Hukum Pasar Modal di Indonesia.docx

MAKALAH HUKUM BISNIS
“HUKUM PASAR MODAL DI INDONESIA”

Di susun oleh:
NOVI SRI UTAMI
1302010044

PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2015
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Sejarah pembentukan pasar modal di Indonesia bermula pada zaman VOC
yang berlanjut hingga pada maasa Indonesia modern. Setelah mendapatkan
kemerdekaan pada tahun 1945, Indonesia mulai melakukan pembangunan di berbagai
bidang. Pemerintah Indonesia pasca Orde Lama berkonsentrasi pada pembangunan
secara lebih sistematis sejak akhir 1960-an. Kenyataan yang dihadapi pemerintah saat
itu adalah keperluan dana yang teramat besar, sehingga Pemerintah Indonesia
mengupayakan penghimpunan dana untuk pembangunan dengan berbagai cara,

terutama melalui pinjaman dari sindikasi Negara-negara donor seperti Negara-negara
Eropa yang tergabung dalam Inter-governmental Group on Indonesia (IGGI)
(kemudian Consultative Group on Indonesia atau CGI), Jepang, dan Amerika Serikat.
Namun bagi pemerintah pinjaman luar negeri bukan merupakan cara yang strategis
untuk pembangunan, potensi dana masyarakat Indonesia harus bisa dioptimalkan
untuk digunakan. Untuk itu dibentuk pasar modal yang dimaksudkan sebagai wahana
untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pembangunan. Fungsi strategis dan penting
pasar modal membuat pemerintah amat berkepentingan atas perkembangan dan
kemajuan pasar modal, karena berpotensi untuk penghimpun dana secara masif,
sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbesar volume kegiatan pembangunan.
Segenap upaya yang dilakukan pemerintah untuk memasyarakatkan pasar modal,
sehingga masyarakat tergerak berinvestasi di pasar modal dengan membeli sejumlah
efek dari perusahaan-perusahaan. Pemilikan efek perusahaan-perusahaan oleh
masyarakat ternyata memberi harapan dan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan
sebagai dampak positif dari kinerja perusahaan.
Perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dibagi dalam beberapa periode.
Pembagian tersebut dimaksudkan karena ada hal-hal khusus yang terjadi dalam
periode perkembangannya, baik dilihat dari sisi peraturan maupun dari sisi ekonomi,
bahkan juga dari sisi politik dan keamanan. Adapun periode yang dimaksud adalah
sebagai berikut:

 Periode Permulaan
(1878-1912)
 Periode Pembentukan Bursa (1912-1925)
 Periode Awal Kemerdekaan (1925-1952)
 Periode Kebangkitan
(1952-1977)
 Periode Pengaktifan Kembali (1977-1987)
 Periode Deregulasi
(1987-1995)
 Periode Kepastian Hukum (1995 - sampai sekarang)
 Periode Menyongsong Independensi Bapepam

Dari tahun ke tahun pemerintah terus mendorong peningkatan kemajuan pasar
modal yang modern dan setara dengan yang ada di Negara-negara lain. Keseriusan itu
ditunjukkan Negara melalui perumusan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN)
1999-2004

yang

mengamanatkan


kepada

penyelenggara

Negara

untuk

mengembangkan pasar modal yang sehat, transparan, dan efisien. Badan
Pengawas Pasar Modal (Bapepam) merupakan badan yang berfungsi sebagai
regulator dan penegak hukum pasar modal demi peningkatan kualitas penerapan dan
penegakan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal yang sesuai dengan
standar internasional. Sedangkan pengelolaan bursa efek diserahkan kepada Bursa
Efek Jakarta dan penjaminan emisi efek dilakukan oleh perusahaan swasta.

PEMBAHASAN

1. Hukum dan Pasar Modal
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian pasar modal adalah

seluruh kegiatan yang mempertemukan penawaran dan permintaan atau merupakan
aktivitas yang memperjualbelikan surat-surat berharga. UUPM pasal 1 angka 13
mendefinisikan pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran
Umum dan Perdagangan Efek Perusahaan Publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

Di dalam menjalankan fungsinya setiap pelaku pasar modal dituntut untuk
memahami dan menguasai system hukum yang menjadi landasan bergeraknya
industry pasar modal Indonesia. Dalam kaidah hukum kalau ditinjau dari isinya, maka
akan terdapat perintah, yang mau tidak mau harus dijalankan atau ditaati, ada
larangan, dan ada kebolehan atau perkenan, yang sifatnya dapat memaksa, mengikat
dan ada pula sifatnya melengkapi. Peraturan perundang-undangan di bidang pasar
modal juga mengacu kepada kaidah hukum tersebut secara umum.
2. Sumber Hukum Pasar Modal
Sumber hukum yang menjadi landasan dan ruang lingkup kehidupan dari industri
pasar modal adalah:
1) Undang-Undang nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal.
2) Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 Tentang Penyelenggaraan
Kegiatan di Bidang Pasar Modal.
3) Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan di

Bidang Pasar Modal.
4) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 645/KMK.010/1995 tentang Pencabutan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548/KMK.013/1990 tentang Pasar
Modal sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 284/KMK.010/1995.
5) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 646/KMK.010/1995 tentang Pemilikan
Saham atau Unit Penyertaan Reksa Dana oleh Pemodal Asing.
6) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 647/KMK.010/1995 tentang Pemilikan
Saham Efek oleh Pemodal Asing (maksimal 85% dari modal disetor).
7) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 455/KMK.01/1997 tanggal 4 September
1997 tentang Pembelian Saham oleh Pemodal Asing Melalui Pasar Modal.
8) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 179/KMK.010/2003 tanggal 17 Juli
2003 tentang Permodalan Perusahaan Efek.
9) Seperangkat peraturan pelaksana yang dikeluarkan Ketua Bapepam sejak
tanggal 17 Januari 1996.
Kehadiran Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM)
sangat ditunggu-tunggu oleh pihak-pihak terkait dalam industri pasar modal. Bahkan
dianggap sebagai tonggak baru bagi perjalanan sejarah pasar modal Indonesia, karena
mengatur hal-hal yang penting dalam kegiatan pasar modal, yaitu otoritas pasar
modal, institusi, lembaga dan profesi, kegiatan, pelanggaran, tindak pidana. UUPM


menjadi dasar hukum bagi pembuatan peraturan-peraturan yang menyangkut
pelaksanaan kegiatan di bidang pasar modal.
3. Himpunan Peraturan BAPEPAM
Pasar modal Indonesia tidak mungkin menutup diri dari pasar internasional,
standar dan praktik yang berlaku secara internasional mengharuskan Bapepam untuk
membuat setiap aturan main yang ada mengacu kepada standar internasional. Sebagai
implementasi dalam kebijakan pembuatan peraturan Bapepam yang pada intinya
menetapkan mekanisme pembuatan peraturan yang melibatkan semua pihak terkait.
Sebagai hasilnya telah berhasil dibuat lebih dari 140 buah peraturan dalam dua
bahasa, Indonesia dan Inggris yang tersedia untuk semua pelaku pasar dan masyarakat
luas.
Di samping itu, cakupan dari peraturan Bapepam juga cukup luas yang meliputi
materi peraturan sebagai berikut:
1) Definisi
2) Peraturan Operasional Bapepam
3) Bursa Efek, Lembaga Kliring, dan Kustodian Sentral
4) Reksa dana
5) Perusahaan Efek, Perwakilan, dan Penasehat Investasi
6) Lembaga Penunjang Pasar Modal

7) Penyelesaian Transaksi Bursa dan Penitipan Kolektif
8) Profesi Penunjang Pasar Modal
9) Emiten dan Perusahaan Publik
10) Pelaporan
11) Penipuan, Manipulasi Pasar, dan Insider Trading
12) Pemeriksaan dan Penyidikan
Keseluruhan materi peraturan tersebut akan mengalami penyesuaian dari waktu ke
waktu sesuai dengan kebutuhan pasar dan perkembangan zaman dengan tetap
mengacu kepada perlindungan investor. Masalah perlindungan investor (investor
protection) harus tetap menjadi dasar acuan penerbitan setiap peraturan pasar modal.
Dan bagaimana mengimplementasikan kewenangan yang diamanatkan oleh UndangUndang Pasar Modal akan menjadi tantangan dan pekerjaan rumah tersendiri bagi
Bapepam. Perlindungan investor hanya akan dipersepsikan secara nyata berdasarkan
penerapan dan penegakkan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal di
lapangan.
4. Pengembangan Pasar Modal di Indonesia

Saat ini pasar modal Indonesia sedang mengalami perkembangan. Perkembangan
itu berasal dari rencana (blue print), namun juga ada yang disebabkan oleh keadaan
perekonomian atau tren global. Perkembangan pasar modal Indonesia tidak hanya
ditunjukkan oleh data yang bersifat kuantitatif semata seperti meningkatnya volume

perdagangan dan nilai kapitalisasi pasar serta jumlah perusahaan yang go public,
akan tetapi juga peningkatan kemampuan perusahaan, ketaatan semua pihak yang
terlibat dalam kegiatan pasar modal, kualitas keterbukaan informasi pasar modal serta
diberlakukan standar internasional dalam kegiatan perdagangan. Kemajuan ini tidak
lepas dari kontribusi dari segenap komponen pelaku pasar modal, yaitu
Bapepam/pemerintah dan swasta, yaitu lembaga dan profesi penunjang pasar modal
seperti bursa efek, LKP (Lembaga Kliring dan Penjaminan), LPP (Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian) dan perusahaan efek, akuntan, konsultan hukum,
notaris, dan penilai.
Pengembangan pasar modal Indonesia secara umum mengikuti perkembangan di
dunia internasional dan kebutuhan. Untuk pengembangan pasar modal Indonesia perlu
dibangun kerjasama antara otoritas pasar modal dan bursa pasar modal Indonesia
dengan otoritas pasar modal dan bursa dari Negara-negara maju. Bagi otoritas pasar
modal, kerjasama internasional sangat dibutuhkan dalam rangka mewujudkan system
pasar modal yang wajar, tertib, dan teratur. Sehingga otoritas pasar modal dapat terus
mengembangkan kemampuannya untuk menciptaan sistem pasar modal yang wajar,
tertib, dan teratur, serta melindungi investor. Dengan adanya kerjasama internasional
ini akan menghasilkan suatu pertukaran pengalaman dan pengetahuan mengenai
bentuk-bentuk kejahatan di bidang pasar modal yang melibatkan teknologi informasi,
system


pengaturan,

dan

pembuatan

peraturan

perundang-undangan

untuk

mengakomodasikan perkembangan dunia usaha dan kepentingan pemegang saham
dan masyarakat.
Dalam rangka penegakan hukum pasar modal di Indonesia dan meningkatkan
kerjasama internasional dalam penegakan hukum pasar modal, Bapepam memiliki
Bagian Kerja Sama Penyidikan dan Pemeriksaan Internasional yang merupakan
bagian dari Biro Pemeriksaan dan Penyidikan. Bagian ini mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan kerja sama penegakan hukum internasional,

perjanjian, pertukaran informasi pasar modal internasional, dan penelaahan perjanjian
kerja sama pasar modal internasional. Bagian Kerja Sama Penyidikan dan

Pemeriksaan Internasional terdiri dari Bagian Kerja Sama Bilateral dan Kerja Sama
Multilateral. Dengan adanya kerja sama Bapepam dengan otoritas pasar modal
Negara-negara lain diharapkan akan berguna untuk meningkatkan kinerja Bapepam di
dalam menjadi pasar modal Indonesia bertaraf internasional.
5. Struktur Kelembagaan Pasar Modal
Pihak-pihak atau institusi yang terlibat di pasar modal Indonesia tercantum dalam
UUPM. Setiap lembaga yang disebut dalam UUPM diberikan kewenangan. Masalah
regulasi, penerapan peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum berada di
tangan Badan Pengawas Pasar Modal Republik Indonesia (Bapepam). Bapepam
secara struktural merupakan lembaga yang berada di bawah Departemen Keuangan
Republik Indonesia.
Kalau digambarkan struktur kelembagaan pasar modal digambar dalam bagan
berikut ini:

STRUKTUR KELEMBAGAAN PASAR MODAL
UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, PP No. 45
Kep. Menkeu No. 654 Tahun 1995


Menteri Keuangan Republik Indonesia
Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)
LPP

Bursa Efek (BEJ/BES)

LKP

Perusahaan Efek
Penjamin Emisi (under
writer)

Perantara/Pedagang
(broker/dealer)

Manajer Investasi
(Investment
Manajer)

Profesi Penunjang
Akuntan
Notaris
Penilai
Konsultan
Penasehat Investasi

Lembaga Penunjang
Kustodian
Badan Administrasi Efek
Penanggung
Pemeringkat Efek
Wali Amanat

Emiten
Perusahaan
ReksaDana
Investor
Individu/Institusi
Domestik/Asing

6. Transparansi dalam Pasar Modal
Transparansi merupakan terminologi yang sangat penting dan prinsip yang
fundamental dalam pasar modal. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, transparansi
diartikan sebagai: (1) sifat yang tembus cahaya; (2) nyata; (3) jelas, atau secara umum
memberikan arti tembus pandang. Transparansi dalam pasar modal berarti keharusan
emiten, perusahaan public, dan pihak lain yang tunduk kepada UUPM untuk
menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi
material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan
pemodal terhadap efek yang dimaksud atau harga dari efek tersebut (UUPM Pasal 1
angka 25).
Transparansi atau keterbukaan ini merupakan suatu bentuk perlindungan kepada
masyarakat investor. Dari segi substansial, transparansi memampukan publik untuk
mendapatkan akses informasi penting yang berkaitan dengan perusahaan. Suatu pasar
modal dikatakan fair dan efisien apabila semua pemodal memperoleh informasi dalam
waktu yang bersamaan disertai kualitas informasi yang sama (equal treatment dalam
akses informasi). Dari sisi yuridis, transparansi merupakan jaminan bagi hak publik
untuk terus mendapatkan akses penting dengan sanksi untuk hambatan atau kelalaian

yang dilakukan perusahaan. Pengenaan sanksi yang termuat dalam UUPM serta
penegakan hukum atas setiap pelanggaran terhadap ketentuan mengenai keterbukaan
atau transparansi ini menjadikan pemegang saham atau investor terlindungi secara
hukum dari praktik-praktik manipulasi dalam perusahaan publik. Karena apabila
investor tidak merasa mendapatkan perlindungan hukum yang memadai, maka hampir
dipastikan arus investasi melalui pasar modal akan kecil, kalau tidak mau dikatakan
tidak ada. Perlindungan hukum tersebut sangat diperlukan untuk mencapai
terbentuknya pasar modal yang fair, teratur, dan efisien. Bentuk perlindungan hukum
tersebut antara lain dengan memberikan kepastian hukum melalui peraturan
perundang-undangan dan penegakannya. Jaminan keterbukaan informasi akan
memberikan pedoman bagi calon investor atau pemegang saham untuk mengambil
keputusan. Kualitas informasi akan terjaga jika keterbukaan bisa dijamin.
Jaminan UUPM akan transparansi atau keterbukaan merupakan hal yang
mendasar untuk menciptakan kepercayaan dan menarik calon investor untuk
berinvestasi di pasar modal. Di lain pihak, perusahaan pubik atau emiten yang ingin
sahamnya dibeli oleh para investor dan data masuk dalam standar internasional,
haruslah berusaha untuk membuka diri dan menerapkan keterbukaan informasi
dengan kualitas yang terjaga dalam hal akurasi, kelengkapan, ketepatan waktu, dan
ketepatan informasi. Secara hukum emiten dituntut untuk menerapkan keterbukaan di
dalam menyampaikan informasi yang berhubungan dengan perusahaan, tetapi di lain
sisi emiten dan perusahaan publik perlu mempertimbangkan secara matang mengenai
hal-hal apa saja yang bisa diungkap kepada publik. Ekses yang muncul dari
pengungkapan informasi rinci ke publik bisa menjadikan perusahaan pesaing
mengetahui keadaan perusahaan. Oleh karena itu, emiten meminta untuk diberikan
hak untuk menjaga informasi yang merupakan rahasia perusahaan. Adalah tugas
hukum menyelaraskan dua kepentingan yang saling bertolak belakang.
7. Kejahatan dan Pelanggaran di Bidang Pasar Modal
Kejahatan di bidang pasar modal adalah kejahatan yang khas dilakukan oleh
pelaku pasar modal dalam kegiatan pasar modal. Secara internasional, kasus-kasus
kejahatan di bidang pasar modal bermodus tidak jauh berbeda. Pemerintah Indonesia,
melalui Bapepam, berupaya keras untuk mengatasi dan mencegah tindak kejahatan di
pasar modal Indonesia dengan berbagai cara antara menertibkan dan membina pelaku

pasar modal sebagai tindakan preventif, dan menuntaskan kejahatan di bidang pasar
modal sebagai tindakan represif. Tugas yang diemnban Bapepam tidak ringan, oleh
karena itu Bapepam diberikan kewenangan untuk melakukan penyelidikan,
pemeriksaan, penyidikan sampai meneruskan penuntutan kepada kejaksaan atas
dugaan terjadinya tindak kejahatan. Untuk kasus pelanggaran, Bapepam mempunyai
kewenangan melakukan pemeriksaan, penyidikan sampai pemberian sanksi
administrative.
Tindak pidana di bidang pasar modal mempunyai karakteristik yang khas, yaitu
“barang” yang menjadi objek dari tindak pidana adalah informasi, selain itu pelaku
tindak pidana tersebut bukanlah mengandalkan kemampuan fisik seperti halnya
pencurian atau perampokan mobil, akan tetapi lebih mengandalkan pada kemampuan
untuk membaca situasi pasar serta memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi.
Selain itu, pembuktiannya cenderung sulit dan dampak pelanggaran dapat berakibat
fatal dan luas. Untuk dapat memahami lebih jauh tenteang tindak pidana di bidang
pasar modal, berikut ini akan diuraikan secara lebih terinci jenis-jenis tindak pidana
yang dikenal di dunia pasar modal.
a. Penipuan
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dalam pasal 378,
disebutkan penipuan, yaitu tindakan untuk menguntungkan diri sendiri atau
orang lain dengan cara: melawan hukum, memakai nama palsu atau martabat
palsu, tipu muslihat, rangkaian kebohongan, dan membujuk orang lain untuk
menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang atau
menghapuskan piutang.
Kasus yang cukup popular adalah kasus saham perusahaan pertambangan
Kanada Bre-X Minerals Ltd. pada tahun 1997: Manajer Eksplorasi Bre-X,
Michael de Gusman melaporkan bahwa Bre-X menemukan cadangan emas
dalam jumlah 71 juta ounce dengan nilai 20 miliar dollar AS di Busang,
Kalimantan. Laporan tersebut mengakibatkan saham Bre-X di Bursa Efek
Toronto mengalami kenaikan cukup tajam dari 10 dollar Kanada menjadi
28,65 dollar Kanada. Beberapa hari kemudian diketahui bahwa laporan
Michael de Gusman ternyata tidak benar. Hal tersebut menyebabkan Saham
Bre-X turun secara tajam menjadi 5,50 dollar Kanada. Perbuatan Michael de
Gusman tersebut mengakibatkan investor yang membeli saham-saham Bre-X

pada harga tinggi mengalami kerugian, karena harga saham tersebut jatuh ke
tingkat harga yang sangat rendah.
b. Manipulasi Pasar
Menurut UUPM pasal 91 manipulasi pasar adalah tindakan yang dilakukan
oleh setiap pihak secara langsung maupun tidak dengan maksud untuk
menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai perdagangan,
keadaan pasar, atau harga efek di bursa efek. Dalam praktik perdagangan efek
internasional dikenal beberapa kegiatan yang dapat digolongkan sebagai
manipulasi pasar, salah satunya yaitu: Marking the close, yaitu merekayasa
harga permintaan atau penawaran efek pada saat atau mendekati saat
penutupan perdagangan dengan tujuan membentuk harga efek atau harga
pembukaan yang lebih tinggi pada hari perdagangan berikutnya. Secara
sederhana dapat digambarkan sebagai berikut:
Sesi perdagangan efek di Bursa Efek Jakarta berakhir pada jam 16.00. Pada
jam 15.55 harga pasar dari saham PT X sebesar Rp 1.000. Mr. A yang
merupakan pemegang saham PT X dan menjadi nasabah pada perusahaan efek
B dan perusahaan efek C menginginkan harga pembukaan pada periode
perdagangan hari berikutnya naik (di atas Rp 1.000). Kemudian Mr. A
menghubungi broker pada perusahaan efek B untuk menjual saham PT X pada
harga Rp 1.200. Pada saat yang sama Mr. A juga memberikan perintah pada
broker perusahaan c untuk membeli saham PT A pada harga Rp 1.200,
sehingga terjadi matching antara broker B dan C yang mengakibatkan harga
pasar atas saham A akan naik menjadi Rp 1.200 pada akhir periode
perdagangan. Harga pada akhir periode perdagangan ini akan dijadikan
sebagai harga pembukaan pada sesi perdagangan hari berikutnya.
c. Perdagangan Orang Dalam (Insider Trading)
Dalam pasal 95, 96, dan 97 UUPM ditentukan bahwa pihak yang mempunyai
informasi orang dalam, baik dia merupakan orang dalam atau bukan dilarang
melakukan pembelian atau penjualan atas efek emiten atau perusahaan public
dimaksud atau perusahaan lain yang melakukan transaksi dengan emiten atau
perusahaan public yang bersangkutan. Selain itu juaga dilarang mempengaruhi
pihak lain untuk melakukan pembelian atau penjualan atas efek dimaksud atau
memberi informasi orang dalam kepada pihak mana pun yang patut diduganya
dapat menggunakan informasi dimaksud untuk melakukan pembelian atau
penjualan atas efek.

Pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal
merupakan hal yang rawan dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat di pasar modal.
Pelanggaran di bidang pasar modal dapat dibagi ke dalam dua kelompok dilihat dari
sifat administrative. Mulai dari pasal 25 samapi pasal 89 UUPM berkaitan dengan
kewajiban menyampaikan laporan atau dokumen tertentu kepada Bapepam dan
atau masyarakat. Menurut Peraturan X.K.1. laporan yang dimaksud adalah laporan
berkala atau laporan yang bersifat insidentil yang berisikan informasi atau fakta
material yang penting dan relevan mengenai peristiwa atau kejadian yang dapat
mempengaruhi harga saham di bursa efek dan atau keputusan pemodal, calon
pemodal, atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut.
Pelanggaran jenis kedua adalah pelanggaran yang bersifat teknis, yaitu
menyangkut masalah perizinan, persetujuan, dan pendaftaran di Bapepam. Ada
tiga macam sanksi yang diterapkan oleh UUPM, yaitu Sanksi Administratif, Sanksi
Perdata, dan Sanksi Pidana.
KESIMPULAN
Pasar Modal adalah tempat perusahaan mencari dana segar untuk
mengingkatkan kegiatan bisnis sehingga dapat mencetak lebih banyak
keuntungan. Dana segar yang ada di pasar modal berasal dari masyarakat yang
disebut juga sebagai investor. Para investor melakukan berbagai teknik analisis
dalam menentukan investasi di mana semakin tinggi kemungkinan suatu
perusahaan menghasilkan laba dan semakin kecil risiko yang dihadapi maka
semakin tinggi pula permintaan investor untuk menanamkan modalnya di
perusahaan tersebut. Bentuk yang paling umum dalam investasi pasar modal
adalah saham dan obligasi.
Untuk menciptakan mekanisme pasar modal yang baik diperlukan suatu
lembaga-lembaga yang terkait dengan pasar modal yang mengatur pasar modal
tersebut seperti BAPEPAM, Instansi Pemerintah, Badan Penilai, Konsultan Efek
dan Lembaga Swasta. Sehingga pasar modal sebagai tempat bertemunya pihak
yang memiliki dana lebih (lender) dengan pihak yang memerlukan dana jangka
panjang tersebut (borrower). Dan secara umum mempunyai manfaat lebih dari
keberadaan pasar modal itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Khairandy, Ridwan. 2010. Hukum Pasar Modal 1. Yogyakarta: FH UII Press
Mertokusumo, Sudikno. 1996. Mengenal Hukum. Yogyakarta: Liberty
Nasarudin, M. Irsan dan Indra Surya. 2007. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta:
Kencana
Sumantoro. 1990. Pengantar Tentang Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia
Tavinayati dan Yulia Qamariyanti. 2013. Hukum Pasar Modal di Indonesia. Jakarta: Sinar
Grafika