Mengukur Tekanan Darah modal dal

MENGUKUR TEKANAN DARAH

LAPORAN PRAKTIKUM
Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Anatomi Fisiologi Manusia
Yang dibina oleh Annie Istanti dan Bu Nuning Wulandari

Oleh
Offering A - Kelompok 5
1.

Elis Yulianingrum

(120341400033)

2.

Lurdinha De Araujo

(120341422022)


3.

Novia Sigma Amalina

(120341421960)

4.

Titis Nur Ilmi

(120341400021)

5.

Yohana Wulandari

(120341421993)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
Oktober 2014

MENGUKUR TEKANAN DARAH
A. DASAR TEORI
Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir
didalam pembuluh darah dan beredar mencapai seluruh jaringan. Tekanan
darah merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri darah
ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan
darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya diukur seperti berikut
120 /80 mmHg.Nomor atas (120) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri
akibat denyutan jantung, dan disebut tekanan sistole. Nomor bawah (80)
menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut
tekanan diastole. Saat yang paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah saat
istirahat dan dalam keadaan duduk atau berbaring (Frandson, 1992).
Sistole dan diastole merupakan dua periode yang menyusun satu siklus
jantung.Diastole adalah kondisi relaksasi, yakni saat jantung terisi oleh darah yang
kemudian diikuti oleh periode kontraksi atau sistole. Satu siklus jantung tersusun
atas empat fase (Saladin, 2003),

1. Pengisian ventrikel (ventricular filling)
Adalah fase diastolik, saat ventrikel mengembang dan tekanannya turun
dibandingkan dengan atrium. Pada fase ini, ventrikel terisi oleh darah dalam tiga
tahapan, yakni pengisian ventrikel secara cepat, diikuti dengan pengisian yang
lebih lambat (diastasis), hingga kemudian proses diakhiri dengan sistole atrial.
Hasil akhir diperoleh EDV (End Diastolic Volume), yang merupakan volume
darah total yang mengisi tiap ventrikel, besarnya kurang lebih 130 mL.
2. Kontraksi isovolumetrik (isovolumetric contraction)
Mulai fase ini, atria repolarisasi, dan berada dalam kondisi diastole selama
sisa siklus.Sebaliknya, ventrikel mengalami depolarisasi dan mulai berkontraksi.
Tekanan dalam ventrikel meningkat tajam, namun darah masih belum dapat keluar
dari jantung dikarenakan tekanan pada aorta (80 mmHg) dan pulmonary trunk (10
mmHg)masih lebih tinggi dibandingkan tekanan ventrikel, serta masih
menutupnya keempat katup jantung. Dalam fase ini, volume darah dalam
ventrikel adalah tetap, sehingga dinamakan isovolumetrik.

3. Pompa ventrikuler (ventricular ejection)
Pompa darah keluar jantung dimulai ketika tekanan dalam ventrikel
melampaui tekanan arterial, sehingga katup semilunaris terbuka.Harga tekanan
puncak adalah 120 mmHg pada ventrikel kiri dan 25 mmHg pada ventrikel

kanan.Darah yang keluar jantung saat pompa ventrikuler dinamakan Stroke
Volume (SV), yang besarnya sekitar 54% dari EDV. Sisa darah yang tertinggal
disebut End Systolic Volume (ESV); dengan demikian SV = EDV – ESV.
4. Relaksasi isovolumetrik (isovolumetric relaxation)
Awal

dari

diastole

ventrikuler,

yakni

saat

mulai

terjadinya


repolarisasi.Fase ini juga disebut sebagai fase isovolumetrik, karena katup AV
belum terbuka dan ventrikel belum menerima darah dari atria.
Maka yang dimaksud dengan tekanan sistole adalah tekanan puncak yang
ditimbulkan di arteri sewaktu darah dipompa ke dalam pembuluh tersebut selama
kontraksi ventrikel, sedangkan tekanan diastole adalah tekanan terendah yang
terjadi di arteri sewaktu darah mengalir ke pembuluh hilir sewaktu relaksasi
ventrikel. Selisih antara tekanan sistole dan diastole, ini yang disebut
dengan blood pressure amplitude atau pulse pressure(Stegemann, 1981).
Pemeriksaan tekanan darah merupakan indikator penting dalam menilai
fungsi kardiovaskuler. Tekanan darah sangat penting dalam sistem sirkulasi darah
dan selalu diperlukan untuk daya dorong yang mengalirkan darah di dalam arteri,
arteriola, kapiler dan sistem vena sehingga terbentuk aliran darah yang
menetap (Siswanto,2005).
Menurut Darmawan (1987), tekanan darah timbul ketika bersirkulasi di
dalam pembuluh darah. Organ jantung dan pembuluh darah berperan penting
dalam proses ini dimana jantung sebagai pompa muskular yang menyuplai
tekanan untuk menggerakkan darah, dan pembuluh darah yang memiliki dinding
yang elastis dan ketahanan yang kuat sebagai jalan lewatnya darah.
Kekuatan tekanan darah disebabkan oleh dua faktor, yaitu :
1. Secara Langsung

a. Kekuatan pompa jantung, berkaitan dengan aktivitas jantung
b. Keadaan pembuluh darah (nadi), jika pembuluh darah vasodilatasi maka
tekanan darah akan menjadi turun

c. Volume dan kepekatan darah, semakin banyak volume dan kepekatannya
maka tekanan darahnya semakin naik karena ada energi potensial yang
tersimpan.
2. Secara tidak Langsung
a. Sistem saraf (simpatis dan parasimpatis) dapat terganggu karena berbagai
hal (stress, olahraga, bekerja, obat perangsang atau penenang).
b. Makanan yang dikonsumsi
c. Umur dan jenis kelamin
d. Perubahan suhu, detak jantung akan meningkat setiap kenaikan suhu 10 0C
(dikenal sebagai hokum Van’t Hoff).
Tekanan darah dapat diukur secara langsung atau tidak langsung.Pada
metode langsung, kateter arteri dimasukkan langsung ke dalam arteri.Pengukuran
tidak

langsung


dilakukan

dengan

sphygmomanometer

dan

stetoskop.Sphygmomanometer atau tensimeter dikenalkan pertama kali oleh dr.
Nikolai Korotkov, seorang ahli bedah Rusia, lebih dari 100 tahun yang lalu. Sejak
itu,sphygmomanometer air raksa telah digunakan sebagai standar emas
pengukuran tekanan darah oleh para dokter. Tensimeter atau sphygmomanometer
pada awalnya menggunakan raksa sebagai pengisi alat ukur ini. Sekarang,
kesadaran akan masalah konservasi lingkungan meningkat dan penggunaan dari
air

raksa

telah


menjadi

perhatian

seluruh

dunia.

Bagaimanapun,

sphygmomanometer air raksa masih digunakan sehari-hari bahkan di banyak
negara modern.Para dokter tidak meragukan untuk menempatkan kepercayaan
mereka kepada tensimeter air raksa ini (Guyton, 2006).
Sphygmomanometer terdiri dari sebuah pompa, sumbat udara yang dapat
diputar, kantong karet yang terbungkus kain, dan pembaca tekanan, yang bisa
berupa jarum mirip jarum stopwatch atau air raksa.Sphygmomanometer tersusun
atas manset yang dapat dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang
berhubungan dengan rongga dalam manset.Alat ini dikalibrasi sedemikian rupa
sehingga tekanan yang terbaca pada manometer sesuai dengan tekanan dalam
millimeter air raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis(Sugiarto, 2002).


Agar sphygmomanometer masih dapat digunakan untuk mengukur
tekanan darah dengan baik, perlu dilakukan kalibrasi. Cara melakukan kalibrasi
yang sederhana adalah sebagai berikut:
1. Sebelum dipakai, air raksa harus selalu tetap berada pada level angka nol
(0 mmHg).
2. Pompa manset sampai 200mmHg kemudian tutup katup buang rapat-rapat.
Setelah beberapa menit, pembacaan mestinya tidak turun lebih dari 2
mmHg (ke 198 mmHg). Disini kita dapat melihat apakah ada bagian yang
bocor.
3. Laju Penurunan kecepatan dari 200 mmHg ke 0 mmHg harus 1 detik,
dengan cara melepas selang dari tabung kontainer air raksa.
4. Jika kecepatan turunnya air raksa di sphygmomanometer lebih dari 1
detik, berarti harus diperhatikan keandalan dari sphygmomanometer
tersebut. Karena jika kecepatan penurunan terlalu lambat, akan mudah
untuk terjadi kesalahan dalam menilai. Biasanya tekanan darah sistolik
akan terlalu tinggi (tampilannya) bukan hasil sebenarnya. Begitu juga
dengan diastolik.
Berbagai faktor mempengaruhi tekanan darah, seperti halnya aktivitas
hormon, rangsang saraf simpatis, jenis kelamin, umur, suhu tubuh, termasuk juga

diantaranya posisi dan aktivitas fisik.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Pada praktikum ini memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan
mahasiswa sebagai berikut:
1. Mengukur tekanan arteri dan tekanan vena secara tidak langsung
2. Meneliti berbagai faktor yang mempengaruhi tekanan darah dan perbedaan
besar antara tekanan arteri dan tekanan vena
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
 Stetoskop
 Sphygmomanometer

2. Bahan
 Alkohol 70 %
 Kapas

D. CARA KERJA
1. Mengukur Tekanan Arteri

Membersihkan ujung stetoskop untuk telinga dengan alkohol 70 % dan

memastikan bahwa manset tidak berisi udara, bila manset berisi udara,
menekan manset supaya udara keluar

Meminta subyek untuk duduk dengan posisi yang nyaman dengan satu
lengan ditumpangkan diatas meja (setinggi letak jantung)

Membebatkan manset pada lengan atas subyek persis pada siku
dengan bagian untuk dipompa berada pada tengah-tengah permukaan
lengan

Memantapkan manset dengan mengkaitkan ujung distalnya pada
bagian bawah manset

Meraba titik denyut nadi brakhial, kemudian meletakkan diafragma
stetoskop di atas titik denyut nadi tersebut, memasang stetoskop pada
kedua telinga

Memompa manset sampai tekanannya mencapai kurang lebih 160
mmHg, kemudian secara perlahan-lahan menurunkan tekanan dengan
membuka katup pembebas tekanan

Sambil mengamati ukuran tekanan, dan mendengarkan dengan hatihati suara denyutan halus pertama yang terdengar, tekanan ini
dinamakan sistole

Meneruskan menurunkan tekanan pada manset sambil tetap
mendengarkan suara denyutan, bila suara denyutan menghilang
mencatat suara terakhir yang terdengar, tekanan ini dinamakan distole

Mengulangi percobaan sampai tiga kali dan mencatat hasilnya pada data
pemngamatan

2. Memperkirakan Tekanan Vena
\

Meminta subyek untuk berdiri dekat dengan papan tulis, dengan sisi
tubuh sebelah kanan mengahdap ke papan tulis dengan lengan tergantung
pada sisi tubuh
Menandai pada papan perkiraan ketinggian atrium kanan
Meminta subyek dengan pelan-pelan menaikkan dan menurunkan lengan
kanannya dan mengamati vena superfisial pada bagain dorsal lengan

Mengulangi percobaan sampai ditemukan ketinggian yang tepat saat
hilangnya vena dan memberi tanda pada papan tulis

Mengukur dalam mm jarak vertikal antara ketinggian atrium kanan
dengan menghilangnya vena
E. DATA PENGAMATAN
1. Mengukur tekanan arteri
Ulangan
1
2
3

Tekanan Sistole (mmHg)
110
110
110

Tekanan Diastole (mmHG)
70
68
70

2. Memperkirakan tekanan vena
Ulanga

Jarak vertikal antara atrium kanan dengan menghilangnya vena (mm)

n
1
2
3

360
280
320

F. ANALISIS DATA
1. Mengukur tekanan arteri
Untuk mengukur tekanan arteri dapat diukur dengan mengetahui
tekanan sistole dan diastole. Pada ulangan pertama didapatkan hasil tekanan
sistole 110 mmHg dan tekanan diastole 70 mmHg. Pada ulangan kedua
didapatkan hasil tekanan sistole 110 mmHg dan tekanan diastole 68 mmHg. Pada
ulangan ketiga didapatkan hasil tekanan sistole 110 mmHg dan tekanan diastole
70 mmHg. Jadi rata-rata tekanan diastole adalah 110 mmHg dan tekanan diastole
adalah 69,3 mmHg. Selain itu untuk mengetahui tekanan denyutan maka dapat
dilakukan perhitungan dengan menghitung selisih tekanan sistole dengan tekanan
diastole :
Ulangan 1 : 110 mmHg - 70 mmhg = 40 mmHg
Ulangan 2 : 110 mmHg - 68 mmhg = 42 mmHg
Ulangan 3 : 110 mmHg - 70 mmhg = 40 mmHg
Berdasarkan perhitungan tersebut maka tekanan denyutan rata-rata
adalah 61 mmHg.

2. Memperkirakan tekanan vena
Untuk memperkirakan menghitung tekanan vena maka dapat
dilakukan pengukuran terhadap jarak vertikal antara atrium kanan dengan
menghilangnya vena. Pada ulangan pertama, menghilangnya vena pada
jarak 360 mm. Pada ulangan kedua menghilangnya vena pada jarak 280.
Pada ulangan ketiga menghilangnya vena pada jarak 320 mm. Untuk
menghitung tekanan vena maka dapat dihitung menggunakan rumus :
Pv = 1,056 x x mmHg
13,6
Jadi,
Pv1 = 1,056 x 360 mmHg

13,6
= 27,95 mmHg
Pv2 = 1,056 x 280 mmHg
13,6
= 27,74 mmHg
Pv1 = 1,056 x 320 mmHg
13,6
= 24,85 mmHg
Berdasarkan perhitungan di atas maka tekanan vena rata-rata yaitu 26,85 mmHg.
G. PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis data diatas didapatkan bahwa tekanan darah
arteri subyek normal atau sehat. Hal tersebut sesuai Soewolo (1999)
dengan pernyataan yang menyatakan bahwa dalam keadaan sehat tekanan
sistol dan diastole seseorang adalah 120/80, artinya tekanan sistol = 120
mmHg sedangkan tekanan diastole = 80 mmHg. Perbedaan antara
besarnya tekanan sistol dan diastole disebut tekanan denyutan, yang rataratanya adalah 40 mmHg. Setelah tiga kali pengukuran, dapat diketahui
bahwa rerata tekanan darah arteri subyek yaitu tekanan sistole 110 mmHg
dan tekanan diastole 69,3 mmHg serta perbedaan antara besarnya tekanan
denyutan adalah 40,6 mmHg.
Pada titik saat pembuluh arteri membuka sedikit dan semburan darah
melewatinya menghasilkan suara pertama,agak tajam seperti ketukan.
Kemudian diikuti suara keras dan secara tiba-tiba berubah menjadi lebih
redup,selanjutnya hilang sama sekali. Suara pertama seperti ketukan
tersebut adalah darah sistol yaitu kekuatan darah mendorong dinding arteri
ketika ventrikel kontraksi. Titik paling rendah saat suara masih dapat
didengar, tepat sebelum hilang sama sekali, kira-kira sebanding dengan
tekanan darah diastole atau kekuayan darah mendesak dinding arteri ketika
ventrikel relaksasi. Tekanan sistol memberi informasi tentang kekuatan
kontraksi ventrikel kiri, dan tekanan diastole memberikan informasi
tentang tahanan pembuluh darah. Perbedaan antara besarnya tekanan sistol
dan diastole disebut tekanan denyutan (Soewolo, 2005).
Pada
pengukuran
tekanan
vena
tidak

menggunakan

sphygomanometer, sebab tekanan vena jauh lebih rendah daripada tekanan

arteri. Metode yang digunakan adalah dengan membuat perkiraan
(Basoeki, 2000).
Pengukuran tekanan vena dapat menggunakan vena jugularis
(externa dexter) dengan titik nol (zero point) di tengah atrium kanan. Titik
ini kira-kira berada pada perpotongan antara garis tegak lurus dari angulus
Ludovici ke bidang yang dibentuk kedua linea midaxillaris (Guyton, 1990)
Vena jugularis tidak terlihat pada orang normal dengan posisi tegak.
Ia baru terlihat pada posisi berbaring di sepanjang permukaan musculus
sternocleidomastoideus. JVP yang meningkat adalah tanda klasik
hipertensi vena (seperti gagal jantung kanan). Peningkatan JVP dapat
dilihat sebagai distensi vena jugularis, yaitu JVP tampak hingga setinggi
leher; jauh lebih tinggi daripada normal (Basoeki, 1988).
Jantung memompa darah ke seluruh tubuh untuk memenuhi
kebutuhan O2 dan

nutrisi. Aliran darah yang dipompa oleh jantung

memberi tekanan pada didinding pembuluh darah. Tekanan ini disebut
dengan tekanan darah (Chandra, 2009). Ketika praktikum, pengukuran
tekanan vena dilakukan pada vena superfisial pada bagian dorsal lengan.
Dimulai dari posisi lurus setinggi antrium, kemudian mulai menggerakkan
lengan ke atas ataupun ke bawah hingga vena tidak nampak sama sekali.
Selisih ketinggian dengan posisi sejajar antrium disimbolkan dengan x.
Pengukuran dilakukan sebanyak satu kemudian dilakukan perhitungan
dengan rumus:
Pv

=

1,056 x X
13,6

mmHg

Rerata nilai data pengukuran jarak vertikal antara ketinggian atrium
kanan dengan menghilangnya vena setelah tiga kali ulangan adalah 320
mm. Kemudian dihitung tekanan vena menggunakan rumus dan hasilnya
sebesar 24,84705 mmHg.
Data hasil perhitungan tersebut tidak sesuai dengan teori dalam
Basoeki (1988) yang menyatakan tekanan normal vena antara 30-40
mmHg. Tekanan vena dari subjek mungkin tidak normal. Hal ini mungkin
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kesalahan mengukur
ketinggian vena, kesalahan dalam mengukur jarak ketinggian atrium kanan
dengan letak menghilangnya vena dan kesalahan dalam menangkap

konsep mengenai cara penghitungan jarak ketinggian atrium kanan dengan
menghilangnya vena.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi aliran darah vena ke
jantung antara lain diastole atrium, gerakan pernapasan, kontraksi otot
rangka dan kegiatan katup semilunar Hasil pengamatan tekanan vena
lengan yang sebesar 24,084705 mmHg memang kecil dibandingkan
dengan tekanan arteri yang rata-ratanya adalah sistole sebesar 110 mmHg
dan rata-rata diastole sebesar 69,3 mmHg. Hal ini dipengaruhi oleh
tekanan atrium yang relaksasi setelah melakukan kontraksi yang
mengosongkan darah di dalamnya sehingga tekanan darah yang sampai ke
vena lengan yang posisinya semakin menjauhi jantung semakin kecil.
Kemudian darah yang telah sampai ke vena tersebut ditahan untuk kembali
ke arteri diantaranya karena setiap otot rangka berkontraksi akibatnya
terjadi pemenjetan vena oleh oleh berkas otot yang berkontraksi sehingga
darah terdorong kearah jantung dan tidak sebaliknya sebab pada vena ada
katup semilunar yang mencegah aliran di dalmnya bergerak balik. Ketika
otot relaks, aliran darah balik di dalam vena dihalangi oleh katup
semilunar. (Soewolo, 1999).

H. KESIMPULAN
1. Tekanan darah arteri subyek yaitu tekanan sistole 110 mmHg dan tekanan
diastole 69,3 mmHg serta perbedaan antara besarnya tekanan denyutan
adalah 40,6 mmHg. Tekanan vena menggunakan rumus dan hasilnya
sebesar 24,84705 mmHg.
2. Faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah kebutuhan O2 dan nutrisi
yang dibutuhkan manusia untuk beraktivitas. Tekanan vena lengan lebih
kecil dibandingkan dengan tekanan arteri karena dipengaruhi oleh tekanan
atrium yang relaksasi setelah melakukan kontraksi yang mengosongkan
darah di dalamnya sehingga tekanan darah yang sampai ke vena lengan
yang posisinya semakin menjauhi jantung semakin kecil. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi aliran darah vena ke jantung antara lain

diastole atrium, gerakan pernapasan, kontraksi otot rangka dan kegiatan
katup semilunar

DAFTAR RUJUKAN
Basoeki, Soedjono. 1988. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta: depdiknas.
Basoeki, Soedjono, dkk. 2000. Petunjuk Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia.
Malang: JICA
Chandra, cahya. 2009. Tekanan Darah. (Online).
http://www.scribd.com/doc/27921568/Tekanan -Darah. Diakses pada
tanggal 28 diakses pada 30 September 2014.
Darmawan, Iyan. 1987. Cairan Alternatif untuk Resusitasi Cairan : Ringer Asetat.
Indonesia: Medical Departement PT. Otsuka Indonesia
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Edisi Keempat. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press
Guyton, Arthur C.1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit edisi 3.
Jakarta : EgC
Guyton, Artur C. Jonh E. Hall. 2006. Textbook Of Medical Physiology. Singapore:
Elsevier. (ebook)
Siswanto, Y.2005. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Stroke Berulang. Jurnal
Universitas Diponegoro Semarang.(Online) ( http:// eprints. undip. ac.id /
4942/ .pdf) , diakses pada 29 September 2014
Soewolo, dkk. 1999. Fisiologi Manusia. Malang : JICA
Tortora, G. dan Nicholas P.A.. 1984. Principles of Anatomy and Physiology. New
York: D Van Nostran Company.
Sugiarto, P. 2002. Gangguan Fungsi Luhur Pada Penderita Stroke. Berkala
Ilmiah Kesehatan Fatmawati, Vol.3 No.8.