Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kenaikan Tekanan Darah pada Pekerja yang Terpajan Kebisingan di PT. “X” Indonesia Tahun 2014

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KENAIKAN TEKANAN DARAH PADA PEKERJA YANG TERPAJAN KEBISINGAN

DI PT. “X” INDONESIA TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

OLEH : SOFYAN HADI NIM: 107101001488

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1435 H / 2014 M


(2)

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Juli 2014


(3)

ii UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT Skripsi, 14 Juli 2014

Sofyan Hadi, NIM : 107101001488

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kenaikan Tekanan Darah pada Pekerja yang Terpajan Kebisingan di PT. “X” Indonesia Tahun 2014

(xvi + 82 halaman, 32 lampiran)

ABSTRAK

PT. “X” merupakan salah satu perusahaan industri produsen mobil yang berada di Bogor, Indonesia. Dalam proses produksi di perusahaan ini terdapat kebisingan yang mempunyai Nilai Ambang Batas diatas normal. Dari 8 lokasi/station yang dilakukan pengukuran kebisingan, terdapat 3 lokasi/station yang memliki nilai dosis dan TWA yang melebihi ambang batas, yaitu axle belakang (188%), Station 1B (127%), dan Washing (481%). Keterpaparan terhadap kebisingan yang melebihi nilai ambang batas pada kurun waktu yang cukup lama selain berakibat pada gangguan pendengaran ringan juga dapat menaikkan tekanan darah. Pengulangan paparan kebisingan yang terus menerus dapat mempercepat perkembangan perubahan struktur vascular pembuluh perifer sehingga menghasilkan kenaikan tekanan darah yang menetap sampai menuju tingkat hipertensi (Wardana, W: 1999).

Penelitian ini merupakan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan tekanan darah pada pekerja yang terpajan kebisingan di PT. “X” Indonesia tahun 2014 yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan tekanan darah sehingga dapat dilakukan pencegahan sejak dini. Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dilaksanakan pada Januari- Mei 2014 di PT “X” Indonesia dengan jenis penelitian kuantitatif dan disain studi yang digunakan adalah Cross Sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah semua pekerja yang terpapar kebisingan. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari pengukuran langsung dan kuesioner serta data sekunder diperoleh dari PT “X” Indonesia.

Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara dosis kebisingan (p-value = 0.004) dan riwayat merokok (p-value = 0.010) dengan kenaikan tekanan darah sistole Sedangkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja dan umur dengan kenaikan tekanan darah sistole.

Saran yang dilakukan adalah peningkatan pengawasan terhadap penggunaan alat pelindung telinga pada pekerja, serta perlu adanya tindak lanjut berupa sanksi yang dilakukan oleh pihak perusahaan, karena masih ada pekerja yang tidak menggunakannya saat pekerjaan berlangsung. Selain itu pengecekan berkala alat pelindung telinga juga diperlukan untuk mengetahui masih layak atau tidakkah alat pelindung telinga tersebut digunakan.


(4)

iii JAKARTA STATE ISLAMIC UNIVERSITY

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH

Undergraduated Thesis, July 2014 Sofyan Hadi, NIM : 107101001488

Factors affect a rise blood pressure on workers that is exposed noise in PT “X” Indonesia Year 2014

(xvi + 82 pages, 32 attachments)

ABSTRACT

PT “X” is one of an industrial enterprise manufacturer of automobiles who was in bogor indonesia. During the production process in this company, there are the noise have the value of a threshold above normal. From 8 locations / station carried out the measurement of noise, there are three locations / station which has a dose and twa that exceeds the value of a threshold, namely rear axle (188%), station 1b (127%), and the washing (481% ). Other malignancies against noise that exceeds the value of a threshold during a considerable time in addition to amounted to hearing loss light can also raise blood pressure. The repetition of exposure to the noise continuous can hasten of developmental changes in the structure of vascular peripheral vessels so as to produce a rise in blood pressure that settled until toward the rate of hypertension (Wardana, W: 1999).

This research is research on factors that affect a rise in blood pressure on workers that is exposed noise in PT X” Indonesia 2014 whose aim is to identify the factors that affect a rise in blood pressure so as to be conducted early prevention.Research conducted by a student of uin syarif hidayatullah jakarta held on januari- may 2014 in PT X” Indonesia with the kind of research and the design of quantitative study used is the cross sectional. A sample in this research is all workers exposed to noise. The data used is data derived from measurement direct primary and secondary a questionnaire as well as data obtained from PT X” Indonesia.

The results of the test statistics show there is a significant relation exists between a dose of noise ( p-value = 0.004 ) and the acts of smoking ( p-value = 0.010 ) with a rise in blood pressure the systole while there is not a significant relation exists between working time and age with a rise in blood pressure the systole and the diastole.

A suggestion that is done is an increase the supervision to the use of a hearing protectors to the workers, and the need of a follow-up in the form of sanctions, conducted by the company because there are still worker who does not use them when the work in progress. Besides that checks a periodical instrument hearing protectors also required to know still worth hearing protectors or don ' t instrument is used.


(5)

iv Judul Skripsi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KENAIKAN TEKANAN DARAH PADA PEKERJA YANG TERPAJAN KEBISINGAN

DI PT. “X” INDONESIA TAHUN 2014

Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing untuk dipertahankan pada sidang skripsi dihadapan tim penguji Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, Juli 2014 Oleh

Sofyan Hadi NIM : 107101001488

Catur Rosidati, MKM Pembimbing I

Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes Pembimbing II


(6)

v

PANITIA SIDANG UJI SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, Juli 2014

Penguji Skripsi I

(Febrianti, M.Si)

Penguji Skripsi II


(7)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Sofyan Hadi

Tempat Tanggal Lahir Jakarta, 19 Oktober 1989

Alamat Jl. Masjid An-Nur Kebon nanas V, RT 011/010 No.20 Kebayoran Lama, Jakarta Selatan

Agama Islam

Golongan Darah O

No. Telp 085777592632

E-mail sofyanhadi.kesmas07@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

1995 – 2001 SDI Al-Falah 2001 – 2004 MTS Al-Falah 2004 – 2007 MA Al-Falah

2007 – sekarang S1 Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

PENGALAMAN ORGANISASI

2005 – 2006 Staff Divisi Pendidikan Ikatan Pelajar Madrasah Aliyah Al-Falah

2008 – 2009 Staff Departemen Pusat Penelitian dan Pengembangan BEM Jurusan Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


(8)

vii

KATA PENGANTAR هت اكرب و ها ةمحر و مكيلـــع ماــسلا

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan kenikmatan yang tak terhingga kepada kita semua. Dengan memanjat rasa syukur atas segala nikmat dan rahmat-Nya hingga laporan penelitian (skripsi) yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kenaikan Tekanan Darah pada Pekerja yang Terpajan Kebisingan di PT. “X” Indonesia Tahun 2014” ini dapat disusun dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpah curahan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini.

Penyusunan skripsi ini bukanlah merupakan hasil usaha peneliti sendiri, melainkan banyak pihak yang memberikan bantuan, bimbingan, motivasi, dan saran dalam menyelesaikannya. Untuk itu sepatutnya peneliti mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada:

1. Keluarga tercinta, terutama ayah dan mama yang tak pernah lelah untuk memberikan nasihat, semangat serta kasih sayangnya yang tulus. Pengorbanannya tak akan penulis lupakan.

2. Ibu Febrianti, M.Si sebagai Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat.

3. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK selaku penanggung jawab peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.


(9)

viii

4. Ibu Catur Rosidati, MKM dan Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM, MKes selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu, arahan dan ilmu dalam membimbing hingga skripsi ini selesai.

5. Seluruh dosen dan staf Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Ir. Ari Abriyarto selaku pembimbing lapangan serta bapak/ibu lainnya yang tidak penulis ucapkan satu persatu namanya, terimakasih atas kesempatan, bimbingan maupun arahan yang telah diberikan kepada penulis selama di PT. “X” Indonesia.

7. Sahabat-sahabat seperjuanganku di kesmas 2007 baik K3 maupun Gizi, sukses untuk kita semua.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripai ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan kesalahan datangnya dari peneliti selaku manusia, karena itu peneliti mengharap saran dan kritik yang membangun guna menjadi lebih baik lagi. Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Jakarta, Juli 2014


(10)

ix

LEMBAR PERNYATAAN ... ABSTRAK... PERNYATAAN PERSETUJUAN... PANITIA SIDANG SKRIPSI... DAFTAR RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1.2. Rumusan Masalah... 1.3. Pertanyaan Penelitian... 1.4. Tujuan Penelitian ... 1.4.1. Tujuan Umum ... 1.4.2. Tujuan Khusus ... 1.5. Manfaat Penelitian... 1.5.1. Bagi Peneliti ... 1.5.2. Bagi Perusahaan ... 1.5.3. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN... 1.5.4. Bagi Peneliti Lain... 1.6. Ruang Lingkup Penelitian ...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kebisingan... 2.1.1. Pengertian Kebisingan...

i ii iv v vi vii ix xiii xiv xv 1 4 5 6 6 7 8 8 8 8 8 9 10 10


(11)

x

2.1.2. Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan... 2.2. Sumber Kebisingan... 2.3. Jenis Kebisingan... 2.4. Recommended Exposure Limit (REL) ... 2.5. Gangguan Akibat Kebisingan... 2.5.1. Gangguan Auditorial... A. Sensorineural Hearing Loss... B. Conductive Hearing Loss... C. Mixed Hearing Loss... 2.5.2. Gangguan Nonauditorial... A. Gangguan Fisiologis... B. Gangguan Psikologis... C. Gangguan Komunikasi... D. Gangguan Tidur... 2.6. Pengendalian Kebisingan... 2.7. Tekanan Darah... 2.8. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Naiknya Tekanan Darah... 2.9. Kerangka Teori...

BAB III KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep... 3.2. Definisi Operasional... 3.3. Hipotesis...

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian ... 4.2. Lokasi dan waktu penelitian... 4.3. Populasi dan Sampel... 4.4. Pengumpulan Data... 4.5. Teknik Pengolahan Data...

11 12 13 14 15 15 16 16 17 17 17 18 18 18 19 23 28 36 38 40 42 43 43 43 45 48


(12)

xi BAB V HASIL

5.1. Gambaran Umum Perusahaan…………... 5.1.1. Panitia Pelaksana Keselamatan Kesehatan Kerja (P2K3)... 5.1.2. Proses Produksi... 5.2. Hasil Analisis Univariat... 5.2.1. Gambaran Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Kerja Di PT “X” Indonesia Tahun 2014... 5.2.2. Gambaran Kenaikan Tekanan Darah Sistole Di PT “X” Indonesia

Tahun 2014... 5.2.3. Gambaran Dosis Kebisingan Di PT “X” Indonesia Tahun 2014... 5.2.4. Gambaran Masa Kerja Di PT “X” Indonesia Tahun 2014... 5.2.5. Gambaran Usia Di PT “X” Indonesia Tahun 2014... 5.2.6. Gambaran Status Merokok Di PT “X” Indonesia Tahun 2014... 5.3. Hasil Analisis Bivariat...

5.3.1. Hubungan antara Dosis Kebisingan terhadap Kenaikan Tekanan Darah Sistole Di PT “X” Indonesia Tahun 2014... 5.3.2. Hubungan antara Masa Kerja terhadap Kenaikan Tekanan Darah Sistole Di PT “X” Indonesia Tahun 2014... 5.3.3. Hubungan antara Usia terhadap Kenaikan Tekanan Darah Sistole Di

PT “X” Indonesia Tahun 2014... 5.3.4. Hubungan antara Status Merokok terhadap Kenaikan Tekanan Darah

Sistole Di PT “X” Indonesia Tahun 2014...

BAB VI PEMBAHASAN

6.1. Keterbatasan Penelitian... 6.2. Peningkatan tekanan darah... 6.3. Kebisingan... 6.4. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kenaikan Tekanan Darah

51 51 52 60 60 61 61 62 63 63 64 64 65 66 67 69 69 70


(13)

xii

6.4.1. Hubungan antara Dosis Kebisingan dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole…………... 6.4.2. Hubungan antara Masa Kerja dengan Kenaikan Tekanan Darah

Sistole... 6.4.3. Hubungan antara Usia dengan Kenaikan Tekanan Darah

Sistole... 6.4.4. Hubungan antara Status Merokok dengan Kenaikan Tekanan Darah

Sistole...

BAB VII PENUTUP

1.1. Kesimpulan... 1.2. Saran...

DAFTAR PUSTAKA... 72

73

74

75

77 78


(14)

xiii Nomor Tabel Tabel 2.1 Tabel 3.1 Tabel 4.1 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 Tabel 5.4 Tabel 5.5 Tabel 5.6 Tabel 5.7 Tabel 5.8 Tabel 5.9 Tabel 5.10

Nilai Ambang Batas Kebisingan... Definisi Operasional... Nilai P1 dan P2 masing-masing variabel... Gambaran Tekanan Darah Sistole Sebelum dan Sesudah Bekerja Di PT “X” Indonesia Tahun 2014... Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Kenaikan Tekanan Darah Sistole Di PT “X” Indonesia Tahun 2014... Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Dosis Kebisingan Di PT “X” Indonesia Tahun 2014... Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja Di PT “X” Indonesia Tahun 2014... Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Usia Di PT “X” Indonesia Tahun 2014... Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Merokok Di PT “X” Indonesia Tahun 2014... Distribusi Responden Berdasarkan Dosis Kebisingan dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole di PT “X” Indonesia Tahun 2014... Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole di PT “X” Indonesia Tahun 2014... Distribusi Responden Berdasarkan Usia dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole di PT “X” Indonesia Tahun 2014... Distribusi Responden Berdasarkan Status Merokok dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole di PT “X” Indonesia Tahun 2014... Halaman 11 40 44 60 61 62 62 63 64 65 66 67 68


(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR Nomor Tabel

Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 3.1

Earmuff ... Earplug... Kerangka Teori... Kerangka Konsep...

Halaman 22 23 37 39


(16)

xv

Tingkat Kebisingan di Station 1A dalam Keadaan Normal... Tingkat Kebisingan di Station 1B dalam Keadaan Normal... Tingkat Kebisingan di Axle Depan dalam Keadaan Normal... Tingkat Kebisingan di Axle Belakang dalam Keadaan Normal... Tingkat Kebisingan di Gearbox dalam Keadaan Normal... Tingkat Kebisingan di Engine dalam Keadaan Normal... Tingkat Kebisingan Station 1A... Tingkat Kebisingan Station 1B dari sumber Station 1A... Tingkat Kebisingan Axle Depan dari Sumber Station 1A... Tingkat Kebisingan Station 1B... Tingkat Kebisingan Station 1A dari Sumber Station 1B... Tingkat Kebisingan axle depan dari sumber Station 1B... Tingkat Kebisingan Axle Belakang dari Sumber Station 1B... Tingkat Kebisingan Washing... Tingkat Kebisingan Car Inspection dari sumber Washing... Tingkat kebisingan di Axle depan terhadap Axle belakang... Tingkat kebisingan di Axle belakang... Tingkat kebisingan di Engine terhadap Axle belakang... Tingkat kebisingan di Gear terhadap Axle belakang... Tingkat kebisingan di Station 1A terhadap Axle belakang... Tingkat kebisingan di Station 1B terhadap aAxle belakang... Lama Paparan Sumber Kebisingan... Dosis yang diterima pekerja di Station 1A... Dosis yang diterima pekerja di Station 1B... Dosis yang diterima pekerja di Axle Depan... Dosis yang diterima pekerja di Axle Belakang... Dosis yang diterima pekerja di Engine... Dosis yang diterima pekerja di Washing...

Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13 Lampiran 14 Lampiran 15 Lampiran 16 Lampiran 16 Lampiran 16 Lampiran 17 Lampiran 17 Lampiran 18 Lampiran 18 Lampiran 19 Lampiran 20 Lampiran 21 Lampiran 22 Lampiran 23 Lampiran 24


(17)

xvi

Dosis yang diterima pekerja di Car Inspection... Uji Normalitas... Tekanan Darah Sistole... Dosis Kebisingan... Masa Kerja... Umur... Hubungan antara Dosis Kebisingan dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole... Hubungan antara Masa Kerja dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole... Hubungan antara Usia dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole... Hubungan antara Status Merokok dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole...

Lampiran 25 Lampiran 26 Lampiran 26 Lampiran 26 Lampiran 27 Lampiran 28

Lampiran 29

Lampiran 30

Lampiran 31


(18)

1 1.1. Latar Belakang

Perkembangan industri dalam menggunakan mesin-mesin di lingkungan kerja terus mengalami lonjakan yang signifikan. Seiring dengan hal tersebut, maka muncul permasalahan baik aspek keselamatan maupun aspek kesehatan sebagai dampak interaksi antara manusia dengan mesin. Untuk mengurangi dampak permasalahannya, maka dilaksanakan upaya kesehatan dan keselamatan kerja pada industri yang bersangkutan yang bertujuan untuk menciptakan tempat kerja yang aman dan sehat, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Salah satu bahaya yang diakibatkan oleh proses pekerjaan di suatu industri adalah kebisingan. Kebisingan merupakan gangguan yang berpotensi mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan terutama berasal dari kegiatan operasional peralatan pabrik, sedangkan operator merupakan komponen lingkungan yang terkena pengaruh yang diakibatkan adanya peningkatan kebisingan (Sasongko, dkk, 2000).

Gangguan yang ditimbulkan akibat kebisingan pada tenaga kerja bermacam-macam, mulai dari gangguan fisiologis sampai gangguan permanen kehilangan pendengaran (Siswanto, 1990). Kebisingan juga dapat menimbulkan gangguan terhadap sistem jantung dan peredaran darah melalui mekanisme hormonal yang


(19)

2

diproduksinya, yaitu hormon adrenalin, dapat meningkatkan frekuensi detak jantung dan tekanan darah (Sasongko, dkk, 2000).

Pengaruh kebisingan terhadap tekanan darah tinggi telah menjadi bahan kajian dan studi utama kebisingan di lingkungan kerja. Penelitian-penelitian mengindikasikan bahwa paparan jangka panjang terhadap kebisingan intensitas tinggi pada 85 dBA atau lebih, khususnya ketika telinga tidak dilindungi akan menyebabkan kenaikan tekanan darah atau hipertensi (Evelyn, dkk, 2006).

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan menemukan bahwa kebisingan dapat memberikan dampak yang buruk pada kesehatan. Parvizpoor pada penelitiannya terhadap tenaga kerja bagian tenun dengan intensitas bising 96 dBA menemukan 27,1% tenaga kerja mengalami kenaikan tekanan darah pada kelompok kontrol hanya ditemukan 8,6%.

Penelitian Andriukin (1961) menemukan bahwa pada tenaga kerja bagian mesin bubut di Moskwa dengan intensitas bising 93 dBA. Didapatkan hasil bahwa tenaga kerja yang terpapar kebisingan tekanan darahnya dua kali lebih tinggi daripada kelompok pekerja yang tidak terpapar kebisingan.

Selain itu, penelitian terhadap tenaga penggilingan padi di kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Yogyakarta didapatkan bahwa kebisingan mesin penggilingan padi pada intensitas 86-97 dBA mengakibatkan tekanan darah operator penggilingan padi mengalami perubahan berdasarkan tekanan arteri rata-rata antara 4,443 mmHg sampai 10 mmHg, dengan rata-rata-rata-rata kenaikan sebesar 2,49 mmHg (Bambang, S, 2002).


(20)

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada karyawan PT Semen Tonasa didapatkan juga hasil bahwa ada hubungan antara intensitas kebisingan dengan peningkatan tekanan darah, baik itu sistolik maupun diastolik (Babba, J, 2007).

Chun Hui et. Al (2007) melakukan penelitian mengenai hubungan antara kebisingan, usia pekerja, masa kerja, lama kerja per hari dan penggunaan APT terhadap penurunan pendengaran dan efek non-auditory berupa peningkatan tekanan darah yang diakibatkan oleh kebisingan industry pada 659 pekerja wanita di pabrik tekstil di Cina. Berdasarkan penelitian tersebut, diperoleh data bahwa sebesar 23,62% mengalami penurunan pendengaran dan sebesar 7,93% mengalami peningkatan tekanan darah.

Menurut Lang et.al (1992) dalam Institute of Occupational Medicine for Health and Safety Executive (1999) yang meneliti secara cross sectional pada 432 pekerja yang terpapar kebisingan selama jam kerja (8 jam sehari) pada paparan sekitar 85 dB atau melebihi, diperoleh hasil bahwa terdapat kenaikan tekanan darah sekitar 5-10 mmHg.

PT. “X” merupakan salah satu perusahaan industri produsen mobil yang berada di Indonesia. Dalam proses produksi di perusahaan ini terdapat 8 lokasi/station yang terpapar dari kebisingan tersebut, diantaranya Axle Belakang, Axle Depan, Engine, Gearbox, Station 1A, Station 1B, Washing, dan Car Inspection. Dari 8 lokasi/station tersebut, sebagian besar tingkat kebisingannya berada di atas Nilai Ambang Batas. Menurut Kepmenaker No.51 Tahun 1999, Nilai Ambang Batas kebisingan yang diperbolehkan sebesar 85 dB untuk 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.


(21)

4

Peneliti melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu pada Januari 2014, dengan mengambil pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah kerja pada pekerja yang terpapar kebisingan yang melebihi ambang batas sebanyak 10 sampel. Dari 10 sampel tersebut, 7 sampel diantaranya mengalami kenaikan tekanan darah setelah bekerja. Berkaitan dengan studi pendahuluan tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” tahun 2014. Penelitian ini penting dilakukan, karena pengulangan paparan kebisingan yang terus menerus dapat mempercepat perkembangan perubahan struktur vascular pembuluh perifer sehingga menghasilkan kenaikan tekanan darah yang menetap sampai menuju tingkat hipertensi (Wardana, W, 1999).

1.2. Rumusan Masalah

Keterpaparan terhadap kebisingan yang melebihi nilai ambang batas pada kurun waktu yang cukup lama akan berakibat pada gangguan pendengaran ringan dan jika terjadi terus menerus akan menyebabkan ketulian permanen. Selain itu kebisingan juga diduga menimbulkan gangguan emosional yang memicu meningkatnya tekanan darah. Energi kebisingan yang tinggi mampu juga menimbulkan efek viseral, seperti perubahan frekuensi jantung, perubahan tekanan darah dan tingkat pengeluaran keringat, dapat juga terjadi efek psikososial dan psikomotor ringan jika seseorang berada di lingkungan yang bising. (Harrington dan Gill, 2005). Pengulangan paparan yang terus menerus dapat mempercepat perkembangan perubahan struktur vascular pembuluh perifer sehingga


(22)

menghasilkan kenaikan tekanan darah yang menetap sampai menuju tingkat hipertensi (Wardana, W, 1999).

Dalam penelitian ini, penulis hanya akan membatasai akibat kebisingan pada aspek fisiologis berupa peningkatan tekanan darah. Hal ini dikarenakan efek tersebut yang secara langsung dapat terlihat karena merupakan gejala awal yang dapat dideteksi sebagai akibat dari adanya pengaruh kebisingan. Maka berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Januari 2014 dengan pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah kerja pada pekerja yang terpapar kebisingan yang melebihi nilai ambang batas, diperoleh hasil bahwa 7 pekerja mengalami peningkatan tekanan darah, dan 3 pekerja tidak mengalami peningkatan tekanan darah. Pada studi pendahuluan ini juga diikuti dengan observasi terhadap pemakaian alat pelindung telinga pada pekerja. Didapatkan hasil observasi bahwa sebagian besar pekerja tidak memakai alat pelindung telinga yang berada di tempat sumber kebisingan. Maka berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kenaikan tekanan darah pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” tahun 2014.

1.3. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran tekanan darah pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014?

2. Bagaimana gambaran dosis kebisingan pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014?


(23)

6

3. Bagaimana gambaran masa kerja pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014?

4. Bagaimana gambaran usia pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014?

5. Bagaimana gambaran status merokok pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014?

6. Apakah ada hubungan antara dosis kebisingan dengan kenaikan tekanan darah pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014? 7. Apakah ada hubungan antara masa kerja dengan kenaikan tekanan darah

pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014?

8. Apakah ada hubungan antara usia dengan kenaikan tekanan darah pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014?

9. Apakah ada hubungan antara status merokok dengan kenaikan tekanan darah pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014?

1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan tekanan darah pada pekerja yang terpajan kebisingan di PT “X” Indonesia tahun 2014.


(24)

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran tekanan darah pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014

2. Mengetahui gambaran dosis kebisingan pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014

3. Mengetahui gambaran masa kerja pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014

4. Mengetahui gambaran usia pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014

5. Mengetahui gambaran status merokok pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014

6. Mengetahui hubungan antara dosis kebisingan dengan kenaikan tekanan darah pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014

7. Mengetahui hubungan antara masa kerja dengan kenaikan tekanan darah pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014

8. Mengetahui hubungan antara usia dengan kenaikan tekanan darah pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014 9. Mengetahui hubungan antara status merokok dengan kenaikan

tekanan darah pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014


(25)

8

1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengalaman yang berharga dalam pelaksanaan aplikasi ilmu dan teori yang telah didapat dibangku perkuliahan

1.5.2. Bagi Perusahaan

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan referensi masukan yang bermanfaat tentang kajian dalam aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

1.5.3. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN

Hasil yang didapat dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta.

1.5.4. Bagi Peneliti Lain

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan tekanan darah pada pekerja yang terpajan kebisingan.


(26)

1.6. Ruang Lingkup

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di PT. “X” Indonesia yang terletak di Bogor bulan Mei 2014. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, kegiatan yang dilakukan oleh peneliti adalah untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional. Jenis data yang digunakan pada penelitian ini berupa data primer, seperti pengukuran kebisingan, pengukuran tekanan darah, serta wawancara kepada pekerja. Selain itu digunakan juga data sekunder berupa profil perusahaan dan data-data mengenai pekerja.


(27)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebisingan

2.1.1. Pengertian Kebisingan

Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Kepmenaker No 51 tahun 1999).

Kebisingan juga dapat diartikan bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (KepMenLH No.48 Tahun 1996).

Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel saraf pendengar dalam telinga oleh gelombang longitudinal yang ditimbulkan getaran dari sumber bunyi atau suara dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau penghantar lainnya dan manakala bunyi atau suara tersebut tidak dikehendaki oleh karena mengganggu atau timbul di luar kemauan orang yang bersangkutan, maka bunyi-bunyian atau suara demikian dinyatakan sebagai kebisingan (Suma’mur, 2009).

Jadi dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan, kenyamanan serta dapat menimbulkan ketulian.


(28)

2.1.2. Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan

NAB kebisingan di tempat kerja adalah intensitas suara tertinggi yang merupakan nilai rata-rata, yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang menetap untuk waktu kerja terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu (Suma’mur P.K., 1996:298).

Tabel 2.1

Nilai Ambang Batas Kebisingan


(29)

12

Seperti diketahui, NAB kebisingan di tempat kerja yang berlaku di Indonesia adalah 85 dBA, sedangkan jumlah, jenis pengukuran dan penilaian berkala ditentukan oleh sifat dan besarnya bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh kebisingan. Oleh karena itu, perlu diusahakan agar kebisingan di tempat kerja lebih rendah dari NAB tersebut, melalui tindakan teknis, dan apabila tidak mungkin dilakukan, pemakaian alat pelindung diri yang memenuhi syarat harus diadakan (Suma’mur P.K., 1996:297).

2.2 Sumber Kebisingan

Menurut M. Nasri (1997), sumber kebisingan dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu :

1. Mesin

Yaitu kebisingan yang ditimbulkan akibat aktifitas mesin 2. Vibrasi

Yaitu kebisingan yang ditimbulkan akibat getaran yang diakibatkan aktifitas peralatan.

3. Pressure-redusing valve (pergerakan udara, gas dan cairan)

Yaitu kebisingan yang ditimbulkan akibat pergerakan dari udara, gas, likuid atau cairan, dalam kegiatan proses kerja industri.


(30)

2.3 Jenis Kebisingan

Menurut Suma’mur (1996), jenis-jenis kebisingan dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu :

1. Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state, wide band noise), misalnya mesin, kipas angin, dapur pijar dan lain-lain. 2. Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi sempit (steady state,

narrow band noise), misalnya gergaji sirkuler, katup gas dan lain-lain. 3. Kebisingan terputus-terputus (intermittent), misalnya lalu-lintas, suara kapal

terbang dilapangan udara.

4. Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise), seperti pukulan tukul, tembakan bedil atau meriam, ledakan.

5. Kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempa di perusahaan.

Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, bising dapat dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu :

1. Bising yang mengganggu (Irritating noise). Intensitas tidak terlalu keras. Misalnya mendengkur.

2. Bising yang menutupi (Masking noise). Merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain.


(31)

14

3. Bising yang merusak (Damaging/Injurious moise). Bunyi yang intensitasnya melampaui nilai ambang batas. Bunyi ini jelas akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran. (Buchari, 2007).

2.4 Recommended Exposure Limit (REL)

Eksposur yang direkomendasikan NIOSH batas (REL) untuk pajanan kebisingan. REL yang tertulis adalah 85 dBA, sama dengan 8 jam per hari. Paparan di dan di atas level tersebut dapat dianggap bahaya.

A. Exposure Level dan Durasi

Pekerjaan yang terdapat paparan kebisingan harus dikendalikan sehingga paparan pekerja kurang dari kombinasi tingkat pemaparan (L) dan durasi (T), sebagaimana dihitung dengan rumus berikut :

B. Weighted Average (TWA)

REL untuk sebuah 8-jam shift kerja adalah 85 dBA TWA menggunakan 3-decibel (dB) nilai tukar.

C. Daily Noise Dose

Ketika pemaparan kebisingan sehari-hari terdiri dari periode yang berbeda tingkat kebisingan, dosis harian (D) tidak sama atau melebihi 100, seperti yang dihitung menurut rumus berikut:


(32)

Cn = total waktu pemaparan pada tingkat kebisingan tertentu,

Tn = pemaparan durasi yang kebisingan pada tingkat ini menjadi berbahaya. Dosis harian dapat diubah menjadi sebuah 8-hr TWA menurut rumus berikut :

( )

2.5 Gangguan Akibat Kebisingan

Gangguan yang ditimbulkan akibat kebisingan pada tenaga kerja bermacam-macam, mulai dari gangguan fisiologis dan gangguan psikologis sampai gangguan permanen sampai kehilangan pendengaran (A. Siswanto, 1990:22). Pengaruh-pengaruh negatif demikian adalah sebagai berikut :

2.5.1. Gangguan Auditorial

Dampak auditorial cukup banyak jenisnya dengan tingkat keparahan yang beragam, mulai bersifat sementara dan dapat disembuhkan atau sembuh dengan sendirinya (temporary threshold shift atau TTS) hingga permanen (permanent threshold shift atau PTS).

Gangguan auditorial merupakan faktor yang diduga lebih peka terhadap penurunan ketajaman pendengaran akibat paparan bising (Joko Suyono, 1995:172). Gangguan auditorial dapat diklasifikasikan berdasarkan letak atau posisi gangguan pendengaran pada sistem pendengaran manusia. Dikenal tiga jenis gangguan (hearing loss), yaitu :


(33)

16

A. Sensorineural Hearing Loss

Sensorineural hearing loss diklasifikasikan sebagai masalah pada sistem sensor dan bukan masalah mekanis. Sensorineural Hearing Loss disebabkan oleh ketidakberesan pada bagian dalam telinga, khususnya kokhlea (Tambunan, 2005:121).

B. Conductive Hearing Loss

Jenis gangguan ini diklasifikasikan sebagai masalah mekanis (mecanical hearing loss) karena menyerang bagian luar dan tengah telinga pekerja, tepatnya selaput gendang telinga dan ketiga tulang utama (hammer, anvil dan stirrup) menjadi sulit atau tidak bisa bergetar. Akibatnya, pekerja menjadi agak sulit mendengar (Tambunan, 2005:121).

Pada tuli konduktif tantangannya adalah mencari perawatan medis atau operasi untuk memperbaiki atau sekurang-kurangnya mempertajam pendengaran. Alasan hal ini adalah bahwa pada tuli konduktif, saraf pendengaran tetap normal, dan bila cacat pada mekanisme konduktif dapat diperbaiki, maka pendengaran akan kembali normal (Lilian Yuwono, 1995:52).


(34)

C. Mixed Hearing Loss

Jika kedua threshold konduksi menunjukkan adanya kehilangan atau gangguan pendengaran, namun porsi kehilangan lebih besar pada konduksi udara (Tambunan, 2005:122).

2.5.2. Gangguan Nonauditorial A. Gangguan Fisiologis

Kebisingan dapat menimbulkan gangguan terhadap sistim jantung dan peredaran darah melalui mekanisme hormonal yang diproduksinya, yaitu hormon adrenalin, dapat meningkatkan frekuensi detak jantung dan tekanan darah. Kejadian ini termasuk gangguan kardiovaskuler (Dwi P. Sasongko, 2000:21). Banyak penelitian fisiologis menunjukkan bahwa pembukaan suara menghasilkan:

a) Peningkatan tekanan darah. b) Akselarasi kecepatan jantung.

c) Kontraksi pembuluh darah dari kulit. d) Peningkatan metabolisme.

e) Penurunan organ pencernaan. f) Ketegangan otot meningkat.

Semua reaksi ini merupakan gejala keadaan ketakutan yang meluas, yang disebabkan dan dikontrol oleh keadaan stimulasi yang meningkat dari sistem syaraf otomatis. Ini merupakan mekanisme pertahanan yang mempersiapkan seluruh tubuh dalam menghadapi


(35)

18

kemungkinan bahaya, yang siap untuk melawan atau bertahan. (E. Granjeand, 1988:289).

B. Gangguan Psikologis

Kebisingan dapat menimbulkan gangguan psikologis seperti kejengkelan, kecemasan dan ketakutan. Gangguan psikologis akibat kebisingan tergantung pada intensitas, frekuensi, perioda, saat dan lama kejadian, kompleksitas spektrum atau kegaduhan dan ketidak teraturan kebisingan (Dwi P. Sasongko, dkk, 2000:20).

Perasaan yang memberatkan yang disebabkan oleh suara merupakan pengaruh yang paling penting, karena mereka tersebar, dan mereka harus dianggap sebagai faktor yang menentukan dalam mengembangkan teknik dalam melawan suara, dan merumuskan peraturan melawannya (E. Granjeand, 1988:289).

C. Gangguan Komunikasi

Kebisingan bisa mengganggu percakapan sehingga mempengaruhi komunikasi yang sedang berlangsung (Dwi P. Sasongko, dkk, 2000:17). Untuk keperluan komunikasi ditempat kerja suatu perkataan yang di ucapakan baru dapat di pahami apabila intensitas ucapan paling sedikit 10 dB lebih tinggi dari latar belakang suara (Suma’mur P.K., 1991:98).

D. Gangguan Tidur

Kebisingan mengganggu tidur, orang tidur akan terbangun. Gangguan tidur yang terus menerus menjadi sebab penurunan


(36)

produktivitas tenaga kerja karena proses pemulihan keadaan tubuh tidak terjadi sebagaimana mestinya (Suma’mur P.K., 1991:99). Gangguan tidur akibat kebisingan adalah sebagai berikut :

a) Terpapar 40 dB kemungkinan terbangun 5% b) Pada 70 dB akan meningkat menjadi 30% c) 100 dB manjadi 100% (A. Siswanto, 1990:29).

2.6 Pengendalian Kebisingan

Pendekatan yang paling sering dipakai dan yang dianjurkan dalam perundangan untuk pengendalian risiko adalah dengan menggunakan hirarki pengendalian (Tarwaka, 2008) :

A. Eliminasi (Elimination)

Eliminasi merupakan suatu pengendalian risiko yang bersifat permanen dan harus dicoba untuk diterapkan sebagai pilihan prioritas pertama. Eliminasi dapat dicapai dengan memindahkan obyek kerja atau sistem kerja yang berhubungan dengan tempat kerja yang kehadirannya pada batas yang tidak dapat diterima oleh ketentuan, peraturan, atau standar baku sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang diperkenankan. Eliminasi adalah cara pengendalian risiko yang paling baik, karena risiko terjadinya kecelakaan dan sakit akibat potensi bahaya ditiadakan. Namun pada prakteknya pengendalian dengan cara eliminasi banyak mengalami kendala karena keterkaitan antara sumber bahaya dan potensi bahaya saling berkaitan atau menjadi sebab dan akibat.


(37)

20

B. Substitusi (Substitution)

Pengendalian ini dimaksudkan untuk menggantikan bahan-bahan dan peralatan yang lebih berbahaya dengan bahan-bahan dan peralatan yang kurang berbahaya atau yang lebih aman, sehingga pemaparannya selalu dalam batas yang masih dapat diterima.

C. Rekayasa Teknik (Engineering Control)

Pengendalian ini termasuk merubah struktur obyek kerja untuk mencegah seseorang terpapar kepada potensi bahaya, seperti pemberian pengaman mesin, penutup ban berjalan, pembuatan cor beton (concrete) untuk menghindari adanya tumpahan oli/minyak (spill oil), dan sebagainya.

D. Isolasi (Isolation)

Isolasi merupakan pengendalian risiko dengan cara memisahkan seseorang dari objek kerja, seperti menjalankan mesin-mesin produksi dari tempat tertutup (control room) menggunakan alat kendali otomatis (remote control).

E. Pengendalian Administrasi (Administration Control)

Pengendalian administrasi dilakukan dengan menyediakan suatu sistem kerja yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya. Metode ini sangat tergantung dari perilaku pekerjanya dan memerlukan pengawasan yang teratur untuk dipatuhinya pengendalian


(38)

administrasi ini. Metode ini meliputi rekruitmen tenaga kerja baru sesuai jenis pekerjaan yang akan ditangani, pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, rotasi kerja untuk mengurangi kebosanan dan kejenuhan, penerapan prosedur kerja, pengaturan kembali jadwal kerja, training keahlian, dan training masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

F. Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment)

Alat Pelindung Diri (APD) secara umum merupakan sarana pengendalian yang digunakan untuk jangka pendek dan bersifat sementara saat sistem pengendalian yang lebih permanen belum dapat diterapkan. APD merupakan pilihan terakhir dari suatu sistem pengendalian risiko di tempat kerja. Hal ini disebabkan penggunaan APD mempunyai kelemahan antara lain :

1. APD tidak menghilangkan risiko bahaya yang ada, tetapi hanya membatasi antara terpaparnya tubuh dengan potensi bahaya yang diterima. Bila penggunaan APD gagal, maka secara otomatis bahaya yang ada akan mengenai pekerja.

2. Penggunaan APD dirasakan tidak nyaman, karena kekurangleluasaan gerak pada waktu kerja dan dirasakan adanya beban tambahan karena harus dipakai selama bekerja.

Proteksi personal yang bisa diterapkan adalah penggunaan earplugs dan earmuffs. Menurut Mc Cormick dan Sanders (1987), terdapat 2 tipe APT, yaitu APT permanen (earmuffs, earplugs dan headphone) dan APT


(39)

22

tidak permanen (sumbat telinga seperti kapas kering atau basah dan glassdown). Menurut Sembodo (2004), selain sumbat telinga dan tutup telinga, untuk mengurangi kebisingan ada juga yang menggunakan helm. Jika sumbat telinga mampu mengurangi kebisingan 8 – 30 dBA dan tutup telinga 25 – 40 dBA.

1. Earmuffs

Earmuffs terbuat dari karet dan plastik. Earmuffs bisa digunakan untuk intensitas tinggi (>95 dB), bisa melindungi seluruh telinga, ukurannya bisa disesuaikan untuk berbagai ukran telinga, mudah diawasi dan walaupun terjadi infeksi pada telinga alat tetap dapat dipakai. Kekurangannya, penggunaan earmuffs menimbulkan ketidaknyamanan, rasa panas dan pusing, harga relatif lebih mahal, sukar dipasang pada kacamata dan helm, membatasi gerakan kepala dan kurang praktis karena ukurannya besar. Earmuffs lebih protektif daripada earplugs jika digunakan dengan tepat, tapi kurang efektif jika penggunaannya kurang pas dan pekerja menggunakan kaca mata.

Gambar 2.1


(40)

2. Earplugs

Earplugs lebih nyaman dari earmuffs, berlaku untuk tingkat kebisingan sedang (80-95 dB) untuk waktu paparan 8 jam. Jenis earplugs ada bermacam-macam: padat dan berongga. Bahannya terbuat dari karet lunak, karet keras, lilin, plastik atau kombinasi dari bahan-bahan tersebut.

Keuntungan dari ear plug adalah: mudah dibawa karen akecil, lebih nyaman bila digunakan pada tempat yang panas, tidak membatasi gerakan kepala, lebih murah daripada ear muff, lebih mudah dipakai bersama dengan kacamata dan helm. Sedangkan kekurangan dari ear plug yaitu atenuasi lebih kecil, sukar mengontrol atau diawasi, saluran telingan lebih mudah terkena infeksi dan apabila sakit ear plug tidak dapat dipakai.

Gambar 2.2

Earplug (Sumber: Defi P,Iferta Inafalia, 2005)

2.7 Tekanan Darah

Menururt Pearce (2006), tekanan darah ialah kekuatan tekanan darah ke dinding pembuluh darah yang menampungnya. Tekanan ini berubah-ubah pada setiap tahap siklus jantung. Tekanan darah menunjukkan keadaan di mana tekanan yang dikenakan oleh darah pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh


(41)

24

jantung ke seluruh anggota tubuh, dengan kata lain tekanan darah juga berarti kekuatan yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh (Guyton dan Hall, 1997).

A. Tekanan darah sistolik dan diastolik

Tekanan darah dibedakan menjadi dua, yaitu tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Tekanan sistolik merupakan tekanan pada pembuluh darah yang lebih besar ketika jantung berkontraksi. Tekanan sistolik menyatakan puncak tekanan yang dicapai selama jantung menguncup. Tekanan yang terjadi bila otot jantung berdenyut memompa untuk mendorong darah keluar melalui arteri, dimana tekanan ini berkisar antara 95 - 140 mmHg. Sedangkan tekanan diastolik merupakan tekanan yang terjadi ketika jantung rileks di antara tiap denyutan. Tekanan diastolik menyatakan tekanan terendah selama jantung mengembang. Dimana tekanan ini berkisar antara 60 - 95 mmHg.

B. Penggolongan Tekanan Darah (Ganong, 1991 :165) 1. Tekanan darah normal

Seorang dikatakan mempunyai tekanan darah normal bila catatan tekanan darah untuk sistolik < 140 mmHg dan diastole < 90 mmHg (Guyton dan Hall, 1997: 219). Nilai Tekanan Darah normal (dalam mmHg) : Pada usia 15-20 tahun keatas = 90-120/60-80 mmHg, usia 30-40 tahun = 110-140/70-90 mmHg, dan usia 50 tahun = 120-150/70-90 mmHg (Oktia Woro, 1999:7).


(42)

2. Tekanan darah rendah

Seseorang dikatakan mempunyai tekanan darah rendah bila catatan tekanan darah untuk yang normal tetap di bawah 100/60 mmHg, tekanan sistolik <100 mmHg dan diastole < 60 mmHg (Watson, 2002 : 265)

3. Tekanan darah Tinggi

Seseorang dikatakan mempunyai tekanan darah tinggi bila catatan tekanan darah untuk yang normal tetap di atas 100/90 mmHg, tekanan sistol > 140 mmHg dan diastole > 90 mmHg (Watson, 2002 : 265)

C. Efek kebisingan terhadap tekanan darah

Bising merupakan gangguan yang bersifat psikososial. Gangguan yang bersifat psikosial ini bila datang berulang-ulang terhadap pekerja akan menimbulkan reaksi siaga yang selalu mengikutsertakan naiknya aktivitas saraf simpatis yang dalam waktu tertentu dapat mengakibatkan kenaikan tekanan darah (Miller et al, 1969).

Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apabila terputus-putus atau datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (10 mmHg), nadi menjadi cepat naik, emosi meningkat, vaso kontruksi pembuluh darah naik, pucat, otot tegang atau metabolisme tubuh meningkat seperti keringat meningkat dan menjadi kurus (Astra Green company, 2002).


(43)

26

Burns (1979) dalam penelitiannya dengan menggunakan alat photoelectric secara tidak langsung dapat mengukur perubahan volume darah perifer rata-rata dari jari-jari pada pemaparan suara jangka pendek. Hasilnya bahwa semakin tinggi intensitas suara pada pemaparan jangka pendek, vasokontriksi perifer makin berat dan maksimal dicapai pada intensitas suara 102 dB setelah pemaparan 10 detik.

Penelitian di Bandara Munich oleh Evans, et all 1995, ditemukan kenaikan tekanan darah sistolik 3 mmHg yang dihubungkan dengan kebisingan penerbangan. Sedangkan penelitian evans, et all 1998, ditemukan ada kenaikan tekanan darah sisol dan diastol untuk komunitas yang terpajan sebesar 3,4 mmHg lebih besar dibanding grup kontrol.

Penelitian statistik oleh Van Kempen terhadap banyak hasil studi efek kebisingan, mendapatkan adanya pengaruh dari pajanan kebisingan pada tekanan darah. Kenaikan signifikan secara statistik ditemukan untuk pajanan kebisingan lingkungan kerja, untuk tekanan darah sistol 0,51 (0,01-1,00) mmHg/5 dBA, sedangkan untuk diastoli kenaikannya tidak signifikan.

Penelitian Rosenlund terhadap 2919 sampel penduduk yang tinggal di sekitar Bandara Arlanda, Stockholm dengan lama tinggal paling sedikit 1 tahun dan berumur 19-80 tahun, menunjukkan bahwa pajanan kebisingan penerbangan bisa menjadi faktor risiko untuk terjadinya hipertensi. Penduduk yang tinggal sekitar bandara Arlanda dengan pajanan kebisingan kurang dari 55 dBA prevalensi hipertensinya sebesar 14% sedangkan


(44)

penduduk yang tekeena pajanan kebisingan lebih dari 55 dBA prevalensi hipertensinya sebesar 20%.

Menurut Schmidt, efek kebisingan terhadap manusia ada dua macam, yakni efek terhadap pendengaran yang disebut trauma akustik dan trauma bising, serta efek terhadap perubahan perilaku manusia (stres psikis) yang dapat tercetus sebagai gangguan psikosomatis, antara lain kenaikan kenaikan tekanan darah, jantung berdebar-debar, dan lain-lain. Bila kedua tersebut dihubungkan dengan fungsi alrm simpatis, maka stres psikis dapat merangsang hypotalamus bagian lateroposterior yang menjadi pusat ekssitasi, kemudian sinyal listrik dikirimkan melalui formasio retikularis ke pusat vasomotor di dalam sepertiga bagian bawah pons untuk selanjutnya melalui medulla spinalis menuju ke pusat saraf simpatis yaitu di substansia grisea motoneuron simpatis segmen cervical dan darah di sini dialirkan melalui saraf simpatis ke efektor dalam organ telinga dalam sehingga menyebabkan vasokontriksi arteri diinervasi.

Secara garis besar mekanisme gangguan vaskularisassi pada hiperstimulasi bising dapat dikemukakana sebagai berikut. Pada hiperstimulasi bising bisa terjadi kegiatan komponen-komponen dalam organo auditoria yang berkewajiban meneruskan rangsang sampai ke pusat meningkat. Peningkatan kegiatan ini membutuhkan energi yang terutama didapat dari metabolisme glucose secara aerob. Dengan demikian, metabolisme ini membutuhkan penyediaan oksigen, sehingga metabolisme di semua komponen auditoria yang mengambil bagian dari impuls saraf


(45)

28

sangat meningkat. Setiap peningkatan metabolisme dalam sel-sel jaringan selalu diikuti peningkatan aliran darah kejaringan itu secara akut. Sebagai hasil akhir, terjadi pengurangan tonus aktif pada otot dinding vaskuler dan sifat kontraktil pada endotel kapiler yang menyebabkan vasodilatasi baik arteriole, venule, metarteriole, sfingter prakapiler, maupun kapiler. Disamping pengaturan tersebut diatas, ada pengaturan aliran darah setempat jangka panjang, yaitu terjadi rekontruksi vaskularisasi jaringan secara terus menerus untuk memenuhi kebutuhan jaringan itu terhadap oksigen dan zat-zat gizi sehingga unkuran pembuluh darah di tempat itu bertambah. Keadaan ini dipacu oleh perangsangan yang terus menerus berhari-hari sampai bertahun-tahun pada jaringan/organ, seperti hiperstimulasi bising pada organoauditoria.

2.8 Faktor-faktor yang mempengaruhi naiknya tekanan darah A. Kebisingan dan Alat Pelindung Telinga

Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki, maka dari itu kebisingan sering mengganggu walaupun terhadap variasi dalam besarnya gangguan atas jenis dan kekerasan suatu kebisingan. Pada umumnya kebisingan bernada tinggi sangat mengganggu, lebih-lebih yang terputus-putus / yang datangnya secara tiba-tiba dan tidak terduga (Suma’mur, 1994:57), dan semakin bahaya lagi jika tidak diikuti dengan penggunaan alat pelindung telinga.


(46)

Ambang batas keamanan yang direkomendasikan oleh Occupational Safety and Health Administration (OSHA) dan organisasi kesehatan dunia (WHO) dan mengacu pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-51/MEN/1999, tentang baku mutu tingkat kebisingan, yaitu intensitas kebisingan rata-rata tidak boleh lebih dari 85 dB selama 8 jam per hari atau 40 jam seminggu.

Sebagian besar dari penelitian di laboratorium, bahwa kebisingan dapat merusak performa pekerja, dapat memperlambat latihan pada memori ingatan, mempengaruhi proses selektivitas dalam memori dan pemilihan strategi dalam melaksanakan tugas pekerjaan. Kebisingan ini juga dapat mengganggu perhatian, sehingga konsentrasi dan kesigapan mental menurun. Efek pada persyarafan otonom terlihat sebagai kenaikan tekanan darah, percepatan denyut jantung, pengerutan pembuluh darah kulit, bertambah cepatnya metabolisme, menurunnya aktivitas alat pencernaan. Kebisingan dapat mempengaruhi kesehatan terhadap fungsi tubuh yang menyebabkan peningkatan tekanan darah dan berupa peningkatan sensitivitas tubuh seperti peningkatan sistem kardiovaskuler dalam bentuk kenaikan tekanan darah dan peningkatan denyut jantung (Candra, 2007).

Menurut Cohen (1997) dan Miller (1974) menyatakan bahwa akibat kebisingan terhadap kesehatan fisik secara umum dapat meningkatkan tekanan darah, gangguan pencernaan. Sedangkan terhadap kesehatan mental dapat menimbulkan sakit kepala, rasa mual. Kebisingan mengurangi efisiensi dari banyak tugas, meningkatkan tekanan darah, dan menurunkan


(47)

30

volume aliran darah. Saat tidur dapat menyebabkan perubahan electroencephalograms dan sirkulasi darah tanpa merasakannya. Pengulangan paparan yang terus menerus dapat mempercepat perkembangan perubahan struktur vascular pembuluh perifer sehingga menghasilkan kenaikan tekanan darah yang menetap sampai menuju tingkat hipertensi.

Kebisingan akibat suara-suara keras yang ditimbulkan dari mesin pabrik yang terus-menerus, akan mengganggu proses fisiologis jaringan otot dalam tubuh manusia dan akan memicu emosi yang tidak stabil. ketidakstabilan emosi mengakibatkan seseorang mudah mengalami stress, apalagi jika ditambah dengan penyempitan pembuluh darah, maka dapat memacu jantung untuk bekerja lebih keras memompa darah ke seluruh tubuh. Dalam waktu yang lama, tekanan darah akan naik, dan hal inilah yang dapat menimbulkan penyakit hipertensi (Van Kempen, dkk : 2002).

Penelitian Andriukin (1961) menemukan bahwa pada tenaga kerja bagian mesin bubut di Moskwa dengan intensitas bising 93 dBA. Didapatkan hasil bahwa tenaga kerja yang terpapar kebisingan tekanan darahnya dua kali lebih tinggi daripada kelompok pekerja yang tidak terpapar kebisingan.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Eni Hastuti (2005) bahwa intensitas kebisingan berpengaruh terhadap naiknya tekanan darah dengan nilai Pvalue = 0,025 untuk sistol dan Pvalue = 0,033 untuk diastol.

Selain itu, terdapat perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik-diastolik setelah bekerja antara saat tidak memakai earplug dan pada saat memakai earplug, dimana rata-rata tekanan darah sistolik-diastolik setelah bekerja


(48)

pada saat earplug telah dipakai lebih rendah 14,6/6,6 mmHg daripada ketika tidak memakai earplug (Hidayat, S, 2005).

B. Masa Kerja

Gangguan akibat bising akan mudah dialami oleh tenaga kerja yang bekerja dengan masa kerja yang lebih lama, karena semakin lama tenaga kerja bekerja pada bagian dengan tingkat kebisingan yang tinggi, maka semakin tinggi resiko terpapar oleh kebisingan.

Banyak penelitian membuktikan kebisingan dalam jangka waktu lama akan menaikkan risiko penyakit yang berhubungan dengan kenaikan tekanan darah seperti hipertensi, stroke dan jantung. Penelitian Rosenlund, Stockholm 2001, menemukan bahwa penduduk dengan kebisingan prevalensinya 20% dibandingkan dengan daerah tenang yang hanya 14%.

Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Eni Hastuti (2005) bahwa ada hubungan yang signifikan antara massa kerja terhadap kenaikan tekanan darah dengan nilai Pvalue = 0,013 untuk sistol dan Pvalue = 0,045 untuk diastol. Dimana pada pekerja dengan massa kerja lebih dari 10 tahun berisiko kenaikan tekanan darah sistol sebesar 2,150 kali dan kenaikan tekanan darah diastol sebesar 1,737 kali dibanding pekerja dengan massa kerja kurang dari atau sama dengan 10 tahun.


(49)

32

C. Sikap kerja

Orang yang mempunyai tekanan darah normal apabila berdiri dalam jangka waktu yang lama dan tidak banyak bergerak biasanya tekanan darahnya akan turun (Henny Lukmanto, 1995 : 74).

D. Usia

Bertambahnya usia menyebabkan kelenturan atau elastisitas pembuluh darah semakin berkurang. Ketika denyut jantung meningkat dikarenakan sistim saraf yang dirangsang oleh kebisingan, maka pembuluh darah kurang bisa melebar dikarenakan berkurangnya elastisitasnya, sehingga kenaikan tekanan darah akan lebih tinggi. Tekanan darah akan naik terus perlahan-lahan seiring dengan bertambahnya usia, dan akan naik tajam setelah usia 40 tahun. Semakin tua usia seseorang maka tekanan sistol semakin tinggi. Biasanya dihubungkan dengan timbulnya arteriosclerosis (Guyton dan Hall, 1997 : 220)

E. Jenis kelamin

Pada wanita sebelum menopause 5-10 mmHg lebih rendah dari pria seusianya, tetapi setelah menopause tekanan darahnya lebih meningkat (Evelyn c Pearce, 1997: 142)


(50)

F. Merokok

Hubungan antara rokok dengan peningkatan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler telah banyak dibuktikan. Selain dari lamanya merokok, risiko akibat merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap per hari. Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan dari pada mereka yang tidak merokok.

Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok, masuk kedalam aliran darah dan merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi.

Nikotin dalam tembakaulah penyebab meningkatnya tekanan darah setelah hisapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok, nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah amat kecil di dalam paru-paru dan diedarkan ke aliran darah. Hanya dalam beberapa detik nikotin sudah mencapai otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Setelah merokok dua batang saja maka baik tekanan sistolik maupun diastolik akan meningkat 10 mmHg.

Tekanan darah akan tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit setelah berhenti mengisap rokok. Sementara efek nikotin perlahan-lahan menghilang, tekanan darah juga akan menurun dengan perlahan. Namun


(51)

34

pada perokok berat tekanan darah akan berada pada level tinggi sepanjang hari.

Secara langsung setelah kontak dengan nikotin akan timbul stimulan terhadap kelenjar adrenal yang menyebabkan lepasnya epineprin (adrenalin). Lepasnya adrenalin merangsang tubuh melepaskan glukosa mendadak sehingga kadar gula darah meningkat dan tekanan darah juga meningkat, selain itu pernafasan dan detak jantung akan meningkat.

Nikotin mendesak pengeluaran insulin dari pankreas, berarti perokok sering mengalami hiperglikemi (kelebihan gula dalam darah). Nikotin secara tidak langsung menyebabkan pelepasan dopamin dalam otak yang mengontrol kesenangan dan motivasi. Selain kerusakan organ di atas juga kerusakan kronis syaraf dan perubahan perilaku.

Rokok mengandung nikotin sebagai penyebab ketagihan yang akan merangsang jantung, saraf, otak dan organ tubuh lainnya bekerja tidak normal, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin sehingga meningkatkan tekanan darah, denyut nadi dan tekanan kontraksi otot jantung (Sidabutar dan Wiguno, 1990). Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa merokok meningkatkan tekanan darah. Salah satu penelitian tersebut dilakukan pada 12.417 laki-laki (perokok saat ini, mantan perokok, dan bukan perokok) diterbitkan pada bulan Februari 2002 di Journal of Hypertension. Penelitian ini mengungkapkan bahwa prevalensi terendah tekanan darah tinggi ditemukan pada responden yang tidak pernah merokok


(52)

dalam hidup mereka sedangkan pada responden perokok saat ini memiliki prevalensi yang sangat tinggi terhadap naiknya tekanan darah.

G. Minum alkohol

Mengkonsumsi alkohol berakibat buruk, dalam sebuah penelitian yang dilakukan Beever and Mac Gregor (1995), mendapatkan bahwa mengkonsumsi minuman berakohol dalam jumlah besar dapat meningkatkan tekanan darah (Riyadina, 2002). Selain itu mengkonsumsi alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan resistensi terhadap obat anti hipertensi (Imam Parsudi, 1992 : 23). Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol serta diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak bila mengkonsumsi alkohol sekitar 2 – 3 gelas ukuran standar setiap harinya (Depkes RI).

H. Pemakaian obat tertentu

Obat – obat yang dapat meningkatkan tekanan darah antara lain dekongestan hidung, obat- obat hidung, obat supressi nafsu makan (Depkes RI, 2003: 18)


(53)

36

I. Riwayat keturunan

Riwayat keluarga menunjukkan adanya tekanan darah yang meninggi merupakan faktor risiko paling kuat bagi seseorang untuk menghidap hipertensi di masa datang.

2.9 Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dijelaskan, kenaikan tekanan darah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu dosis kebisingan & alat pelindung telinga, massa kerja, sikap kerja, usia, jenis kelamin, riwayat keturunan, status merokok, minum alkohol & obat, serta obesitas. Ini dapat dijelaskan pada gambar 2.3 sebagai berikut:


(54)

Sumber: Candra (2007), Cohen (1997), Miller (1974), Vam Kempen (2002), Henny Lukmanto (1995), Guyton dan Hall (1997), Evelyn c Pearce (1997), Imam Parsudi (1992), Depkes RI (2003)

Gambar 2.3 Kerangka Teori

Kenaikan Tekanan darah Kebisingan

Usia

Merokok Masa Kerja Sikap Kerja

Jenis Kelamin Riwayat Keturunan


(55)

38 BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka konsep

Kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini berasal dari berbagai teori-teori yang membahas faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah. Dari teori-teori tersebut didapatkan bahwa yang dapat mempengaruhi tekanan darah adalah kebisingan, massa kerja, sikap kerja, usia, jenis kelamin, riwayat keturunan, status merokok, serta minum alkohol & obat

Pada penelitian ini kerangka konsep yang digunakan terdiri dari variabel dependen yaitu tekanan darah dan variabel independen yaitu dosis kebisingan, masa kerja, usia, dan status merokok.

Variabel sikap kerja dan jenis kelamin tidak diteliti karena bersifat homogen. Sedangkan variabel minum alkohol dan obat tidak diteliti karena berkemungkinan besar terdapat bias informasi. Seperti diketahui, bahwa di perusahaan tidak boleh ada pekerja dalam keadaan minum alcohol, jika di tanyakan variabel ini dipastikan pekerja menjawab tidak semua. Selain itu, untuk obat-obatan tidak diketahui mana yang dapat menyebabkan kenaikan darah dan tidak. Mekanisme dari kerangka konsep ini dapat dilihat pada gambar 3.1 sebagai berikut:


(56)

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Variabel Dependen Variabel Independen

Kenaikan Tekanan darah Kebisingan

Status Merokok Massa Kerja


(57)

40 3.2 Definisi operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Variabel Dependen 1 Kenaikan

Tekanan darah

Hasil pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah kerja.

Pengukuran langsung

Tensimeter 0. Tidak Meningkat 1. Meningkat

Ordinal

Variabel Independen 1 Dosis

Kebisingan

Paparan kebisingan terhadap pekerja yang diukur dalam satuan waktu selama 8 jam kerja

Pengukuran langsung

Sound level meter 0. < 100% 1. > 100%

Ordinal

2 Masa Kerja Periode berdasarkan waktu (tahun) yang membedakan responden, terhitung sejak awal masuk kerja hingga

Data sekunder

Kuesioner 0. ≤ 8 tahun 1. > 8 tahun


(58)

penelitian berlangsung 3 Usia Lama waktu hidup pekrja

mulai dari lahir hingga penelitian dilakukan

Data sekunder

Kuesioner 0. ≤ 35 tahun 1. > 35 tahun

Ordinal

4 Status Merokok

Riwayat responden dalam mengkonsumsi rokok

Wawancara Kuesioner 0. Tidak 1. Ya


(59)

42

3.2 Hipotesis

1. Ada hubungan antara dosis kebisingan dengan kenaikan tekanan darah pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014.

2. Ada hubungan antara masa kerja dengan kenaikan tekanan darah pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014.

3. Ada hubungan antara usia dengan kenaikan tekanan darah pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014.

4. Ada hubungan antara status merokok dengan kenaikan tekanan darah pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014.


(60)

43 4.1 Desain penelitian

Penelitian ini merupakan jenis studi analitik dengan menggunakan desain cross sectional yang pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya sekali pada satu saat, tidak ada follow up.

4.2 Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Departemen Aggregate Assembly & Component (AGC), Departemen Assembling Commercial Vehicle (ACV), dan Departemen Vehicle Ready Delivery Service (VRDS) di PT “X” Indonesia bulan Januari-Mei 2014.

4.3 Populasi dan sampel

Populasi penelitian ini adalah semua pekerja yang bekerja di Departemen Aggregate Assembly & Component (AGC), Departemen Assembling Commercial Vehicle (ACV), dan Departemen Vehicle Ready Delivery Service (VRDS) yang terpapar kebisingan di PT “X” Indonesia. Sebelum menentukan jumlah sampel, terlebih dahulu mencari P1 dan P2 untuk masing-masing variabel yang menjadi kerangka konsep. Hasil dari nilai P1 dan P2 terdapat pada tabel berikut:


(61)

44

Tabel 4.1

Nilai P1 dan P2 masing-masing variabel

Variabel P1 P2 n

Intensitas kebisingan 64,4% 26,7% 28

Massa kerja 68,4% 31,8% 31

Usia 54,2% 55,6% 21635

Status merokok 57,4% 42,6% 194

Setelah itu dilakukan penentuan jumlah sampel dengan menggunakan uji hipotesis beda dua proporsi dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

n = Jumlah sampel yang diteliti

P = Rata-rata proporsi pada populasi (P1+P2/2)

Z1-/2 = Derajat kepercayaan, CI 90%, α = 10 % (two tail) Z 1-β = Kekuatan uji 90%

P1 = Proporsi kebisingan diatas Nilai Ambang Batas dengan kenaikan tekanan darah = 64,4% (Eny Hastuti, 2005)

P2 = Proporsi kebisingan dibawah Nilai Ambang Batas dengan kenaikan tekanan darah = 26,7% (Eny Hastuti, 2005)

Sampel (n) = [ Z1- α/2x√(2P(1-P)) + Z1-βx√(P1 (1-P1) + P2 (1-P2)) ]2 (P1-P2)2


(62)

Berdasarkan rumus diatas, maka sampel yang dibutuhkan sebesar 28 orang, kemudian sampel dikalikan dua sehingga menjadi 56 orang. Namun karena jumlah populasi yang sedikit maka dilakukan pengambilan sampel jenuh yaitu sebesar 50 responden. Teknik Sampel jenuh merupakan teknik penentuan sampel yang semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Ini dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil (Sugiyono: 2008)

4.4 Pengumpulan data 4.4.1 Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber asli. Sumber asli disini diartikan sebagai sumber pertama darimana data tersebut diperoleh (Kandary, 2010). Data primer yang dibutuhkan pada penelitian ini diambil dengan pengukuran langsung (pengambilan tekanan darah sebelum dan sesudah kerja serta pengukuran dosis kebisingan), dan wawancara (status merokok).

Pengukuran kebisingan dilakukan menggunakan alat Sound Level Meter. Pengukurannya sebagai berikut:

a. Melakukan kalibrasi sebelum alat sound level meter digunakan untuk mengukur kebisingan, agar menghasilkan data yang valid.

b. Mengukur kebisingan di lingkungan kerja

c. Angka yang terlihat pada layar atau display dicatat setiap 5 detik dan pengukuran dilakukan selama 10 menit untuk setiap titik


(63)

46

e. Setelah mengetahui besarnya tingkat kebisingan, maka dihitung pula seberapa besar waktu yang diperbolehkan untuk para pekerja terpapar pada tingkat kebisingan tersebut. Untuk menghitungnya menggunkan rumus sebagai berikut :

f. Setelah mendapatkan waktu paparan yang diperbolehkan, maka sudah bisa dihitung dosis yang diterima pekerja pada masing-masing lokasi/station. Perhitungan dosis tersebut menggunakan rumus sebagai berikut :

( )

Selanjutnya untuk pengukuran tekanan darah menggunakan alat tensimeter. Pengukurannya sebagai berikut:

a. Saat diperiksa, pekerja duduk dengan santai, sebaiknya pengukuran dilakukan beberapa menit setelah mulai duduk dan dalam ruangan yang tenang.

b. Lengan yang diukur harus dalam keadaan bebas (tidak tertutup pakaian yang ketat di bagian lengan), sehingga manset dapat terlilit dengan baik.


(64)

c. Memilih manset yang baik, yaitu manset yang dapat melilit 40% lengan atas bagian tengah. Pemakaian manset berukuran standar pada lengan yang berukuran besar dapat mempengaruhi pembacaan tekanan darah. Sehingga sebaiknya jangan memaksakan manset pada lengan yang berukuran besar.

d. Lilitkan manset pada tengah lengan ke atas dengan bola manset berada di tengah arteri brachialis, dan batas bawah manset dengan siku kurang lebih 1 inci (sekitar 2,5 cm) di atas lipat siku.

e. Pastikan manset sejajar dengan posisi jantung.

f. Pompa tensimeter sampai manset mengembang dan catat tekanan saat bunyi denyut nadi terdengar jelas. Pompa kembali sampai kurang lebih 30 mmHg diatas tekanan ini.

g. Lepaskan pompa perlahan sekitar 2-3 mmHg, dan catat tekanan saat bunyi nadi kembali terdengar.

h. Lepaskan pompa dan tunggu sekitar 30 detik kemudian memompa kembali sampai denyut terdengar lagi.

i. Catat hasil tekanan darah sistolik dan diastolik. Untuk pembacaan sistolik, catat di mana denyut terdengar sebanyak 2 kali secara berurutan untuk pertama kali setelah pompa dilepaskan. Untuk pembacaan diastolik, catat saat denyut menghilang (tidak terdengar lagi).


(65)

48

4.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh seorang peneliti secara tidak langsung dari objeknya, tetapi melalui sumber lain, baik lisan maupun tulis (Kateglo, 2010). Data sekunder yang dibutuhkan pada penelitian ini berasal dari data departemen terkait, seperti usia dan masa kerja pekerja.

4.5 Teknik pengolahan data 4.5.1 Coding

Coding merupakan kegiatan mengklasifikasikan data dan memberikan kode untuk masing-masing pertanyaan, kode yang diberikan akan menjadi panduan untuk menentukan skor yang didapat responden. Adapun cara penilaian dengan memberikan skor pada masing–masing item yang ditanyakan sesuai dengan kode yang telah ditetapkan dengan penggunaan batas skor sebesar 75% dari total skor jawaban yang diharapkan sebagai variabel yang dikategorikan lebih tinggi dari variabel lainnya, penentuan batas nilai skor ini ditetapkan berdasarkan pendapat Arikunto (1993).

a. Tekanan darah, variabel ini diukur dengan pengukuran langsung dan menggunakan satu pertanyaan. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah kerja. kemudian diberikan kode 0 untuk jawaban ”tidak meningkat” dan kode 1 untuk jawaban ”meningkat”.

b. Dosis kebisingan, variabel ini diukur dengan pengukuran langsung dan menggunakan satu pertanyaan, kemudian diberikan kode 0 untuk jawaban ”≤ 100%” dan kode 1 untuk jawaban ”> 100%”.


(66)

c. Masa kerja, variabel ini diukur dengan satu pertanyaan, dimana jawabannya diberi kode 0 untuk “≤ 8 tahun” dan kode 1 untuk “> 8 tahun”. d. Usia, variabel ini diukur dengan satu pertanyaan, dimana jawabannya diberi kode 0 untuk “≤ 35 tahun” dan kode 1 untuk “> 35 tahun”.

e. Status merokok, variabel ini diukur dengan satu pertanyaan, dimana jawabannya diberi kode 0 untuk “tidak” dan kode 1 untuk “ya”.

4.5.2 Editing

Merupakan suatu kegiatan memeriksa kelengkapan data-data yang sudah di isi. Kegiatan ini dilakukan pada saat masih dilapangan, agar data yang salah atau meragukan masih dapat ditelusuri kembali.

4.5.3 Entry

Merupakan suatu kegiatan pemprosesan data agar dapat dianalisis. Pemprosesan data ini dilakukan dengan cara memasukkan data-data yang sudah didapat ke program statistik computer.

4.5.4 Cleaning

Merupakan suatu kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat memasukkan data ke komputer


(67)

50

4.6 Analisis data

4.6.1 Analisis univariat

Analisis univariat ini dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian berupa distribusi dan persentase pada setiap variabel yang meliputi variabel dosis kebisingan, masa kerja, usia, status merokok, dan tekanan darah

4.6.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan uji chi-square, dikarenakan data yang didapatkan berupa data kategorik. Uji Chi-square ini merupakan analisis hubungan variabel kategorik dengan batas kemaknaan α 0,1 estimasi Confidential Interval (CI) 90% yang akan digunakan untuk menguji variabel dosis kebisingan, masa kerja, usia, dan status merokok, terhadap variabel dependen, yaitu tekanan darah.

Analisis bivariat ini digunakan untuk melihat probabilitas suatu kejadian. Jika Pvalue > 0,1 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Sebaliknya jika Pvalue < 0,1 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.


(68)

51 BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Perusahaan

5.1.1 Panitia Pelaksana Keselamatan Kesehatan Kerja (P2K3) A. Tujuan

Menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

B. Audit

Audit sistem manajemen K3 meliputi unsur-unsur sebagai berikut: a) Pembangunan dan pemeliharaan komitmen

b) Strategi pendokumentasian

c) Peninjauan ulang disain dan kontrak d) Pengendalian dokumen

e) Pembelian

f) Keamanan bekerja berdasarkan Sistem Manajemen K3 g) Standar pemantauan

h) Pelaporan dan perbaikan kekurangan i) Pengelolaan material dan pemindahan j) Pengumpulan dan penggunaan data


(69)

52

k) Pemeriksaan sistem manajemen

l) Pengembangan keterampilan dan kemampuan

5.1.2 Proses Produksi

A. Gambaran Umum Aggregate Assembly & Component (AGC) Departemen atau bagian perakitan aggregate merupakan bagian yang merakit dan menyiapkan komponen-komponen seperti engine, gearbox, dan axles yang nantinya akan digabungkan pada chassis. Rincian kegiatannya adalah sebagai berikut :

1) Engine

Proses kerja yang dilakukan pada bagian mesin terdiri dari preparation (engine on pallet) atau persiapan awal yang dilakukan sebelum ke proses selanjutnya.

2) Gearbox

Proses kerja yang dilakuakan pada bagian gearbox ini dimulai dengan proses perakitan komponen-komponen gearbox, yang terdiri dari:

a) Sub Assembly Counter Shaft

Merupakan proses perakitan counter shaft yang terdiri dari pengepresan gears dengan mesin hydrolic press, pemanasan gears dengan oven dan pemasangan bearings pada counter shaft yang sebelumnya dipanaskan terlebih dahulu dengan heater plate.


(1)

Umur

UmurKlp

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Kurang Lebih Sama dengan

35 Tahun 23 46.0 46.0 46.0

Lebih dari 35 Tahun 27 54.0 54.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Descriptives

Statistic Std. Error

Umur Mean 34.52 1.142

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 32.23 Upper Bound 36.81

5% Trimmed Mean 34.33

Median 35.00

Variance 65.153

Std. Deviation 8.072

Minimum 22

Maximum 51

Range 29

Interquartile Range 15

Skewness .260 .337


(2)

BIVARIAT

Hubungan antara Dosis Kebisingan dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole

Crosstab

sistole

Total Sistole Tidak

Meningkat

Sistole Meningkat

DosisKebisingan <=100% Count 15 10 25 % within DosisKebisingan 60.0% 40.0% 100.0%

>100% Count 4 21 25

% within DosisKebisingan 16.0% 84.0% 100.0%

Total Count 19 31 50

% within DosisKebisingan 38.0% 62.0% 100.0% Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 10.272a 1 .001

Continuity Correctionb 8.489 1 .004 Likelihood Ratio 10.772 1 .001

Fisher's Exact Test .003 .002

Linear-by-Linear Association 10.066 1 .002 N of Valid Casesb 50

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.50. b. Computed only for a 2x2 table


(3)

Hubungan antara Masa Kerja dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole

Crosstab

sistole

Total Sistole Tidak

Meningkat

Sistole Meningkat MasaKerjaKlp Kurang Lebih Sama dengan

8 Tahun

Count 12 15 27

% within MasaKerjaKlp 44.4% 55.6% 100.0%

Lebih dari 8Tahun Count 7 16 23

% within MasaKerjaKlp 30.4% 69.6% 100.0%

Total Count 19 31 50

% within MasaKerjaKlp 38.0% 62.0% 100.0%

Chi-Square Tests Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 1.035a

1 .309 Continuity Correctionb .525 1 .469 Likelihood Ratio 1.043 1 .307

Fisher's Exact Test .387 .235

Linear-by-Linear Association 1.014 1 .314 N of Valid Casesb 50

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.74. b. Computed only for a 2x2 table


(4)

Hubungan antara Usia dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole

UmurKlp * sistole Crosstabulation

sistole

Total Sistole Tidak

Meningkat

Sistole Meningkat UmurKlp Kurang Lebih Sama dengan

35 Tahun

Count 6 17 23

% within UmurKlp 26.1% 73.9% 100.0% Lebih dari 35 Tahun Count 13 14 27 % within UmurKlp 48.1% 51.9% 100.0%

Total Count 19 31 50

% within UmurKlp 38.0% 62.0% 100.0% Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 2.566a

1 .109 Continuity Correctionb 1.715 1 .190 Likelihood Ratio 2.611 1 .106

Fisher's Exact Test .148 .095

Linear-by-Linear Association 2.514 1 .113 N of Valid Casesb 50

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.74. b. Computed only for a 2x2 table


(5)

Hubungan antara Status Merokok dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole

Crosstab

sistole

Total Sistole Tidak

Meningkat

Sistole Meningkat

StatusMerokok Tidak Count 12 7 19 % within StatusMerokok 63.2% 36.8% 100.0%

Ya Count 7 24 31

% within StatusMerokok 22.6% 77.4% 100.0%

Total Count 19 31 50

% within StatusMerokok 38.0% 62.0% 100.0%

Chi-Square Tests Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 8.233a 1 .004

Continuity Correctionb 6.600 1 .010 Likelihood Ratio 8.280 1 .004

Fisher's Exact Test .007 .005

Linear-by-Linear Association 8.068 1 .005 N of Valid Casesb 50

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.22. b. Computed only for a 2x2 table


(6)

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Perkenalkan nama saya Sofyan Hadi, mahasiswa S1 program studi Kesehatan

Masyarakat UIN Jakarta. Saya sedang melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi kenaikan tekanan darah. Semua data-data yang didapat pada penelitian

ini akan disimpan secara rahasia dan digunakan hanya untuk tujuan penelitian ini saja.

Atas perhatian dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti

No. Responden:

1

Nama Responden

2

Departemen / Stations

3

Tempat, Tanggal Lahir

4

Mulai Bekerja

5

Masa Kerja

____ tahun

6

Dosis Kebisingan

____dB

0.

≤ NAB

1. > NAB

7

Tekanan Darah

Sebelum ____/____ mmHg

Sesudah ____/____ mmHg

0.

Tidak meningkat 1. Meningkat

9

Status Merokok

0.

Tidak 1. Ya