LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK LABORATORIUM (1)

LAPORAN
PRAKTIKUM TEKNIK LABORATORIUM
“TEKNIK LABORATORIUM”

Disusun oleh
Nama

:

TESA MANISA

NIM

:

F1071131025

Semester

:


II –A (REG A)

Kelompok

:

4

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014

A. Pendahuluan
Laboratorium merupakan tempat untuk melaksanakan eksperimen, penelitian
maupun pengajaran. Untuk membantu melakukan hal tersebut, diperlukan peralatan
laboratorium dan juga bahan kimia. Peralatan laboratorium terbagi menjadi beberapa kategori
yakni peralatan gelas, peralatan penunjang dan peralatan modern. Peralatan tersebut tentunya
memiliki jenis dan fungsi yang berbeda sehingga cara penggunaan dan pengolahannya tentu

berbeda pula. Dan bahan kimia pun ada beberapa kategori yakni dalam kategori sifatg,
bentuk, grade dan tingkat bahaya nya. Dengan adanya bahan kimia tersebut pula diperlukan
beberapa cara yanag berbeda agar tidak menimbulkan bahaya bagi praktikan.
Umumnya, bekerja di laboratorium menngandung kemungkinan terjadi kecelakaan
atau bahaya bila tidak hati hati. Demi keselamatan kerja, perlu diketahui bahaya yang
mungkin terjadi, bagaimana pencegahannya dan bila terjadi bagaimana cara mengatasinya.
Untuk mencegah berbagai macam bahaya yang akan ditimbulkan, agar praktikan dapat
mengetahui teknik dasar dalam pengelolaan laboratorium dan fungsi dari tiap alat serta
prinsip kerjanya. Maka diperlukan beberapa teknik laboratorium agar itu semua dapat
terlaksana. Untuk itu, pada praktikum kali ini, praktikan akan melakukan praktikum mengenai
“Teknik Laboratorium” agar beberapa tujuan dapat terlaksana.
Laboratorium adalah suatu bangunan yang di dalamnya dilengkapi dengan peralatan
dan bahan-bahan berdasarkan metode keilmuan tertentu untuk melakukan percobaan ilmiah,
penelitian, praktek pembelajaran, kegiatan pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi bahan
tertentu(Surono,2011).
Teknik labarotorium merupakan kiat-kiat mengenai seluk beluk laboratorium.
Sebelum melakukan praktikum di dalam laboratorium diperlukan pengenalan mengenai
beberapa pengetahuan pokok dan teknik-teknik laboratorium ini untuk mencegah timbulnya
bahaya yang ditimbulkan oleh alat dan bahan dalam laboratorium maupun kesalahan dalam
penggunaan peralatan (Tim Kimia Dasar, 2012: 1).

Agar seorang analisis mempunyai kemampuan cukup mengenai teknik analisis dengan
menggunakan alat laboratorium atau dengan kata lain dapat melakukan teknik laboratorium
dengan baik maka seorang analis harus mampu menguasai teknik penggunaan peralatan dasar
laboratorium pengujian. Seorang analis harus dapat menguasai pengoperasian peralatan gelas,
peralatan dasar pendukung, peralatan pemanas dan neraca untuk menimbang. Hampir semua
pengujian mutu di laboratorium menggunakan peralatan dasar pengujian tersebut. Seorang
analis yang telah menguasai teknik pengoperasian peralatan dasar akan dapat bekerja lebih
professional. Teknik pengoperasian dan penanganan peralatan dasar laboratorium merupakan
dasar kemampuan untuk dapat mengoperasikan peralatan canggih(Haryveda,2011).

Diperlukan kecakapan dan peralatan yang benar agar eksperimen dapat berhasil dan
berbahaya dapat ditangani dengan aman. Pentingnya teknologi eksperimen praktis untuk
kesuksesan ilmu pertama kali diakui Jusns von Liebig yang pertama kali melengkapi instruksi
laboratorium pada tahun 1826. Kondisi kerja dan persyaratan keselamatan untuk eksperimen
berubah total sejak itu. Bagaimanapun, tetap menjadi kenyataan bahwa kecakapan, perhatian,
ketekunan dan latihan merupakan hal yang diperlukan juga untuk keberhasilan dan keamanan
eksperimen meskipun menggunakan peralatan paling modern sekalipun (Fietze,1991).
Kebanyakan bahan kimia yang dipakai di laboratorium adalah bahan kimia yang
berbahaya ditinjau dari satu sisi atau sisi lainnya. Beberapa bahan kimia lebih berbahaya
umumnya termasuk ke dalam golongan :

a)

Bahan kimia beracun (toxit) yang paling banyak diguanakn sebagai pelarut

b)

Bahan kimia korosif yang dapat menyebabkan kerusakan atau luka bakar pada kulit atau
jaringan tubuh

c)

Bahan kimia yang dapat menyebabkan iritasi (irritant)

d)

Bahan kimia yang mudah terbakar (Flammable)

e)

Bahan kimia yang dapat meledak

(Adiyuwono, 1992).
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan di Laboratorium memerlukan
perlakuan khusus sesuai sifat dan karakteristik masing-masing. Perlakuan yang salah dalam
membawa, menggunakan dan menyimpan alat dan bahan di Laboratorium dapat
menyebabkan kerusakan alat dan bahan, terjadinya kecelakaan kerja serta dapat menimbulkan
penyakit. Cara memperlakukan alat dan bahan di Laboratorium secara tepat dapat
menentukan

keberhasilan

dan

kelancaran

kegiatan

(Purwadi

dkk


,1981).

Beberapa teknik dasar dalam laboratorium :
1.

Cara memanaskan cairan

Harus memperhatikan kemungkinan terjadinya bumping (meloncatnya cairan akibat
peningkatan suhu drastis). Cara mencegahnya dengan menambahkan batu didih ke dalam
gelas kimia.
a.
*

Pemanasan cairan dalam tabung reaksi
Jangan sampai mengarahkan mulut tabung reaksi kepada praktikan baik diri
sendiri maupun orang lain

*

Jepit tabung reaksi pada bagian dekat dengan mulut tabung


*

Posisi tabung ketika memanaskan cairan agak miring, aduk dan sesekali dikocok

*

Pengocokan terus dilakukan sesaat setelah pemanasan.

b.

Pemanasan cairan dalam gelas kimia dan labu Erlenmeyer

Bagian bawah dapat kontak langsung dengan api sambil cairannya digoyangkan
perlahan, sesekali diangkat bila mendidih.
2.

Cara membaca volume pada gelas ukur

Masukkan cairan yang akan diukur lalu tepatkan dengan pipet tetes sampai skala yang

diinginkan. Bagian terpenting dalam membaca skala di gelas ukur tersebut adalah garis
singgung skala harus sesuai dengan meniskus cairan. Meniskus adalah garis lengkung
permukaan cairan yang disebabkan adanya gaya kohesi atau adhesi zat cair dengan gelas
ukur.
3.

Cara menggunakan buret

Sebelum digunakan, buret harus dibilas dengan larutan yang akan digunakan. Cara
mengisinya :
*

Kran ditutup kemudian larutan dimasukkan dari bagian atas menggunakan
corong gelas.

*

Jangan mengisi buret dengan posisi bagian atasnya lebih tinggi dari mata kita.
Turunkan buret dan statifnya ke lantai agar jika ada larutan yang tumpah dari
corong tidak terpercik ke mata.


*

Jangan sampai ada gelembung yang tertinggal di bagian bawah buret. Jika sudah
tidak ada gelembung, tutup kran.

*

Selanjutnya isi buret hingga melebihi skala nol, lalu buka kran sedikit untuk
mengatur cairan agar tepat pada skala nol.
4.

*

Cara menggunakan neraca analitis

Nolkan terlebih dulu neraca tersebut

*


Letakkan zat yang akan ditimbang pada bagian timbangan

*

Baca nilai yang tertera pada layar monitor neraca

*

Setelah digunakan, nolkan kembali neraca tersebut

*

Cara menghirup bau zat

Yang perlu diingat jangan pernah menghirup gas atau uap senyawa secara langsung.
Gunakan tangan dengan mengibaskan bau sedikit sampel gas ke hidung (Ruhiyat, 2010).
Peralatan keselamatan kerja di laboratorium antara lain:
1.

Jas Laboratorium


Alat ini untuk mencegah terjadinya kontaminasi atau menghindari bahaya yang terjadi
akibat percikan zat-zat kimia yang berbahaya.
2.

Sarung tangan

Daya tahan sarung tangan terhadap bahan kimia tergantung pada bahan sarung tangan
(misalnya: karet alam; karet neoprene; karet nitrile; dll.), mutunya dan ketebalannya.Untuk
melindungi tangan dari bahan-bahan yang sangat panas dianjurkan memakai "insulated glove"
yang dibuat dari bahan sintetis.
3.

Pelindung mata dan muka

4.

Kran pencuci mata

5.

Safety shower

6.

Alat pernapasan (respirator/masker)

Melindungi dari debu-debu, serat yang kecil yang berbahaya atau dan uap atau gas
yang beracun.
7.

Pemadam kebakaran

Ada beberapa jenis pemadam kebakaran, seperti Air (water extinguisher), tepung (dry
powder extinguisher), C02 (Carbon dioxide extinguisher), Halon, Busa, pasir, dll.

Pada umumnya, suatu buatan manusia yang meskipun berbasis teknologi
canggih pada suatu siklus tertentu dapat tidak berguna lagi atau biasa disebut limbah. Dalam
melakukan sebuah praktikum, limbah hasil percobaan dibuang pada tempat saluran
pembuangan agar apabila limbah tersebut masih berbahaya maka akan menimbulkan dampak
negatif seperti kerusakan lingkungan, keracunan dan lain sebagainya. Hal-hal kecil seperti ini
dapat berakibat buruk jikalau tidak diindahkan atau tidak diperhatikan dengan sebaikbaiknya(Marpaung, 2009).
Praktikum mengenai teknik laboratorium ini bertujuan agar praktikan dapat
mengetahui teknik dasar dalam pengelolaan laboratorium dan fungsi dari tiap alat serta
prinsip kerjanya. Dan rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: Apa itu teknik
laboratorium?, Apa itu teknik dasar laboratorium?, Bagaimana cara melakukan teknik dasar
laboratorium?, Apa saja hal yang termasuk dalam teknik dasar laboratorium?, Apa saja fungsi
dan prinsip kerja dari tiap alat laboratorium?

B. Metodologi
Pada praktikum Teknik Laboratorium ini, dilaksanakan pada hari Rabu, 23
April 2014 di laboratorium 1 pendidikan biologi FKIP UNTAN. Pada praktikum ini,
pembimbing praktikum melakukan demonstrasi terhadap 15 teknik laboratorium yang
terdapat dalam buku penuntun praktikum teknik laboratorium. Praktikan memperhatikan
penjelasan yang disampaikan oleh pembimbing dan memasukkannya ke dalam bentuk tabel
hasil pengamatan.

C. Hasil dan Pembahasan
Teknik
o Teknik 1

Metode
o Tabung/pipa gelas dan lubang penutup karet dibasahi

Memasukkan tabung/pipa ke dengan air atau gliserol
dalampenutup karet

o Tabung gelas dipegang kira-kira 2-3 cm dari penutup
karet dengan digunakannya handuk/serbet
o Tabung/pipa gelas diputar dan didorong perlahan secara
hati-hati ke dalam penutup karet
o Sisa gliserol pada tabung /pipa gelas atau rubber stopper

o Teknik 2
Membersihkan

dicuci dengan air dan dikeringkan
o Semua alat dibersihkan dengan sabun dan air bersih
peralatan
o Dihilangkan kotoran kasarnya

gelas (glassware)

o Jika di dalam alat berisis larutan pekat, isinya dibuang
dahulu sambil diencerkan dengan air dan dibuang pada
saluran pembuangan limbah
o Digunakan sikat yang sesuai dengan ukuran jika
diperlukan, jangan sampai terdapat goresan
o Tabung, pipet, buret atau tabung lainnya diputar saat
dibilas
o Alat dibilas minimal 2 kali dengan air dan terakhir dengan
air suling jika ada
o Air suling disemprotkan perlahan ke seluruh permukaan
bagian dalam alat
o Alat yang bersih diletakkan pada meja atau rak pengering
lalu disimpan untuk terhindar dari debu
o Teknik pembersihan alat yang lain ialah digunakannya
Bunsen
o Bumsen dinyalakan dan didekatkan pada bagian bawah
alat gelas yang akan dikeringkan dan diputar
o Gerakan berputar ini terus dilakukan sampai ke bagian
atas alat gelas hingga air menguap

o Teknik 3

o Label pada botol atau kemasan dibaca sebelum membuka

Penanganan bahan kimia

kemasannya
o Dihindari penggunaan yang berlebihan dari reagen
o Bahan kmia tidak dicium, dipegang atau dirasakan jika
tidak ada spesifikasi dari petunjuknya
o Segera dibersihkan dengan air jika terkena bahan kimia

o Teknik 4
Membuang
kimia

o Limbah kmia dibuang sesuai dengan petunjuk dalam
limbah

bahan prosedur eksperimen atau instruktur
o Larutan yang pekat harus diencerkan terlebih dahulu
sebelum dibuang
o Label kemasan selalu dicek ulang sebelum dibuang
o Limbah harus dibuang dengan benar, jelas dan mudah

o Teknik 5

dilihat
o Digunakan tabung volumetric untuk membuat suatu

Mempersiapkan larutan

larutan
o Air/larutan dengan konsentrasi yang lebih rendah
dimasukkan ke dalam tabung volumetric sampai 1/3 atau
½ dari tanda
o Ditambahkan bahan solid yang akan dilarutkan ke dalam
tabung volumetric secara perlahan
o Air ditambahkan sampai batas kalibrasi yang diinginkan,
lalu ditutup dan digoyang perlahan

o Teknik 6
Menimbang

o Digunakan kertas alas, beaker, gelas arloji atau alas
lainnya saat menimbang
o Bahan tidak dijatuhkan/ditumpahkan langsung pada pan
timbangan, dibersihkan jika terjadi
o Neraca terutama piring neraca dibersihkan dari sisa bahan
o Timbangan dikalibrasi sesuai prosedur
o Bahan yang akan ditimbang dimasukkan ke dalam wadah
atau tempat yang diletakkan pada piring neraca
o Dicatat akurasi yang diinginkan
o Kembalikan timbangan ke posisi nol jika sudah selesai
digunakan
o Timbangan dan tempat yang ada disekitarnya dibersihkan

o Teknik 7
Menggunakan
atau mikroskala

dari percikan atau tumpahan bahan kmia
o Atur skala pengambilan cairan yang diingnkan dengan
mikropipet cara knop pengatur skala nya diputar
o Tombol yang berada dibagian atas mikropipet ditekan
untuk memasukkan cairan
o Setelah

cairan

yang

diinginkan

terambil,

cairan

dipindahkan ke wadah lain dengan cara menekan tombol
o Teknik 8
Mengukur volume

lain yang ada di samping tombol pengambil cairan tadi
Dengan gelas ukur :
o Digunakan gelas ukur yang sesuai dengan volume bahan
yang akan diukur
o Skala pada gelas ukur dibaca
o Bahan diisikan ke dalam gelas ukur
o Skala dibaca dengan pandangan mata lurus

o Dituang isinya ke wadah lain jika sudah didapat volume
bahan yang diinginkan
o Gelas ukur dibersihkan setelah digunakan
Dengan pipet ukur :
o Pipet ukur dipilih sesuai dengan volume yang diinginkan
o Bulb diletakkan pada ujung pipet
o Sisi bertuliskan A ditekan untuk memompa udara keluar
dari balon
o Dimasukkan pipet ke dalam botol/wadah larutan yang
akan diambil
o Sisi yang bertuliskan S ditekan perlahan
o Penekanan S dilepas saat larutan sampai pada skala yang
diinginkan, jika berlebih dpat dikeluarkan dengan cara sisi
E ditekan
o Ujung pipet yang telah berisi larutan dpindahkan pada
wadah yang ingin diisi, ditempelkan tip pipet dan sisi E
ditekan perlahan
o Pipet dibersihkan setelah digunakan

o Teknik 9

Cara I

o Botol bahan dipegang dengan label dibawah telapak
Mengambil dan menuangkan
bahan

tangan
o Botol dimiringkan sehinggan sedikit bahan masuk ke
dalam tutup botol, lalu tutup botol dikeluarkan dengan
hati-hati
o Tutup botol diketuk dengan telunjuk batang pinsil bahn
pada tutup jatuh pada tempat yang diinginkan
Cara II
o Bahan diambil dengan spatula atau sendok yang sesuai
dengan tutup botol dijepit diantara jari tangan
o Spatula/sendok diketuk pelan dengan telunjuk sehingga
bahan jatuh ke tempat yang diinginkan

o Teknik 10

o Label pada bahan dibaca dengan teliti

Mengambil dan menuangkan
o Botol dipegang sedemikian rupa sehingga label botol
bahan cair

terletak pada telapak tangan
o Tutup botol dibasahi dengan bahan di dalam botol dengan
cara botol dimiringkan
o Tutup botol dijepit diantara jari jika akan menuangkan
o Bahan cair dituang dengan bantuan batang pengaduk

o Teknik 11

o Bahan ditempatkan agak jauh dari hodung kira-kira 20-30
cm

Membaui suatu bahan

o Tangan dikibaskan di atas tempat zat sehingga bahan
tersebut dapat dibaui
o Bahan pengaduk dicelupkan ke dalam bahan yang akan

o Teknik 12
Melarutkan dan mengocok

dilarutkan , kemudian bahan pengaduk digerakkan dengan
gerakkan memutar
o Bila bahan di dalam tabung reaksi, tabung reaksi ditutup
dengan ibu jari , kemudian digerakkna ke depan belakang
dengan hati-hati

o Tenik 13
Memanaskan
menguapkan

Di dalam tabung reaksi
o Bunsen tau pemanas lain dinyalakan dengan baik
dan
o Tabung reaksi dijepit dengan penjepit
o Tabung reaksi dipanaskan di atas nyala api, tabung
dihadapkan kea rah yang berlawanan dengan muka kita,
tabung digerak-gerakkan selama pemanasan
Di dalam gelas kmia
o Gelas kmia diletakkan di atas kawat kasa berasbes
o Batang pengaduk atau lat bantu didih dimasukkan untuk
meratakan panas

o Teknik 14
Menyaring

o Nyala api diarahkn tepat kea rah batang pengaduk
o Digunakan kertas saring yang sesuai denganyang
diinginkan
o Kertas saring dibentuk sehingga sesuai dengan ukuran
corong
o Kertas saring ditempatkan pada corong, dan dibasahi
dengan air suling

o Corong dipasang pada statif dan dimasukkan ke dalam
tempat penampungan filtrate
o Teknik 15

o Campuran yang akan disaring dituangkan ke atas corong
o Pemisahan dengan meyaring digambarkan oleh teknik 12

Pemisahan bahan padat dan
o Dengan cara decantee. Cairan sidat terpisah dari
cairan

padatannya dalam tabun yang sama, tabung dimiringkan
dan cairan dimasukkan ke wadah lain
o Filtrasi gravitasi dilakukan dengan teknik 11. Ujung
corong

menyentuh

dasar

wadah,

cairan

dibiarkan

mengalir melaui filter pada corong sampai semua cairan
melalui filter
o Penyemprotan dilakukan dengan campuran colvent
dengan otol pencuci
o Filter vakum dapat dilakukan dengan digunakannya
corong Buchner, corong Buchner dihubungkan dengan
tabung aspirator yang telah ditutup, dihubungkan dengan
keran air dan air dibiarkan mengalir, campuran yang akan
difilter dimasukkan ke dalam corong Buchner
o Centrifuge digunakan untuk membentuk presipitasi dari
campuran
Praktikum tentang teknik laboratorium ini dilakukan untuk mengetahui teknik dasar
yang terdapat dalam pengelolaan laboratorium serta mengetahui fungsi tiap alat dan prinsip
kerjanya masing-masing. Beberapa teknik laboratorium yang akan dibahas pada pembahasan
laporan kali ini adalah memasukkan tabung/pipa gelas ke dalam penutup karet, membersihkan
peralatan gelas, penanganan bahan kimia, membuang limbah bahan kimia, mempersiapkan
larutan, menimbang, menggunakan mikropipet atau mikroskala, megukur volume, mengambil
dan menuangkan bahan, mengambil dan menuangkan bahan cair, membaui suatu bahan,
melarutkan dan mengocok, memanaskan dan menguapkan, menyaring, serta teknik
pemisahan bahan padat dan cairan.
Teknik pertama adalah teknik memasukkan tabung/pipa gelas ke dalam penutup karet
(rubber stopper). Pertama-tama tabung/pipa gelas beserta lubang penutup karet dibasahi
dengan air atau gliserol, akan tetapi jika digunakan untuk peralatan terbuat dari bahan kaca
sebaiknya digunakan gliserol karena gliserol ini adalah cairan yang lebih aman jika dikenai ke
bahan kaca. Selanjutnya tabung gelas dipegang kira-kira 2-3 cm dari penutup karet dengan

menggunakan handuk , hal ini dilakukan untuk melindungi tangan dari sisa bahan kimia
berbahaya yang mungkin masih melekat pada tabung kaca yang dibersihkan. Tabung/pipa
gelas diputar dan didorong perlahan secara hati-hati ke dalam penutup karet. Sisa gliserol
pada tabung/pipa gelas atau rubber stopper dicuci dengan air lalu dikeringkan.
Teknik yang kedua adalah teknik membersihkan peralatan gelas (glassware).
Kebersihan peralatan gelas merupakan salah satu komponen penting untuk mencegah
kontaminasi saat dilangsungkannya kegiatan praktikum. Gelas yang tidak bersih akan
mengakibatkan suatu hal yang fatal pada percobaan misalnya dalam mikrobiologi atau
percobaan lain yang memerlukan sterilisasi yang tinggi. Kontaminasi dapat berakibat pada
perhitungan yang keliru dan kegagalan saat melakukan percobaan yang dapat menghabiskan
banyak biaya, waktu, tenaga karena percobaan dilakukan dengan percuma. Teknik
pembersihan yang dilakukan pertama-tama adalah semua alat tersebut dicuci dengan sabun
dan air bersih. Kotoran kasar yang terdapat dalam jenis peralatan ini dihilangkan. Jika
terdapat bahan pekat yang berbahaya, maka bahan/larutan tersebut diencerkan terlebih dahulu
dengan menggunakan air untuk mengurangi konsenttrasi bahan tersebut agar bahaya yang
ditimbulkan dari larutan pekat tersebut dapat dikurangi baik itu terhadap lingkungan sekitar
maupun manusia/praktikan itu sendiri, hasil pengencerannya dibuang pada saluran
pembuangan limbah. Jika perlu, digunakan sikat pembersih dengan hati-hati(menghindari
goresan pada dinding tabung kaca). Tabung, pipet, buret atau tabung lainnya diputar saat
dilakukan pembilasan. Air mengalir disalurkan dari satu ujung ke ujung tip dari suatu tabung.
Alat-alat dibilas minimal dua kali dengan air dan terakhir dengan air suling (deionized-dH2O)
jika tersedia. Alat dibilas dengan air bersih saat alat tersebut sudah dalam keadaan bersih
dengan cara air suling tersebut disemprotkan secara perlahan ke seluruh permukaan bagian
dalam alat. Jika sudah selesai dibersihkan dengan air, alat diletakkan pada rak pengering dan
disimpan untuk menghindari debu atau dikeringkan dengan menggunakan bunsen. Jangan
pernah memanaskan gelas yang rusak karena ketahanannya dari pemanasan menjadi
berkurang.
Ini

beberapa

contoh

cara

membersihkan

peralatan

gelas.

1. GELAS UKUR
Membersihkan noda-noda yang lengket pada gelas, pengaduk dibalut kapas sekaligus
dibasahi larutan asam lalui digosokkan ke gelas setelah bersih lalu dibilas air.
2. TABUNG REAKSI
Mengantisipasi air kapur dan kerak yang melekat pada tabung, pengaduk kaca dibalut
kapas dibasahi larutan asam lalu dikorokkan ke tabung, setelah bersih baru dibilas air.
3. GELAS KIMIA

Penanggulangan sisa – sisa bahan kimia dan bekas pembakaran yang melekat pada
gelas, pengaduk kaca dibalut kapas dibasahi larutan asam lalu digosokkan ke bagian gelas
yang

mengerak.

Digunakan juga sabun sebagai surfaktan untuk menurunkan tegangan permukaan, sehingga
noda yang tersisa di dalam alat alat gelas hilang, setelah itu d bersihkan menggunakan air kran
lalu di bilas dengan air aquades, sehingga alat alat gelas tersebut dapat di gunakan untuk
melakukan praktek d laboratorium (Nely, 2013).
Teknik yang ketiga adalah penanganan bahan kimia. Untuk menangani bahan
kimia, pengguna yang ingin menggunakan bahan kimia harus mengerti akan bahan yang akan
digunakan. Label pada botol atau kemasan dibaca terlebih dahulu sebelum membuka
kemasan. Sebaiknya penggunaan yang berlebihan akan regen dihindari, karena jika ini terjadi
regen yang sudah dikeluarkan tidak boleh dimasukkan kembali ke dalam botol kemasan
karena regen yang sudah berada di luar sudah terkontaminasi dan akan merambat ke dalam
regen yang masih ada dalam kemasan botol. Bahan kimia tidak boleh dipegang, dicium, atau
dirasakan jika tidak ada spesifikasi dari petunjuknya, hal ini dilakukan untuk menghindari
iritasi pada kulit, hidung atau mata. Sebaiknya digunakan google, sarung tangan dan jas
laboratorium. Jika terkena bahan kimia, harus segera dibersihkan dengan air.

Teknik yang keempat adalah membuang limbah bahan kimia. Sebelum limbah
bahan kimia dibuang, bahan kimia harus diencerkan terlebih dahulu. Pembuangan limbah
harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak mencemari lingkungan, meskipun terdapat bahan
kimia dengan kategori aman, akan tetapi pembuangan limbah ini juga harus diperhatikan
(tidak boleh sembarangan). Limbah kimia harus dibuang sesuai dengan petunjuk dalam
prosedur eksperimen atau instruktur. Larutan yang pekat harus diencerkan sebelum dibuang.
Label harus selalu dicek ulang sebelum dibuang. Pembuangan limbah harus benar, jelas dan
mudah dilihat, jika tidak akan mengakibatkan hal buruk pada diri sendiri, orang lain dan
peraatan yang ada. Tiap bahan kimia biasanya dilengkapi dengan Material Safety Data Sheet

(MSDM) dan memberikan informasi tentang bahan tersebut termasuk cara pembuangan
limbahnya, jadi tiap pengguna bahan bisa memahami bahan yang akan pengguna pakai.
Dalam melakukan sebuah praktikum, limbah hasil percobaan dibuang pada tempat saluran
pembuangan agar apabila limbah tersebut masih berbahaya maka akan menimbulkan dampak
negatif seperti kerusakan lingkungan, keracunan dan lain sebagainya. Hal-hal kecil seperti ini
dapat berakibat buruk jikalau tidak diindahkan atau tidak diperhatikan dengan sebaikbaiknya(Marpaung, 2009).

Teknik yang kelima adalah mempersiapkan larutan. Membuat larutan
merupakan kegiatan yang harus dilakukan dalam suatu laboratorium. Pembuat larutan harus
mengetahui berat molekul, volume atau konsentrasi dari bahan harus diketahui untuk dihitung
sesuai dengan kebutuhan yang akan dilarutkan. Pengetahuan mengenai pengenceran,
penghitungan mol merupakan keharusan yang dimiliki oleh pengguna laboratorium. Dalam
pembuatan larutan, tidak boleh memasukkan pipet atau spatula ke dalam botol regen. Regen
tersebut dipindahkan pada botol berlabel untuk pembuatan larutan yang akan digunakan.
Untuk membuat suatu larutan, digunakan tabung volumetri. Pertama-tama, air atau larutan
dengan konsentrasi yang lebih rendah dimasukkan ke dalam tabung volumetric sampai 1/3
atau ½ dari tanda, lalu ditambahkan bahan solid yang akan dilarutkan ke dalam tanung
volumetric secara perlahan, sebaiknya digunakan tabung gelas (glass rod) agar cairan
mengalir secara teratur dan perlahan. Air ditambahkan sampai pada batas kalibrasi yang
diinginkan, lalu ditutup dan digoyang perlahan.

Teknik yang keenam adalah teknik menimbang. Melakukan penimbangan
dengan menggunakan timbangan harus dilakukan sesuai aturan agar timbangan dapat
bertahan lama dan memiliki akurasi yang terjamin. Timbangan harus digunakan secara hatihati, karena seperti yang diketahui timbangan memiliki harga yang tidak murah. Saat
menimbang, bahan tidak boleh diletakkan langsung di atas timbangan karena akan merusak
elemen dari timbangan tersebut dan mempengaruhi keakuratan data yang diperoleh. Untuk itu
digunakan kertas alas, beaker, gelas arloji atau alas lainnya saat menimbang. Neraca terutama
piring neraca dan tempat disekitarnya harus dibersihkan dari percikan atau tumpahan bahan
kimia. Jika timbangan dalam keadaan tidak seimbang, timbangan tersebut harus ditera sesuai
prosedur / petunjuk. Setelah bahan yang ditimbang sesuai dengan akurasi yang diinginkan,
maka catat hasil yang didapat. Timbangna diposisikan ke nol, setelah dilakukan penimbangan.
Cara menggunakan neraca analitis, pertama-tama Nolkan terlebih dulu neraca tersebut.
kemudian Letakkan zat yang akan ditimbang pada bagian timbangan. setelah itu Baca nilai
yang tertera pada layar monitor neraca dan Setelah digunakan, nolkan kembali neraca
tersebut(Ruhiyat, 2010).

Teknik yang ketujuh adalah teknik menggunakan mikropipet atau mikroskala.
Mikropipet atau mikroskala ini adalah alat yang digunakan untuk mengambil/mentransfer
bahan kimia dalam jumlah sedikit, yang bisa menampung 20-1000µl. pipet ini memiliki skala
yang bisa diatur dengan memutar knop pengatur skalanya, tombol penghisap yang akan
menarik cairan masuk ke dalam mikropipet ini, dan juga tombol yang akan mengeluarkan
cairan dari mikropipet dan cairan dipindahkan ke wadah yang diinginkan.

Teknik yang kedelapan adalah teknik mengukur volume. Mengukur volume
suatu bahan dapat dilakukan dengan menggunakan gelas ukur dan pipet ukur. Sebelum
menggunakan alat, kebersihan dari alat itu sendiri harus diperhatikan agar tidak ada bahan
yang tersisa pada alat ukur. Jika menggunakan gelas ukur, gelas ukur yang digunakan harus
sesuai dengan volume bahan yang akan diukur. Bahan yang akan diukur diisikan ke dalam
gelas ukur, skala dibaca dengan pandangan mata lurus. Bagian terpenting dalam membaca
skala di gelas ukur tersebut adalah garis singgung skala harus sesuai dengan meniskus cairan.
Meniskus adalah garis lengkung permukaan cairan yang disebabkan adanya gaya kohesi atau
adhesi zat cair dengan gelas ukur(Ruhiyat, 2010). Hal ini penting agar tidak terjadi kesalahan
paralaks, yakni kesalahan Saat pembacaan skala ukur. Jika volume sudah sesuai dengan yang
diinginkan, isnya dipindahkan ke wadah yang lain. Dengan cara lain, mengukur volume bisa
dilakukan

dengan

menggunakan

pipet

ukur.

Ada beberapa jenis kontaminasi dan cara mencegahnya adalah sebagai berikut:
Kontaminasi Pipet-ke-Sampel. Penyebab: Menggunakan tip atau pipet yang sudah
terkontaminasi. Pencegahan: Bersihkan dan sterilkan bagian pipet yang kontak dengan
sampel. Gunakan tips steril, dan ganti tip setiap berganti sampel.
Kontaminasi Sampel-ke-Pipet. Penyebab: Sampel atau aerosol dari sampel kontak dan
memasuki bagian pipet. Pencegahan: Jangan terlalu memiringkan pipet, simpan selalu pipet
secara vertikal, sedot cairan dengan perlahan dan gunakan filter tip atau gunakan pipet
positive-displacement.
Kontaminasi Sampel-ke-Sampel (sample carryover). Penyebab: Menggunakan tip bekas untuk
sampel yang berbeda. Pencegahan: Ganti tip setiap

berganti sampel(Mulyatno, 2013).

Adapun cara menggunakan pipet gondok adalah sebagai berikut. Pipet ukur dipilih yang
bersih sesuai dengan volume yang diinginkan. Lalu bulb diletakkan pada ujung pipetnya.
Bulb ini memilki sisi yang bertuliskan A (Air), S (Suck), dan E (Empty). Tiap sisi tersebut
memiliki fungsi masing-masing yang berperan dalam mengambil cairan yang masuk ke pipet
ukur secara tepat. Setelah pipet ini digunakan, lakukan pembersihan terhadap alat ini. Air (A)

adalah bagian yang berfungsi untuk mengeluarkan udara. Suck (S) adalah bagian yang
berfungsi untuk

menghisap larutan dan E(empty) adalah bagian yang berfungsi untuk

mengeluarkan larutan apabila berlebihan.

Teknik yang kesembilan adalah mengambil dan menuangkan bahan. Teknik ini
terdiri dari dua cara yaitu untuk pengambilan bahan padat dan cair. Cara I, pertama-tama
botol bahan dipegang dengan label dibawah telapak tangan ini bertujuan untuk mencegah
adanya bahan yang menetes atau menempel pada label, sehingga label tetap utuh(Anonim,
2010), botol dimiringkan sehingga sedikit bahan masuk ke dalam tutup botol, lalu tutup botol
dikeluarkan dengan hati-hati agar bahan kimia yang ada tidak kembali lagi kedalam botol,
tutup botol diketuk dengan telunjuk batang pinsil bahan pada tutup jatuh pada tempat yang
diinginkan. Cara II, yaitu dengan cara bahan diambil dengan spatula atau sendok yang sesuai
dengan tutup botol dijepit diantara jari tangan, spatula/sendok diketuk pelan dengan telunjuk
sehingga bahan jatuh ke tempat yang diinginkan.
Teknik yang kesepuluh adalah mengambil dan menuangkan bahan cair. Label
pada bahan dibaca dengan teliti, agar pengguna benar-benar memahami caution dari bahan
yang akan digunakan . Botol dipegang sedemikian rupa sehingga label botol terletak pada
telapak tangan ini bertujuan untuk mencegah adanya bahan yang menetes atau menempel
pada label, sehingga label tetap utuh. Tutup botol dibasahi dengan bahan di dalam botol
dengan cara botol dimiringkan. Tutup botol dijepit diantara jari jika akan menuangkan. Bahan
cair dituang dengan bantuan batang pengaduk.

Teknik yang kesebelas adalah teknik membaui suatu bahan. Bahan
ditempatkan agak jauh dari hidung kira-kira 20-30 cm, agar bahan tidak langsung terhirup
oleh hidung sehingga tidak mengganggu sistem pernafasan kita dan tidak menimbulkan
penyakit yang berbahaya seperti menimbulkan asfiksi (merangsang kelenjar lendir hidung) .
Lalu tangan dikibaskan di atas tempat zat sehingga bahan tersebut dapat dibaui. Dengan cara
ini, kita tidak menghirup udara secara langsung, namun udaranya akan menyebar sehingga
dampak yang ditimbulkan tidak terlalu serius.

Teknik yang keduabelas adalah teknik melarutkan dan mengocok. Pertama-tama,
bahan pengaduk dicelupkan ke dalam bahan yang akan dilarutkan , kemudian bahan pengaduk
digerakkan dengan gerakkan memutar dan diusahakan untuk tidak menyentuh dinding/ dasar
tabung karena akan memecahkan tempat bahan, bila bahan di dalam tabung reaksi, tabung
reaksi ditutup dengan ibu jari , kemudian digerakkan ke depan belakang dengan hati-hati agar
larutan didalam tabung reaksi dapat terlarut secara sempurna.

Teknik yang ketigabelas adalah teknik memanaskan dan menguapkan. Teknik
ini bisa dilakukan dengan menggunakan tabung reaksi atau gelas kimia. Dengan
menggunakan tabung reaksi, pertama-tama bunsen atau pemanas lain dinyalakan dengan baik,
lalu tabung reaksi dijepit dengan penjepit, saat tabung reaksi dipanaskan di atas nyala api,
tabung dihadapkan kearah yang berlawanan dengan muka kita agar kita tidak terkena uap
hasil rekasi di dalam tabung reaksi secara langsung untuk menghindari cidera dan bahaya saat
menguapkan zat, tabung digerak-gerakkan selama pemanasan. Di dalam gelas kimia, pertamatama gelas kimia diletakkan di atas kawat kasa berasbes, lalu batang pengaduk atau alat bantu
didih dimasukkan untuk meratakan panas, nyala api diarahkan tepat ke arah batang pengaduk.
Penggunaan penjepit tabung reaksi ini adalah agar tangan tidak terkena tabung reaksi yang
panas , sedangkan penggunaan kassa berasbes adalah agar gelas kimia tidak langsung terkena
api yang akan menyebabkan gelas kimia gosong.
Dalam teknik ini, cara yang dilakukan dalam penyaringan yang sesuai aturan
ialah dengan menggunakan kertas saring yang sesuai dan bentuk kertas sesuai corong
penyaringan. Kemudian, tempatkan kertas pada corong dan basahi kertas dengan air suling,
pembentukan kertas sesuai dengan tempatnya ini bertujuan agar zat yang akan di saring tidak
tumpah sehingga dapat jatuh pada tempat yang diinginkan . Setelah itu, pasang corong pada
statif dan dimasukkan dalam tempat filtrat. Terakhir, Dituangkan campuran dengan hati-hati
ke atas corong.

Teknik yang terakhir adalah teknik pemisahan bahan padat dan cairan. Ada
beberapa cara untuk memisahkan cairan dari suatu campuran yaitu menyaring, decantee,
filtrasi gravitasi, penyemprotan, filter vakum (corong Buchner), dan menggunakan centrifuge.
Pemisahan dengan menyaring telah digambarkan oleh teknik 12.Dengan cara decantee, cairan
sudah terpisah dari padatannya dalam tabung yang sama, tabung dimiringkan dan cairan
dimasukkan ke wadah lain, filtrasi gravitasi dapat dilakukan dengan teknik 11, ujung corong
menyentuh dasar wadah, cairan dibiarkan mengalir melaui filter pada corong sampai semua
cairan melalui filter. Penyemprotan dilakukan dengan campuran colvent dengan

botol

pencuci. Filter vakum dapat dilakukan dengan digunakannya corong Buchner, corong
Buchner dihubungkan dengan tabung aspirator yang telah ditutup, dihubungkan dengan keran
air dan air dibiarkan mengalir, campuran yang akan difilter dimasukkan ke dalam corong
Buchner. Centrifuge digunakan untuk membentuk presipitasi dari campuran.

D. Penutup
Teknik dasar laboratorium adalah suatu cara mengenal leboratorium beserta isinya
serta tata cara menggunakan peralatan laboratorium. Teknik laboratorium harus sangat
diperhatikan untuk menjaga keselamatan kerja. Terdapat 15 teknik dasar dalam laboratorium
yaitu teknik memasukkan tabung/pipa gelas kedalam penutup karet, teknik membersihkan
peralatan gelas, teknik penanganan bahan kimia, teknik membuang limbah bahan kimia,
teknik mempersiapkan larutan, teknik menimbang, teknik menggunakan mikropipet atau
mikroskala, teknik mengukur volume, teknik mengambil dan menuangkan bahan cair, teknik
membaui suatu bahan, teknik melarutkan dan mengocok, teknik memanaskan dan
menguapkan, teknik menyaring dan teknik pemisahan bahan padat dan cair.
Ada baiknya praktikum lebih teratur dan terarah agar praktikan dapat memahami apa
yang dipraktikumkan

DAFTAR PUSTAKA
Adiyuwono.1992.Pengantar

Praktikum

Kimia

Organik.Yogyakarta:

DepDikBud.

Anonim. 2010. Laporan Praktikum Teknik Laboratorium. (onlime).
(http://biologyjjang.blogspot.com/2010/12/tugas-1.html). Diakses tanggal 3 Mei 2014.
Fietze,L.F.1991.Reaction and System in Organism Chemistry and Laboratory.Vol:2.hal 273.
Haryveda.2011.Teknik Laboratorium.(online).(http://haryveda.wordpress.com.). Diakses
tanggal
Luthfiya.

3
2012.

Praktikum

Mei
Kimdas

1.

(online).

2014.
(http://luthfiya-

blog.blogspot.com/2012/11/praktikum-kimdas-1.html). Diakses tanggal 3 Mei 2014.
Marpaung, Togap. 2009. Pengelolaan Limbah Radioaktif Sumber Terbungkus Berdasarkan

Rekomendasi Badan Tenaga Atom Internasional. Volume 3. Nomor 2. Hal: 39.
Mulyatno, Kris Cahyo. 2013. Jenis Pipet dan Cara Penggunaannya. (onlime).
(http://kriscahyo.blogspot.com/2013/02/jenis-pipet-dan-cara-penggunaannya.html).
Diakses

tanggal

3

Mei

2014.

Nely. 2013. Pengetahuan. (online). (http://nelyei255.blogspot.com/). Diakses tanggal 3 Mei
2014.
Purwadi, Sarosa dan Tobing, R.L., eds. Moedjiadi et al. 1981. Pengelolan Laboratorium IPA.
Jakarta

:

Departemen

Pendidikan

dan

Kebudayaan.

Ruhiyat, Ayi. 2010. Pengenalan Alat dan Bahan di Laboratorium Kimia. (online).
(http://astor09.blogspot.com/2011/08/pengenalan-alat-dan-bahan-di_25.html). Diakses
tanggal

3

Mei

2014.

Surono. 2011. Peran Laboratorium Terakreditasi. (online) . (http:// www.mbriofood.com/article6.htm) Diakses tanggal 3 Mei 2014.
Tim Kimia Dasar Jurusan PMIPA-FKIP. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Dasar Jurusan
Pendidikan MIPA. Jember : Jember University Press.