Mencermati Staffing Kabinet SBY.

REPUBLIKA o
. o o
€i>
.
Senin

4

123
17

--

18

Peb

6

20


19

-Q!~!!. 0

5

OMar

0

Rabu

Selasa

7

21

22


o Apr

0

8

9

23

Me;

0

Kamis

10

24


0 Jun
,..-

Jumat
11

0

12

25

0

Jul

13

27


0

Ags

0

Minggu

Sabtu

Sep

14

28

Okt

15
29

ONov

16
30

31

ODes

Mencermati
Staffing
Kabinet
SlY
~~

~."...

..

-


...

-::sg;:;;I
__

-.;..;.._

~

Prof Dr Ernie Tisnawati
Sule SE MSi

KIB II berjalan
transparan
dan
akuntabel. Dimulai dari pembahasan visi dan misi pemerintah, selanjutnya ditentukan sasaran capaian
DekandanGuruSesarMSDMFEUNPAD dalam lima tahun mendatang yang
dituangkan dalam program kerja 100
hari dan rencana aksi lima tahunan

pekulasi susunan Kabinet kabinet. SBY menerapkan konsep
Indonesia Bersatu Jilid II the right person on the right place
(KIB II) terjawab sudah. and the right time dengan mengakonusantara,
Pada 22 Oktober 2009, modasi kemajemukan
SBY telah melantik 34 dari segi agama, etnis, suku, gender,
golongan, dan tetap mempertimmenteri dan tiga pejabat
bangkan
keahlian serta wawasan
negara setingkat menteri. Pro-kontra
agar kinerja kabinet menjadi efektif.
pun tak terhindarkan. Sorotan pu- Efektivitas dan keberhasilan kinerja
blik tertuju kepada motif politik
kabinet juga sangat ditentukan oleh
SBY,berikut kapabilitas dan kapa- kemampuan presiden dalam mensitas menterinya. Disinyalir, SBY garahkan langkah apa saja yang
hanya berorientasi pada dukungan
harus dilakukan secara radikal dan

s

partai (power sharing), sementara

kemampuan dan pengalaman mereka kurang diperhatikan.

. increemental,

merujuk

pada kontrak

kerja dan pakta integritas yang ditandatangani
oleh para
calon
menteri.
Mekanisme seteksi kabinet SlY
Demi mewujudkan hal ini, diperSBY kembali mendapatkan man- . lukan kabinet yang solid, yang merudat politik untuk memimpin Indopakan kombinasi berbagai unsur
nesia. Dengan legitimasi konstitukader partai koalisi dan profesional
sional yang dimilikinya, SBY berhak
dan yang dapat bekerja sarna serta
untuk mengangkat
para menteri
bersinergis karena salah satu keberyang akan membantunya mewujudhasilan pemerintahan

merealisaskan harapan rakyat (Pasal17 ayat2
ikan targetnya terletak pada kinerja
UUD 1945 dan UU No 39/2008).
birokrasi, di samping dukungan parUntuk mewujuakan hal tersebut,
tai politik (Koppell, 2006). Profesiodibutuhkan
dua prasyarat
pokok
nalitas, yang acceptable, jauh dari
(Anas: 2009). Pertama, kecakapan
resistensi partai politik koalisi, akan
pemerintah untuk menjalankan kemenjadi dasar pertirnbangan utama
wenangan, salah satunya,melalui
sesuai target pemerintahan.
proses rekruitmen
kabinet yang
Para menteri ini nantinya akan
tepat. Kedua, ketenangan dan kondibantu oleh beberapa direktur jensentrasi pemerintah dalam melakderal yang merupakan pejabat esesanakan tugas. Hal ini hanya bisa diIon satu di suatu departemen. Seyojamin oleh koalisi politik yang kuat
gianya, mereka benar-benar
orang
dan permanen. Tanpa koalisi yang

yang ahli pada bidangnya, yang relekuat, ketenangan dan konsentrasi
van dengan fungsi d~partemen itu,
kerja pemerintah
bisa terganggu.
sehingga upaya perwujudan visi dan
Kalangan partai yang masuk jadi
misi pemerintah dapat lebih terarah.
menteri harus tetap profesional seDi sinilah peran Kementerian Pensuai kebutuhan
dan bidang kedayagunaan Aparatur Negara dalam
ahliannya serta tidak melupakan
mengembangkan
pola pembina an
kep~ptingan masyarakat.
dan pengembangan
karier serta
SBY mencoba meyakinkan publik
penilaian kinerja yg memacu kinerja
PNS
bahwa proses seleksi
para~_...-menteri

---sekaligus- -pem'berian
-"""'"-'"
~ reward
O;",JO
"""

... _

'If'

Kliping
-

-----

Humas

Unpad

2009

and punishment
yang relevan dengan kinerja. Sehingga, dapat menciptakan iklim yang kondusif dalam
berkinerja bagi PNS, merangsang
kemauan dan kemampuan PNS untuk mengembangkan
diri dengan
mengoptimalkan
seluruh potensi
yang dimilikinya agar dapat memberikan kontribusi
yang optimal
pada negara.
Kekeliruan
dalam penempatan
orang tentu dapat mengganggu akselerasi pencapaian target pemerintah
SBY Bila akhirnya kader partai koalisi diakomodasi dalam kabinet, jangan ditafsirkan sebagai bentuk etika politik atas dasar balas budi. Hal
ini dilakukan SBY semata-mata untuk menjamin iklim kerja yang kondusif agar tujuan pemerintah dapat
tercapai, dengan tetap mengedepankan integritas, komitmen, kompetensi, dan profesionalitas dalam bekerja. Karena, kerja lima tahun mendatang tidaklah ringan. Persoalan
dalam negeri semakin kompleks
hingga dibutuhkan kesiapan pikiran
dan fisik untuk berpikir cerdas dan
bekerja keras terhadap kepentingan
rakyat. Kompromi
politik tetap
dibutuhkan demi kenyamanan dan
ketenangan dalam menjalankan roda
pemerintahan.
Tantangan ke depan kabinet SBY
Susunan KIB II menunjukkan
bahwa pemerintahan SBY didukung
oleh enam partai koalisi pemerintah
dengan menguasai 75,6 persen suara
di DPR dan 24,4 persen kursi DPR
di luar koalisi partai. Ini merupakan
komposisi yang cukup ideal dalam
sistem presidensial karena ada partai
yang berperan sebagai penyeimbang
pemerintah di DPR.
Meskipun koalisi parpol pendukung SBY di DPR lebih besar dibandingkan periode sebelumnya, tantangan kabinet baru jauh lebih besar
dibandingkan
sebelumnya. Pemulihan segala aspek kehidupan rakyat,
khususnya di domain ekonomi, sosial, dan budaya, tidak dapat dise-

lesaikan hanya melalui diplomasi
politik, melainkan harus dicari solusinya dengan langkah-Iangkah konkret para menteri yang berintegritas dan berkemampuan.
Terdapat beberapa tantangan besar yang dihadapi oleh para menteri
KIB II (Prasojo, 2009 dan Haris,
2009) sebagai berikut. Pertaman,
perkembangan politik yang ditandai
dengan melemahnya fungsi parpol
akan menyulitkan implementasi kebijakan dan program. Kedua, dalam
sistem pemerintahan yang terdesentralisasi, fungsi menteri lebih banyak
pada pembuatan norma, kebijakan,
standar, kriteria, dan prosedur. Diperlukan komitmen untuk menciptakan good governance.
Ketiga,
kemampuan SBY membangun relasi
institusi dan kemitraan politik yang
produktif dengan DPR. Keempat,
kemampuan presiden memimpin dan
mengelola potensi kabinet baru dalam rangka pencapaian visi, komitmen, dan janji kampanye politiknya.
Kelima, kemampuan
optimalisasi
pemanfaatan
APBN bagi peningkatan kesejahteraan
rakyat serta
pengurangan
pengangguran
dan
kemiskinan.
Tantangan ini hendaknya menjadi
momentum bagi SBY untuk membuktikan pesimisme masyarakat.
Apakah kabinet ini mampu menjawabnya? Tergantung pada komitmen yang kuat dari presiden dan para menterinya
untuk melakukan
perubahan.
Hendaknya kit a tidak
memberi penilaian sebelum kabinet
ini bekerja.
Hal yang paling penting ada~ah
bagaimana meningkatkan
kinerja
pemerintahan.
Pemerintahan
yang
efektif merupakan alat untuk mencapai tujuan pembangunan ekonomi
yang ditandai dengan semakin membaiknya standar kehidupan masyarakat. Kini, saatnya untuk bekerja.
Tunjukkan karya nyata untuk membangun Indonesia demi kesejahteraan rakyat. Selamat bekerja dan

berkarya. _

.