Aspek Hukum Penggunaan Alat Penguat Frekuensi (Repeater) Dalam Industri Telekomunikasi Di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang Telekomunikasi.

ASPEK HUKUM PENGGUNAAN ALAT PENGUAT FREKUENSI
(REPEATER) DALAM INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TENTANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36
TAHUN 1999 TENTANG TELEKOMUNIKASI
MOAMAR KHADAFI
NPM. 110110070536
ABSTRAK
Dalam menghadapi persaingan usaha yang ketat, penyelenggara
telekomunikasi melakukan berbagai upaya peningkatan kualitas layanan
telekomunikasi yang diantaranya adalah dengan melakukan pemasangan
repeater pada lokasi yang sulit dijangkau oleh sinyal telekomunikasi.
Namun, pada praktiknya repeater selular ini juga digunakan oleh sebagian
masyarakat secara ilegal yang menyebabkan interferensi sinyal sehingga
membawa kerugian bagi pengguna telekomunikasi lainnya. Penelitian ini
dimaksudkan untuk menganalisis bagaimana bentuk perlindungan hukum
terhadap pengguna telekomunikasi yang dirugikan berdasarkan UndangUndang Perlindungan konsumen 1999 serta bagaimana upaya yang dapat
dilakukan oleh Pemerintah guna mengendalikan penggunaan repeater
secara ilegal ini berdasarkan peraturan Perundang-undangan bidang
telekomunikasi di Indonesia.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif analitis melalui pendekatan yuridis normatif yang didasarkan
pada asas hukum, konsep-konsep, dan norma-norma yang terdapat
dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Serta teori-teori
hukum yang berkaitan dengan fakta-fakta yuridis yang relevan dengan
masalah hukum dalam penggunaan repeater dalam industri
telekomunikasi di Indonesia yang dianalisis dengan menggunakan metode
normatif kualitatif sehingga akan diperoleh suatu gambaran yang
menyeluruh tentang permasalahan yang akan diteliti. Teknik pengumpulan
data dilakukan dengan tahapan penelitian kepustakaan dan didukung oleh
penelitian lapangan melalui instrumen wawancara.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis dari penulis, maka
disimpulkan bahwa Pertama, penggunaan repeater secara ilegal oleh
sebagian masyarakat ini melanggar ketentuan Pasal 55 Undang-Undang
Telekomunikasi 1999 yang dapat dikenakan sanksi pidana penjara
dan/atau denda. Sedangkan kerugian perdata yang diderita oleh
pengguna telekomunikasi, dapat diselesaikan dengan melakukan gugatan
di pengadilan yang memiliki kompetensi di mana pengguna repeater
tersebut bertempat tinggal. Kedua, upaya yang dilakukan oleh pemerintah
masih bersifat represif sehingga kurang dapat mengantisipasi pesatnya
perkembangan dari teknologi telekomunikasi saat ini.


iv

LEGAL ASPECT OF FREQUENCY ENHANCER (REPEATER)
USAGE IN INDONESIAN TELECOMMUNICATION INDUSTRY BASED
ON LAW NUMBER 8 YEAR 1999 REGARDING CONSUMER
PROTECTION AND LAW NUMBER 36 YEAR 1999 REGARDING
TELECOMMUNICATION

MOAMAR KHADAFI
NPM. 110110070536

ABSTRACT
In order to respond the very tight business competition, the cellular
operator did a number of measures to increase their quality of service.One
of them is installed a cellular repeater in various location which is hard for
the telecommunication signal to reach. As a matter of fact, this cellular
repeater not only used by the cellular operator but also a certain group of
people in order to get a better telecommunication signal. Instead to get a
better telecommunication signal, this kind of act caused a signal

interferencies which made a great loss to the other telecommunication
users as a result. The purpose of this research are to analyzing what kind
of legal protection applied to the telecommunication users who got loss by
this illegal repeater usage based on Law Number 8 Year 1999 Regarding
Consumer protection, and how the government perform the supervision
and control measures towards the telecommunication devices according
to the Indonesian Telecommunication Laws.
The research methods that used in this research was descriptive
analytic with juridical normative approach which based on law principles,
concepts, and norms that related to the juridical facts relevant to the law
problem in repeater usage in Indonesian telecommunication industry that
analyzed by using normative qualitative method, until get a comprehensive
view of the problems to be studied. Technique of data collecting is done by
stages of the literature research and supported by field research.
According to the result and analysis conducted by the author, it can
be concluded that first, the illegal repeater usage to be proven broke the
Article 55 of Telecommunication Law 1999 which can be punished by
imprisonment and/or fine. Whereas the property loss can be settled
through the court by a civil action. Second, the government was only did a
represive kind of action to controled and supervised the usage of

telecommunication devices which is hard to anticipate the recent
telecommunication technology development.

v