HUBUNGAN PENGGUNAAN GARAM BERYODIUM DENG

HUBUNGAN PENGGUNAAN GARAM BERYODIUM
DENGAN PERTUMBUHAN LINIER ANAK

Mazarina Devi
Jurusan Teknologi Industri Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang
e-mail: mazrina_dm@yahoo.com

Abstract: In developing countries, the stunted prevalence happened to children is very high. The
malnutrition discussion based on body height according to age showed that there are still 30-40%
of infants in Indonesia is classified into short. The poor nutrition during infantile will continue to
disorder on school-age children’s growth. About 36.1% of school-age children experience
malnutrition. The study result showed that the growth of elementary school-age children in the
endemic area of Disorder from Sodium Deficiency (Gangguan Akibat Kurang Iodium/GAKI)
tends to be worse than the same age in non-endemic are. The purpose of this study was to identify
the relation of salted with sodium consumption toward the linear growth of children. The design of
this study was Cross Sectional. Factors which became independent variables in this analysis were:
children’s age, children’s sex, mother’s age, father’s length of education, mother’s length of
education, father’s occupation, mother’s occupation, numbers of family member, as well as the
usage of salt with sodium and dependent factor of children’s linear growth. The result of the
analysis showed that the insufficient consumption of salt with sodium contributed to children’s
growth. On the families who did not consume sufficient salt with sodium, the growth of stunted

children is bigger than the families who consumed enough salt with sodium, but it is not
significant. The consumption of milk and egg contributed more significantly to children’s growth.
Abstrak: Pada negara berkembang, prevalensi stunted yang terjadi pada anak-anak sangat tinggi.
Kajian gizi kurang berdasarkan tinggi badan menurut umur masih sekitar 30-40% anak balita di
Indonesia diklasifikasikan pendek. Keadaan gizi yang tidak baik pada usia balita akan berlanjut
pada gangguan pertumbuhan anak usia sekolah, sekitar 36,1% anak usia sekolah menderita gizi
kurang. Berdasarkan hasil studi menunjukkan bahwa pertumbuhan anak baru sekolah dasar di
daerah endemik Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI) cenderung lebih buruk dari pada usia
yang sama di daerah non-endemik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
penggunaan garam beryodium terhadap pertumbuhan linier anak. Design penelitian ini adalah
Cross sectional. Faktor yang menjadi variabel independent dalam analisis ini masing masing
terdiri: umur anak, jenis kelamin anak, umur ibu, lama pendidikan ayah, lama pendidikan ibu,
pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, jumlah anggota keluarga, serta penggunaan garam beryodium dan
faktor dependent pertumbuhan linier anak. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan garam
beryodium tidak cukup memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan anak. Pada keluarga yang
menggunakan garam tidak cukup mengandung yodium, maka pertumbuhan anak stunted lebih
besar daripada yang menggunakan garam cukup beryodium, tetapi tidak signifikan. Konsumsi
susu dan telur memberikan hubungan yang signifikan terhadap pertumbuhan anak.
Kata kunci: anak, pertumbuhan linier, garam beryodium, susu, telur


Kebutuhan gizi yang berperan dalam tumbuh
kembang anak secara garis besar mencakup
kebutuhan akan air, kalori, karbohidrat, protein,
lemak, mineral dan vitamin. Salah satu mineral

yang penting di dalam laju pertumbuhan linier
anak adalah Yodium (Handayani,M., 2003).
Yodium adalah sejenis mineral yang
terdapat di alam, baik di tanah, maupun di air,
merupakan zat gizi mikro yang diperlukan untuk
52

Mazarina Devi, Hubungan Penggunaan Garam Beryodium Dengan Pertumbuhan Linier Anak

pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup.
(Lopriore dkk, 2004). Yodium diperlukan untuk
membentuk hormon tiroksin yang diperlukan
oleh tubuh untuk mengatur pertumbuhan dan
perkembangan mulai dari janin sampai dewasa.
(Waterlow JC. 1998). Yodium diperoleh dari

mengkonsumsi makanan dan minuman berada
dalam bentuk ion Yodium, dan besarnya
bergantung dari kadar yodium dalam tanah.
Menurut WHO (1997) , kebutuhan harian
akan yodium adalah 50 mg/hari pada umur 0 –
12 bulan, 90 – 120 mg/hari pada umur sampai 11
tahun, 150 mg/hari pada remaja dan dewasa dan
200 mg/hari pada ibu hamil / laktasi (Budiman,
1993). Perilaku ibu dalam memiih garam akan
menentukan onsumsi yodium pada rumah
tangga.
Hipotiroidisme pada anak merupakan salah
satu dampak GAKI. Makin tinggi kadar TSH
makin berat masalah hipotiroid yang diderita
anak.Akibatnya makin sedikit jumlah hormon
tiroksin yang diproduksi kelenjar tiroid. Tiroksin
berperan dalam metabolisme semua zat gizi yang
dibutuhkan tubuh. Di masa kanak-kanak pertumbuhan kelenjer tiroid paralel dengan pertumbuhan badan (Juan A R dkk, 2001).
Berdasarkan hasil studi yang dilakukan
disimpulkan bahwa pertumbuhan anak baru

sekolah dasar di daerah endemik Gangguan
Akibat Kurang Iodium (GAKI) cenderung lebih
buruk dari pada usia yang sama di daerah nonendemik (Aritonang, 2005). Namun bila dilihat
hasil survai konsumsi garam beryodium yang
dilaksanakan Badan Pusat Statistik (BPS) sejak
tahun 1996 - 2002 menunjukkan bahwa kenaikan
persentase rumah tangga yang mengkonsumsi
garam ber-Iodium dengan kadar yodium cukup
(= 30 ppm) belum begitu berarti, yaitu dari
58.1% pada tahun 1996 sampai 68.53% pada
tahun 2002. Berdasarkan survey nasional , garam
beryodium sampai dengan tahun 2003 dikonsumsi oleh 73,2% rumah tangga secara adekuat.
METODE

Penelitian ini adalah penelitian survey
dengan disain penelitian crossectional. Penelitian
ini dilakukan di 7 propinsi di Indonesia dimana
jumlah penduduk di propinsi-propinsi tersebut
mencakup 70% dari total penduduk Indonesia
yaitu propinsi Lampung, Banten, Jawa Barat,

Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat
(Lombok) dan Sulawesi Selatan. Data dari

53

daerah pedesaan, setiap propinsi dibagi menjadi
3-6 zone (wilayah).
Data dikumpulkan dengan menggunakan
kuesioner yang telah diberi kode yang meliputi
status sosial ekonomi dan status gizi balita.
Kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui
faktor faktor yang berhubungan dengan penggunaan garam ber-Iodium, maka data yang dikumpulkan pada studi ini meliputi umur anak, usia
orang tua, tingkat pendidikan ayah dan ibu,
pekerjaan ayah dan ibu, jumlah anggota
keluarga, dan selanjutnya dilihat hubungan penggunaan garam ber-Iodium dengan pertumbuhan
linier anak.
Analisa data dilakukan secara bertahap
mulai dari cara sederhana (distribusi dan tabel
silang) sampai pada penyusunan model regresi
ganda (regresi logistik) menggunakan program

SPSS Data.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Anak

Jenis kelamin anak yang dianalisis sebagian
besar berjenis kelamin laki-laki yaitu mencapai
sekitar 51,4% di kota dan 50,8% di desa dengan
usia 18 bulan sampai 36 bulan dimana di desa
sebesar 53,5% dan di kota 53,2%. Penggunaan
garam beryodium cukup dan tidak cukup pada
rumah tangga di desa dan di kota yang memiliki
anak balita laki laki relatif sama. Begitu juga
dengan jenis kelamin perempuan baik di desa
maupun di kota relatif sama (Tabel 1).
Berdasarkan usia anak, penggunaan garam
tidak cukup ( 4 orang
Usia Ibu
• ≤ 25 tahun
• > 25 yahun
Tinggi badan ibu

• ≤ 150 cm
• > 150 cm

Penggunaan Garam
Beryodium
Tidak
Ya
De
Ko
De
Ko
sa
ta
sa
ta
(%) (%) (%) (%)


De
sa



Ko
ta

38,9
61,1

44,7
55,3

39,3
60,7

42,1
57,5

0,28

0,12


36,0
64,0

32,9
67,1

30,6
69,4

31,0 554,45
69

8,57

52,5
47,7

48,9
51,1


49,9
50,1

49,0
50,0

0,01

10,77

Jenis pekerjaan ayah pada umumnya adalah
sebagai buruh, baik di desa maupun di kota
kumuh dan miskin. Ibu pada umumnya bekerja
sebagai buruh (di desa), sedangkan di kota
memilih tidak bekerja atau sebagai ibu rumah
tangga.
Pada ayah yang memiliki jenis pekerjaan
sebagai buruh dan petani, memperlihatkan
penggunaan garam yang tidak cukup mengandung yodium lebih besar dibandingkan dengan

keluarga yang menggunakan garam cukup beryodium, baik di desa maupun di kota. Bagi ayah
yang bekerja sebagai pedagang dan PNS/ABRI,
penggunaan garam cukup mengandung yodium
lebih besar daripada yang tidak cukup mengandung yodium.
Hal tersebut juga terlihat pada jenis
pekerjaan ibu, dimana ibu yang memiliki jenis
pekerjaan sebagai buruh dan petani, memperlihatkan penggunaan garam yang tidak cukup
mengandung yodium lebih besar dibandingkan
dengan keluarga yang menggunakan garam
cukup beryodium, baik di desa maupun di kota,
sedangkan ibu yang bekerja sebagai pedagang
dan PNS/ABRI, penggunaan garam cukup
mengandung yodium lebih besar daripada yang
tidak cukup mengandung yodium.
Berdasarkan analisis bivariat menunjukkan
ada hubungan yang signifikan antara jenis
pekerjaan ayah dan ibu terhadap konsumsi garam
beryodium di kota, sedangkan di desa tidak
menunjukkan hubungan yang signifikan.

Mazarina Devi, Hubungan Penggunaan Garam Beryodium Dengan Pertumbuhan Linier Anak

Tabel 3. Pekerjaan dan Pendidikan Orang Tua

Variabel

Ayah
• Petani
• Buruh
• Pedagang
• PNS/ABRI
Ibu
• Tidak
bekerja
• Petani
• Buruh
• Pedagang
• PNS/ABRI
Pendidikan :
Ayah
• ≥ SD
• SMP
• ≤ SMA
Ibu
• ≥ SD
• SMP
• ≤ SMA

Penggunaan Garam
Beryodium
Tidak
Ya
De- Ko- De- Kosa
ta
sa ta
(%) (%) (%) (%)


Desa


Kota

339,45

42,49*

26,9
52,6
11,9
8,6

2,5
72,6
9,0
13,1

21,3
46,5
14,9
17,3

2,0
64,0
10,5
20,1

-

83,8

-

82,2

10,1
82,1
6,3
1,5

7,6
7,3
1,3

7,2
81,0
8,4
3,4

7,0
8,4
2,3

120,68

11,60*

58,8
16,5
24,7

37,2
25,5
37,3

41,4
20,4
38,2

32,0
24,8
43,2

0,533

16,69

70,3
17,1
12,7

55,0
23,2
21,8

50,1
23,1
26,8

44,7
25,7
29,6

0,772

0,56*

Pendidikan ayah di desa tertinggi adalah
pada tingkat SD yaitu sebesar 48,5%, sedangkan
pendidikan ayah di kota terbesar pada tingkat
SMA atau sampai perguruan tinggi yaitu sebesar
41,7%. Pada pendidikan ibu, baik di desa
maupun di kota tertinggi adalah sampai SD. Bila
dilihat dari Tabel 3, penggunaan garam tidak
cukup mengandung yodium pada ayah yang
pendidikkannya sampai SD atau kurang lebih
besar dari pada penggunaan cukup garam
beryodium. Sedangkan pada tingkat pendidikan
SMP dan SMA, penggunaan garam cukup
beryodium lebih besar daripada yang tidak cukup
mengandung yodium (desa).
Pendidikan ayah di kota, yang pendidikkan
SD dan SMP,
penggunaan garam cukup
mengandung lebih kecil dari pada penggunaan
garam yang tidak cukup mengandung yodium.
Sedangkan pada tingkat pendidikan SMA,
penggunaan garam cukup beryodium lebih besar
daripada yang tidak cukup yodium. Hal tersebut
juga terjadi pada tingkat pendidikan ibu, dimana
ibu yang tingkat pendidikannya sampai SD,
penggunaan garam yang tidak cukup mengandung yodium di desa lebih besar daripada yang
cukup mengandung yodium. Sedangkan pada
tingkat pendidikan SMP dan SMA, penggunaan
garam cukup beryodium lebih besar daripada yang
tidak cukup mengandung yodium.

55

Di kota, ibu yang pendidikannya SD,
penggunaan garam cukup mengandung yodium
lebih kecil dari pada penggunaan garam yang
tidak cukup mengandung yodium. sedangkan
pada tingkat pendidikan SMP dan SMA,
penggunaan garam cukup beryodium lebih besar
daripada yang tidak cukup yodium. Hal ini
menunjukkan bahwa pendidikan ibu cenderung
berhubungan dengan penggunaan garam cukup
mengandung yodium.
Dari hasil satu studi diketahui bahwa ada
hubungan antara tingkat pendidikan responden
dengan ketersediaan garam beryodium di rumah
tangga. Studi tersebut menunjukkan bahwa
makin tinggi tingkat pendidikan responden
makin baik pula ketersediaan garam beryodium
di rumah tangga. Sebaliknya semakin rendah
tingkat pendidikan responden maka ketersediaan
garam beryodium makin tidak baik. Pendidikan
ibu mempunyai hubungan yang positif dengan
mutu gizi makanan keluarga ( Handayani, 2003).
Pendidikan yang rata-rata masih rendah
khususnya di kalangan wanita merupakan salah
satu masalah pokok yang berpengaruh terhadap
masalah kesehatan. Pendidikan akan memudahkan seseorang mendapatkan informasi yang
berguna untuk memperoleh kemudahan-kemudahan. Karena itu seseorang yang berpendidikan
di samping dapat memahami maksud dan tujuan
dilaksanakannya suatu kegiatan, juga dapat
menganalisis kegiatan yang lebih mendatangkan
manfaat, sedangkan masyarakat berpendidikan
rendah karena ketidaktahuannya menyebabkan
mereka tidak selektif (Neumann CG , 1994).
Hubungan Penggunaaan Garam Beryodium dan
Pertumbuhan Anak

Dari hasil tabulasi silang diperoleh bahwa
status gizi berdasarkan TB/U pada keluarga yang
penggunaan garam beryodium tidak cukup ( - 2SD
< -2 SD
Desa Kota Desa Kota
(%) (%) (%)
(%)

Tidak