Chapter II Analisi Dampak Pembiayaan Sektoral Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kabupaten Kota Di Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1
Landasan Teori
Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomi dapat di defenisikan sebagai penjelasan
mengenaib faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan output perkapita dalam
jangka panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut
sehingga terjadi proses pertumbuhan (Boediono, 1999).
Beberapa teori pertumbuhan ekonomi menurut para ahli, antara lain:
xviii
A.
B.
Menurut Adam Smith pertumbuhan ekonomi ada 4 faktor antara lain:
1.
Jumlah penduduk
2.
Jumlah stok barang-barang modal
3.
Luas tanah dan kekayaan alam, dan
4.
Tingkat teknologi yang digunakan (Suryana, 2000).
Menurut Kuznets dalam jhingan (2002) pertumbuhan ekonomi adalah
peningkatan kemampuan suatu negara (daerah) untuk menyediakan barangbarang ekonomi bagi penduduknya, yang terwujud dengan adanya kenaikan
output nasional secara terus menerus yang disertai dengan kemajuan
teknologi serta adanya penyesuaian kelembagaan, sikap ideologi yang
dibutuhkannya.
Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor penting
(Arsyad,1999) seperti akumulasi modal yang merupakan suatu investasi baru yang
berwujud tanah (lahan), peralatan fiskal dan sumberdaya manusia (human
resources), akan terjadi jika ada bagian dari pendapatan sekarang yang ditabung
dan kemudian diinvestasikan untuk mengukur besar output pada masa yang akan
datang. Akumulasi modal akan menambah sumberdaya yang baru dan
meningkatkan sumberdaya yang telah ada. Kemudian pertumbuhan penduduk dan
hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja (laborforce) di
anggap sebagai faktor yang positif dalam merancang pertumbuhan ekonomi,
namun kemampuan merangsang pertumbuhan ekonomi bergantung pada
kemampuan sisitem ekonomi yang berlaku dalam menyerap dan mempekerjakan
tenaga kerja yang ada secara produktif. Selain faktor-faktor tersebut, kemajuan
xix
teknologi merupakan faktor yang paling penting bagi pertumbuhan ekonomi.
Dalam bentuknya yang paling sederhana, kemajuan teknologi disebabkan oleh
cara-cara baru dan cara-cara lama yang diperbaiki dalam melakukan pekerjaanpekerjaan tradisional.
2.1.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB adalah Semua barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan
ekonomi yang beroperasi di wilayah domestik, tanpa memperhatikan apakah
faktor produksinya berasal dari atau dimiliki oleh penduduk daerah tersebut.
Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik (2004) yaitu jumlah nilai tambah
yang dihasilka untuk seluruh unit usaha dalm suatu wilayah atau merupakan
seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unitekonomi di suatu
wilayah. Penghitungan PDRB dapat dilakukan denganmenggunakan metode yaitu
langsung dan tidak langsung (alokasi).
Perhitungan metode langsung dapat dilakukan melalui tiga pendekatanyaitu
pendekatan
produksi,
pendekatan
pendapatan
dan
pendekatan
pengeluaran.Walaupun mempunyai tiga pendekatan yang berbeda namun akan
memberikanhasil perhitungan yang sama (BPS, 2008).
Pendekatan produksi (Production Approach) dilakukan denganmenghitung
nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi (di
suatu region) pada suatu jangka waktu tertentu (setahun). PerhitunganPDRB
melalui pendekatan ini disebut juga penghitungan melalui nilai tambah(value
added). Pendekatan produksi adalah perhitungan nilai tambah barang danjasa
yang diproduksi oleh suatu kegiatan/sektor atau sub sektor tersebut. Nilaitambah
xx
merupakan selisih antara nilai produksi dan nilai biaya antara. Biayaantara adalah
nilai barang dan jasa yang digunakan sebagai input antara dalamproses produksi.
Barang dan jasa yang yang termasuk input antara adalah bahanbaku atau bahan
penolong yang biasanya habis dalam sekali proses produksi ataumempunyai umur
penggunaan kurang dari satu tahun, sementara itu pengeluaranatas balas jasa
faktor produksi seperti upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal,dan keuntungan
yang diterima perusahaan bukan termasuk biaya antara. Begitujuga dengan
penyusutan dan pajak tidak langsung neto bukan merupakan biayaantara (Tarigan,
2007).
Pendekatan produksi banyak digunakan untuk memperkirakan nilaitambah
dari sektor yang produksinya berbentuk fisik/barang. PDRB menurutpendekatan
produksi terbagi atas 9 lapangan usaha (sektor) yaitu : pertanian,indsutri
pertambangan, listrik dan air minum, bangunan dan konstruksi,perdagangan,
angkutan, lembaga keuangan,dan jasa-jasa. Oleh karena itu penelitianini
menggunakan PDRB pendekatan Produksi (Suryana, 2000).
Pendekatan
pendapatan
(Income
Approach)
dilakukan
dengan
menghitungjumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut
dalamproses
produksi
(setahun).Perhitungan
di
suatu
PDRB
wilayah
melalui
pada
pendekatan
jangka
ini
waktu
tertentu
diperoleh
dengan
menjumlahkansemua balas jasa yang diterima faktor produksi yang komponennya
terdiri dariupah dan gaji, sewa tanah, bunga modal keuntungan ditambah dengan
penyusutan
dan pajak tidak langsung neto (BPS, 2008).
xxi
Pendekatan
Pengeluaran
(Expenditure
Approach)
dilakukan
denganmenghitung jumlah seluruh pengeluaran untu konsumsi rumah tangga
danlembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah,
pembentukanmodal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor neto di suatu
wilayah.Perhitungan PDRB melalui pendekatan ini dilakukan dengan bertitik
tolak daripenggunaan akhir barang dan jasa yang dihasilkan di wilayah
domestik(BPS,2008).
Kemudian penghitungan PDRB dengan metode tidak langsung ataumetode
alokasi diperoleh dengan menghitung PDRB wilayah tersebut melaluialokasi
PDRB wilayah yang lebih luas. Untuk melakukan alokasi PDRB wilayahini,
digunakan beberapa alokator antara lain: Nilai produksi bruto dan netto
setiapsektor/subsektor pada wilayah yang dialokasikan ; jumlah produksi fisik ;
tenagakerja;
penduduk,
dan
alokator
tidak
langsung
lainnya.
Dengan
menggunakan salahsatu atau beberapa alokator dapat diperhitungkan persentase
bagian masingmasingprovinsi terhadap nilai tambah setiap sektor dan subsektor.
Cara penyajian PDRB terdapat PDRB Atas Dasar Harga Konstan,
semuaagregat pendapatan dinilai atas dasar harga tetap, maka perkembangan
agregatpendapatan dari tahun ke tahun semata-mata karena perkembangan
produksi riilbukan karena kenaikan harga atau inflasi. PDRB atas dasar harga
konstanmenunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap
sektordari tahun ke tahun.
Dan penyajian PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, semua agregatpendapatan
dinilai atas dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahunnya,baik pada saat
xxii
menilai produksi dan biaya antara maupun pada penilaiankomponen PDRB.
PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan kemampuansumber daya ekonomi
yang dihasilkan suatu daerah. Nilai PDRB yang besarmenunjukkan kemampuan
sumber daya ekonomi yang besar, begitu jugasebaliknya.
Sektor-sektor
perekonomian
berdasarkan
lapangan
usaha
yang
tercakupdalam PDRB, yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan
penggalian, sektorindustri pengolahan, sektor listrik gas dan air bersih, sektor
bangunan dankonstruksi, sektor perdagangan hotel dan restoran, sektor
pengangkutan dankomunikasi, sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan,
dan sektor jasa-jasa.
2.1.3. Teori Pembangunan Ekonomi
Menurut Adam Smith pembangunan ekonomi merupakan proses perpaduan
antara pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi (Suryana, 2000).
MenurutSchumpeter pembangunan ekonomi bukan merupakan proses yang
harmonis,tetapi merupakan perubahan yang spontan dan tidak terputus-putus.
Pembangunanekonomi disebabkan oleh perubahan terutama dalam lapangan
industri danperdagangan (Suryana, 2000).
Menurut Budiono (1994), pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses
pertumbuhan output perkapita jangka panjang yang terjadi apabila ada
kecenderungan (output perkapita untuk naik) yang bersumber dari proses intern
perekonomian tersebut (kekuatan yang berada dalam perekonomian itu sendiri),
bukan berasal dari luar dan bersifat sementara. Atau dengan kata lain bersifat self
generating, yang berarti bahwa proses pertumbuhan itu sendiri menghasilkan
xxiii
suatu kekuatan atau momentum bagi kelanjutan pertumbuhan tersebut dalam
periode-periode selanjutnya (Budiono, Teori Pertumbuhan Ekonomi, edisi 1,
bpfe,Jogjakarta, 1994).
M. P. Todaro mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai suatu proses
yang mantap dimana kapasitas produksi dari suatu perekonomian meningkat
sepanjang waktu untuk menghasilkan tingkat pendapatan nasional yang semakin
besar.( M.P. Todaro, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ke Tiga, edisi 4, Penerbit
Erlangga, Jakarta).
Pembangunan ekonomi juga berkaitan dengan pendapatan per kapita
danpendapatan nasional. Pendapatan per kapita yaitu pendapatan rata-rata
penduduksuatu daerah sedangkan pendapatan nasional merupakan nilai produksi
barangbarangdan jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian di dalam
masasatu tahun. Pertambahan pendapatan nasional dan pendapatan per kapita dari
masake masa dapat digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi dan
jugaperkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu daerah dalam
penelitian inipengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman adalah
sebagai suatuproses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu
masyarakatmeningkat dalam jangka panjang.
Sadono Sukirno berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan
perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang berlaku dari tahun ke tahun. Sehingga
untuk mengetahuinya harus diadakan perbandingan pendapatan naional dari tahun
ke tahun, yang dikenal dengan laju pertumbuhan ekonomi (Sadono Sukirno,
Ekonomi Pembangunan, Penerbit FEUI, 1985).
xxiv
2.1.3.1. Teori Pembangunan Ekonomi Daerah
Secara umum pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses yang
membentuk institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif,
perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa
yang lebih baik identifikasi pasar-pasar baru, alih pengetahuan dan teknologi,
serta membangun usaha-usaha baru.Pembangunan ekonomi daerah ini bertujuan
untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja bagi masyarakat daerah.
Maka perlu kerjasama antara pemerintah dengan masyarakatnya disertai dengan
adanya dukungan sumberdaya yang ada dalam rangka merancang dan
membangun ekonomi daerah.
Pembangunan
ekonomi
daerah
adalah
suatu
proses
dimana
pemerintahdaerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang
ada danmembentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor
swastauntuk
menciptakan
suatu
lapangan
kerja
baru
dan
merangsang
perkembangankegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut
(Arsyad,1999).
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah
daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya-sumber daya yang ada dan
membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta
untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan
kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut.
Pembangunan
ekonomi
daerah
merupakan
fungsi
dari
potensi
sumberdayaalam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal,
xxv
prasarana dansarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi
industri, teknologi,situasi ekonomi dan perdaganngan antar wilayah, kemampuan
pendanaan danpembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan, kelembagaan
daerah danlingkungan pembangunan secara luas.
2.1.4 Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses
yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu negara meningkat
dalam jangka panjang. Sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai
kenaikan
Gross
Domestic
Product/Gross
National
Product
tanpa
memandangapakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat
pertumbuhanpenduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau
tidak(Arsyad,1999).
Namun
demikian
pada
umumnya
para
ekonom
memberikanpengertian sama untuk kedua istilah tersebut. Mereka mengartikan
pertumbuhanatau pembangunan ekonomi sebagai kenaikan GDP/GNP saja.
Dalam penggunaan
yang
lebih
umum,
untukmenyatakan
istilah
pertumbuhan
perkembangan
ekonomi
ekonomi
di
biasanya
daerah
maju,
digunakan
sedangkan
istilahpembangunan ekonomi untuk menyatakan perkembangan ekonomi di
negarasedang berkembang.
2.1.5 Teori Basis Ekonomi
Teori basis ekonomi ini dikemukakan oleh Harry W. Richardson (1973)
yang menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu
daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa
xxvi
dari luar daerah (Arsyad 1999:116). Dalam penjelasan selanjutnya dijelaskan
bahwa pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal,
termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan
kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation). Asumsi ini
memberikan pengertian bahwa suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan
apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama
dengan daerahlainsehingga dapat menghasilkan ekspor (Suyatno 2000:146). Ada
serangkaian teori ekonomi sebagai teori yang berusaha menjalankanperubahanperubahan regional yang menekankan hubungan antara sektor-sektor yang
terdapat dalam perekonomian daerah. Teori yang paling sederhana dan populer
adalah teori basis ekonomi (economic base theory).
Menurut Glasson(1990:63-64), konsep dasarbasis ekonomi membagi
perekonomianmenjadidua sektor yaitu:
1.
Sektor-sektor Basis adalah sektor-sektor yang mengekspor barang-barang dan
jasa ke tempat di luar batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan atas
masukan barang dan jasa mereka kepada masyarakat yang datang dari luar
perbatasan perekonomian masyarakat yang bersangkutan.
2.
Sektor-sektor Bukan Basis adalah sektor-sektor yang menjadikan barangbarang yang dibutuhkan oleh orang yang bertempat tinggal di dalam batas
perekonomian masyarakat bersangkutan. Sektor-sektor tidak mengekspor
barang-barang. Ruang lingkup mereka dan daerah pasar adalah bersifat lokal.
Secaraimplisitpembagian perekonomian regional yang dibagi menjadi dua
sektor tersebut terdapat hubungan sebab-akibat dimana keduanya kemudian
xxvii
menjadi pijakan dalam membentuk teori basis ekonomi. Bertambahnya kegiatan
basis di suatu daerah akan menambah arus pendapatan ke dalam daerah yang
bersangkutan sehingga menambah permintaan terhadap barang dan jasa yang
dihasilkan, akibatnya akan menambah volume kegiatan bukan basis. Sebaliknya
semakin berkurangnya kegiatan basis akan menurunkan permintaan terhadap
produk dari kegiatan bukan basis yang berarti berkurangnya pendapatan yang
masuk ke daerah yang bersangkutan. Dengan demikian kegiatan basis mempunyai
peran sebagai penggerak utama.
2.1.6 Sektor Unggulan dan Kriteria Sektor Unggulan
Sektor unggulan adalah sektor yang keberadaannya pada saat ini
telahberperan
besar
kepada
perkembangan
perekonomian
suatu
wilayah,
karenamempunyai keunggulan-keunggulan atau kriteria. Selanjutnya faktor ini
berkembanglebih lanjut melalui kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan
ekonomi.Hal ini didasarkan atas seberapa besar peranan sektor tersebut
dalamperekonomian daerah (Sambodo dalam Gufron, 2008).
Menurut Ambardi dan Socia (2002) kriteria daerah lebih ditekankan
padakomoditas unggulan yang bisa menjadi motor penggerak pembangunan
suatudaerah antara lain:
1.
Komoditas unggulan harus mampu menjadi penggerak utama pembangunan
perekonomian. Artinya komoditas unggulan dapat memberikan kontribusi
yang
signifikan
pada
peningkatan
produksi,
pendapatan,
maupun
pengeluaran.
xxviii
2.
komoditas unggulan mempunya keterkaitan ke depan (fordward linkage)
dan keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang kuat, baik sesama
komoditas maupun komoditas lainnya.
3.
Komoditas unggulan mampu bersaing dengan produk sejenis dari wilayah
lain di pasar nasional dan pasar internasional, baik dalam harga produk,
biaya produksi, kualitas pelayanan, maupun aspekaspek lainnya.
4.
Komoditas unggulan daerahmemilikiketerkaitan dengan daerah lain, baik
dalam hal pasar (konsumen) maupun pemasok bahan baku(jika bahanbakudi
daerah sendiritidak mencukupi atau tidak tersedia sama sekali).
5.
Komoditas unggulan tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan internal.
6.
Pengembangan komoditas unggulan berorientasi pada kelestarian sumber
daya dan lingkungan.
7.
Komoditas unggulan tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan internal.
8.
Pengembangan komoditas unggulan harus mendapatkan berbagai bentuk
dukungan, misalkan dukungan keamanan, sosial, budaya, informasi dan
peluang pasar, kelembagaan, fasilitas insentif/disintensif, dan lain-lain.
9.
Komoditas unggulan bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu, mulai dari
fase kelahiran, pertumbuhan, puncak hingga penurunan. Begitu komoditas
unggulan yang satu memasuki tahap penurunan, maka komoditas unggulan
lainnya harus memapu menggantikannya.
10.
Pengembangan komoditas unggulan berorientasi pada kelestarian sumber
daya dan lingkungan.
2.1.7 Pengembangan Sektor Unggulan Sebagai StrategiPembangunan
Daerah
xxix
Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional
dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumber daya
nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan kinerja daerah untuk
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat
menuju
masyarakat
madani.
Penyelenggaraan pemerintah sebagai subsistem pemerintah daerah sebagai
subsitem pemerintah negara dimaksudkan untuk meningkatakan daya guna dan
hasil guna penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan masyarakat. Sebagai
daerah
otonom,
daerah
menyelenggarakan
keterbukaan,
mempunyai
kepentingan
partisipasi
kewenangan
mayarakat
masyrakat,
dan
dan
tanggung
berdasarkan
pertanggung
jawab
prinsip-prinsip
jawababn
kepada
masyarakat.
Permasalahan pokok dalam pembengunan daerah adalah terletak
padapenekanan
kekhasandaerah
kebijakan-kebijakan
yang
pembangunan
bersangkutan
(endogenous
yang
didasarkan
development)
pada
dengan
menggunakanpotensi sumber daya manusia. Orientasi ini mengarahkan pada
pengambilaninisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses
pembangunanuntuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang
peningkatan ekonomi.Sebelum diberlakukannya otonomi daerah, ketimpangan
ekonomi regionaldi Indonesia disebabkan karena pemerintah pusat menguasai dan
mengendalikanhampir sebagian besar pendapatan daerah yang ditetapkan sebagai
penerimaannegara, termasuk pendapatan dari hasil sumber daya alam dari
sektorpertambangan,
perkebunan,
kehutanan
dan
perikanan/
kelautan.
xxx
Akibatnyadaerah-daerah yang kaya sumber daya alam tidak dapat menikmati
hasilnya secaralayak.
2.2
Penelitian terdahulu
Menurut Fauzi Hidayat (2012) yang berjudul “Analisis pengaruh investasi
dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan sub sektor industri pengolahan di
kabupaten Bekasi” Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dari hasil regresi
secara simultan investasi PMA dan PMDN, serta tenaga kerja berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan di
kabupaten bekasi dengan nilai probabilitas F-statistik adalah 0,000000. Sedangkan
pengujian secara parsial dari hasil regresi pada taraf nyata (α = 5 persen) investasi
PMA berpengaruh signifikan dengan koefisien 0,396108 dan prob. t-statistik
0,0000, PMDN berpengaruh signifikan dengan koefisien 0,198398 dan prob. tstatistik 0,0151. Sedangkan tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan dengan nilai
Prob.t-statistik 0,3298. Penyebab tidak berpengaruhnya faktor tenaga kerja antara
lain: (1). Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat modal
(2). Produktivitas tenaga kerja yang lebih rendah dibandingkan penggunaan
teknologi mesin (3). Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi sementara
penyerapan tenaga kerja sektor industri sangat terbatas. Kata Kunci : Investasi,
Tenaga Kerja, PDRB Industri.
Tan Serlinda Deltania Alatan dan Sautma Ronni Basana (2015) yang
berjudul “ Pengaruh Pemberian Kredit terhadap Ekonomi Regional Jawa Timur”
hasil dari penelitian ini adalah pengaruh dari kredit perbankan yang dibagi
menjadi 9 sektor ekonomi dengan variabel kontrol BI Rateterhadap pertumbuhan
xxxi
Ekonomi Regional Jawa Timur. Dalam penelitian ini, tingkat pertumbuhan
ekonomi di proxykan terhadap PDRB riil Jawa Timur. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Ordinary Least Square(OLS). Penelitian ini
menggunakan data seluruh kredit sektor ekonomi yang konsisten 2002-2013.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak seluruh sektor ekonomi di
Jawa Timur signifikan dan memberikan pengaruh positif terhadap PDRB. Namun
secara bersama-sama penelitian ini berhasil menunjukkan bahwa kredit sektor
ekonomi dan BI Rate berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur.
Try Mardiyanto (2012) yang berjudul”Penerapan Analisis Input Outputdan
ANP dalam Penentuan Prioritas Pembangunan Sub Sektor Industri di Jawa
Timur” hasil dari penelitian ini adalah sektor industri potensial adalah sektor
industri yang memiliki nilai bobot tertinggi berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan bahwa sub
sektor industri yang potensial untuk dikembangkan di Jawa Timur adalah sub
sektor industri makanan, minuman, dan tembakau. Terpilihnya sub sektor industri
makanan, minuman, dan tembakau ditunjang oleh beberapa faktor, di antaranya
kondisi geografis Jawa Timur yang luas, sehingga memiliki sumber bahan baku
yang berlimpah untuk diolah menjadi bahan makanan dan minuman. Selain itu
kondisi demografi Jawa Timur yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi, yaitu
sekitar 38 juta jiwa, menjadikan Jawa Timur sebagai pasar domestik yang
potensial untuk mendistribusikan produk makanan dan minuman.
Hasil identifikasi mengenai kondisi eksisting sub sektor industri makanan,
minuman, dan tembakau menunjukkan bahwa sektor ini masih memiliki potensi
xxxii
yang sangat besar untuk dikembangkan. Posisi geografis Jawa Timur yang berada
di ujung timur Pulau Jawa memberikan dampak yang signifikan terhadap
perekonomian, di antaranya:
1. Menjadi jalur penghubung antara daerah Indonesia barat dan Indonesia timur,
sehingga menjadikan Jawa Timur khususnya kota Surabaya sebagai pusat
perdagangan. Hal ini terlihat dari bobot sektor Perdagangan, Hotel, & Restoran
yang menempati urutan pertama. 2. Luasnya wilayah yang dimiliki oleh Jawa
Timur berdampak pada berlimpahnya sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan
oleh penduduknya. Walaupun pertumbuhan sektor primer menunjukkan
penurunan, kontribusi yang diberikan sektor pertanian dan perikanan masih besar
sebagai pemasok bahan baku untuk sub sektor industri makanan, minuman, dan
tembakau. 3. Terbentuknya klaster industri makanan dan minuman di daerah
Pasuruan dan Malang memberikan nilai tambah yang siginifikan bagi stakeholder
karena mampu melakukan efisiensi terhadap proses bisnisnya. Potensi-potensi di
atas lebih dapat dimanfaatkan oleh industri besar yang ada di Jawa Timur karena
kemampuan perusahaan sudah mendukung untuk terus melakukan optimasi dan
ekspansi dalam menjalankan bisnisnya. Di sisi lain, ada beberapa kekurangan
yang tampaknya masih melanda sebagian besar industri mikro, kecil, dan
menengah di Jawa Timur, yaitu: 1. Lemahnya penguasaan dan penerapan
teknologi dalam menjalankan proses bisnisnya. Kondisi ini dilatarbelakangi oleh
rendahnya kualitas tenaga kerja yang ada. Walaupun memiliki jumlah tenaga kerja
yang banyak, namun secara kualitas rata-rata masih rendah. Upaya untuk
melakukan peningkatan keahlian sebenarnya telah dilakukan oleh pemerintah
xxxiii
daerah setempat dengan melakukan pelatihan atau workshop agar dapat
meningkatkan kualitas serta efisiensi produksi. Akan tetapi jauh lebih efektif
apabila pelaku usaha memiliki kesadaran untuk terus memperbaharui pengetahuan
yang dimiliki melalui berbagai sumber, baik melalui media massa maupun
jejaring bisnis yang ada di sekitar mereka. 2. Kurangnya modal untuk
menjalankan bisnis merupakan kelemahan yang juga dimiliki oleh pelaku usaha
sub sektor industri makanan, minuman, dan tembakau. Walaupun beberapa
perusahaan besar di Jawa Timur telah mengalokasikan anggaran CSR untuk
membantu industri mikro dan kecil, masih banyak industri-industri kecil yang
memerlukan bantuan dana untuk pengembangan usahanya. Hal ini juga
diperparah dengan susahnya akses untuk mendapatkan pinjaman dari lembaga
keuangan. Sebagian besar bank yang ada di Indonesia masih menerapkan suku
bunga yang tinggi untuk mengucurkan kredit, yaitu di atas 10%. Kondisi ini jauh
berbeda dibanding di negara-negara maju dan berkembang lain yang hanya
menetapkan bunga sebesar 4-6%. Faktor ini menjadi salah satu penyebab masih
rendahnya persentase pengusaha di Indonesia. Selain itu bank juga lebih senang
memberikan pinjaman kepada pengusaha besar karena mampu menyalurkan
kredit dalam jumlah besar dengan administrasi yang sedikit. Kondisi ini juga
menguntungkan bagi bank karena mampu menyalurkan dana yang mengendap
dalam jumlah besar. Berbeda bila memberikan pinjaman kepada industri kecil
yang jumlahnya sedikit namun dengan banyak nasabah sehingga memerlukan
penanganan administrasi yang cukup rumit. Dengan kelebihan dan kelemahan
yang dimiliki oleh sub sektor industri makanan, minuman, dan tembakau, banyak
xxxiv
peluang yang dapat dimanfaatkan oleh sektor ini, antara lain: 1. Perkembangan
teknologi yang sangat pesat. Jika dibandingkan pada awal tahun 2000-an, kondisi
saat ini sudah sangat jauh berbeda. Banyak proses bisnis yang dulunya
memerlukan biaya yang besar, sekarang dapat diminimalisasi sehingga lebih
efisien. Hal ini tentu sangat membantu bagi industri kecil yang masih memerlukan
banyak modal untuk terus berkembang. Salah satu contoh adalah biaya promosi.
Dulu jika ingin melakukan promosi ke masyarakat, pelaku industri harus
mengiklankan melalui radio, surat kabar, bahkan media elektronik. Hal ini
tentunya memerlukan biaya yang sangat besar sehingga hanya industri menengah
dan besar yang memanfaatkannya. Saat ini pelaku industri baik di Jawa Timur
maupun di Indonesia telah banyak memanfaatkan media sosial sebagai sarana
untuk mempromosikan bisnis mereka. Dengan biaya yang minimal, mereka
mampu meningkatan penjualan secara signifikan. 2. Potensi pasar domestik yang
sangat besar. Karakteristik sebagian besar masyarakat Indonesia yang konsumtif
menjadi salah satu peluang yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku industri di sektor
makanan, minuman, dan tembakau untuk mendistribusikan produk yang
dihasilkan. Permintaan pasar terhadap produk makanan dan minuman yang
merupakan kebutuhan pokok cukup stabil bahkan meningkat dari tahun ke tahun.
Dengan melakukan inovasi terhadap produk yang dimiliki menjadi salah satu
faktor industri tersebut dapat bertahan di tengah persaingan bisnis yang semakin
ketat. Di sisi lain, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh sub sektor
industri makanan, minuman, dan tembakau agar dapat terus berkembang, yaitu:
Banyaknya produk impor yang masuk ke Indonesia. Pelaku industri di Jawa
xxxv
Timur masih belum mampu memenuhi seluruh permintaan pasar akan produk
makanan dan minuman. Kondisi ini tentu memberi peluang bagi importir untuk
mengambil barang dari luar negeri. Saat ini banyak makanan dan minuman impor
yang masuk ke Indonesia secara ilegal, terutama berasal dari Malaysia dan Cina.
Posisi Malaysia yang berdekatan dengan Indonesia memudahkan mereka untuk
memasok produk ke Indonesia. Kondisi ini tidak hanya merugikan pelaku industri
makanan dan minuman, namun juga merugikan masyarakat sebagai konsumen
karena produk yang dikonsumsi belum mendapatkan sertifikasi dari BPOM
sehingga belum diketahui secara pasti kandungan yang ada di dalam produk
tersebut.
2.3
Kerangka Pemikiran
Analisis tentang Dampak Pembiayaan Sektoral Terhadap Pertumbuhan
Sektoral di Sumatera Utara dibutuhkan sebagai dasar utama untuk perumusan
kebijakan pembangunan ekonomi daerah di masa mendatang. Dengan
diketahuinya dampak pembiayaan sektoral terhadap pertumbuhan sektoral, maka
pembangunan daerah dapat diarahkan ke sektor-sektor yang secara potensial dapat
mendorong percepatan pembangunan daerah dan menciptakan pengembangan
wilayah.
Pembiayaan sektoral diambil dari DAU (Dana Alokasi Umum), PAD
(Pendapatan Asli Daerah) dan kredit yang diberikan BI dan Bank Umum. Dimana
pembiayaaan sektoral diarahkan kepada sektor-sektor unggulan yang dapat
memberikan PDRB besar kepada Sumatera Utara.
xxxvi
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan ukuran kinerja makro
kegiatan ekonomi di suatu wilayah. PDRB suatu wilayah menggambarkan
struktur ekonomi daerah, peranan sektor-sektor ekonomi dan pergeserannya, serta
menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi, baik secara total maupun per sektor.
Perkembangan PDRB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator
penting untuk melihat seberapa besar pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah.
Oleh karena itu strategi pembangunan diupayakan untuk menggali potensi yang
ada, agar dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah.
Berdasarkan data dan informasi yang terkandung dalam PDRB, maka dapat
dilakukan beberapa analisis untuk memperoleh informasi tentang:
1.Sektor Basis dan Non basis
Kegiatan ekonomi wilayah berdasarkan teori ekonomi basis diklasifikasikan ke
dalam dua sektor, yaitu sektor basis dan non basis. Analisis ini diperlukan untuk
mengidentifikasi kegiatan ekonomi daerah yang bersifat ekspor dan non ekspor
dan mengetahui laju pertumbuhan sektor basis dari tahun ke tahun. Pertumbuhan
beberapa sektor basis akan menentukan pembangunan daerah secara keseluruhan,
sementara sektor non basis hanya merupakan konsekuensi-konsekuensi dari
pembangunan daerah. Barang dan jasa dari sektor basis yang di ekspor akan
menghasilkan pendapatan bagi daerah, serta meningkatkan konsumsi dan
investasi. Peningkatan pendapatan tidak hanya menyebabkan kenaikan permintaan
terhadap sektor basis, tetapi juga akan meningkatkan permintaan terhadap sektor
non basis yang berarti juga mendorong kenaikan investasi sektor non basis.
2.Perubahan dan Pergeseran Sektor
xxxvii
Analisis ini dibutuhkan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran
sektor pada perekonomian suatu daerah. Hasil analisis akan menggambarkan
kinerja sektor-sektor dalam PDRB suatu daerah dibandingkan wilayah referensi.
Apabila penyimpangan positif, maka dikatakan suatu sektor dalam PDRB
memiliki keunggulan kompetitif atau sebaliknya.
Pembangunan
yang
dilaksanakan
diharapkan
berimplikasi
pada
pertumbuhan ekonomi. Pembangunan yang berorientasi pada pencapaian target
sektoral, keberhasilannya
dapat dilihat dari kontribusi sektor terhadap
pembentukan PDRB dari tahun ke tahun. Pertumbuhan positif menunjukkan
adanya peningkatan perekonomian dan apabila negatif berarti terjadinya
penurunan
dalam
kegiatan
perekonomian.
Pertumbuhan
perekonomian
mengakibatkan terjadinya perubahan perkembangan pembangunan suatu daerah.
Perencanaan pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, salah satunya dapat dicapai dengan pertumbuhan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi itu sendiri dapat meningkat, bila ada satu atau
beberapa sektor ekonomi yang berkembang lebih cepat dari pada sektor-sektor
lain. Dengan demikian, sektor yang mempunyai perkembangan lebih cepat dari
sektor lain akan menjadi suatu sektor unggulan.
Sektor unggulan yang dimiliki suatu daerah akan memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah, karena akan
memberikan keuntungan kompetitif atau komparatif yang selanjutnya akan
mendorong pengembangan ekspor barang maupun jasa.
xxxviii
Kebijakan strategi pembangunan harus diarahkan kepada kebijakan yang
memberikan dampak yang optimal bagi pertumbuhan ekonomi, peningkatan
pendapatan masyarakat dan penciptaan lapangan pekerjaan. Sektor unggulan yang
diperoleh melalui analisis dapat menjadi dasar pertimbangan dalam perencanaan
pembangunan di masa mendatang dalam pengembangan wilayah.
Konsep pemikiran yang dijadikan dasar dalam penelitian ini dijelaskan
dalam Gambar 2.1. di bawah ini:
Provinsi Sumatera Utara
Perekonomian Wilayah
PDRB harga konstan
xxxix
Perubahan dan
Pergeseran Sektor
Sektor Basis dan Non
Basis
Penentuan Sektor Unggulan
Pembiayaan DAU, PAD Dan Kredit BI Dan Bank Umum
Pertumbuhan Sektoral
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
2.4
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan tujuan penelitian
diatas, maka dapat ditarik hipotesis dari penelitian ini adalah:
1.
Sektor yang menjadi unggulan di Sumatera Utara tahun 2008 -2012.
2.
Pengaruh dampak pembiayaan sektoral (pertanian, pertambangan,
pengolahan, listrik; gas; dan air, konstruksi, perdagangan; sestoran; dan
xl
hotel, pengangkutan; dan komunikasi, jasa-jasa) dan Tenaga Kerja secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap pertumbunan sektoral sumatera
utara.
3.
Pengaruh dampak pembiayaan sektoral (pertanian, pertambangan,
pengolahan, listrik; gas; dan air, konstruksi, perdagangan; sestoran; dan
hotel, pengangkutan; dan komunikasi, jasa-jasa) dan Tenaga Kerjasecara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan sektoral
diSumatera Utara.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sumatera Utara. Sumatera Utaradijadikan objek
penelitian karena dilihat dari letak geografis, luas wilayah dan populasi penduduk,
xli
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1
Landasan Teori
Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomi dapat di defenisikan sebagai penjelasan
mengenaib faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan output perkapita dalam
jangka panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut
sehingga terjadi proses pertumbuhan (Boediono, 1999).
Beberapa teori pertumbuhan ekonomi menurut para ahli, antara lain:
xviii
A.
B.
Menurut Adam Smith pertumbuhan ekonomi ada 4 faktor antara lain:
1.
Jumlah penduduk
2.
Jumlah stok barang-barang modal
3.
Luas tanah dan kekayaan alam, dan
4.
Tingkat teknologi yang digunakan (Suryana, 2000).
Menurut Kuznets dalam jhingan (2002) pertumbuhan ekonomi adalah
peningkatan kemampuan suatu negara (daerah) untuk menyediakan barangbarang ekonomi bagi penduduknya, yang terwujud dengan adanya kenaikan
output nasional secara terus menerus yang disertai dengan kemajuan
teknologi serta adanya penyesuaian kelembagaan, sikap ideologi yang
dibutuhkannya.
Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor penting
(Arsyad,1999) seperti akumulasi modal yang merupakan suatu investasi baru yang
berwujud tanah (lahan), peralatan fiskal dan sumberdaya manusia (human
resources), akan terjadi jika ada bagian dari pendapatan sekarang yang ditabung
dan kemudian diinvestasikan untuk mengukur besar output pada masa yang akan
datang. Akumulasi modal akan menambah sumberdaya yang baru dan
meningkatkan sumberdaya yang telah ada. Kemudian pertumbuhan penduduk dan
hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja (laborforce) di
anggap sebagai faktor yang positif dalam merancang pertumbuhan ekonomi,
namun kemampuan merangsang pertumbuhan ekonomi bergantung pada
kemampuan sisitem ekonomi yang berlaku dalam menyerap dan mempekerjakan
tenaga kerja yang ada secara produktif. Selain faktor-faktor tersebut, kemajuan
xix
teknologi merupakan faktor yang paling penting bagi pertumbuhan ekonomi.
Dalam bentuknya yang paling sederhana, kemajuan teknologi disebabkan oleh
cara-cara baru dan cara-cara lama yang diperbaiki dalam melakukan pekerjaanpekerjaan tradisional.
2.1.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB adalah Semua barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan
ekonomi yang beroperasi di wilayah domestik, tanpa memperhatikan apakah
faktor produksinya berasal dari atau dimiliki oleh penduduk daerah tersebut.
Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik (2004) yaitu jumlah nilai tambah
yang dihasilka untuk seluruh unit usaha dalm suatu wilayah atau merupakan
seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unitekonomi di suatu
wilayah. Penghitungan PDRB dapat dilakukan denganmenggunakan metode yaitu
langsung dan tidak langsung (alokasi).
Perhitungan metode langsung dapat dilakukan melalui tiga pendekatanyaitu
pendekatan
produksi,
pendekatan
pendapatan
dan
pendekatan
pengeluaran.Walaupun mempunyai tiga pendekatan yang berbeda namun akan
memberikanhasil perhitungan yang sama (BPS, 2008).
Pendekatan produksi (Production Approach) dilakukan denganmenghitung
nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi (di
suatu region) pada suatu jangka waktu tertentu (setahun). PerhitunganPDRB
melalui pendekatan ini disebut juga penghitungan melalui nilai tambah(value
added). Pendekatan produksi adalah perhitungan nilai tambah barang danjasa
yang diproduksi oleh suatu kegiatan/sektor atau sub sektor tersebut. Nilaitambah
xx
merupakan selisih antara nilai produksi dan nilai biaya antara. Biayaantara adalah
nilai barang dan jasa yang digunakan sebagai input antara dalamproses produksi.
Barang dan jasa yang yang termasuk input antara adalah bahanbaku atau bahan
penolong yang biasanya habis dalam sekali proses produksi ataumempunyai umur
penggunaan kurang dari satu tahun, sementara itu pengeluaranatas balas jasa
faktor produksi seperti upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal,dan keuntungan
yang diterima perusahaan bukan termasuk biaya antara. Begitujuga dengan
penyusutan dan pajak tidak langsung neto bukan merupakan biayaantara (Tarigan,
2007).
Pendekatan produksi banyak digunakan untuk memperkirakan nilaitambah
dari sektor yang produksinya berbentuk fisik/barang. PDRB menurutpendekatan
produksi terbagi atas 9 lapangan usaha (sektor) yaitu : pertanian,indsutri
pertambangan, listrik dan air minum, bangunan dan konstruksi,perdagangan,
angkutan, lembaga keuangan,dan jasa-jasa. Oleh karena itu penelitianini
menggunakan PDRB pendekatan Produksi (Suryana, 2000).
Pendekatan
pendapatan
(Income
Approach)
dilakukan
dengan
menghitungjumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut
dalamproses
produksi
(setahun).Perhitungan
di
suatu
PDRB
wilayah
melalui
pada
pendekatan
jangka
ini
waktu
tertentu
diperoleh
dengan
menjumlahkansemua balas jasa yang diterima faktor produksi yang komponennya
terdiri dariupah dan gaji, sewa tanah, bunga modal keuntungan ditambah dengan
penyusutan
dan pajak tidak langsung neto (BPS, 2008).
xxi
Pendekatan
Pengeluaran
(Expenditure
Approach)
dilakukan
denganmenghitung jumlah seluruh pengeluaran untu konsumsi rumah tangga
danlembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah,
pembentukanmodal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor neto di suatu
wilayah.Perhitungan PDRB melalui pendekatan ini dilakukan dengan bertitik
tolak daripenggunaan akhir barang dan jasa yang dihasilkan di wilayah
domestik(BPS,2008).
Kemudian penghitungan PDRB dengan metode tidak langsung ataumetode
alokasi diperoleh dengan menghitung PDRB wilayah tersebut melaluialokasi
PDRB wilayah yang lebih luas. Untuk melakukan alokasi PDRB wilayahini,
digunakan beberapa alokator antara lain: Nilai produksi bruto dan netto
setiapsektor/subsektor pada wilayah yang dialokasikan ; jumlah produksi fisik ;
tenagakerja;
penduduk,
dan
alokator
tidak
langsung
lainnya.
Dengan
menggunakan salahsatu atau beberapa alokator dapat diperhitungkan persentase
bagian masingmasingprovinsi terhadap nilai tambah setiap sektor dan subsektor.
Cara penyajian PDRB terdapat PDRB Atas Dasar Harga Konstan,
semuaagregat pendapatan dinilai atas dasar harga tetap, maka perkembangan
agregatpendapatan dari tahun ke tahun semata-mata karena perkembangan
produksi riilbukan karena kenaikan harga atau inflasi. PDRB atas dasar harga
konstanmenunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap
sektordari tahun ke tahun.
Dan penyajian PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, semua agregatpendapatan
dinilai atas dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahunnya,baik pada saat
xxii
menilai produksi dan biaya antara maupun pada penilaiankomponen PDRB.
PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan kemampuansumber daya ekonomi
yang dihasilkan suatu daerah. Nilai PDRB yang besarmenunjukkan kemampuan
sumber daya ekonomi yang besar, begitu jugasebaliknya.
Sektor-sektor
perekonomian
berdasarkan
lapangan
usaha
yang
tercakupdalam PDRB, yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan
penggalian, sektorindustri pengolahan, sektor listrik gas dan air bersih, sektor
bangunan dankonstruksi, sektor perdagangan hotel dan restoran, sektor
pengangkutan dankomunikasi, sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan,
dan sektor jasa-jasa.
2.1.3. Teori Pembangunan Ekonomi
Menurut Adam Smith pembangunan ekonomi merupakan proses perpaduan
antara pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi (Suryana, 2000).
MenurutSchumpeter pembangunan ekonomi bukan merupakan proses yang
harmonis,tetapi merupakan perubahan yang spontan dan tidak terputus-putus.
Pembangunanekonomi disebabkan oleh perubahan terutama dalam lapangan
industri danperdagangan (Suryana, 2000).
Menurut Budiono (1994), pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses
pertumbuhan output perkapita jangka panjang yang terjadi apabila ada
kecenderungan (output perkapita untuk naik) yang bersumber dari proses intern
perekonomian tersebut (kekuatan yang berada dalam perekonomian itu sendiri),
bukan berasal dari luar dan bersifat sementara. Atau dengan kata lain bersifat self
generating, yang berarti bahwa proses pertumbuhan itu sendiri menghasilkan
xxiii
suatu kekuatan atau momentum bagi kelanjutan pertumbuhan tersebut dalam
periode-periode selanjutnya (Budiono, Teori Pertumbuhan Ekonomi, edisi 1,
bpfe,Jogjakarta, 1994).
M. P. Todaro mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai suatu proses
yang mantap dimana kapasitas produksi dari suatu perekonomian meningkat
sepanjang waktu untuk menghasilkan tingkat pendapatan nasional yang semakin
besar.( M.P. Todaro, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ke Tiga, edisi 4, Penerbit
Erlangga, Jakarta).
Pembangunan ekonomi juga berkaitan dengan pendapatan per kapita
danpendapatan nasional. Pendapatan per kapita yaitu pendapatan rata-rata
penduduksuatu daerah sedangkan pendapatan nasional merupakan nilai produksi
barangbarangdan jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian di dalam
masasatu tahun. Pertambahan pendapatan nasional dan pendapatan per kapita dari
masake masa dapat digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi dan
jugaperkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu daerah dalam
penelitian inipengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman adalah
sebagai suatuproses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu
masyarakatmeningkat dalam jangka panjang.
Sadono Sukirno berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan
perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang berlaku dari tahun ke tahun. Sehingga
untuk mengetahuinya harus diadakan perbandingan pendapatan naional dari tahun
ke tahun, yang dikenal dengan laju pertumbuhan ekonomi (Sadono Sukirno,
Ekonomi Pembangunan, Penerbit FEUI, 1985).
xxiv
2.1.3.1. Teori Pembangunan Ekonomi Daerah
Secara umum pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses yang
membentuk institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif,
perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa
yang lebih baik identifikasi pasar-pasar baru, alih pengetahuan dan teknologi,
serta membangun usaha-usaha baru.Pembangunan ekonomi daerah ini bertujuan
untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja bagi masyarakat daerah.
Maka perlu kerjasama antara pemerintah dengan masyarakatnya disertai dengan
adanya dukungan sumberdaya yang ada dalam rangka merancang dan
membangun ekonomi daerah.
Pembangunan
ekonomi
daerah
adalah
suatu
proses
dimana
pemerintahdaerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang
ada danmembentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor
swastauntuk
menciptakan
suatu
lapangan
kerja
baru
dan
merangsang
perkembangankegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut
(Arsyad,1999).
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah
daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya-sumber daya yang ada dan
membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta
untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan
kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut.
Pembangunan
ekonomi
daerah
merupakan
fungsi
dari
potensi
sumberdayaalam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal,
xxv
prasarana dansarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi
industri, teknologi,situasi ekonomi dan perdaganngan antar wilayah, kemampuan
pendanaan danpembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan, kelembagaan
daerah danlingkungan pembangunan secara luas.
2.1.4 Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses
yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu negara meningkat
dalam jangka panjang. Sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai
kenaikan
Gross
Domestic
Product/Gross
National
Product
tanpa
memandangapakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat
pertumbuhanpenduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau
tidak(Arsyad,1999).
Namun
demikian
pada
umumnya
para
ekonom
memberikanpengertian sama untuk kedua istilah tersebut. Mereka mengartikan
pertumbuhanatau pembangunan ekonomi sebagai kenaikan GDP/GNP saja.
Dalam penggunaan
yang
lebih
umum,
untukmenyatakan
istilah
pertumbuhan
perkembangan
ekonomi
ekonomi
di
biasanya
daerah
maju,
digunakan
sedangkan
istilahpembangunan ekonomi untuk menyatakan perkembangan ekonomi di
negarasedang berkembang.
2.1.5 Teori Basis Ekonomi
Teori basis ekonomi ini dikemukakan oleh Harry W. Richardson (1973)
yang menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu
daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa
xxvi
dari luar daerah (Arsyad 1999:116). Dalam penjelasan selanjutnya dijelaskan
bahwa pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal,
termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan
kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation). Asumsi ini
memberikan pengertian bahwa suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan
apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama
dengan daerahlainsehingga dapat menghasilkan ekspor (Suyatno 2000:146). Ada
serangkaian teori ekonomi sebagai teori yang berusaha menjalankanperubahanperubahan regional yang menekankan hubungan antara sektor-sektor yang
terdapat dalam perekonomian daerah. Teori yang paling sederhana dan populer
adalah teori basis ekonomi (economic base theory).
Menurut Glasson(1990:63-64), konsep dasarbasis ekonomi membagi
perekonomianmenjadidua sektor yaitu:
1.
Sektor-sektor Basis adalah sektor-sektor yang mengekspor barang-barang dan
jasa ke tempat di luar batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan atas
masukan barang dan jasa mereka kepada masyarakat yang datang dari luar
perbatasan perekonomian masyarakat yang bersangkutan.
2.
Sektor-sektor Bukan Basis adalah sektor-sektor yang menjadikan barangbarang yang dibutuhkan oleh orang yang bertempat tinggal di dalam batas
perekonomian masyarakat bersangkutan. Sektor-sektor tidak mengekspor
barang-barang. Ruang lingkup mereka dan daerah pasar adalah bersifat lokal.
Secaraimplisitpembagian perekonomian regional yang dibagi menjadi dua
sektor tersebut terdapat hubungan sebab-akibat dimana keduanya kemudian
xxvii
menjadi pijakan dalam membentuk teori basis ekonomi. Bertambahnya kegiatan
basis di suatu daerah akan menambah arus pendapatan ke dalam daerah yang
bersangkutan sehingga menambah permintaan terhadap barang dan jasa yang
dihasilkan, akibatnya akan menambah volume kegiatan bukan basis. Sebaliknya
semakin berkurangnya kegiatan basis akan menurunkan permintaan terhadap
produk dari kegiatan bukan basis yang berarti berkurangnya pendapatan yang
masuk ke daerah yang bersangkutan. Dengan demikian kegiatan basis mempunyai
peran sebagai penggerak utama.
2.1.6 Sektor Unggulan dan Kriteria Sektor Unggulan
Sektor unggulan adalah sektor yang keberadaannya pada saat ini
telahberperan
besar
kepada
perkembangan
perekonomian
suatu
wilayah,
karenamempunyai keunggulan-keunggulan atau kriteria. Selanjutnya faktor ini
berkembanglebih lanjut melalui kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan
ekonomi.Hal ini didasarkan atas seberapa besar peranan sektor tersebut
dalamperekonomian daerah (Sambodo dalam Gufron, 2008).
Menurut Ambardi dan Socia (2002) kriteria daerah lebih ditekankan
padakomoditas unggulan yang bisa menjadi motor penggerak pembangunan
suatudaerah antara lain:
1.
Komoditas unggulan harus mampu menjadi penggerak utama pembangunan
perekonomian. Artinya komoditas unggulan dapat memberikan kontribusi
yang
signifikan
pada
peningkatan
produksi,
pendapatan,
maupun
pengeluaran.
xxviii
2.
komoditas unggulan mempunya keterkaitan ke depan (fordward linkage)
dan keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang kuat, baik sesama
komoditas maupun komoditas lainnya.
3.
Komoditas unggulan mampu bersaing dengan produk sejenis dari wilayah
lain di pasar nasional dan pasar internasional, baik dalam harga produk,
biaya produksi, kualitas pelayanan, maupun aspekaspek lainnya.
4.
Komoditas unggulan daerahmemilikiketerkaitan dengan daerah lain, baik
dalam hal pasar (konsumen) maupun pemasok bahan baku(jika bahanbakudi
daerah sendiritidak mencukupi atau tidak tersedia sama sekali).
5.
Komoditas unggulan tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan internal.
6.
Pengembangan komoditas unggulan berorientasi pada kelestarian sumber
daya dan lingkungan.
7.
Komoditas unggulan tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan internal.
8.
Pengembangan komoditas unggulan harus mendapatkan berbagai bentuk
dukungan, misalkan dukungan keamanan, sosial, budaya, informasi dan
peluang pasar, kelembagaan, fasilitas insentif/disintensif, dan lain-lain.
9.
Komoditas unggulan bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu, mulai dari
fase kelahiran, pertumbuhan, puncak hingga penurunan. Begitu komoditas
unggulan yang satu memasuki tahap penurunan, maka komoditas unggulan
lainnya harus memapu menggantikannya.
10.
Pengembangan komoditas unggulan berorientasi pada kelestarian sumber
daya dan lingkungan.
2.1.7 Pengembangan Sektor Unggulan Sebagai StrategiPembangunan
Daerah
xxix
Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional
dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumber daya
nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan kinerja daerah untuk
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat
menuju
masyarakat
madani.
Penyelenggaraan pemerintah sebagai subsistem pemerintah daerah sebagai
subsitem pemerintah negara dimaksudkan untuk meningkatakan daya guna dan
hasil guna penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan masyarakat. Sebagai
daerah
otonom,
daerah
menyelenggarakan
keterbukaan,
mempunyai
kepentingan
partisipasi
kewenangan
mayarakat
masyrakat,
dan
dan
tanggung
berdasarkan
pertanggung
jawab
prinsip-prinsip
jawababn
kepada
masyarakat.
Permasalahan pokok dalam pembengunan daerah adalah terletak
padapenekanan
kekhasandaerah
kebijakan-kebijakan
yang
pembangunan
bersangkutan
(endogenous
yang
didasarkan
development)
pada
dengan
menggunakanpotensi sumber daya manusia. Orientasi ini mengarahkan pada
pengambilaninisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses
pembangunanuntuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang
peningkatan ekonomi.Sebelum diberlakukannya otonomi daerah, ketimpangan
ekonomi regionaldi Indonesia disebabkan karena pemerintah pusat menguasai dan
mengendalikanhampir sebagian besar pendapatan daerah yang ditetapkan sebagai
penerimaannegara, termasuk pendapatan dari hasil sumber daya alam dari
sektorpertambangan,
perkebunan,
kehutanan
dan
perikanan/
kelautan.
xxx
Akibatnyadaerah-daerah yang kaya sumber daya alam tidak dapat menikmati
hasilnya secaralayak.
2.2
Penelitian terdahulu
Menurut Fauzi Hidayat (2012) yang berjudul “Analisis pengaruh investasi
dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan sub sektor industri pengolahan di
kabupaten Bekasi” Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dari hasil regresi
secara simultan investasi PMA dan PMDN, serta tenaga kerja berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan di
kabupaten bekasi dengan nilai probabilitas F-statistik adalah 0,000000. Sedangkan
pengujian secara parsial dari hasil regresi pada taraf nyata (α = 5 persen) investasi
PMA berpengaruh signifikan dengan koefisien 0,396108 dan prob. t-statistik
0,0000, PMDN berpengaruh signifikan dengan koefisien 0,198398 dan prob. tstatistik 0,0151. Sedangkan tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan dengan nilai
Prob.t-statistik 0,3298. Penyebab tidak berpengaruhnya faktor tenaga kerja antara
lain: (1). Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat modal
(2). Produktivitas tenaga kerja yang lebih rendah dibandingkan penggunaan
teknologi mesin (3). Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi sementara
penyerapan tenaga kerja sektor industri sangat terbatas. Kata Kunci : Investasi,
Tenaga Kerja, PDRB Industri.
Tan Serlinda Deltania Alatan dan Sautma Ronni Basana (2015) yang
berjudul “ Pengaruh Pemberian Kredit terhadap Ekonomi Regional Jawa Timur”
hasil dari penelitian ini adalah pengaruh dari kredit perbankan yang dibagi
menjadi 9 sektor ekonomi dengan variabel kontrol BI Rateterhadap pertumbuhan
xxxi
Ekonomi Regional Jawa Timur. Dalam penelitian ini, tingkat pertumbuhan
ekonomi di proxykan terhadap PDRB riil Jawa Timur. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Ordinary Least Square(OLS). Penelitian ini
menggunakan data seluruh kredit sektor ekonomi yang konsisten 2002-2013.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak seluruh sektor ekonomi di
Jawa Timur signifikan dan memberikan pengaruh positif terhadap PDRB. Namun
secara bersama-sama penelitian ini berhasil menunjukkan bahwa kredit sektor
ekonomi dan BI Rate berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur.
Try Mardiyanto (2012) yang berjudul”Penerapan Analisis Input Outputdan
ANP dalam Penentuan Prioritas Pembangunan Sub Sektor Industri di Jawa
Timur” hasil dari penelitian ini adalah sektor industri potensial adalah sektor
industri yang memiliki nilai bobot tertinggi berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan bahwa sub
sektor industri yang potensial untuk dikembangkan di Jawa Timur adalah sub
sektor industri makanan, minuman, dan tembakau. Terpilihnya sub sektor industri
makanan, minuman, dan tembakau ditunjang oleh beberapa faktor, di antaranya
kondisi geografis Jawa Timur yang luas, sehingga memiliki sumber bahan baku
yang berlimpah untuk diolah menjadi bahan makanan dan minuman. Selain itu
kondisi demografi Jawa Timur yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi, yaitu
sekitar 38 juta jiwa, menjadikan Jawa Timur sebagai pasar domestik yang
potensial untuk mendistribusikan produk makanan dan minuman.
Hasil identifikasi mengenai kondisi eksisting sub sektor industri makanan,
minuman, dan tembakau menunjukkan bahwa sektor ini masih memiliki potensi
xxxii
yang sangat besar untuk dikembangkan. Posisi geografis Jawa Timur yang berada
di ujung timur Pulau Jawa memberikan dampak yang signifikan terhadap
perekonomian, di antaranya:
1. Menjadi jalur penghubung antara daerah Indonesia barat dan Indonesia timur,
sehingga menjadikan Jawa Timur khususnya kota Surabaya sebagai pusat
perdagangan. Hal ini terlihat dari bobot sektor Perdagangan, Hotel, & Restoran
yang menempati urutan pertama. 2. Luasnya wilayah yang dimiliki oleh Jawa
Timur berdampak pada berlimpahnya sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan
oleh penduduknya. Walaupun pertumbuhan sektor primer menunjukkan
penurunan, kontribusi yang diberikan sektor pertanian dan perikanan masih besar
sebagai pemasok bahan baku untuk sub sektor industri makanan, minuman, dan
tembakau. 3. Terbentuknya klaster industri makanan dan minuman di daerah
Pasuruan dan Malang memberikan nilai tambah yang siginifikan bagi stakeholder
karena mampu melakukan efisiensi terhadap proses bisnisnya. Potensi-potensi di
atas lebih dapat dimanfaatkan oleh industri besar yang ada di Jawa Timur karena
kemampuan perusahaan sudah mendukung untuk terus melakukan optimasi dan
ekspansi dalam menjalankan bisnisnya. Di sisi lain, ada beberapa kekurangan
yang tampaknya masih melanda sebagian besar industri mikro, kecil, dan
menengah di Jawa Timur, yaitu: 1. Lemahnya penguasaan dan penerapan
teknologi dalam menjalankan proses bisnisnya. Kondisi ini dilatarbelakangi oleh
rendahnya kualitas tenaga kerja yang ada. Walaupun memiliki jumlah tenaga kerja
yang banyak, namun secara kualitas rata-rata masih rendah. Upaya untuk
melakukan peningkatan keahlian sebenarnya telah dilakukan oleh pemerintah
xxxiii
daerah setempat dengan melakukan pelatihan atau workshop agar dapat
meningkatkan kualitas serta efisiensi produksi. Akan tetapi jauh lebih efektif
apabila pelaku usaha memiliki kesadaran untuk terus memperbaharui pengetahuan
yang dimiliki melalui berbagai sumber, baik melalui media massa maupun
jejaring bisnis yang ada di sekitar mereka. 2. Kurangnya modal untuk
menjalankan bisnis merupakan kelemahan yang juga dimiliki oleh pelaku usaha
sub sektor industri makanan, minuman, dan tembakau. Walaupun beberapa
perusahaan besar di Jawa Timur telah mengalokasikan anggaran CSR untuk
membantu industri mikro dan kecil, masih banyak industri-industri kecil yang
memerlukan bantuan dana untuk pengembangan usahanya. Hal ini juga
diperparah dengan susahnya akses untuk mendapatkan pinjaman dari lembaga
keuangan. Sebagian besar bank yang ada di Indonesia masih menerapkan suku
bunga yang tinggi untuk mengucurkan kredit, yaitu di atas 10%. Kondisi ini jauh
berbeda dibanding di negara-negara maju dan berkembang lain yang hanya
menetapkan bunga sebesar 4-6%. Faktor ini menjadi salah satu penyebab masih
rendahnya persentase pengusaha di Indonesia. Selain itu bank juga lebih senang
memberikan pinjaman kepada pengusaha besar karena mampu menyalurkan
kredit dalam jumlah besar dengan administrasi yang sedikit. Kondisi ini juga
menguntungkan bagi bank karena mampu menyalurkan dana yang mengendap
dalam jumlah besar. Berbeda bila memberikan pinjaman kepada industri kecil
yang jumlahnya sedikit namun dengan banyak nasabah sehingga memerlukan
penanganan administrasi yang cukup rumit. Dengan kelebihan dan kelemahan
yang dimiliki oleh sub sektor industri makanan, minuman, dan tembakau, banyak
xxxiv
peluang yang dapat dimanfaatkan oleh sektor ini, antara lain: 1. Perkembangan
teknologi yang sangat pesat. Jika dibandingkan pada awal tahun 2000-an, kondisi
saat ini sudah sangat jauh berbeda. Banyak proses bisnis yang dulunya
memerlukan biaya yang besar, sekarang dapat diminimalisasi sehingga lebih
efisien. Hal ini tentu sangat membantu bagi industri kecil yang masih memerlukan
banyak modal untuk terus berkembang. Salah satu contoh adalah biaya promosi.
Dulu jika ingin melakukan promosi ke masyarakat, pelaku industri harus
mengiklankan melalui radio, surat kabar, bahkan media elektronik. Hal ini
tentunya memerlukan biaya yang sangat besar sehingga hanya industri menengah
dan besar yang memanfaatkannya. Saat ini pelaku industri baik di Jawa Timur
maupun di Indonesia telah banyak memanfaatkan media sosial sebagai sarana
untuk mempromosikan bisnis mereka. Dengan biaya yang minimal, mereka
mampu meningkatan penjualan secara signifikan. 2. Potensi pasar domestik yang
sangat besar. Karakteristik sebagian besar masyarakat Indonesia yang konsumtif
menjadi salah satu peluang yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku industri di sektor
makanan, minuman, dan tembakau untuk mendistribusikan produk yang
dihasilkan. Permintaan pasar terhadap produk makanan dan minuman yang
merupakan kebutuhan pokok cukup stabil bahkan meningkat dari tahun ke tahun.
Dengan melakukan inovasi terhadap produk yang dimiliki menjadi salah satu
faktor industri tersebut dapat bertahan di tengah persaingan bisnis yang semakin
ketat. Di sisi lain, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh sub sektor
industri makanan, minuman, dan tembakau agar dapat terus berkembang, yaitu:
Banyaknya produk impor yang masuk ke Indonesia. Pelaku industri di Jawa
xxxv
Timur masih belum mampu memenuhi seluruh permintaan pasar akan produk
makanan dan minuman. Kondisi ini tentu memberi peluang bagi importir untuk
mengambil barang dari luar negeri. Saat ini banyak makanan dan minuman impor
yang masuk ke Indonesia secara ilegal, terutama berasal dari Malaysia dan Cina.
Posisi Malaysia yang berdekatan dengan Indonesia memudahkan mereka untuk
memasok produk ke Indonesia. Kondisi ini tidak hanya merugikan pelaku industri
makanan dan minuman, namun juga merugikan masyarakat sebagai konsumen
karena produk yang dikonsumsi belum mendapatkan sertifikasi dari BPOM
sehingga belum diketahui secara pasti kandungan yang ada di dalam produk
tersebut.
2.3
Kerangka Pemikiran
Analisis tentang Dampak Pembiayaan Sektoral Terhadap Pertumbuhan
Sektoral di Sumatera Utara dibutuhkan sebagai dasar utama untuk perumusan
kebijakan pembangunan ekonomi daerah di masa mendatang. Dengan
diketahuinya dampak pembiayaan sektoral terhadap pertumbuhan sektoral, maka
pembangunan daerah dapat diarahkan ke sektor-sektor yang secara potensial dapat
mendorong percepatan pembangunan daerah dan menciptakan pengembangan
wilayah.
Pembiayaan sektoral diambil dari DAU (Dana Alokasi Umum), PAD
(Pendapatan Asli Daerah) dan kredit yang diberikan BI dan Bank Umum. Dimana
pembiayaaan sektoral diarahkan kepada sektor-sektor unggulan yang dapat
memberikan PDRB besar kepada Sumatera Utara.
xxxvi
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan ukuran kinerja makro
kegiatan ekonomi di suatu wilayah. PDRB suatu wilayah menggambarkan
struktur ekonomi daerah, peranan sektor-sektor ekonomi dan pergeserannya, serta
menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi, baik secara total maupun per sektor.
Perkembangan PDRB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator
penting untuk melihat seberapa besar pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah.
Oleh karena itu strategi pembangunan diupayakan untuk menggali potensi yang
ada, agar dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah.
Berdasarkan data dan informasi yang terkandung dalam PDRB, maka dapat
dilakukan beberapa analisis untuk memperoleh informasi tentang:
1.Sektor Basis dan Non basis
Kegiatan ekonomi wilayah berdasarkan teori ekonomi basis diklasifikasikan ke
dalam dua sektor, yaitu sektor basis dan non basis. Analisis ini diperlukan untuk
mengidentifikasi kegiatan ekonomi daerah yang bersifat ekspor dan non ekspor
dan mengetahui laju pertumbuhan sektor basis dari tahun ke tahun. Pertumbuhan
beberapa sektor basis akan menentukan pembangunan daerah secara keseluruhan,
sementara sektor non basis hanya merupakan konsekuensi-konsekuensi dari
pembangunan daerah. Barang dan jasa dari sektor basis yang di ekspor akan
menghasilkan pendapatan bagi daerah, serta meningkatkan konsumsi dan
investasi. Peningkatan pendapatan tidak hanya menyebabkan kenaikan permintaan
terhadap sektor basis, tetapi juga akan meningkatkan permintaan terhadap sektor
non basis yang berarti juga mendorong kenaikan investasi sektor non basis.
2.Perubahan dan Pergeseran Sektor
xxxvii
Analisis ini dibutuhkan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran
sektor pada perekonomian suatu daerah. Hasil analisis akan menggambarkan
kinerja sektor-sektor dalam PDRB suatu daerah dibandingkan wilayah referensi.
Apabila penyimpangan positif, maka dikatakan suatu sektor dalam PDRB
memiliki keunggulan kompetitif atau sebaliknya.
Pembangunan
yang
dilaksanakan
diharapkan
berimplikasi
pada
pertumbuhan ekonomi. Pembangunan yang berorientasi pada pencapaian target
sektoral, keberhasilannya
dapat dilihat dari kontribusi sektor terhadap
pembentukan PDRB dari tahun ke tahun. Pertumbuhan positif menunjukkan
adanya peningkatan perekonomian dan apabila negatif berarti terjadinya
penurunan
dalam
kegiatan
perekonomian.
Pertumbuhan
perekonomian
mengakibatkan terjadinya perubahan perkembangan pembangunan suatu daerah.
Perencanaan pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, salah satunya dapat dicapai dengan pertumbuhan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi itu sendiri dapat meningkat, bila ada satu atau
beberapa sektor ekonomi yang berkembang lebih cepat dari pada sektor-sektor
lain. Dengan demikian, sektor yang mempunyai perkembangan lebih cepat dari
sektor lain akan menjadi suatu sektor unggulan.
Sektor unggulan yang dimiliki suatu daerah akan memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah, karena akan
memberikan keuntungan kompetitif atau komparatif yang selanjutnya akan
mendorong pengembangan ekspor barang maupun jasa.
xxxviii
Kebijakan strategi pembangunan harus diarahkan kepada kebijakan yang
memberikan dampak yang optimal bagi pertumbuhan ekonomi, peningkatan
pendapatan masyarakat dan penciptaan lapangan pekerjaan. Sektor unggulan yang
diperoleh melalui analisis dapat menjadi dasar pertimbangan dalam perencanaan
pembangunan di masa mendatang dalam pengembangan wilayah.
Konsep pemikiran yang dijadikan dasar dalam penelitian ini dijelaskan
dalam Gambar 2.1. di bawah ini:
Provinsi Sumatera Utara
Perekonomian Wilayah
PDRB harga konstan
xxxix
Perubahan dan
Pergeseran Sektor
Sektor Basis dan Non
Basis
Penentuan Sektor Unggulan
Pembiayaan DAU, PAD Dan Kredit BI Dan Bank Umum
Pertumbuhan Sektoral
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
2.4
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan tujuan penelitian
diatas, maka dapat ditarik hipotesis dari penelitian ini adalah:
1.
Sektor yang menjadi unggulan di Sumatera Utara tahun 2008 -2012.
2.
Pengaruh dampak pembiayaan sektoral (pertanian, pertambangan,
pengolahan, listrik; gas; dan air, konstruksi, perdagangan; sestoran; dan
xl
hotel, pengangkutan; dan komunikasi, jasa-jasa) dan Tenaga Kerja secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap pertumbunan sektoral sumatera
utara.
3.
Pengaruh dampak pembiayaan sektoral (pertanian, pertambangan,
pengolahan, listrik; gas; dan air, konstruksi, perdagangan; sestoran; dan
hotel, pengangkutan; dan komunikasi, jasa-jasa) dan Tenaga Kerjasecara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan sektoral
diSumatera Utara.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sumatera Utara. Sumatera Utaradijadikan objek
penelitian karena dilihat dari letak geografis, luas wilayah dan populasi penduduk,
xli