Dampak Negatif Penggunaan Zat Aditif pad

Dampak Negatif Penggunaan Zat Aditif pada Makanan
Dampak

Negatif

Penggunaan

Zat

Aditif

pada

Makanan

Zat aditif adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan selama proses produksi, pengemasan
atau penyimpanan untuk maksud tertentu. Penambahan zat aditif dalam makanan berdasarkan
pertimbangan agar mutu dan kestabilan makanan tetap terjaga dan untuk mempertahankan nilai
gizi yang mungkin rusak atau hilang selama proses pengolahan.
Pada awalnya zat-zat aditif tersebut berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan yang selanjutnya
disebut zat aditif alami. Umumnya zat aditif alami tidak menimbulkan efek samping yang

membahayakan kesehatan manusia. Akan tetapi, jumlah penduduk bumi yang makin bertambah
menuntut jumlah makanan yang lebih besar sehingga zat aditif alami tidak mencukupi lagi. Oleh
karena itu, industri makanan memproduksi makanan yang memakai zat aditif buatan (sintesis).
Bahan baku pembuatannya adalah dari zat-zat kimia yang kemudian direaksikan. Zat aditif
sintesis yang berlebihan dapat menimbulkan beberapa efek samping misalnya: gatal-gatal, dan
kanker.
Macam-macam Zat Aditif
1. Zat Pewarna
Adalah bahan yang dapat memberi warna pada makanan, sehingga makanan tersebut lebih
menarik.
Contoh pewarna alami: Contoh pewarna sintetik:
a. Anato (orange) a. Biru berlian (biru)
b. Karamel (cokelat hitam) b. Coklat HT (coklat)
c. Beta karoten (kuning) c. Eritrosit (merah)
d. Klorofil (hijau) d. Hijau FCF (hijau)
2. Penyedap rasa dan aroma serta penguat rasa
Zat aditif ini dapat memberikan, menambah, mempertegas rasa dan aroma makanan.
Penyedap rasa dan aroma (flavour)

Penyedap rasa dan aroma yang banyak digunakan berasal dari golongan ester.

Contoh: Isoamil asetat (rasa pisang), isoamil valerat (rasa apel), butil butirat (rasa nanas), isobutil
propionat (rasa rum)
3. Penguat rasa (flavour echancer)
Bahan penguat rasa atau penyedap makanan yang paling banyak digunakan adalah MSG
(Monosodium Glutamate) yang sehari-hari dikenak dengan nama vetsin.
Zat pemanis buatan
Bahan ini tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi, contohnya sakarin (kemanisannya 500x
gula), dulsin (kemanisannya 250x gula), dan natrium siklamat (kemanisannya 50x gula) dan
serbitol.
4. Pengawet
Zat aditif ini dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian lain
terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Contoh bahan pengawet dan penggunaannya:
a. Asam benzoat, natrium benzoat dan kalium benzoat, untuk minuman ringan, kecap, acar
ketimun dalam botol dan caos.
b. Natrium nitrat (NaNo3), untuk daging olahan dan keju.
c. Natrium nitrit (Na No2), untuk daging olahan, daging awetan dan kornet kalangan.
d. Asam propionate, untuk roti dan sediaan keju olahan.
5. Anti oksidan
Zat aditif ini dapat mencegah atau menghambat oksidasi.

Contoh:
a. Asam askorbat (bentukan garam kalium, natrium, dan kalium), digunakan pada daging olahan,
kaldu, dan buah kalangan.
b. Butil hidroksianisol (BHA), digunakan untuk lemak dan minyak makanan
c. Butil hidroksitoluen (BHT), digunakan untuk lemak, minyak makan, margarin dan mentega.
6. Pengemulsi, pemantap, dan pengental

Zat aditif ini dapat membantu pembentukan atau pemantapan sistem dispersi yang homogen pada
makanan.
Contoh: agar-agar, gelatin, dan gom arab
7. Pemutih dan pematang tepung
Zat aditif ini dapat mempercepat proses pemutihan atau pematangan tepung sehingga dapat
memperbaiki mutu pemanggangan.
Contoh: Asam askorbat, aseton peroksida, dan kalium bromat
8. Pengatur keasaman
Zat aditif ini dapat mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat keasaman
makanan. Contoh: asam asetat, aluminium amonium sulfat, amonium bikarbonat, asam klorida,
asam laktat, asam sitrat, asam tentrat, dan natrium bikarbonat.
9. Anti kempal
Zat aditif ini dapat mencegah pengempalan makanan yang berupa serbuk. Contoh: aluminium

silikat (susu bubuk), dan kalsium aluminium silikat (garam meja)
10. Pengeras
Zat aditif ini dapat memperkeras atau mencegah melunaknya makanan. Contoh: aluminium
amonium sulfat (pada acar ketimun botol), dan kalium glukonat (pada buah kalangan)
11. Sekuestran
Adalah bahan yang mengikat ion logam yang ada dalam makanan. Contoh: asam fosfat (pada
lemak dan minyak makan), kalium sitrat (dalam es krim), kalsium dinatrium EDTA dan
dinatrium EDTA
12. Penambah gizi
Zat aditif yang ditambahkan adalah asam amino, mineral, atau vitamin untuk memperbaiki gizi
makanan.
Contohnya: Asam askorbat, feri fosfat, vitamin A, dan vitamin D.

Untuk mempertahankan hidupnya, manusia tidak lepas dari makanan. Guna makanan untuk
mendapatkan energi, memperbaiki sel-sel yang rusak, pertumbuhan, menjaga suhu dan menjaga
agar badan tidak terserang penyakit, makanan yang bergizi merupakan makanan yang
mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Untuk maksud tersebut kita
memerlukan zat aditif.
Zat aditif pada makanan adalah zat yang ditambahkan dan dicampurkan dalam pengolahan
makanan untuk meningkatkan mutu. Jenis¬-jenis zat aditif antara lain pewarna, penyedap rasa,

penambah aroma, pemanis, pengawet, pengemulsi dan pemutih.
Zat aditif pada makanan ada yang berasal dari alam dan ada yang buatan (sintetik). Untuk zat
aditif alami tidak banyak menyebabkan efek samping. Lain halnya dengan zat aditif sintetik.
Bahan pengawet
Pengawet adalah bahan yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau
penguraian lain terhadap makanan yang disebabkan mikroorganisme. Zat pengawet dimaksudkan
untuk memperlambat oksidasi yang dapat merusak makanan. Ada dua jenis pengawet makanan
yaitu alami dan sintetik (buatan). Pengawet yang paling aman adalah bahan-bahan alam,
misalnya asam cuka (untuk acar), gula (untuk manisan), dan garam (untuk asinan ikan/telur).
Selain itu beberapa bahan alam misalnya saja penambahan air jeruk atau air garam yang dapat
digunakan untuk menghambat terjadinya proses reaksi waktu coklat (browing reaction) pada
buah apel.
Keuntungan zat aditif
Penggunaan zat aditif memiliki keuntungan meningkatkan mutu makanan dan pengaruh negatif
bahan tambahan pangan terhadap kesehatan.
Agar makanan dapat tersedia dalam bentuk yang lebih menarik dengan rasa yang enak, rupa dan
konsentrasinya baik serta awet maka perlu ditambahkan bahan makanan atau dikenal dengan
nama lain “food additive”.

Penggunaan bahan makanan pangan tersebut di Indonesia telah ditetapkan oleh pemerintah

berdasarkan Undang-undang, Peraturan Menteri Kesehatan dan lain-lain disertai dengan batasan
maksimum penggunaannya. Di samping itu UU Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan Pasal 10
ayat 1 dan 2 beserta penjelasannya erat kaitannya dengan bahan tambahan makanan yang pada
intinya adalah untuk melindungi konsumen agar penggunaan bahan tambahan makanan tersebut
benar-benar aman untuk dikonsumsi dan tidak membahayakan.
Namun demikian penggunaan bahan tambahan makanan tersebut yang melebihi ambang batas
yang ditentukan ke dalam makanan atau produk-produk makanan dapat menimbulkan efek
sampingan yang tidak dikehendaki dan merusak bahan makanan itu sendiri, bahkan berbahaya
untuk dikonsumsi manusia. Semua bahan kimia jika digunakan secara berlebih pada umumnya
bersifat racun bagi manusia. Tubuh manusia mempunyai batasan maksimum dalam mentolerir
seberapa banyak konsumsi bahan tambahan makanan yang disebut ADI atau Acceptable Daily
Intake. ADI menentukan seberapa banyak konsumsi bahan tambahan makanan setiap hari yang
dapat diterima dan dicerna sepanjang hayat tanpa mengalami resiko kesehatan.
ADI dihitung berdasarkan berat badan konsumen dan sebagai standar digunakan berat badan 50
kg untuk negara Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya. Satuan ADI adalah mg bahan
tambahan makanan per kg berat badan. Contoh: ADI maksimum untuk B-karoten = 2,50 mg/kg,
kunyit (turmerin) = 0,50 mg/kg dan asam benzoat serta garam-garamnya = 0,5 mg/kg.
Zat aditif makanan ditambahkan dan dicampurkan pada waktu pengolahan makanan untuk
memperbaiki tampilan makanan, meningkatkan cita rasa, memperkaya kandungan gizi, menjaga
makanan agar tidak cepat busuk, dan lain.

Bahan yang tergolong ke dalam zat aditif makanan harus dapat:
1. memperbaiki kualitas atau gizi makanan;
2. membuat makanan tampak lebih menarik;
3. meningkatkan cita rasa makanan; dan
4. membuat makanan menjadi lebih tahan lama atau tidak cepat basi dan busuk.

Zat-zat aditif tidak hanya zat-zat yang secara sengaja ditambahkan pada saat proses pengolahan
makanan berlangsung, tetapi juga termasuk zat-zat yang masuk tanpa sengaja dan bercampur
dengan makanan. Masuknya zat-zat aditif ini mungkin terjadi saat pengolahan, pengemasan, atau
sudah terbawa oleh bahan-bahan kimia yang dipakai. Zat aditif makanan dapat dikelompokkan
menjadi dua golongan, yaitu:
1. zat aditif yang berasal dari sumber alami, seperti lesitin dan asam sitrat;
2 zat aditif sintetik dari bahan kimia yang memiliki sifat serupa dengan bahan alami yang sejenis,
baik susunan kimia maupun sifat/fungsinya, seperti amil asetat dan asam askorbat.
Berdasarkan fungsinya, baik alami maupun sintetik, zat aditif dapat dikelompokkan sebagai zat
pewarna, pemanis, pengawet, dan penyedap rasa. Zat aditif dalam produk makanan biasanya
dicantumkan pada kemasannya.
1. Zat Pewarna
Pemberian warna pada makanan umumnya bertujuan agar makanan terlihat lebih segar dan
menarik sehingga menimbulkan selera orang untuk memakannya. Zat pewarna yang biasa

digunakan sebagai zat aditif pada makanan adalah:
a. Zat pewarna alami, dibuat dari ekstrak bagian-bagian tumbuhan tertentu, misalnya warna hijau
dari daun pandan atau daun suji, warna kuning dari kunyit, seperti ditunjukkan pada Gambar 8.9,
warna cokelat dari buah cokelat, warna merah dari daun jati, dan warna kuning merah dari
wortel. Karena jumlah pilihan warna dari zat pewarna alami terbatas maka dilakukan upaya
menyintesis zat pewarna yang cocok untuk makanan dari bahan-bahan kimia.
b. Zat pewarna sintetik, dibuat dari bahan-bahan kimia.
Dibandingkan dengan pewarna alami, pewarna sintetik memiliki beberapa kelebihan, yaitu
memiliki pilihan warna yang lebih banyak, mudah disimpan, dan lebih tahan lama.
Beberapa zat pewarna sintetik bisa saja memberikan warna yang sama, namun belum tentu
semua zat pewarna tersebut cocok dipakai sebagai zat aditif pada makanan dan minuman. Perlu
diketahui bahwa zat pewarna sintetik yang bukan untuk makanan dan minuman (pewarna tekstil)
dapat membahayakan kesehatan apabila masuk ke dalam tubuh karena bersifat karsinogen

(penyebab penyakit kanker). Oleh karena itu, kamu harus berhati-hati ketika membeli makanan
atau minuman yang memakai zat warna. Kamu harus yakin dahulu bahwa zat pewarna yang
dipakai sebagai zat aditif pada makanan atau minuman tersebut adalah memang benar-benar
pewarna makanan dan minuman.
Berdasarkan sifat kelarutannya, zat pewarna makanan dikelompokkan menjadi dye dan lake. Dye
merupakan zat pewarna makanan yang umumnya bersifat larut dalam air. Dye biasanya dijual di

pasaran dalam bentuk serbuk, butiran, pasta atau cairan. Lake merupakan gabungan antara zat
warna dye dan basa yang dilapisi oleh suatu zat tertentu. Karena sifatnya yang tidak larut dalam
air maka zat warna kelompok ini cocok untuk mewarnai produkproduk yang tidak boleh terkena
air atau produk yang mengandung lemak dan minyak.
2. Zat Pemanis
Zat pemanis berfungsi untuk menambah rasa manis pada
makanan dan minuman. Zat pemanis dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu:
a. Zat pemanis alami. Pemanis ini dapat diperoleh dari tumbuhan, seperti kelapa, tebu, dan aren.
Selain itu, zat pemanis alami dapat pula diperoleh dari buahbuahan dan madu. Zat pemanis alami
berfungsi juga sebagai sumber energi. Jika kita mengonsumsi pemanis alami secara berlebihan,
kita akan mengalami risiko kegemukan. Orang-orang yang sudah gemuk badannya sebaiknya
menghindari makanan atau minuman yang mengandung pemanis alami terlalu tinggi.
b. Zat pemanis buatan atau sintetik. Pemanis buatan tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia
sehingga tidak berfungsi sebagai sumber energi. Oleh karena itu, orangorang yang memiliki
penyakit kencing manis (diabetes melitus) biasanya mengonsumsi pemanis sintetik sebagai
pengganti pemanis alami. Contoh pemanis sintetik, yaitu sakarin, natrium siklamat, magnesium
siklamat, kalsium siklamat, aspartam dan dulsin. Pemanis buatan memiliki tingkat kemanisan
yang lebih tinggi dibandingkan pemanis alami. Garamgaram siklamat memiliki kemanisan 30
kali lebih tinggi dibandingkan kemanisan sukrosa. Namun, kemanisan garam natrium dan

kalsium dari sakarin memiliki kemanisan 800 kali dibandingkan dengan kemanisan sukrosa 10%.

Walaupun pemanis buatan memiliki kelebihan dibandingkan pemanis alami, kita perlu
menghindari konsumsi yang berlebihan karena dapat memberikan efek samping bagi kesehatan.
Misalnya, penggunaan sakarin yang berlebihan selain akan menyebabkan rasa makanan terasa
pahit juga merangsang terjadinya tumor pada bagian kandung kemih. Contoh lain, garam-garam
siklamat pada proses metabolisme dalam tubuh dapat menghasilkan senyawa sikloheksamina
yang bersifat karsinogenik (senyawa yang dapat menimbulkan penyakit kanker). Garam siklamat
juga dapat memberikan efek samping berupa gangguan pada sistem pencernaan terutama pada
pembentukan zat dalam sel.
3. Zat Pengawet
Ada sejumlah cara menjaga agar makanan dan minuman tetap layak untuk dimakan atau
diminum walaupun sudah tersimpan lama. Salah satu upaya tersebut adalah dengan cara
menambahkan zat aditif kelompok pengawet (zat pengawet) ke dalam makanan dan minuman.
Zat pengawet adalah zatzat yang sengaja ditambahkan pada bahan makanan dan minuman agar
makanan dan minuman tersebut tetap segar, bau dan rasanya tidak berubah, atau melindungi
makanan dari kerusakan akibat membusuk atau terkena bakteri/ jamur. Karena penambahan zat
aditif, berbagai makanan dan minuman masih dapat dikonsumsi sampai jangka waktu tertentu,
mungkin seminggu, sebulan, setahun, atau bahkan beberapa tahun. Dalam makanan atau
minuman yang dikemas dan dijual di toko-toko atau supermarket biasanya tercantum tanggal

kadaluarsanya, tanggal yang menunjukkan sampai kapan makanan atau minuman tersebut masih
dapat dikonsumsi tanpa membahayakan kesehatan.
Seperti halnya zat pewarna dan pemanis, zat pengawet dapat dikelompokkan menjadi zat
pengawet alami dan zat pengawet buatan.
Zat pengawet alami berasal dari alam, contohnya gula (sukrosa) yang dapat dipakai untuk
mengawetkan buah-buahan (manisan) dan garam dapur yang dapat digunakan untuk
mengawetkan ikan.
Zat pengawet sintetik atau buatan merupakan hasil sintesis dari bahan-bahan kimia. Contohnya,
asam cuka dapat dipakai sebagai pengawet acar dan natrium propionat atau kalsium propionat

dipakai untuk mengawetkan roti dan kue kering. Garam natrium benzoat, asam sitrat, dan asam
tartrat juga biasa dipakai untuk mengawetkan makanan. Selain zat-zat tersebut, ada juga zat
pengawet lain, yaitu natrium nitrat atau sendawa (NaNO3) yang berfungsi untuk menjaga agar
tampilan daging tetap merah. Asam fosfat yang biasa ditambahkan pada beberapa minuman
penyegar juga termasuk zat pengawet.
Selain pengawet yang aman untuk dikonsumsi, juga terdapat pengawet yang tidak boleh
dipergunakan untuk mengawetkan makanan. Zat pengawet yang dimaksud, di antaranya formalin
yang biasa dipakai untuk mengawetkan benda-benda, seperti mayat atau binatang yang sudah
mati. Pemakaian pengawet formalin untuk mengawetkan makanan, seperti bakso, ikan asin, tahu,
dan makanan jenis lainnya dapat menimbulkan risiko kesehatan. Selain formalin, ada juga
pengawet yang tidak boleh dipergunakan
untuk mengawetkan makanan. Pengawet yang dimaksud adalah pengawet boraks. Pengawet ini
bersifat desinfektan atau efektif dalam menghambat pertumbuhan mikroba penyebab
membusuknya makanan serta dapat memperbaiki tekstur makanan sehingga lebih kenyal. Boraks
hanya boleh dipergunakan untuk industri nonpangan, seperti dalam pembuatan gelas, industri
kertas, pengawet kayu, dan keramik. Jika boraks termakan dalam kadar tertentu, dapat
menimbulkan sejumlah efek samping bagi kesehatan, di antaranya:
a. gangguan pada sistem saraf, ginjal, hati, dan kulit;
b. gejala pendarahan di lambung dan gangguan stimulasi saraf pusat;
c. terjadinya komplikasi pada otak dan hati; dan
d. menyebabkan kematian jika ginjal mengandung boraks sebanyak 3–6 gram.
Walaupun tersedia zat pengawet sintetik yang digunakan sebagai zat aditif makanan, di negara
maju banyak orang enggan mengonsumsi makanan yang memakai pengawet sintetik. Hal ini
telah mendorong perkembangan ilmu dan teknologi pengawetan makanan dan minuman tanpa
penambahan zat-zat kimia, misalnya dengan menggunakan sinar ultra violet (UV), ozon, atau
pemanasan pada suhu yang sangat tinggi dalam waktu singkat sehingga makanan dapat
disterilkan tanpa merusak kualitas makanan.

4. Zat Penyedap Cita Rasa
Di Indonesia terdapat begitu banyak ragam rempahrempah yang dipakai untuk meningkatkan
cita rasa makanan, seperti cengkeh, pala, merica, ketumbar, cabai, laos, kunyit, bawang, dan
masih banyak lagi yang lain. Melimpahnya ragam rempah-rempah ini merupakan salah satu
sebab yang mendorong penjajah Belanda dan Portugis tempo dulu ingin menguasai Indonesia.
Jika rempah-rempah dicampur dengan makanan saat diolah, dapat menimbulkan cita rasa
tertentu pada makanan.
Selain zat penyedap cita rasa yang berasal dari alam, ada pula yang berasal dari hasil sintesis
bahan kimia. Berikut ini beberapa contoh zat penyedap cita rasa hasil sintesis:
a. oktil asetat, makanan akan terasa dan beraroma seperti buah jeruk jika dicampur dengan zat
penyedap ini;
b. etil butirat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah nanas pada makanan;
c. amil asetat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah pisang;
d. amil valerat, jika makanan diberi zat penyedap ini maka akan terasa dan beraroma seperti buah
apel.
Selain zat penyedap rasa dan aroma, seperti yang sudah disebutkan di atas, terdapat pula zat
penyedap rasa yang penggunaannya meluas dalam berbagai jenis masakan, yaitu penyedap rasa
monosodium glutamat (MSG). Zat ini tidak berasa, tetapi jika sudah ditambahkan pada makanan
maka akan menghasilkan rasa yang sedap. Penggunaan MSG yang berlebihan telah
menyebabkan “Chinese restaurant syndrome” yaitu suatu gangguan kesehatan di mana kepala
terasa pusing dan berdenyut. Bagi yang menyukai zat penyedap ini tak perlu khawatir dulu.
Kecurigaan ini masih bersifat pro dan kontra. Bagi yang mencoba menghindari untuk
mengonsumsinya, sudah tersedia sejumlah merk makanan yang mencantumkan label “tidak
mengandung MSG” dalam kemasannya.
Pada pembahasan sebelumnya, kamu sudah mempelajari tentang pengelompokan zat aditif
berdasarkan fungsinya beserta contoh-contohnya. Perlu kamu ketahui bahwa suatu zat aditif
dapat saja memiliki lebih dari satu fungsi.

Seringkali suatu zat aditif, khususnya yang bersifat alami memiliki lebih dari satu fungsi.
Contohnya, gula alami biasa dipakai sebagai zat aditif pada pembuatan daging dendeng. Gula
alami tersebut tidak hanya berfungsi sebagai pemanis, tetapi juga berfungsi sebagai pengawet.
Contoh lain adalah daun pandan yang dapat berfungsi sebagai pemberi warna pada makanan
sekaligus memberikan rasa dan aroma khas pada makanan.
KANDUNGAN ZAT ADDITIF PADA KEMASAN MAKANAN
ID

NAMA PRODUK

1

Chitato

JENIS MAKANAN KANDUNGAN ZAT ADDITIVE
Makanan Ringan

TBHQ,MSG, CaCO3, DG, DI, pewarna,

NaB
2

Chitos

Makanan Ringan

DG, DI, CaCO3, FF, TBHQ, pewarna, NaB,

3

Piattos

Makanan Ringan

KCl, AAS, pewarna, NaB, MSG

4

French Fries

Makanan Ringan

NaB, pewarna, Si, FF, AS, MSG

5

Potato Chips

Makanan Ringan

NB, FF, pewarna, AS, MSG

6

Potato Steak

Makanan Ringan

DG, DI, CaCO3, FF, TBHQ, MSG

7

Happy Tos

Makanan Ringan

KB, SB, pewarna, NaB, FF, MSG

8

Balls

Makanan Ringan

TBHQ, MSG, CaCO3, DG, DI, pewarna,

Taro

Makanan Ringan

NB, FF, AS, CaCO3, KB, NaB, DG, DI,

MSG

NaB, Si
9
MSG
10

Double Dekker

Makanan Ringan

TBHQ, MSG, CaCO3, DG, NaB, pewarna,

Jet Zet

Makanan Ringan

KB, SB, MSG, NaB, FF, TBHQ, pewarna,

AS
11

KCO3, NB
12

Twisko

Makanan Ringan

DG, DI, KCO3, FF, TBHQ, TBHQ, MSG

13

Mie Remes ABC

Makanan Ringan

MSG, KB, SB, NaB, FF, pewarna, NB, Aas

14

Indomie Goreng

Makanan Siap Saji

Fe, PK, P, pewarna, AF, MSG, KB, SB, Aas,

Selera Rakyat

Makanan Siap Saji

MSg, NaK, NaB, KCO3, G, pewarna, KB

NB
15

16

Sedap

Makanan Siap Saji

Tk, AR, MSG, pewarna, NB, NaB, KB, CaB

17

ABC

Makanan Siap Saji

MSG, NB, KB, CaB, TBHQ, Fe, PK, AF

18

Sarimie

Makanan Siap Saji

MSG, NB, MNG, MH, pewarna, AF, Fe

19

Gaga

Makanan Siap Saji

TF, MSG, NB, MNG, P, PK

20

Mi Duo

Makanan Siap Saji

MSG, Ng, NB, MNG, AF, AR

21

Salam Mie

Makanan Siap Saji

NaK, KCO3, Po, G, pewarna, Fe, Af, MSG

22

POP Mie

Makanan Siap Saji

P, PK, Ng, MSG, AF, NB, MNG, Po

23

CUP Noodles

Makanan Siap Saji

pewarna, PK, F, Hp, Ps

24

Mie Gelas

Makanan Siap Saji

P, TBHQ, PK, MSG, MNG, NB

25

Mie Soun

Makanan Siap Saji

MSG,MNG, P, NB, PK, AF

26

Al-Ham Mie

Makanan Siap Saji

MSG,MNG, P, NB, PK, AF, TF

27

Sambal Asam Manis Kokita Bumbu dalam Botol

28

Sambal Terasi Kokita Bumbu dalam Botol

SB,MSG,Sk,AB,Bt

29

Sambal Bajak Kokita Bumbu dalam Botol

SB,NB,MSG,Sk,Bt

30

Sambal Kecap Kokita Bumbu dalam Botol

Pt,SB,MSG,Sk

31

Sambal Tauco Kokita Bumbu dalam Botol

SB,Bd,MSG,Sk,Krt, NB

32

Sambal Balado Kokita Bumbu dalam Botol NB,Ast,SB,MSG,pewarna

33

Sambal Bangkok Kokita Bumbu dalam Botol Aa,Ca,La,SB,MSG,pewarna,NB

34

Sambal Indofood

Bumbu dalam Botol

Tkl,MSG,SB,pewarna,NB

35

Sambal Sasa

Bumbu dalam Botol

MSG,pewarna,P,Ast,NB,SB

36

Saus Tomat Lombok Bumbu dalam Botol NB,pewarna,MSG,Sk,AS,P,KB,Bd

37

Saus Raja Rasa

Bumbu dalam Botol

MSG,NB,Ca,Sk,pewarna

38

Saus Tiram

Bumbu dalam Botol

pewarna,MSG,Sk,Ca,NB,Ks

39

Kecap Sate

Bumbu dalam Botol

Sk,pewarna,NB,P

40

Kecap Indofood

Bumbu dalam Botol

KB,CaB,NB,Sk,pewarna,P,MSG

41

Kecap Cap Dorang

Bumbu dalam Botol

Sk,pewarna,P,NB,MSG

42

Kecap Bango

Bumbu dalam Botol

KB,CaB,NB,MSG,P

43

Kecap Piring Lombok Bumbu dalam Botol

44

Kecap ABC

Bumbu dalam Botol

MSG,P,Sk,NB

45

Saus Inggris

Bumbu dalam Botol

Vn,Gr,Sa,NB,MSG,P,Sk

46

Santan Kara

Bumbu Pelengkap dalam Kemasan Plastik MSG,Sk,P,NB,TBHQ

Al, Ast, AS,MSG,Sk,AB,Ph

NB,MSG,P,Sk

47

Cip Corned Beef

Makanan Kaleng

Nn,Po,N,Bd,Pn,Dg,MSG,Sc,Dim,Sn

48

Cip Soppini

Makanan Kaleng

TBHQ,Sn,Po,MSG,Bd,Pt,NB

49

Corned ABC

Makanan Kaleng

MNG,Nn,Bd,Pn,Sn

50

Sosis Champ

Makanan dalam Kemasan Plastik

51

Sosis Farm House

Makanan dalam Kemasan Plastik TBHQ,Sn,Po,MSG,Bd,Pt,NB

52

Sosis Vida

Makanan dalam Kemasan Plastik

NB,TBHQ,Po,Sn,Bd

53

Sosis Bernardi

Makanan dalam Kemasan Plastik

NB,Bd,Po,Pt

54

Bakso Vida

Makanan dalam Kemasan Plastik

NB,MSG,Po,TBHQ,B

55

Bakso Bernardi

Makanan dalam Kemasan Plastik TBHQ,B,MSG,Po,Sn,NB

56

Qeju-Qeju

Bd,Nn,TBHQ,Po,Pt

Makanan Pelengkap dalam Kemasan Kertas

KB,CaB,NB,N,Nn,Re,Pt,SB,An
57

Kraft Singles

Makanan Pelengkap dalam Kemasan Kertas

KB,NB,Kn,Nn,Re,Pt,SB,An,G
58

Blue Band

Makanan Pelengkap dalam Kemasan Plastik

Krt,Ks,Ss,NB,CaB,KB
59

Palm Boom

60

Makanan Pelengkap dalam Kemasan Plastik NB,CaB,KB,Kst

Simas Margarin

Makanan Pelengkap dalam Kemasan Plastik

Krt,KB,NB,CaB,Ss,Ks
61

Chox

Permen

Ga,F,Sl,pewarna,Sk,P

62

Golia

Permen

Sg,Gl,M,Al,El,Pp,pewarna

63

Fruitella

Permen

AS,Ga,Gs,A,pewarna

64

Trebor

Permen

Am,AS,Ml,Em,pewarna

65

Big Babol

Permen

Gb,Gl,Sr,AS,pewarna

66

Gulas

Permen

pewarna,At,AS

67

Travella

Permen

Hm,M,CA,pewarna

68

Relaxa

Permen

pewarna,M,Hm

69

Station Rasa

Permen

AS,A,pewarna

70

Tango

Permen

CA,A,pewarna

71

Manise

Permen

AS,A,pewarna,Sk,P,Sl

72

Tamarin

Permen

At,AS,Sk

73

Plonk

Permen

Sg,Gl,M,Al,Pp

74

Kopiko

Permen

Ga,F,Sl,pewarna,Sk,P

75

Hexos

Permen

Gl,M,Al,El,Pp

76

Sugus

Permen

AS,Ga,Gs,F,pewarna

77

Collins

Permen

P,F,AS,Am,Gl

78

Boom

Permen

M,CA,AS,Hm,Gl

79

Pindy Mint

Permen

M,Hm,F,AS,pewarna

80

Hulabaloo

Biskuit

Ab,R,Pn,Sn,NB

81

Tops

Biskuit

Sl,Ab,NB

82

Gery

Biskuit

S,Pn.Sn,NB

83

Nyam-nyam

Biskuit

Ab,Em,NB,Ft

84

Twister

Biskuit

Ab,D,NB,Ft

85

Bricko

Biskuit

D,SB,NB,Sl,Ab

86

Selamat

Biskuit

V,Sl,Ab

87

Good Time

Biskuit

Ab,NB,V,Sl

88

Micmac

Biskuit

Ab,F,pewarna,NB,SB

89

Trenz

Biskuit

Ab,pewarna,V,Sl,MSG

90

Dueto

Biskuit

Ab,NB,SB

91

Snips Snaps

Biskuit

Ab,Sl,S,Pp,SB,NB

92

Trakinas

Biskuit

Ab,NB,pewarna,F,Sl

93

Oops

Biskuit

pewarna,Hp,NB,MSG

94

Oreo

Biskuit

Ab,NaB,NB

95

Ritz

Biskuit

Am,Pr,MNG,Kf

96

Tropicool

Jelly

NB,AS,Kr,Pc,pewarna

97

Okky

Jelly

I,Ks,Pe,pewarna

98

Inaco

Jelly

NB,AS,I,Pc,pewarna

99

Mariza

Selai

AS,Ks,pewarna

100

Welco

Selai

AS,pewarna,NB,Ks,P

101

Harry

Selai

pewarna,NB,AS,Ks,Pt

102

Pido

Selai

NB,AS,Ks,P,pewarna

103

Iduna

Selai

NB,Ks,AS,P,pewarna,Pt,I

104

Fresh

Pemanis dalam botol

NB,P,pewarna,CaB,KB,Bd,P,Pe

105

Marjan

Pemanis dalam botol

pewarna,NB,KB,Pe

106

Abc

Pemanis dalam botol

pewarna,Pe,P,Cab,Nb

107

Coffe Mocca

Pemanis dalam botol

Pe,NB,KB,P,pewarna

108

Leo

Pemanis dalam botol

P,Pe,pewarna,CaB,NB

109

Pocarri Sweat

Minuman dalam kaleng

AS,Ns,NaCl,CaCl,Kal,Mg,Prs

110

Fanta

Minuman dalam kaleng

Mg,Prs,pewarna,KB,CaB,NB,Bd

111

Green Sand

Minuman dalam kaleng

Prs,CaB,KB,Bd,Mg

112

Sprite

Minuman dalam kaleng

Prs,Mg,AS,Kal,NB

113

Coca-cola

Minuman dalam kaleng

KB,NB,Mg,Kal,AS

114

Diet Coke

Minuman dalam kaleng

AS,NB,Mg,Kal

115

Pepsi

Minuman dalam kaleng

AS,NB,Mg,Kal,Prs

116

Calpico Water

Minuman dalam kaleng

AS,Ns,NaCl,Kal,Mg,Prs

117

Sunkist

Minuman dalam kaleng

pewarna,Prs,NB,Kal

118

Fruit Tea

Minuman dalam kaleng

Ps,TBHQ,Prs,F,pewarna,NB

119

Ribena

Minuman dalam kaleng

Ps,Prs,pewarna,NB,AS

120

Go-go

Minuman dalam kaleng

Prs,pewarna,NB,AS

Pengertian Makanan Siap Saji dan Kesehatan Konsumen
Makanan siap saji
Makanan siap saji yang dimaksud adalah jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan, praktis,
atau diolah dengan cara sederhana. Makanan tersebut umumnya diproduksi oleh industri
pengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat aditif untuk
mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut. Makanan siap saji biasanya berupa
lauk pauk dalam kemasan, mie instan, nugget, atau juga corn flakes sebagai makanan untuk
sarapan.
Zat Aditif Makanan
Zat aditif adalah bahan kimia yang dicampurkan ke dalam makanan dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas, menambahkan rasa dan memantapkan kesegaran produk tersebut.
Kemasan Makanan

Kemasan makanan adalah wadah atau tempat makanan agar kualitas makanan tetap baik,
meningkatkan penampilan produk, dan memudahkan transportasi.
Sehat
Sehat adalah berfungsinya organ tubuh secara fisiologis normal. Dalam konsumsi pangan
konsumen tidak hanya menilai dari citarasa dan nilai gizinya tetapi juga mempertimbangkan
pengaruh pangan terhadap kesehatan dan kebugaran tubuh, atau menurunkan efek negatif suatu
penyakit, dan kalau memungkinkan menyembuhkan penyakit tersebut.
Jenis Zat Aditif dan Kemasan Makanan
Menurut Majeed (1996) zat aditif dapat dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan tujuan
penggunaannya, yaitu:
agen emulsi yaitu aditif yang berbahan lemak dan air contohnya lecitin
agen penstabil dan pemekat contohnya alginat dan gliserin,
agen penghalang kerak untuk mencegah penggumpalan,
agen peningkatan nutrisi contohnya berbagai vitamin,
agen pengawet contohnya garam nitrat dan nitrit,
agen antioksidan contohnya vitamin C dan E ; BHT (Butylated Hydroxy-Toluen) dan BHA
(Butylated Hydroxy-Anisol),
agen pengembang untuk roti dan bolu, agen penyedap rasa contoh monosodium glutamat
(MSG),
bahan pewarna. Selain kesembilan zat aditif diatas Denfer (2001) juga menyatakan terdapat
bahan lain yang ditambahkan dalam makanan diantaranya: 1) agen peluntur, 2) lemak hewani, 3)
bahan pengasam, 4) bahan pemisah, 5) pati termodifikasi, 6) alkohol, dan 7) gelatin .
Di samping bahan-bahan yang telah disebutkan diatas yang menggunaan, ukuran dan aturannya
sudah ditentukan sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI), yang patut kita waspadai adalah
adanya pewarna maupun pengawet yang ditambahkan yang penggunaannya bukan untuk
makanan seperti, borak dan formalin sebagai pengawet yang telah dilaporkan oleh Suriawiria
(2003). Dimana disinyalir 86,2% mie basah yang terdapat dipasar dan swalayan mengandung
formalin. Selain itu warna merah pada terasi 50% adalah menggunakan pewarna rhodamin B

yang seharusnya digunakan untuk tekstil. Selain itu rhodamin juga biasa diberikan dalam sirop
untuk menimbulkan warna merah.
Kemasan Makanan Siap Saji
Sampai saat ini menurut Ketua Federasi Pengemasan Indonesia Hengky Darmawan di Indonesia
sistem pengemasannya baru 10% yang sesuai aturan SNI. Pemilihan jenis kemasan harus
memperhatikan food grade dan food safety (Kompas, 2003).
Beberapa faktor yang mempengaruhi produsen dalam memilih kemasan adalah tampil menarik,
mampu melindungi produk yang dikemas, dan pertimbangan ekonomis. Bahan yang digunakan
selama ini berupa plastik atau styrofoam (pembungkus mie instant dan nugget), PVC (polyvinyl
clorida untuk pembungkus kembang gula), kaleng (makanan buah, susu, makanan lauk-pauk).
DAMPAK MAKANAN SIAP SAJI
Manfaat Makanan Siap Saji
Makan siap saji yang beredar saat ini tercatat 500 – 600 jenis (Media Indonesia, 2003). Jenis
tersebut terdiri dari minuman dan makanan yang diproduksi dalam skala kecil dan besar.
Ketersediaan makanan siap saji ini akan memberikan kemudahan pemilihan jenis makanan,
keragaman makanan, kualitas makanan dan praktis.
Bahaya Makanan Siap Saji
World Health Organization (WHO) dan Food and Agricultural Organization (FAO) menyatakan
bahwa ancaman potensial dari residu bahan makanan terhadap kesehatan manusia dibagi dalam 3
katagori yaitu :
aspek toksikologis, katagori residu bahan makanan yang dapat bersifat racun terhadap organorgan tubuh,
aspek mikrobiologis, mikroba dalam bahan makanan yang dapat mengganggu keseimbangan
mikroba dalam saluran pencernaan,
aspek imunopatologis, keberadaan residu yang dapat menurunkan kekebalan tubuh.

Dampak negatif zat aditif terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung,
dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Disamping bahaya dari zat aditif makanan siap saji diatas, bahaya lain yang dihadapi oleh
konsumen/pengguna makanan siap saji adalah efek samping bahan pengemas. Unsur-unsur
bahan pengemas yang berbahaya bagi kesehatan konsumen karena terdapatnya zat plastik
berbahaya seperti PVC yang dapat menghambat produksi hormon testosteron (Atterwill dan
Flack, 1992) kemasan kaleng disinyalir mengandung timbal (Pb) dan VCM (Vinyl Chlorid
Monomer) yang bersifat karsinogenik yaitu memacu sel kanker (Media Indonesia, 2003), dan
styrofoam bersifat mutagenik (mengubah gen) dan karsinogenik (Kompas, 2003).
Upaya Meminimalisasi Dampak Negatif
Untuk mengurangi dan meminimalisasi dampak negatif zat aditif makanan dapat di upayakan
dengan beberapa cara antara lain :
1. Secara Internal
Mengurangi konsumsi makanan siap saji, meningkatkan konsumsi sayur dan buah-buahan serta
mengkonsumsi vitamin. Beberapa vitamin diduga mengandung zat antikarsinogen diantaranya
adalah Vitamin A, C, E banyak terdapat dalam sayur dan buah; asam folat terdapat dalam
brokoli, bayam dan asparagus: Betakaroten, Vitamin B3 (niasin), vitamin D dalam bentuk aktif
(1.25-hidroksi) terdapat pada mentega, susu, kuning telur, hati, beras dan ikan.
Memberi pengertian pada keluarga tentang bahaya zat aditif, mengawasi, mengontrol pemberian
dan penggunaan uang jajan dan membiasakan membawa bekal makanan sehat dari rumah
2. Secara Eksternal
Produsen; diperlukan kesadaran dan tanggung jawab produsen terhadap penggunaan zat aditif
pada bahan pangan yang diproduksikan, memberikan informasi yang jelas komposisi makanan
termasuk zat aditif yang ditambahkan

Pemerintah; melakukan pengawasan dan menindak tegas produsen yang melanggar aturan yang
berlaku. Meneruskan kegiatan PMT-AS (Program Makanan Tambahan-Anak Sekolah) dengan
memanfaatkan sumber makanan lokal.
Non-pemerintah (LSM); memfasilitasi terbentuknya kelompok konsumen, mendorong peran
serta masyarakat sebagai pengawas kebijakan publik, mengantisipasi kebijakan global yang
berdampak pada konsumen, melakukan pengawasan dan bertindak sebagai pembela konsumen.
RACUN ZAT ADITIF DALAM MAKANAN DAN MINUMAN KITA
Bahan aditif atau zat tambahan makanan (food additive) adalah bahan yang biasanya tidak
digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan ingredien khas makanan,
mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam
makanan untuk maksud teknologi (termasuk organoleptik). Bahan aditif digunakan pada
pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau
pengangkutan makanan. Tujuannya adalah diharapkan menghasilkan baik langsung maupun
tidak langsung mempengaruhi sifat khas makanan tersebut. Definisi tersebut dimabil oleh
Komisi Codex Alimentarius, suatu badan antar-pemerintah yang terdiri atas kira-kira 120 negara
(FAP/WHO, 1983).
Apa saja jenis bahan aditif?
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No: 772/MENKES/PER/IX/1988
tentang Bahan Tambahan Makanan, maka yang dimaksud dengan bahan tambahan makanan
adalah antioksidan, antikempal, pengatur keasaman, pemanis buatan, pemutih/pematang tepung,
pengemulsi, pemantap, pengental, pengawet, pengeras, pewarna alami maupun buatan, penyedap
rasa, aroma, dan pengikat logam (sekustran).
Jenis zat aditif di atas merupakan zat aditif yang tambahan makanan yang secara langsung atau
sengaja diberikan. Selain itu dikenal pula zat tambahan makanan tidak langsung dan bahan
pencemar makanan. Beberpa zat dapat menjadi bagian dari makanan karena digunakan dalam
produksi, pengolahan, atau penyimpanan makanan itu. Ini mencakup zat antibiotik dan zat

anabolik yang digunakan selama pemeliharaan hewan di peternakan, residu dari perlengkapan
mesin pengolah bahan pangan, dan zat yang lolos dari bahan pengemas.
Bahan pencemar terdapat dalam makanan sebagai akibat polusi lingkungan atau salah olah pada
makanan. Dengan kata lain, zat-zat ini tidak mempunyai kegunaan khusus dalam produk akhir
atau dalam pengolahan makanan. Contohnya adalah merkuri dalam ikan yang ditangkap di
perairan tercemar, berbagai jenis pestisida pada sayur-sayuran dan buah-buahan serta beras,
mikotoksin yang terdapat dalam kacang-kacangan dan biji-bijian yang di simpan secara tidak
tepat. Dengan demikian zat itu berbeda dengan zat tambahan makanan langsung dan tidak
langsung.
Apa bahaya dari bahan aditif langsung tersebut?
Lebih dari 600 zat tambahan makanan sengaja ditambahkan pada berbagai jenis makana kita.
Toksisitas dari kebanyakan zat tambahan ini telah dievalusi sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Beberapa zat tambahan telah dibatasi dan dilarang, atau harus diberi label tentang bahaya
toksikologinya. Namun, demikian di lapangan masih terjadi pelanggaran terhadap peraturan
tersebut. Penggunaan bahan aditif dapat menjadi racun pada makanan yang akhirnya akan
menimbullkan berbagai masalah kesehatan serius pada manusia.
Zat tambahan yang penting ditinjau dari segi toksikologinya dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Karsinogenisitas
Pewarna buatan dapat menimbulkan kanker usus dan pankreas. Ini disebabkan kandungan arsen
di dalamnya.
Siklamat dapat mengakibatkan kanker kandung kemih
Sakarin dilaporkan memiliki karsinogenisitas yang tinggi selain menyebabkan terputusnya
plasenta
Nitrat dan nitrit sebagai pewarna, pengawet dan memberkan rasa pada daging merupakan
karsinogen kuat karena bergabung dengan amin membentuk berbagai nitrosamin.
BHA (butil hidroksianisol) dan BHT (butil hidrokritoluen) dipergunakan sebagai antioksidan dan
telah diselediki merugikan dan berbahaya, bahkan diyakini memiliki sifat karsinogen.
Reaksi hipersensitivitas

Beberapa zat tambahan makanan diketahui dapat menginduksi reaksi hipersensitivitas pada
orang rentan. Karena secara umum zat-zat ini hanya mempengaruhi sebagian keci populasi. Zatzat tambahan makanan yang penyebab hipersensitivitas yang dikenal secara luas adalah tatrazin,
Sulfur dioksida, dan Monosodium glutamat (MSG).
Tartrazin, zat pewarna kuning yang dipergunakan secara luas dalam berbagai makanan olahan
telah diketahui dapat menginduksi reaksi alergi terutama bagi orang yang alergi terhadap aspirin.
Sulfur dioksida (SO2) dan zat kimia yang berhubungan, misalnya bisulfit dan mtabisulfit,
digunakan sebagai bahan pengawet dalam makanan olahan selai salad.
Monosodium glutamat (MSG)
Mengkonsumsi MSG secara berlebihan dapat menimbulkan Chinese Restaurant Syndrome
(kesemutan pada punggung, leher, rahang bawah, sesak nafas, dan kepala pusing). Percobaan
pada anak tiku menunjukkan bahwa MSG dosis tinggi menyebabkan menderita gangguan syaraf,
kerusakan retina mata, dan pertumbuhan kerdil.
Zat kimia yang sering disalahgunakan adalah borak. Borak sebenarnya bukan untuk bahan
pengawet makanan, tetapi digunakan sebagai bahan antiseptik dalam bentuk bedak, cairan dan
salep (dalam bentuk asam borak). Borak juga digunakan sebagai pembasmi semut. Penggunaan
borak sebagai bahan pengawet makanan merupakan bentuk penyalahgunaan. Makanan yang
sering ditambahkan borak adalah bakso dan mie dengan tujuan meningkatkan sifat kekenyalan.
Konsumsi borak dapat menimbulkan kelainan susunan saraf, saluran pencernaan, ginjal, hati, dan
kulit. Pada susunan saraf borak dapat menimbulkan depresi, kekacauan mental, dan mungkin
retardasi mental.
Efek burung lainnya
Selain karsinogenisitas dan reaksi hipersensitivitas, penemuan efek buruk yang lain telah
mendorong dibuatnya keputusan pengaturan atau penyelidikan tambahan. Contohnya adalah lesi
jantung pada hewan coba yang berhubungan denga minyak nabati yang diberi brom (brominated
vegetable oil = BVO) , lesi hati yang berhubungan dengan RN Jingga dan Panceau 2R yang
menyebabkan dilarangnya penggunaan zat-zat itu. Efek lain misalnya kerusakan sel darah merah
(RN Jingga), penyimpanan dalam jaringan (BVO), dan atrofi testis (sikloheksilamin dari
siklamat).

Apakah bahaya zat tambahan tak langsung dan bahan pencemar?
a. Bahan Pengemas
Beberapa zat dapat berpindah dari wadah makanan, bahan pembungkus, dan lain-lain ke
makanan yang dibungkus di dalamnya. Kebanyakan zat kimia yang dapat berpindah dari bahan
pengemas jenis konvensional, misalnya kertas dan kayu dianggap aman. Namun, belakangan ini
banyak kemasan terbuat dari bahan polimer. Monomer yang terkandung dalam polimer terdapat
dalam jumlah tertentu, sisa reaktan, zat antara, bahan bantu pengolahan, pelarut dan zat
tambahan plastik-serta hasil reaksi sampingan dan degradasi kimia dapat perpindah ke dalam
makanan yang bersentuhan dengannya. Beberapa zat kimia tersebut telah terbukti bersifat toksik
bahkan bersifat karsinogenik.
b. Residu Obat Hewan dalam Makanan Manusia.
Ada tiga jenis obat yang digunakan pada hewan penghasil makanan yang dapat meninggalkan
residu dalam makanan manusia misalnya daging, susu dan telur. Yang merupakan masalah dalam
hal ini bukan saja zat kimia induknya, perlu juga dipertimbangkan metabolit yang dihasilkan
oleh proses metabolisme hewan, termasuk bioaktivasi, yang dapat memilikisifat toksik yang
berbeda.
Obat terapeutik, biasanya digunakan pada hewan individual untuk penyakit khusus dan hanya
dalam jangka waktu yang relatif pendek. Obat-obat ini tidak merupakan masalah kesehatan yang
besar tetapi kemungkinan juga memiliki efek negatif.
Antibiotik, bisanya diberikan pada makanan hewan untuk mencegah berjangkitnya penyakit
yang disebabkan oleh kuman dan untuk mempercepat pertumbuhan. Ada dua bahaya potensial
bagi kehidupan. Satu di antaranya adalah munculnya strain mikroorganisme patogen yang
resisten, dan yang lain adalah reaksi hipersensitivitas silang pada penderita yang memakai
antibiotik yang sama.
Anabolik adalah pemacu tumbuh. Zat ini kemungkinan bersifat karsinogenisitas walaupun
sedikit. Suatu karsinogen dapat efektif walaupun pada dosis rendah.
c. Residu Dan Pencemaran

Mikotosin merupakan senyawa beracun yang diproduksi oleh kapang (mold) atau jamur. Salah
satu contoh mikotoksin adalah aflatoksin yang diproduksi oleh jamur asperfillus flavus, terdapat
dalam kacang-kacangan dan butir padi-padian. Aflatoksin merupakan karsinogen yanf sangat
kuat.
Residu Pestisida. Keracunan pestisida tidak hanya terjadi karena paparan (exposure) langsung
oleh pestisida tetapi bisa terjadi pula lantaran manusia mengkonsumsi bahan-bahan makanan
seperti sayur-sayuran, buah-buahan, makanan pokok, bahkan tanaman obat. Residu tidak hanya
berasal dari aplikasi langsung, dapat pula terkontaminasi melalui hembusan angin, debu, terbawa
air hujan, ataupun tanah yang banyak mengandung pestisida. Dewasa ini sebagian besar tanaman
buah-buahan, sayuran, makanan pokok, tanaman obat dan lainnya telah tercemar racun pestisida.
Hal ini dapat dilihat dari tingkat pemakaian segala jenis pestisida yang hampir 100% oleh petani.
Pestisida telah terbukti menimbulkan berbagai permasalahan terhadap kesehatan, merusak
jaringan dan organ, sistem syaraf, teratogennisitas, efek pada fungsi reproduksi, kerusakan ginjal
dan tentunya merupakan karsinogen yang kuat. Sayangnya, ternyata residu pestisida yang ada
pada bahan makanan tidak bisa dihilangkan dengan perlakuan seperti pencucian dan pemasakan
tetapi hanya bisa dikurangi.
Logam. Logam yang paling perlu diperhatikan antara lain adalah merkuri, timbal dan kadmium.
Bahaya merkuri akut maupun kronis diakibatkan oleh penggunaan yang tidak tepat atau
termakannya tersebut yang digunakan sebagai fungisida dalam pengawetan padi-padian. Efek
lain terjadi karena mengkomsi hasil laut seperti ikan dan kerang yang tercemar oleh limbah.
Bahaya timbal dirasakan akibat manusia terpajan pada logam ini lewat udara, air dan makanan.
Makanan yang dijual dipinggir jalan dapat pula tercemar timbal. Kadmium memasuki rantai
makanan melalui pencemaran tanah dan air. Penyakit itai-itai di Jepang diduga karena pajanan
kronis terhadap kadmiun melalui konsumsi beras yang tercemar dalam jangka panjang. Jelasnya
ketiga jenis logam ini mempunyai dampak buruk bagi kesehatan manusia baik kronis maupun
akut serta merupakan agen karsinogen.
ZAT ADITIF MAKANAN & FORMALIN

Pernahkah anda membaca label isi kandungan makanan ringan yang anda beli? Jika diperhatikan
betul-betul, anda pasti sadar selain komponen utama makanan atau obat-obatan yang anda beli
sering mengandungi berbagai bahan campuran lain. Contohnya, bahan-bahan campuran yang
diberi nama huruf awal “E”, seperti E101 (Riboflavin), E123 (Amaranth), E211 (Natrium
Benzoate), E249 (Kalium Nitrit), E322 (Lesitin) dan sebagainya. Bahan-bahan campuran ini
diberi nama aditif. Jadi zat aditif makanan merupakan zat yang yang sengaja ditambahkan ke
dalam makanan dengan maksud meningkatkan cita rasa, tampilan, daya simpan, dll.
Bahan aditif makanan dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok tertentu tergantung
kegunaanya, diantaranya:
MSG sebagai penguat rasa makanan dan juga untuk melezatkan makanan. MSG merupakan zat
aditif makanan buatan, sedangkan yang alami diantaranya adalah bunga cengkeh.
Tartrazin adalah pewarna makanan buatan yang mempunyai banyak macam pilihan warna,
diantaranya Tartrazin CI 19140. Bahan pewarna makanan alami diantaranya adalah daun pandan.
Gom Arab adalah bahan aditif alami yang gunanya untuk mengemulsi minyak dan air agar dapat
bersatu.
Garam alginat dan gliserin marupakan bahan adtif buatan yang digunakan untuk menstabilkan
dan memekatkan suatu makanan sehinggga dapat membuat makanan bertekstur lembut dan rata
Bahan aditif juga bisa membuat penyakit jika tidak digunakan sesuai dosis, apalagi bahan aditif
buatan atau sintetis. Penyakit yang biasa timbul dalam jangka waktu lama setelah menggunakan
suatu bahan aditif adalah kanker, kerusakan ginjal, dan lain-lain. Lebih parah lagi, apabila zat
aditif yang digunakan sebenarnya bukan untuk dikonsumsi manusia (karena bersifat toxic)
seperti pewarna merah Rhodamine-B (pewarna textile), Borax sebagai pengenyal dan pengawet
(racun semut/kecoa serta bahan campuran barang industri termasuk pembuatan kaca anti peluru),
Formalin sebagai pengawet makanan basah (biasa di gunakan mengawetkan mayat), Gula tetes
serta pemanis buatan yang tidak disarankan antara lain Sakarin (daya manis hingga 500x gula
tebu), dll.
TENTANG FORMALIN
Formalin : adalah larutan formaldehida dalam air, dengan kadar antara 10%-40%.Penggunaan
Formalin yang salah adalah hal yang sangat disesalkan. Melalui sejumlah survey dan

pemeriksaan laboratorium, ditemukan sejumlah produk pangan yang menggunakan formalin
sebagai pengawet. Praktek yang salah seperti ini dilakukan oleh produsen atau pengelola pangan
yang tidak bertanggung jawab. Beberapa contoh prduk yang sering diketahui mengandung
formalin misalnya
Ikan segar : Ikan basah yang warnanya putih bersih, kenyal, insangnya berwarna merah tua
(bukan merah segar), awet sampai beberapa hari dan tidak mudah busuk.
Ayam potong : Ayam yang sudah dipotong berwarna putih bersih, awet dan tidak mudah busuk.
Mie basah : Mie basah yang awet sampai beberapa hari dan tidak mudah basi dibandingkan
dengan yang tidak mengandung formalin.
Tahu : Tahu yang bentuknya sangat bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet beberapa hari dan
tidak mudah basi
Akibat bagi manusia : Karena resin formaldehida dipakai dalam bahan konstruksi seperti kayu
lapis/tripleks, karpet, dan busa semprot dan isolasi, serta karena resin ini melepaskan
formaldehida pelan-pelan, formaldehida merupakan salah satu polutan dalam ruangan yang
sering ditemukan. Apabila kadar di udara lebih dari 0.1 mg/kg, formaldehida yang terhisap bisa
menyebabkan iritasi kepala dan membran mukosa, yang menyebabkan keluar air mata, pusing,
teggorokan serasa terbakar, serta kegerahan.
Kalau terpapar formaldehida dalam jumlah banyak, misalnya terminum, bisa menyebabkan
kematian. Dalam tubuh manusia, formaldehida dikonversi jadi asam format yang meningkatkan
keasaman darah, tarikan nafas menjadi pendek dan sering, hipotermia, juga koma, atau sampai
kepada kematiannya.
Di dalam tubuh, formaldehida bisa menimbulkan terikatnya DNA oleh protein, sehingga
mengganggu ekspresi genetik yang normal. Binatang percobaan yang menghisap formaldehida
terus-terusan terserang kanker dalam hidung dan tenggorokannya, sama juga dengan yang
dialami oleh para pegawai pemotongan papan artikel. Tapi, ada studi yang menunjukkan apabila
formaldehida dalam kadar yang lebih sedikit, seperti yang digunakan dalam bangunan, tidak
menimbulkan pengaruh karsinogenik terhadap makhluk hidup yang terpapar zat tersebut.

Pembuatan: Secara industri, formaldehida dibuat dari oksidasi katalitik metanol. Katalis yang
paling sering dipakai adalah logam perak atau campuran oksida besi dan molibdenum serta
vanadium. Dalam sistem oksida besi yang lebih sering dipakai (proses Formox), reaksi metanol
dan oksigen terjadi pada 250 °C dan menghasilkan formaldehida, berdasarkan persamaan kimia
2 CH3OH + O2 → 2 H2CO + 2 H2O.
Katalis yang menggunakan perak biasanya dijalankan dalam hawa yang lebih panas, kira-kira
650 °C. dalam keadaan begini, akan ada dua reaksi kimia sekaligus yang menghasilkan
formaldehida: satu seperti yang di atas, sedangkan satu lagi adalah reaksi dehidrogenasi
CH3OH → H2CO + H2.
Bila formaldehida ini dioksidasi kembali, akan menghasilkan asam format yang sering ada dalam
larutan formaldehida dalam kadar ppm. Di dalam skala yang lebih kecil, formalin bisa juga
dihasilkan dari konversi etanol, yang secara komersial tidak menguntungkan.
Kegunaan lain Formaldehide (bahan Formalin):
Pengawet mayat
Pembasmi lalat dan serangga pengganggu lainnya.
Bahan pembuatan sutra sintetis, zat pewarna, cermin, kaca
Pengeras lapisan gelatin dan kertas dalam dunia Fotografi.
Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.
Bahan untuk pembuatan produk parfum.
Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku.
Pencegah korosi untuk sumur minyak
Dalam konsentrat yang sangat kecil (kurang dari 1%), Formalin digunakan sebagai pengawet
untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih barang rumah tangga, cairan pencuci piring,
pelembut kulit, perawatan sepatu, shampoo mobil, lilin, dan pembersih karpet.