IDE RUANG Lao Tzu 6

PRINSIP ARSITEKTUR 2
KELOMPOK 1
Nanda Sofia ( 090 160 011 )

DARI TIADA MENJADI
ADA
Arsitek percaya bahwa ruang ada hanya kalau
batas-batasnya ditetapkan. Batas-batas itu
menangkap dan meng-konkret-kan “ruang
universal” tanpa batas yang ada dalam
semesta ini ke dalam suatu “kepingan” ruang
yang dapat kita serap melalui indera kita.
Ruang universal itu adalah ruang homogen
yang sama “kepadatan”nya dan merata di
setiap posisi.

LAO TZU
LAO TZU MERUPAKAN SEORANG TOKOH FILSAFAT DAN
JUGA NAMA KITAB YANG MEMBERI PERANAN PENTING
PADA PERKEMBANGAN FILSAFAT CHINA.
Soejono Soemargono menjelaskan bahwa kata Lao-Tzu adalah sebuah

nama dalam bahasa China yang berarti “empu Tua”. Namun tidak ada
satupun sejarawan yang menetapkan secara pasti kapan Lao-Tzu lahir,
akan tetapi sebagian sejarawan menentukan tempat dia lahir, yaitu di
Negara Ch’u yang terletak di daerah yang kini disebut sebagai propinsi
Honnan di China.
TAO mengacu pada system filsafat atau pemikiran Lao-Tzu

ide R U A N G
Lao Tzu pada bukunya yang berjudul Tao Teh Ching, dia menyatukan being
(yang ada) dan non-being (yang tak ada) ke dalam satu konsep yang terus
bergema dalam seluruh perkembangan peradaban manusia. Penyatuan dari
dua kondisi yang berlawanan memang masih menjadi struktur vital dalam
estetika kontemporer yang berkaitan dengan ruang.
Lao Tzu: ruang tercipta dengan membuat rongga dari gumpalan lempung.
Lao Tzu menyatakan bahwa ruang yang terkandung di dalamnya adalah lebih
hakiki ketimbang materialnya, yakni massa. Lao Tzu lebih menekankan pada
batasan antara ruang internal dan eksternal, yaitu dinding pemisah. Ia
menjelaskan kekosongan yang terbingkaikan oleh pintu dan jendela yang boleh
dianggap sebagai ruang transisi yang membatasi bentuk arsitektur yang
fundamental tersebut.


ADA 3 HIRARKHI RUANG LAO TZU:
• Ruang sebagai hasil dari perangkaian secara tektonik.
• Ruang yang dilingkupi bentuk stereotomik.
• Ruang peralihan yang membentuk suatu hubungan
antara dunia di dalam dan dunia di luar.

PENERAPAN PADA BANGUNAN




Konsep Lao Tzu telah diterapkan pada taman-taman di
Cina, dimana batas-batas antar taman dibatasi oleh
sebuah
gerbang yang memiliki bentuk lingkaran.
Sebetulnya gerbang yang ada tidak bisa dikatakan juga
membatasi sepenuhnya, selain berfungsi sebagai
pembatas gerbang tersebut juga berfungsi sebagai
penghubung antara taman yang satu dengan taman yang

lainnya, selain itu gerbang tersebut juga memiliki fungsi
sebagai tujuan akhir (goal) dari jalur pedestrian di
dalamnya.
Pemikiran Lao Tzu tersebut memiliki kemiripan dengan
konsep post modern space yang lahir di Jerman pada
pertengahan tahun 1970-an, dimana postmodern space
memperlihatkan
pembentukan
ruang
dengan
mengkomposisikan komponen bangunan itu sendiri.

PLAZA D’ITALIA
Merupakan sebuah alun-alun yang
terbentuk
dari
objek-objek
arsitekturalnya di sekitarnya.
Dimana
objek-objek

sekitarnya
menciptakan sebuah ruang ditengah,
selain itu pola-pola garis di dalamnya
juga memberikan kesan ruang secara
abstrak.
Kedua objek di dalamnya dibuat kontras
dalam
hal
warna
dengan
tujuan
membentuk ruang diantaranya.

PETER EISENMAN’S HOUSE III
Bangunan ini menggunakan kolom sebagai
elemen pembatas ruangnya. Selain sebagai
pembatas, kolom juga berfunngsi sebagai
elemen dekoratif.
Pada bangunan ini tersdapat sebuah kolom
yang menembus lantai dan langit-langit.

Pada ruang tidur atas, kolom yang tembus ini
seolah-olah memberikan kesan dua ruang
maya yang memisahkan dua buah tempat
tidur.
Dinding-dinding yang ada selain sebagai
pemisah juga berfungsi sebagai penghubung
antara ruang luar dan ruag dalam .

BURNS HOUSE

Bangunan ini menunjukkan
perbedaan ketinggian
lantai yang mengalir tak
beraturan dan juga tembok
yang saling overlapping
sebagai pembentuk ruang.

DARI TIADA MENJADI
ADA


LOUIS I KAHN, AYUB NATIONAL HOSPITAL, BANGLADESH

SEKIAN
TERIMAKASIH