Tugas Membuat Paper Jurnal Tema Jenis je

Tugas Membuat Paper (Jurnal) Tema: Jenis-jenis Bank
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA ANTAR JENIS-JENIS BANK DI INDONESIA
Dennis Mahardika, Gena Enka Lestari, Geni Enka Lestari, Luthfi Yuliana, dan Oktavia Rahmi
Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma
Jakarta
ABSTRAK
Sehubungan dengan jenis-jenis bank yang ada di Indonesia yaitu bank umum, bank konvensional, bank BPR,
dan bank syariah maka paper ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kinerja antar jenis bank di Indonesia
dengan indikator rasio keuangan. Pengumpulan data ini berupa data sekunder yaitu mengumpulkan data dari
penelitian-penelitian yang sudah ada dalam bentuk jurnal dengan teknik analisis deskriptif. Analisis ini
membandingkan kinerja keuangan antara Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional, antara BPR
Konvensional dengan BPR Syariah, antara BPR Perseroan Terbatas dengan BPR Koperasi, antara Bank Asing
dengan Bank Umum, serta antara Bank Pemerintah dengan Bank Swasta Nasional. Perbandingan kinerja
keuangan bank umum syariah dan bank umum konvensional periode 2012; rasio keuangan CAR, NPL, ROA
sudah memenuhi standar BI dan tidak ada perbedaan yang signifikan. Dari segi LDR keduanya sudah
memenuhi standar, namun terdapat perbedaan kinerja keuangan yang signifikan. Sedangkan untuk BOPO bank
syariah belum memenuhi standar. Pada periode 2010-2011, kinerja keuangan BPR konvensional lebih besar
dari BPR Syariah dilihat dari tingkat ROA. Selama periode 2010-2012 resiko keuangan BPR koperasi memiliki
resiko keuangan lebih tinggi dari BPR perseroan terbatas. Secara keseluruhan baik bank asing maupun bank
domestik menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan baik dilihat dari faktor rentabilitas maupun likuiditasnya.
Pada periode 2008-2010, ROA bank pemerintah lebih baik jika dibandingkan dengan ROA bank swasta

nasional. Sedangkan CAR, NIM, LDR, NPL tidak menunjukkan adanya perbedaan kinerja keuangan bank
swasta nasional dengan bank pemerintah.
Kata Kunci: Jenis-jenis Bank, Rasio Keuangan
PENDAHULUAN
Industri perbankan di Indonesia semakin berkembang pesat. Hal tersebut ditandai dengan semakin
banyaknya pendirian dan perluasan bank. Ditambah lagi dengan berbagai variasi produk yang ditawarkan oleh
Bank. Sehingga masyarakat dapat memilih alternatif lain untuk menyalurkan dan meminjam dana, selain dengan
cara tabungan dan kredit. Selain itu, masyarakat juga dapat menggunakan layanan yang ditawarkan oleh Bank
untuk memperlancar transaksi. Hal tersebut dilakukan oleh Bank dengan tujuan supaya produk yang dihasilkan
serta citra perusahaan dinilai baik dan dapat diterima oleh masyarakat. Di samping itu, beberapa point tersebut
juga dapat menjadi dasar penilaian masyarakat dalam memilih bank secara selektif.
Hasil penelitian sebelumnya (Nazrian dan Hidayat, 2012) menemukan bahwa beberapa kriteria yang
dinilai nasabah untuk memutuskan memilih suatu bank yaitu (1) 24,6% berasal dari kriteria produk; (2) 24,0%
berasal dari kriteria lokasi; (3) 18,6% berasal dari kriteria jaminan keamanan; (4) 16,5% berasal dari kriteria
promosi; dan (5) 16,3% berasal dari kriteria kredibilitas. Selain itu kita juga dapat menilai bank dari
kesehatannya. Penilaian tersebut nantinya akan memengaruhi seberapa besar tingkat masyarakat dalam
menyimpan maupun meminjam dana dari bank tersebut.
Sebagai financial intermediary, yaitu menghimpun dana dan menyalurkannya ke masyarakat atau ke
pihak-pihak yang produktif. Pihak-pihak produktif disini merupakan pihak yang meminjam dana dimaksudkan
untuk sebagai modal membuka usaha (produksi). Sukses tidaknya produksi dipengaruhi oleh kinerja perbankan,

sebab perbankan berperan dalam penyediaan dana. Kinerja perbankan yang rendah dapat menyebabkan sector
produksi kekurangan dana sehingga dia tidak dapat beroperasi sebagaimana mestinya. (Ratri, 2009)
Sudut pandang efisiensi dapat kita gunakan sebagai ukuran kinerja perbankan. Sebab tingkat efsiensi
yang berhasildicapai oleh suatu bank mencerminkan kualitas kinerja yang baik. Berdasarkan peraturan Bank
Indonesia No.6/10/PBI/2004, tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek
yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui Penilaian Kualitatif atau Penilaian Kuantitatif
terhadap faktor-faktor permodalan (capital), kualitas asset (assets quality), manajemen (management),
rentabilitas (earning), likuiditas (liquidity), dan sensitivitas terhadap resiko pasar (sensitivity to market risk).
Menurut Nasser dan Aryati, 2000 (didalam Handayani, 2005), tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa
indikator. Salah satu indikator yang dapat digunakan sebagai dasar penilaian yaitu laporan keuangan bank yang
bersangkutan. Berdasarkan laporan itu, dapat kita hitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar
penilaian tingkat kesehatan.
Kesehatan bank dapat kita ketahui dengan cara menghitung beberapa rasio keuangan bank. Beberapa
rasio itu adalah CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL (Non Performing Loan), ROA (Return on Asset), LDR (Loan

to Deposit Ratio), dan BOPO (Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional). Tujuan dari
penelitian ini yaitu membandingkan kinerja dan menganalisanya dari berbagai jenis bank di Indonesia dengan
melihat rasio-rasio keuangan yang sudah ditetiliti oleh penelitian sebelumnya.
TINJAUAN TEORITIS
Definisi Bank

Menurut UU tentang perbankan No.10 tahun 1998, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan perbankan merupakan
segala sesuatu yang menyangkut bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya.
Dari definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa Bank merupakan suatu organisasi yang menghimpun
dana dari masyarakat (source of fund) dan menyalurkannya kepada masyarakat (use of fund) atau biasa disebut
sebagai financial intermediary. Bank sangat erat kaitannya dalam proses transaksi. Selain itu, bank juga
menyediakan jasa-jasa perbankan lain yang dapat dijadikan alternatif pilihan dalam memenuhi kebutuhan
konsumen (nasabah).
Fungsi Bank
Menurut Irsyad Lubis, 2010 dalam Nazrian dan Hidayat, 2012, fungsi bank diklasifikasikan sebagai
berikut.
1. Sebagai Agent of Trust
Aktivitas bank sebagai financial intermediary menjalankan fungsinya atas dasar kepercayaan yang diterima oleh
bank dari masyarakat. Bentuk kepercayaan yang diberikan yaitu berupa amanat agar bank mengelola dan
mengamankan dana yang disimpan masyarakat di babk tersebut.
2. Sebagai Agent of Development
Aktivitas bank sebagai financial intermediary dapat mempertemukan sector riil dan sector moneter untuk
berinteraksi. Sebagian besar peredaran uang dalam perekonomian terjadi melalui institusi perbankan, sehingga

interaksi sector riil dan sector moneter diharapkan berjalan dengan baik demi mendukung proses pembangunan.
3. Sebagai Agent of Service
Bank juga diketahui sebagai lembaga yang bergerak dibidang jasa yang lebih beragam, dengan kata lain
aktivitas perbankan tidak hanya terbatas dalam menghimpun dan menyalurkan dana di tengah masyarakat.
Penggolongan Bank
Jika dilihat dari fungsinya, Bank digolongkan menjadi Bank Sentral, Bank Umum, dan BPR. (Raharjo
dkk. 2008)
1. Bank Sentral
Berdasarkan Undang-undang nomor 3 tahun 2004 (perubahan UU no. 23 tahun 1999) tentang Bank Indonesia,
yang dimaksud Bank sentral adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang untuk mengeluarkan alat
pembayaran yang sah dari suatu negara, merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan
menjaga kelancaran system pembayaran, mengatur dan mengawasi perbankan, serta menjalankan fungsi
sebagai Lender of the last resort.
2. Bank Umum
Bank Umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, di mana dalam
pelaksanaan kegiatan usahanya dapat secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah. Bank umum
merupakan bank yang pengumpulan dananya, terutama menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito,
dan dalam usahanya memberikan kredit jangka pendek.
3. BPR
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, yang dalam

pelaksanaan kegiatan usahanya dapat secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah. Bank Perkreditan
Rakyat hanya menerima simpanan dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
Jika dilihat dari sudut kepemilikan modal, Bank dibagi menjadi Bank milik pemerintah, Bank milik swasta
nasional, dan Bank milik swasta asing. (Raharjo dkk. 2008)
1) Bank milik Pemerintah/Bank Persero adalah bank yang seluruh sahamnya dimiliki pemerintah. Contoh: BNI, BRI,
Bank Mandiri, dan BTN.

2) Bank milik Swasta Nasional adalah bank bank-bank yang modalnya dimiliki oleh pengusaha nasional Indonesia
atau badan-badan hukum yang anggota atau pemiliknya merupakan warga negara Indonesia. Contoh: Bank
Danamon, Bank Niaga, Bank Bukopin, dan lain-lain.
3) Bank milik Swasta Asing adalah Bank swasta asing adalah cabang dari bank asing yang pusatnya diluar negeri
(membuka kantor di Indonesia), yang kegiatan operasinya diatur dengan ketentuan sendiri. Seluruh sahamnya
dimiliki oleh warga negara asing atau badan-badan hukum yang anggota dan pemiliknya merupakan warga
negara asing. Contoh: CitiBank, Bank of America N.A, dan lain-lain.
Jika dilihat dari sudut kegiatan operasional, Bank dibagi menjadi Bank Konvensional dan Bank Syariah.
(Raharjo dkk. 2008)
Bank Konvensional
Berdasarkan pasal 1 ayat 4 undang-undang RI nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, Bank
Konvensional adalah Bank yang menjalankan usahanya secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri

atas Bank Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat.
Bank Syariah
Berdasarkan pasal 1 ayat 7 undang-undang RI nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, Bank Syariah
adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri
atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiyaan Rakyat Syariah.
Konsep Efisiensi Perbankan
Untuk mengetahui kinerja pada masing-masing bank, kita dapat menggunakan analisis rasio keuangan.
Menurut Purwaningsih (2008:85-99), rasio keuangan merupakan ekspresi hubungan antara angka-angka
laporan kuangan sehingga menghaslkan informasi yang lebih bermakna. Menurut Foster (1986 didalam
Purwaningsih, 2008:85-99), ada 4 hal yang mendorong analisis laporan keuangan menggunakan model rasio
keuangan, yaitu: (1) Mengendalikan pengaruh perbedaan besaran antar perusahaan atau antar waktu; (2)
Membuat data menjadi lebih memenuhi asumsi alat statistik yang digunakan; (3) Meninvestigasikan teori yang
terkait dengan rasio keuangan; dan (4) Mengkaji hubungan empiris antara rasio keuangan dan estimasi atau
prediksi variable tertentu (misalnya, kebrangkrutan). Untuk menghitung rasio keuangan kita dapat menggunkana
pedoman perhitungan rasio keuangan Bank Indonesia yang dilampirkan pada lampiran 14 mengenai Surat
edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001.
CAR (Capital Adequacy Ratio) untuk menghitung rasio permodalan, NPL (Non Performing Loan) untuk
menghitung aktiva produktif, dan ROA (Return on Asset) untuk menunjukkan kemampuan dari keseluruhan
aktiva yang ada yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan, LDR (Loan to Deposit Ratio) untuk melihat
indikator kerawanan atau kemampuan dalam suatu Bank, dan BOPO (Rasio Biaya Operasional terhadap

Pendapatan Operasional) unruk menghitung tingkat efisiensi bank..
(1) CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang
dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang
diberikan (Dendawijaya 2005:121 didalam Yuwono, 2012). Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu
membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas. (2) NPL (Non
Performing Loan) adalah kredit bermasalah dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan
ketentuan Bank Indonesia tentang kualitas aktiva produktif yang berlaku (SE, No.6/9/PBI/2004 didalam Alhaq
dkk). Menurut Alhaq dkk. apabila NPL semakin rendah maka bank tersebut mengalami keuntungan, sebaliknya
jika tingkat NPL tinggi maka bank tersebut akan mengalami kerugian yang diakibatkan oleh tingkat pengembalian
kredit macet. (3) ROA (Return on Asset) menurut Utami (2012) merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah asset yang digunakan. Menurut
Ang (1997:18.33 didalam skripsi Setiawan,2011) semaikin besar ROA menunjukan kinerja yang semakin baik,
karena tingkat pengembaliannya semakin besar. Dengan semakin tingginya ROA meningkatkan daya tarik
investor sehingga harga saham meningkat. (4) LDR (Loan to Deposit Ratio) adalah rasio antara jumlah kredit
yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank (Dendawijaya 2005:121 didalam Yuwono, 2012). (5)
BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) adalah rasio rentabilitas yang menggambarkan
tingkat efisiensi bank. Semakin besar rasio BOPO yang dimiliki oleh suatu Bank maka semakin rendah tingkat
efisiensi bank tersebut (Rakhmawati dan Hermana, 2005).
METODOLOGI
Pengumpulan data ini menggunakan analisis descriptive yang menjelaskan beberapa perbandingan

antar variable-variabel keuangan yang mempengaruhi kinerja antara Bank Umum Syariah dengan Bank Umum
Konvensional, antara BPR Konvensional dengan BPR Syariah, antara BPR Perseroan Terbatas dengan BPR
Koperasi, antara Bank Asing dengan Bank Umum, serta antara Bank Pemerintah dengan Bank Swasta Nasional.
Data :
Data-data yang digunakan dalam membandingkan antara jenis-jenis bank dengan rasio keuangan
adalah dengan mengambil beberapa contoh laporan keuangan secara sampling dari Bank Umum Syariah, Bank

Umum Konvensional, BPR Konvensional, BPR Syariah, BPR Perseroan Terbatas, BPR Koperasi, Bank Asing,
Bank Umum, Bank Pemerintah dan Bank Swasta Nasional.
Variabel :
Variabel yang digunakan untuk memperhitungkan persentase(%) rasio keuangan beberapa jenis Bank
untuk mengetahui hubungan kinerja antar satu Bank dengan Bank lainnya yaitu ; CAR (Capital Adequacy Ratio),
LDR (Loan to Deposit Ratio), NPL (Non Perfoming Loans), BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional), ROA(Return On Assets), dan NIM (Net Interest Margin)
PEMBAHASAN
1.

Analisis kinerja Bank Umum Konvesional vs Bank Umum Syariah
Berikut ini tabel kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional di Indonesia :
Tabel 1

Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional
Rasi
o
(%)

BANK UMUM SYARIAH
2006

2007

CAR

13,7
3

LDR

98,9

10,6

7
99,7
6

NPL

4.75

BOP
O
ROA

2008
12,81

200
9
10,7
7


BANK UMUM KONVESIONAL
201
0
16,7

2006
21,2
7
61,5
6

200
7

66,3
2

200
8
16,7
6
74,5
8

200
9
17,4
2
72,8
8

201
0
17,1
8
75,2
1

19,3

103,6
5

89,7

87,6

4,05

4,17

4,01

6,5

6,07

4,07

3,2

3,31

2,56

76.7
7

76,5
4

81,75

84,3
9

82,3
8

86,9
8

84,0
5

88,5
9

86,6
3

86,1
4

1.55

2.07

1.42

1.48

1,59

2,64

2,78

2,33

2,6

2,86

Sumber: WIDYA WAHYU NINGSIH (2012), dalam: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK
UMUM SYARIAH DENGAN BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA

Tabel diatas menunjukkan kinerja Bank umum syariah dan Bank Umum
Konvensional yang diukur dari tingkatan rasio. Dari segi permodalan Bank umum
syariah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan telah memenuhi
standar kecukupan modal dari BI, yaitu 8 %. Dapat kita lihat perbedaaan yang
tidak terlalu besar anatar CAR Bank umum syariah dengan Bank Umum
Konvensional, hanya sekitr 6-9 %.Semakin tinggi nilai CAR, maka akan semakin
bagus kualitas permodalan bank tersebut, (Widya,2012). Dari Segi NPL Bank
Umum syariah telah memenuhi standar dari BI yaitu dibawah 5 % dan tidak
terdapat perbedaan yang terlalu jauh dibanding Bank Umum Konvensional,
semakin rendah nilai NPL maka akan semakin baik kualitas asset suatu bank.
Untuk LDR Bank Umum Syariah juga telah memenuhi standar terbaik dari Bi
yaitu antara 85%-110%terdapat perbedaan LDR yang signifikan antara bank
konvensional dengan bank syariah, (Anonio, 2001). Untuk BOPO sendiri Bank
umum syariah belum memenuhi standar dari Bank Indonesi yaitu 92% semakin
rendah nilai BOPO maka akan semakin baik kualitasnya. Dari segi ROA Bank
Umum Syariah dan Bank Umum konvensional telah memenuhi standar terbaik
dari BI yaitu 1,5% , semakin tinggi nilai ROA maka akan semakin baik
kualitasnya. Secara umum rasio-rasio likuiditas Bank Umum Syariah ”S” relatif
lebih baik dibanding Bank Umum Konvensional “K”, (Nuryati 2011).
2.

Analisis kinerja BPR konvensional vs BPR Syariah
Berdasarkan penelitan (Umar Hamdan, 2005) Secara umum rasio-rasio likuiditas BPR Syariah relatif
lebih baik dibanding BPR Konvensional, dan perbandingan tingkat resiko keuangan berdasarkan hasil analisis
diskriminan (Z-score)menunjukkan kedua BPR berada pada posisi “gray”. Namun nilai Z BPR Syariah relatif
lebih tinggi dibanding BPR Konvensional, yang berarti resiko BPR relatiflebih rendah dibanding BPR
Konvensional Berdasarkan penelitian (LITTA RACHMALIA, 2012) Kinerja Keuangan suatu perbankan dapat
dilihat dari berbagai aspek, salah satunya adalah dengan cara melihat tingkat ROA pada suatu perbankan itu
sendiri. Adapun perhitungan tingkat ROA pada bank perkreditan rakyat konvensional tersebut diperoleh dari
Laba tahun berjalan dibagi dengan total aset dikali dengan 100%. Laba tahun berjalan disini merupakan rata-rata
laba sebelum pajak selama 12 bulan terakhir.

Tabel 2
ROA % BPR KONVENSIONAL DAN BPR SYARIAH
PERIODE 2010-2011
BPR
tahun dan bulan
BPR Syariah
Konvensional
Jan-10

3,55

3,55

Feb-10

3,74

3,48

Mar-10

3,91

3,57

Apr-10

4,00

3,67

Mei-10

3,98

3,97

Jun-10

3,95

3,71

Jul-10

3,86

3,68

Agust-10

3,67

3,52

Sep-10

3,46

3,47

Okt-10

3,20

3,61

Nop-10

3,37

3,59

Des-10
Rata-rata selama
tahun 2010

3,16

3,49

3,65

3,61

Jan-11

4,03

2,83

Feb-11

3,77

2,84

Mar-11

3,92

2,71

Apr-11

3,95

2,65

Mei-11

3,92

2,73

Jun-11

3,83

2,72

Jul-11

3,77

2,74

Agust-11

3,63

2,72

Sep-11

3,57

2,8

Okt-11

3,59

2,39

Nop-11

3,53

2,53

Des-11
3,32
2,67
rata-rata selama
tahun 2011
3,74
2,69
Rata-rata
keseluruhan
3,70
3,15
Sumber: LITTA RACHMALIA (2012), ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN ANTARA BPR
KONVENSIONAL DENGAN BPR SYARIAH DI INDONESIA

Seperti pada tabel diatas, Kinerja keuangan pada Bank Perkreditan Rakyat
Konvensional Pada periode 2010 tingkat ROA terendah ada pada bulan
Desember yaitu sebesar 3,16%, sedangkan tingkat ROA tertinggi ada pada bulan
April dengan tingkat ROA sebesar 4,00 %. Selanjutnya pada periode tahun 2011
tingkat ROA terendah ada pada bulan Desember dengan tingkat ROA sebesar
3,32 %, sedangkan untuk tingkat ROA tertinggi sendiri ada pada bulan Januari
yaitu sebesar 4,03 %.
Dari data pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat ROA Bank
Perkreditan Rakyat pada periode tahun 2009-2010 bersifat fluktuatis naik-turun
pada setiap bulannya. Hal tersebut disebabkan karena adanya kenaikan dan
penurunan jumlah Laba Rugi tahun berjalan dan total aset.
Sedangkan tingkat ROA yang ada pada Bank Perkreditan Rakyat Syariah
terus mengalami peningkatan setiap bulannya kecuali pada bulan desember
pada tahun 2010 yang mengalami penurunan dari bulan sebelumnya yaitu bulan
November. Akan tetapi terjadi penurunan tingkat ROA yang sangat kontras

terjadi pada tahun berikutnya yaitu pada tahun 2011. Pada tahun 2011 tingkat
ROA mengalmi penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu
pada tahun 2010.
Secara keseluruhan tingkat ROA Bank Perkreditan Rakyat Konvensional
jumlah nominalnya lebih besar dari Bank Perkreditan Rakyat Syariah.Hal ini
disebabkan karena jumlah laba rugi tahun berjalan pada Bank Perkreditan Rakyat
Konvensionnal lebih besar jumlahnya daripada jumlah laba rugi tahun berjalan
pada bank perkreditan rakyat syariah, begitu juga dengan total aset yang dimiliki
oleh Bank Perkreditan Rakyat Konvensional jumlahnya lebih besar dibandingkan
dengan jumlah total aset yang ada pada Bank Perkreditan Rakyat Syariah. Hal ini
yang mengakibatkan jumlah nominal ROA pada Bank Perkreditan Rakyat
Konvensional lebih besar bila dibandingkan dengan Bank Perkreditan Rakyat
Syariah.
Namun bila dilihat dari pertumbuhannya ROA pada Bank Perkreditan
Rakyat Syariah memiliki trend yang meningkat dari bulan ke bulannya, kecuali
pada akhir tahun 2010 mengalami penurunan pada bulan Desember
2010.Sedangkan untuk bank Perkreditan Rakyat Konvensional tingkat ROAnya
bersifat fluktuatif atau dengan kata lain mengalami kenaikan dan penurunan
disetiap bulannya.
3.

Analisis Kinerja BPR PT dan BPR Koperasi
Hasil perhitungan Z score tahun 2010-2012
2010

2011

2012

Z score BPR PT

2,13

2,12

1,95

Z score BPR KOP

1,83

1,65

2,3

Sumber: Andreas Miknyo Jadmiko (2013), ANALISIS PERBANDINGAN RESIKO KEUANGAN BANK PERKREDITAN
RAKYAT (BPR) PERSEROAN TERBATAS DAN BPR KOPERASI

Hasil Perhitungan Z-Score memberikan informasi bahwa selama tiga tahun, Nilai Z berada pada kisaran
2,01. Informasi tersebut mencerminkan bahwa kondisi BPR Perseroan Terbatas ”PT” berada dalam posisi “Gray”
sehingga tidak mudah untuk menentukan apakah akan sehat atau pailit, namun karena nilai Z kurang dari 2.99,
maka dapat dikatakan bahwa tingkat resiko keuangan pada BPR Perseroan Terbatas “PT” tergolong tinggi, hal
ini dapat mengakibatkan kepailitan dalam jangka panjang. Sedangkan untuk BPR KOP Nilai Z berada pada
kisaran 1,83. Informasi tersebut mencerminkan bahwa kondisi BPR Koperasi ”KOP” berada dalam posisi “Gray”
sehingga tidak mudah untuk menentukan apakah akan sehat atau pailit. Bahkan nilai Z pada BPR
Koperasi“KOP” relatif lebih rendah dibandingkan dengan nilai Z pada BPR PerseroanTerbatas “PT”

4.

Analisis Kinerja Bank Domestik vs Bank Asing
Bank asing didalam operasionalnyaberbasiskan cash based dan bank
domestik berdasarkan accrual based.
Hasil Perhitugan SPSS
Rasio
ROA
BOPO
NPL
LDR

Jenis Bank
Bank Asing

mean
1,8037

Bank Umum

1,2896

Bank Asing

37,5991

Bank Umum

52,1433

Bank Asing

8,0028

Bank Umum

3,786

Bank Asing

56,6315

Bank Umum
42,0666
Sumber: Tan Henry dalam ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN ANTARA BANK ASING DAN BANK UMUM DI
INDONESIA

Secara keseluruhan baik bank asing maupun bank domestik menunjukkan perbedaanyang cukup
signifikan baik dilihat dari faktor rentabilitas maupun likuiditasnya. Dari sisirentabilitas dapat dilihat bahwa Return

on Assets (ROA) dari bank asing lebih tinggi daripadabank domestik ini menunjukan bahwa apabila rasio ini
meningkat maka aktiva bank telah digunakan dengan optimal untuk memperoleh pendapatan bank, untuk bank
asing peningkatan jelas terlihat dari sisi pendapatan non bunga atau fee base income seperti trade finace
ataupun kredit card, selain itu penyaluran kredit bank asing juga lebih baik dari bank domestik walaupun kredit
yang mereka lebih focus kepada kredit konsumsi dengan plafon yang tidak terlalu tinggi dan berjangka waktu
pendek seperti kartu kredit sehingga ROA mereka lebih besar dari bank domestik.
Dari sisi rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) bank asing juga
mempunyai nilai rata-rata yang lebih rendah dari bank domestik, ini berarti bank asing mempunyai tingkat
efisiensi yang tinggi dalam melakukan operasional perbankannya dikarenakan bank asing lebih menitikberatkan
pada ekspansi fee base income dimana dari sisi pemasarannya lebih membutuhkan biaya operasional yang
lebih kecil dibandingkan bankdomestik yang untuk melakukan ekspansi kreditnya membutuh biaya yang besar
dan resiko yang lebih besar juga karena bila kredit tersebut macet maka pihak bank harus mengeluarkan biaya
tambahan untuk pencairan kredit macet tersebut, selain itu biasanya bank domestik mempunyai pandangan
bahwa untuk lebih dikenal dan dapat lebih banyak mendapatkan nasabah baru maka harus mempunyai gedung
yang megah dan tempat transaksi yang eksklusif hal tersebut juga merupakan salah satu faktor penyebab
tingginya biaya operasional mereka.
Dari sisi rentabilitas atau aktiva produktif dapat dilihat bahwa bahwa LDR dari bank asing lebih tinggi
daripada bank domestik ini menunjukan bahwa penyaluran kredit bank asing lebih besar ini dikarenakan bank
asing lebih terfokus kepada kredit konsumsi dengan plafon yang tidak terlalu tinggi dan berjangka waktu pendek
seperti kartu kredit sehingga LDR mereka lebih besar dari bank domestik. Salah satu faktor yang menyebabkan
LDR bank domestik masih rendah adalah karena bank domestik masih belum berani melakukan ekspansi kredit
sehingga dana masyarakat yang ada hanya dihimpun menjadi dana tidak produktif dan hanya digunakan untuk
membeli SBI saja.
Dari sisi aktiva produktif terutama dari sisi rasio NPL bank asing lebih tinggi daripada bank domestik ini
dikarenakan tingkat penyaluran kredit mereka yang lebih tinggi dari bank domestik sehingga tingkat kredit
macet yang terjadi pada bank asing juga lebih tinggi.

5.

Analisis kinerja Bank Pemerintah dan Bank Swasta Nasional
Tabel 3.Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Swasta Nasional
dengan Bank Pemerintah

Rasi
o

Bank
Swasta
Nasional
Rata-Rata
Rasio

Bank
Pemerinta
h
Rata-Rata
Rasio
Tahun 2008

ROA

1,61

2,26

CAR

18,42

15,95

NIM

6,08

5,83

LDR

67,97

67,85

Lebih Bagus Bank Pemerintah
Lebih Bagus Bank Swasta
Nasional
Lebih Bagus Bank Swasta
Nasional
Lebih Bagus Bank Swasta
Nasional

NPL

13,54

13,4

Lebih Bagus Bank Pemerintah

Keterangan

Tahun 2009
ROA

1,52

2,53

CAR

19,92

15,68

NIM

5,77

5,47

Lebih Bagus Bank Pemerintah
Lebih Bagus Bank Swasta
Nasional
Lebih Bagus Bank Swasta
Nasional

LDR

63,9

66,79

Lebih Bagus Bank Pemerintah

NPL

13,01

13

Lebih Bagus Bank Pemerintah

Tahun 2010
ROA

1,67

3,03

CAR

19,12

16,57

NIM

6,17

5,93

Lebih Bagus Bank Pemerintah
Lebih Bagus Bank Swasta
Nasional
Lebih Bagus Bank Swasta
Nasional

LDR

64,64

69,16

Lebih Bagus Bank Pemerintah

NPL

15,97

13,56

Lebih Bagus Bank Pemerintah

Sumber: Jamaluddin (2012) dalam PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN BANK PEMERINTAH DENGAN
BANK SWASTA NASIONAL YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Berdasarkan data diatas dan Hasil uji beda yang dilakukan oleh
(Jamaluddin, 2012) menunjukkan bahwa dari kelima variabel pengukur kinerja
terbukti ha-nya rasioreturn on assets (ROA) yang me-nunjukkan perbedaan nyata
antara kinerja ke-uangan bank swasta nasional dengan kinerja keuangan bank
pemerintah. Sedangkan capi-tal adequacy ratio (CAR), net interest margin (NIM), loan to deposit ratio (LDR), non performing loans (NPL) tidak
menunjukkanadanya perbedaan nyata kinerja keuangan bank swasta nasional
dengan bank pemerin-tah. Return on assets (ROA) terpilih sebagai pembeda
kinerja keuangan bank swasta na-sional dengan bank asing. Rata-rata return on
assets (ROA) bank pemerintah lebih baik jika dibandingkan dengan ratarata return on as-sets (ROA) bank swasta nasional. Bank pe-merintah
manajemennya dikelola secara lebih profesional dan melakukan efisiensi secara
berkelanjutan sehingga keuntungan yang di-peroleh lebih maksimal.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya maka
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.
-

Pada table 1 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara Bank Umum Konvensional dengan Bank Umum Syariah dilihat dari rasio
CAR, NPL, dan ROA kecuali LDR (terdapat perbedaan yang signifikan) namun
semua rasio keuangan tersebut telah memenuhi standar BI. Tetapi untuk rasio
BOPO, Bank Umum Syariah belumlah memenuhi standar BI.

-

Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat ROA Bank Perkreditan Rakyat
Konvensional pada periode tahun 2009-2010 bersifat fluktuatis (naik-turun) pada
setiap bulannya. Sedangkan tingkat ROA yang ada pada Bank Perkreditan Rakyat
Syariah terus mengalami peningkatan setiap bulannya kecuali pada bulan
desember pada tahun 2010. Namun secara keseluruhan tingkat ROA Bank
Perkreditan Rakyat Konvensional jumlah nominalnya lebih besar dari Bank
Perkreditan Rakyat Syariah.

-

Pada tabel 3 menunjukkan bahwa nilai Z pada BPR Koperasi“KOP” relatif lebih
rendah dibandingkan dengan nilai Z pada BPR Perseroan Terbatas “PT”. Hal ini
dapat mengakibatkan kepailitan dalam jangka panjang untuk BPR Perseroan
Terbatas.

-

Pada tabel 4 menunjukkan bahwa ROA, NPL, dan LDR dari bank asing lebih
tinggi daripada bank domestik sedangkan BOPO pada bank asing mempunyai
nilai rata-rata yang lebih rendah dari bank domestic. Secara keseluruhan baik
bank asing maupun bank domestik menunjukkan perbedaan yang cukup
signifikan baik dilihat dari faktor rentabilitas maupun likuiditasnya.

-

Pada tabel 5 menunjukkan bahwa dari kelima variabel pengukur kinerja terbukti
ROA yang menunjukkan perbedaan nyata antara kinerja keuangan bank swasta
nasional dengan kinerja keuangan bank pemerintah. Sedangkan CAR, NIM,
LDR, NPL tidak menunjukkan adanya perbedaan nyata kinerja keuangan bank
swasta nasional dengan bank pemerintah. ROA bank pemerintah lebih baik jika
dibandingkan dengan ROA bank swasta nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, Puspita Sari. Analisis Perbandingan Kinerja Bank Nasional, Bank Campuran Dan Bank Asing
Dengan Menggunakan Rasio Keuangan. Diss. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, 2005.
Ratri, Wiling Alih Maha. "Faktor-Faktor yang Memengaruhi Efisiensi Teknis Bank Persero Tahun 1999-2008."
(2009).

Nazrian, Adli, and Paidi Hidayat. "Studi Tentang Keputusan Nasabah Dalam Menabung Di Bank Sumut Cabang
Usu Medan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)." Ekonomi dan Keuangan 1.1 (2013).
Purwaningsih, Anna. “Pemilihan Rasio Keuangan Terbaik Untuk Memprediksi Peringkat Obligasi: Studi pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ”. 2008
Yuwono, Febri Amithya. Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Loan To Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio,
Non Performing Loan, Return On Assets, dan Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit
(Studi Empiris: bank yang terdaftar di BEI.Skripsi Universitas Diponegoro. 2012.
Sukmayani, ratna, Thomas K. Umang, Sedono, Seno Kristanto, Y. Djoko Raharjo, Ilmu Pengetahuan Sosial 3
untuk SMP/MTs Kelas IX. Jakarta: Gramedia, 2008.
Alhaq dkk. “Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Kualitas Aktiva Produktif, Non Performing Loan dan Loan To
Deposit Ratio terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2008-2010”. 2012.
Setyawan, Ricky. Pengaruh Return On Asset (ROA), Debt To Equity Ratio (DER), dan Price To Book Value
(PBV) Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur di BEI perode 2007-2009. Skripsi Universitas Negeri
Semarang. 2011.
Rakhmawati, Rini Restu dan Budi Hermana. “Evaluasi Kinerja Keuangan Bank Dalam Kerangka Arsitektur
Perbankan Indonesia: Perbandingan Kredit Bermasalah, Kecukupan Modal, Likuiditas Dan Rentabilitas”.
Seminar Nasional PESAT 2005.
Purwoko, Agustinus dan Herry Sussanto. Perbandingan Kinerja antara Bank Pemerintah dan Bank Swasta
Periode 2001-2006. Jurnal Ekonomi Bisnis No. 2 Vol. 13, Agustus 2008.
Jadmiko, Andreas Miknyo. ANALISIS PERBANDINGAN RESIKO KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT
(BPR) PERSEROAN TERBATAS DAN BPR KOPERASI. Universitas Negeri Surabaya.
Marsuki, Marwanto dkk. PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK PEMERINTAH DAN BANK SWASTA
NASIONAL. Manajemen dan Keuangan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Henry, Tan. ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN ANTARA BANK ASING DAN BANK UMUM
DI INDONESIA. Magister Manajemen / Perbankan. Universitas Gunadarma, Indonesia.
Jamaluddin. 2012. PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN BANK PEMERINTAH DENGAN BANK SWASTA
NASIONAL YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA. Jurnal Socioscientia Kopertis Wilayah Xi
Kalimantan Volume 4 Nomor 2.
Hamdan, Umar. ANALISIS KOMPARATIF RESIKO KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT
(BPR) KONVENSIONAL DAN BPR SYARIAH. Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 7 Juni 2006