11 Hal yang Perlu Kamu Tahu Jika Ingin J

11 Hal yang Perlu Kamu Tahu Jika Ingin Jadi Penulis Profesional
Nendra Rengganis | Nov 4,
2014990 shares
Bagikan di Twitter
(73) Bagikan di Facebook (917)
Menjadi penulis adalah
pekerjaan yang kini makin
banyak diimpikan anak muda
Indonesia. Munculnya banyak
penulis baru yang sukses
dengan karyanya, keleluasaan waktu yang ditawarkan oleh pekerjaan ini, hingga
kesempatan untuk meluapkan kreativitas membuat profesi penulis kian seksi di mata kita.
Apakah ada di antara kamu yang bercita-cita, atau justru sedang berjuang untuk menjadi
penulis? Kali ini Hipwee akan memberikan panduan bagi kamu yang ingin mulai
membangun karir di dunia kepenulisan profesional. Siap berjibaku dengan ide, kertas,
pena, dan layar komputer demi mewujudkan cita-citamu?
1. Jadi Penulis Itu Bebas? Hey, Sesungguhnya Menjadi Penulis Adalah Pekerjaan yang
Penuh Strategi

Dewi Lestari, terkenal dengan kemampuan risetnya yang mumpuni
via chacilsbooks.blogspot.com

Menjadi penulis tidaklah “sebebas” yang kamu bayangkan. Jika memang ingin
menjadikan menulis sebagai sebuah pekerjaan, kamu tidak bisa menuliskan semua ide
yang berkelebat di kepalamu tanpa melalui pertimbangan.
Sebelum menghasilkan sebuah karya kamu perlu membaca selera pasar, menetapkan
target pembaca yang ingin kamu jangkau, hingga memastikan bahwa plot cerita yang
kamu miliki menarik dan berbeda dari penulis lain.
Tak hanya berhenti di proses membaca pasar dan mencari ide, setelah karyamu selesai
pun kamu masih perlu mengatur strategi. Sebagai penulis, penting bagimu untuk terus
berinteraksi dengan pembaca. Loyalitas mereka untuk membeli karyamulah yang akan
menentukan masa depanmu di dunia kepenulisan. Kamu wajib memutar otak untuk
menemukan cara komunikasi yang paling baik. Bisa lewat blog, jejaring sosial, hingga
acara kopi darat dengan pembaca setia.

2. Hanya Orang-Orang yang Tahan Banting dan Punya Komitmen Tinggi yang Bisa
Bertahan Jadi Penulis

Menulis sebenarnya tak lebih ringan dari sebuah pertandingan maraton (Murakami)
via politiken.dk
Menulis bukanlah pekerjaan yang ringan. Oleh penulis asal Jepang Haruki Murakami,
penulis diibaratkan sebagai seseorang yang sedang mengikuti pertandingan lari maraton.

Demi mencapai garis finish, seseorang harus cerdik mengatur tenaga agar tak kelelahan
di tengah jalan. Proses menyelesaikan sebuah naskah tulisan memang tidak lebih ringan
dari pertandingan maraton.
Demi merampungkan sebuah draft naskah, kamu perlu menyisihkan waktu berbulanbulan untuk menggodok ide dan mulai menuliskannya. Belum lagi jika tulisan yang kamu
kerjakan memerlukan proses riset.
Saat kamu menulis sebuah novel dengan latar belakang negara lain yang belum pernah
kamu kunjungi, misalnya. Demi mendapatkan gambaran yang tepat dan otentik, kamu
harus rajin membaca buku yang berhubungan dengan negara tersebut, mengunjungi
blog travel blogger yang sudah menuliskan catatan perjalanannya ke sana, sampai

melakukan wawancara dengan warga lokal.
Proses menulis yang panjang membutuhkan tenaga dan komitmen yang tidak main-main.
Untuk menjadi penulis yang bisa konsisten menghasilkan karya, kamu harus rela bekerja
keras untuk terus menulis — tak peduli apapun rintangan yang menghadang di depan.
3. Kalau Masih Menulis Hanya Dengan Mengandalkan Mood, Pertimbangkan Ulang
Cita-Citamu Untuk Jadi Penulis Profesional!

Kamu tak bisa hanya mengandalkan mood via littleravenslibrary.blogspot.com
Penulis yang profesional memperlakukan aktivitas menulisnya sebagai sebuah pekerjaan
yang tetap harus dilakukan setiap hari, tanpa peduli mood dan situasi hati. Tak peduli

habis patah hati, gagal ujian, atau baru saja bertengkar dengan pacar — tak ada alasan
untuk tidak menulis.
Kalau selama ini kamu memandang aktivitas menulis sebagai kegiatan menumpahkan isi
hati yang hanya dilakukan saat mood yang tepat datang, coba pertimbangkan lagi citacitamu. Mampukah kamu menempatkan diri sebagai mesin pencetak kata yang bisa terus
menghasilkan karya tak peduli apapun keadaannya? Bisakah kamu mengesampingkan
segala masalah pribadi untuk tetap melanjutkan plot cerita yang telah kamu buat sendiri?
4. Memutuskan Menjadi Penulis Berarti Mau Berusaha Memotivasi Diri Dan
Mengalahkan Diri Sendiri

Hal terberat adalah mengalahkan diri sendiri via galleryhip.com
Sering kali, hal terberat yang harus dihadapi oleh penulis dalam proses berkarya adalah
menemukan motivasi untuk memulai. Setiap memandang halaman kosong dari aplikasi
pengolah kata yang terbuka di komputer, rasanya ada ketakutan untuk mulai menulis.
Takut salah, takut karyanya tidak diterima, sampai khawatir jangan-jangan tulisan yang
sekarang tidak sesukses karya yang terbit sebelumnya.
Jika memang ingin jadi penulis profesional, penting bagimu memiliki kemampuan untuk
memotivasi diri sendiri. Perlu kamu tahu, menulis adalah proses yang sangat bergantung
pada keuletan dan niat dari diri sendiri. Semangat dari orang lain tak akan banyak
membantu jika kamu memang tidak menemukan dorongan berkarya dari dalam diri.
Seorang penulis yang bisa menjadikan kegiatan menulisnya sebagai pekerjaan adalah dia

yang selalu bisa menemukan alasan untuk bangun dan kembali berkarya setiap hari.
Calon penulis profesional adalah dia yang mampu mengalahkan kemalasan dan ketakutan
yang berkecamuk di dalam diri, untuk kemudian duduk diam di depan laptop dan
menuliskan hal-hal yang ia yakini.
5. Karya yang Sudah Kamu Hasilkan dan Dilempar ke Pasar Akan Jadi Milik Pembaca.
Mereka Bebas Melakukan Apa Saja.

Once it’s out from your hand, it doesn’t belongs to you anymore via www.fanpop.com
Satu yang tak banyak orang tahu, menjadi penulis bukan berarti selamanya punya “hak
milik” atas tulisanmu. Royalti dari hasil karyamu jelas akan tetap masuk ke rekeningmu,
tapi sesungguhnya setelah karyamu dilempar ke pasar kamu sudah tak lagi punya kuasa
untuk menentukan nasibnya.
Kamu bisa menemukan karyamu dipuji, atau malah dicaci-maki. Pembaca bisa
menilaimu berdasarkan hasil karya yang kamu telurkan, kemudian memberikan label
padamu sesuai keinginan mereka. Kamu bisa dibilang “penulis cerdas”, “penulis yang
cuma mau cari duit”, sampai “penulis sampah yang karyanya tak pantas dibeli lagi.”
Sebaik dan seburuk apapun karya yang kamu hasilkan, kamu tak akan bisa memuaskan
semua orang. Satu-satunya cara membuktikan bahwa kamu penulis yang patut
dipertimbangkan adalah dengan terus konsisten menghasilkan karya, menyumpal mulut
mereka yang tak suka dengan bukti kerja keras yang kamu godok dengan otak dan

ketikan jari.
6. Bagaimana Jika Kamu Sedang Merasa Benar-Benar Tidak Bisa Menulis? Meski Hasil
Tulisanmu Buruk, Tetaplah Menulis!

Seburuk apapun hasil tulisanmu, teruslah menulis! via klim.dk
Setiap penulis pasti pernah mengalami writer’s block, yaitu sebuah kondisi dimana
penulis kehilangan semangat dan ide untuk melanjutkan tulisannya. Writer’s block bisa
disebabkan oleh kondisi penulis yang mungkin sedang memiliki banyak masalah pribadi,
bisa juga datang karena kejenuhan setelah penulis lama berkarya tanpa pernah mengambil
jeda untuk meliburkan otak.
Saat menghadapi hambatan macam inilah keuletan seorang penulis diuji. Jika kamu
memang berminat untuk jadi penulis yang profesional, writer’s block harus bisa kamu
kalahkan. Caranya? Tetaplah menulis! Perlakukan menulis sebagai sebuah pekerjaan
kantoran yang wajib kamu lakukan selama 8 jam tiap harinya. Tak ada alasan untuk
membolos hanya karena kamu sedang merasa tidak suka dengan pekerjaanmu.
Menulislah terus, tak peduli seberapa buruk hasilnya nanti. Bagi seorang penulis
profesional, menuliskan seuatu yang buruk masih bisa diperbaiki lewat proses editing di
kemudian hari. Tapi, menyerah pada keengganan diri adalah sebuah bentuk kekalahan.

7. Menjadi Penulis Akan Membuat Otakmu “Riuh”. Kamu Harus Siap Menangkap IdeIde Baru Setiap Waktu


Kamu harus siap menangkap ide baru sepanjang waktu via static.squarespace.com
Menjadi penulis bukanlah pekerjaan yang cocok bagi orang yang ingin bisa bebas dari
urusan pekerjaan setelah jam kerja mereka selesai. Otakmu akan selalu dipenuhi oleh ide,
kamu akan dikejutkan oleh plot cerita yang tiba-tiba berubah, kamu juga harus selalu siap
mencatat fakta yang kamu temui sehari-hari yang bisa digunakan untuk memperkuat
jalinan cerita yang sedang kamu tulis.
Otak seorang penulis memang tak pernah sepi. Kamu bisa diibaratkan seperti
sebuah sponge yang mampu menyerap air yang ditumpahkan kepadamu dengan cepat.
Terbiasa menuturkan cerita pada orang lain membuatmu bisa mengubah hal sehari-hari
jadi ide cerita yang menarik. Curhatan teman bisa kamu modifikasi jadi cerpen baru,
perjalanan di akhir pekan bersama pacar bisa disulap jadi sebuah memoar perjalanan
yang apik, bahkan percakapan orang yang tak sengaja kamu dengar di kafe juga bisa
masuk jadi salah satu dialog di novelmu.
Datangnya ide-ide baru yang tak kenal waktu harus membuatmu tanggap. Mulai
sekarang, biasakan untuk selalu mencatat setiap ide yang muncul. Tuliskan saja
di draft pesan singkat ponsel, atau bisa juga kamu tulis di notebook kecil yang sengaja
kamu bawa di kantung setiap waktu.
8. Kenali Pembacamu, Belajarlah Bicara Dengan Bahasa Mereka


Bertuturlah dalam bahasa pembaca via www.flickr.com
Satu yang harus diingat dari perjuangan untuk menjadi penulis profesional:
Menjadikan menulis sebagai sebuah pekerjaan harusnya membuatmu tidak egois. Kamu
tidak lagi menulis hanya untuk dirimu sendiri. Kini kamu menulis untuk orang lain yang
rela mengeluarkan uang demi menikmati hasil karyamu. Maka, jadi kewajibanmu untuk
memuaskan mereka!
Jangan malas untuk mengenali pembacamu. Search judul tulisan atau bahkan namamu di
Google dan Twitter untuk menemukan komentar pembaca tentang hasil karya yang telah

kamu telurkan. Tak hanya berhenti di situ, stalk media sosial mereka. Kenali siapa
mereka, apa kesukaannya, lelucon apa yang mereka suka, gaya bahasa apa yang mereka
gunakan dengan teman-teman.
Lewat cara ini sebenarnya kamu sedang menciptakan profil pembaca dan membentuk
gaya komunikasi yang paling tepat dengan mereka. Ingat, tak semua orang mau susah
payah memahami pemikiranmu. Kamu juga belum sehebat Neruda atau Dewi Lestari
yang sudah punya penggemar setia ‘kan? Kadang, justru kamulah yang harus rela belajar
bertutur sesuai gaya bahasa pembaca agar mereka lebih merasa dekat dan terhubung
dengan tulisanmu.
9. Kalau Mau Bisa Menulis Dengan Bagus, Kamu Harus Baca Buku Bagus Terus
Menerus!


Mau menulis bagus? Baca buku! via www.tumblr.com
Sebelum menghadapi pertandingan besar, seorang perenang akan latihan berbulan-bulan
demi mempersiapkan staminanya. Lewat latihan rutin, ia bisa menyempurnakan teknik,
memperbaiki gaya napas, semua dilakukan agar lebih siap menghadapi lawan tanding di
arena. Bagi penulis, persiapan macam ini juga harus ada. Sebelum dan sepanjang proses
menulis sebuah karya, bekali dirimu dengan amunisi yang tepat.
Amunisi untuk penulis tak lain adalah buku hasil karya penulis lain. Jangan pernah malas

membaca, bukalah diri untuk terus memperkaya referensi bacaan. Dengan menggiatkan
diri untuk terus membaca, lama kelamaan gaya bertutur dan plot ceritamu akan makin
kaya. Penulis-penulis lain yang karyanya kamu lahap akan memberikan pengaruh dalam
gayamu mengungkapkan sebuah cerita.
Kalau mau jadi penulis profesional, kamu harus rela menahan diri untuk tidak belanja
baju atau sepatu jika mau menghadiri peluncuran buku.
10. Jangan Percaya Pada Anggapan Orang Bahwa Penulis Adalah Pekerjaan yang Tak
Bisa Menghasilkan Uang

Jeffrey Eugenides, penulis yang bisa hidup nyaman dari pekerjaannya
via miscellanynews.org

Hipwee pernah melakukan wawancara dengan Bernard Batubara, seorang penulis muda
yang dengan lantang mengatakan bahwa ia bisa hidup dari pekerjaannya sebagai penulis.
Saat ini, menjadi penulis memang kian menjanjikan. Selain Bara, masih ada penulis muda
lain yang juga sukses: sebut saja Raditya Dika, Dewi Lestari, Agustinus Wibowo, hingga

@shitlicious.
Jika mau melongok pada kunci keberhasilan mereka, sebenarnya ada 1 benang merah
yang dapat kita temukan. Penulis-penulis sukses itu menetapkan target pembaca yang
jelas, menulis dengan bahasa yang disukai pembaca, mereka juga tak menutup diri pada
kesempatan menulis yang tak hanya sekedar mencetak karya di atas kertas.
Dewi Lestari juga menulis skenario untuk bukunya yang diadaptasi menjadi film,
Bernard Batubara bekerja sebagai editor untuk sebuah penerbit yang banyak menerbitkan
buku anak muda, Raditya Dika tak enggan menjai host di beberapa acara televisi dan
rajin mengisi pelatihan penulisan kreatif di berbagai kota.
Jadi sebenarnya, pekerjaan sebagai penulis itu membuka banyak pintu kesempatan —
yang tentunya dapat menghasilkan uang. Asal kamu terus mengembangkan jaringan dan
jeli melihat kesempatan, hidup hanya dari menulis sangat mungkin untuk dilakukan. Jadi
penulis itu nggak harus tinggal di kamar kecil yang suram dan bokekseumur hidup, kok!
Penulis juga bisa hidup mapan.
11. Semekanis Apapun Pekerjaan Ini, Penulis Bukanlah Mesin. Ia yang Akan Bertahan

Adalah Dia yang Terus Mengerjakan Karya-Karyanya Dengan Hati

Those who stay are the ones who always pour their heart
via thoughttourist.wordpress.com
Menjadi penulis memang bukan hanya sekedar bisa menyusun kata-kata puitis dan
mengembangkannya jadi sekedar cerita. Pekerjaan ini adalah gabungan dari niat, bakat,
dan kemauan untuk bekerja keras tanpa henti demi mengembangkan diri. Menjadi
profesional berarti bisa mematuhi deadline, mengesampingkan urusan pribadi agar tak
mengganggu proses kreatif, hingga menyusun jalan cerita sesuai pasar pembaca yang
ingin dituju.
Menulis memang bukan pekerjaan yang tanpa aturan dan tak terstruktur. Ia yang sukses
berkarir di dunia ini adalah dia yang tegas pada diri sendiri untuk dapat menghasilkan
karya secara konsisten. Namun, penulis bukanlah mesin. Pekerjaan ini tak hanya
bertujuan menghasilkan karya — tapi juga membagi hal-hal yang kamu tahu dan yakini
demi kebaikan pembaca.
Pembaca adalah orang-orang yang cerdas. Mereka bisa merasakan mana karya yang
ditulis dengan tulus, mana karya yang diciptakan untuk memenuhi tenggat waktu semata.
Sesuatu yang kamu sampaikan dari hati, juga akan mengena di hati pembaca. Dalam

jangka panjang, penulis yang menciptakan karya-karyanya dengan melibatkan hati akan

lebih bisa bertahan di dunia tulis menulis yang terus kedatangan pendatang baru ini.
Setelah membaca hal-hal yang Hipwee ungkapkan di atas, apakah keinginanmu untuk
jadi penulis profesional makin kuat? Atau justru membuatmu berpikir ulang dan berganti
haluan?
Apapun keputusanmu, semoga kamu mengambil jalan yang paling tepat. Selamat
mengejar cita-citamu!