ETIKA PROFESI KETEKNIKAN PERTANIAN

ETIKA PROFESI KETEKNIKAN PERTANIAN

  Oleh Prof. Dr. Ir. Sumardi HS, MS.

  Dr. Ir. Ruslan Wirosoedarmo, MS. Bismillahhirohmanirohim Dengan nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang Diantara kita disini jumlahnya ditambah sat yaitu Allah

  Evaluasi diri dengan mengenal diri

  1. Siapa saya

  2. Dimana saya

  3. Mau kemana saya

  Fisik atau tubuh kita terdiri antara lain:

  1. Kaki

  2. Tangan

  3. Mulut

  4. Hidung

  5. Mata

  6. Telinga

  Tingkatan kecerdasan manusia diantaranya:

  1. IQ = Kecerdasan intelektual = fsik= Rogo

  2. EQ=Kecercasan emosional=roso =jiwo

  3. SQ= kecerdasan speritual = hati= sokmo

  Nilai dasar menuju prestasi gemilang:

  1. Jujur

  2. Tanggung jawab

  3. Visioner

  4. Disiplin

  5. Kerjasama

  6. Adil

  7. Peduli

  Suara hati manusia diantaranya:

  1.Ingin memberi

  2.Kasih dan sayang

  3. Ingin maju

  4.Ingin tahu

  5. Ingin bersih

  6. Memelihara

  7. Menolong 8. keindahan

  Tangga Kepemimpinan: Tingkat 1: Pemimpin yang dicintai Tingkat 2: Pemimpin yang dipercaya Tingkat 3: Pembimbing Tingkat 4: pemimpin yang berkepribadian Tingkat 5: Pemimpin yang abadi

  Apakah Etika? Kata Etika atau etik berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Dapat juga diartikan norma-norma, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.

  Profesi adalah kelompok sosial manusia.

  Etika : dirupakan dalam bentuk aturan (kode) tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional umum dinilai menyimpang dari kode etik.

  Etika dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat internasional diperlukan suatu sistem yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dll. Dengan demikian 1. etika akan memberikan semacam batasan maupun standar yang akan mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok sosial. 2. etika adalah refeksi dari apa yang disebut dengan “ self control” karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan

untuk kepentingan kelompok sosial (profesi)

itu sendiri

  Profesional : merupakan kelompok yang berkeahlian dan berkemahiran yang diperoleh melalui proses pendidikan dan pelatihan yang berkualitas dan berstandar tinggi yang dalam menerapkan semua keahlian dan kemahiran yang tinggi itu hanya dikontrol dan dinilai dari dalam 0leh rekan sejawat, sesama profesi sendiri.

  

kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh

individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Menurut Martin [1993], etika didefnisikan sebagai "the discipline which can act as the performance index or reference for our control system". Etika adalah refeksi dari apa yang disebut dengan "self

control", karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari

dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri.

  Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat "built-in

mechanism" berupa kode etik profesi dalam hal ini jelas akan

diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi,

dan di sisi lain melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalah-gunaan keahlian (Wignjosoebroto, 1999).

  Sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari

masyarakat, bilamana dalam diri para elit profesional tersebut

ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya.

  Etika disebut juga flsafat moral adalah cabang flsafat yang berbicara tentang praxis (tindakan) manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak.

  Tindakan manusia ini ditentukan oleh bermacam-macam norma.

  Norma dibagi lagi menjadi norma hukum,norma moral, norma agama dan norma sopan santun. Norma hukum berasal dari hukum dan perundang

undangan,norma agama berasal dari agama sedangkan norma

moral berasal dari suara batin. Norma sopan santun berasal dari kehidupan sehari-hari sedangkan norma moral berasal dari etika.

  • • Etika (ethics) berarti moral sedangkan etiket (etiquette)

    berarti sopan santun. Persamaan antara etika dengan etiket yaitu:
  • etika dan etiket menyangkut perilaku manusia. Istilah tersebut dipakai mengenai manusia tidak mengenai

    binatang karena binatang tidak mengenal etika maupun

    etiket.
  • Kedua-duanya mengatur perilaku manusia secara

    normatif artinya memberi norma bagi perilaku manusia

    dan dengan demikian menyatakan apa yag harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Justru karena sifatnya normatif maka kedua istilah tersebut sering dicampuradukkan.

  Perbedaan antara etika dengan etiket

  1. Etiket menyangkut cara melakukan perbuatan manusia. Etiket menunjukkan cara yang tepat artinya cara yang diharapkan serta ditentukan dalam sebuah kalangan tertentu. Etika tidak terbatas pada cara melakukan sebuah perbuatan, etika memberi norma tentang perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut masalah apakah sebuah perbuatan boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan.

  2. Etiket hanya berlaku untuk pergaulan. Etika selalu berlaku walaupun tidak ada orang lain. Barang yang dipinjam harus dikembalikan walaupun pemiliknya sudah lupa.

  3. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam sebuah kebudayaan, dapat saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Etika jauh lebih absolut. Perintah seperti “jangan berbohong”, “jangan mencuri” merupakan prinsip etika yang tidak dapat ditawar-tawar.

  4. Etiket hanya memadang manusia dari segi lahiriah saja sedangkan etika memandang manusia dari segi dalam. Penipu misalnya tutur katanya

lembut, memegang etiket namun menipu. Orang dapat memegang etiket

namun munafk sebaliknya seseorang yang berpegang pada etika tidak

mungkin munafk karena seandainya dia munafk maka dia tidak bersikap

etis. Orang yang bersikap etis adalah orang yang sungguh-sungguh baik.

  • Etika perlu dibedakan dari moral. Ajaran moral memuat

    pandangan tentang nilai dan norma moral yang terdapat

    pada sekelompok manusia. Ajaran moral mengajarkan

    bagaimana orang harus hidup. Ajaran moral merupakan

    rumusan sistematik terhadap anggapan tentang apa yang bernilai serta kewajiban manusia.
  • Etika merupakan ilmu tentang norma, nilai dan ajaran moral. Etika merupakan flsafat yang merefeksikan ajaran moral. Pemikiran flsafat mempunyai 5 ciri khas yaitu bersifat rasional, kritis, mendasar, sistematik dan normatif (tidak sekadar melaporkan pandangan moral melainkan menyelidiki bagaimana pandangan moral yang sebenarnya).

  Pluralisme moral diperlukan karena: 1. pandangan moral yang berbeda-beda karena adanya perbedaan suku, daerah budaya dan agama yang hidup berdampingan;

2. modernisasi membawa perubahan besar dalam

struktur dan nilai kebutuhan masyarakat yang akibatnya menantang pandangan moral tradisional; 3. berbagai ideologi menawarkan diri sebagai penuntun kehidupan, masing-masing dengan ajarannya sendiri tentang bagaimana manusia harus hidup.

  Menurut Ahli:

  1. Drs. OP Simorangkir: etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berperilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.

  2. Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika flsafat: etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.

  3. Drs. H Burhanudin Salam: etika adalah cabang flsafat

yang berbicara mengenai nilai dan noma moral yang

menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.

  Adapun nilai moral adalah kebaikan manusia sebagai manusia.

  Moralitas Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral yang terdapat di antara sekelompok manusia.

  Norma moral adalah tentang bagaimana manusia harus hidup

supaya menjadi baik sebagai manusia. Ada perbedaan antara

kebaikan moral dan kebaikan pada umumnya. Kebaikan moral

merupakan kebaikan manusia sebagai manusia sedangkan kebaikan pada umumnya

merupakan kebaikan manusia dilihat dari satu segi saja, misalnya

sebagai suami atau isteri.

  • Moral berkaitan dengan moralitas. Moralitas adalah sopan

  santun, segala sesuatu yang berhubungan dengan etiket atau sopan

santun. Moralitas dapat berasal dari sumber tradisi atau adat,

agama atau sebuah ideologi atau gabungan dari beberapa sumber

  Etika dan Moralitas Etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan merupakan flsafat yang merefesikan ajaran moral.

  Pemikiran flsafat mempunyai lima ciri khas yaitu rasional, kritis, mendasar, sistematik dan normatif.

  

Rasional berarti mendasarkan diri pada rasio atau nalar,pada

argumentasi yang bersedia untuk dipersoalkan tanpa perkecualian. Kritis berarti flsafat ingin mengerti sebuah masalah sampai ke akar-akarnya, tidak puas dengan pengertian dangkal.

  Sistematis artinya membahas langkah demi langkah.

  Normatif menyelidiki bagaimana pandangan moral yang seharusnya.

  • • Etika tidak dapat menggantikan agama. Agama merupakan hal yang tepat Etika dan Agama untuk memberikan orientasi moral. Pemeluk agama menemukan orientasi dasar disebabkan empat alasan sebagai berikut: etika agar dapat memberikan orientasi, bukan sekadar indoktrinasi. Hal ini kehidupan dalam agamanya. Akan tetapi agama itu memerlukan ketrampilan

  1. Orang agama mengharapkan agar ajaran agamanya rasional. Ia tidak puas mengapa Tuhan memerintahkannya. Etika dapat membantu menggali

mendengar bahwa Tuhan memerintahkan sesuatu, tetapi ia juga ingin mengerti

2. Seringkali ajaran moral yang termuat dalam wahyu mengizinkan interpretasi rasionalitas agama. yang saling berbeda dan bahkan bertentangan.

  3. Karena perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan masyarakat maka disinggungsinggung agama menghadapi masalah moral yang secara langsung tidak

4. Adanya perbedaan antara etika dan ajaran moral. Etika mendasarkan diri pada

dalam wahyu. Misalnya bayi tabung, reproduksi manusia dengan gen yang sama.

sedangkan etika terbuka bagi setiap orang dari semua agama dan pandangan

Oleh karena itu ajaran agama hanya terbuka pada mereka yang mengakuinya

argumentasi rasional semata-mata sedangkan agama pada wahyunya sendiri.

dunia.

  Kata etika sering dirancukan dengan istilah etiket, etis,

ethos,iktikad dan kode etik atau kode etika. Etika adalah

ilmu yang mempelajari apa yang baik dan buruk.

  Etiket adalah ajaran sopan santun yang berlaku bila manusia bergaul atau berkelompok dengan manusia lain. Etiket tidak berlaku bila seorang manusia hidup sendiri misalnya hidup di sebuah pulau terpencil atau di tengah hutan.

  Etis artinya sesuai dengan ajaran moral, misalnya tidak etis menanyakan usia pada seorang wanita.

  

Ethos artinya sikap dasar seseorang dalam bidang tertentu. Maka

ada ungkapan ethos kerja artinya sikap dasar seseorang dalam pekerjaannya, misalnya ethos kerja yang tinggi artinya dia menaruh sikap dasar yang tinggi terhadap pekerjaannya.

  Kode atika atau kode etik artinya daftar kewajiban dalam menjalankan tugas sebuah profesi

  Teori etika sebenarnya cuma meningkatkan keamanan, kegembiraan dan kesejahteraan manusia.

  

Peraturan etika melibatkan semua orang yang bertujuan untuk

mencapai keputusan yang baik untuk manusia sejagat.

  

Perilaku yang tidak beretika, walaupun tidak melanggar undang-

undang boleh menjejaskan kerjanya dan reputasi kita.

  Etika juga merupakan satu disiplin ilmu yang mengkaji tentang moral, prinsip moral, kaedah moral dan tindakan serta kelakuan manusia yang betul.

  Pengenalan : Teori Etika French dan Granrose (1995) : set panduan/peraturan bertingkahlaku- menyelesaikan konfik terhadap keinginan

Buchnolz (1989) : sistem –panduan tingkahlaku

  Shea (1988 : 17) : prinsip bertingkahlaku yang mengawal individu atau profesion dan sebagai satu standard tingkahlaku

  Perkembangan Teori Etika Etika bermula di zaman purba apabila ahli-ahli falsafah hanya memberikan tumpuan kepada kebaikan moral.

  Socrates (469-399 B.C.) menggunakan pendekatan yang mencoba dan menggalakkan rekan-rakannya untuk berfkir tentang kebaikan dan kesehatan roh.

  Ide utama Socrates tentang etika adalah berhubung dengan menyakinkan orang agar berakhlak mulia. Socrates mengatakan bahwa kebahagian adalah mustahil

diperoleh tanpa memiliki kebaikan moral dan tindakan yang tidak

beretika akan mengganggu orang lain, beliau menganggap orang yang tidak beretika sebagai orang yang lemah dan mempunyai psikologi yang tidak sihat.

  

Plato (428-348B.C.) mengkaji hubungan etika

dan personaliti manusia Kebaikan moral adalah suatu imbangan dan harmoni di kalangan perbedaan yang wujud dalam roh Kebaikan moral sebagai suatu keperluan terhadap kesihatan roh tetapi kebaikan yang sejati adalah sukar dicapai Mengikut Plato kebaikan moral adalah berada di bahagian dalaman intelektual

  

Aristotle (384-322B.C.) pula, beliau melihat kebaikan

moral agak berbeda daripada Plato danSocrates di mana

beliau menyatakan bahwa kebaikan moral mempunyai

hubungan yang sedikit dengan intelektual tetapi lebih kepada sifat (character) atau personaliti.

  Plato dan Socrates pula mengatakan beretika itu mempunyai hubungan yang rapat antara kebaikan moral dan personaliti yang sehat.

  Bagaimanapun ketiga-tiga ahli falsafah ini berpendapat

bahwa kebajikan seseorang itu bergantung sepenuhnya

dan berada dalam tangan seseorang itu.

  Sekiranya etika dahulu menekankan kebaikan moral dan rasionalnya, etika modern banyak menfokuskan kepada menentukan sifat-sifat beretika menerusi tindakan.

  

Etika modern telah membentuk dua persaingan yaitu :

1.tindakan yang mempunyai sifat etika dalam dan memerlukan status moral dari pada akibat (consequences) yang dibuat 2. tindakan itu sama ada betul atau salah.

  

Dahulunya ia dikenali sebagai Teologikal dan sekarang

dikenali dengan Deontologikal yaitu pendekatan kepada etika.

  Penyataan dalam Teori Etika 1. Etika deskriptif.

  Merupakan suatu disiplin yang membicarakan tentang sejarah sistem moral.

  Etika deskriptif memberitahu bagaimana ahli masyarakat harus bertingkahlaku, apakah peraturan yang digunakan dan dianuti dalam sebuah masyarakat dan sebagainya.

  

Etika deskriptif menyadarkan manusia bahwa terdapat berbagai sistem moral

yang bersifat relatif di muka bumi ini : etika Kristian, Buddha, Islam, Yahudi,

Hindu etc

Etika deskriptif menyatukan bentuk atau karektor sesuatu sistem moral yang

ada tanpa membuat penilaian, pengadilan dan keputusan terhadap sistem

tersebut.

  ETIKA DESKRIPTIF: yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang perilaku atau sikap yang mau diambil.

  Penyataan dalam Teori Etika 2. Etika normatif.

  Merujuk kepada panduan dan peraturan yang berkaitan dengan tingkahlaku yang baik dan jahat.

  Etika normatif juga menjurus kepada kenyataan yang memberitahu apa yang mesti dilakukan dan apa yang betul. Etika normatif menilai, mengkritik dan membuat keputusan terhadap sistem moral yang ada di

samping menerangkan sesuatu undang-undang moral yang dianggap terbaik, bukan undang-

undang moral yang sedia ada dan sedia diterima. Etika normatif mengemukakan sistem moral yang piawai berpandukan sistem sedia ada.

  

Etika normatif menyadarkan kita bahwa tidak semua nilai moral

berubah mengikuti perubahan masa tetapi ada yang terus kekal dipelihara meskipun budaya mengalami perubahan.

  Inilah yang dikatakan sebagai nilai mutlak dan biasanya berkaitrapat dengan agama.

  Golden Rule merupakan contoh prinsip etika normatif klasik.

  Jika mau orang melakukan perkara yang baik kepada kita, kita perlu melakukan perkara yang baik juga kepada orang lain. ETIKA NORMATIF: etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan

  Etika Normatif:

  berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolok ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan.

  2. Etika Khusus:

Merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar

dalam bidang kehidupan yang khusus. Penerapan bisa: bagaimana mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang dilakukan didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar, atau bagaimana saya menilai perilaku sendiri atau

orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan

khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis.

  Etika Khusus:

  1.Etika individual: yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri.

  2.Etika sosial: yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota umat manusia.

   Etika Sosial menyangkut hubungan

  manusia dengan manusia baik secara langsung maupun secara kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis terhadap pandangan-pandangan dunia dan idiologi-idiologi maupun tanggung jawab umat manusia terhadap lingkungan hidup. Macam Etika Sosial:

  1.Sikap terhadap sesama

  2.Etika keluarga

  3.Etika Profesi

  4.Etika politik

  5.Etika lingkungan

  6.Etika idiologi

  Variabel penilaian Etika:

  1.Tujuan baik, tetapi cara untuk mencapainya tidak baik

  2.Tujuan tidak baik, cara pencapaiannya kelihatannya baik

  3.Tujuan tidak baik, cara pencapaiannya juga tidak baik

  4.Tujuan baik, cara pencapaiannya juga terlihat baik

  Teori dan Aliran Pemikiran

  1. Teologi : Teori ini melihat kebaikan dan keburukan sesuatu tindakan. Sesuatu perbuatan itu tidak diketahui sama ada baik atau buruk sehinggalah melihat kepada kesannya. vs

  2. Deontologi atau non consequentialist : Teori deontologi ini berasaskan kepada prinsip asas yaitu kewajipan manusia. Teori ini berasal daripada perkataan Greek, deon iaitu duty yang merujuk kepada kewajipan individu.

  ◦

Berasaldari kata deon yang berarti: apa

yang harus dilakukan atau KEWAJIBAN

harus sesuai dengan prosedur dan teori.

  ◦ Menurut Kant hakekat sesuatu “YANG BAIK” adalah NIAT YANG BAIK

   Deontologi Aturan : suatu tindakan dilakukan menurut kaidah yang dikehendaki dan dapat diberlakukan secara umum

   Deontologi Situasi : suatu tindakan yang secara moral dibenarkan adalah jika tindakan itu dapat

dijadikan aturan umum di mana semua orang akan

bertindak sama dalam situasi itu. AVSH - EB MM IPB 2008 46

  AVSH - EB MM IPB 2008 47 Teori deontologi aturan menghadapi masalah ketika:

   Ada dua norma bertentangan

   Semua aturan moral kadang-kadang memunculkan pengecualian. SOLUSIKewajiban moral bersifat prime facie (WD Ross).

  Melalui teori Deontologi situasi (Imannuel Kant) (dengan tiga kriteria):

  Reversibility (able to be changed or undone)

  Universability (relating to the universe or everything; relating to whole word)Penghargaan terhadap martabat manusia.

  

Teori Teleologi mengandung makna tentang adanya upaya

membedakan tujuan, hasil, sasaran dan akibat dari suatu

tindakan dari sudut pandang APA & SIAPA yang melakukan.

   Dari sudut Apa dikenal dua versi teleologi, yaitu:

   Hedonisme, yang merupakan gambaran suatu situasi dimana seseorang bertindak sedemikian rupa sehingga mencapai kenikmatan yang paling besar

   Eudaimonisme, yaitu situasi dimana seseorang Bertindak sedemikian rupa sehingga mencapai kebahagiaan;

  

Dari sudut Siapa dikenal DUA versi egoisme etis yaitu:

Egoisme Hedonistik: bertindak sedemikian rupa  sehingga mencapai kenikmatan yang paling besar

   Egoisme Eudamonistik. bertindak sedemikian rupa sehingga mencapai kebahagiaan terbesar AVSH - EB MM IPB 2008 48

  Teori dan Aliran Pemikiran

  3. Subjektif. Penilaian terhadap sesuatu etika berdasarkan kepada penilaian diri sendiri. Individu berhak meletakkan nilai sama ada baik atau sebaliknya. Perasaan peribadi terlibat dalam menilai dan menentukan baik buruk sesuatu tindakan. vs

  4. Objektif. Kode moral adalah bebas dari

kepentingan individu. Baik dan buruk tidak bersandar

kepada sikap individu tetapi wujud dengan sendirinya

  Teori dan Aliran Pemikiran

  ‘Baik’ perlu dijelaskan dalam bentuk kualiti fakta alam seperti memenuhi keperluan manusia, mendatangkan

kebahagiaan, kenikmatan dan sebagainya kepada manusia.

vs

  6. Non Naturalisme. Moral adalah sesuatu yang unik dan tidak boleh dikelaskan. Sesuatu perlakuan itu baik kerana ianya memang baik.

  Teori dan Aliran Pemikiran

  

7. Relativisme. Sesuatu yang dianggap baik oleh satu

masyarakat tidak mungkin dianggap sedemikian oleh masyarakat yang lain. (barat-timur) Ini bererti masyarakat yang berlainan memberikan nilai moral yang berbeda bagi tingkahlaku yang serupa. vs

  8. Absolutisme. Prinsip moral berbeda dari satu budaya dengan budaya yang lain. Bagaimanapun prinsip asas sejagat adalah sama. Misalnya, semua masyarakat meletakkan nilai yang tinggi kepada kebaikan.

  

Teori ini merupakan suatu aliran atau dimensi di bawah teori etika Teologikal

Teori Utilitarianisme Utilitarianisme adalah doktrin moral yang mengkehendaki manusia supaya yang juga dikenali sebagai consequentialism. Kebaikan ini termasuklah kegembiraan atau keseronokan kepada semua bertindak untuk menghasilkan kebaikan secara maksimum. Tindakan dikatakan sebagai bermoral jika menghasilkan kegembiraan yang pihak. Jeremy Bentham (1748-1832) dan John Stuart Mill (1806-1873) adalah dua maksimum. orang tokoh yang dikaitkan dengan teori ini.

  Bentham mengenal 7 elemen yang perlu dipertimbangkan untuk

mengukur keseronokan mencipta kalkulus Hedonistik Bentham yang

memberi skala antara –10 hingga +10.

  

Elemen yang dimaksudkan oleh Bentham ialah: intensiti, jangka

masa, kepastian, kesegeraan, kesadaran, keberkesanan dan had atau batasan.

  1. Intensiti bermaksud kedalaman. Sejauh manakah dalamnya kesan pengalaman terhadap seseorang.

  2. Jangka masa. Berapa lamakah keseronokan atau kesengsaraan akan berakhir?

  

3. Kepastian. Adakah anda pasti sama ada mengalami keseronokan atau

kesengsaraan akibat sesuatu yang berlaku.

  

5. Kesedaran. Apakah kemungkinan anda mengalami rasa seronok

pada masa akan datang?

  6. Keberkesanan. Apakah kemungkinan anda mengalami rasa sengsara pada masa hadapan? Mangsa tragedi selalunya senantiasa berasa takut dan risau

  7. Had atau batasan. Berapa kerapkah kesengsaraan dan keseronokan dicetuskan dalam kehidupan orang lain?

Jika jumlah skor kesengsaraan melebihi keseronokan maka sesuatu

perbuatan tersebut adalah sememangnya salah dan tidak beretika.

  

Mill membedakan antara keseronokan dengan memasukkan aspek

kualiti. Mill mengukur kualiti dan kuantiti sekaligus. Menurut Mill,

petunjuk kualiti keseronokan adalah seperti tinggi/rendah,

baik/buruk, objektif/subjektif, dan baru/lama. Faktor yang boleh

mempengaruhi keseronokan pula ialah kecerdikan, pendidikan,

sensitiviti, bermoral dalam tindakan dan kesihatan yang baik.

  Utilitarianisme pada peringkat paling rendah dipanggil ‘act

utilitarinisme’. Kita harus bertanya kepada diri sendiri mengenai

kesan akibat sesuatu tindakan dalam keadaan tertentu ke atas

pihak-pihak yang terlibat sebelum sebarang tindakan diambil.

  Sekiranya tindakan tersebut menghasilkan kebaikan maka ia dianggap betul.

UTILITARIANISME

  a. Anggapan bahwa klasifkasi kejahatan harus didasarkan atas kesusahan atau penderitaan yang diakibatkannya terhadap para korban dan masyarakat.

  b. Menurut kodratnya manusia menghindari ketidaksenangan dan mencari kesenangan. Kebahagiaan tercapai jika manusia memiliki kesenangan dan bebas dari kesusahan. c. Karena menurut kodratnya tingkah laku manusia terarah pada kebahagiaan, maka suatu perbuatan dapat dinilai baik atau buruk, sejauh dapat meningkatkan atau mengurangi kebahagiaan semua orang.

  d. Moralitas suatu tindakanharus ditentukan dengan menimbang kegunaannya untuk mencapau kebahagiaan umat manusia. (The greatest happiness of the greatest number)

  Jenis-jenis Utilitarianism

  Ciri yang pertama adalah merekadkan akibat sesuatu perbuatan sama ada bermoral atau sebaliknya berdasarkan kajian kes. Ciri ini dipanggil act utilitarianism.

  Misalnya aktiviti dengan menonton televisi mungkin dianggap tidak bermoral karena masa tersebut sepatutnya digunakan untuk melakukan kerja-kerja yang bermanfaat seperti kerja kebajikan

  Jenis-jenis Utilitarianism

  

Ciri yang kedua pula ialah mengambilkira kegembiraan, kesan

daripada suatu tindakan dianggap bermoral. Ini kerena

Bentham berpendapat, untuk menentukan benar atau salah

(moraliti) tingkah laku individu, ianya perlu mengambilkira

kesan dan akibatnya.

  Misalnya tindakan atau perbuatan yang boleh meningkatkan

ciri kesetiaan dan persahabatan, sehingga mencetuskan ciri

kegembiraan.

  

Memutuskan persahabatan tetapi membahagiakan kedua-dua

pihak yang terlibat adalah suatu yang dianggap bermoral.

HEDONISME

  Doktrin etika yang mengajarkan bahwa hal terbaik bagi manusia adalah mengusahakan “kesenangan” (Hedone) 1. Aristipos dri Kyrene (433 – 355s.M): Yang sungguh baik bagi manusia adalah

  • kesenangan. Kesenangan itu bersifat badani belaka,
  • karena hakikatnya tidak lain dari pada gerak dalam badan.

Tiga Kemungkinan Gerak 1

  Gerak yang kasar: Ketidaksenangan 2. Gerak yang halus: Kesenangan 3. Ketiadaan gerak: Netral

Hedonisme: Yang baik dalam arti

yang sebenarnya adalah kenikmatan (gerak yang halus) kini dan di sini.

  2. Epikuros (341 – 270 s.M.) a.

  Kesenangan adalah tujuan hidup manusia.

  b.

  Menurut kodratnya setiap manusia mencari kesenangan.

  c.

  Kesenangan yang dimaksud bukanlah kesenangan inderawi, tetapi kebebasan dari rasa nyeri dalam tubuh kita dan kebebasan dari keresahan dalam jiwa.

  Tiga Macam Keinginan 1.

  Keinginan alamiah yang perlu.

  2. Keinginan alamiah yang tidak perlu.

  3. Keinginan yang sia-sia.

  Hedonisme: Hidup yang baik adalah memenuhi keinginan alamiah yang perlu

Tinjauan Kritis

  a. Ada kebenaran yang mendalam pada hedonisme: Manusia menurut kodratnya mencari kesenangan dan berupaya menghindari ketidaksenangan. Tetapi apakah manusia selalu mencari kesenangan? b. Hedonisme beranggapan bahwa kodrat manusia adalah mencari kesenangan sehingga kesenangan disetarakan dengan moralitas yang baik. Tetapi jika demikian, apakah ada jaminan bahwa kesenangan itu baik secara etis? c.Para hedonis berpikir bahwa sesuatu adalah baik karena disenangi. Tetapi sesuatu belum tentu menjadi baik karena disenangi. d.Hedonisme mengatakan bahwa kewajiban moral saya adalah membuat sesuatu yang terbaik bagi diri saya sendiri. Karena itu ia mengandung paham egoisme karena hanya memperhatikan kepentingan dirinya saja.

EUDEMONISME

  Aristoteles (384 – 322):

  a. Bahwa dalam setiap kegiatannya manusia mengejar suatu tujuan akhir yang disebut kebahagiaan. Tetapi apa itu kebahagiaan?

  b. Manusia mencapai kebahagiaan dengan menjalankan secara baik kegiatan- kegiatan rasionalnya dengan disertai keutamaan.

Kritikan Terhadap Teori Utilitarianisme

   Adakah teori ini benar-benar boleh berfungsi? Teori ini meminta kita membuat pengiraan untuk unit kegembiraan/keseronokan yang terhasil daripada tindakan-tindakan alternatif.

  Adakah kita mempunyai kemampuan dari segi masa dan kebolehan untuk melakukan ini semua?

   Bagaimana dengan tindakan yang sememangnya salah dari segi moral, tetapi dapat membawa kegembiraan/keseronokan yang tinggi?

   Adakah fahaman utilitarianisme ini adil? Keputusan A membawa tiga unit kegembiraan kepada lima orang = 15 unit

Keputusan B membawa 10 unit kepada seorang,

4 unit kepada dua orang dua orang lagi tidak memperoleh apa-apa. Jumlah kegembiraaan yang dibawa ialah 18 unit.

  Teori Moral Kant

German Philosopher (1724 – 1804)

   Terdapat tiga persoalan yang perlu dijawab untuk menentukan kemoralan sesuatu perlakuan

   Persoalan pertama Apa yang menjadikan sesuatu perlakuan itu bernilai (worth) dari segi moral? Seseorang itu perlu bertanggungjawab dari segi moral terhadap motifnya

Nilai sesuatu perlakuan boleh dilihat dari aspek

intrumental dan intrinsik

Nilai Instrumental: Perlakuan yang baik kerana

akibatnya

  Nilai baik secara intrinsik: Baik kerana perkara/perlakuan itu sendiri Fikirkan contohnya dalam konteks di sekolah!

   Persoalan kedua

  Apakah motif yang betul? Sesuatu perlakuan itu akan dianggap mempunyai nilai moral sekiranya ia mempunyai niat (intention) yang betul.

  Persoalan ketiga Apakah perkara yang betul untuk dilakukan? Motif dan perlakuan itu mestilah betul dan relevan

Perlakuan yang harus kita lakukan (imperatives)

yang bersifat individu dan bersyarat dikategorikan sebagai ‘hypothetical imperative’ Tuntutan moral yang tidak bersifat individu (universal) dan tidak bersyarat digelar ‘categorical imperative

Perlakuan seperti ini mempunyai obligasi moral

yang tinggi Apabila peraturan moral dianggap sebagai mutlak, manusia harus mematuhinya sebagai satu kewajipan dan ketepikan (Fikirkan contohnya)

Etika keperibadian mulia

   Bukan semua teori boleh digolongkan kepada dua katogori di atas. Etika keperibadian mulia boleh tergolong ke dalam consequentialist atau nonconsequentialist

   Ia menitikberatkan budi pekerti manusia.

  Kehidupan manusia perlu diasaskan kepada keunggulan (ideals) 

  Keperibadian mulia dapat dipelajari melaui pengulangan 

  Aristotle mengklasifkasikan keperibadian mulia sebagai pertengahan (min) di antara sesuatu yang murni (virtue) dan kejahatan (vice)

Etika keperibadian mulia

   Bukan semua teori boleh digolongkan kepada dua katogori di atas. Etika keperibadian mulia boleh tergolong ke dalam consequentialist atau nonconsequentialist

   Ia menitikberatkan budi pekerti manusia.

  Kehidupan manusia perlu diasaskan kepada keunggulan (ideals) 

  Keperibadian mulia dapat dipelajari melaui pengulangan 

  Aristotle mengklasifkasikan keperibadian mulia sebagai pertengahan (min) di antara sesuatu yang murni (virtue) dan kejahatan (vice)

  

  Contoh untuk nilai kesederhanaan ialah seperti berikut: lokekkemurahan hatimembazir Rendah ketabahan berlagak hati Sifat-sifat murni ini perlu bersifat sejagat walaupun ia kadangkala dipengaruhi oleh masyarakat dan budaya

Kerelatifan etika (ethical relativism)

  

  Nilai etika dan kepercayaan adalah relatif kepada individu atau kumpulan yang mendukungnya

  

  Jarang wujud kebenaran/kesalahan secara mutlak

  

  Terdapat dua jenis kerelatifan: Kerelatifan etika individu Kerelatifan etika sosial atau budaya

   Sebab-sebab wujudnya kerelatifan etika: Kepelbagaian pandangan moral

Ketidaktentuan moral (moral uncertainty)

Perbezaan situasi

  

Kerelatifan dari segi nilai (value relativism)

Keliru mengenai prinsip betul dan salah Perbezaan dalam dunia perniagaan/korporat dengan dunia pendidikan Dunia pendidikan menitikberatkan nilai- nilai murni, penerapan nilai-nilai murni dalam pengajaran dan sebagainya Dunia perniagaan didasarkan kepada ‘kepentingan dan keuntungan’

  

  Kepelbagaian pandangan Secara umum: isu pengguguran,

  euthanasia, pornograf, keadilan,

  diskriminasi dan sebagainya Aspek pendidikan: Tujuan pendidikan untuk perkembangan IQ, EO, SQ, VQ dan sebagainya Kesamaan peluang dalam mendapat pendidikan yang berkualiti Pealiran dalam pendidikan

   Ketidaktentuan moral Apakah yang penting dari segi moral dalam keadaan tertentu?

   Perbezaan situasi Isu dan standard nilai adalah berbeza untuk situasi yang berbeza. Contohnya hak asasi manusia

Teori Etika dan Pendekatan Moral

   Hubungan antara teori etika dengan proses pembuatan keputusan moral

  Teori etika  Prinsip etika  Keputusan etika

  Relativisme Etika Keadaan merupakan pertimbangan utama dalam

menentukan suatu tindakan itu sama ada beretika

atau tidak. Tindakan dinilai berdasarkan kesan atau akibatnya.

  Relativisme etika melihat kepada beberapa

perspektif jika wujudnya pertentangan budaya dan

pendapat antara individu. Perspektif tersebut melihat dari aspek :

  Perbedaan ini berlaku apabila wujud pertentangan

budaya dan amalan dalam diri individu terhadap

sesuatu tindakan.

  2. Kepelbagaian nilai budaya dan persekitaran memberikan penilaian yang berbeda terhadap tindakan individu sama ada bermoral atau sebaliknya.

  

3. Tiadanya skala penilaian yang piawai dan mutlak

dalam menilai suatu perbuatan itu sama ada beretika atau sebaliknya

  

Kajian Mengenai Etika

  1. Etika umum

  a. Etika Deskriptif

  b. Etika Normatif

  c. Metaetika

  2. Etika Khusus

  a. Safsatah

  b. Bidang khusus

  Metaetika: Kajian ini adalah hasil daripada etika deskriptif dan normatif, iaitu menyenaraikan ciri-ciri serta istilah yang

berkaitan dengan tindakan bermoral atau sebaliknya

seperti kebaikan, kejahatan, tanggungjawab dan kewajipan.

  Meta etika pula dibahagikan kepada dua iaitu :

  1. Analitik yang berkaitan dengan menganalisis semua peraturan yang berkaitan tingkahlaku baik dan jahat

  Etika khusus

  1. Safsatah : Suatu seni dan teknik dalam penyelesaian masalah dan dilema yang mengaplikasikan prinsip-prinsip moral.

  2. Bidang khusus: Mengaplikasikan kajian etika umum dalam bidang-bidang khas seperti bisnes,perubatan, politik dan sains.

  Penilaian dalam etika Penilaian terhadap perbuatan yang baik adalah melalui peningkatan terhadap kesedaran dan pembangunan rohani individu hasil daripada perbuatannya Etika mengambilkira penilaian ke atas suatu tindakan itu berbanding hanya dengan : a.Melabelkan perbuatan yang baik jika ianya memenuhi kehendak dan keperluan manusia sahaja.

  

b. Melabelkan perbuatan yang baik jika ianya meningkatkan

kehidupan dan melabelkan sebaliknya jika perbuatan itu memusnahkan kehidupan.

  Aspek dalam Etika Terdapat dua aspek dalam etika. Aspek pertama

iaitu keupayaan menilai yang baik dan yang buruk,

dosa dan pahala atau sesuai dan sebaliknya. Aspek

yang kedua pula melibatkan komitmen dalam melakukan apa yang baik dan bersesuaian.

  Etika tidak lagi semata-mata satu topik perbualan dan isu yang diperdebatkan tetapi memerlukan tindakan dan susulan.

  Subjektivisme Etika Subjektivisme etika adalah bergantung kepada faktor kemahuan sama ada individu atau pencipta sebagai subjeknya.

  Jika manusia merupakan kemahuannya, badan perundangan akan menentukan suatu keputusan itu dari segi undang-undang.

  Jika kemahuan itu menjadikan Tuhan sebagai subjeknya, maka hukuman lebih berbentuk kepada pembalasan Tuhan.

  Pengampunan dan pembalasan atas dosa yang dilakukan atau pahala atas kebaikan yang dibuat adalah antara manusia dan Tuhan.

  Objektivisme Etika Menurut objektivisme etika, nilai-nilai moral merupakan suatu kebaikan.

  

Undang-undang tidak dicipta dan tidak berasaskan subjek sama ada

manusia atau Tuhan.

  

Salah satu bentuk objektivisme etika ialah nilai mutlak moral (moral

absolutism). Hukuman yang dikenakan adalah muktamad. Untuk

mengelakkan hukuman, seseorang perlulah melengkapkan kehidupan masing –masing serta mematuhi undang-undang .

  Hukum Karma dan Kelahiran semula merupakan gambaran kehidupan dalam objektivisme etika yang mencapai sifat lengkapnya.

  Kelas Teori Etika

Ahli falsafah lazimnya membahagikan teori etika kepada tiga

kelas am iaitu metaetika, etika normatif dan etika gunaan.

  Metaetika mengkaji asal prinsip-prinsip etika dan penggunaannya. Adakah prinsip etika merupakan suatu

rekaan sosial? Adakah prinsip-prinsip etika ini merupakan

gambaran hasil daripada emosi individu?

  Meta etika menjawab persoalan ini yang memfokuskan kebenaran universal, ketentuan Tuhan, alasan kepada

penilaian etika dan defnisi istilah-istilah berkaitan etika itu

sendiri.

  Etika normatif lebih kepada praktikal.

  Misalnya dalam menentukan piawaian moral terhadap tindakan yang betul atau salah. Perlukah saya mendapat keizinan daripada pemiliknya? Perlukah saya

mencuri untuk sesuap nasi? Persoalan ini akan dijawab

melalui panduan yang disediakan oleh etika normatif.

  Etika gunaan pula melibatkan penyelesaian ke atas isu-

isu kontroversi seperti isu pengguguran, pembunuhan

anak, pencemaran alam, homoseksual dan peperangan

nuklear. Etika gunaan mengaplikasikan garis panduan

konseptual dalam metaetika dan etika normatif untuk

menyelesaikan isu-isu ini.

  3. KEBAIKAN, KEBAJIKAN DAN KEBAHAGIAAN

  A. KEBAIKAN

  1. Tidak semua kebaikan merupakan kebaikan akhlak.

  Secara umum kebaikan adalah suatu yang diinginkan , yang diusahakan dan menjadi tujuan manusia.

   Contoh: Tembakan yang “baik” dalam

  pembunuhan merupakan perbuatan akhlak yang buruk.

  2. Manusia menentukan tingkah lakunya untuk tujuan dan memilih jalan yang ditempuh.

  • Manusia harus mempunyai tujuan akhir untuk arah hidupnya
  • Jalan yang ditempuh mendapatkan nilai dari tujuan akhir
  • Tujuan harus ada, supaya manusia dapat menentukan tindakan pertama.
  • Seluruh manusia mempunyai sifat serupa dalam usaha hidupnya, yaitu menuntuk kesempurnaan.
  • Tujuan akhir selamanya merupakan kebaikan tertinggi, baik manusia itu

    mencarinya dengan kesungguhan atau tidak

a. Kebaikan atau keburukan perbuatan manusia Objektif : keadaan perseorangan tidak dipandang Subjektif : keadaan perseorangan diperhitungkan Batiniah :berasal dari dalam perbuatan sendiri (kebatinan, intrisik)

Lahiriah : Berasal dari perintah atau larangan

hukum positif (ekstrisik)

b. Unsur-unsur yang menentukan kesusilaan

  1.Perbuatan itu sendiri, yang dikehendaki pembuat ditinjau dari sudut kesusilaan

  2. Alasan (motif). Apa maksud yang dikehendaki pembuat dengan perbuatannya.

  3. Keadan, gejala tambahan yang berhubungan dengan perbuatan itu. c. Penggunaan praktis

  1. Perbuatan yang sendirinya jahat, tak dapat menjadi baik atau netral karena alasan dan keadaan.

  2. Perbuatan yang baik, tumbuh dalam kebaikannya, karena kebaikan alasan dan keadaan.

  3. Perbuatan netral memperoleh kesusilaan, karena alasan dan keadaan d. Dalam praktek, tak mungkin ada perbuatan kemanusiaan netral, sebabnya perbuatan ini setidak-tidaknya secara implisit mempunyai tujuan.Kesusilaan tidak semata-mata hanya tergantung pada maksud dan kemauan baik, orang harus menghendaki kebaikan.

  B. KEBAJIKAN 1.

  Kebiasaan (habit) merupakan kualitas kejiwaan, keadaan yang tetap, sehingga memudahkan pelaksanaan pelaksanaan perbuatan.

  Ulangan perbuatan memperkuat kebiasaan, sedangkan meninggalkan suatu perbuatan atau melakukan perbuatan yang bertentangan akan melenyapkan kebiasaan.

  2. Kebiasaan yang dari sudut kesusilaan baik dinamakan kebijakan (virtue) sedangkan yanh jahat, buruk, dinamakan kejahatan (vice).

  Kebajikan adalah kebiasaan yang menyempurnakan manusia.

  Tidak ada orang berbuat jahat dengan sukarela (Socrates).

  3. Kebajikan budi menyempurnakan akal menjadi alat yang baik untuk menerima pengetahuan

  4. Kebajikan pokok, adalah kebajikan susila yang meliputi: a. Menuntut keputusan budi yang benar guna memilih alat-alat dengan tepat untuk tujuan yang bernilai (kebijaksanaan) b. Pengendalian keinginan kepada kepuasan badaniah(pertahanan/pengendalian hawa nafsu inderawati)

  c. Tidak menyingkir dari kesulitan (kekuatan)

  d. Memberikan kepada yang memilikinya (keadilan) a. Manusia merasa kosong, tak puas, gelisah, selama keinginnannya tak terpenuhi.

  b. Seluruh manusia mencari kebahagiaan, karena tiap orang berusaha memenuhi keinginannya.

  c. Apakah kebahagiaan sempurna dapat dicapai.

  Beberapa jalan fkiran yang perlu dipertimbangkan, yang menganggap kebahagiaan sempurna itu dapat dicapai adalah:

  1. Manusia mempunyai keinginan akan bahagia sempurna.