PERLINDUNGAN HUKUM PERBURUHAN BAGI WANITA PEKERJA MALAM Repository - UNAIR REPOSITORY

  SKRIPSI l.

  rA P F

  <2 w -A M I T A - p [ K.r: K r

  D J O K O H A R I S O E B A G Y O PERLINDUNGAN HUKUM PERBURUHAN BAGI WANIT A PEKERJA MALAM

  2vl

  1 L 1 *. P H R P U S i a \ a a n U N I V E I i S i i A S A i i t i . A N G G A ’ S I J f t \ B -\ Y A

  

F A K U L T A S H U K U M U N I V E R S I T A S A I R L A N G G A

S U R A B A Y A 1991 ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  PERLINDUNGAN HUKUM PERBURUHAN

  • BAGI WANITA PEKERJA MALAM

  S K R I P S I DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS DAN MEMENUHI SYARAT-SYARAT UNTUK MENCAPAI

  GELAR SARJANA HUKUM OLEH DJOKO HARI SOEBAGYO 038612344

  FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA S U R A B A Y A 1 9 9 1

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DIUJI PADA TANGGAL 23 OKTOBER 1991 PANITIA PENGUJI :

  KETUA : DJOKO SLAMET, S.H.

  SEKRETARIS : Dra. H. SOENDARI KABAT 2 ANGGOTA : 1. MACHSUN AL1, S.H., M 1.

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ka ta p e n g a n t a r

  Puji syukur aku haturkan kepada Allah swt. Tuhan Yang Maha Esa, seiring dengan selesainya tugas pembuatan skripsi ini, Segala daya dan upaya telah saya berikan untuk suksesnya studi saya pada Fakultas Hukum Universitas

  Airlangga Surabaya yang diakhiri dengan keberhasilan dalam ujian skripsi, Pada dasarnya keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka sepatutnya- lah bila saya menyampaikan rasa terima kasih dan penghar- gaan kepada :

  1. Bapak Machsun Ali, S.h., M.S., sebagai dosen pembim- bing yang telah mengorbankan waktu, tenaga dan dan memberikan sumbangan pemikiran ketika membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini;

  2. Bapak Djoko Slamet,S.H,, Ibu Dra. H. Soendari Kabat, Ibu Sri Woelan Azis,S.H., selaku penguji;

  3- Dekan beserta staf pengajar pada Fakultas Hukum Unair, khususnya staf pengajar bidang hukum perburuhan yang telah memberikan waktunya kepada saya untuk konsultasi;

  k*

  Segenap karyawan Universitas Airlangga, khususnya pe­ tugas perpustakaan yang membantu memberikan layanan untuk keperluan penulisan skripsi ini;

  5. Rekan mahasiswa yang sempat saya ajak untuk mendiskusi- 6 kan permasalahan yang saya tulis dalam skripsi ini; . Ibu Yuniarti, S.H., pegawai Depnaker Kodya Surabaya yang telah memberikan bantuan pengumpulan data kepada

  iii

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  saya; 7» Bapak Bambang Soema rsono, pegawai Deparpostel Wilayah

  Jawa Timur yang telah memberikan .bantuan pengumpulan 8 data kepada saya; . Bapak Eddy Chandrs^, General Manager New Regent yang te­ lah memberikan sumbangan pemikiran dan bantuan pengum­ 8 pulan data kepada saya;

  • Rekan mahasiswa dan semua pihak yang tidak dapat saya sebut satu persatu, yang dengan cara mereka sendiri telah membantu saya;

  Pula rasa terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga khusus saya sampaikan kepada:

  • Bunda, Bapak, kakak-kakak, dan adik-adik saya terkaslh yang telah memberi doa restu dan memacu eaya untuk se- gera menyelesaikan skripsi ini;
  • Sahabatku Emmy Murdjijanti, S.H. yang memberi ide dalam menentukan tema skripsi
  • Kekasihku tersayang yang telah memberikan dorongan moril dan spirituil untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

  Saya menyadari bahwa ilmu pengetahuan yang saya miliki belumlah cukup sempurna. Sehingga wajar apabila da­ lam penyusunan dan penulisan skripsi ini masih banyak ke- kurangannya. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun terhadap penulisan skripsi ini akan saya terima dengan tangan terbuka dan rasa terima kasih.

  Akhirnya dengan rendah hari saya tutup kata pe- ngantar ini dengan sebuah harapan semoga skripsi ini

  iv dapat be rmanfaat.

  Surabaya, November 1991 Djoko Hari Soebagyo ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

D AFTAR ISI

  KATA PJENGATAR DAFTAR ISI BAB I: PENDAHULUAN......... ..............

  1 1* Permasalahan; Latar Belakang dan Rumusannya............ .............

  1

  k 2. Penjelasan Judul .................

  3. Alasan Perailihan Judul ............ 6

  5 if. Tujuan Penulisan................. 6 8 , Pertanggungjawaban Sistematika ....

  BAB II: PENGATURAN WANITA PEKERJA MALAM OLEH HUKUM PERBURUHAN..................

  10

  1. Kedudukan Sebagai Pekerja Pada -

  10 umumnya .........................

  2. Dasar Yuridis Hak dan Kewajiban Pekerja ......................... ^

  3* Pembatasan Bidang Pekerjaan Bagi Te- naga Kerja Wanita... ............ ^

  BAB III: BENTUK DAN MACAM PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA................... 3

  1. Perlindungan Terhadap Hubungan Kerja ^ 2, Perlindungan Terhadap Perselisihan

  Perburuhan .................... .. ^ 3* Perlindungan Terhadap Jaminan Sosial

  52

  vi

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  B AB XV : UPAYA fflSKUM PERBURUHAN DALAM MEMBERIKAN PER­

  LINDUNGAN HUKUM BAGI WANITA PEKERJA MALAM

  59 1* Sasaran Perlindungan Hukum .............

  59

  2. Pengawasan dan Perijinan dalam Penggunaan

  6k tenaga Kerja Wanita .................. .

  3* Pelaksanaan Perlindungan Hukum ........

  73 BAB V : PENUTUP................................

  82

  1. Kesimpulan

  82 Qk.

  2. Saran*............................... FOOT NOTE DAFTAR BACAAN LAMPIRAN

  vii

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  B AB I PENDAHULUAN

  1. Permasalahan: Latar Belakang Dan rumusannva Profeel pramuria yang biasa disebut hostes bukan suatu pekerjaan yang dianggap baru. Akan tetapi pada ke- nyataannya pekerjaan ini justru merupakan sebab dan men- jadi akibat dari perkembangan peradaban manusia khususnya kemajuan teknologi.

  Untuk mengantisipasi fenomena yang demikian ini, salah satu kebijaksanaan pemerintah adalah dengan menge­ luarkan berbagai peraturan perundang-undangan.

  Berbicara eoal hukum kiranya dapat dimengertl bah­ wa sukar untuk memisahkan hukum dan hubungannya dengan masyarakat tempat hukum itu berlaku, sebab antara hukum dengan masyarakat merupakan suatu rangkaian yang utuh. ^etapi walaupun demikian dalam pembahasan ini, diusahakan untuk dapat memisahkan tinjauan secara yuridis dengan tin- jauan sosiologisnya semaksimal mungkin.

  Pekerjaan yang ditekuni oleh pramuria di klab malam tidak lepas dari faktor-faktor yang mendorong wanita untuk bekerja di luar rumah.

  Faktor yang menarik wanita ke luar dari rumah untuk bekerja ditinjau dari sudut motivasi dapat dibedakan dua golongan pekerja wanita. ^ang pertama ialah mereka yang semata-mata ingin mencari nafkah, jadi yang terdorong oleh motivasi ekonomi. Kelompok ini meliputi wanita yang ber-

  1

  2

  dika ri atau mencarl tambahan penghasilan yang kurang men- cukupi* Termasuk golongan ini ialah raotivasi yang bersifat psycologis. Ada yang ingin mengembangkan kemampuan inte-> lektual yang telah ditingkatkan dengan pendidikan yang cukup* Ada yang ingin menyumbangkan tenaga dan pikirannya kepada pembangunan negaranya. Sebagian lagi ada yang ingin menghilangkan rasa bosan akan rutinitas pekerjaan rumah tangga*

  Faktor kedua ialah industrialisasi* yang dalam ke- nyataannya menunjukkan bahwa maeyarakat Indonesia yang masih agraris kini menuju ke masyarakat induetri. Penemuan mesin-mesin mengakibatkan tidak lagi diperlukan . tenaga kerja yang mempunyai fisik besar, sehingga fungsi ekonomi mengalami transfer. Unit produksi beralih dari ke- luarga ke pabrik-pabrik atau perusahaan-perusahaan, se- hingga ia mempunyai lebih banyak waktu terluang. Terbukalah baginya untuk bekerja di luar rumah* p

  Faktor ketiga adalah integrasi wanita dalam pemba­ ngunan* Dalam art! pengakuan potensi wanita sebagai sumber daya manusia. Berarti pula haknya untuk menikmati hasil pembangunan, ^enyataan menunjukkan bahwa pada beberapa ne­ gara masih banyak kekuatan struktural dan kultural yang membatasi partisipasi wanita di berbagai bidang kehidupan baik dalam lingkungan keluarga, rumah tangga maupun dalam ffiasyarakat luas.

  Berkaitan dengan masalah hak wanita

  f

  fenomenanya dewaaa ini sampai pada kesimpulan bahwa equal participati- ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  3

  on anta ra wanita dan pria tidak saja meliputi legal equality dan menyisihkan diskriminasi terhadap wanita te- tapi meliputi pula pereamaan dalam hal bertanggung jawab dan kesempatan bagi wanita.

  Faktor selanjutnya ialah perubahan-perubahan dalam fungsi keluarga. Dengan kemajuan teknologi yang menuntut ketrampilan dan keahlian, keluarga tidak-'lagl dapat meme­ nuhi fungsinya. Makin lama makin banyak fungsi keluarga yang harue di transfer kepada lembaga-lembaga di luar ke­ luarga, umpamanya fungsi pendidikan untuk sebagian di transfer di sekolah, mesjid, gereja, kepanduan, dan seba- gainya.

  Tidak lengkap kiranya jika tidak disebut perubahan sikap, balk pada pria maupun pada wanita itu sendiri. Swarga nunut bukan lagi dianggap sebagai posisl yang

  Ideal. Alternatlfnya wanita melakukan atau menjalankan profeel sebagai pekerja di luar rumah.

  Faktor-faktor tersebut diatas masih mungkin dapat dilengkapi dengan faktor-faktor lainnya yang timbul seba­ gai akibat dari proses perkembangan masyarakat.

  Oleh karena bidang kerja pekerja wanita khususnya pramuria dilakukan pada malam hari, maka dalam membahas skripsi ini akan digunakan undang-undang dan peraturan lain yang ada hubungannya dengan pembahasan yang akan di- uraikan seperti Undang-Undang Kerja Nomor 12 Tahun 194-8 khususnya mengenai perlindungan terhadap pekerja wanita yang bekerja pada malam hari. ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  Wa laupun sudah jelas bahwa perlindungan terhadap pekerja wanita yang bekerja pada malam hari ada peratur­ an perburuhan yang mengatur, akan tetapi kadang-kadang pengusaha belum tahu kalau ada undang-undang yang melin- dungi atau memelihara keamanan terhadap resiko-resiko so­ sial yang setiap saat dapat menimpanya, sehingga tenaga kerja tidak berusaha untuk mengingatkannya.

  Di sinilah perlunya tenaga kerja memahami fungsi hukum perburuhan. Selain itu walaupun tenaga kerja sudah mengetahui adanya undang-undang perburuhan ada kemungkin- ah yang bersangkutan tidak berani menentang karena takut dipecat atau kehilangan pekerjaannya.

  Dari uraian tersebut di__atas dapat di dirumuskan permasalahan sebagai berikut: a. Bagaimanakah wanita pekerja malam diatur oleh hukum perburuhan ? b. Bagaimanakah bentuk dan macam perlindungan hukumnya ?

  c. Sejauh manakah upaya atau jangkauan hukum perburuhan dalam rangka memberikan perlindungan hukum terhadap wanita pekerja malam secara nyata ?

  2. Penjelasan Judul Judul skripsi yang di susun ini adalah

  "PERLINDUNGAN HUKUM PERBURUHAN BAGI WANITA PEKERJA MALAM" Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut; Yang dimaksud dengan perlindungan adalah upaya memberikan pengayoraan (melindungi) yang diberikan oleh negara kepada masyarakat yang berbentuk peraturan sebagai hukum positip

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  Peraturan hukum positip yang dimaksud dalam kaitannya dengan bahasan skripsi ini adalah hukum perburuhan, khu­ susnya Undang-Undang Kerja Nomor 12 Tahun 1948*

  Kemudian perlindungan oleh negara tersebut dalam kaitannya dengan topik skripsi ini (secara khusus) adalah wanita pekerja malam. Adapun yang dimaksud dengan wanita pekerja malam adalah wanita yang melaksanakan pekerjaannya melebihi batas waktu kerja yang ditentukan oleh Undang- Undang Kerja Nomor 12 ^ahun 1948.

  3. Alasan Pemilihan Judul Alasan pemilihan judul terutama berdasarkan penga- matan bahwa dalam praktek banyak terjadi pramuria yang dipekerjakan oleh pengusaha klab malam yang tidak sesual dengan peraturan dan perundangan yang berlaku, terutama yang berkenaan dengan jam kerja*

  Secara konstitusional perlindungan terhadap tenaga 2 2 kerja telah dituangkan dalam pasal ? ayat Undang-Undang 1 9 4 5 Dasar , yang menyatakan bahwa !|Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bag! ke- manusiaan". Hal ini berarti selain diperlukan penyedlaan dan perluasan lapangan kerja juga diperlukan adanya perlindungan hukum bagi tenaga kerja*

  Berarti tenaga kerja yang sedang bekerja di perusa- haan atau di pabrik maupun di mana saja yang maksudnya menjual jasa juga harus raendapat perlindungan yang baik atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan mo- ril, serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

6 dan agama. 9 ha

  l ini telah ditetapkan dalam pasal undang-undang no­ 1 4 1 9 6 9 mor tahun , yang berlaku bagi tenaga kerja pria maupun wanita, Hal ini juga menjadi alasan saya dalam me- milih judul mengenai perlindungan hukum perburuhan bagi wanita pekerja malam. Dalam hal ini pun terbatas hanya pada wanita pekerja malam yang ada di klab malam yang me­ rupakan wilayahKecamatan Genteng Kotamadya Surabaya.

  Tu.luan Penulisan Tujuan penulisan skripsi ini selain untuk meleng- kapi tugas dan persyaratan guna mencapai gelar sarjana hu­ kum, bertujuan pula memberikan sumbangan pemikiran dalam masalah hubungan perburuhan khususnya mengenai perlindung­ an hukum perburuhan bagi wanita pekerja malam yang mungkin dapat bermanfaat bagi perusahaan, tenaga kerja, masyarakat dan pemerintah dalam pembinaan dan pengembangan keselamat- an serta peningkatan perlindungan kerja sebagai salah sa­ tu bidang pengembangan hukum.

  5. Metodologi

  a. Pendekatan Masalah Dalam penyajian skripsi ini digunakan pendekatan yuridis sosiologis, artinya selain didasarkan pada per­ aturan perundang-undangan yang ada dan sedang berlaku,. juga didasarkan pada kenyataan dalam praktek. Sedangkan metodenya dengan menggunakan metode deskrlptif, komparatif. Deskrlptif yang dimaksud adalah dengan cara mengemukakan dan menafsirkan peraturan perundang-undangan yang ada dan sedang be rlaku, kemudian dianalisa,yaitu mem- bandingkan dengan data yang ada dalam praktek.

  b. Sumber Data Data yang digunakan untuk menunjang penyusunan skripsi ini diperoleh dengan cara:

  • Studi kepustakaan, yaitu berupa buku-buku literatur dan bahan-bahan kuliah yang menunjang, serta peraturan per- undang-undangan yang berlaku.
  • Wawancara dengan pihak-pihak terkait, survey di kantor

  Departemen tenaga Kerja Dati II Kodya Suratjaya, dan ma­ nager klab malam, serta pekerja yang bersangkutan.

  c. Prosedur Pengumpulan Data Mula-mula mencari dan mengumpulkan data dari catat- an perkuliahan, peraturan perundang-undangan dan literatur yang berhubungan dengan masalah. Sedangkan sampling seba~ gai sumber data penunjang aspek sosiologis, mencari dan mengumpulkan data dari hasil wawancara dengan instansi terkait, yaitu Depnaker, Deparpostel, SPSI, dan manager klab malam yang bersangkutan.

  Namun mengingat waktu, beaya, dan tenaga yang sa- ngat terbitas, maka saya menentukan wilayah survey di Ke- camatan Genteng Kotamadya Surabaya.

  Dan untuk menguatkan penelitian terhadap obyek yang di se- lidiki, saya melakukan observasi. Dengan demikian akan di- temukan data yang dapat dipertanggungjawabkan.

  d. Analisa Data Analisa data menggunakan metode deskriptif, yaitu ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  mene rapkan metode dengan memaparkan fakta-fakta yang ada. sehingga merupakan data yang konkrlt yang dapat digunakan untuk menjawab permasalahan dalam skripsi ini. 6

  \ . Pertanggung.iawaban sistematlka

  Guna mendapatkan hasil penulisan yang tepat dan terarah sesuai dengan judul di muka serta untuk mempermu- dah memahami isi skripsi ini, maka sistematikanya disusun menjadi lima bab dengan uraian sebagai berikut:

  Bab X Pendahuluan, dalam bab ini diuraikan garis besar permasalahan, penjelasan judul, alasan pemilihan ju­ dul, tujuan penulisan, metodologi, dan pertanggungjawabltn sistematika.

  Bab II disajikan tentang pengaturan pekerja malam oleh hukum perburuhan Indonesia secara umum dengan memper- hatikan perundang-undangan yang berlaku,

  Bab ini terbagi lagi dalam sub bab antara lain kedudukan sebagai pekerja pada umumnya, dasar yuridis hak-hak yang diberikan dan kewajibannya, eerta pembatasan bidang peker­ jaan bagi tenaga kerja wanita. Ini perlu dijelaskan agar dimengerti lebih dahulu oleh pembaca sebagai medium pem­ bahasan. Dengan medium pembahasan ini, pembahasan lebih terarah dan ada batasnya tidak lepas dari konteks dan tu­ juan penulisan.

  Bab.Ill menguraikan secara khusus tentang bentuk dan macam perlindungan hukum perburuhan terhadap pe­ kerja*

  Bab IV menguraikan tentang upaya perlindungan

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  9

  hukum p erburuhan dalam memberikan perlindungan hukum bagi wanita pekerja malam yang terbagi dalam eub-bab diantara- nya mengenai sasaran perlindungan hukum, pengawasan dan perijinan dalam penggunaan tenaga kerja wanita, dan pelaksanaan perlindungan hukum*

  Bab V berisi penutup yang mengetengahkan kesimpul- an dan saran berdasarkan pembahasan bab-bab terdahulu*

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  B AB II PENGATURAN WANITA PEKERJA MALAM OLEH HUKUM PERBURUHAN

  INDONESIA

  1. Kedudukan Sebagai Pekerja Pada umuranya Dengan persamaan hak dan kewajiban yang berlandas- kan pada Undang-Undang Dasar 19^5 maka tenaga kerja wanita

  Indonesia sekarang ini sudah berada dan berkarya di ber­ bagai bidang dan menunjukkan prestasi yang tidak kalah dengan kaum pria. Bidang-bidang yang di dalamnya berke- cimpung tenaga kerja wanita Indonesia diantaranya bidang politik, bidang sosial, bidang pertahanan dan keamanan, bidang hukum, bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang penerangan, bidang olah raga, dan seterusnya.

  Di bidang politik banyak anggota wanita dari ke­ tiga kontestan Pemilu ( Partai Persatuan Pembangunan - PPP, Bolongan karya - Golkar, dan Partai Demokrasi - PDI) men­ jadi pimpinan, Dalam Pemilihan Umum beberapa kali yang te­ lah b&rlangsung, banyak dari wanita-wanita ketiga kontes­ tan Pemilu menjadi juru kampanye bagi kontestannya.

  Di bidang sosial ada organisasi wanita antara lain Dharma Wanita dengan unit dan sub unitnya dari tingkat pu­ sat bertebaran di seluruh penjuru tanah air.

  Di bidang pertahanan dan keamanan di Indonesia, ki- ni bukan lagi ditangani oleh kaum pria semata-mata. Tena- ga-tenaga wanita banyak yang berkecimpung di bidang ini.

  Di bidang hukum banyak di antara wanita Indonesia

  10

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  11

  yang menyandang tite l Sarjana Hukum, Mereka kini banyak yang bekerja sebagai hakim, sebagai jaksa dan juga set>agai pengacara. bahkan.ada pula yang bekerja sebagai penasihat hukum pada berbagai perusahaan swasta.

  Di bidang pendidikan sudah lama diterjuni wanita- wanita Indonesia. Kalau kita menelusuri seluruh Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Pertama dan Sekolah Lanjutan Atas di seluruh Indonesia, maka akan kita dapati di tiap seko­ lah tersebut sebagiannya adalah guru-guru wanita. Demikian pula di berbagai Perguruan tinggi baik Pemerintah maupun milik swasta di seluruh nusantara banyak sekali asisten dosen dan dosen wanita yang sudah menyandang titel

  Sarjana Hukum, Sarjana Ekonorai, Sarjana Sastera, Sarjana Pendidikan, Inslnyur pada berbagai jurusan, bahkan banyak yang telah Doktor dan Profesor pada jurusannya masing-ma- sing.

  Di bidang kesehatan tenaga kerja mnita Indonesia memegang peranan. Semua Puskesmas di seluruh Indonesia me- manfaatkan tenaga medis dan non medis wanita, termasuk dokter-dokter wanita.

  Di bidang penerangan wanita Indonesia juga tidak ingin ketinggalan. Di berbagai media masa baik elektronik maupun media cetak, misalnya TVRI dan RRI dari tingkat pu­ sat sampai pada semua stasion-stasion di seluruh Indonesia terdapat reporter dan penyiar wanita. Dalam media cetak, baik yang diterbitkan Pemerintah maupun yang diterbitkan swasta, banyak tenaga-tenaga wanita

  Di bidang olah raga hampir semua cabang olah raga di Indonesia diikuti oleh atlet wanita. Di lingkungan pemerintah b$ik di tingkat pueat, ma-* upun di tingkat daerah juga terdapat pegawai-pegawai wa­ nita, dari golongan I sampai golongan IV. Banyak diantara mereka yang menduduki jabatan-jabatan penting, posisi-po- sisi yang menentukan dalam berbagai masalah yang dihadapi.

  Indonesia yang dipeke rjakan di sana baik pada bagian tata usaha juga pada bagian redaksi sebagai wartawan.

  Di bidang agama banyak kaum wanita yang tampil da­ lam kegiatan-kegiatan keagamaan. Di bidang pertanian yang mencakup pertanian tanam- an pangan, peternakan dan perikanan serta perkebunan, wa­ nita juga memegang peranan penting. Jika kita menikmati hasil bumi, mulai kebutuhan yang paling pokok yaitu boras, ini adalah hasil karya dari sebagian rakyat Indonesia ka­ um wanita yang berada di pedesaan yang berkecimpung di persawahan dan perladangan. Demikian pula dalam usaha per- kebunan, peternakan dan perikanan, tenaga-tenaga wanita berperan dalam mengelolanya.

  Di sektor swasta tenaga-tenaga wanita juga sangat dibutuhkan misalnya:

  • Sekretaris Untuk jabatan ini biasanya tenaga kerja wanita tersebut telah memperoleh pendidikan, pendidikan sekretaris pada lembaga-lembaga pendidikan khusus.
  • Pramuniaga ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  13 Perusahaan yang bergerak di bidang perniagaan (perdaga-

  ngan, tenaga pramuniaga pada umumnya dipercayakan kepada wanita yang merupakan peranan penting dalam mempromosi- kan atau memasarkan barang-barang, terutama produk baru. tugas ini cukup berat karena harus menyelidiki mengenai dan menilai potensi pembeli.

  • Pramuwisata Banyak wanita yang berprofesi sebagai pramuwisata. Mereka bertugas untuk mendampingi wisatawan dan memberi-

  . kan penjelasan-penjelasan tentang segala sesuatu menge­ nai keadaan Indonesia pada umumnya, khususnya yang ada hubungannya dengan kepariwisataan seperti seni budaya, proyek-proyek wisata dan sebagainya.

  • Pramugari Dalam perusahaan penerbangan sipil baik perusahaan milik pemerintah maupun perusahaan penerbangan swasta, wa.nita dengan profesissbagai pramugari sangat diperlukan. Mereka mempunyai tugas untuk melayani kesejahteraan dan ketenangan penumpang selama penerbangan. Selain itu me­ reka juga bertugas memberikan informasi berkenaan dengan penerbangan yang sedang berlangsung. Profesi wanita se­ bagai pramugari juga harus melalui pendidikan khusus.
  • Pramuria Profesi ini hanya ada di bidang entertainment. Banyak polemik yang terjadi mengenai profesi wanita ini. Tugas wanita dalam profesi sebagai pramuria ialah mene- mani tamu-tamu yang datang di lokasi entertainment ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Ik

  (night c lub), Menurut ketentuan, mereka menemani tamu-tamu dalam batas- batas yang wajar menemani minum atau makan, berbincang- bincang dan melantai. Kepada mereka sebelumnya telah pula ditatar tentang itikad, sopan santun pengetahuan mengenal kepariwisataan dan pengetahuan umum. Perusahaan tempat mereka bekerja harus mempunyai ijin lengkap dari pihak pemerintah dan membayar pajak yang cukup besar. 9 1

  2. Dasar Yurldis Hak dan Kewa.1iban Pek r. a GBHN 1988 bidang Peranan Wanita Dalam Pembangunan

  Bangsa menyebutkan bahwa, "Wanita, baik sebagai warga ne­ gara maupun sebagai sumber insani bagi pembangunan, mem­ punyai hak dan kewajiban serta kesempatan yang sama de­ ngan kaum pria di segala bidang kehidupan bangsa dan dalam segenap kegiatan pembangunan."

  Kemudian dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor

  9 ,

  lZf Tahun 1969, khususnya yang tercantum dalam pasal maka sudahlah tepat jika peraturan dalam undang-undang memperiakukan peraturan hukum yang sama terhadap semua te­ naga kerja, sehingga sebenarnya tidak perlu dladakan per­ aturan khusus bagi tenaga kerja wanita. Tetapi dalam ke- nyataannya wanita mengalami saat-saat di mana sifat ke- wanitaannya menonjol yang justru tidak dimiliki oleh kaum pria. Misalnya saat-saat mengalami masa haid atau se- dang hamil, melahirkan atau keguguran. Karena sifat-sifat alamiah wanita yang tidak dapat ditentang keberadaannya,

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  15

  maka ada bebe rapa peraturan yang memberikan hak khusus terhadap tenaga kerja wanita, yaitu:

  a. UU No. 1 Thn 1951 pasal 13

  • ayat 1: Mengenai haid disebutkan bahwa "buruh wanita tidak boleh diwajibkan bekerja pada hari pertama dan kedua waktu haid."

  "Tidak boleh diwajibkan"..adalah larangan yang dituju- kan kepada pihak pengusaha atau pimpinan perusahaan; sekaligus mengisyaratkan bahwa tidak dilarangnya pe­ kerja wanita yang oleh kehendaknya sendiri ingin be­ kerja seperti biasa atau dengan keringanan sedikit karena merasa tidak ada masalah baginya untuk tetap bekerja meskipun dalam keadaan demikian. Hal ini ber- kaitan dengan keadaan fisik antara wanita yang satu dengan yang lainnya tidak sama, ada yang kuat ada yang lemah. Di dalam prakteknya, banyak wanita yang sedang bekerja pada masa haid tanpa gangguan apapun juga. Tetapi kalau keadaan fisiknya tidak memungkin- kan, maka tenaga kerja tersebut harus memberitahukan kepada majikannya. Dengan pemberitahuan tersebut te­ naga kerja memohon ijin tidak bekerja ataupun agar- sekedar dimaklumi dalam hal pemberian tugas-tugas terhadapnya.

  • Ayat 2: "Buruh wanita harus diberi istirahat selama satu setengah bulan sebelum saatnya menurut perhi- tungan akan melahirkan anak atau gugur kandungan."

  Masa istirahat menjelang melahirkan tadi da-

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  16

  pat dimintakan yang lebih lama lagi, sampai tidak le­ bih dari tiga bulan, jika dengan keterangan dokter hal tersebut diperlukan guna menjaga kesehatannya.

  Sebagaimana halnya dengan waktu haid maka ada pula wanita yang sewaktu mengandung keadaan fisiknya kuat sehingga ia merasa tidak perlu meminta cuti ha- mil. Akan tetapi bagi pekerja yang hendak raenggunakan cuti hamilnya harus memintanya melalui surat permoho- nan istirahat kepada pengusaha/pengurus perusahaan. Permohonan tersebut harus selambat-lambatnya sepuluh hari sebelum waktu istirahat tersebut hendak dimulai. Ketentuan ini penting, mengingat pimpinan perusahaan akan mengadakan persiapan atau pembenahan seperlunya dengan tidak akan berfungsinya seorang karyawannya/ stafnya selama waktu yang cukup lama (tiga bulan atau empat setengah bulan).

  Ketentuan waktu memohon tersebut dikecualikan bagi pekerja wanita yang mengalami keguguran tanpa sempat meminta istirahatnya. Surat permohonan istira­ hat harus dilampiri surat keterangan dokter, atau da­ ri bidan atau pejabat pemerintah setempat menurut aturan yang berlaku, jika dokter atau bidan tidak ada.

  • Ayat 3s

  Waktu istirahat sebelum saat buruh akan melahir­ kan anak, dapat diperpanjang sampai selaroa-lama- nya tiga bulan, jika dalam suatu keterangan dokter dinyatakan bahwa hal itu perlu untuk men­ jaga kesehatannya.

  17 Apabila pekerja wanita yang menderita kelalnan

  sewaJktu hamil dan menurut dokter„liarus istirahat yang cukup lama, maka majikan harus memberi ijin cuti wa­ laupun belum hamil tua. Oleh karenanya surat ketera- ngan dokter sangat diperlukan mengingat masih banyak dari kaum wanita yang berpenghasilan rendah tidak mau memerlksakan kepada dokter melainkan ke dukun. Akibatnya jika terdapat kelainan-kelainan sehingga ia tidak dapat bekerja, tanpa surat dokter, majikan tidak mau tahu maka terpaksa ia keluar atau dikeluarkan dari pekerjaannya.

  b. Peraturan Pemerintah/PP No, Thn. 1951 ada yang meng- atur tentang penggunaan hak-hak tersebut dalam pasal

  13 UU No. 1 Thn. 1951 yaitu:

  k

  • Pasal 1 ayat 3 PP No

  Thn 1951

  • Dengan surat permohonan kepada majikan selambat- lambatnya 2 0

  hari sebelum waktu istirahat di- mulai (batas waktu 1 0 hari tidak berlaku untuk keguguran kandung) dan harus disertai dengan surat keterangan dokter atau bidan atau pejabat pamong praja (serendah-rendahnya camat)

  k

  • Pasal . 13 ayat

  UU No.l Thn. 1951 jo« pasal la ayat

  1 PP No. if Thn. 1951: M....buruh wanita yang anaknya masih menyusu, ha­ rus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusukan anaknya, jikalau hal itu harus dilakukan selama waktu kerja."

  Selain dari pasal-pasal yang memberikan hak-hak khusus kepada tenaga kerja wanita seperti telah disebut- kan diata 6 , dalam hubungan kerja masih ada permasalahan ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  18

  lain yang berkaitan dengan hak-hak tenaga kerja wanita yang perlu diatur. Pengaturannya terdapat dalam Bagian

  III UU No. 12 Thn. 194-8 yaitu yang menyangkut:

  1. Kerja malam hari 2 . Kerja di dalam tambang

  3« Kerja yang berbahaya

  4. Diskriminasi dalam pemutusan hubungan kerja

  5. Upah yang sama ad.l. Kerja malam hari Paeal 7 ayat 1 UU No. 12 Thn. 194-8 menetapkan:

  "Orang wanita.tidak boleh menjalankan pekerjaan pada malam hari, kecuali jikalau pekerjaan itu menurut sifat, tempat dan keadaan seharusnya di- jalankan oleh wanita."

  Sayang sekali ketentuan ini belum berlaku, namun demikian disebutkan agar kita melihat pada

  pasal 3 dari Maatregelen Ter Van Baperking Van De Kinder-Arbeid En De Nacht-Arbeid Van De Vrouwen (peraturan tentang Pembatasan Pekerjaan Wanita Pada Malam Hari) yang menetapkan bahwa: Seseorang wanita antara pukul sepuluh malam dan pukul lima pagi tidak boleh menjalankan pekerjaan 6eperti yang termaksud pada ayat pertama pasal 2 diatas ini, sepanjang untuk hal itu tidak ada ijin dari atau berdasarkan surat keputusan pemerintah untuk perusahaan tertentu pada umumnya atau pabrik tempat kerja atau perusahaan tertentu pada khusus- nya, sesuatunya berhubung dengan kepentingan khusus dari perusahaan.

  Tata cara mempekerjakan tenaga kerja wanita pada malam hari telah dikeluarkan Peraturan Men- ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  19

  te ri Tenaga Kerja R.I. No. Per# O/f/MEN/1989 yang ter; dlrl dari lima pasal, antara lain harus ada ijin dari Depnaker setempat dengan syarat-syarat yang harus di- penuhi, misalnya:

  • Mengapa mempekerjakan pekerja wanita pada malam hari
  • Produksi harus lebih baik bilamana dikerjakan wa­ nita.
  • Pengusaha harus menjaga keselamatan, kesehatan dan kesusilaan, misalnya wanita tidak boleh dalam ke- adaan hamil, harus menyediakan angkutan antar jem~ put.
  • 2 - Dan lain-lain. ad. . Kerja di dalam tambang 8 Pasal UU No. 12 Thn. 19*f8 menetapkan bahwa; 1 ayat : "Orang wanita tidak boleh menjalankan peker­ jaan di dalam tambang, lobang di dalam tanah atau tempat lain untuk mengambil logam dan bahan dari dalam tanah." 2 ayat :

      Larangan tersebut pada ayat 1 tidak berlaku ter­ hadap orang wanita yang berhubung dengan pekerja* annya kadang-kadang harus turun di bagian tambang dibawah tanah dan tidak menjalankan pekerjaan tangan,

      Mengingat sebagian besar Perusahaan Pertamba- ngan di Indonesia adalah milik negara maka permasa- lahan mengenai larangan ini (sampai saat ini) belum pernah terjadi. Kemungkinan raemang tidak ada pekerja

      20

      wanita yang mau beke rja di pertambangan, kecuali para peneliti atau ilmuwan yang mengadakan peneli- tian khusus. ad.3* Kerja yang berbahaya

      Pekerjaan yang berbahaya termasuk suatu pe­ kerjaan yang sangat berat. Contohnya, para wanita di daerah-daerah yang bekerja untuk mengangkat batu untuk proyek jalan raya, pembangunan gedung atau rumah, dan sebagainya, yang kesemuanya ini menggu- nakan fisik. Ketentuan terhadap larangan tersebut sudah ada yaitu pasal 9 ayat 1 UU No. 12 Thn. 1948 namun masih belum berlaku yang berbunyi: "Orang wanita tidak boleh menjalankan pekerjaan yang berbahaya bagi keselamatannya dan kesehatannya, de­ mikian pula pekerjaan yang raenurut sifatnya, tempat dan keadaannya berbahaya bagi kesusilaannya." Peraturan ini sudah dibuat sejak tahun 1948 tetapi sampai sekarang (sudah 4 2 tahun) masih tetap belum berlaku meskipun dalam pasal 2 1 ayat 1 undang-undang ini (aturan tambahan) disebutkan akan menetapkan berlakunyaundang-undang ini dengan Peraturan Peme­ rintah. Tetapi peraturan pemerintahnya sampai seka­ rang belum ada. ad. 4 « Diskriminasi dalam pemutusan hubungan kerja.

      Peraturan mengenai Pemutusan Hubungan Kerja di Perusahaan Swasta secara umum ditentukan dalam UU No. 12 Thn. 1964* Namun secara khusus untuk ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

      

    ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

      peke rja wanita telah dikeluarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. Nomor: PER.03/MEN/1989 tentang larangan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Bagi Pekerja Wanita karena Menikah, Hamil, atau Melahirkan.

      Peraturan Menteri ini raemuat ketentuan bahwa pengusaha tidak boleh mengurangi hak-hak tenaga kerf ja wanita yang karena hamil dan karena sifat dan jenis pekerjaan tersebut tidak mungkin dikerjakan olehnya. Artinya, walaupun pekerja tersebut cuti dan tugasnya dialihkan kepada tenaga kerja lain namun haknya untuk menerima upah tetap tiap bulan serta jika ia sudah bekerja lagi maka harus diterima kem- bali.

      Andaikata perusahaan tidak meraungkinkan untuk melaksanakan peraturan tersebut (memberi cuti dengan segala hak-haknya), paling tidak pengusaha wajib memberikan cuti di luar tanggungan perusahaan sampai saat tirabul hak cuti hamil seperti yang di- tetapkan oleh pasal 13 UU No. 1 Thn. 1951.

      Lamanya cuti diluar tanggung§n perusahaan 7 diberikan paling lama tujuh setengah ( i) bulan.

      Jika pekerja wanita sudah selesai menjalankan cuti hamil atau melahirkan, pengusaha wajib mempekerjakan wanita tersebut pada tempat dan jabatan yang sama

      k

      tanpa mengurangi hak-haknya. (Pasal ayat if Peratu­ ran Menteri tersebut).

      Apabila pengusaha melanggar ketentuan terse-

      22

      but, maka pengusaha dapat diancam dengan hukuman ku- rungan selama-lamanya tiga bulan atau denda setinggi- tingginya seratus ribu rupiah sesuai dengan pasal 1 ?

      UU No. 14 Thn. 1969 tentang ketentuan-ketentuan po- kok mengenai tenaga kerja. (pasal 6 Peraturan Menteri Nomor: 03/MEN/X989). ad.5* Upah yang sama

      Indonesia semenjak 21 Juli 1950 telah menjadi anggota Organisasi Perburuhan Internasional (I.L.O). Berdasarkan ratifikasi atau Persetujuan Konvensi

      I.L.O. No. 100 Thn. 1951 mengenai Pengupahan yang Sama Bagi Buruh Laki-laki dan Wanita Untuk Pekerjaan Yang Sama Nilainya, maka Pemerintah membuat UU No.

      80 Thn. 1957* L.N. 1957 No. 171* yang diundangkan pada tanggal 31 Desember 1957* Di samping itu, pemerintah juga telah mengeluarkan PP No. 8 Thn. 1981 tentang Perlindungan Upah. Jika sampai terjadi pelanggaran dari ketentuan P.P. No. 8 Thn. 1981, dan setelah ada pernyataan resmi dari Komisi Pengupahan bahwa memang ada pe­ langgaran, barulah dapat diajukan ke Panitia Penye­ lesaian Perselisihan Perburuhan (PZf Daerah/Pusat) atau ke Pengadilan Negeri setempat. (UU No. 22 Thn. 1957).

      Dengan adanya perjanjian kerja, tenaga kerja mempu­ nyai kewajiban-kewajiban tertentu antara lain wajib melaku- kan pekerjaan, wajib mentaati tata tertib perusahaan, wa- ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

      

    ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

      jib membaya r denda dan ganti rugi serta bertindak sebagai tenaga kerja yang baik* Selain itu untuk pekerja yang berterapat tinggal pada majikan wajib mentaati tat& tartib rumah tangga majikan. 3* Pembatasan Bidang Peker.laan Bagi Tenaga Kerrfa Wanita

      Undang-undang Kerja pada dasarnya melarang secara mutlak pekerjaan orang wanita pada malam hari di semua pe­ rusahaan, yaitu perusahaan perindustrian,. perusahaan per­ tanian, perusahaan perniagaan dan semua jenis perusahaan lainnya.

      Malam hari yang dimaksud dalam Undang-Undang Kerja adalah dari pukul 18.00 (enam sore) sampai pukul 06.00 (enam pagi). Namun tidaklah demikian dengan Maatregelen.

      Maatregelen hanya membatasi pekerjaan orang wanita pada malam hari yaitu antara pukul 22.00 (sepuluh malam) 0 5 * 0 0 sampai pukul (lima pagi) orang wanita tidak boleh menjalankan pekerjaan di perusahaan tertentu.-^ Jadi antara pukul 05.00 sampai dengan pukul 22.00 orang wanita boleh menjalankan semua macam pekerjaan, asal tidak di perusahaan tertentu itu.

      Pasal Maatregelen mengatakan bahwa orang wanita 0 5 . 0 0 antara pukul 22.00 , sampai pukul tidak boleh men­ jalankan pekerjaan;

      1. di pabrik, yaitu ruangan tertutup atau dipandang seba- ... gai tertutup, dimana untuk suatu perusahaan diper&una- kan suatu alat tenaga mesin atau lebih;

      2. di tempat kerja, yaitu ruangan tertutup, dimana untuk suatu perusahaan biasanya dilakukan pekerjaan tangan bersama-sama oleh sepuluh orang atau lebih;

      3* pada pembuatan, pemeliharaan, pembetulan atau pembong.- karan suatu bangunan di bawah tanah, bangunan galian,

      

    ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

      24

      bangunan ai r, gedung dan jalan; 4« di perusahaan kereta api atau trem; 5. pada pembuatan, pembongkaran dan pemindahan barang, baik di pelabuban, dermaga dan galangan maupun di stasiun tempat penghentian maupun tempat pembongkaran, di tem­ pat penyimpanan dan gudang, kecuali jika membawa dengan tangan.^

      Pasal 3 ini masih mempunyai anak kalimat yang me- ngatakan sebagai berikut: "sekedar untuk itu tidak ada ijin dari atau berdasarkan keputusan pemerintah untuk pa- brik, tempat kerja atau usaha tertentu pada khususnya ber- hubung dengan kekhususan keperluan perusahaan*

      Berdasarkan ketentuan tersebut, dahulu pemerintah 6 4 8 mengadakan ketentuan dalam staateblad 1925 nomor yang langsung mengijinkan mempekerjakan orang wanita antara 0 5 * 0 0 pukul 22.00 (sepuluh malam) sampai dengan pukul

      (lima pagi) di: 1. pabrik gula selama giling;

      2. pabrik serat; 3* pabrik sagu ketela; 4

      . pabrik minyak kelapa sawit; 5* pabrik garam di Krampon dan Kalianget (Madura).

      Di samping memberi ijin secara langsung, staatsblad 6 4 8 1925 nomor tersebut juga memberi kuasa kepada Kepala Pengawas Perburuhan untuk memberi ijin untuk masa yang di tetapkan dan dengan syarat-syarat yang diadakan olehnya, mempekerjakan orang wanita sampai jumlah tertentu, antara 0 5 . 0 0 pukul 22.00 (sepuluh malam) sampai pukul (lima pagi) di perusahaan tersebut di bawah ini:

      

    ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

      25

      2. perusahaan kopi; 3. perusahaan tembakau;

      A* perusahaan penggilingan beras; 5. perusahaan pembersihan kapukj 6* pabrik petasan; 7. perusahaan batik.

      Staatsblad 1925 No. 6**8 sifatnya kaku karena memba- tasi jenis perusahaan yang dapat memperoleh ijin penyimpa- ngan dari larangan tersebut, sedang perkerabangan perekono- mian masyarakat menghendaki peraturan yang lebih luwes, yaitu supaya kemungkinan mendapat ijin penyimpangan diberi- kan juga kepada pabrik, tempat kerja atau perusahaan lain- nya.

      Dengan demikian, maka Staatsblad 1925 nomor 6if8 itu dicabut dan diganti dengan Staatsblad 19^1 nomor /+5. Ada- 4 pun Staatsblad 1941 nomor 5 ini tidak langsung memberi . ijin sendiri, tetapi hanya memberi kuasa kepada Kepala Pengawas Perburuhan tersebut di atas untuk memberi ijin tempat kerja atau perusahaan tertentu untuk selama waktu yang ditetapkannya dan dengan syarat-syarat yang diadakan- nya, mempekerjakan orang wanita sampai suatu jumlah ter­ tentu, antara pukul 22.00 (sepuluh malam) sampai dengan pukul 05.00 (lima pagi). Terhadap keputusan Kepala Peng­ awas Perburuhan, yang berkepentingan dapat minta banding kepada Menteri Perburuhan.

      Sebagai bahan untuk perbandingan, kita lihat ke­ tentuan mengenai pekerjaan pada malam hari ini dalam

      26 Inte

      rnational Labour Code, yang merupakan dasar bagi Maatregelen ter Baperking van de Kinderarbeid en de Nach- tarbeit van de Vrouwen, adalah sebagai berikut:

      1. Orang wanita tanpa perbedaan umur tidak boleh dipeker- jakan pada malam hari di perusahaan perindustrian apa- pun baik milik negara maupun milik swasta, atau di ca- bangnya, lain dari pada perusahaan yang hanya dipeker- jakan anggota-anggota dari satu keluarga.

      2. Larangan tersebut tidak berlaku; a* Dalam hal terpaksa, jika di suatu perusahaan terjadi suatu gangguan pekerjaan yang tidak mungkin diketahui sebelumnya, dan yang tidak terjadi berulang kali, b. dalam hal pekerjaan berkenaan dengan bahan baku atau bahan lain dalam pengolahan yang dapat menjadi rusak dengan cepat, jika pekerjaan pada malam hari itu di­ perlukan untuk mencegah bahan-bahan tersebut dari kerugian tertentu*

      3* Larangan tersebut tidak berlaku bagi; a* wanita yang mempunyai kedudukan pimpinan atau bersi­ fat teknis,

      b. dan wanita yang bekerja pada dinas kesehatan dan ke- sejahteraan dan tidak melakukan pekerjaan tangan.

      4. Istilah "perusahaan perindustrian" meliputi khusus:

      a. tambang, tempat penggalian batu dan tempat lain untuk mengambil barang galian dari dalam tanah, b. perusahaan yang barang-barangnya dibuat, diubah, di- bersihkan, diperbaiki, dihias, diselesaikan, dipler-- siapkan untuk dijual, dibongkar, atau dirusak, atau bahan baku yang dikerjakan, termasuk perusahaan di lapangan, pembuatan kapal atau pembangkitan, peng- aliran tenaga listrik atau tenaga penggerak macam apapun;

      c. perusahaan di lapangan pembangunan dan pekerjaan teknik sipil, termasuk pekerjaan pembuatan, per- , baikan, pemeliharaan, perubahan dan penghancuran.^

      Mengenai bidang pertanian "International Labour Code11 hanya mengatakan agar pemerintah mengambil tindakan untuk mengatur pekerjaan orang wanita pada malam hari di perusahaan pertanian sedemikian sehingga baginya terjamin waktu istirahat yang sepadan dengan keperluan badaniah.^7

      Kembali pada peraturan tentang Pembatasan Pekerjaan Anak dan Pekerjaan Orang Wanita pada malam hari, jelaslah ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

      

    ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

      27

      bahwa p eraturan tersebut hanya mengenai perusahaan perin- dustrian saja. Jadi dengan demikian maka tidak ada pem- batasan pekerjaan orang wanita pada malam hari di per­ usahaan jenis lainnya seperti misalnya perusahaan pertani­ an, perusahaan perniagaan dan sebagainya, kecuali bila perusahaan jenis lainnya ini dilakukan jenis pekerjaan bersama oleh 10 (sepuluh) orang atau lebih*

      Dalam Undang-Undang Kerja masih terdapat beberapa ketentuan yang hanya ditujukan bagi pekerja orang wanita. Ketentuan-ketentuan itu tidak hanya raengatur larangan atau pembatasan pekerjaan orang wanita, melainkan berdasarkan keadaan tertentu orang wanita harus diberi waktu istirahat tertentu.

      Karena ■ ketentuan-ketentuan itu berkenaan dengan istirahat, maka dikenal macam-macam istirahat bagi pekerja yaitu waktu istirahat mingguan dan hari lembur, istirahat tahunan, istirahat panjang. Macam-macam istirahat yang di- berikan bagi tenaga kerja adalah untuk memberi perlindung­ an kepada semua pekerja baik pria maupun wanita agar ke- selamatan dan kesehatan tenaga kerja terjaga dengan baik. Dari macam-macam istirahat tersebut saya tidak memberi uraian. Namun di samping istirahat yang dikenal pekerja ada waktu istirahat yang khusus diberikan kepada pekerja orang wanita yang diberikan berdasarkan keadaan tertentu bagi pekerja orang wanita menurut kodratnya, karena wanita itu pada saat-saat tertentu harus raenunaikan kewajiban alamiah yang tidak dapat dipikulkan kepada orang pria.