencugan atau Ibing Pencak raehan atau ngawahan pemeran untuk menarik simpati penonton sebelum menyampaikan cerita. Ibing Pencak yang disajikan pemeran sesudah lagu pengantar yang dibawakan Sinden disebut dengan pencugan atau Ibing Pencak yang tidak ditata secara berpola seperti Tepak Dua atau Tepak tilu Paleredan dst. Tetapi mengandalkan kemanpuan masing-masing pemeran dalam kesungguhan mendalami perannya. Itulah sebabnya grup Topeng Pendul para pemainnya selalu


(3)

Neng Iramaya, 2015

IBING PENCAK PADA PERTUNJUKAN LAKON TOPENG PENDUL DI KABUPATEN KARAWANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berlatih diri untuk mengembangkan dan menimba ilmu dalam jurus gerak langkah Ibing Pencak gaya Topeng Pendul kepada para pendukungnya.

Dengan demikian bahwa para pemeran dalam lakon Topeng Pendul disyaratkan harus mengusai gerakan langkah dalam beberapa pola untuk dijadikan dasar dalam melakukan pencugan Ibing Pencak.

Ibing Pencak pada pertunjukan lakon Topeng pendul, yang dipimpin oleh bapak Syahrul, lebih banyak menggunakan ragam gerak pola langkah. Gerak langkah adalah teknik perpindahan atau pengubah posisi disertai kewaspadaan mental dan indra secara optimal untuk mendapatkan posisi yang menguntungkan kedalam rangka mendekati atau menjauhi lawan untuk kepentingan serangan dan belaan. Dalam pelaksanaannya selalu dikombinasikan dengan sikap tubuh dan sikap tangan.

Pencak Silat yaitu seni bela diri yang tumbuh danberkembang di Indonesia, saat ini pencak silat juga diklaen sebagai beladiri khas melayu, yakni Indosian Maleisia dan Brunei Darulsalam. Isilah pencak pada umumnya digunakan oleh masyarakat di pulau jawa, Madura dan Bali. Aliran pencak silat yang berasal dari Jawa Barat adalah Cimande, Cikalong, Sabandar dan Sera. Dan aliran tersebut terangkum dalam suatu sistem yang utuh terdiri dari sejarah landasan sosiologis, strategis, taktik dan teknik.

Kostum atau busana yang digunakan dalam pertunjukan Topeng Pendul. Sudah di desain khusus, yang disesuaikan dengan kebutuhan menurut peran masing-masing. Adapun iringan yang digpakai dalamngunakan topeng pendul menggunakan iringan lagu-lagu jaipongan atau ketuk tilu, dan gamelan yang dipakaipun menggunakan gamelan komplit.

B. Rekomendasi

Kehidupan topeng banjet pendul kabupaten karawang, pada saat ini nyaris mendapatkan kendala, hal ini disebabkan sebagian pemain seniornya sudah tidak ada (meninggal dunia). Padahal kehadiran topeng pendul masih dighandrungi oleh masyarakatnya, oleh karena itu perlu


(4)

Neng Iramaya, 2015

IBING PENCAK PADA PERTUNJUKAN LAKON TOPENG PENDUL DI KABUPATEN KARAWANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

langkah-langkah yanyg tepat untuk menghidupkan kembali atau mermperdayakan kembali group topeng pendul pada masyarakat pendukungnya, karena dari kendala tersebut topeng yang di pimpin oleh alm bapak jaya, menjadi pecah belah kedalam tiga group sanggar yang berbeda, yaitu sekarang terdapat sanggar di kampung lemah duhur yang dipimpin oleh bapak sahrul dari putra alm.bapak jaya. Dan sanggar sinar pusaka warna yang dipimpin oleh bapak icam, asuhan bapak dalang sukan taryana yang beralamat di kampung bayur desa lemah duhur, kecamatan tempuran kabupaten karawang. Oleh karena itu perlu lankah-langkah yang tepat untuk mnghidupkan kembali atau memperdayakan kembali group topeng pendul pada masyarakat pendukungnya, diantaranya:

1. Bagi pemerintah

a. Untuk membina dan mengembangkan kesenian topeng pendul di kabupaten karawang, perlu perhatian dari pemerintah atau instansi terkait melalui suatu kegitan pengkajian tentang kehidupan topeng banjet dikarang yang hasilnya dapat dijadikan sumber informasi bagi setian orang yang membutuhkannya.

b. untuk memperluas dawrah pengenalan topeng banjet di kabupaten karawang, perlu kiranya dicari langkah-langkah yang tepat dengan kegiatan pestipal atau bentuk lainnya, dapat mengacu pada seniman untuk meningkatkan garapan seninya.

2. Bagi seniman topeng pendul

a. pembinaan terhadap anggota junior

b. mengembalikan fungsi utama topeng banjet yang pada masa orde baru nyaris menjadi media propaganda pihak tertentu \

c. mengemas kembali sedemikian rupa dari unsur seni tari musik, rias, dan busan, untuk menghemat waktu lakon tidak terlalu panjang, sehingga lakon yang tidak terlalu panjang, dikemas kembali agar tidak terlalu mengulur waktu pertunjukannya.


(5)

Neng Iramaya, 2015

IBING PENCAK PADA PERTUNJUKAN LAKON TOPENG PENDUL DI KABUPATEN KARAWANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Narawati, Tati dan Masunah, Juju. (2012). Seni dan Pendidikan Seni. Bandung: Pusat Penenlitian dan Pengembangan Pendidikan Seni Tradisional (P4ST) UPI.

Wayan, I Dibi. (2006). Tari Komunal. Jakarta: Lembaga Pendidikan Seni Nusantara

Sedyawati, Edi dkk. (2002). Menimbang Praktek Pertukaran Budaya. Jakarta: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Murgiyanto, Sal dkk. (2003). Mencermati Seni Pertunjukan I. Surakarta: STSI Surakarta.

Sedyawati, Edi dkk. (1986). Pengetahuan Elementer Tari dari Beberapa Masalah Tari. Jakarta: Direktorat Kesenian Proyek Pengembangan Kesenian Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sugiyono, (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: ALFABETA Solich, dkk. (2004). Kerajinan Tangan dan Kesenian. Jakarta: Erlangga

Laelasari, Elly dan Sabaria, Ria. (2010). Praktik Seni Tari. Jakarta: Pusat Perbukuan Kementrian Pendidikan Nasional.

Ulya, Wilda. (2014). Kajian Etnokoreologi Tari Lage Pangalasan di Sanggar Pamanah Rasa Pandeglang Banten. Bandung: Skripsi.

Maulani, Neneng. (2011). Tari Bayu-Bayu Pada Grup Putra Mandiri Jaya di Kampung Ciranggon Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang. Bandung: Skripsi.

Rianti, Susan . (2011). Pertunjukan Kesenian Dodombaan “Panglipur Manah Sauyunan di Kabupaten Garut”.

Supriyatna, Agus. (1996) . Topeng Banjet Bang Pendul Kabupaten Karawang.

Tisnawerdaya, Lindawati. (2010). Tari Dadung dalam Upacara Seren Taun di Kelurahan Cigugur Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan.


(6)

Neng Iramaya, 2015

IBING PENCAK PADA PERTUNJUKAN LAKON TOPENG PENDUL DI KABUPATEN KARAWANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Yuliawati, Teti . (2002). Topeng Banjet Baskom di Kampung Karang Jati Desa Karang Jaya Kecamatan Pedes Kabupaten Karawang.