AN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) APPLICATION FOR PRIORITIZING THE GREEN PRODUCTIVITY (GP) OPTIONS OF YOGYAKARTA LEATHER TANNING SMEs

  

AN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) APPLICATION FOR

PRIORITIZING THE GREEN PRODUCTIVITY (GP) OPTIONS OF YOGYAKARTA

LEATHER TANNING SMEs

  1,3 2,3,* 2,3

  Dwi Ningsih , Ono Suparno , and Suprihatin

1 Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik Yogyakarta, Indonesia.

  E-mail: duinatha@gmail.com.

  2 Departemen Teknologi Industri Pertanian, IPB Bogor. Kampus Darmaga, Bogor 16680, Indonesia. Telepon/fax: +62 251 8621974.

  3 Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Sekolah Pasca Sarjana, IPB, Bogor ABSTRACT

Analytical Hierarchy Process (AHP) is one of the most important multi criteria

decision making methods. AHP is an effective method when subjectivity exists and

suitable to solve problems where the decision criteria can be organized in a

hierarchical way. The aim of this study is to prioritize the Green Productivity (GP)

options to overcome the environmental problem in the Yogyakarta leather tanning

SMEs using the Analytical Hierarchy Process (AHP). The Green Productivity

alternatives are identified during the interview with the leather SMEs and the industry

experts. This study shows that by using AHP, the selected Green Productivity (GP)

options is to optimize process production.

  

Keywords: Analytical Hierarchy Process (AHP), Leather tanning SMEs, Green

Productivity

  

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM

MENENTUKAN PRIORITAS PILIHAN PRODUKTIVITAS HIJAU DI IKM

PENYAMAKAN KULIT YOGYAKARTA

  1,3 2,3,* 2,3

  Dwi Ningsih , Ono Suparno , and Suprihatin

1 Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik Yogyakarta, Indonesia.

  E-mail: duinatha@gmail.com.

  2 Departemen Teknologi Industri Pertanian, IPB Bogor. Kampus Darmaga, Bogor 16680, Indonesia. Telepon/fax: +62 251 8621974.

  3 Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Sekolah Pasca Sarjana, IPB, Bogor ABSTRAK

Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan metode untuk menentukan

  keputusan berdasarkan multi kriteria. AHP merupakan metode yang efektif digunakan ketika subjektivitas terjadi dan metode ini sangat cocok untuk menyelesaikan permasalahan dimana kriteria pemilihan keputusan dapat disusun dalam sebuah hierarki. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan prioritas pilihan produktivitas hijau untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan di IKM penyamakan kulit di Yogyakarta menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP). Pilihan produktivitas hijau teridentifikasi melalui wawancara dengan sejumlah perwakilan dari IKM dan ahli di bidang penyamakan kulit di Yogyakarta, Indonesia. Hasil studi menunjukkan bahwa dengan mempertimbangkan berbagai kriteria menggunakan AHP, pilihan produktivitas hijau yang terpilih adalah optimalisasi proses produksi penyamakan kulit.

  

Kata kunci: Analytical Hierarchy Process (AHP), IKM penyamakan kulit,

produktivitas hijau

  PENDAHULUAN Latar Belakang

  Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri yang penting bagi perekonomian Indonesia. Di Yogyakarta, industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri unggulan selain industri tekstil. Namun, di sisi lain industri ini berkontribusi dalam penurunan kualitas lingkungan dikarenakan dampak dari bahan- bahan kimia berbahaya yang digunakan selama proses yang belum tertangani dengan baik. Sesuai dengan data dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Yogyakarta, masih banyak industri penyamakan kulit yang memiliki pengendalian dan pengelolaan lingkungan yang kurang baik.

  Asosiasi Penyamak Kulit Indonesia (APKI) menyatakan bahwa 70-75% dari industri penyamakan kulit yang ada merupakan Industri Kecil dan Menengah (IKM) yang memiliki keterbatasan dalam usaha pengelolaan lingkungan yang baik. Keterbatasan IKM dalam melaksanakan usaha pengelolaan lingkungan seringkali dikarenakan IKM cenderung fokus terhadap aktivitas rutin mereka setiap hari (Studer et.al. 2008) dan sumber daya yang ada terbatas untuk menjalankan bisnis utama (Biondi et al. 2000) bukan untuk pengelolaan lingkungan yang lebih baik.

  Produktivitas hijau merupakan konsep yang pertama kali diperkenalkan oleh

  

Asian Productivity Organization (APO) pada tahun 1992. Konsep ini menawarkan

win-win solution bagi pelaku industri yang menganggap bahwa usaha pengelolaan

  lingkungan identik dengan biaya tambahan yang menjadi beban tersendiri bagi industri, terutama untuk IKM yang memiliki keterbatasan dalam sumber daya yang dimiliki. Beberapa studi menunjukkan manfaat dari penerapan produktivitas hijau seperti meningkatkan kualitas produk, mengurangi limbah, polusi dan resiko perusahaan, penghematan biaya dalam pembelian bahan baku, dll (Darmawan et al. 2014, Logaa and Zailani 2013, Singgih et al. 2010, Sittichinnawing and Peerapattana 2012). Studi terkait dengan produktivitas hijau telah banyak dilakukan di beberapa negara seperti India dan Taiwan yang telah menemukan beberapa opsi-opsi untuk mengurangi dampak lingkungan sekaligus meningkatkan produktivitas dari perusahaan. Namun, tidak ada studi yang menganalisa peluang produktivitas hijau di industri penyamakan kulit di Indonesia. Banyak IKM yang menyatakan memiliki keterbatasan dalam usaha pengelolaan lingkungan yang baik namun tidak ada bukti empiris yang mendukung pernyataan mereka selama ini. Untuk itulah penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi peluang perbaikan untuk meningkatkan performa lingkungan IKM kulit, dan (2) Memprioritaskan opsi produktivitas hijau yang teridentifikasi.

  Perumusan Masalah

  IKM penyamakan kulit memiliki keterbatasan dalam pengelolaan lingkungan yang baik sehingga memerlukan solusi untuk meningkatkan performa lingkungan yang lebih baik melalui penerapan konsep yang seimbang antara produktivitas dan keuntungan ekonomi untuk organisasi.

  Tujuan

  Menentukan prioritas pilihan dalam penerapan konsep produktivitas hijau di IKM penyamakan kulit

  Teori Produktivitas Hijau

  Produktivitas hijau didefinisikan sebagai strategi untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas lingkungan untuk pengembangan sosial dan ekonomi (APO 2002). The Asian Productivity Organization (APO) menyatakan bahwa produktivitas hijau merupakan konsep yang fokus pada pemenuhan persyaratan pelanggan terkait kualitas produk dengan tetap mempertimbangkan keseimbangan antara profit yang dicapai dan lingkungan yang terlindungi.

  Produktivitas hijau menerapkan teknik dan teknologi untuk mengurangi dampak lingkungan dari aktivitas organisasi. Serangkaian studi menyatakan tentang keuntungan dari menerapkan produktivitas hijau (Darmawan, Putra & Wiguna 2014; Mohan Das Gandhi, Selladurai & Santhi 2006; Singgih, Suef & Putra 2010; Sittichinnawing & Peerapattana 2012). Penelitian ini dilakukan di beberapa industri seperti industri karet, pengecoran, phenol, lada merah, dll. Keuntungan dalam menerapkan produktivitas hijau adalah meningkatkan kualitas produk, mengurangi buangan limbah, mengurangi polusi serta mengurangi resiko perusahaan (Logaa & Zailani 2013). Keuntungan lain juga mencakup penghematan dalam pembelian bahan baku proses (Singgih, Suef & Putra 2010) dan yield yang lebih tinggi tanpa mengesampingkan lingkungan (Sittichinnawing & Peerapattana 2012).

  Keuntungan serupa juga dirasakan oleh industri penyamakan kulit yang menjadi proyek dari APO. Proyek ini berhasil mengidentifikasi alternatif untuk produktivitas hijau di masing-masing industri di negara yang berbeda (Tabel 1).

  Tabel 1. Proyek Produktivitas Hijau di Industri Penyamakan Kulit

  No GP Details data of the GP options projects industry

  1 TANCHEM Location: Northern part The experts identified 45 GP options Industries of India that divided into:

  Products: Nappa, oil

  1. Good housekeeping pull nappa and other

  2. Process modification varieties of leather used

  3. Material change by the garment and

  4. Elimination & reduction shoe manufacturing

  5. Equipment modification industries.

  6. Technology change, and

  Number of worker: 30 7. Recycle, reuse and recovery (3R). Location: Southern part

  2 NASSAU The experts identified 59 GP options TANNERY of India that divided into: Company Products: suedes,

  1. Good housekeeping nappa, nubuck and

  2. Process modification other varieties of leather

  3. Material change for garment and golf

  4. Elimination & reduction glove manufacture.

  5. Equipment modification

  Number of worker: 175

  6. Technology change

  7. Recycle, reuse and recovery (3R)

  3 SHUI-HUA Location: in Tainan The expert proposed 7 main GP LEATHER Hsein, Taiwan, ROC. options:

  INDUSTRI Products: all types of

  1. Process improvement AL Co. Ltd. leathers for shoe

  2. Improve housekeeping uppers, handbags,

  3. Separation of waste water cases and many other streams consumer goods.

  4. Recovery of chrome

  Number of worker:

  5. Desalination >200

  6. Resource recovery

  7. Rationalization of water usage Opsi

  • – opsi yang muncul didasarkan pada analisa penyebab masalah, analisa material and component balance, survey literature, brainstorming antara anggota dan para ahli. Di Indonesia sendiri, studi tentang produktivitas hijau terbatas pada
beberapa sektor industri seperti karet dan phenol (Darmawan, Putra & Wiguna 2014; Singgih, Suef & Putra 2010). Kedua studi tersebut berhasil mengidentifikasi keuntungan produktivitas hijau dalam mengurangi dampak industri terhadap lingkungan.

  Analytical Hierarchy Process (AHP)

  Penentuan keputusan adalah hal penting yang tidak terpisah dari kehidupan manusia. Penentuan keputusan adalah proses menentukan pilihan di antara pilihan- pilihan yang tersedia. Komponen dalam penentuan keputusan meliputi data, model keputusan, lingkungan dalam pengambilan keputusan, dan manusia (gambar 1).

  Gambar 1. Komponen dalam pengambilan keputusan Dalam pengambilan keputusan terdapat dua metode yaitu berdasarkan intuisi

  (intuitive decision) dan rasional (normative decision). Pengambilan keputusan yang rasional adalah kemampuan kita untuk lebih efektif dalam menerapkan ide kita di dunia nyata dengan segala resiko dan keengganan untuk berubah. Selain itu, dalam pengambilan keputusan kita tidak hanya melihat dari faktor-faktor yang bersifat kuantitatif tetapi juga yang bersifat kualitatif. Karenanya, sangat diperlukan sebuah pendekatan dalam penentuan keputusan yang mempertimbangkan kedua variabel yaitu kualitatif dan kuantitatif yang bisa dimasukkan dalam evaluasi.

  AHP dikembangkan di Wharton School of Business oleh Thomas Saaty (1980), dimana pengambil keputusan dapat membuat model dari sebuah masalah yang kompleks dalam struktur hierarki yang menunjukkan hubungan antara goal, tujuan, kriteria, sub kriteria dan alternative (gambar 2). Pengambilan keputusan menggunakan AHP memberikan peluang penerapan data, pengalaman, insight dan intuisi dalam cara yang logis dan detail.

  Gambar 2. Struktur hierarki dalam penentuan keputusan Menurut Sharma et.al (2008), AHP didefinisikan sebagai teknik pengambilan keputusan multi kriteria yang bisa menggambarkan permasalahan yang kompleks kedalam multilevel struktur hierarki atas tujuan, kriteria dan alternative. Sedangkan berdasarkan Taylor (2004), AHP adalah sebuah metode untuk mengurutkan peringkat dari alternative yang ada dan memilih yang terbaik pada permasalahan yang memiliki multi kriteria. Selanjutnya, Tuzmen dan Sipahi (2011) mendefinisikan AHP sebagai metode pengambilan keputusan yang efektif terutama ketika ada subjektivitas dan sangat cocok untuk menyelesaikan masalah dimana kriteria pemilihan keputusan dapat disusun dalam sebuah hierarki dengan sub kritetianya. Saaty dan Vargas (1996) menyatakan bahwa AHP digunakan untuk menentukan prioritas dalam skala absolut dari perbandingan berpasangan dalam struktur hierarki multi level.

  Ruang Lingkup Penelitian

  Penelitian ini fokus pada analisa terhadap usaha pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh IKM penyamakan kulit yang ada di Yogyakarta, Indonesia

  BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat

  Penelitian ini dilakukan selama 1 tahun dari Mei 2014 sampai Mei 2015 di IKM penyamakan kulit di Yogyakarta, Indonesia.

  Metode/Cara Pengumpulan Data

  Penelitian ini merupakan penelitian eksploratori berbasis studi kasus di sejumlah IKM penyamakan kulit di Indonesia. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan sejumlah IKM serta perwakilan dari pemerintah, pelaku bisnis dan akademisi. Data dilengkapi dengan hasil observasi lapangan.

  Metode analisis data

  Data dari interview diorganisir dan dikelompokkan berdasarkan daftar pertanyaan utama penelitian. Data dianalisa menggunakan pendekatan descriptive dan

  

interpretive. Dengan menggunakan kerangka produktivitas hijau, peluang-peluang

  untuk perbaikan diidentifikasi kemudian dicari opsi produktivitas terbaik dengan menggunakan AHP.

  HASIL DAN PEMBAHASAN Rekomendasi untuk produktivitas hijau

  Penelitian ini menemukan sejumlah peluang peningkatan usaha pengelolaan lingkungan yang sesuai bagi IKM penyamakan kulit di Yogyakarta. Peluang ini diidentifikasi berdasarkan respon dari responden yang dilengkapi dengan observasi di lapangan.

a. Good Housekeeping

  Dalam hal ini, tata kelola yang baik tidak hanya terkait dengan tempat kerja yang bersih dan menghilangkan segala bentuk tumpahan tetapi juga relevan untuk prosedur peningkatan operasional untuk efisiensi konsumsi sumberdaya. Diperlukan juga pengukuran bahan kimia proses yang tepat. Praktik ini bisa mengurangi 20-25% dari total limbah yang dihasilkan. IKM cenderung kurang hati-hati dalam menggunakan bahan kimia. b. Optimalisasi proses Krom adalah bahan kimia dalam proses penyamakan kulit yang paling berbahaya bagi lingkungan. Optimalisasi proses dianggap sebagai salah satu cara yang bisa meminimalisir kandungannya di dalam limbah terbuang. Kulit hanya mampu menyerap 60-80% dari Cr (SO4) dan sisanya dibuang sebagai limbah (Garg et

  2

  3

  al. 2007, Belay 2010). Beberapa studi mempelajari teknologi yang dapat mengurangi jumlah limbah krom ( Suresh et al. 2001; Morera et al. 2007) .

  c. Substitusi bahan baku Krom merupakan bahan penyamak yang tidak tergantikan. Hal ini dikarenakan sifat unggul dari krom terkait dengan stabilitas terhadap suhu, karakteristik kekuatan (Ali et al. 2000) . Selain itu, krom juga memiliki ketahanan mekanik yang luar biasa dan kemudahan proses pewarnaan yang sempurna (Belay 2010).

  Beberapa pilihan telah disarankan, namun tidak ada peningkatan dalam praktik di lapangan. IKM perlu difasilitasi dengan teknologi hijau yang rendah biaya yang bisa menggantikan dominasi dari krom sebagai bahan penyamak.

d. Reduce, Reuse, and Recycle (3R)

  Penelitian ini mengungkapkan bahwa IKM lemah dalam praktik 3R. IKM cenderung menolak dalam mengadopsi pelaksanaan praktik 3R tersebut dikarenakan membutuhkan biaya tambahan operasi, membutuhkan tenaga kerja terampil dan teknologi yang canggih.

  e. Pengendalian penggunaan air

  3 Proses penyamakan kulit menghasilkan limbah cair yang melimpah (45-50m air

  limbah per ton kulit mentah) (Kanagaraj 2006). Karena itu, minimalisasi penggunaan air dapat menjadi peluang yang riil untuk mengurangi biaya produksi sekaligus mengurangi jumlah limbah cair yang dihasilkan ( Morera et al. 2007) . Seperti yang dinyatakan oleh Dandira (2013) bahwa pengelolaan penggunaan air sangat penting bagi industri penyamakan kulit. Idealnya, praktek ini bisa mengurangi 30% atau lebih dari total air yang dibutuhkan.

  Penerapan AHP untuk memilih opsi terbaik

  Menurut Taylor (2004), AHP merupakan metode untuk menentukan peringkat serangkaian alternative dan memilih alternative terbaik yang mencakup berbagai macam kriteria. Sebuah skenario untuk meminimalisir dampak dari proses penyamakan kulit terhadap lingkungan dibuat berdasarkan pengembangan strategi menggunakan AHP (gambar 3). Perhitungan dari nilai dalam AHP dihitung dengan menggunakan Expert Choice 2000. Dari hasil perhitungan, strategi yang direkomendasikan adalah optimalisasi proses produksi dengan nilai 0.438 dibandingkan dengan alternative yang lain.

  

Strategy selection to enhance the environmental performance of Leather SMEs in Yogyakarta

based on Green Productivity (GP) approach (1.000)

  FOCUS Human resources competence Knowledge and Financial Technological capability (0.747) capability (0.146)

(0.107)

CRITERIA (0.398) Leather Governmen SMEs t (0.167) institution Research (0.436) ACTOR improvement Productivity (0.442) Environment al protection (0.559) GOAL substitution material (0.151) Raw water usage Minimize Good (0.161) implementation housekeeping (0.101) optimization Production Reduce, Reuse and (0.438) process implementation Recycle (3R) (0.148) ALTERNATIVES

  Gambar 3. Struktur AHP pemilihan alternative produktivitas hijau Untuk memilih pilihan terbaik, responden memberikan penilaian pada masing-masing kriteria dengan nilai pada table 2 seperti berikut:

  Tabel 2. kriteria penilaian AHP

  Nilai Arti

  1 Kedua elemen sama-sama penting

  3 Satu elemen cukup penting dari yang lain

  5 Satu elemen sedikit lebih penting dari yang lain

  7 Satu elemen lebih penting dari yang lain

  9 Satu elemen sangat penting dari yang lain 2 , 4 , 6 ,

  8 Nilai tengah dari nilai dimana bernilai sedikit berbeda dari standar diatas Contoh penilaian AHP adalah sebagai berikut:

  Elemen kriteria Kompetensi

SDM

Kemampuan pengetahuan dan teknologi Kemampuan keuangan

  Kompetensi SDM

  7 Kemampuan pengetahuan dan teknologi 1/5

  Kemampuan keuangan Dengan menggunakan expert choice software, hasil dari perhitungan yang didapatkan dapat dilihat pada table 3 berikut: Rasio 7:1. Berarti bahwa kompetensi SDM penting dari kemampuan pengetahuan dan teknologi Rasio 1:5. Berarti bahwa kemampuan keuangan sedikit penting dari kemampuan pengetahuan dan teknologi

  Tabel 3. Hasil perhitungan AHP per elemen

  Level Elements Weight Goal Strategy selection to enhance the environmental 1.000

  performance of Leather SMEs in Yogyakarta based on Green Productivity (GP) approach

  

Criteria Human resources competence L: 0.747

  G: 0.747

  Knowledge and technological capability L: 0.107

  G: 0.107

  Financial capability L: 0.146

  G: 0.146

  Actor Leather SMEs

  L: 0.412

  G: 0.398

  Government L: 0.165

  G: 0.167

  Research Institution L: 0.424

  G: 0.436

  

Focus Productivity improvement L: 0.391

  G: 0.442

  Environmental protection L: 0.609

  G: 0.559

  

Alternatives Raw material substitution L: 0.132

  G: 0.151

  Minimize water usage L: 0.154

  G: 0.161

  Good housekeeping implementation L: 0.108

  G: 0.101

  Production process optimization L: 0.430

  G: 0.438

  Reduce, Reuse, Recycle (3R) program implementation L: 0.175

  G: 0.148

  KESIMPULAN

  Penelitian ini memetakan usaha pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan oleh

  IKM penyamakan kulit di Indonesia. Beberapa peluang perbaikan terkait dengan opsi produktivitas hijau telah teridentifikasi dan telah ditentukan pilihan yang paling tepat untuk diterapkan oleh IKM di industri ini. Optimalisasi proses produksi diharapkan dapat meminimalisir dampak lingkungan dari proses

UCAPAN TERIMAKASIH

  Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Kementerian Perindustrian Indonesia, IPB Bogor dan the University of Adelaide untuk dukungan dan fasilitas yang diberikan untuk menyelesaikan riset ini. Dan terimakasih juga kepada para responden yang telah menyediakan data dan informasi yang diperlukan dalam studi ini.

DAFTAR PUSTAKA

  

Ali, SJ, Rao, JR, & Nair, BU 2000, ‘Novel approaches to the recovery of chromium

from the chrome- containing wastewaters of the leather industry’, Green Chemistry, 2(6), 298-302.

  APO 2002, Green productivity: Training manual, viewed 20 February 2014,

  

Belay, AA 2010, 'Impacts of chromium from tannery effluent and evaluation of

alternative treatment options', Journal of Environmental Protection, 1(01),

53. Biondi, V, Frey, M & Iraldo, F 2000, 'Environmental Management Systems and SMEs', Greener Management International, no. 29, Spring2000, p. 55.

  Dandira, VS & Madanhire I 2013,'Design of A Cleaner Production Framework to Enhance Productivity: Case Study of Leather Company, International Journal of Science and Research (IJSR), India Online ISSN: 2319-7064

  Darmawan, MA, Putra, MPIF & Wiguna, B 2014, 'Value chain analysis for green productivity improvement in the natural rubber supply chain: a case study',

  Journal of Cleaner Production, vol. 85, pp. 201-211.

  

Garg, UK, Kaur, MP, Garg, VK, & Sud, D 2007, 'Removal of hexavalent chromium

from aqueous solution by agricultural waste biomass', Journal of Hazardous Materials, 140(1), 60-68.

  Kanagaraj, J, Velappan, K, Chandra Babu, N & Sadulla, S 2006, 'Solid wastes generation in the leather industry and its utilization for cleaner environment- A review', Journal of scientific and industrial research, vol. 65, no. 7, pp. 541-548. Logaa, S & Zailani, S 2013, 'Motives in implementing Green Productivity among EMS 14001 certified companies in Malaysia', African Journal of Business

  Management, vol. 7, no. 38, pp. 3914-3922.

  

Morera, JM, Bacardit, A, Ollé, L, Bartolí, E, & Borràs, MD 2007, 'Minimization of the

environmental impact of chrome tanning: A new process with high chrome exhaustion', Chemosphere, 69(11), 1728-1733.

  Saaty, T. J. and Vargas, L. G., (1980), Decision Makingwith the analytic Network process: economics, political, social and technological application with benefits, opportunities, costs and risks, Spring Science + Business, USA

  Saaty, T. L. and Vargas, L. G. (1996), Decision Making with The Analytic Network Process, Springer, USA

  Sharma, M. J., Moon, I. and Bae, H. (2008), Analytic hierarchy process to assess and optimize distribution network, Applied Mathematics and Computation, Vol. 202, pp. 256-265

  Singgih, ML, Suef, M & Putra, CA 2010, 'Waste Reduction with Green Productivity Approach for Increasing Productivity (Case Study: PT Indopherin Jaya)', in

  The 11th Asia Pacific Industrial Engineering and Management Systems Conference, The 14th Asia Pacific Regional Meeting of International Foundation for Production Research.

  Sittichinnawing, A & Peerapattana, P 2012, 'Green Productivity Index of Cayenne Pepper Production (Case Study in Nongkhai Province)'. Studer, S, Tsang, S, Welford, R & Hills, P 2008, 'SMEs and voluntary environmental initiatives: a study of stakeholders' perspectives in Hong Kong', Journal of

  environmental planning and management, vol. 51, no. 2, pp. 285-301.

  

Suresh, V, Kanthimathi, M, Thanikaivelan, P, Rao, JR, & Nair, BU 2001, 'An

improved product-process for cleaner chrome tanning in leather processing', Journal of Cleaner Production, 9(6), 483-491.

  Taylor, B. W., (2004), Introduction to Management Science, Pearson Education Inc., New Jersey. Tuzmen, S. and Sipahi, S. (2011), A multi-criteria factor evaluation model for gas station site selection, 2nd International Conference on Business and Economic Research (2nd ICBER 2011) Proceedings, pp. 601-610