EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE DITINJAU DARI KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE DITINJAU DARI KEMAMPUAN

REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP N 1 Gadingrejo Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

Oleh

Anita Ervina Astin

Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TTW ditinjau dari kemampuan representasi matematis siswa. Desain penelitian yang digunakan adalah one-shot case study. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Gadingrejo tahun pelajaran 2014/2015. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII.5 yang diambil menggunakan teknik purposive sampling. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh simpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

think talk write tidak efektif ditinjau dari kemampuan representasi matematis siswa. Hal ini ditunjukkan oleh pencapaian persentase siswa yang memiliki kemampuan representasi matematis siswa dengan baik (mempunyai nilai serendah-rendahnya 70) tidak lebih dari 60%.


(2)

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE DITINJAU DARI KEMAMPUAN

REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP N 1 Gadingrejo Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

(Skripsi)

Oleh

ANITA ERVINA ASTIN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE DITINJAU DARI KEMAMPUAN

REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Gadingrejo Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

Oleh

Anita Ervina Astin

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(4)

(5)

(6)

(7)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A.Perangkat Pembelajaran

A.1 Silabus Pembelajaran ... ... 53

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... ... 60

A.3 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ... ... 100

B.Instrumen Penelitian B.1 Kisi-Kisi Soal Post-test ... ….. 149

B.2 Soal Post-test ... ….. 151

B.3 Pedoman Penskoran Tes Representasi Matematis ... ….. 152

B.4 Rubrik Penilaian Tes Representasi Matematis ... ….. 153

B.5 Kunci Jawaban Soal Post-test ... ….. 154

B.6 Form Penilaian Post-test. ... ….. 162

C.Analisis Data C.1 Reliabilitas Tes Uji Coba ... ….. 165

C.2 Nilai Hasil dan Total Skor Post-test Kelas Eksperimen ... ….. 166

C.3 Uji Normalitas Post -test Kelas Eksperimen ... ….. 167

C.4 Uji Hipotesis Post -test Kelas Eksperimen ... ….. 170

C.5 Analisis Indikator Representasi Matematis Post-test ... ….. 174

C.6 Data nilai mid ... ….. 179

C.7 Hasil Ulangan Post-test Siswa Kelas Eksperimen.. ... ….. 180

C.8 Dokumentasi saat suasan KBM berlangsung ... ….. 184

D.Lain-lain D.1 Surat Kesediaan Membimbing Skripsi ... ….. 200


(8)

xii

D.3 Daftar Hadir Seminar Hasil ... ….. 206

D.4 Surat Izin Penelitian Pendahuluan ... ….. 207

D.5 Surat Izin Penelitian ... ….. 208

D.6 Surat Keterangan Penelitian ... ….. 209


(9)

MOTO

S

egala sesuatu pada mulanya sulit sebelum

akhirnya menjadi mudah, yang terbaik dari

segalanya adalah usaha, Do’a, dan tawaqal.

Kita tidak pernah gagal yang ada hanyalah

berhasil atau belajar.

Keyakinan positif yang kuat pada diri akan

menentukan jalan masa depan yang gemilang.

(

ANERAS

AN

ITA

ER

VINA


(10)

i

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur dari lubuh hatiku, kuucapkan kepada Allah

SWT atas kesempatan-Nya yang telah memberikan anugrah luar biasa

sehingga penulis mampu menorehkan bait-bait kata pada setiap goresan

tangan yang engkau telah anugerahkan padaku dalam karya ini.

Kebanggaan karya ini, penulis persembahkan sepenuhnya kepada:

kedua orangtuaku tercinta yang telah memberikan do

a, dukungan, dan

semangat yang takkan pernah habis hingga akhir hayat nanti, yang selalu

sabar dalam membesarkanku, yang selalu ada dikalaku sedih, gundah

dan senang, yang tak pernah lelah tuk selalu mendo

akan dan

memberikanku yang terbaik dalam hidup ini serta senantiasa menanti

keberhasilan anandamu. Sungguh segala yang kuraih tiada lain karena

do’

a dan dukungan beliau

IBU BAPAKU

LAKSANA SYURGA

DUNIAKU”

Kakak dan Adikku tesayang (

Mas Yudi’ dan De

k Syifa )

atas semua do

a dan dukungan yang telah kalian berikan kepadaku. Kita

wajib sukses kedepannya.


(11)

ii

Guru dan dosen atas ilmu dan semua yang telah kalian berikan padaku,

yang menjadi penerang jalanku.

Sahabat-sahabatku yang tanpa letih memberiku semangat-semangat

baru saatku terjatuh dalam belenggu-belenggu cobaan hidup ini serta

selalu memberiku nasehat, motivasi tiada hentinya padaku.

Teman-teman seperjuanganku

Almamater tercinta.


(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gadingrejo pada 9 Januari 1993. Penulis adalah anak kedua dari pasangan bahagia Bapak Sukardiyono dan Nyonya Susanti yang memiliki seorang adik perempuan bernama Syifa Fauziah dan seorang kakak laki-laki bernama Andri Wahyudi.

Pendidikan awal yang ditempuh penulis berawal dari TK Pertiwi Gadingrejo yang tamat pada tahun 1999. Lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar (SD) yakni di SD Negeri 1 Tegalsari dan lulus pada tahun 2005. Kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Gadingrejo dan lulus tahun 2008 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) yakni di SMA Negeri 1 Gadingrejo hingga tahun 2011.

Melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan Universitas Lampung tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Lingkungan Sukau terletak di Jl. Raya Danau Ranau, Pekon Sukamulya (Talangjawa) Kecamatan Sukau, Kabupaten Lampung Barat dan sekaligus melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP SMPN 2 SUKAU tahun 2014. Selama kuliah, penulis


(13)

pernah bergabung menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Pendidikan Eksakta (Himasakta) UNILA dan anggota Forum Pembinaan dan Pengkajian Islam (FPPI) FKIP UNILA tahun 2012/2013.


(14)

iii

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berbagai kenikmatan-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi yang berjudul “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write ditinjau dari Kemampuan Representasi Matematis Siswa Studi pada Siswa Kelas VIII SMP N 1 Gadingrejo Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan serta dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:

1. Mamak tercintaku Susanti, Bapak tersayangku Sukardiyono, kakak terbaikku Andri Wahyudi, Adik kesayannganku Syifa Fauziah Azzahri, dan seluruh keluarga besarku yang selalu menyayangi, mendoakan, dan selalu menjadi penyemangat dalam hidupku hingga saat ini.

2. Ibu Dra. Arnelis Djalil, M.Pd. selaku Pembimbing II atas kesediaannya memberikan bimbingan, ilmu yang berharga, pelajaran hidup yang luar biasa, motivasi, semangat, saran, dan kritik baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.


(15)

iv 3. Bapak Drs. M. Coesamin, M.Pd. selaku dosen pembimbing utama yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk selalu memberikan bimbingannya, kemudahan, perhatian, motivasi, dorongan, semangat, kritik yang membangun, dan saran kepada penulis demi terselesaikannya penyusunan skripsi ini dengan baik.

4. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku ketua jurusan PMIPA sekaligus sebagai Pembimbing Akademik dan pembahas yang telah memberikan banyak motivasi, dukungan, kritik, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. selaku dekan FKIP Universitas Lampung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd. selaku ketua program studi pendidikan matematika yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu dosen pendidikan matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 8. Bapak Drs. Alamsyah selaku kepala SMP Negeri 1 Gadingrejo beserta wakil,

staff, dan karyawan yang telah memberikan izin dan kemudahan selama penelitian.

9. Ibu Restu Manurung, S.Pd. selaku guru mitra yang memberikan semangat, kritik dan saran selama penelitian dan Siswa-siswi Kelas VIII.5 SMP Negeri 1 Gadingrejo yang telah memberikan banyak pelajaran, ilmu, dan pengalaman selama melakukan penelitian.


(16)

v 10. Rekan SMA, Yuli dan Heilita yang telah memberikan kritik, masukan, dukungan dan semangat-semangat baru serta meluangkan waktunya untuk pengambilan dokumentasi saat penelitian.

11.Teman-teman seperjuangan di Pendidikan Matematika 2011 B: Agung, Agus, Aliza, Ule, I Ge, Iwan ndut, Hasbi, Elco, dan Poby atas kebersamaan dan keakrabannya selama ini dan semua bantuan yang telah diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang terindah.

12.Teman-teman seperjuangan angkatan 2011 Kelas A: Ade, Aan, Anindra, Sekar, Tiara, Citra, Desi, Dian, Dina, Sela, Emil, Eni, Flo, Gilang, Heizlan, Ikhwan, Indah, Ista, Lidia, Panji, Muthiah, Niluh, Novi, Abi, Rizka, Selvi, Siti, Suci, Veni, Winda, dan Yola terimakasih atas kebersamaan dan semua bantuan yang telah diberikan kalian.

13.Kakak-kakakku angkatan 2008, 2009, 2010 (kak Yose, kak Adi, mb Ebta, mb Asih, mb Gesca, mb Intan), serta adik-adikku angkatan 2012, 2013, dan 2014 terima kasih atas kebersamaannya.

14.Sahabat-sahabatku: Emi, Laili, Titi, Rosa, Wulan, Ayuf atas persahabatan kita selama ini. Semua tentang kalian akan selalu membekas dilubuk hatiku paling dalam. Terimaksih atas dukungannya selama ini sobatku tersayang.

15.Keluarga kecil matematikaku: Yulisa, Ria, Dewi, Venti, Nurma, Agus, Bayu Yusuf, dan Didi. Terimaksih buat kalian. Jika tua nanti kita t’lah hidup masing-masing ingatlah hari ini “Your smile is my happiness”.

16.Teman seperjuangan skripsi Dedes dan Ratna (dapet julukan tiga serangkai

“Anita, Desrina dan Ni Made”), Hana (adik kossanku tersayang) serta teman-teman bersamaku nongkrong di kampus: Ayutam, Siska, Fuji, Enggar, Ipeh,


(17)

vi Fitri, Dina Rahmi dan Hani terimakasih telah menerimaku apa adanya. Terimaksih atas kebaikan kalian padaku selama ini.

17. Rekan-rekan KKN dan PPL di SMP Negeri 2 Sukau Kabupaten Lampung Barat tahun 2014 : Angga, Rangga, Dede, Atun, A’yun, Mai, Iga, Winda, dan Elsa atas perjuangan, pengorbanan, dan persaudaraannya selama kita tinggal bersama. Semoga tali persaudaraan kita ini tetap terjaga selamanya.

18. Siswa siswi PPL di SMP Negeri 2 Sukau, Desa Sukamulya, Kecamatan Sukau, Kabupaten Lampung Barat. Terkhusus buat siswa kesayangan Rukyat

Efendi yang selalu mendo’akan dan memberikan semangat baru dan mewarnai hari-hariku.

19.Pak Mariman dan Pak Liyanto penjaga Gedung G, terima kasih atas bantuan dan perhatiannya selama ini.

20.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, April 2015 Penulis,


(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan berlangsungnya kehidupan ini, hal terpenting yang harus dimiliki pribadi manusia yaitu memiliki pendidikan. Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1 dinyatakan pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sehingga peserta didik dapat mengembangkan potensi diri dan keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Dengan pendidikan yang baik, maka peserta didik akan dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal sehingga menjadi sumber daya manusia berkualitas yang dapat bersaing dalam dunia kerja. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan salah satu penentu kemajuan suatu bangsa. Dalam hal ini pendidikan sendiri memiliki arti, makna dan tujuan yang begitu luar biasa, khususnya untuk melancarkan permasalahan hidup setiap manusia.

Tersirat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 3, bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani, cerdas, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab. Dari uraian tersebut, bahwa pendidikan


(19)

2 di Indonesia bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang berilmu, cakap, kreatif, mandiri, berakhlak mulia serta memiliki keterampilan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Dalam pelaksanaan pendidikan, matematika menjadi mata pelajaran wajib dipelajari di sekolah, baik Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, maupun Sekolah Menegah Atas. Berdasarkan Permendiknas no. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, menuliskan tujuan mata pelajaran matematika untuk semua jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah agar siswa mampu:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Sejalan dengan Standar Isi di atas, tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran matematika juga ditetapkan oleh National Council of Teachers of Mathematics

(NCTM). NCTM (2000) menetapkan lima standar kemampuan matematis yang harus dimiliki oleh siswa, yaitu kemampuan pemecahan masalah (problem solving), kemampuan komunikasi (communication), kemampuan koneksi (connection), kemampuan penalaran (reasoning), dan kemampuan representasi (representation). Kemudian NCTM (2000) juga mengemukakan bahwa:


(20)

3

Representation is central to the study of mathematics. Students can develop and deepen their understanding of mathematical concepts and relationships as they create, compare, and use various representations. Representations such as physical objects, drawings, charts, graphs, and symbols also help students communicate their thinking.

Representasi memiliki peranan penting dalam pembelajaran matematika. Siswa dapat mengembangkan pemahamannya terhadap konsep matematika dan menghubungkannya dengan ide-ide mereka, kemudian mengungkapkannya dalam berbagai bentuk representasi. Representasi matematis yang sesuai dapat membantu siswa menganalisis masalah dan merencanakan pemecahan masalah. Siswa yang memiliki kemampuan representasi matematis yang baik dapat dengan mudah menyelesaikan permasalahan dalam matematika. Selanjutnya, setiap permasalahan yang diselesaikan dengan baik akan menambah keyakinan positif siswa terhadap matematika. Berdasarkan uraian tersebut, kemampuan repre-sentasi matematis siswa merupakan suatu hal yang penting dan harus dikembangkan dalam pembelajaran matematika.

Rendahnya kualitas kemampuan matematis siswa Indonesia tercermin dari hasil survei internasional Programme for International Student Assesment (PISA) dan

The Third International Mathematics and Science Study (TIMMS). Dalam Thomson, Sue et al (2012:14) ditunjukkan hasil TIMSS tahun 2011 bahwa rata-rata skor prestasi siswa Indonesia di bidang matematika yaitu 386, sedangkan standar rata-rata internasional adalah 500. Berdasarkan hasil survey TIMSS ini menunjukkan bahwa kemampuan matematika anak indonesia masih di bawah rata-rata skor internasional yang ditetapkan oleh TIMSS. Hal ini didukung juga oleh hasil survei PISA (OECD,2014:5), Indonesia hanya menduduki rangking 64


(21)

4 dari 65 negara peserta dengan rata-rata skor 375, padahal rata-rata skor internasional yang ditetapkan oleh PISA adalah 494. Rata-rata skor 375 menunjukkan bahwa kemampuan matematis siswa Indonesia masih berada di bawah skor internasional yang ditetapkan. Selain itu, laporan hasil TIMSS dan PISA menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam mempresentasikan ide atau konsep matematis dalam beberapa materi termasuk rendah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas VIII SMP N 1 Gadingrejo menyatakan kemampuan representasi matematis siswa dalam pembelajaran matematika masih rendah. Mereka terbiasa dengan mengerjakan soal rutin atau soal yang sudah biasa diberikan guru. Ketika dihadapkan dengan soal yang menuntut kemampuan berfikir matematis dan menyajikan ulang ke dalam bentuk gambar, grafik, atau persamaan mereka kesulitan dalam mengerjakan. Hal ini dapat dilihat dengan pembelajaran yang umumnya diterapkan oleh guru. Pada pelaksanaan pembelajaran, kenyataannya hanya terjadi komunikasi satu arah yang memberikan sedikit kesempatan kepada siswa untuk berfikir matematis dan berdiskusi dengan siswa lain, sehingga hanya sedikit bentuk representasi matematika yang diketahui dan dikuasai siswa. Ini meng-akibatkan apabila siswa diberikan masalah matematis yang berbeda dengan contoh soal atau latihan, siswa tidak dapat merepresentasikan masalah matematis tersebut kedalam ekspresi matematis atau gambar sehingga siswa tidak bisa menyelesaikan soal tersebut.

Kemampuan representasi matematis siswa yang rendah pada sebagian siswa SMP Negeri 1 Gadingrejo disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah


(22)

5 keyakinan siswa terhadap matematika dan sistem pembelajaran yang diterapkan. Bertitik tolak dari pemaparan di atas, diperlukan suatu alternatif model pembelajaran yang cocok untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa. Kemampuan representasi siswa dapat dibangun dengan keterlibatan siswa secara langsung dalam proses membaca, berpikir, berdialog, berbicara, membagi ide (sharing) serta mengembangkan tulisan dengan lancar. Dalam setiap tahapan proses pembelajaran diperlukan suatu model pembelajaran yang mampu mendorong siswa untuk mempengaruhi proses berpikir siswa dalam upaya mengembangkan ide-ide kreatif siswa. Hal ini tentunya tidak terlepas dari peran guru yang menjadi monitoring dan menilai partisipasi siswa, sehingga guru harus dapat menggunakan model pembelajaran yang tepat supaya berjalan sesuai skenario yang diharapkan. Adapun model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe TTW. Dalam Huda (2011:118) menyatakan:

TTW adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang dibangun melalui kegiatan berpikir (think), berbicara (talk) dan menulis (write) yang melibatkan pemecahan masalah dalam kelompok kecil. Pembelajaran dengan model TTW merangsang aktivitas siswa untuk berfikir dan mendiskusikan hasil pemikirannya dengan teman, serta merangsang keberanian siswa untuk mengemukakan pendapatnya di depan kelas. Pembelajaran kooperatif tipe TTW menekankan kepada siswa untuk bekerjasama dengan kelompoknya dan saling membantu dalam memecahkan masalah bersama.

Dalam TTW, siswa akan melaksanakan tahap berpikir secara mandiri sebelum berdiskusi dengan kelompoknya sehingga siswa lebih siap dengan hal yang akan didiskusikan, selanjutnya beberapa siswa menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas, setelah itu setiap siswa harus melengkapi dan memperbaiki jawaban


(23)

6 mereka. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe TTW ini maka siswa akan lebih banyak berfikir, baik secara mandiri atau kelompok sehingga diharapkan akan banyak ide penyajian soal dan jawaban atau dengan kata lain dapat mengembangkan kemampuan representasi matematis siswa.

Efektivitas menunjukkan ukuran atau tingkat keberhasilan pencapaian suatu tujuan. Suatu tujuan dari pembelajaran sendiri adalah ketercapaian kompetensi. Dalam konteks kurikulum dan pembelajaran suatu program pembelajaran dikatakan memiliki tingkat efektivitas yang tinggi manakala program tersebut dapat mencapai tujuan seperti yang diharapkan. Hal ini terkait ketuntasan belajar dalam Sanjaya (2012:162) menyatakan ketuntasan belajar ideal untuk setiap indikator pembelajaran adalah 0-100% dengan batas kriteria ideal minimum 75%, dan sekolah dapat menetapkan KKM dibawah batas kriteria ideal, tetapi secara bertahap harus dapat mencapai kriteria ketuntasan ideal. Dalam menilai efektivitas pembelajaran, Wicaksono dalam Wijayanti (2013:23) mengemukakan pembelajaran dikatakan efektif apabila sekurang-kurangnya 70% dari banyak siswa memperoleh nilai minimal 70 dalam peningkatan hasil belajar. Dalam penelitian ini, pembelajaran dikatakan efektif apabila persentase siswa yang memiliki kemampuan representasi matematis dengan baik (mempunyai nilai serendah-rendahnya 70) lebih dari 60% dari banyak siswa. Berdasarkan pemaparan tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe TTW ditinjau dari kemampuan representasi matematis siswa.


(24)

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah pembelajaran dengan model kooperatif tipe TTW efektif ditinjau dari kemampuan representasi matematis siswa SMP Negeri 1 Gadingrejo tahun pelajaran 2014/2015?”

Pertanyaan penelitian yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari rumusan masalah tersebut adalah “Apakah persentase siswa yang memiliki kemampuan representasi matematis dengan baik (mempunyai nilai serendah-rendahnya 70) lebih dari 60% dari banyak siswa?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TTW ditinjau dari kemampuan representasi matematis siswa kelas VIII SMP N 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2014/2015.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain: 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran serta landasarn teoritis terhadap pembelajaran matematika terkait model pembelajaran kooperatif tipe TTW serta hubungannya dengan kemampuan representasi matematis siswa.


(25)

8 2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah, memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya mengadakan perbaikan mutu pembelajaran matematika.

b. Bagi guru dan calon guru, sebagai bahan masukan mengenai pembelajaran matematika yang melibatkan peserta didik secara aktif.

c. Bagi siswa, memberikan suasana baru dalam pembelajaran yang terkait kemampuan representasi siswa.

d. Bagi peneliti lain, dapat menjadi sarana bagi pengembangan diri, menambah pengalaman, wawasan/informasi baru dan pengetahuan peneliti terkait dengan penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TTW serta sebagai referensi untuk penelitian lain yang sejenis.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini antara lain:

1. Efektivitas pembelajaran adalah ukuran atau tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran yang diharapkan berhasil dalam penelitian ini apabila persentase siswa yang memiliki kemampuan representasi matematis dengan baik (mempunyai nilai serendah-rendahnya 70) lebih dari 60% dari banyak siswa.

2. Model pembelajaran TTW dalam penelitian ini mengikuti langkah-langkah yaitu think, talk dan write. Tahap pertama yaitu think, dimana siswa secara individu membaca Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dan mencoba menyelesaikan permasalahan yang diberikan, kemudian membuat catatan kecil berupa hal-hal yang diketahui dan tidak diketahui. Tahap kedua yaitu


(26)

9

talk, dimana siswa berdiskusi dalam kelompok untuk membahas catatan kecil tersebut dan mencari solusinya. Setelah selesai berdiskusi, lalu beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusinya kedepan kelas. Kemudian kelompok lain menanggapinya dan tahap terakhir yaitu write, dimana siswa setelah berdiskusi maka harus melengkapi, memperbaiki, dan merapihkan jawaban mereka masing-masing, kemudian membuat refleksi dari kesimpulan atas materi yang dipelajari.

3. Representasi matematis merupakan kemampuan mengungkapkan ide matematika dari suatu situasi masalah yang digunakan untuk menemukan solusi dari masalah yang sedang dihadapinya sebagai hasil interpretasi pikirannya melalui visual (gambar), ekspresi matematis, dan verbal (kata-kata atau teks tertulis).

4. Materi pembelajaran dalam penelitian ini adalah Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV).


(27)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kooperatif

Dalam rangka mengembangkan kemampuan siswa bekerja sama dan berkolaborasi menurut Abidin (2013:19), desain pembelajaran yang tepat digunakan adalah desain pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) merupakan pembelajaran yang menekankan adanya saling ketergantungan positif antarsiswa sehingga setiap siswa dengan berbagai potensinya akan didayagunakan dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang dipelajari. Pembelajaran kooperatif bukanlah pembelajaran yang memunculkan keberhasilan kelompok atas partisipasi aktif dari individu dalam kelompok. Bertemali dengan hal ini, desain pembelajaran diskusi dan kelompok yang selama ini hanya didominasi oleh individu tertentu harus seluruhnya ditinggalkan dan beralih pada pembelajaran yang bersifat kooperatif. Lebih lanjutnya, pembelajar-an kooperatif ini haruslah menjadi wadah bagi pembelajarpembelajar-an ypembelajar-ang lain.

Solihatin dalam Taniredja (2011:56) menyatakan bahwa, pada dasarnya

cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota


(28)

11 kelompok itu sendiri. Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok. Adapun menurut Huda (2013: 32) model pembelajaran kooperatif menuntut siswa lebih aktif dan pembelajaran tidak berpusat pada guru karena tugas guru adalah membentuk kelompok-kelompok kooperatif agar dapat berkerjasama untuk memaksimalkan pembelajaran, model pembelajaran ini sebaiknya terdiri dari 4 atau lebih orang. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran di mana dalam sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah dua orang atau lebih dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerja sama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.

Slavin dalam Taniredja (2011:57) menyatakan ciri-ciri dari model pembelajaran kooperatif yaitu:

1) untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif, 2) kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, 3) jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, dan 4) penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.

Adapun ciri-ciri model pembelajaran kooperatif menurut Stahl dalam Taniredja (2011:59) adalah:


(29)

12 (1) belajar bersama dengan teman, (2) selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman, (3) saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok, (4) belajar dari teman sendiri dalam kelompok, (5) belajar dalam kelompok kecil, (6) produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat, (7) keputusan tergantung pada mahasiswa sendiri, dan (8) mahasiswa aktif.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat disimpulkan bahwa terdapat saling ketergantungan yang positif di antara anggota kelompok tetapi juga dapat dipertanggungjawabkan secara individu, menekankan pada kebersamaan, saling berbagi tanggung jawab antar individu, terdiri dari individu yang heterogen, dan efektivitas belajar tergantung pada kelompok.

Huda (2013:111-112) menyatakan hal-hal yang mendasari pengembangan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah:

sinergis yang muncul melalui kerja sama akan meningkatkan motivasi yang jauh lebih besar daripada melalui lingkungan kompetitif individual. Kelompok-kelompok sosial integratif memiliki pengaruh yang lebih besar daripada kelompok yang dibentuk secara berpasangan. Perasaan saling keterhubungan (feelings of connectedness), menurut mereka dapat menghasil-kan energi yang positif. Model pembelajaran ini sangatlah menarik dan bermanfaat, serta komprehensif, ia memadukan antara tujuan penelitian akademik, integrasi sosial, pembelajaran proses kolektif. Model ini bisa diterapkan untuk semua subjek pelajaran kepada siswa dalam semua tingkat umur, jika guru memang berkeinginan untuk menekankan proses formulasi dan pemecahan masalah dalam beberapa aspek ilmu pengetahuan dibanding memasukkan informasi yang belum terstruktur dan belum ditetapkan. Di antara pengaruh instruksional model ini adalah efektivitas pengelolaan kelompok, konstruksi pengetahuan, dan kedisiplinan dalam penelitian kolaboratif.

Pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa yang mendasari pengembangan model pembelajaran kooperatif yaitu kekuatan yang muncul melalui kerja sama akan meningkatkan motivasi yang jauh lebih besar daripada melalui lingkungan individual. Kelompok-kelompok sosial integratif memiliki pengaruh yang lebih


(30)

13 besar daripada kelompok yang dibentuk secara berpasangan. Perasaan saling keterhubungan menurut mereka dapat menghasilkan energi yang positif, jadi sangat diperlukannya kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model ini bisa juga diterapkan untuk semua subjek pelajaran. Menurut Suherman (2003:261) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam cooperatif learning adalah sebagai berikut:

a. Anggota kelompok sebaiknya heterogen, baik dari kemampuannya maupun karakteristik lainnya,

b. pembentukan kelompok dilakukan oleh guru agar heterogenitas keanggotaan kelompok terjamin,

c. jumlah anggota kelompok akan mempengaruhi kemampuan produktivitas kelompoknya. Sehingga, banyaknya masing-masing tiap kelompok yang ideal untuk cooperatif learning adalah tiga sampai lima orang,

d. guru memainkan peranan yang menentukan dalam menerapkan

cooperatif learning yang efektif. Masalah yang disiapkan oleh guru harus dibuat sedimikian rupa sehingga akan menimbulkan saling membutuhkan antara anggota yang satu dan anggota yang lain dalam menyelesaikan masalah itu.

Berdasarkan pendapat di atas hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam

cooperatif learning yaitu dalam pembentukan kelompok sebaiknya terdiri dari anggota yang heterogen (3-5 orang) baik dari kemampuannya maupun karakteristik lainnya. Untuk materi dan pengajarannya harus disusun sedimikian rupa sehingga setiap siswa dapat bekerja untuk memberikan sumbangan pemikirannya kepada kelompoknya.

Slavin dalam Taniredja (2011:60) menyatakan model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting. Menurut Depdiknas dalam Taniredja (2011:60) tujuan pertama pembelajaran kooperatif, yaitu meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja


(31)

14 siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi nara sumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan tujuan yang kedua, pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademi, dan tingkat sosial. Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Ketrampilan sosial yang dimaksud antara lain, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pembelajaran kooperatif sendiri yaitu menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya Orlich dalam Jufri (2012:116) menuliskan beberapa keuntungan dari pembelajaran kooperatif adalah:

1. Meningkatkan pemahaman mengenai materi inti pelajaran, 2. memperkuat keterampilan sosial,

3. melatif siswa mengambil keputusan, 4. menciptakan suasana belajar aktif,

5. mengembangkan rasa percaya diri (sel esteem) siswa, 6. mengakomodasi beragam gaya belajar,

7. mengembangkan rasa tanggungjawab siswa, 8. berfokus pada keberhasilan individual.

Berdasarkan hal di atas pembelajaran kooperatif sangat menguntungkan bagi pembelajaran siswa di kelas, terutama jika guru dalam hal ini sesuai dengan langkah-langkah atau sintak pembelajaran kooperatif yang benar.


(32)

15 Hal ini dapat terlihat dalam Jufri (2012:117) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan berdasarkan langkah-langkah atau sintaks seperti dalam tabel berikut:

Tabel 2.1. Sintaks umum pembelajaran kooperatif

Fase ke Indikator Tingkah laku Pendidik 1 Penyampaian tujuan dan

pemberian motivasi pada peserta didik

Pendidik menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi peserta didik belajar

2 Penyajian informasi-informasi terkait materi pelajaran

Pendidik menyajikan informasi kepada peserta didik dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

3 Pengorganisasian peserta didik dalam kelompok-kelompok belajar

Pendidik menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

4 Pembimbingan kelompok peserta didik untuk bekerja dan belajar

Pendidik membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas

5 Penilaian hasil belajar (evaluasi)

Pendidik mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresen- tasikan hasil kerjanya

6 Pemberian penghargaan Pendidik memberikan penghargaan tertentu atas hasil belajar individu maupun kelompok

B. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write

Pendekatan pembelajaran yang berbasis komunikasi memungkinkan siswa untuk mampu: membaca dan menulis dengan baik, belajar dengan orang lain, menggunakan media, menerima informasi dan menyampaikan informasi. Model pembelajaran yang termasuk dalam pendekatan ini salah satunya yaitu Think Talk Write (TTW) dalam Huda (2011:118-120) menyatakan bahwa:

TTW adalah strategi yang memfasilitasi latihan berbahasa secara lisan dan menulis bahasa tersebut dengan lancar. Strategi yang diperkenalkan pertama kali oleh Huinker dan Laughlin ini didasarkan pada pemahaman bahwa belajar adalah sebuah perilaku sosial. Strategi TTW mendorong


(33)

16 siswa untuk berpikir, berbicara, dan kemudian menuliskan suatu topik tertentu. Strategi ini digunakan untuk mengembangkan tulisan dengan lancar dan melatih bahasa sebelum dituliskan. Strategi TTW memper-kenankan siswa untuk mempengaruhi dan memanipulasi ide-ide sebelum menuangkannya dalam bentuk tulisan. Ia juga membantu siswa dalam mengumpulkan dan mengembangkan ide-ide melalui percakapan terstruktur. Sebagaimana namanya, strategi ini memiliki sintak yang sesuai dengan urutan di dalamnya, yakni think (berpikir), talk (berbicara/ berdiskusi) dan write (menulis).

Kesimpulan dari pendapat di atas adalah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe think-talk-write ini, mengarahkan siswa untuk berpikir mengenai permasalahan konsep matematika yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu masalah matematika. Dalam pelaksanaannya, siswa dilatih untuk bernalar, bekerjasama, mengkomunikasikan, dan merumuskan kesimpulan sendiri dari hasil diskusi.

Model pembelajaran kooperatif tipe TTW ini diterapkan pada pembelajaran yang pada dasarnya mendorong siswa untuk berpikir, berbicara, dan kemudian menuliskan hasil yang didapat selama pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Yamin dan Ansari (2012: 84) yang menyatakan bahwa secara garis besar TTW diterapkan untuk mempengaruhi pola interaksi siswa yang dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca masalah (think), selanjutnya berbicara dan membagi ide dengan temannya (talk) untuk menyelesaikan masalah tersebut sebelum menulis (write). Yamin dan Ansari (2012:90) menjelaskan adanya langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TTW adalah:

1. guru membagi teks bacaan berupa Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang memuat masalah (soal-soal matematika) dan didalamnya terdapat


(34)

17 petunjuk beserta prosedur pengerjaannya kemudian LKPD tersebut harus diselesikan siswa,

2. siswa membaca LKPD yang diberikan dan membuat catatan kecil secara individu tentang apa yang dimengerti dan juga yang belum dimengerti serta penyelesaian masalah dari LKPD, untuk kemudian dibawa ke forum diskusi (think),

3. siswa berdiskusi dengan teman satu kelompoknya untuk membahas isi catatan yang diperoleh oleh masing-masing siswa (talk),

4. siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan sebagai hasil kolaborasi (write),

5. pembelajaran diakhiri dengan membuat refleksi dan kesimpulan dari materi yang telah dipelajari. Sebelum itu, guru memilih satu atau be-berapa siswa sebagai perwakilan kelompok untuk menyajikan hasil diskusinya sedangkan kelompok yang lainnya memberikan tanggapan. Adapun tiga tahap penting di dalam model pembelajaran kooperatif tipe TTW yang harus dikembangkan dalam pembelajaran matematika, yaitu sesuai dengan urutannya dijelaskan sebagai berikut:

1. Think (Berpikir)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 247), berpikir diartikan sebagai sesuatu hal yang menggunakan akal budi untuk memper-timbangkan dan memutuskan sesuatu. Pada kegiatan think siswa membaca konsep-konsep berupa materi ataupun soal-soal matematika pada LKPD yang diberikan oleh guru. Dari proses membaca tersebut kemudian siswa mem-buat catatan kecil mengenai hal-hal yang penting seperti yang menjadi poin penting serta hal yang belum dimengerti dari materi atau soal yang diberikan. Pada tahap ini memungkinkan siswa secara mandiri mencari jawaban penyelesaian dari masalah sehingga dapat mengembangkan kemampuan akademik terutama pemahaman konsep matematis siswa. Hal senada dinyatakan dalam Huda (2011:118) sbb:


(35)

18 pada tahap 1: Think, siswa membaca teks berupa soal (kalau memungkinkan dimulai dengan soal yang berhubungan dengan permasalahan sehari-hari atau kontekstual). Pada tahap ini siswa secara individu memikirkan kemungkinan jawaban (strategi penyelesaian, membuat catatan kecil tentang ide-ide yang terdapat pada bacaan, dan hal-hal yang tidak dipahami dengan menggunakan bahasanya sendiri. Menurut Yamin dan Ansari (2012: 85) membaca dan membuat catatan bertujuan:

untuk merangsang aktivitas siswa sebelum, selama, dan sesudah membaca, sehingga dapat mempermudah diskusi dan mengembangkan pemahaman konsep matematis siswa serta keterampilan berpikir dan menulis. Selama kegiatan think berlangsung, guru hanya berperan sebagai pengamat dan memastikan bahwa siswa melakukan aktifitas

think dengan benar. Jika masih terdapat siswa yang belum melakukan kegiatan think, maka guru berusaha memotivasi dan memberi arahan berupa tujuan dari tahap ini.

2. Talk (Berbicara atau Berdiskusi)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas: 2008: 116), berdiskusi sama artinya dengan bertukar pikiran. Pada kegiatan talk siswa diberikan kesempatan untuk menyampaikan ide-ide yang diperoleh selama tahap think. Siswa kemudian berdiskusi dengan teman kelompoknya, kemudian masing-masing individu menyajikan apa yang didapat dengan cara berkomunikasi yang baik menggunakan kata-kata dan bahasa mereka sendiri. Dengan hal ini, diharapkan siswa dapat membangun teori bersama, berbagi penyelesaian serta membuat kesimpulan. Hal senada dinyatakan dalam Huda (2011:119) yaitu:

pada tahap 2: talk, siswa diberi kesempatan untuk membicarakan hasil penyelidikannya pada tahap pertama. Pada tahap ini siswa merefleksikan, menyusun, serta menguji (negosiasi, sharing) ide-ide dalam kegiatan diskusi kelompok. Kemajuan komunikasi siswa akan terlihat pada dialognya dalam berdiskusi, baik dalam bertukar ide dengan


(36)

19 orang lain ataupun refleksi mereka sendiri yang diungkapkannya kepada oranglain.

Yamin dan Ansari (2012: 86) menjelaskan kenapa “talk” penting dalam

matematika, yaitu:

(a) matematika merupakan bahasa yang spesial dibentuk untuk mengkomunikasikan bahasa sehari-hari; (b) pemahaman matematis dibangun melalui proses diskusi dan interaksi antar individu; (c) siswa menyajikan ide kepada temannya dengan menggunakan bahasa sendiri kemudian membangun teori bersama dan definisi; (d) pada tahap talk

terjadi rumusan ide-ide dari masing-masing siswa sebagai hasil diskusi; (e) talking membantu guru mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam belajar matematika sehingga dapat mempersiapkan perlengkapan pembelajaran yang lebih dibutuhkan.

Selama kegiatan talk berlangsung, guru berperan sebagai motivator yaitu memberikan motivasi atau dorongan kepada siswa yang masih terlihat kurang aktif dalam proses pembelajaran serta membantu siswa yang mendapatkan kesulitan untuk menemukan jawaban dari masalahnya. Guru juga harus menyakinkan siswa bahwa jawaban yang mereka buat merupakan pemikiran yang patut disampaikan ke teman-teman yang lainnya. Silver dan Smith (Yamin dan Ansari, 2012: 90) juga menyampaikan tugas guru yang harus dilakukan pada tahap ini adalah mengajukan pertanyaan menantang setiap siswa untuk berpikir, mendengarkan secara hati-hati ide yang disampaikan siswa dan membimbing.

3. Write (Menulis)

Selanjutnya adalah tahap write yaitu kegiatan pembelajaran dimana siswa menuliskan hasil diskusi pada LKPD ataupun lembar yang telah disediakan oleh guru. Pada tahap ini siswa mengungkapkan ide-ide yang didapat pada


(37)

20 tahap think dan talk melalui tulisan. Dalam matematika kegiatan menulis merupakan salah satu hal yang penting, dikarenakan dapat membantu mewujudkan salah satu tujuan pembelajaran yaitu pemahaman siswa tentang materi yang ia pelajari.

Hal senada dinyatakan Huda (2011:119) dalam tahap 3: write, pada tahap ini siswa menuliskan ide-ide yang diperolehnya dari kegiatan tahap pertama dan tahap kedua. Tulisan ini terdiri atas landasan konsep yang digunakan, keterkaitan dengan materi sebelumnya, strategi penyelesaian, dan solusi yang diperoleh. Hal ini juga dikemukakan Yamin dan Ansari (2012: 88) bahwa:

aktifitas siswa selama fase ini adalah menulis solusi terhadap masalah atau pertanyaan yang diberikan, mengorganisasikan semua pekerjaan yang diberikan langkah demi langkah, baik penyelesaiannya menggunakan grafik, tabel, atau diagram agar mudah dibaca atau ditindaklanjuti, memeriksa pekerjaan yang telah dilakukan sehingga yakin tidak ada pekerjaan ataupun perhitungan yang ketinggalan dan meyakini bahwa pekerjaan yang telah dilakukan telah lengkap. Pada tahap write, guru memiliki peran dan tugas memonitoring siswa dan me-nilai proses siswa selama mengikuti kegiatan. Guru juga harus memotivasi kembali siswa yang tidak melakukan kegiatan write dan membimbing siswa untuk melakukan aktifitas tahap write. Mengingat tahap write ini sama pentingnya untuk dilaksanakan dari tahap-tahap yang lain.

Untuk mewujudkan pembelajaran yang sesuai dengan harapan di atas, pembelajaran sebaiknya dirancang sesuai dengan langkah-langkah berikut ini: Siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individual (think), untuk dibawa forum diskusi. Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu grup untuk membahas isi catatan (talk). Dalam kegiatan ini mereka menggunakan bahasa dan kata-kata mereka sendiri untuk menyampaikan ide-ide matematika dalam diskusi. Pemahaman dibangun melalui interaksi dalam diskusi,


(38)

21 karena itu diskusi diharapkan dapat menghasilkan solusi atas soal yang diberikan. Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang memuat pemahaman dan komunikasi matematika dalam bentuk tulisan (write). Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dari kesimpulan atas materi yang dipelajari. Sebelum itu, dipilih satu atau beberapa orang siswa sebagai perwakilan kelompok untuk menyajikan jawaban, sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan.

Menurut Nurinayah (2008: 36-37), model pembelajaran kooperatif tipe TTW merupakan salah satu pelajaran yang menyenangkan, rileks, dan menarik yang dapat menegembangkan pemahaman siswa mengenai materi atau konsep yang ia pelajari. Berdasarkan pendapat tersebut, dengan dilakukannya pembelajaran secara berkelompok diharapkan timbul semangat siswa untuk lebih aktif dalam mengungkapkan pendapat. Belajar dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil akan lebih disukai siswa, hal ini dikarenakan siswa akan lebih nyaman untuk memahami konsep yang diberikan melalui pemecahan masalah yang dilakukan dengan temannya. Dengan demikian, model pembelajaraan kooperatif tipe TTW merupakan model pembelajaran yang mendorong siswa untuk berpikir, berbicara, dan menulis dengan kegiatan belajar yang menyenangkan, rilexs, dan menarik sehingga dapat mengembangkan pemahaman siswa mengenai materi atau konsep yang ia pelajari.

Menurut Silver dan Smith dalam Yamin dan Ansari (2012: 90) adapun peranan dan tugas guru dalam usaha menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe TTW lebih efektif, yaitu:


(39)

22 (a) mengajukan pertanyaan dan tugas menantang untuk siswa agar siswa berpikir aktif dalam pembelajaran; (b) mendengarkan serta memahami ide-ide yang dikemukakan oleh siswa baik secara lisan maupun tulisan; (c) memberikan serta membimbing siswa dalam menggali materi yang akan dipelajari dalam diskusi; (d) memonitor dan menilai partisipasi siswa dalam diskusi dan; (e) mendorong siswa untuk berpartisipasi.

Merangkum dari beberapa pendapat di atas, model pembelajaran berbasis komunikasi dengan strategi TTW dapat membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sehingga pemahaman konsep siswa menjadi lebih baik, siswa dapat mengkomunikasikan atau mendiskusikan pemikirannya dengan temannya sehingga siswa saling membantu dan saling bertukar pikiran, hal ini dapat membantu siswa dalam memahami materi yang di ajarkan, serta dapat melatih siswa untuk menuliskan hasil diskusinya ke bentuk tulisan secara sistematis sehinnga siswa akam lebih memahami materi dan membantu siswa untuk mengkomunikasikan ide-idenya dalam bentuk tulisan.

C. Kemampuan Representasi Matematis

Tujuan pembelajaran matematika telah mengalami perubahan, tidak hanya menekankan pada peningkatan hasil belajar, tetapi juga diharapkan dapat meningkatkan berbagai kemampuan. Salah satu kemampuan matematika yang perlu dikuasai siswa adalah kemampuan representasi. Kemampuan representasi dalam matematika sangat diperlukan karena representasi merupakan cara yang digunakan siswa untuk mengomunikasikan ide-ide, gagasan, atau jawaban dari suatu permasalahan. Terdapat beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli berkenaan tentang representasi, yaitu antara lain: Alhadad (2010:34) meng-ungkapkan bahwa representasi adalah ungkapan dari ide matematis sebagai model


(40)

23 yang digunakan untuk menemukan solusi dari masalah yang dihadapinya sebagai hasil interpretasi pikirannya. Hudiono (2005:19) menyatakan bahwa kemampuan representasi mendukung siswa memahami konsep matematika yang dipelajarinya dan keterkaitannya, mengkomunikasikan ide-ide matematika, mengenal koneksi diantara konsep matematika dan menerapkan matematika pada permasalahan matematika realistik melalui pemodelan. Jadi, kemampuan representasi matematis adalah kemampuan siswa mengungkapkan ide-ide mereka ke dalam model matematika untuk merencanakan suatu penyelesaian masalah.

Mudzakir dalam Suryana (2012) mengungkapkan indikator kemampuan representasi matematis seperti pada Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Bentuk-Bentuk Indikator Representasi Matematis

Representasi Bentuk-Bentuk Indikator

Representasi visual; diagram, tabel atau grafik, dan gambar

 Menyajikan kembali data atau informasi dari suatu representasi ke representasi diagram, grafik atau tabel.

 Menggunakan representasi visual untuk menyelesaikan masalah.

 Membuat gambar pola-pola geometri.

 Membuat gambar bangun geometri untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaiannya.

Persamaan atau ekspresi matematis

 Membuat persamaan atau ekspresi matematis dari representasi lain yang diberikan.

 Membuat konjektur dari suatu pola bilangan.

 Penyelesaian masalah dari suatu ekspresi matematis. Kata-kata atau teks

tertulis

 Membuat situasi masalah berdasarkan data atau representasi yang diberikan.

 Menuliskan interpretasi dari suatu representasi.

 Menyusun cerita yang sesuai dengan suatu representasi yang disajikan.

 Menuliskan langkah-langkah penyelesaian masalah dengan kata-kata atau teks tertulis .

 Membuat dan menjawab pertanyaan dengan menggunakan kata-kata atau teks tertulis.

Berdasarkan pendapat di atas, kemampuan representasi matematis terdiri dari kemampuan representasi visual, representasi simbolik (ekspresi matematis), dan


(41)

24 representasi verbal (kata-kata atau teks tertulis). Adapun indikator kemampuan representasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan representasi visual untuk menyelesaikan masalah, membuat persamaan atau ekspresi matematis dari representasi lain yang diberikan, dan penyelesaian masalah dari suatu ekspresi matematis.

D. Efektifitas Pembelajaran

Sanjaya (2008:320) mengungkapkan bahwa efektivitas berhubungan dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan pembelajaran yang didesain oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran, baik tujuan dalam skala yang sempit seperti tujuan pembelajaran khusus, maupun tujuan dalam skala yang lebih luas. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Hamalik (2004:171) bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri dengan melakukan aktivitas-aktivitas belajar. Dalam menilai efektivitas pembelajaran, Wicaksono dalam Wijayanti (2013:23) mengemukakan pem-belajaran dikatakan efektif apabila sekurang-kurangnya 70% dari banyak siswa memperoleh nilai minimal 70 dalam peningkatan hasil belajar. Efektivitas pembelajaran atau belajar dan tidaknya seseorang tidak dapat dilihat dari aktivitasnya selama terjadinya proses belajar, akan tetapi hanya dapat dilihat dari adanya perubahan sebelum dan sesudah terjadinya proses pembelajaran. Seseorang siswa yang sepertinya aktif belajar yang ditunjukkan dengan caranya memerhatikan guru dan rapih mencatat belum tentu ia belajar dengan baik manakala tidak menunjukkan adanya perubahan perilaku. Dalam penelitian ini, pembelajaran dikatakan efektif apabila persentase siswa yang memiliki


(42)

25 kemampuan representasi matematis dengan baik (mempunyai nilai serendah-rendahnya 70) lebih dari 60% dari banyak siswa.

Penelitian terdahulu diambil dari jurnal Ahmad Yazid (2012), Prodi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia yaitu dengan judul Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Model Kooperatif Dengan Strategi TTW (Think Talk Write) Pada Materi Volume Bangun Ruang Sisi Datar yang menyimpulkan bahwa perangkat pembelajaran matematika model kooperatif dengan strategi TTW pada materi volume bangun ruang sisi datar adalah valid, efektif, dan praktis untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa.

E. Kerangka Pikir

Kemampuan representasi matematis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa. Hal ini dikarenakan representasi matematis sangat diperlukan siswa ketika ia ingin mengungkapkan, mengkomunikasikan, menyajikan, memperjelas ide, pemahaman dan argumen matematis mereka untuk merencanakan suatu penyelesaian masalah. Menyadari akan peran penting kemampuan representasi matematis maka diperlukan suatu cara untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa, yaitu dengan melakukan inovasi model pembelajaran yang membuat siswa aktif untuk berpikir dan bekerjasama. Model pembelajaran yang dipilih harus dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk merepresentasikan suatu permasalahan kedalam gambar, ekspresi matematis serta tersusun secara logis dan sistematis. Salah satu alternatifnya adalah model pembelajaran kooperatif tipe TTW.


(43)

26 Model pembelajaran kooperatif tipe TTW merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada kemampuan berpikir dan bekerjasama siswa. Dalam pembelajaran ini, guru menyampaikan isi materi secara garis besar diawal proses pembelajaran. Kemudian guru akan memberikan permasalahan pada Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang harus dipikirkan (think) oleh setiap siswa. Pada tahap ini siswa diberikan waktu untuk berpikir secara mandiri sehingga secara aktif siswa akan menggali kemampuan berpikirnya, mencari informasi dan representasi-representasi yang diperlukan sehingga membuat siswa lebih siap untuk berdiskusi. Kemudian tahap selanjutnya adalah tahap talk, dimana siswa berkelompok dengan siswa lain untuk mendiskusikan hasil pemikiran permasalahan dan hasil representasi yang telah mereka miliki sebelumnya. Tahap ini mempunyai peranan penting karena adanya diskusi siswa akan lebih mudah bertukar ide atau pendapat masing-masing siswa dalam kelompoknya sehingga setiap permasalahan matematika yang umumnya dipandang sulit oleh para siswa saat berpikir mandiri akan terlihat lebih mudah. Pada tahap ini juga akan lebih banyak ide dan representasi yang dihasilkan siswa karena mereka bisa saling berdiskusi. Pada tahap talk ini juga melatih keberanian siswa untuk berbagi informasi, bertanya, atau mengungkapkan pendapatnya dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka pikirkan dan diskusikan dalam kelompoknya. Tahap ini akan semakin memperkaya pengetahuan representasi matematis siswa, karena mereka akan melihat representasi-representasi dari beberapa kelompok yang mempresentasikannya di depan kelas. Tahap terakhir yaitu write, dimana siswa setelah berdiskusi maka harus melengkapi, memperbaiki, dan merapihkan jawaban mereka masing-masing,


(44)

27 kemudian membuat refleksi dari kesimpulan atas materi yang dipelajari. Berdasarkan langkah-langkah yang terlihat dalam model pembelajaran TTW ini siswa akan lebih termotivasi untuk memahami pelajaran yang sedang dipelajari dan juga siswa akan melakukan diskusi dengan baik dan bertanya kepada guru apabila mengalami kesulitan.

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Gadingrejo memperoleh materi pelajaran matematika yang sama, sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan oleh sekolah yaitu kurikulum 2013.

2. Faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini diabaikan.

G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Hipotesis Penelitian

Model pembelajaran kooperatif tipe TTW efektif ditinjau dari kemampuan representasi matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Hipotesis Kerja

Persentase siswa yang memiliki kemampuan representasi matematis dengan baik (mempunyai nilai serendah-rendahnya 70) lebih dari 60% dari banyak siswa.


(45)

28

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Gadingrejo yang terletak di Jalan Raya kantor pos 35372 Gadingrejo, Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 1 Gadingrejo tahun ajaran 2014/2015 yang terdistribusi dalam sepuluh kelas yaitu kelas VIII.1-VIII.10, dengan banyak siswa tiap kelas adalah 32-34 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Teknik ini dipilih dengan cara sebagai berikut:

1. Terdapat dua guru yang mengajar mata pelajaran matematika kelas VIII di SMP Negeri 1 Gadingrejo.

2. Dari sepuluh kelas tersebut dipilih lima kelas yang diajar oleh guru yang sama sehingga memiliki pengalaman belajar yang sama.

3. Berdasarkan pertimbangan peneliti, sampel dipilih kelas yang memiliki nilai ujian mid semester yang mendekati rata-rata populasi agar sampel yang diambil mewakili populasi. Terpilihlah kelas VIII.5 sebagai sampel pada penelitian ini.


(46)

29 Berikut data ujian mid semester tahun ajaran 2014/2015 SMP Negeri 1 Gadingrejo kelas VIII.1- VIII.5 yang diajar oleh guru yang sama:

Tabel 3.1 Nilai Rata-rata Kelas VIII.1-VIII.5 pada Mid Semester TP. 2014/2015

No. Kelas Banyak Siswa (orang)

Nilai Rata-rata Persentase Siswa yang tuntas (%)

1 VIII.1 34 61,4 38,24 2 VIII.2 34 70,9 61,77 3 VIII.3 32 70,1 61,77 4 VIII.4 33 57,2 30,30 5 VIII.5 33 54,7 18,18

Sumber:Dokumentasi nilai mid SMP N 1 Gadingrejo TP. 2014/2015

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment (eksperimen semu) karena peneliti tidak dapat mengendalikan semua variabel yang mungkin berpengaruh terhadap variabel yang diteliti. Desain yang digunakan adalah one-shot case study, dengan menggunakan satu kelas yang diberikan perlakuan atau stimulus serta dilakukan pengamatan dan penilaian diakhir pembelajaran. Fraenkel dan Wallen (2008:265) menyatakan desain ini dimaksudkan untuk menunjukkan kekuatan pengukuran dan nilai ilmiah suatu desain penelitian. Bagan dari one-shot case study designadalah sebagai berikut.

Tabel 3.2 Desain one shot case study (studi kasus satu tembakan)

X(Treatment) O

Perlakuan terhadap variabel independen

(Treatment of independent variable)

Pengamatan atau pengukuran terhadap

variabel dependen (Observation or measurement of dependent variable)

Pada penelitian ini, kelas yang menjadi sampel diberikan perlakuan yaitu berupa pembelajaran dengan strategi TTW. Pada akhir pembelajaran, siswa diberikan tes


(47)

30 akhir (postest) berupa tes tertulis bentuk uraian untuk mengetahui kemampuan representasi matematis siswa. Struktur desainnya menurut Sugiyono (2008: 110) disajikan pada Gambar 3.2

Gambar 3.2 One-Shot Case Study, Sumber: Sugiyono (2008: 110). Keterangan:

X = Pembelajaran dengan Strategi TTW (variabel independen) O = Kemampuan Representasi Matematis (variabel dependen).

C. Data Penelitian

Data dalam penelitan ini adalah data kuantitatif berupa skor kemampuan representasi matematis siswa pada materi sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV).

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes. Tes ini dilakukan setelah perlakuan pembelajaran TTW selesai.

E. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Tes

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal kemampuan representasi matematis siswa berbentuk uraian pada materi sistem persamaan linear dua variabl (SPLDV), tujuannya untuk menghasilkan data yang dipercaya


(48)

31 kebenarannya. Tes yang diberikan oleh peserta didik berupa soal posttest. Setiap soal memiliki satu atau lebih indikator kemampuan representasi matematis.

Adaptasi menurut Cai, Lane, Jakabscin dalam Handayani (2013:31) pedoman pemberian skor kemampuan representasi matematis disajikan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Kemampuan Representasi Matematis Skor Penyelesaian

Masalah Menggambar

Persamaan atau Ekspresi Matematis

0 Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan ketidakpahaman tentang

konsep sehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa-apa

1 Hanya sedikit dari

penjelasan yang benar

Hanya sedikit dari gambar atau diagram yang benar

Hanya sedikit dari model matematika yang benar

2

Penjelasan secara matematis masuk akal namun hanya sebagian lengkap dan benar

Melukiskan diagram atau gambar, namun kurang lengkap dan benar

Menemukan model matematika dengan benar, namun salah dalam mendapatkan solusi

3

Penjelasan secara matematis masuk akal, meskipun tidak tersusun secara logis atau terdapat sedikit kesalahan bahasa

Melukiskan diagram atau gambar secara lengkap dan benar

Menemukan model matematis dengan benar kemudian melakukan perhitungan atau

mendapatkan solusi secara benar dan lengkap

4

Penjelasan secara matematis masuk akal dan jelas serta tersusun secara logis dan sistematis

Melukiskan, diagram atau gambar, secara lengkap, benar dan sistematis

Menemukan model matematika dengan benar kemudian melakukan perhitungan atau

mendapatkan solusi secara benar dan lengkap serta sistematis

a. Validitas (kesahihan) Instrumen

Rusman (2013:56) menyatakan instrumen atau alat ukur dalam penelitian dikatakan baik apabila telah memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, salah satunya adalah tingkat kevaliditasan dan kereliabilitasan instrumen tersebut.


(49)

32 Validitas yang dilihat dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi berisi sejauh mana instrumen tes kemampuan representasi matematis mencerminkan kemampuan representasi matematis terkait materi pembelajaran yang telah ditentukan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini instrumen tes dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran matematika kelas VIII selaku guru mitra. Penilaian terhadap kesesuaian isi tes dengan kisi-kisi tes yang diukur dan penilaian terhadap kesesuaian bahasa yang digunakan dalam tes dengan kemampuan bahasa siswa dilakukan dengan menggunakan daftar ceklis ( ) oleh guru. Hasil penilaian terhadap tes untuk mengambil data dalam penelitian ini telah memenuhi validitas isi karena berdasarkan penilaian guru mitra, soal yang digunakan telah dinyatakan valid (Lampiran B.5).

b. Reliabilitas (keajegan/kehandalan) Instrumen

Pengujian prasayat setelah dilakukan uji validitas yaitu dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Rusman (2013:61) menyatakan instrumen yang valid belum tentu reliabel. Reliabilitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen, oleh karena itu walaupaun instrumen yang valid umumnya pasti reliabel, tetapi pengujian reliabilitas instrumen perlu dilakukan. Dalam Sugiyono (2012:354) pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu. Perhitungan untuk mencari nilai reliabilitas instrumen tes dalam penelitian ini digunakan rumus Alfa Cronbach. Rumus Alfa Cronbach dalam Sugiyono (2012:365) adalah:


(50)

33                 

2

2 11 1 1 t i s s k k r dengan ∑ ∑ Keterangan : 1 1

r : nilai reliabilitas instrumen (tes)

k

: banyaknya butir soal (item)

2

i

s : jumlah varians dari tiap-tiap item tes : varians total

N : banyaknya data

∑ : jumlah semua data

∑ : jumlah kuadrat semua data

Tabel 3.4 Interpretasi koefisien reliabilitas (Suherman, 1990: 177) Kofisien reliabilitas Interprestasi

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat tinggi

Data yang digunakan dalam menganalisis reliabilitas tes adalah data hasil uji coba tes pada kelas IX.2 SMP Negeri 1 Gadingrejo. Setelah menghitung reliabilitas instrumen tes dengan menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2010 diperoleh koefisien reliabilitasnya yaitu 0,77. Pada tabel di atas koefisien 0,77 memenuhi kriteria reliabilitas tinggi. Oleh karena itu instrumen tes kemampuan representasi matematis tersebut dinyatakan reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.1.

F. Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan dalam beberapa tahapan, meliputi:

st


(51)

34 1. Tahap Persiapan

a. Melakukan Penelitian Pendahuluan

b. Membuat LKS, silabus pembelajaran, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan instrumen penelitian

c. Merevisi instrumen penelitian d. Merevisi perangkat pembelajaran 2. Tahap Pelaksanaan

a. Melaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TTW pada kelas eksperimen yang dilaksanakan mulai tanggal 5 Januari 2015 sampai 29 Januari 2015.

c. Mengadakan tes uji coba soal postest di kelas IX.2 yang dilaksanakan pada Jumat 9 Januari 2015.

b. Mengadakan postest dikelas eksperimen (VIII.5) yang dilaksanakan pada Kamis 29 Januari 2015.

3. Tahap Pengolahan Data

a. Mengumpulkan data penelitian

b. Mengolah dan menganalisis data penelitian c. Menyusun laporan hasil penelitian.

G. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis untuk mendapatkan jawaban terhadap rumusan masalah. Langkah-langkah yang dilakukan yakni sebagai berikut.


(52)

35 Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data postes yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal. Menurut Rusman (2013:47) data yang sudah dikelompokkan ke dalam daftar distribusi frekuensi menggunakan uji normalitas yaitu digunakan rumus uji chi-kuadrat. Adapun hipotesis uji adalah:

Ho: sampel data berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1: sampel data berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal

Menurut Simbolon (2009:202), persamaan uji chi-kuadrat yang digunakan yakni sebagai berikut:

Keterangan:

x2 = harga Chi-kuadrat

fi = frekuensi pengamatan

fhi = frekuensi yang diharapkan

k = banyak jenis pengamatan (atau sering disebut kategori yang diamati) Dengan kriteria pengujian, jika x2 hitung ≤ x2 tabel dengan dk = k-3, maka data

berasal dari kelompok data yang berdistribusi normal. Dalam pengamatan diketahui k=6 sehingga dk=k-3 = 6-3 = 3 dan dalam perhitungan rumus di atas diperoleh x2 hitung yaitu 7,12 dan x2 tabel yaitu 7,81. Hal ini menunjukkan bahwa

pada kelas eksperimen x2 hitung x2 tabel. Untuk perhitungan selengkapnya dapat

dilihat pada Lampiran C.3.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data kemampuan representasi matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe TTW


(53)

36 berasal dari populasi yang berdistribusi normal, sehingga dilanjutkan dengan uji statistik parametrik yaitu uji proporsi.

2. Uji Proporsi

Hasil data yang diperoleh berasal dari populasi berdistribusi normal sehingga dilakukan uji statistik parametrik uji proporsi. Uji proporsi yang digunakan adalah uji satu pihak dengan Ho menyatakan bahwa banyaknya siswa yang memiliki kemampuan representasi matematis dengan baik sama dengan 60% dari total siswa sedangkan H1 menyatakan bahwa banyaknya siswa yang memiliki

kemampuan representasi matematis dengan baik lebih dari 60% dari total siswa. Mengacu dalam Sudjana (2005:233), pasangan hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0: 0 0,6 (persentase siswa yang memiliki kemampuan representasi matematis

dengan baik sama dengan 60% dari banyak siswa)

H1: 0 0,6 (persentase siswa yang memiliki kemampuan representasi matematis

dengan baik lebih dari 60% dari banyak siswa)

Sudjana (2005:233) menyatakan bahwa apabila data berasal dari populasi yang berdistribusi normal maka untuk pengujian ini menggunakan statistik z.

Z =

Keterangan:

x = banyaknya siswa yang memiliki kemampuan representasi matematis dengan baik,

0 = proporsi siswa memiliki kemampuan representasi matematis sesuai yang

diharapkan,


(54)

37 Dalam Sudjana (2005:235) tolak Ho jika Zhitung ≥ Ztabel dengan taraf nyata 5 %.

Harga Ztabel dipilih dari daftar normal baku dengan peluang (0,5-α). Berdasarkan

perhitungan Zhitung pada rumus diatas diperoleh Zhitung yaitu -0,63 sedangkan Ztabel

diperoleh 1,64. Dengan diketahui Zhitung˂ Ztabel yang berarti terima Ho. Dengan

demikian persentase siswa memiliki kemampuan representasi matematis dengan baik tidak lebih dari 60%. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.4.


(55)

45

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh simpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe think talk write tidak efektif ditinjau dari kemampuan representasi matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Gadingrejo. Hal ini dapat diketahui dari pencapaian persentase siswa yang memiliki kemampuan representasi matematis siswa dengan baik (mempunya nilai serendah-rendahnya 70) tidak lebih dari 60%.

B.Saran

Berdasarkan kesimpulan, dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Guru sebaiknya mempertimbangkan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write untuk digunakan sebagai salah satu alternatif pada pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan representasi matematis siswa

2. Peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lanjutan tentang pembelajaran

kooperatif tipe think talk write ditinjau dari kemampuan representasi matematis siswa disarankan untuk.

a. Harus benar-benar mempertimbangkan efisiensi waktu baik dari segi aprepsepsi, pembagian kelompok, diskusi kelompok, dan presentasi kelompok, artinya dapat memanfaatkan produktivitas waktu dengan baik


(56)

46 sesuai skenario pembelajaran yang telah dibuat dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).

b. Mempertimbangkan karakter siswa dalam menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe think talk write ditinjau dari kemampuan representasi matematis siswa.

c. Perlunya pengkondisian kelas yang kondusif saat dilakukan ujian posttes, sehingga data dari nilai posttes dapat menggambarkan kemampuan siswa secara optimal.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. 2013. Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum

2013. Bandung: Refika Aditama.

Alhadad, Syarifah Fadillah. 2010. Meningkatkan Kemampuan Representasi Multipel Matematis, Pemecahan Masalah Matematis dan Self Esteem Siswa SMP melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Open Ended. Disertasi UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Anonim. 2009. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 Tahun 2003. (Online). Tersedia:http://smpn1singajaya.wordpress.com/ 2009/06/07/uuspn-no-20-tahun-2003/ (20 Maret 2015).

. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Fraenkel dan Wallen. 2008. How to Design and Evaluate Research in Education

Seventh Edition. Americas,New York: Mc Graw Hill.

Hamalik, Oemar. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran (edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Handayani. 2013. Pengaruh Pembelajaran Kontekstual terhadap Kemampuan Pemahaman dan Representasi Matematis Siswa SD. Bandung: Disertasi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Tidak diterbitkan.

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Jakarta: Rineka Pustaka.

Hudiono, Bambang. 2005. Peran Pembelajaran Diskursus Multi Representasi terhadap Pengembangan Kemampuan Matematik dan Daya Representai pada Siswa SLTP. Bandung: UPI.

Jufri, A.Wahab. 2012. Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung: Pustaka Reka Cipta.

NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston, Virginia: NCTM.


(58)

Nurinayah, Nina. 2008. Pengaruh Strategi Think Talk Write (TTW) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. [Online]. Tersedia: http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10005/1/Nina% 20Marinaya.pdf. [10 Januari 2015]

OECD. 2014 . PISA 2012 Results in Focus What 15-year-olds Know and What They Can Do with What They Know. Paris: OECD.

Permendiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Rusman, Teddy. 2013. Statistik Ekonomi. Bandar Lampung: Unila.

Sanjaya, W. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan KTSP. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Simbolon, Hotman. 2009. Statistika. Yogyakarta. Graha Ilmu. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: CV. ALFABETA.

. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA.

Suherman, E. 2003 . Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Technical Cooperation Project for Development of Science and Mathematics Teaching for Primary and Secondary Education in Indonesia (IMSTEP). Bandung: JICA.

. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.

Suryana, Andri. 2012 . Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Lanjut (Advanced Mathematical Thinking) alam Mata Kuliah Statistika Matematika 1. Prosiding. Matematika FMIPA UNY Yogyakarta: Tidak diterbitkan.

Taniredja, Tukiran, dkk. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Bandung: ALFABETA.

Thomson, Sue et al. 2012. Monitoring Australian Year 8 Student Achievement Internasionally: TIMSS 2011. Australia: The National Library of Australia.


(59)

Wijayanti, Erlis. 2013. Efektifitas strategi pembelajaran TTW di tinjau dari Kemampuan Komunikasi Matemtais Siswa. Skripsi pada Pend. MIPA Universitas Lampung: Tidak diterbitkan.

Yamin, Martinis & Ansari, Bansu I. 2012. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.

Yazid, Ahmad. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Matematika Model Kooperatif Dengan Strategi TTW (Think Talk Write) Pada Materi Volume Bangun Ruang Sisi Datar. Indonesia: Universitas Negeri Semarang. [Online]. Tersedia: http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpe. [15 Januari


(60)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Pembelajaran kooperatif ... 10

B. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write ... 15

C. Kemampuan Representasi Matematis ... 22

D. Efektivitas Pembelajaran ... 24

E. Kerangka Pikir ... 25

F. Anggapan Dasar ... 27

G. Hipotesis ... 27

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 28


(1)

46 sesuai skenario pembelajaran yang telah dibuat dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).

b. Mempertimbangkan karakter siswa dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write ditinjau dari kemampuan representasi matematis siswa.

c. Perlunya pengkondisian kelas yang kondusif saat dilakukan ujian posttes, sehingga data dari nilai posttes dapat menggambarkan kemampuan siswa secara optimal.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. 2013. Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: Refika Aditama.

Alhadad, Syarifah Fadillah. 2010. Meningkatkan Kemampuan Representasi Multipel Matematis, Pemecahan Masalah Matematis dan Self Esteem Siswa SMP melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Open Ended. Disertasi UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Anonim. 2009. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 Tahun 2003. (Online). Tersedia:http://smpn1singajaya.wordpress.com/ 2009/06/07/uuspn-no-20-tahun-2003/ (20 Maret 2015).

. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Fraenkel dan Wallen. 2008. How to Design and Evaluate Research in Education

Seventh Edition. Americas,New York: Mc Graw Hill.

Hamalik, Oemar. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran (edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Handayani. 2013. Pengaruh Pembelajaran Kontekstual terhadap Kemampuan Pemahaman dan Representasi Matematis Siswa SD. Bandung: Disertasi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Tidak diterbitkan.

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Jakarta: Rineka Pustaka.

Hudiono, Bambang. 2005. Peran Pembelajaran Diskursus Multi Representasi terhadap Pengembangan Kemampuan Matematik dan Daya Representai pada Siswa SLTP. Bandung: UPI.

Jufri, A.Wahab. 2012. Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung: Pustaka Reka Cipta.

NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston, Virginia: NCTM.


(3)

Nurinayah, Nina. 2008. Pengaruh Strategi Think Talk Write (TTW) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. [Online]. Tersedia: http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10005/1/Nina% 20Marinaya.pdf. [10 Januari 2015]

OECD. 2014 . PISA 2012 Results in Focus What 15-year-olds Know and What They Can Do with What They Know. Paris: OECD.

Permendiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Rusman, Teddy. 2013. Statistik Ekonomi. Bandar Lampung: Unila.

Sanjaya, W. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan KTSP. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Simbolon, Hotman. 2009. Statistika. Yogyakarta. Graha Ilmu. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: CV. ALFABETA.

. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA.

Suherman, E. 2003 . Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Technical Cooperation Project for Development of Science and Mathematics Teaching for Primary and Secondary Education in Indonesia (IMSTEP). Bandung: JICA.

. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.

Suryana, Andri. 2012 . Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Lanjut (Advanced Mathematical Thinking) alam Mata Kuliah Statistika Matematika 1. Prosiding. Matematika FMIPA UNY Yogyakarta: Tidak diterbitkan.

Taniredja, Tukiran, dkk. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Bandung: ALFABETA.

Thomson, Sue et al. 2012. Monitoring Australian Year 8 Student Achievement Internasionally: TIMSS 2011. Australia: The National Library of Australia.


(4)

Wijayanti, Erlis. 2013. Efektifitas strategi pembelajaran TTW di tinjau dari Kemampuan Komunikasi Matemtais Siswa. Skripsi pada Pend. MIPA Universitas Lampung: Tidak diterbitkan.

Yamin, Martinis & Ansari, Bansu I. 2012. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.

Yazid, Ahmad. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Matematika Model Kooperatif Dengan Strategi TTW (Think Talk Write) Pada Materi Volume Bangun Ruang Sisi Datar. Indonesia: Universitas Negeri Semarang. [Online]. Tersedia: http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpe. [15 Januari


(5)

vii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Pembelajaran kooperatif ... 10

B. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write ... 15

C. Kemampuan Representasi Matematis ... 22

D. Efektivitas Pembelajaran ... 24

E. Kerangka Pikir ... 25

F. Anggapan Dasar ... 27

G. Hipotesis ... 27

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 28


(6)

viii

C. Data Penelitian ... 30

D. Teknik Pengumpulan Data ... 30

E. Instrumen Penelitian ... 30

F. Prosedur Penelitian ... 33

G. Teknik Analis Data ... 34

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 38

B. Pembahasan ... 40

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 45

B. Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA