PERBEDAAN KEMAMPUAN BERFIKIR MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DENGAN PEMBELAJARAN LANGSUNG KELAS VIII MTS AL-ULUM MEDAN 2014/ 2015.

(1)

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Perbedaan Kemampuan Berfikir Matematis Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing dengan Pembelajaran Langsung Kelas VIII MTs Al-Ulum Medan 2014/2015”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu sudah sewajarnya apabila penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. P. Siagian, M.Pd selaku pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini sejak rencana penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan pada Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si dan Ibu Dr. Yulita Molliq Rangkuti,S.Si, M.Sc, selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan, beserta jajarannya. Ibu Dra. Nurliani Manurung, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik yang selama ini telah memberikan bimbingan dan saran selama perkuliahan berlangsung. Bapak Drs. Syafari, M.Pd sebagai Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si sebagai Sekretaris Jurusan Matematika, Bapak Drs.Zul Amry, M.Si sebagai Ketua Prodi Pendidikan Matematika, Bapak dan Ibu Dosen yang telah banyak memberikan ilmunya kepada penulis. Ucapan terima kasih kepada Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D selaku Dekan FMIPA berserta jajarannya dan seluruh staff pegawai UNIMED.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Riadi Lubis selaku Kepala Sekolah, Ibu Juliati,S.Pd dan Ibu Annisa S.Pd yang telah memberi izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah MTs Al-Ulum Medan. Ucapan terima kasih juga kepada Bapak Hendro Hartono, S.Pd selaku Guru Matematika MTs Al-Ulum Medan.

Teristimewa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ayahanda Tercinta Chairil Anwar dan Ibunda Rismalita yang banyak memberikan bantuan moril, materil, dukungan dan motivasi serta doa demi keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga kepada kakak tercinta Kenny Sartika adik- adikku Rezza Pahlevi, Helen Sartika, dan Zahwa Zahara Fadhly, Yaya, Riri, Ibu Elisa, tante Evi Kiswari, tante Yenny,Uo


(3)

Herry, Bunda Dince Soviana dan semua keluarga besar yang selalu memberikan dukungan dan motivasi.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada sahabat-sahabat terbaik penulis (Aryanti dwi astuti, Betri susi elfina, Hafni rahmanita, Isnaini ulfa, Ikram, Maulana akbar, Aulia rahman, M.Alfiansyah) kawan-kawan seperjuangan (Fatmah, Ika, Linda, Nely, Mora, Shaoqi, Khairul Sakti Lubis, M. Arif Tirtana) serta teman-teman di Keluarga Besar Matematika DIK B 2010. Penulis juga tidak lupa berterima kasih kepada kakak stambuk 2009 (Ria maulina) adik- adik stambuk 2012 khususnya Ekstensi A, Ekstensi B, dan DIK B 2012 yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut memberi semangat dan bantuan kepada penulis.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.

Medan, Agustus 2014 Penulis,


(4)

PE RBE DAAN KE MAMPUAN BERFI KI R MATE MATIS SI SWA MENGGUNAKAN MODEL PE MBEL AJARAN KOO PERATI F

TI PE BAMB OO DA NCING DENGAN PEMBELAJARAN LANGS UNG KEL AS VII I MTs AL-UL UM

MEDAN 20 14/ 20 15

LOLLA SARTIKA (NIM 4101111028) ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan berfikir matematis siswa menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing lebih tinggi daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran Langsung di kelas VIII MTs Al-Ulum Medan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Al-Ulum Medan yang terdiri dari 2 kelas. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini ada dua kelas, yaitu kelas VIII-1 yang merupakan kelas kontrol sebanyak 32 orang dan kelas VIII-2 yang merupakan kelas eksperimen sebanyak 32 orang. Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran Langsung. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan essay test sebanyak 5 soal dan telah dinyatakan valid oleh tim ahli. Sebelum tes diujikan kepada siswa terlebih dahulu dilakukan perhitungan validitas dan reliabilitas tes. Dari hasil perhitungan reliabilitas diperoleh sebesar 0,8132 yang berarti soal yang diujikan reliabilitas tinggi. Sebelum pengujian hipotesis, terlebih dahulu diuji normalitas dan homogenitas data. Dari pengujian ini diperoleh bahwa sampel berasal dari populasi yang memiliki varians yang homogen dan berdistribusi normal. Dari analisis data pada kelas eksperimen diperoleh nilai rata-rata pretest 50,031 dan simpangan baku pretest 18,322 sedangkan nilai rata-rata postest 70,188 dan simpangan baku postest 13,895. Pada kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata pretest 46,750 dan simpangan baku pretest 19,629 sedangkan nilai rata-rata postest 63,813 dan simpangan baku postest 15,403. Dari analisis data postest dengan menggunakan uji-t pada taraf  = 0,05 diperolehthitung= 1,738 dan ttabel = 1,67 yang ternyatathitung > ttabel maka H0 ditolak dan Ha

diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa Terdapat perbedaan kemampuan berfikir matematis siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dengan kemampuan berfikir matematis siswa menggunakan model pembelajaran Langsung di kelas VIII MTs Al-Ulum Medan.


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Daftar Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Tabel ix

Daftar Bagan x

Daftar Gambar xi

Daftar Lampiran xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 8

1.3 Batasan Masalah 8

1.4 Rumusan Masalah 8

1.5 Tujuan Penelitian 8

1.6 Manfaat Penelitian 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis 10

2.1.1 Pengertian Belajar 10

2.1.2 Prinsip Belajar 12

2.1.3 Tujuan Belajar 12

2.1.4 Tipe Kegiatan Belajar 13

2.1.5 Hakikat Matematika 13

2.1.6 Pengertian Kemampuan 14

2.1.7 Pengertian Berfikir 15

2.1.8 Kemampuan Berfikir 16

2.1.9 Langkah- langkah Kemampuan Berfikir 19


(6)

2.1.11 Model Pembelajaran Kooperatif tipeBamboo Dancing 28

2.1.12 Model Pembelajaran Langsung 32

2.2 Materi Pembelajaran 34

2.2.1 Teorema Phytagoras 34

2.2.2 Langkah- langkah Pembelajaran Teorema Phytagoras

dengan Kemampuan Berfikir Matematis 37

2.3 Kerangka Konseptual 38

2.4 Hipotesis 40

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 41

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 41

3.2.1 Populasi Penelitian 41

3.2.2 Sampel Penelitian 41

3.3 Variabel Penelitian 42

3.4 Definisi Operasional 42

3.5 Jenis dan Desain Penelitian 43

3.6 Prosedur Penelitian 44

3.7 Teknik Pengumpul Data dan Instrumen Penelitian 47

3.7.1 Teknik Pengumpulan Data 47

3.7.1.1 Pretest 47

3.7.1.2 Postest 48

3.7.2 Instrumen Penelitian 49

3.7.2.1 Uji Validitas 50

3.7.2.2 Uji Reliabilitas 51

3.7.3 Validitas Internal 52

3.8 Teknik Analisis Data 53

3.8.1 Menghitung Rata-Rata Skor 53

3.8.2 Menghitung Standar Deviasi 53

3.8.3 Uji Normalitas 54 3.8.4 Uji

Homogenitas 55


(7)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 58

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 58

4.1.1 Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 59 4.1.2 Nilai Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 60

4.1.3 Uji Normalitas Data 63

4.1.4 Uji Homogenitas 63

4.1.5 Pengujian Hipotesis Kemampuan Berfikir 64

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 64

4.2.1 Kegiatan Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif TipeBamboo Dancingdan Langsung 64

4.2.2 Kemampuan Berfikir Matematis 67

4.2.3 Hubungan Antara Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif TipeBamboo Dancingdengan Aspek Kemampuan Berfikir

Matematis 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 70

5.1 Kesimpulan 70

5.2 Saran 70


(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 4. Diagram Rata-rata, Simpangan Baku, dan Varians Nilai

Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 57 Gambar 5. Diagram Rata-rata, Simpangan Baku, dan Varians Nilai

Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 59 Gambar 6. Gambar Rata- rata Nilai Pretest dan postest Kedua Kelas 60 Gambar 7.a Gambar Halaman depan MTs Al-Ulum Medan 185

Gambar 7.b Peneliti memberikan motivasi kepada siswa sebelum pelajaran 185 dimulai Gambar 7.c Peneliti memberikan Prestest kepada masing- masing siswa 186

Gambar 7.d Peneliti menjelaskan materi yang akan dipelajari pada pokok

bahasan theorema phytagoras 186

Gambar 7.e Peneliti membagi kelompokBamboo Dancingberdasarkan kemampuan awal

yang telah diuji 187

Gambar 7.f Siswa duduk berdasarkan kelompok yang telah dibagi 187 Gambar 7.g Peneliti mengarahkan beberapa siswa yang sulit mengerjakan

LAS 188

Gambar 7.h Salah satu siswa ditunjuk secara acak untuk mempersentasikan

hasil diskusi 188

Gambar 7.i Peneliti melempar pertanyaan bagi salah satu siswa kurang

tepat menjawab hasil dari LAS masing- masing kelompok 189 Gambar 7.j Guru memilih satu siswa secara acak untuk memberikan

kesimpulan akhir pelajaran yang telah berlangsung 189 Gambar7.k Kenang- kenangan selesai penelitian bersama guru- guru 190


(9)

DAFTAR BAGAN

Halaman Bagan 2.1 Bagan Kemampuan Berfikir Matematis 22

Bagan 2.2 Bagan Model Pembelajaran Kooperatif Bamboo Dancing 30

Bagan 3.1 Bagan Prosedur Penelitian 46


(10)

i

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. RPPBamboo Dancing - 1 74

Lampiran 2. RPPBamboo Dancing- 2 83

Lampiran 3. RPP Pembelajaran Langsung -1 101

Lampiran 4. RPP Pembelajaran Langsung -2 108

Lampiran 5. LAS-1 120

Lampiran 6. Alternatif Penyelesaian LAS-1 123

Lampiran 7. LAS-2 126

Lampiran 8. Alternatif Penyelesaian LAS-2 130

Lampiran 9. LAS-3 134

Lampiran 10. Alternatif Penyelesaian LAS-3 137

Lampiran 11. Kisi- kisi Pretest 140

Lampiran 12. Kisi- kisi Postest 141

Lampiran 13. Pretest 142

Lampiran 14. Alternatif Penyelesaian Pretest 144

Lampiran 15. Pedoman Penskoran Pretest 147

Lampiran 16. Postest 149

Lampiran 17. Alternatif penyelesaian Postest 151

Lampiran 18. Pedoman Penskoran Postest 155

Lampiran 19.a Lembar Validasi Pretest 157

Lampiran 19.b Lembar Validasi Pretest 159

Lampiran 20.a Lembar Validasi Postest 161

Lampiran 20.b Lembar Validasi Postest 163

Lampiran 21. Data uji reliabilitas dan validitas tes diagnostik 165 Lampiran 22. Perhitungan reliabilitas tes diagnostik 167 Lampiran 23. Perhitungan Validitas Tes Diagnostik 169 Lampiran 24. Data Kemampuan Berfikir Matematis Siswa Kelas

Eksperimen 170

Lampiran 25. Data Kemampuan Berfikir Matematis Siswa Kelas

Kontrol 172

Lampiran 26. Perhitungan Rata-Rata, Varians, dan Simpangan Baku Kemampuan Berfikir Matematis Siswa Kelas Eksperimen


(11)

ii

dan Kelas Kontrol 174

Lampiran 27. Perhitungan Uji Normalitas Data 177 Lampiran 28. Perhitungan Uji Homogenitas Data 183 Lampiran 29. Perhitungan Uji Hipotesis Kemampuan Berfikir Matematis

Siswa 186


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus- menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.

(Trianto, 2009:1).

Dewasa ini, dunia pendidikan khususnya matematika telah menjadi perhatian utama dari berbagai kalangan. Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai peranan penting dalam menunjang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuannya tidak saja menambah ilmu pengetahuan guna mempersiapkan diri memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi, tetapi juga berguna bagi kehidupan sehari-hari dan untuk ilmu pengetahuan lainnya.

Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan bahwa :

“Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang”.

Mengingat besarnya peranan matematika, maka tak heran jika pelajaran matematika diberikan pada setiap jenjang mulai dari prasekolah (TK), SD, SMP, SMA, sampai pada perguruan tinggi. Bahkan matematika dijadikan salah satu tolak ukur kelulusan siswa melalui diujikannya matematika dalam ujian nasional. Namun tingginya tuntutan untuk menguasai


(13)

matematika tidak berbanding lurus dengan kemampuan berfikir matematis siswa. Kenyataan yang ada menunjukkan kemampuan berfikir siswa dalam bidang studi matematika kurang menggembirakan (Soekisno; 2010).

Peneliti juga melakukan observasi dengan salah satu guru matematika di MTs Al-Ulum Medan (Bapak Hendro Hartono S.Pd) diperoleh keterangan bahwa kemampuan berfikir secara matematis siswa saat belajar matematika masih rendah pada pokok bahasan teorema phytagoras karena cukup menantang untuk dipelajari dan siswa dituntut untuk menemukan rumus phytagoras serta mengaplikasikannya. Pembelajaran yang dilakukan masih bersifat konvensional dan pembelajaran kooperatif jarang dilakukan apalagi menerapkan model pembelajaran kooperatif tipeBamboo Dancing.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu kesulitan untuk mempelajari matematika adalah rendahnya kemampuan berfikir matematis siswa. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka diperlukan upaya untuk meningkatkan kemampuan berfikir matematis siswa.

Kemampuan belajar siswa dipengaruhi oleh cara berfikir siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan belajar matematika yaitu matematika dianggap pelajaran yang sulit oleh siswa. Siswa juga menganggap matematika dalah pelajaran yang terlalu banyak berhitung dan penuh rumus serta membosankan. Hal ini menyebabkan siswa kurang berminat dalam mengikuti pelajaran matematika dan kurang antusias menerimanya. Siswa lebih bersifat pasif, enggan, takut, atau malu mengungkapkan ide-ide ataupun penyelesaian atas soal yang diberikan guru.

Akan tetapi ketakutan- ketakutan yang muncul dari siswa tidak hanya disebabkan siswa itu sendiri, tetapi juga disebabkan oleh ketidakmampuan guru menciptakan situasi yang mampu membawa siswa tertarik terhadap matematika. Oleh karena itu guru harus mencari cara yang dapat membuat siswa tertarik dalam mempelajari matematika (Abdurrahman, 2009:39).

Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak dari rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini


(14)

masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri penemuan dalam proses berfikirnya.

Dipihak lain secara empiris, berdasarkan hasil analisis penelitian terhadap rendahnya kemampuan berfikir matematis siswa yang disebabkan dominannya proses pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif. Meskipun demikian, guru lebih suka menerapkan model tersebut, sebab tidak memerlukan alat dan bahan praktik, cukup menjelaskan konsep- konsep yang ada pada buku ajar atau referensi lain.

Dalam hal ini, siswa tidak diajarkan strategi belajar yang dapat memahami bagaimana belajar, berfikir, dan memotivasi diri sendiri (self motivation), padahal aspek- aspek tersebut merupakan kunci keberhasilan dalam suatu pembelajaran. Masalah ini banyak dijumpai dalam kegiatan proses belajar mengajar di kelas, oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar yang dapat membantu siswa untuk memahami materi ajar dan aplikasi serta relevansinya dalam kehidupan sehari- hari.

Banyaknya kritik yang ditujukan pada cara guru mengajar yang terlalu menekankan pada penguasaan sejumlah informasi/ konsep belaka. Penumpukan informasi/ konsep pada subjek didik dapat saja kurang bermanfaat bahkan tidak bermanfaat sama sekali kalau hal tersebut hanya dikomunikasikan oleh guru kepada subjek didik melalui satu arah seperti menuang air ke dalam sebuah gelas. Tidak dapat disangkal, bahwa konsep merupakan suatu hal yang sangat penting, namun bukan terletak pada konsep itu sendiri, tetapi terletak pada bagaimana konsep itu dipahami oleh subjek didik. Pentingnya pemahaman konsep dalam proses belajar mengajar sangat memengaruhi sikap, keputusan, dan cara- cara memecahkan masalah. Untuk itu yang terpenting terjadi belajar yang bermakna dan tidak hanya seperti menuang air dalam gelas pada subjek didik.

Kenyataan di lapangan siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Lebih jauh lagi bahkan siswa kurang mampu menentukan masalah dan merumuskannya.

(Trianto, 2009:5).

Rendahnya kemampuan berfikir matematis siswa juga tidak terlepas dari kemampuan guru dalam mengajarkan matematika. Pembelajaran matematika yang cenderung abstrak, sementara itu kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa. Model pembelajaran yang berlangsung di sekolah masih berpusat pada guru seperti model pembelajaran Langsung. Di dalam pembelajaran langsung lebih ditekankan


(15)

kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.

Model ini lebih banyak diberikan melalui ceramah sehingga guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran dan dianggap efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas. Namun kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran juga sangat terbatas. Seharusnya kegiatan belajar mengajar ditentukan oleh kerjasama antara guru dan siswa. Guru diharapkan mampu menyajikan materi pelajaran dengan optimum.

Oleh karena itu diperlukan kreativitas dan gagasan yang baru untuk mengembangkan cara penyajian materi pelajaran di sekolah. Kreativitas yang dimaksud adalah kemampuan seorang guru dalam memilih metode, pendekatan, dan media yang tepat dalam penyajian materi pelajaran. Salah satu solusinya adalah menerapkan model pembelajaran kooperatif (Daniel; 2008).

Pembelajaran koperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan- bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas (Suprijono, 2010:54).

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan :

(1) “memudahkan siswa belajar” sesuatu yang “bermanfaat” seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama

(2) pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai.

(Suprijono, 2012:58).

Ada beberapa tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran matematika, diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing.


(16)

Model kooperatif tipe Bamboo Dancing merupakan model pembelajaran kooperatif dengan siswa duduk saling berjajar dan berhadapan. Kemudian masing-masing sepasang siswa yang berhadapan saling bertukar informasi pada saat yang bersamaan dan setelahnya siswa yang duduk di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung lainnya di jajaran yang lain sehingga jajaran ini akan bergeser mirip seperti dua potong bambu yang digunakan dalam Tari Bambu Fhilipina.(Lie; 2002).

Pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing serupa dengan metode inside outside circle. Pembelajaran diawali dengan pengenalan topik oleh guru. Guru bisa menuliskan topik tersebut di papan tulis atau dapat pula bertanya jawab apa yang di ketahui peserta didik mengenai topik itu. Kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif yang telah dimiliki peserta didik agar lebih siap menghadapi pelajaran yang baru.

Selanjutnya, guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar. Jika dalam satu kelas ada 40 orang, maka setiap kelompok besar terdiri dari 20 orang. Aturlah sedemikian rupa pada tiap-tiap kelompok besar yaitu 10 orang berdiri berjajar saling berhadapan dengan 10 orang lainnya yang juga dalam posisi berdiri berjajar. Dengan demikian di dalam tiap-tiap kelompok besar mereka saling berpasang-pasangan. Pasangan ini disebut sebagai awal. Bagikan tugas kepada setiap pasangan untuk dikerjakan atau dibahas. Pada kesempatan itu berikan waktu yang cukup kepada mereka agar mendiskusikan tugas yang diterimanaya .

Usai diskusi, 20 orang dari tiap-tiap kelompok besar yang berdiri berjajar saling berhadapan itu bergeser mengikuti arah jarum jam. Dengan cara ini tiap-tiap peserta didik akan mendapat pasangan baru dan berbagi informasi, demikian seterusnya. Pergeseran searah jarum jam baru berhenti ketika tiap-tiap peserta didik kembali ke pasangan asal.

Hasil diskusi di tiap-tiap kelompok besar kemudian dipresentasikan kepada seluruh kelas. Guru memfasilitasi terjadinya intersubjektif, dialog interaktif, tanya jawab dan sebagainya. Kegiatan ini dimaksudkan agar pengetahuan yang diperoleh melalui diskusi di tiap-tiap kelompok besar dapat diobjektivikasi dan menjadi pengetahuan bersama seluruh kelas .

Dengan menggunakan tipe ini diharapkan terjadi pemerataan informasi atau topik yang diketahui oleh siswa. (Suwarno; 2010), mengemukakan bahwa :

“Pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing sangat baik digunakan untuk mengajarkan berkaitan informasi-informasi awal guna mempelajari materi


(17)

selanjutnya. Tipe ini tampaknya sangat bermanfaat guna membangun kebersamaan antar siswa karena tidak terjadi persaingan, siswa saling berbagi informasi. Diskusi antar siswa terjadi pada saat berpasangan dan pada saat presentasi topik pelajaran. Hal ini sangat bermanfaat guna mengaktifan siswa”.

Karena Bamboo Dancing merupakan salah satu variasi atau tipe pembelajaran kooperatif maka semua prinsip dasar pembelajaran kooperatif melekat pada tipe ini. Ini berarti dalam Bamboo Dancing terdapat saling ketergantungan positif antar siswa, ada tanggung jawab perorangan, serta ada komunikasi antar anggota kelompok.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul“Perbedaan Kemampuan Berfikir Matematis Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing dengan Pembelajaran Langsung Kelas VIII MTs Al-Ulum Medan 2014/2015”.


(18)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Kemampuan berfikir matematis siswa pada pokok bahasan teorema Pythagoras yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeBamboo Dancing memiliki nilai rata-rata 70,188 dan yang diajarkan dengan model pembelajaran Langsung memiliki rata-rata 63,813. Secara statistik dengan menggunakan uji t disimpulkan bahwa kemampuan berfikir matematis siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing tinggi daripada kemampuan berfikir matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran langsung kelas VIII MTs Al-Ulum Medan, hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian hipotesis dimanathitung> ttabelyaitu 1,738 > 1,67.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan adalah : 1. Kepada guru matematika dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Bamboo Dancing sebagai salah satu alternatif pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemampuan berfikir matematis siswa dalam proses pembelajaran. 2. Kepada guru atau peneliti yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Bamboo Dancing sebaiknya lebih memperhatikan alokasi waktu yang ada agar seluruh tahapan pembelajaran dapat dikerjakan dengan baik sehingga pengaruhnya terhadap kemampuan berfikir matematis siswa lebih optimal.

3. Kepada calon peneliti berikutnya agar mengadakan penelitian yang sama dengan tingkatan kelas yang berbeda sehingga hasil penelitian dapat berguna bagi kemajuan pendidikan khususnya pendidikan matematika.


(19)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, (2009),Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, PT.Rineka Cipta, Jakarta. Asy’Ari, 2013, Pengaruh Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Open Ended Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Pada Materi Teorema Phytagoras Kelas VIII SMP Negeri 11 Tahun Ajaran 2012/2013, Skripsi, FMIPA, UNIMED, Medan.

Dahar, (2010), Kemampuan Belajar Anak Usia Dini,

https://www.google.com/search?q=dahar+model+pembelajaran+kooperatif.doc,Diaks es 5 mei 2014.

Daniel, (2008), Mind mapping dalam metode Quantum Learning pengaruhnya terhadap

prestasi belajar dan kreativitas,

http://www.snapdrive.net/files/564242/Bagian%20awal.doc.Diakses 2 Januari 2014. Gestalt, (2010), Collaborative Learning Modelm Pembelajaran Kooperatif Untuk

PengembanganKreativitas,http://www.siaksoft.net/index.php?Option=comconten&task =view&id=2498&itemid=101 Diakses 2 januari 2014.

Huda, (2011), Cooperative Learning : Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Hudojo, (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Universitas Negeri Malang, Malang.

Istarani, (2012),58 Model Pembelajaran Kooperatif, Penerbit CV Iscom, Medan. Lie, (2002),Cooperative Learning, PT.Grasindo, Jakarta.

Mina, (2006), Pengaruh Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Open-Ended Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa SMA Bandung, Tesis UPI, Bandung.

Sanjaya, (2005), Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta .

Setiawan, (2007),Penentuan Ukuran Sampel Memakai Rumus Statistika dan Tabel

Krejcle-Morgan : Teknik Konsep dan Aplikasinya,

https://www.google.com/search?q=statistika+setiawan&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:id:official&client=firefox-a&channel=fflb, Diakses 30 Januari 2014.

Soekisno, (2010),Penerapan Pembelajaran Siswa Terhadap Kemampuan Berfikir ,E-Jurnal, http://kimfmipa.unnes.ac.id/home/61-membangun keterampilan-komunikasi-matematika.html.Diakses 2 Januari 2014.


(20)

Sujanto, (2001), Berfikir Secara Sistematis Menggunakan Pembelajaran Efektif, https://www.google.com/search?q=sujanto+pembelajaran+efektif+sistematis&ie.doc.a c.id,Diakses 5 Mei 2014.

Sujono,(2011),https://www.google.com/search?q=sujono+kemampuan+berfikir+siswa+smp +karya+baru&ie=utf-co.doc, Diakses 5 Mei 2014.

Suprijono, (2010), Cooperative Learning : Teori & Aplikasi Paikem, Pustaka Belajar, Yogyakarta.

Suryabrata, (2002),https://www.google.com/search?q=suryabrata+berfikir+ dengan+cara+pemulihan+sekolah+menengah+atas&ie=utf-8&oe=utf 8&aq=t&rls=org,Diakses 7 Mei 2014.

Suwarno,(2010),https://www.google.com/search?q=suwarno+kemampuan+aktif+berfikir+si swa+smp+karya+baru&ie=utf-co.doc, Diakses 7 Mei 2014.

Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif dan Progresif, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.


(21)

RIWAYAT HIDUP

Lolla Sartika dilahirkan di Medan, 11 Maret 1993. Ayah bernama Chairil Anwar dan Ibu bernama Rismalita, dan merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Pada tahun 1998, penulis masuk SD Negeri 060809 Halat Medan dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis melanjutkan sekolah di MTs Al-Ulum Medan dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis melanjutkan sekolah di SMAN 1 Tapaktuan, Aceh Selatan dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Medan (UNIMED) sampai sekarang melalui jalur Panduan Minat dan Prestasi.


(1)

Model kooperatif tipe Bamboo Dancing merupakan model pembelajaran kooperatif dengan siswa duduk saling berjajar dan berhadapan. Kemudian masing-masing sepasang siswa yang berhadapan saling bertukar informasi pada saat yang bersamaan dan setelahnya siswa yang duduk di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung lainnya di jajaran yang lain sehingga jajaran ini akan bergeser mirip seperti dua potong bambu yang digunakan dalam Tari Bambu Fhilipina.(Lie; 2002).

Pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing serupa dengan metode inside outside circle. Pembelajaran diawali dengan pengenalan topik oleh guru. Guru bisa menuliskan topik tersebut di papan tulis atau dapat pula bertanya jawab apa yang di ketahui peserta didik mengenai topik itu. Kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif yang telah dimiliki peserta didik agar lebih siap menghadapi pelajaran yang baru.

Selanjutnya, guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar. Jika dalam satu kelas ada 40 orang, maka setiap kelompok besar terdiri dari 20 orang. Aturlah sedemikian rupa pada tiap-tiap kelompok besar yaitu 10 orang berdiri berjajar saling berhadapan dengan 10 orang lainnya yang juga dalam posisi berdiri berjajar. Dengan demikian di dalam tiap-tiap kelompok besar mereka saling berpasang-pasangan. Pasangan ini disebut sebagai awal. Bagikan tugas kepada setiap pasangan untuk dikerjakan atau dibahas. Pada kesempatan itu berikan waktu yang cukup kepada mereka agar mendiskusikan tugas yang diterimanaya .

Usai diskusi, 20 orang dari tiap-tiap kelompok besar yang berdiri berjajar saling berhadapan itu bergeser mengikuti arah jarum jam. Dengan cara ini tiap-tiap peserta didik akan mendapat pasangan baru dan berbagi informasi, demikian seterusnya. Pergeseran searah jarum jam baru berhenti ketika tiap-tiap peserta didik kembali ke pasangan asal.

Hasil diskusi di tiap-tiap kelompok besar kemudian dipresentasikan kepada seluruh kelas. Guru memfasilitasi terjadinya intersubjektif, dialog interaktif, tanya jawab dan sebagainya. Kegiatan ini dimaksudkan agar pengetahuan yang diperoleh melalui diskusi di tiap-tiap kelompok besar dapat diobjektivikasi dan menjadi pengetahuan bersama seluruh kelas .

Dengan menggunakan tipe ini diharapkan terjadi pemerataan informasi atau topik yang diketahui oleh siswa. (Suwarno; 2010), mengemukakan bahwa :

“Pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing sangat baik digunakan untuk mengajarkan berkaitan informasi-informasi awal guna mempelajari materi


(2)

selanjutnya. Tipe ini tampaknya sangat bermanfaat guna membangun kebersamaan antar siswa karena tidak terjadi persaingan, siswa saling berbagi informasi. Diskusi antar siswa terjadi pada saat berpasangan dan pada saat presentasi topik pelajaran. Hal ini sangat bermanfaat guna mengaktifan siswa”.

Karena Bamboo Dancing merupakan salah satu variasi atau tipe pembelajaran kooperatif maka semua prinsip dasar pembelajaran kooperatif melekat pada tipe ini. Ini berarti dalam Bamboo Dancing terdapat saling ketergantungan positif antar siswa, ada tanggung jawab perorangan, serta ada komunikasi antar anggota kelompok.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul“Perbedaan Kemampuan Berfikir Matematis Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing dengan Pembelajaran Langsung Kelas VIII MTs Al-Ulum Medan 2014/2015”.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Kemampuan berfikir matematis siswa pada pokok bahasan teorema Pythagoras yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeBamboo Dancing memiliki nilai rata-rata 70,188 dan yang diajarkan dengan model pembelajaran Langsung memiliki rata-rata 63,813. Secara statistik dengan menggunakan uji t disimpulkan bahwa kemampuan berfikir matematis siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing tinggi daripada kemampuan berfikir matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran langsung kelas VIII MTs Al-Ulum Medan, hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian hipotesis dimanathitung> ttabelyaitu 1,738 > 1,67.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan adalah : 1. Kepada guru matematika dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Bamboo Dancing sebagai salah satu alternatif pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemampuan berfikir matematis siswa dalam proses pembelajaran. 2. Kepada guru atau peneliti yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Bamboo Dancing sebaiknya lebih memperhatikan alokasi waktu yang ada agar seluruh tahapan pembelajaran dapat dikerjakan dengan baik sehingga pengaruhnya terhadap kemampuan berfikir matematis siswa lebih optimal.

3. Kepada calon peneliti berikutnya agar mengadakan penelitian yang sama dengan tingkatan kelas yang berbeda sehingga hasil penelitian dapat berguna bagi kemajuan pendidikan khususnya pendidikan matematika.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, (2009),Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, PT.Rineka Cipta, Jakarta. Asy’Ari, 2013, Pengaruh Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Open Ended Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Pada Materi Teorema Phytagoras Kelas VIII SMP Negeri 11 Tahun Ajaran 2012/2013, Skripsi, FMIPA, UNIMED, Medan.

Dahar, (2010), Kemampuan Belajar Anak Usia Dini,

https://www.google.com/search?q=dahar+model+pembelajaran+kooperatif.doc,Diaks es 5 mei 2014.

Daniel, (2008), Mind mapping dalam metode Quantum Learning pengaruhnya terhadap

prestasi belajar dan kreativitas,

http://www.snapdrive.net/files/564242/Bagian%20awal.doc.Diakses 2 Januari 2014. Gestalt, (2010), Collaborative Learning Modelm Pembelajaran Kooperatif Untuk

PengembanganKreativitas,http://www.siaksoft.net/index.php?Option=comconten&task =view&id=2498&itemid=101 Diakses 2 januari 2014.

Huda, (2011), Cooperative Learning : Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Hudojo, (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Universitas Negeri Malang, Malang.

Istarani, (2012),58 Model Pembelajaran Kooperatif, Penerbit CV Iscom, Medan. Lie, (2002),Cooperative Learning, PT.Grasindo, Jakarta.

Mina, (2006), Pengaruh Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Open-Ended Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa SMA Bandung, Tesis UPI, Bandung.

Sanjaya, (2005), Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta .

Setiawan, (2007),Penentuan Ukuran Sampel Memakai Rumus Statistika dan Tabel

Krejcle-Morgan : Teknik Konsep dan Aplikasinya,

https://www.google.com/search?q=statistika+setiawan&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:id:official&client=firefox-a&channel=fflb, Diakses 30 Januari 2014.

Soekisno, (2010),Penerapan Pembelajaran Siswa Terhadap Kemampuan Berfikir ,E-Jurnal, http://kimfmipa.unnes.ac.id/home/61-membangun keterampilan-komunikasi-matematika.html.Diakses 2 Januari 2014.


(5)

Sujanto, (2001), Berfikir Secara Sistematis Menggunakan Pembelajaran Efektif, https://www.google.com/search?q=sujanto+pembelajaran+efektif+sistematis&ie.doc.a c.id,Diakses 5 Mei 2014.

Sujono,(2011),https://www.google.com/search?q=sujono+kemampuan+berfikir+siswa+smp +karya+baru&ie=utf-co.doc, Diakses 5 Mei 2014.

Suprijono, (2010), Cooperative Learning : Teori & Aplikasi Paikem, Pustaka Belajar, Yogyakarta.

Suryabrata, (2002),https://www.google.com/search?q=suryabrata+berfikir+ dengan+cara+pemulihan+sekolah+menengah+atas&ie=utf-8&oe=utf 8&aq=t&rls=org,Diakses 7 Mei 2014.

Suwarno,(2010),https://www.google.com/search?q=suwarno+kemampuan+aktif+berfikir+si swa+smp+karya+baru&ie=utf-co.doc, Diakses 7 Mei 2014.

Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif dan Progresif, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Lolla Sartika dilahirkan di Medan, 11 Maret 1993. Ayah bernama Chairil Anwar dan Ibu bernama Rismalita, dan merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Pada tahun 1998, penulis masuk SD Negeri 060809 Halat Medan dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis melanjutkan sekolah di MTs Al-Ulum Medan dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis melanjutkan sekolah di SMAN 1 Tapaktuan, Aceh Selatan dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Medan (UNIMED) sampai sekarang melalui jalur Panduan Minat dan Prestasi.