Penggunaan Teknologi Informasi di Usaha

Penggunaan Teknologi Informasi di Usaha Kecil dan Menengah
(Studi Pada Usaha Kecil Menengah di Wilayah Gedong Meneng)
Wheny Khristianto
Dosen Jurusan Administrasi Bisnis, Universitas Lampung
Email: whenykh@yahoo.com
Abstract
Significant role of SMEs and has been proven as a driver of economic growth needs to be
developed in order to have competitiveness. SME competitiveness can be achieved either with
the use of IT to enhance business transformation, the accuracy and efficiency of the information
exchange. This study is aimed to: determine the adoption of IT by SMEs, determine the reason
for SMEs to adopt or not adopt of IT, and knowing factor inhibitors of IT adoption by SMEs. The
study was conducted in 33 SMEs in the region Gedong Meneng, Bandar Lampung. The results
of this study indicate that the level of computer adoption among SMEs is proved high enough.
However, the rate of Internet adoption among SMEs is still very low. Used of computer
technology by SMEs is still not optimized for the things that gives value to the business
development and other strategic things. Constraints of computer and Internet adoption in SMEs
is dominated by internal problems, such as: they do not need the internet, funding for technology
investment, and limited human resources capable who can run the technology.
Key words: SMes, adoption, IT

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Saat ini, prioritas pembangunan ekonomi diarahkan kepada upaya untuk mempercepat
pemulihan ekonomi disertai upaya untuk mengatasi kemiskinan dan pengangguran yang
meningkat, serta upaya untuk peningkatan daya saing usaha skala kecil dan menengah. Hal
tersebut tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 20052025, yaitu kebijakan memperkuat perekonomian domestik berbasis keunggulan wilayah
menuju keunggulan kompetitif.
Pada perjalanan sejarah perekonomian Indonesia, usaha kecil dan menengah (UKM)
merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar yang dapat memberikan kontribusi signifikan
terhadap perekonomian nasional dan sudah terbukti mampu menjadi penyangga (buffer) dalam
perekonomian. Pemerintah meyakini bahwa keberhasilan dalam pembinaan UKM akan mampu
memperkuat pondasi ekonomi rakyat, karena apa yang selama ini dilakukan oleh UKM pada
umumnya berbasis pada sumber daya lokal, tidak bergantung pada impor. Justru karena
berbasis pada sumber daya lokal, maka produk unggulan UKM yang ada di daerah-daerah

mempunyai peluang ekspor yang sangat besar karena mempunyai keunikan tersendiri yang
menjadi ciri khas dari produk-produk tersebut.
Pada tahun 2007, The Hongkong and Shanghai Banking Cororation (HSBC) melaporkan
bahwa UKM di Indonesia sangat optimis untuk terus dikembangkan karena sekitar 64%
pengusaha UKM mempunyai niat untuk menambah investasi pengembangan bisnis dan sekitar
44% pengusaha UKM di Indonesia mempunyai rencana untuk menambah tenaga kerja

(Rahmana, 2009). Kontribusi UKM terhadap penyediaan lapangan kerja terbukti cukup tinggi.
Tahun 2009, tercatat ada lebih dari 587 ribu unit UKM di Indonesia yang telah memberi
lapangan pekerjaan bagi lebih dari 6 juta masyarakat lokal yang ada di sekitar lokasi usaha
(Depkop, 2010).
Kendati demikian, kondisi UKM tetap rawan karena keberpihakan bank yang rendah,
pasar bebas yang mulai sudah dibuka dan terbatasnya kebijakan yang mendukung sektor usaha
kecil menempatkan UKM pada posisi yang kurang menguntungkan. Di Indonesia, infrastruktur
yang kurang memadahi (Sheth&Sharma, 2005; Wood, 2004), masih rendahnya pendapatan
rata-rata masyarakat (Hawk, 2004), dan kendala budaya (Hawk, 2004; Paul, 2002) menjadi
faktor yang menyebabkan lambatnya adopsi teknologi di UKM. Stoeken dan Couman (1998)
dalam Wahid (2007) menyatakan bahwa kurangnya pemahaman terhadap peran strategis yang
dapat dimainkan oleh teknologi informasi (TI) terkait dengan pendekatan baru pemasaran,
hubungan dengan konsumen, dan pengembangan produk dan layanan diduga sebagai sebab
rendahnya adopsi TI oleh UKM. Tetapi, terdapat fakta menarik yang terjadi di Indonesia, yaitu
adanya pertumbuhan pengguna internet yang cukup tinggi. Hal ini diharapkan dapat menjadi
indikasi adanya kemauan pelaku bisnis dan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan
electronic commerce (e-commerce), terutama di UKM.
Peran UKM yang signifikan dan sudah terbukti sebagai pendorong pertumbuhan
ekonomi rakyat tentunya perlu ditingkatkan agar dapat berkembang secara lebih luas dan
mempunyai daya saing. Daya saing UKM dapat diwujudkan salah satunya dengan penggunaan

TI untuk meningkatkan transformasi bisnis, ketepatan dan efisiensi pertukaran informasi
(Rahmana, 2009), memperluas jaringan pemasaran dan memperluas

market share.

Peningkatan daya saing UKM ini sangat diperlukan agar UKM mampu bertahan dan bersaing
dalam kancah perdagangan global.
Namun, sampai sekarang dapat dilihat bahwa adopsi TI oleh UKM di Indonesia masih
sangat rendah. Lembaga riset AMI Partners mengungkapkan fakta bahwa hanya 20% UKM di
Indonesia yang memiliki komputer (Wahid, 2007) untuk mendukung kegiatan bisnisnya. Selain
hal itu, adopsi TI di UKM juga terkendala oleh karakteristik organisasi, dalam hal ini UKM itu
sendiri (Kartiwi&MacGregor, 2007).

Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di latar belakang penelitian, maka rumusan masalah yang akan
diambil pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana adopsi TI oleh UKM di wilayah Gedong meneng, Bnadar Lampung
2. Apakah faktor-faktor penghambat adopsi TI yang dihadapi oleh UKM di wilayah Gedong
Meneng, Bandar Lampung.
TINJAUAN PUSTAKA

Difusi Inovasi
Difusi adalah proses dimana sebuah inovasi diadopsi oleh anggota pada suatu
komunitas (Hasyim, 2007). Ada empat faktor yang mempengaruhi adopsi sebuah inovasi oleh
anggota atau bagian dari sebuah organisasi, yaitu: (1) inovasi itu sendiri, (2) saluran komunikasi
yang digunakan untuk menyebarkan inovasi, (3) waktu, dan (4) dimana tampat inovasi tersebut
diperkenalkan (Roger, 1995). Adopsi inovasi mempunyai arti yang kompleks, karena hal ini
menyangkut proses pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh banyak faktor untuk
menerima ide-ide baru. Adopsi inovasi merupakan bagian dari strategi perusahaan, sehingga
dalam proses adopsi inovasi diperlukan informasi yang cukup. Selanjutnya, calon adopter
(pelaku adopsi) akan mencari informasi dari sumber informasi yang relevan dan sesuai dengan
kebutuhan perusahaan.
Ada empat tahapan dalam adopsi inovasi, yaitu: tahap kesadaran, tahap menaruh minat,
tahap evaluasi, dan tahap mencoba. Tahap kesadaran adalah tahapan dimana calon adopter
belajar tentang sesuatu yang baru. Pengetahuan calon adopter terhadap hal yang akan diadopsi
biasanya masih bersifat umum. Tahap menaruh minat, dimana calon adopter mulai
mengembangkan informasi yang diperoleh pada tahap pertama. Calon adopter mulai
mempelajari secara lebih rinci tentang ide baru tersebut. Lebih dari itu, calon adopter bahkan
tidak merasa puas jika hanya mengetahui saja, akan tetapi mereka ingin berbuat yang lebih
banyak lagi. Sebagai contoh, calon adopter akan menggali informasi dari berbagai media cetak
maupun media elektronik. Tahap evaluasi merupakan tahap ketiga. Setelah calon adopter

mempunyai informasi yang banyak dan bukti-bukti yang sudah terkumpul, maka calon adopter
akan melakukan penilaian untuk menentukan apakah teknologi baru tersebut akan diadpsi atau
tidak.
Tahap selanjutnya adalah tahap mencoba, yaitu tahap dimana calon adopter melakukan
interaksi langsung terhadap teknologi baru tersebut. Tahap ini merupakan konsekuensi jika

calon adopter menyimpulkan bahwa teknologi atau hal baru akan memberikan dampak yang
baik bagi kelangsungan organisasi atau individu yang terkait dengan teknologi atau hal baru
tersebut. Tahap mencoba ini dapat dilakukan secara perseorangan atau berkelompok.
Adopsi biasanya terjadi pada unit yang lebih kecil, seperti individu atau perusahaan. Hal
ini tentunya berbeda dengan difusi yang umumnya terjadi pada tingkat yang lebih luas. Roger
(1995) membedakan orang yang mengadopsi inovasi berdasarkan atas waktu menjadi 5, yaitu:
(1) innovator, mereka adalah pengambil resiko dan pionir yang merupakan kelompok awal yang
melakukan adopsi, (2) early adopter, adalah kelompok kedua yang melakukan interkasi dengan
inovasi dan berperan membantu menyebarluaskan inovasi tersebut kepada pihak lain, (3) early
majority, adalah kelompok yang dipengaruhi oleh innovator dan early adopter, (4) late majority
adalah mereka yang melakukan pendekatan secara seksama terhadap inovasi sampai
mempunyai keyakinan bahwa adopsi yang dilakukan tersebut memberikan hasil yang terbaik,
dan (5) laggard, adalah individu yang sangat skeptis dan mempunyai sikap menolak untuk
melakukan adopsi sampai mereka merasa sangat memerlukan untuk melakukan adopsi.

Adopsi TI Oleh UKM
Adeosun, et al (2009) berpendapat bahwa penggunaan TI memberikan nilai positif bagi
strategi manajemen yang terkait dengan aspek komunikasi, akses informasi, pengambilan
keputusan, manajemen data dan knowledge management pada sebuah organisasi. TI dapat
menjadi kekuatan strategi dan alat bagi organisasi yang memberikan keuntungan pada aspek
promosi dan kekuatan daya saing (Buhalis, 2003). Hengst dan Sol (2001) berpendapat bahwa
TI memberikan keuntungan bagi organisasi bisnis untuk mengurangi biaya dan meningkatkan
kemampuan organisasi bisnis dalam melakukan koordinasi dengan pihak luar. Namun,
beberapa peneliti dengan penelitian yang telah dilakukan mengungkapkan fakta bahwa adopsi
TI di UKM masih sangat rendah dari yang diharapkan (Pavic, et al., 2007; Yu, 2006).
Di era knowledge-based economy saat ini adalah penting bagi UKM untuk melakukan
adopsi TI. Karena adopsi TI memberikan kemampuan bagi UKM untuk memberikan layanan
yang semakin baik dan daya saing (Apulu dan Latham, 2011). TI juga terbukti mempunyai
dampak positif pada kinerja organisasi (Maldeni dan Jayasena, 2009). Organisasi bisnis modern
diperkirakan tidak akan mampu

bekerja secara optimal dan dapat memberi dampak yang

kurang baik terhadap daya tahan dan pertumbuhan ekonomi secara umum (Berisha-Namani,
2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lefebvre, et al., (1999), terdapat empat

faktor yang menetukan adopsi teknologi baru oleh UKM, yaitu: (1) karakteristik UKM, (2) strategi
dan manajemen kompetisi UKM, (3) pengaruh pihak internal dan eksternal dalam proses
pengambilan keputusan adopsi, dan (4) karakteristik teknologi baru yang akan diadopsi.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan kenyataan yang telah diuraikan di atas, maka pada penelitian ini
dimaksudkan untuk:
a. mengetahui adopsi TI oleh UKM, dan
b. mengetahui alasan mengapa UKM mengadopsi TI atau tidak mengadopsi TI
c. mengetahui faktor penghambat adopsi TI yang dihadapi oleh UKM.
METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Kegiatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian
deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2002:3), metode penelitian kualitatif
sebagai suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yaitu kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Penelitian kualitatif memandang obyek
yang diteliti secara holistik. Jadi dalam hal ini tidak mengisolasi individu atau organisasi ke
dalam variabel atau hipotesis tetapi memandangnya sebagai

bagian dari suatu keutuhan.


Sedangkan jenis penelitian deskriptif, menurut Nawawi (2001:44) dapat diartikan sebagai
penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang
berdasarkan data-data yang ada. Jadi ia juga menyajikan data, menganalisis, dan
menginterpretasi.
Daerah Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Kota Bandar Lampung, tepatnya di Kelurahan Gedong
Meneng, karena kelurahan ini merupakan wilayah dimana kampus Universitas Lampung berada.
Pemilihan wilayah ini juga mempertimbangkan asumsi bahwa semakin dekat lokasi UKM yang
akan diteliti dengan kampus, maka interkasi UKM dengan TI juga dimungkinkan sangat tinggi.
Namun, berdasarkan hasil pengamatan, pada UKM photocopy dan percetakan di wilayah
Gedong Meneng, terdapat permasalahan-permasalahan baik pada level individu maupun
organisasi sesuai dengan permasalahn yang diangkat pada penelitian ini.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tinjauan Kondisi Umum UKM di wilayah Gedong Meneng
Pada bagian ini akan diuraikan tentang UKM yang menjadi fokus penelitian ini. UKM
yang menjadi objek pada penelitian ini adalah UKM yang bergerak di bidang jasa percetakan

dan photocopy. Usaha ini merupakan usaha yang berada dalam kelompok ILMEA (industri

logam, mesin, elektronika, dan aneka) di Kota Bandar Lampung. Cabang usaha lain yang
termasuk dalam kelompok ILMEA selain usaha jasa percetakan dan photocopy adalah industri
logam dan mesin, misalnya: jasa pertukangan emas, pengolahan /perakitan alumunium, jasa
pengelasan dan pembubutan, industri pembuatan logam dasar dan barang dari logam, kerajinan
kuningan. Selain itu ILMEA juga meliputi cabang industri alat angkut, seperti: jasa perbengkelan
(service mobil dan motor); cabang industri tekstil, misalnya industry pakaian jadi dan jasa
penjahitan; cabang elektronika dan aneka, misalnya jasa reparasi, kerajinan

tapis,

sulaman/border, industri optic/kacamata dan aneka hiasan/manik-manik (Rifa’i, 2007).
Penelitian ini dilakukan pada 33 UKM yang ada di wilayah Gedong Meneng, Bandar
Lampung . Jenis usaha photocopy dan percetakan yang dijalankan oleh UKM yang menjadi
obyek penelitian ini dapat dikelompokan dalam 3 kategori, yaitu: usaha yang dijalankan antara 0
sampai dengan 5 tahun, usaha yang dijalankan antara 5 sampai dengan 10 tahun, dan usaha
yang dijalankan lebih dari 10 tahun. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas,
pengelompokkan tersebut dapat diihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Kategori Jangka Waktu Umur UKM
0-5 Tahun
16 UKM

Sumber: Data Primer yang diolah

Umur UKM
5-10 Tahun
10 UKM

>10 Tahun
7 UKM

Menurut data yang disajikan pada Tabel 1 di atas, dapat diketahui bahwa usaha yang
dijalankan paling banyak berada pada kategori umur 0-5 tahun dengan jumlah UKM sebanyak
16. Untuk kategori umur usaha yang dijalankan antara 5-10 tahun terdapat 10 UKM, sedangkan
usaha yang berjalan sudah lebih dari 10 tahun hanya terdapat 7 UKM.
Adopsi Teknologi Komputer di UKM
Berdasarkan data yang diperoleh, didapatkan data bahwa dari 33 UKM, sebanyak 22
UKM memiliki komputer dan 11 UKM tidak memiliki komputer. Untuk UKM yang memiliki
komputer, terdapat beberapa alasan yang melatarbelakangi mengapa usaha yang dijalankan
tersebut membutuhkan perangkat komputer. Tabel 2 berikut ini mengemukakan beberapa
alasan tersebut.


Tabel 2. Pemakaian atau Tidak Pemakaian Komputer di UKM
Jumlah UKM
Alasan pemakaian atau tidak
pemakaian
Membuat laporan keuangan
Membuat laporan kerja
Mengakses internet
Keperluan lain
Tidak membutuhkan
Harga mahal/keterbatasan dana
Minim sumber daya manusia

Pemakai
5
2
3
11
-

Bukan
Pemakai
6
3
2

Sumber: Data Primer yang diolah (2012)

Berdasarkan Tabel 2 di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 5 UKM menggunakan
komputer sebagai alat untuk membantu membuat laporan keuangan usahanya, sebanyak 2
UKM menggunakan teknologi komputer sebagai sarana untuk membantu dalam membuat
laporan kerja usahanya. Kemudian 3 UKM menjadikan komputer sebagai sarana untuk
mengakses internet, sedangkan 11 UKM menggunakan komputer untuk keperluan lain,
misalnya: mencetak kertas atau foto, memindai, dan sebagai usaha untuk memberikan jasa
pengetikan kepada pelanggan.
Tabel 2 di atas menujukkan pula bahwa pemakaian komputer dari UKM lebih banyak
digunakan untuk hal-hal yang berkaitan dengan internal pekerjaan dan mengoptimalkan
pekerjaan yang berkaitan dengan jenis usaha. Hal ini dapat dilihat dari prosentase yang sangat
besar dari alasan-alasan mengapa mereka menggunakan perangkat komputer, seperti untuk
membantu membuat laporan keuangan, membuat laporan kerja, dan untuk keperluan pekerjaan
mencetak, mimandai, memberikan layanan pengetikan. Bahkan separuh dari UKM yang
menggunakan komputer (11 UKM) memberikan alasan bahwa kegunaan komputer dalam
usahanya adalah benar-benar untuk mendukung jenis usaha mereka. Berdasarkan data pada
Tabel 2 di atas, dapat diketahui bahwa UKM di bidang photocopy dan percetakan di wilayah
Gedung Meneng menggunakan komputer sebagai alat untuk melakukan akses ke luar melalui
internet masih sangat minim.
Tabel 2 di atas juga mengungkapkan alasan-alasan mengapa beberapa UKM tidak
menggunakan teknologi komputer untuk mendukung usahanya. Dari 11 UKM yang tidak
memakai komputer sebagai alat untuk membantu usaha, sejumlah 6 UKM mengemukakan
alasan bahwa usahanya tidak membutuhkan perangkat komputer, 3 UKM memberi alasan biaya
pembelian perangkat komputer adalah mahal atau karena keterbatasan dana usaha sehingga
tidak dapat menggunakan komputer untuk mendukung usahanya. Sebanyak 2 UKM
menyampaikan alasan kurangnya sumber daya manusia yang dapat menjalankan komputer,

sehingga hal inilah yang menjadikan pemilik UKM tidak membeli komputer untuk membantu
kinerja perusahaan yang dikelolanya.
Dari 11 UKM yang tidak memakai komputer, didapatkan sejumlah 7 UKM yang
mempunyai keinginan memiliki komputer untuk mendukung kinerja bisnis yang dijalankan.
Adapun 4 UKM menyatakan tidak berkeinginan untuk membeli komputer karena alasan tidak
membutuhkan perangkat tersebut. Sejumlah 7 UKM yang ingin memiliki komputer terdiri dari 3
UKM berencana akan membeli komputer dalam waktu satu tahun ke depan, 2 UKM berencana
akan membeli komputer dalam waktu enam bulan ke depan, dan 2 UKM merencanakan akan
membeli perangkat komputer dalam kurun waktu dua tahun ke depan.
Adopsi Internet di UKM
Dari kuesioner yaang direspon oleh 33 UKM di wilayah Gedong Meneng dan sekitarnya,
terdapat 9 UKM yang memakai internet untuk membantu bisnis yang dijalankan dan 24 UKM
yang tidak memakai atau tidak terhubung dengan internet. Berdasarkan data penelitian,
sejumlah alasan dikemukakan oleh UKM yang memakai internet dan yang tidak memakai
internet. Alasan-alasan yang dikemukakan oleh UKM yang dijadikan objek penelitian dapat
dilihat dari Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Pemakaian atau Tidak Pemakaian Internet di UKM
Jumlah UKM
Alasan pemakaian atau tidak
pemakaian
Menjaga hubungan dengan pelanggan
Menginformasikan usaha/bisnis
Mencari informasi
Alasan lain
Tidak membutuhkan internet
Minimnya sumber daya manusia
Beaya internet mahal/keterbatasan
dana

Pemakai
4
1
3
1
-

Bukan
Pemakai
18
2
4

Sumber: Data Primer yang diolah (2012)

Berdasarkan Tabel 3 di atas, sebanyak 4 UKM menyatakan bahwa mereka memakai
internet dalam usaha/bisnis karena internet dapat digunakan sebagai alat menjaga hubungan
dengan pelanggan. Kemudian 1 UKM mengemukakan alasan bahwa internet digunakan agar
mereka dapat dengan mudah menginformasikan usaha/bisnis yang mereka jalankan kepada
orang lain, sedangkan 3 UKM memberikan alasan agar mereka dapat dengan mudah mencari
informasi. Pencarian informasi di internet ini dapat dimungkinkan untuk mencari calon
pelanggan baru, untuk up date informasi terkait dengan usaha/bisnis yang dijalankan, mencari

pemasok baru, dan yang lainnya. Adapun 1 UKM menyatakan bahwa mereka memakai internet
karena alasan lain yang sifatnya pribadi.
Menurut Tabel 2 di atas, jumlah UKM yang tidak memakai internet justru lebih banyak,
yaitu 24 UKM. Sebanyak 18 UKM tidak memakai internet dengan alasan bahwa usaha/bisnis
mereka saat ini tidak membutuhkan internet, 2 UKM mengemukakan bahwa mereka tidak
memakai internet karena minim sumber daya manusia yang dapat mengoperasikan internet
untuk kebutuhan usaha/bisnis mereka. Biaya yang mahal atau terbatasnya dana ternyata juga
menjadi kendala bagi UKM untuk mengadopsi internet. Hal ini dibuktikan dengan adanya 4 UKM
yang mengemukakan alasan tersebut.
Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa dari 24 UKM yang tidak melakukan adopsi
internet untuk mendukung usaha/bisnis yang mereka jalankan, terdapat 14 UKM yang
menyatakan keinginan untuk melakukan adopsi internet di masa yang adakan datang dengan
cara berlangganan internet. Dari 14 UKM tersebut terdapat 6 UKM yang menyatakan bahwa
mereka akan berlangganan internet dalam kurun waktu enam bulan ke depan, 6 UKM
mengemukakan keinginan bahwa mereka akan berlangganan internet dalam kurun waktu 1
tahun ke depan, sedangkan 2 UKM akan berlangganan internet dalam waktu 2 tahun ke depan.
Selain 14 UKM yang menyatakan keinginan untuk melakukan adopsi internet, terdapat 10 yang
menyatakan tidak ingin melakukan adopsi. Hal ini dikarenakan menurut mereka, usaha/bisnis
yang saat ini dijalankan masih belum membutuhkan internet.
Pengetahuan Tentang TI
Pada penelitian ini, pengetahuan tentang TI yang dimiliki oleh UKM dapat ditampilkan
pada Tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4. Distribusi Responden Tentang Pengetahuan TI
No.
1.
2.

Jawaban
Ya
Belum

Jumlah
23
7

Sumber: Data primer yang diolah, 2012

Sesuai dengan data di atas, terdapat 23 pemilik UKM yang sudah memiliki pengetahuan
tentang TI. Kemudian, hanya 7 pemilik UKM yang belum memiliki pengetahuan tentang TIK.
Terdapat 3 UKM yang tidak didapatkan jawabannya terkait dengan pertanyaan tentang
pengetahuan TIK ini. Pengetahuan tentang TI ini meliputi: pengetahuan tentang perkembangan
teknologi komputer, perkembangan teknologi internet, dan sejenisnya.
Berdasarkan data ini, maka dapat disampaikan bahwa para pemilik UKM yang bergerak
di usaha photocopy dan percetakan didominasi oleh orang yang mengikuti perkembangan
teknologi. Meskipun demikian, hal yang menarik adalah jumlah pemilik yang belum

membutuhkan internet untuk mendukung kinerja pekerjaan dan usahanya masih dominan (lihat
Tabel 3).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasi penelitian, kesimpulan penelitian ini
dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Tingkat adopsi komputer di kalangan UKM di wilayah Gedong Meneng terbukti sudah
cukup tinggi. Hal ini dibuktikan dari 33 UKM yang diteliti, terdapat 21 UKM yang sudah
menggunakan komputer, sedangkan 12 UKM menyatakan belum menggunakan
komputer. Kemudian, dari jumlah UKM yang belum menggunakan komputer terdapat 7
UKM yang ingin memiliki komputer untuk menunjang kinerja bisnis yang dijalankan saat
ini.
2. Tingkat adopsi internet di kalangan UKM di wilayah Gedong Meneng terbukti masih
sangat rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan data bahwa dari 33 UKM yang diteliti,
terdapat 24 UKM yang belum melakukan adopsi internet dengan berbagai alasan,
sedangkan hanya 9 UKM yang sudah melakukan adopsi internet. Meskipun tingkat
adopsi internet di kalangan UKM masih rendah, namun UKM tersebut telah menyadari
peran dan manfaat teknologi informasi untuk mendukung usaha atau bisnis mereka. Hal
ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah UKM yang tertarik untuk melakukan adopsi
internet. Dari 24 UKM yang belum melakukan adopsi, terdapat 16 UKM yang berencana
untuk melakukan adopsi internet di masa yang akan datang.
3. Pemanfaatan teknologi komputer oleh UKM di wilayah Gedong Meneng masih belum
dioptimalkan untuk
perkembangan

hal-hal yang

usaha.

Sejumlah

memberikan nilai
UKM

yang

yang

mengadopsi

lebih strategis bagi
teknologi

komputer

memanfaatkan komputer masih sebatas sebagai alat untuk membantu mencetak obyek
pada kertas, mimindai, dan memberikan layanan pengetikan kepada pelanggan.
4. Pemanfaatan teknologi internet oleh UKM yang memakai internet di wilayah Gedong
Meneng sudah bervariasi, walaupun jumlah UKM pemakai internet masih sangat sedikit.
Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya, pelaku bisnis sudah mempunyai pandangan
yang lebih strategis dalam upaya memanfaatan teknologi internet, seperti menjaga
hubungan dengan pelanggan, menginformasikan usaha/bisnis kepada pihak lain,
mencari informasi.
5. Kendala utama pemanfaatan teknologi komputer dan internet justru berasa dari internal
UKM, yaitu UKM masih belum merasa butuh terhadap teknologi komputer dan internet.

Sebanyak 6 UKM menyatakan tidak butuh teknologi komputer dan sebanyak 18 UKM
tidak membutuhkan internet, walaupun kedua hal tersebut mempunyai potensi yang
sangat besar untuk memberikan nilai ekonomis bagi UKM. Kendala kedua adalah
mahalnya harga perangkat teknologi informasi seperti komputer dan langganan internet.
Hal ini berkaitan dengan keterbatasan dana yang dimiliki oleh UKM. Adapun yang
menjadi kendala ketiga adalah minimnya sumber daya manusia pada UKM yang dapat
mengoperasikan komputer dan internet.
Saran
Berdasarkan hasil analisis, pembahasan dan kesimpulan dari penelitian ini, terdapat
beberapa saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Bagi regulator (pemerintah), hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan agar pemerintah memberikan edukasi tentang pentingnya teknologi informasi
bagi UKM dan memberikan akses penggunaan internet lebih mudah. Akses tersebut
dapat berupa jaringan yang lebih luas dan harga yang lebih terjangkau untu kalangan
UKM. Akses ini digunakan untuk meningkatkan nilai tambah bagi UKM untuk dapat
melakukan kegiatan ekonomi berbasis teknologi informasi.
2. Bagi UKM, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bahwa pada
kondisi yang riil, adopsi teknologi informasi di kalangan UKM masih sangat rendah. Bagi
UKM yang terkendala masalah sumber daya manusia yang minim pengetahuannya
tentang penggunaan teknologi informasi, maka UKM perlu memperbaiki kualitas sumber
daya manusianya agar dapat menggunakan teknologi informasi. Selain itu, UKM juga
memperluas pengetahuannya tentang bagaimana teknologi informasi dapat dioptimalkan
untuk hal-hal yang mempunyai nilai strategis dan nilai ekonomi yang lebih tinggi bagi
usaha.
3. Bagi para peneliti, pada penelitian berikutnya dapat ditambahkan variabel dan atau
indikator baru untuk memperkaya dan memperluas instrumen kuesioner, dapat
memperluas area cakupan penelitian, misalnya untuk responden dari berbagai daerah di
Bnadar Lampung.
DAFTAR PUSTAKA
Apulu, I., Latham, A. Driver for Information and Communication Technology Adoption: A Case
Study of Nigerian Small and Medium Sized Enterprises. International Journal of
Business and Management, Vol. 6, No. 5, May 2011.
Adeosun, O., Adeosun, T.H., and Adetunde, I.A., Strategic Application of Information and
Communication Technology for Effective Service Delivery in Banking Industry. Journal
of Social Science, 5(1), 47-51. 2009.

Berisha-Namani, M. The Role of Information Technology in Small and Medium sized Enterprises
in Kosovo. Fullbright Academy Conference Small Places Can Change The World, 2009.
Buhalis, D. eAirlines: Strategic and Tactical Use of ICTs in the Airlines Industry. Information and
Management, 41, 805-825, 2003.
Hasyim, J. Information Technology Adption Among SME Owners in Malaysia. International
Journal of Business and Information, Vol.2, No. 2, Desember 2007.
Hawk, S. A Comparison of B2C e-commerce in Developing Countries. Electronic Commerce
Research, 4, 181-199, 2004.
Hengst, M., Sol, H.G. The Impact of Information and Communication Technology on
Interorganizational Coordination: Guidelines from Theory. Informing Science, Special
Series on Information Exchange in Electronic Markets, 4, 3, 2001. A Special Series on
Information Exchange in Electric Markets, 2001.
Iacovou, C.L., Benbazat, I., Dexter, A.S., Electronic Data Interchange and Small Organizations:
Adoption and Impact of Technology, Management Information System Quarterly, 1995.
Kartiwi, M., MacGregor, R.C., Electronic Commerce Adoption Barriers in Small to Medium-Sized
Enterprises (SMEs) in Developed and Developing Countries: A Cross-Country
Comparison. Journal of Electronic Commerce in Organization, Vo 5, Issue 3. 2007.
Maldeni, H.M.C.M., Jayasena, S. Information and Communication Technology Usage and Bank
Branch Performance. The International Journal on Advances in ICT for Emerging
Regions (ICTer), 2(2), 29-37, 2009.
Paul, J. Narrowing the Digital Devide: Initiatives Undertaken by the Association of South-East
Asia Nation (ASEAN). Program: Electronic Library and Information Systems, 36(1), 1322, 2002.
Pavic, S., Koh, S.C.L., Simpson, M., Padmore, J. Could e-Business Create a Competitive
Advantage in UK SMEs? Benchmarking: An International Journal 14(3), 320-351. 2007
Rahmana, A. Peranan Teknologi Informasi Dalam Peningkatan Daya Saing Usaha Kecil
Menengah. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI), ISSN: 1907-5022,
Yogyakarta, 2009.
Roger, E.M. Diffusion of Innovation (4th Edition). New York: The Free Press. 1995.
Seth, J.N., Sharma, A. International e-marketing: Opportunities and Issues. International
Marketing Review, 22(6), 611-622. 2005.
Wahid, F., Iswari, L. Adopsi Teknologi Informasi Oleh Usaha Kecil dan Menengah Di Indonesia.
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI), ISSN: 1907-5022, Yogyakarta,
2007.
Wood, C.M. Marketing and e-Commerce as tools of Development in the Asia-Pasific: A Dual
Path. International Marketing Review, 21(3), 301-320, 2004.
Yu, C.S. Exploring Influences on Taiwanese e-Marketplace Adoption Decisions. Journal of
Global Information Technology Management, 9(2), 5-21, 2006