BAB 1 PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Grebeg Sudiro sebagai Media Komunikasi Harmonisasi Sosial oleh Masyarakat Jawa dan Keturunan Tionghoa di Kampung Sudiroprajan, Solo, Jawa Tengah

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Negara Indonesia adalah salah satu Negara multikultur terbesar di dunia, hal ini dapat terlihat dari kondisi sosiokultural maupun geografis Indonesia yang begitu kompleks, beragam, dan luas. Indonesia terdiri atas sejumlah besar kelompok etnis, budaya, agama, dan lain-lain yang masing-masing plural (jamak) dan sekaligus juga heterogen “aneka ragam” (Kusumohamidjojo, 2000:45)”.

  Kerja sama BPS dengan Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS) pada tahun 2013 menghasilkan klasifikasi baru yang dapat digunakan untuk menganalisis data suku SP2010. Telah dilakukan identifikasi mana saja kode yang merupakan nama lain, subsuku, dan sub-sub suku. Dihasilkan 633 kelompok suku besar dari kode suku yang tersedia dalam SP2010.

  Dalam studi lanjutan terhadap keanekaragaman data suku SP2010, yang mana keanekaragaman diukur dengan Ethnic Fractionalize Index (EFI) dan Ethnic Polarized Index (EPOI) diperoleh EFI sebesar 0,81 dan EPOI sebesar 0,50. Tergambar bahwa Indonesia sangat heterogen/majemuk, namun tidak terpolar sehingga potensi dampak konflik cenderung rendah.

  Hal ini menunjukkan bahwa Negara Indonesia sebagai negara yang plural dan heterogen. Sehingga Indonesia memiliki potensi kekayaan multi kultur, multi agama, dan multi etnis yang kesemuanya merupakan potensi untuk membangun Negara.

  Dapat diakui secara realistas sosial bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku etnis yang ada. Diantaranya etnis suku bangsa, antara lain suku Bugis, Batak, Bali, Jawa, dan Tionghoa. Namun, dari keragaman masyarakat di sisi lain sangat rawan memicu konflik dan perpecahan. Menurut Nasikun (2007:33), bahwa kemajemukan masyarakat Indonesia paling tidak dapat dilihat dari dua cirinya yang unik, pertama secara horizontal, ia ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa, agama, adat, serta perbedaan kedaerahan, dan kedua secara vertikal ditandai oleh adanya perbedaan-perbedaan vertical antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam. Sehingga masalah yang terjadi tentang rasial banyak terjadi, baik dari segi agama, budaya, maupun etnis.

  Hal ini berbeda dengan apa yang terjadi di Kampung Sudiroprajan atau yang biasa dikenal dengan Kampung Balong yang berada di Kota Surakarta atau Solo, provinsi Jawa Tengah. Kampung Balong merupakan kampung anti narkoba di Solo dan salah satu kampung pecinan yang terletak di sebelah timur Pasar Gede, serta menjadi pusat perdagangan yang selalu dipadati masyarakat. Hal yang menjadi unik karena pembaharuan yang melibatkan interaksi antara masyarakat masyarakat Jawa dan keturunan Tionghoa yang terjalin harmonis, dan terlihat bertolak belakang bahwa Kota Solo yang buruk mengenai konflik rasial, dan kerusuhan Mei 1998. Mereka juga tidak terlalu menganggap apakah seseorang itu Jawa atau Tionghoa. Dari pembauran tersebut lama-kelamaan terjadilah pembauran pernikahan antara kedua etnis tersebut sehingga melahirkan keturunan. Sampai sekarang menyebut pernikahan campuran sebagai Ampyang. Menurut Dwi Gendro Sutrisno masyarakat Jawa panitia Grebeg Sudiro

  “Ampyang adalah makanan yang terbuat dari gula jawa dan kacang yang di

ibaratkan sebagai bentuk pernikahan campuran antara masyarakat Jawa dan

keturunan Tionghoa, di mana gula jawa yaitu orang Jawa dan kacang yaitu

1 Tionghoa

  ”

  Hal itu dibuktikan dengan pandangan narasumber, yaitu Didik Kushenratno masyarakat Jawa panitia Grebeg Sudiro

  “Bahwa meski berbeda etnis, dalam keseharian tidak pernah membedakan rasa 2 tau diskriminasi .

  

  Namun, dalam pembahasan kali ini lebih mempertanyakan “bagaimana Grebeg

  

Sudiro sebagai media komunikasi dalam harmonisasi sosial di masyarakat Jawa dan

  keturunan T 1 ionghoa”?.Untuk dapat lebih meningkatkan dan melestarikan pembauran

  Wawancara dengan Dwi Gendro Sutrisno masyarakat Jawa panitia Grebeg Sudiro tanggal 17 Juli 2 2017 pukul 11:56 AM

Wawancara dengan Didik Kushenratno masyarakat Jawa panitia Grebeg Sudiro tanggal 17 Juli 2017 pukul 2:34 PM yang terjalin antar etnis, maka munculah ide dari warga Kampung Sudiroprajan untuk membuat sebuah acara atau perayaan yang mencerminkan unsur-unsur pembauran budaya yang terdapat didalam kampung Sudiroprajan, mengingat semakin hilangnya budaya-budaya seiring dengan begantinya jaman. Dari hal-hal tersebut maka terbentuklah sebuah acara yang diberi nama Grebeg Sudiro. Sebenarnya pada saat awal dicentuskan Grebeg Sudiro ini muncul dari keberangkatan keamanan padaa saat kerusuhan 1998, berangkat dari situlah dari keamanan ke budaya yaitu Grebeg Sudiro. Menurut Didik Kushendratno masyarakat Jawa panitia Grebeg Sudiro,

  “Awal berdirinya Grebeg Sudiro sebenarnya pesimis karena terbenturnya

biaya, namun seiring jalannya dan tetap berpegang teguh karena beralasan yang kuat

karena ingin mengampanyekan acara tersebut, dan segala laporan di laporkan segala

hal dari kegiatan maupun anggaran, jangan sampai komunikasi terputus karena

3 masalah uang .

  Namun menurut Haryanto Ko Hok Sing keturunan Tionghoa salah satu pendiri dari Grebeg Sudiro juga mengatakan

  “Bahwa di awal juga susah mengajak orang-orang keturunan Tionghoa untuk 4 mengikuti dalam acara Grebeg Sudiro ,

  Padahal tujuan baik yaitu mengajak supaya bisa menunjukkan bahwa orang keturunan Tionghoa juga dapat berpartisipasi, namun karena masih adanya kekhawatiran di tahun 1998 banyak keturunan Tionghoa yang menolak, karena anggapan mereka untuk mencari amannya yaitu diam saja dan bekerja, namun Haryanto Ko Hok Sing tidak putus asa, dia tetap menjalankan acara tersebut, dan setelah ada output di acara yang pertama dan kedua, barulah acara yang ketiga orang-orang keturunan Tionghoa ikut berpartisipasi dalam acara Grebeg Sudiro. Keunikan dari kampung ini yaitu terjalin harmonis antara masyarakat Jawa dan keturunan Tionghoa.

3 Wawancara dengan Didik Kushendratno masyarakat Jawa panitia Grebeg Sudiro tanggal 17 Juli 2017

  4 pukul 3:40 PM

Wawancara dengan Haryanto Ko Hok Sing keturunan Tionghoa salah satu pendiri dari Grebeg Sudiro

tanggal 17 Juli 2017 pukul 4:36 PM

  Merujuk namanya grebeg yang berasal dari kata Jawa, gumrebeg yang artinya riuh atau keramain yang juga dimaknai sebagai iring-iringan atau perayaan. Sedangkan Sudira, merupakan kependekan dari nama salah satu kelurahan yang mayoritas dihuni warga keturunan Tionghoa, Sudiraprajan. Kegiatan Grebeg Sudiro merupakan merupakan gambaran masyarakat pluralis serta kerukunan umat beragama dan etnis di Kota Solo khususnya di daerah Sudiroprajan. Model-model pembauran yang cukup efektif antara masyarakat Jawa dan keturunan Tionghoa melalui kesenian, olahraga, pelayanan kesehatan, perkampungan, pekerjaan dan pendidikan. Grebeg Sudiro sendiri memang secara tidak sengaja diadakan pada waktu mendekati acara Imlek pada bulan Februari sehingga membuat masyarakat kota Solo dan kebanyakan orang menganggap Grebeg Sudiro ini adalah memperingati perayaan Imlek.

  Jika perayaan Imlek identik dengan budaya Tionghoa, Grebeg Sudiro juga tidak hanya mengusung budaya Tionghoa saja tetapi acara yang dibuat oleh masyarakat kampung Sudiroprajan dengan mengusung tema Grebeg Sudiro nantinya masih tetap membawa tema yang sama yakni harmoni dalam kebhinekaan.

  Tema yang diangkat di tahun ini, Grebeg Sudiro Tahun 2017 mengambil tema “Pesona Budaya Dalam Warna Kebhinnekaan”. Latar belakang tema Pesona Budaya Dalam Warna Kebhinnekaan tersebut ialah proses satu kesatuan golongan masyarakat dalam sistem nilai kehidupan nasional. Tujuan diadakan Grebeg Sudiro 2017 ini ialah untuk meningkatkan semangat nasionalisme masyarakat Sudiroprajan dan masyarakat Kota Solo pada umumnya. Acara Grebeg Sudiro ini juga banyak dimuat dalam berbagai pemberitaan baik cetak maupun online, khususnya pemberitaan dalam koran-koran lokal di Kota Solo. Ketua panita Grebeg Sudiro 2017 Wahyu Sugiarto menuturkan, meskipun sempat molor selama satu jam, namun keseluruhan acara berjalan lancar. “Saya bangga melihat antusias warga yang hadir dan seluruh peserta grebeg”. Menurut Mas Sarjono, budaya adalah sebuah media komunikasi yang paling fleksibel, karena semua orang mempunyai budaya dan budaya tidak mengenal perbedaan agama , usia, warna kulit, dan lain-lain. Terbukti lewat kegiatan Grebeg Sudiro ini dapat menyatukan keanekaragaman budaya yang ada.

  Kegiatan Grebeg Sudiro mempunyai rentetan acara. Kegiatan akan diselenggarakan, antara lain Umbul Mantram, Lomba Cipta Kreasi Lampion, Pesta Kembang Api, Wisata Perahu hias, dan Bazar Potensi dan Karnaval Budaya. Berikut jadwal berbagai kegiatan dalam Grebeg Sudiroprajan 2017, yaitu yang pertama, Lomba Lampion untuk SMA dan SMK se Solo Raya, event ini diadakan pada hari Selasa tanggal 10 Januari 2017 pukul 19.00 WIB, diadakan di kawasan Pasar Gede. Kedua, Lomba wisata perahu hias dan Bazar Potensi, diadakan pada tanggal 17-27 Januari 2017 pukul 18.00 WIB - 21.30 WIB, diadakan di Kali Pepe. Ketiga, Kegiatan Umbul Mantram, acara ini akan diadakan pada hari Kamis tanggal 19 Januari 2017 pada pukul 19.00 WIB, digelar di Kelurahan Sudiroprajan. Keempat, Karnaval Budaya Grebeg Sudiro diadakan pada hari Minggu tanggal 22 Januari 2017, pada pukul 12.00 WIB hingga selesai di Kawasan Pasar Gede. Kelima, Pesta Kembang Api (Pusat Acara) diadakan pada Jumat, tanggal 27 Januari 2017 mulai pukul 20.00 WIB hingga 24.00 WIB, di Kawasan Pasar Gede.

  Hal yang menjadi unik dalam Acara Grebeg Sudiro, yang pertama adalah kebhinekaan budaya. Dimana dalam hal ini terdapat pembauran budaya antara masyarakat Jawa dan keturunan Tionghoa, pembauran budaya tersebut misalya lomba cipta kreasi lampion, Kerajinan warga Sudiroprajan, dan lain-lain. Yang kedua, partsipasi warga dimana acara ini didukung dan diikuti oleh semua masyarakat kampung Sudiroprajan, elemen-elemen masyarakat, serta antusisme masyarakat Solo yang jumlahnya kian bertambah. Yang ketiga, yaitu dukungan dari pemerintah yatiu Kementerian Pariwisata, bantuan yang diberikan senilai Rp100 juta. Tidak hanya secara menyumbangkan dari segi dana saja melainkan acara Grebeg Sudiro ini sebagai Acara Tahunan di Kota Solo.

  Dalam peneliti sebelumnya yaitu skripsi Tissania Clarasati Adriana yang sudah diterbitkan bahwa Grebeg Sudiro terbentuk karena adanya kesadaran dan kesengajaan dari warga Sudiroprajan untuk memperlihatkan kerukunan dan keharmonisan yang terjalin antara dua etnis yang berbeda, pelaksanaan prosesi upacara tradisi Grebeg Sudiro meliputi berbagai rangkaian acara yang harus dilewati diantaranya adalah malam pra event sedekah bumi Bok Teko tanggal 12 Januari 2012 dan puncak acara Grebeg Sudiro yang berlangsung pada tanggal 15 Januari 2012 yang mana kedua acara tersebut memiliki persyaratan yang harus dipenuhi, dan melengkapi perlengkapan acara yang diperlukan, akulturasi kebudayaan Tionghoa dengan kebudayaan Jawa dalam tradisi Grebeg Sudiro terlihat dalam susunan gunungan kue keranjang dalam dua buah Gunungan Estri dan Gunungan Jaler yang biasa ada dalam adat Kerjawen, Penampilan Liong dan Barongsai yang mengadakan upacara ritual terlebih dahulu sebelum pentas, karena sebelum mengalami akulturasi dengan kebudayaan Jawa pementasan Liong dan Barongsai tidka mengenal upacara ritual serta musik tradisional Keroncong Jawa bekolaborasi dengan lagu Mandarin yang disebut dengan Keroncong Mandarin.

  Peneliti berkesempatan melakukan pra-penelitian di Kampung Sudiroprajan, Debora Septiana keturunan Tionghoa panitia Grebeg Sudiro,

  “Acara Grebeg Sudiro ini dianggap penting dan bermanfaat karena bisa

membaur dan bergabung antara masyarakat Jawa dan keturunan Tionghoa, untuk

melestarikan budaya dalam kesenian-kesenian, salah satunya wayang orang, dan

sebagai hiburan keluarga. Juga, tidak pernah memandang ras dia Jawa atau

5 Tionghoa .

  Tanpa adanya dengan Grebeg Sudiro sebenarnya sudah terjalin komunikasi yang baik,

  “Namun dengan muncul nya Grebeg Sudiro lebih bagus dalam komunikasinya,

dan menciptakan sebuah kerhamonisan sosial yang dilihat dari sampai sekarang

6 Grebeg Sudiro masih diadakan , ungkap Ngatno Tjipto Wiyono masyarakat Jawa warga 5 Kampung Sudiroprajan.

  Wawancara dengan Debora Septiana keturunan Tionghoa panitia Grebeg Sudiro tanggal 17 Juli 6 2017 pukul 5:15 PM

Wawancara dengan Ngatno Tjipto Wiyono masyarakat Jawa warga Kampung Sudiroprajan tanggal

  17 Juli 2017 pukul 6:15 PM

  Seorang panitia di Grebeg Sudiro, yaitu Dwi Gendro Sutrisno masyarakat Jawa panitia Grebeg Sudiro dan Didik Kushendratno masyarakat Jawa Panitia Grebeg Sudiro,

  “Acara Grebeg Sudiro ini penting, karena dapat merekatkan antara kebudayaan

Jawa dan budaya Tionghoa, merupakan sebuah jembatan emas dengan memecah

kebisuan yang ada supaya hubungan antar suku juga lebih enak dalam komunikasi,

serta menggungah dalam perekonomian yang ada, salah satunya lewat makanan

7 sebagai pemasukan, makanan antara lain bakpia, bakpao, dan lain-lain .

  Tujuan adanya Grebeg Sudiro sebagai media komunikasi, supaya menunjukkan bahwa inilah kekayaan Solo dalam hal segi budaya. Tanpa adanya dengan Grebeg Sudiro sebenarnya sudah terjalin komunikasi yang baik, namun dengan muncul nya Grebeg Sudiro lebih bagus dalam komunikasinya dan dapat menunjukkan action di internal maupun eksternal. Namun, tetap ada juga beberapa orang juga masih berpegang teguh dalam idealisnya, maka dari itu Grebeg Sudiro salah satunya supaya 100 persen supaya dapat satu suara dalam segi idealis dalam menjalin komunikasi antar satu sama lain.

  Seorang panitia di Grebeg Sudiro, Donny Mahesa Widjaja keturunan Tionghoa panitia Grebeg Sudiro dan Haryanto Ko Hok Sing keturunan Tionghoa panitia Grebeg Sudiro, dalam

  “Acara Grebeg Sudiro ini penting karena dapat memberikan wadah kreatifitas,

mengangkat tali persaudaraan satu sama lain, mengangkat potensi kuliner, antara lain

bakpao, cakue, dan tetap mempertahankan budaya yang ada juga, serta ia juga

8 semata-mata tidak mencari profit .

  Manfaat dari Grebeg Sudiro ini tentunya bagi seluruh warga Sudiroprajan, terjalin komunikasi antar kelurahan satu dengan yang lain dalam partisipasi Grebeg , antara lain kelurahan Gandekan, Jagalan, Kepatihan, dan Jebres, serta bazar

  Sudiro

  kuliner di mana bisa mendapatkan profit. Dapat dikatakan sebagai media komunikasi, karena jika ada rapat di kelurahan antar satu sama lain berkomunikasi

7 Wawancara dengan Dwi Gendro Sutrisno masyarakat Jawa panitia Grebeg Sudiro dan Didik

  8 Kushendratno masyarakat Jawa Panitia Grebeg Sudiro tanggal 18 Juli 2017 pukul 10.05 AM Wawancara dengan Donny Mahesa Widjaja keturunan Tionghoa panitia Grebeg Sudiro dan

Haryanto Ko Hok Sing keturunan Tionghoa panitia Grebeg Sudiro tanggal 18 Juli 2017 pukul 11:30 AM atau berbincang-bincang. Lalu dikatakan harmonisasi sosial karena melibatkan semua dari kalangan umur dan tidak memandang ras, dan di rangkaian acaranya adanya memberikan persembahan untuk mengucapkan syukur, dan memanggil pemuka-pemuka agama juga. Namun, tetap ada yang pro dan kontra, yang kontra salah satunya ada juga seseorang yang tidak ingin berpatisipasi dalam acara Grebeg

  

Sudiro walaupun orang itu memiliki kemampuan membuat lampion dikarenakan ada

  orang yang tidak ia suka di dalam sebuah panitia tersebut, dan beberapa dari masyarakat tersebut masih ada ego.

  Seorang warga Sudiroprajan, Ngatno Tjiptowiyono masyarakat Jawa warga Kampung Sudiroprajan, menurut

  “Beliau tidak begitu penting, karena tidak terlalu mendatangkan banyak dalam 9 hal profit .

   Grebeg Sudiro bukan lah sebagai media komunikasi, karena menurut

  pandangan dia sendiri bahwa komunikasi dari dulu di Soediroprajan sudah bagus, dan Grebeg Sudiro hanyalah sebuah acara saja tidak lebih dari itu.

  Dapat disimpulkan dari pra-penelitian, bahwa beberapa ada masyarakat yang pro dan kontra dalam acara Grebeg Sudiro tersebut, dan ini menjadi keunikan tersendiri di Grebeg Sudiro karena dengan adanya media komunikasi yaitu Grebeg

  

Sudiro lebih meningkatkan komunikasi antara masyarakat Jawa dan keturunan

  Tionghoa, sehingga menciptakan harmonisasi sosial, selain itu juga setiap tanggal 17 Agustus diadakan event di mana pada masyarakat Sudiroprajan menggunakan pakaian adat adat Tionghoa dan Jawa. Dalam penelitian kali ini akan mengaplikasikan harmonisasi sosial, Grebeg Sudiro sebagai media komunikasi dalam hal ini. Objek penelitian akan peneliti fokuskan pada masyarakat masyarakat Jawa dan keturunan Tionghoa di Kampung Sudiroprajan. Sehingga penulis ingin melihat kerharmonisan sosial melalui media komunikasi yaitu Grebeg Sudiro pada 9 etnis Jawa dan keturunan Tionghoa.

  

Wawancara dengan Ngatno Tjiptowiyono masyarakat Jawa warga Kampung Sudiroprajan tanggal 19

Juli 2017 pukul 2:40 PM

  1.2 Rumusan Masalah

  Bagaimana cara mewujudkan harmonisasi sosial dalam masyarakat Jawa dan keturunan Tionghoa yang berasal dan atau tinggal di Kampung Sudiroprajan, Solo, Jawa Tengah

  1.3 Tujuan Penelitian

  Mendeskripsikan cara mewujudkan harmonisasi sosial dalam masyarakat Jawa dan keturunan Tionghoa yang berasal dan atau tinggal di Kampung Sudiroprajan, Solo, Jawa Tengah.

  1.4 Manfaat Penelitian 1.

  Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi UKSW dan menambah kajian ilmu komunikasi dalam bidang Komunikasi Interpersonal. Penelitian ini juga dapat memberikan sumbangan wawasan dan pengetahuan serta menambah perbendaharaan kepustakaan bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW). Selain itu dapat di gunakan sebagai referensi untuk penelitian yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

  Penelitian ini dapat sebagai pembelajaran bagi masyarakat terhadap komunikasi interpersonal yang terjadi di Kampung Sudiroprajan Kota Solo antara keturunan Tionghoa dan masyarakat Jawa (Pribumi) yang bisa berlangsung dengan langgeng dan harmonis yang tercemin dalam acara

  Grebeg Sudiro . Penelitian ini juga di harapkan bisa menjadi sarana

  pembelajaran bagi kita untuk tidak mengkota-kotakkan yang didasarkan dengan perbedaan etnis apapun.

1.5 Batasan Penelitian

  Agar peneliti terhindar dari lingkup yang terlalu luas, maka peneliti memberikan batasan penelitian sebagai berikut:

  1. Peneliti ini di batasi hanya pada bagaimana Grebeg Sudiro sebagai media komunikasi dalam harmonisasi sosial di masyarakat masyarakat Jawa dan keturunan Tionghoa 2.

  Media Komunikasi ini adalah Grebeg Sudiro 3. Objek Penelitian ini adalah masyarakat Jawa dan keturunan Tionghoa di Kampung Sudiroprajan, Solo, Jawa Tengah.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatkan Proses Pembelajaran Dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Think Pair and Share Berbantu Media Video pada Siswa Kelas 5 Semester II SD Negeri 1 Danyang Kecamatan Pu

0 0 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatkan Proses Pembelajaran Dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Think Pair and Share Berbantu Media Video pada Siswa Kelas 5 Sem

0 0 61

UPAYA PENINGKATKAN PROSES PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE BERBANTU MEDIA VIDEO PADA SISWA KELAS 5 SEMESTER II SD NEGERI 1 DANYANG KECAMATAN PURWODADI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 20142015

0 0 17

Peran Keluarga Dalam Merawat Anak Yang Menderita Penyakit TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Getasan Tugas Akhir - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Keluarga dalam Merawat Anak yang Menderita Penyakit TB Paru di Wilayah K

1 4 32

BAB 1 PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Make A Match terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD Negri Kesongoii Kec.Tuntang Kab.Semarang Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar 2.1.1. Pengertian Hasil belajar - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Make A Match terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD Negri Kesongoii

0 0 13

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Make A Match terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD Negri Kesongoii Kec.Tuntang Kab.Semarang Tahun Ajaran 2014/201

0 0 12

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Make A Match terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD Negri Kesongoii Kec.Tuntang Kab.Semarang Tahun Aj

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Make A Match terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD Negri Kesongoii Kec.Tuntang Kab.Semarang Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 41

Well-Being ; Sosiodemografi di Getasan Tugas Akhir - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Well-Being ; Sosiodemografi di Getasan

0 0 44