PERMAINAN TRADISIONAL “TILAKO” SEBAGAI MEDIA PENGEMBANGAN KARAKTER ANAK DI VATUTELA KELUARAHAN TONDO KECAMATAN MANTIKULORE

  

PERMAINAN TRADISIONAL “TILAKO” SEBAGAI MEDIA

PENGEMBANGAN KARAKTER ANAK DI VATUTELA

KELUARAHAN TONDO KECAMATAN MANTIKULORE

  1*

Hanifah Tri Hafsari

  2* 3*

Anthonius Palimbong& Imran

  1*

  Alumni Mahasiswa PPKn FKIP UNTAD

  2*

  Dosen PPKn FKIP UNTAD

  3*

  Dosen PPKn FKIP UNTAD

  

Abstrak:Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah apakah permainan

tradisional “Tilako” dapat dijadikan sebagai media pengembangan karakter anak di

Vatutela kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore. Sehubungan dengan permasalahan

tersebut tujuan penelitian ini adalah menggunakan permainan “Tilako” sebagai media

pengembangan karakter anak. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif

kualitatif. Subjek penelitian ini adalah kelompok anak usia 7-13 Tahun yang ada di

Vatutela Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore khususnya yang ada di RT 1 s/d RT

4 yang berjumlah 10 orang anak, 4 Tokoh Pemerintah, 3 Tokoh Masyarakat, 3 Orang

tua anak yang kini menjadi sampel dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data

dilakukan melalui teknik observasi, teknik wawancara, dan dokumentasi. Dalam

penelitian ini terdapat 3 karakter yang dituju oleh peneliti antara lain karakter kreatif,

mandiri dan semangat kebangsaan. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data

yakni reduksi data, penyajian data dan verifikasi/kesimpulan sebagai bentuk analisa

dan mengolah data dalam penelitian ini. Hasil dalam penelitian ini menunjukan bahwa

permainan tradisional “Tilako” dapat dijadikan sebagai media pengembangan

karakter anak di Vatutela Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore khususnya

karakter kreatif, mandiri dan semangat kebangsaan.

  Kata Kunci: Permainan Tilako; Pengembangan Karakter PENDAHULUAN

  Pesatnya perkembangan teknologi yang banyak memanjakan masyarakat secara keseluruhan termasuk anak-anak membuat permainan tradisional ini dinilai sebagai kesenian bangsa yang banyak tidak diminati oleh anak-anak pada era sekarang. Jika ditinjau kembali, sesungguhnya laju perkembangan teknologi di Indonesia yang berkembang secara pesat merambah pula pada permainan anak-anak termasuk anak- anak di Vatutela kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore. Sesuai fakta dilapangan, anak-anak di Vatutela Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore ini lebih menyukai permainan diera modern yaitu permainan yang lebih menekankan pada digital seperti

JURNAL EDU CIVIC MEDIA PUBLIKASI PRODI PPKN

  

PlayStation, gameonline, handphone, komputer dan permainan lainnya yang justru

dinilai mengandung nilai negatif bagi anak.

  Melihat kondisi di atas, Pembangunan dan pengembangan karakter perlu diterapkan dalam proses perkembangan anak khususnya anak-anak di Vatutela Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore. Pengembangan karakter adalah proses penanaman nilai yang dapat mengembangkan karakter anak. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan budaya untuk mendukung pengembangan karakter pada anak. Salah satu pengembangan budaya yang dimaksud adalah melalui permainan “Tilako” yaitu salah satu jenis permainan yang ada di Sulawesi Tengah, spesifiknya permainan yang berasal dari daerah Kaili dan permainan ini dapat ditemui di daerah Vatutela Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore. Berangkat dari hal ini, masalah yang akan diteliti adalah Apakah permainan tradisional “Tilako” dapat dijadikan sebagai media pengembangan karakter anak di Vatutela Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore serta penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menggunakan permainan tradisional “Tilako” sebagai media pengembangan karakter anak di Vatutela Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore.

  Permainan tradisional dikenal sebagai permainan rakyat merupakan sebuah kegiatan rekreatif yang tidak hanya bertujuan untuk menghibur diri, tetapi juga sebagai alat untuk memelihara hubungan dan kenyamanan sosial. Jadi bermain bagi anak mempunyai nilai dan ciri yang penting dalam kemajuan perkembangan kehidupan sehari-hari termasuk dalam permainan tradisional. Menurut Euis Kurniati (2016:2) bahwa permainan tradisional merupakan suatu aktivitas permainan yang tumbuh dan berkembang didaerah tertentu, yang sarat dengan nilai-nilai budaya dan tata nilai kehidupan masyarakat dan diajarkan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Melalui permainan tradisional, anak akan mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya, memperoleh pengalaman yang berguna dan bermakna, mampu membina hubungan dengan sesama teman, meningkatkan perbendaharaan kata, serta mampu menyalurkan perasaan-perasaan yang tertekan dengan tetap melestarikan dan mencintai budaya bangsa. Dalam hal ini peneliti akan berbicara mengenai permainan “Tilako”. Hal ini di dukung Menurut Gufrondalam (Halimah, 2008:772) menyatakan bahwa Nilai budaya yang terkandung dalam permainan tilako adalah: kerja keras, keuletan, dan sportivitas. Nilai kerja keras tercermin dari semangat para pemain yang

JURNAL EDU CIVIC MEDIA PUBLIKASI PRODI PPKN

  berusaha agar dapat mengalahkan lawannya. Nilai keuletan tercermin dari proses pembuatan alat yang digunakan untuk berjalan yang memerlukan keuletan dan ketekunan agar seimbang dan mudah digunakan untuk berjalan. Nilai sportivitas tercermin tidak hanya dari sikap para pemain yang tidak berbuat curang saat berlangsungnya permainan, tetapi juga mau menerima kekalahan dengan lapang dada.

  Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma- norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Berangkat dari ini, peneliti akan membahas 3 karakter berdasar pada Kemendikbud yaitu Kreatif, Mandiri dan semangat kebangsaan. Pembangunan karakter perlu dilakukan oleh manusia termasuk pembangunan karakter melalui permainan tradsional. Senada dengan hal tersebut, Sarumpaet dalam Samani Muchlas dan Hariyanto (2013: 45) bahwa pembangunan karakter adalah usaha paling penting yang pernah diberikan kepada manusia.

  Pembangunan karakter adalah tujuan luar biasa dari sistem pendidikan yang benar. Pendidikan rumah tangga maupun pendidikan dalam sekolah, orang tua dan guru tetap sadar bahwa pembangunan tabiat yang agung adalah tugas mereka.

METODE PENELITIAN

  Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Boglan & Biglan,S dalam Pupu Saiful Rahmat (2009:2) bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Menurut Whitney dan Moh.Nazir dalam Moleong (1999:32) bahwa metode deskriptif adalah pencarian fakta dalam interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap- sikap, pandangan-pandangan, serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh- pengaruh dari suatu fenomena.

HASIL PENELITIAN

  Peneliti menggunakan lembar observasi dan pedoman wawancara. Observasi yang peneliti gunakan ditujukan untuk anak-anak sebagai sampel dalam penelitian ini.

JURNAL EDU CIVIC MEDIA PUBLIKASI PRODI PPKN

  Dalam hal ini peneliti menggunakan sampel berjumlah 10 orang anak yakni Fahmi, Nur iftitah, Mohammad Fadel, Mohammad Rifky Baihaky, Nuraini, Najwa Fahira, Ubaidurrahman Al-Azzam, Abdul Mugni, Salwa Saskia, Farid Alamsyah. Lembar Observasi yang peneliti gunakan sebagai sampel sebagaimana tercantum dibawah ini, yaitu:

Tabel 4.4 : Lembar Observasi Anak

  1. Nama Permainan NO Nama Permainan

  1 “Tilako”

  2. Alat /Bahan NO Alat Bahan

  2  Golok.

  • Gergaji Bambu

  3. Cara Memainkan

  Cara Memainkan Kedua bambu dipegang kuat dalam posisi tegak, kemudian salah satu kaki diangkat tepat mengenai bambu pendek sebagai tempat kaki, kemudian kaki yang satunya ikut diangkat. Pada saat inilah, diperlukan keseimbangan agar tidak jatuh. Ibu jari kaki dan jari yang satu dijepitkan pada bambu panjang, dan apabila sudah seimbang maka jari ikut menjepit menentukan kekuatan di samping tangan yang memegang. Untuk mengangkat dan melangkah seperti layaknya orang berjalan.

  4. Aspek yang di Kembangkan Aspek Yang Dikembangkan Observasi

  1. Kreatif Kreatif berarti inovatif, hal ini dapat dilihat dari anak dapat membuat permainan ini sesuai dengan cara yang mereka ketahui dan bantuan alat-alat permainan yang ada disekitar mereka dan memainkan permainan ini dengan cara mereka mengekspresikan dirinya dalam bermain dan menyeimbangkan tubuhnya dalam

JURNAL EDU CIVIC MEDIA PUBLIKASI PRODI PPKN

  bermain sehingga permainan tidak monoton dan tidak menjenuhkan.

  2. Mandiri Dapat memainkan permainan ini secara personal dan memiliki kepercayaan diri terhadap kemampuan yang mereka miliki sehingga anak dapat memiliki sikap kemadirian penuh dalam dirinya.

  3. Semangat Kebangsaan

  Belajar permainan ini tidak takut jatuh dan mau mencoba sehingga mengajarkan anak harus siap jatuh dan mengajarkan sikap ketika mereka gagal mereka harus bangkit kembali karena permainan ini tidak semudah yang mereka lihat, permainan ini harus memiliki teknik tertentu sehingga anak berhasil berjalan dan menyeimbangkan tubuhnya.

Tabel 4.3 Hasil Wawancara Informan No PERTANYAAN JAWABAN

  1 Apakah yang anda ketahui tentang te permainan “tilako”? Untuk pertanyaan ini,

  10 informanmenjawab Permainan Tilako itu permainan yang menggunakan bambu, permainan orang zaman dahulu.

  2 Apakah anda mengetahui bahan apa saja kah yang digunakan dalam membuat permainan tilako?

  8informan menjawab, bahan yang digunakan adalah bambu, dan 2 informan lainnya menambahkan bahan yang digunakan adalah alat untuk melobangi (Golok) dan gergaji

  3. Bagaimana cara memainkan permainan “tilako”? 5 informan menjawab kaki diangkat ke atas bambu kemudian berjalan, 2 informan menjawab harus seimbangkan kaki, 2 informan menjawab permainan ini hanya untuk laki-laki dan 1

JURNAL EDU CIVIC MEDIA PUBLIKASI PRODI PPKN

  informanmenjawab tidak mampu menjelaskan karena hanya melihat.

  4 Menurut anda, bagaimana minat anak 7 informan menjawab kurang minat terhadap permainan “tilako”? karena sudah jarang dijumpai, 3informan menjawabdikalahkan dengan permainan modern yang ada. Namun ada yang mendukung jawabannya anak- anak tidak minat karena tidak diwarisi oleh orang tuanya.

  5 Dapatkah permainan “Tilako” ini 8 informan menjawab ya, 2 informan mengembangkan karakter anak ? menjawab mungkin.

  Permainan tradisional adalah permainan turun temurun yang syarat dengan nilai- nilai luhur budaya bangsa, permainan tradisional ini dapat dijadikan sebagai salah satu media pengembangan karakter anak sebagai perwujudan dalam perkembangan budaya bangsa. Hal ini terwujud pada penelitian ini yakni terfokus terhadap pengembangan karakter anak melalui permainan tradisional, didukung peneliti adalah bagian dari dunia pendidikan bangsa yang seyogyanya memberikan kontribusi dalam pengembangan karakter anak-anak bangsa. Memberikan pembelajaran terhadap anak tidak melulu harus dalam dunia pendidikan formal, melalui permainan anak-anak juga dapat belajar dan memahami sesuatu karena dunia anak adalah dunia bermain maka peneliti menyajikan permainan tradisional “Tilako” sebagai bentuk media pembelajaran bagi anak sehingga anak tidak bosan karena mereka bermain sesuai dengan kesenangan mereka tanpa disadari letak proses pembelajaran sebenarnya telah mereka lewati. Melalui wawancara sebelumnya dengan tokoh masyarakat dan orang tua anak, maka peneliti memperkenalkan permainan tradisional “Tilako” ini kepada anak. Pada saat peneliti berbicara dengan anak-anak mereka menyatakan kesenangan mereka terhadap permainan ini. Hal ini dapat menggambarkan bahwa pembelajaran bagi anak akan terasa lebih baik jika pembelajaran didasarkan pada dunia mereka yakni dunia main.

   Manhfud, M.Gamar Permainan tradisional Tilako itu sendiri merupakan

  gabungan dari dua kata, yaitu “ti” dan “lako”.“Ti” adalah kata awalan yang

JURNAL EDU CIVIC MEDIA PUBLIKASI PRODI PPKN

  menunjukkan kata kerja dan “lako” secara harfiah berarti “langkah/jalan”. Dalam permainan ini “Tilako” adalah alat yang dipakai untuk melangkah atau berjalan. Permainan ini dalam dialek Rai disebut kalempa yang juga merupakan gabungan dari dua kata, yaitu “ka” dan “lempa”.“Ka” adalah kata awalan yang menunjukkan kata kerja dan “lempa” berarti “langkah”. Permainan “Tilako” merupakan permainan yang terbuat dari bambu (Volo) dengan alat yang digunakan dalam pembuatan permainan ini adalah golok(Babe)dan gergaji untuk memotong bambu atau meluruskan bagian bambu yang harus diluruskan.Menurut Mahfud M.Gamar (2011:23)bahwa makna dari permainan ini adalah sebagai lambang kedewasaan, ketangkasan dan lambang keberanian sehingga permainan ini baik digunakan untuk media pengembangan karakter anak.

  Salah satu upaya pengembangan untuk menjadikan anak berkarakter, adalah dengan penanaman nila-nilai karakter dalam kehidupan melalui berbagai macam aktivitas. Berangkat dari hal ini, akan dibahas mengenai karakter yang dikembangkan melalui sebuah permainan tradisional “Tilako”. Karakter yang peneliti maksud adalah sebagai berikut.

  a) Kreatif Kreatif adalah memiliki daya cipta, mempunyai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun kenyataan yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Dalam bahasa lokalnya (Kaili Tara) kreatif disebut sebagai Nempajadi Anumaka Belo atau atau biasa disebut sebagai dapat menciptakan sesuatu yang baru. Nilai kreatif pada permainan ini terletak pada bagaimana anak dapat membuat permainan ini sesuai dengan yang mereka ketahui dan cara seorang anak memainkan permainan ini sesuai dengan kekreatifan mereka dalam mengekspresikan dirinya dalam bermain. b) Mandiri

  Mandiri adalah sikap kepercayaan diri terhadap kemampuan yang dimilikinya. Mandiri dalam hal ini dapat dikatakan sebagai sikap tidak bergantung pada orang lain, direlevankan dengan bahasa lokal maka mandiri biasa disebut sebagai Tanesarumaka yakni tidak bergantung. Ketika anak memainkan permainan ini tentu mereka berjalan menggunakan bambu seorang diri dan memperlihatkan kemampuannya terhadap teman- teman yang lain. Bermain seorang diri atau secara personal ini memiliki arti bahwa setiap anak seharusnya memiliki kemandirian penuh terhadap dirinya dan tidak merasa

JURNAL EDU CIVIC MEDIA PUBLIKASI PRODI PPKN

  malu dalam memainkan permainan ini. “Tilako” mengajarkan anak untuk memiliki sikap mandiri sehingga terbukti bahwa permainan “Tilako” ini telah menunjukan nilai lokalnya yang diwarisi oleh anak.

  c) Semangat Kebangsaan Semangat Kebangsaan dalam bahasa lokal (Kaili Tara) biasa disebut sebagai

  

Mampakeni Todea/Mempatuvu kampu dalam artian bahwa semangat kebangsaan dapat

  dikatakan sebagai sikap tidak menyerah/tidak putus asa. Semangat kebangsaan pula dalam permainan ini dapat digambarkan dengan kata “Trial and Error” artinya setiap anak mengalami kegagalan, anak diajarkan untuk bangkit kembali. Ketika anak ingin bermain “Tilako” anak harus siap jatuh karena permainan ini sebenarnya tidak semudah yang dilihat. Pada dasarnya, anak memiliki sifat rasa ingin tahu yang tinggi sehingga membuat anak terus mencoba dan mencoba. Dalam memainkan permainan ini harus memiliki teknik tertentu sehingga anak tidak jatuh dan mampu menyeimbangkan dirinya ketika berjalan, hal ini mengajarkan anak dalam kehidupan kelak mereka harus mampu meyeimbangkan segala sesuatunya sesuai dengan porsi keinginan dan kebutuhan mereka. Anak juga dituntut harus mampu berfikir dengan resiko yang dihadapi sehingga mereka tetap dalam keseimbangan yang sesuai dengan koridornya.

  Pengembangan karakter melalui permainan tradisional “Tilako” ini berhasil mengajarkan kepada kita semua bahwa “Tilako” adalah salah satu jenis budaya bangsa yang dapat digunakan untuk mengembangkan karakter anak. Permainan “Tilako” memberikan bukti bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dikembangkan melalui permainan tradisional sebagaimana dijelaskan di atas bahwa permainan ini mengajarkan kepada anak, setiap anak seyogyanya bersikap positif dalam bermain.

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa permainan tradisional ”Tilako” memiliki nilai lokal baik yang peneliti kaitkan dengan karakter yang telah ditetapkan oleh kemendikbud yakni 18 karakter namun peneliti spesifikan terhadap 3 karakter yakni kreatif, mandiri dan semangat kebangsaan sehingga dapat disimpulkan bahwa permainan tradisional “Tilako” dapat dijadikan sebagai media pengembangan karakterkreatif, mandiri dan semangat kebangsaan dalam diri anak.

JURNAL EDU CIVIC MEDIA PUBLIKASI PRODI PPKN

  Saran

  Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti sebagai masukan bagi guru dan orang tua sebagai pendidik bagi anakkiranya dalam proses mendidik anak dapat menggunakan permainan “Tilako” sebagai media pengembangan karakter anak serta dapat dijadikan acuan untuk perbaikan proses pembelajaran khususnya dalam mengembangkan karakter sehingga anak dapat mengenali budaya bangsanya melalui jenis permainan tradisional.

DAFTAR RUJUKAN

  Gamar,M.M (2011). Permainan Tradisional sulawesi Tengah. Quanta press:Sulawesi Tengah

  Kurniati,E.(2016). Permainan Tradisional dan perannya dalam mengembangkan

  keterampilan sosial anak. prenadamedia Group:Jakarta

  Muchlas,S dan Hariyanto.(2013).Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Remaja Rosda Karya:Bandung

  Rahmat,P.S.(2009).Equilibrium Penelitian Kualitatif).[Online].Tersedia: https://scholar.google.co.id/scholar?q=related:Ogg0mUuB- dIJ:scholar.google.com/&hl=id&as_sdt=0,5 (Diakses pada 30 November 2017)

  Halimah. (2008). Permainan Tilako Sulawesi Tengah. [ Online]. Tersedia: http://uun-

  halimah.blogspot.co.id/2008/08/permainan-tilako-sulawesi tengah.html. [23

  Februari 2017]