Pendahuluan 1.1 Latar Belakang (5)

BAB I

Pendahuluan
1.1

Latar Belakang
Sebagai makhluk social,manusia tidak mungkin hidup mandiri, selalu bergantung dengan

yang lainnya. Saling ketergantungan diantara manusia merupakan keharusan untuk kelangsungan
hidupnya.Hubungan timbal balik ini berlangsung dalam konteks “komunikasi”. Di satu saat,
seseorang induvidu berperan sebagai “sumber” informasi(source) dan pada saat yang bersamaan
induvidu tersebut berperan sebagai “penerima informasi”(receiver). Demikian seterusnya, situasi
ini berlangsung terus menerus sepanjang hidup induvidu. Situasi inilah yang disebut “proses
komunikasi”. Engan demikan, komunikasi merupakan kondisi yang mutlak(necessary) dalam
kehidupan manusia sebagai makhluk social.
Berdasarkan pengalaman lapangan, upaya omuikasi kesehatan dapat memberikan
konstribusi yang cukup bermakna bagi peningkatan status kesehatan masyarakat apabila
dilakukan secara komprehensif dengan melibatkan instansi terkait. Komunikasi kesehatan pada
kenyataannya sangat efektif karena diselengggarakan berdasarkan orientasi pada consumer
kesehatan sebagai focus(customer oriented).adapun langkah-langkah penting yang dilakukan
yang menyebabkan pendekatan ini sangat efektif adalah dilakukannya berbagai langkah penting

sebelum program komunikasi kesehatan diselenggarakan, misalnya dengan melakuka “riset
awal” atau yang dikenal dengan formative research serta uji coba produk dan prilaku dilapangan.
Walaupun setiap kelompok atau budaya yang ada didalam masyarakat Indonesia sangat
bervariasi, strategi pokok yang digunakan terbukti sangat efektif dan dapat diterapkan diseluruh
bagian di Indinesia.

1

Tujuan utama dari komunikasi kesehatan ini adalah untuk perubahan prilaku kesehatan
pada sasaran kearah yang lebih kondusif sehingga dimungkinkan terjadinya pningkatan status
kesehatan sebagai dampak(impact) dari program komunikasi. Di Indonesia, pengalaman sukses
deprogram komunikasi kesehatan dapat dilihat pada Pogran Penyuluhan Gizi, Keluarga
Berencana, Kelangsungan Hidup Anak, Konsumsi Garam Yodium. Sedangkan pengalaman
sukses dinegara berkembang lain seperti Mesir (upaya pemasaran social oralit), Gambia (pola
makanan sehat) , Honduras (oralit), dan sebagainya.

2

BAB II


Pembahasan
2.1

Ruang Lingkup Kominukasi Kesehatan
Dalam rangka memahami komunikasi kesehatan, perlu sedikit dibahas tentang kata

“Komunikasi”, secara umum diartikan sebagai suatu proses yang kompleks dengan beberapa
karakteristik. Proses komunikasi biasanya melibatkan dua pihak baik induvidu antar induvidu,
induvidu dengan kelompok atau antar kelompok dengan kelompokyang berinteraksi dengan
aturan-aturan yang disepakati bersama. Focus utama dalam onteks suatu proses dan bagaimana
proses komunikasi berfungsi antar-induvidual atau kelompok dalam rangka ”perubahan prilaku”
kesehatan.
1. Definisi Komunikasi
Kata “Komunikasi” mengandung banyak arti, dari pengertian yang umum sampaimpada
pengertian yang spesifik, seperti halnya “komunikasi ksehatan”.
Menurut George A Miller(1951), “Komunikasi berarti bahwa suatu proses informasi
yang disampaikan dari satu tempat tertentu ke tempat yang lain.” Definisi ini menekakan pada
ide, bahwa suatu informasi dapat disampaikan dari satu poin ke poin yang lain.
Definisi lain dikemukakan oleh Clevenger (1959) yang menyatakan bahwa “ komunikasi
merupakan suatu terminology yang merujuk pad suatu proses pertukaran informasi yang

dinamis”. Masing-masing pihak, baik source maupun receiver terlibat dalam proses “berbagi”
informasi. Definisi ketiga didefinisikan Cherry (1966) yang menyatakan bahwa “

3

komunikasiberarti berbagi elemen-elemen prikalu dengan kesepakatan yang ditetapkan
bersama”. Definisi ini juga mencakup pengertian “transfer informasi” dari dua pihak,
Komunikasi bersifat “serba ada” dan “ganda” (B.Augrey Fisher, 1986).Didalam konteks
“system social”, komunikasi merupakan aspek penting sebagai media bagi anggota system social
untuk berinteraksi. Proses sosialisasi bagi anggota system social juga berlangsung dalam konteks
komunikasi. Komunikasi antar anggota system social inilah yang membedakan interaksi manusia
dengan kelompok makhluk lain.
Komunikasi kesehatan merupakan bagian dari Komunikasi Antar Manusia yang berfokus
bagaimana seorang induvidu dalam suatu kelompok/masyarakat menghadapi isu-isu yang
berhubungan dengan kesehatan serta berupaya untuk memelihara kesehatannya(Northouse dan
Northhouse 1985). Focus dalam Komunikasi Kesehatan adalah “Transaksi” spesifik pada isu-isu
yang berhubungan dengan kesehatan dan factor-faktor yang mempengaruhi transaksi tersebut.
Transaksi yang berlangsung antar ahli kesehatan dan antar ahli kesehatan dengan klien
merupakan perhatian utama dalam komunikasi Kesehatan. Komunikasi tersebut baik “verbal”
maupun “non verbal”, “lisan” atau “tulisan, “personal” ataupun “interpersonal”. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa Komunikasi Kesehatan merupakan aplikasi dari konsep dan
teori komunikasi dalam transaksi yang berlangsung antar-induvidu,kelompok terhadap isu-isu
kesehatan

4

A. MODEL KOMUNIKASI KESEHATAN
Model ini berfokus pada transaksi antara profesional kesehatan-klien yang sesuai dengan
permasalahan kesehatan klien
Mencakup tiga faktor mayor, yaitu:
1. Relantionship
a.

Professional kesehatan – professional kesehatan

b. Professional kesehatan – klien
c.

Professional kesehatan – orang lain yang berpengaruh


d. Klien – orang lain yang berpengaruh
2. Transaksi
Kesepakatan, respon yang terjadi antara pengirim pesan dengan penerima pesan yang
terjadi secara simultan dalam proses komunikasi.
3. Konteks
Dapat berdasarkan pada tempat atau ruang dilaksanakan komunikasi, jenis pelayanan kesehatan
yang diberikan dan jumlah personil atau tenaga kesehatan yang ada selama memberikan
pelayanan.
MODEL SCHRAUMN
(1) Dalam model ini source (sumber) dapat berupa seorang individu, organisasi atau
dalam bentuk lembaga, sinyalnya adalah bahasa dan destination – nya adalah
pihak lain yang menjadi sasaran signal itu ditujukan. Dalam aplikasinya source
dan encoder adalah pembawa pesan (komunikator) sedangkan decoder dan
destination adalah penerima pesan (komunikan)

5

(2) Penyempurnaan dari model pertama, dengan menggabungkan source dengan
encoder dalam satu aspek dan unsur decoder dengan destination. Model ini
dilengkapi dengan unsur field of experience (bidang pengalaman) yang akan

mempengaruhi terjadinya proses komunikasi
(3) Menggambarkan dua pelaku komunikasi yang melakukan encoder, interpreter,
decoder. Dalam proses komunikasi ini setiap pelaku bertindak sebagai encoder
dan decoder.
Membentuk komunikasi yang aktif, ada umpan balik antara pembawa pesan dan
penerima pesan.
B. Komunikasi Antara Dokter dan Pasien
Komunikasi kesehatan melibatkan dokter, pasien, dan keluarga adalah komunikasi yang
tidak dapat dihindari dalam kegiatan kesehatan atau klinikal. Pasien datang merobat
menyampaikan keluhannya, didengar, dan ditanggapi oleh dokter sebagai respon dari keluhan
tersebut. Seorang pasien yang datang berobat memiliki harapan akan kesembuhan penyakitnya,
sedangkan seorang dokter mempunyai kewajiban memberikan pengobatan sebaik mungkin.
yang dulu menganut pola Komunikasi kesehatan antara dokter dan pasien paternalistik
dengan dokter pada posisi yang lebih dominan sudah saatnya diubah menjadi setara antara dokter
dan pasien. Efektifitas komuniksi yang baik antara keduabelah pihak akan berdampak pada
kesehatan yang lebih baik, kenyamanan, kepuasan pada pasien, dan penurunan resiko
malpraktik, serta perselisihan atau 5sengketa yang terjadi antara dokter dan pasien. Sengketa
medis ini terjadi karena adanya perbedaan persepsi antara dokter dan pasien mengenai penyakit,
adanya ekspektasi yang berlebihan dari pasien terhadap dokter, adanya perbedaan “bahasa”,
makna pesan, dokter dengan pasien, dan atau ketidaksiapan dokter untuk menjalin komunikasi


6

yang empatik. Komunikasi dalam lingkup kesehatan begitu penting. Hasil konferensi tentang
komunikasi kesehatan yang berlangsung di Toronto menghasilkan ‘Toronto Consensus”,
menghasilkan 8 (delapan) point pernyataan hubungan antara praktek komunikasi dan kesehatan
sebagai berikut :
1. Communication problems in medical practice are important and common.
2. Patient anxiety and dissatisfaction are related to uncertainty and lack of
information, explanation and feedback.
3. Doctors often misperceive the amount and type of information that patients
want to receive.
4. Improved quality of clinical communication is related to positive health
outcomes.
5. Explaining and understanding patient concerns, even when they cannot be
resolved, results in a fall in anxiety.
6. Greater participation by the patient in the encounter improves satisfaction,
compliance and treatment outcomes.
7. The level of psychological distress in patients with serious illness is less when
they perceive themselves to have received adequate information.

8. Beneficial clinical communication is routinely possible in clinical practice
and can be achieved during normal clinical encounters, without unduly
prolonging them, provided that the clinician has learned the relevant
techniques. (Dianne Berry, 2007:31)

7

Komunikasi kesehatan yang berlangsung positif memberikan dampak penting
bagi pasien, dokter, dan orang lain. Seorang dokter lebih cenderung untuk membuat
diagnosis yang lebih akurat dan komprehensif guna mendeteksi tekanan emosional
pada pasien, pasien memiliki rasa puas dengan perawatan dan kurang cemas, dan
setuju dengan mengikuti saran yang diberikan (Lloyd dan Bor, 1996). Selain itu,
6pasien yang ditangani oleh dokter dengan keterampilan komunikasi yang baik telah
terbukti meningkatkan Indeks Kesehatan dan Tingkat Pemulihan (Davis dan
Fallowfield, 1994; Greenfield, dkk.1985; Ong, dkk, 1995).
KONSEP DASAR KOMUNIKASI
Konsep dari komunikasi sendiri wajib diketahui dan dipaparkan agar seseorang mengetahui
gambaran luas dari kegiatan komunikasi tersebut.
Konsep-konsep komunikasi tersebut adalah :
1. Komunikasi Sebagai Proses Simbolik

Untuk bertukar arti, manusia menggunakan berbagai alat: kata dan bahasa, gambar,
musik, huruf Cina, huruf alfabet, bahasa tubuh, dll. Alat – alat atau sinyal ini simbolik, yang
berarti bahwa mereka mengacu pada sesuatu yang lain. Sinyal – sinyal simbolik ini merupakan
apa yang sebelumnya kita sebut informasi, misalnya ekspresi pengetahuan, pemikiran dan
perasaan yang nyata. Sifat simbolik dari komunikasi membiarkan sejumlah besar kebebasan
interpretatif.Simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk atau dipandang sebagai wakil sesuatu
yang lainnya (representasi dari fenomena). Kata adalah simbol, karena ia mewakili sebuah benda
atau sebuah pengertian. Simbol biasanya telah disepakati bersama dalam sebuah kelompok,
tetapi mungkin tidak dimengerti di luar lingkup kelompok tersebut.

8

Interaksi atau komunikasi secara simbolik didasarkan pada ide – ide mengenai diri dan
hubungannya dengan masyarakat. Menurut William Albig, komumikasi adalah proses
pengoperan lambang – lambang yang memiliki arti diantara individu – individu. Sedangkan
menurut Ralph LaRossa dan Donald C. Reitzes (1993) yang telah mempelajari Teori Interaksi
Simbolik, terdapat tiga tema dari asumsi yang mendasari interaksi ini, yaitu : a. Pentingnya
Makna bagi Perilaku Manusia. b. Pentingnya Konsep Mengenai Diri. c. Hubungan Antara
Individu dengan Masyarakat
2. Komunikasi Sebagai Proses Sosialisasi

Sepenuhnya

diyakini

bahwa

komunikasi

adalah

suatu

proses

sosial.

Ketika

menginterpretasikan komunikasi secara sosial, maksud yang disampaikan adalah komunikasi
selalu melibatkan manusia secara interaksi.Artinya, komunikasi selalu melibatkan dua orang,

pengirim dan penerima. Keduanya memainkan peranan yang penting dalam proses komunikasi.
Ketika komunikasi dipandang secara sosial, komunikasi selalu melibatkan dua orang yang
berkomunikasi

dengan

berbagai

niat,

motivasi

dan

kemampuan.

Kemudian,

ketika

membicarakan komunikasi sebagai proses, hal ini berarti komunikasi bersifat berkesinambungan
dan tidak memiliki akhir.
Dalam hubungannya dengan proses sosial, komunikasi menjadi sebuah cara dalam
melakukan perubahan sosial (social change). Komunikasi berperan menjembatani perbedaan
dalam masyarakat karena mampu merekatkan kembali sistem sosial masyarakat dalam usahanya
melakukan perubahan. Namun begitu, komunikasi juga tak akan lepas dari konteks sosialnya.
Artinya ia akan diwarnai oleh sikap, perilaku, pola, norma, pranata masyarakatnya. Jadi

9

keduanya saling mempengaruhi dan saling melengkapi, seperti halnya hubungan antara manusia
dengan masyarakat
3. Komunikasi Sebagai Proses Satu atau Dua Arah

Salah satu cara terbaik untuk memastikan bahwa pesan yang kita kirimkan benar – benar
telah diterima secara tepat sebagaimana kita maksudkan adalah dengan mendapatkan umpan
balik tentang akibat atau pengaruh yang ditimbulkan oleh pesan tersebut dalam diri penerima.
Umpan balik adalah proses yang memungkinkan seorang pengirim mengetahui bagaimana pesan
yang dikirimkannya telah didekodifikasikan dan ditangkap oleh si penerima. Tanggapan si
penerima terhadap pesan yang disampaikan oleh pengirim dapat menyebabkan pengirim
memodifikasikan atau mengubah bentuk pesannya, supaya komunikasi menjadi lebih
Komunikasi Kesehatan 2014 6 tepat.Apabila pengirim tidak dapat memeproleh informasi tentang
bagaimana pesannya telat didekodefikasikan oleh penerima, kesenjangan atau salah paham
dalam komunikasi mungkin sekali terjadi tanpa diketahui oleh kedua belah pihak.Agar
komunikasi

dapat

terjadi,

dibutuhkan

pengirim

“sender”

dan

penerima

“receiver”

informasi.Dikatakan komunikasi satu arah dimana pengirim tidak memiliki kesempatanuntuk
mengetahui bagaimana penerima telah medekodifisikan pesannya. Dengan kata lain, penerima
tidak bereaksi terhadap pernyataan/ pesan pengirim sebelumnya. Sebaliknya, komunikasi
bersifat dua arah apabila pengirim cukup leluasa mendapatkan umpan balik tentang cara
penerima menangkap pesan yang telah dikirimkannya. Dapat dikatakan dari pengirim ke
penerima dan dari penerima kepada pengirim. Proses melingkar ini menunjukkan bahwa
komunikasi selalu berlangsung. Komunikasi dua arah yang terbuka semacam ini akan
memudahkan terjadinya saling pemahaman dalam komunikasi, dan selanjutnya sangat menolong

10

mengembangkan suatu relasi yang memuaskan bagi kedua belah pihak serta kerja sama yang
efektif.

4. Komunikasi bersifat Koorentasi Komunikasi bersifat koorientasi,
karena dua belah pihak atau lebih, terlibat dalam komunikasi yang mempunyai tujuan
yang sama. Dua individu mengorientasikan sesuatu objek yang diterima bersama.Objek itu boleh
merupakan barang, isu dan ide yang menarik minat bersama.Model ini merupakan gabungan
antara komunikasi intrapersonal dan interpersonal. Pertama komunikasi intrapersonal merangka
persamaan antara pendapat kita dengan pendapat orang lain tentang sesuatu objek. Jika ada
persamaan maka terbentuklah tanggapan persetujuan. Ketepatan anggapan kita melakar tindakan
kita yang bersesuaian untuk satu sama lain. Ketepatan disini dapatlah diartikan sebagai
pandangan orang lain yang serupa dengan pandangan kita. Persetujuan dan pesepahaman maka
akan terbentuk dalam komunikasi interpersonal.
5. Komunikasi Bersifat Purposif dan Persuasif
Komunikasi bersifat purposif karena komunikasi merupakan aktivitas pertukaran pesanpesan dengan tujuan yang sudah ditentukan.Bersifat persuasif karena komunikasi bertujuan
untuk mempengaruhi perubahan-perubahan sikap. Komunikasi persuasif adalah komunikasi
yang bertujuan untuk mengubah ataumemengaruhi kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang
sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator.
6. Komunikasi Mendorong Interpretasi Individu

11

Dalam komunikasi, pengirim pesan maupun penerima pesan harus menginterpretasikan
pesan sesuai dengan maksud pengirim. Berlangsung antar dua individu, karenanya pemahaman
komunikasi dan hubungan antar pribadi menempatkan pemahaman mengenai komunikasi dalam
proses psikologis. Setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki pemahaman dan makna
pribadi terhadap setiap hubungan dimana dia terlibat di dalamnya.Hal terpenting dari aspek
psikologis dalam komunikasi adalah asumsi bahwa diri pribadi individu terletak dalam diri
individu dan tidak mungkin diamati secara langsung.Artinya dalam komunikasi interpersonal
pengamatan terhadap seseorang dilakukan melalui perilakunya dengan mendasarkan pada
persespsi orang yang mengamati. Untuk dapat mengembangkan kemampuan dalam
berkomunikasi secara efektif, baik secara personal maupun professional paling tidak kita harus
menguasai
empat jenis keterampilan dasar dalam berkomunikasi, yaitu :
A. Menulis
B. Membaca
C. Berbicara
D. Mendengar
7. Komunikasi Merupakan Aktivitas Pertukaran Makna
Komunikasi yang berlangsung antarmanusia tidak dapat dipahami hanya melalui katakata yang diucapkan atau yang ditulis.Komunikasi hanya dapat dipahami jika pesan-pesan
komunikasi dipahami dalam dua makna, yaitu makna denotatif (arti kata berdasarkan kamus) dan
makna konotatif (arti kata bedasarkan konteks tertentu) dari situasi yang berbeda di balik kata-

12

kata itu. Berinteraksi dengan orang-orang dalam rangka menghasilkan makna ; yaitu berkenaan
dengan peran teks dalam kebudayaan.
Diharapkan pertukaran makna ini dapat di pahami oleh penerima. Menurut fiske, agar
komunikasi berlangsung seorang actor social harus membuat pesan dalam bentuk tanda. Pesan
pesan itu mendorong penerima pesan untuk menciptakan makna untuk diri penerima pesan
sendiri yang terkait dalam beberapa hal dengan makna yang dibuat aktor social dalam
pesannya.Makin banyak antara aktor social (selaku encoder) dengan penerima pesan (selaku
decoder) menggunakan system tanda yang sama, makamakin dekatlah “Makna” mereka yang
datang pada diri mereka masing – masing. Karena, lanjut Fiske, “saya berkomunikasi dengan
anda, anda memahami apa makasud pesan saya, lebih kurang secara akurat.
8. Komunikasi Terjadi Dalam Konteks
Komunikasi dilakukan oleh manusia selalu dalam berada dalam sebuah ruang dan waktu,
atau disesuaikan dengan konteks ruang dan waktu. Konteks yang dimaksud berupa :
a. Lingkungan fisik, misalnya di klinik praktik pribadi, Puskesmas, di tepi jalan raya, di masjid
dan lain-lain
b. Antar budaya manakala komunikasi itu melibatkan komunikator dan komunikan yang
berbeda latar belakang kebudayaannya
c. Psikologis, artinya komunikasi itu memperhatikan beragam faktor psikologis seperti persepsi,
sikap, motivasi, kebutuhan, keinginan dari pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi
d. Personal, artinya aktivitas komunikasi memperhitungkan situasi hubungan antarpribadi
(interaksi sosial, relasi sosial, atau transaksi sosial)

13

e. Kelompok, artinya aktivitas komunikasi turut memperhatikan sifat dan karakteristik
kelompok, jumlah anggota dalam kelompok, daya tarik kelompok, dinamika kelompok, dan lainlain
f. Organisasi, artinya aktivitas komunikasi turut memperhatikan tujuan organisasi, karakteristik
atau sifat organisasi, jumlah orang dalam organisasi, daya tarik organisasi, dinamika organisasi,
dan lain-lain
Massa, artinya aktivitas komunikasi turut memperhatikan sifat-sifat massa, atau kategori
massa yang dapat dirinci dalam ciri-ciri kategori seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan,
pendidikan, tempat tinggal, gaya hidup dan lain-lain.

Program Komunikasi Kesehatan
Program komunikasi kesehatan merupakan upaya promosi yang dimulai dari proses
perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan yang didesain untuk tujuan jangka panjang agar
terjadi perubahan perilaku pada kelompok sasaran.Tujuan pokok dari program komunikasi
kesehatan

adalh perubahan perilaku

kesehatan

dalam rangka meningkatkan

derajat

kesehatan. Strategi komunikasi kesehatan terdiri dari tiga langkah strategis yang merupakan
siklus berkesinambungan, sebagai berikut:
1)

Tahap perencanaan

Tahap perencanaan merupakan bagian terpenting dari seluruh kegiatan program komunikasi
kesehatan komunikasi kesehatan, pada tahap ini dilakukan berbagai macam kegiatan serius dan
berbagai aspek dipelajari. Kunci keberhasilan program komunikasi kesehatan terletak pada
sejauh mana tahap perencanaan dirancang, yang meliputi:

14

 Analisis masalah kesehatan
 Riset pengembangan
 Pengembangan strategi
 Uji coba bahan
 Rencana operasional
2)

Tahap pelaksanaan

Kegiatan dimulai dengan menggunakan bahan komunikasi yang dihasilkan dengan kualitas yang
tinggi, kemudian bahan didistribusikan melalui berbagai jalur media secara terpadu.Tujuannya
untuk memperoleh daya jangkau dan frekuensi maksimum. Sebelum tahap ini dimulai, terlebih
dahulu dilakukan program pelatihan bagi mereka yang akan berinteraksi dengan konsumen.
Tahap ini terdiri dari tiga kegiatan pokok:
 Produksi
 Pelatihan
 Distribusi
3)

Tahap pemantauan dan evaluasi

Upaya pemantauan dan evaluasi merupakan kesatuan kegiatan yang dilakukan secara terpadu
dan tidak dapat dipisahkan serta dilaksanakan secara sistematis. Pemantauan harus dilakukan
pada hal-hal berikut ini:
 Sistem distribusi produksi dan bahan
 Pengelolaan dan kinerja
 Jadwal kerja

15

 Anggaran
 Tingkat penerimaan, pengetahuan, dan kebiasaa
Strategi pemantauan harus meliputi upaya-upaya sebagai berikut:
 Pemeriksaan bahan secara teratur pada titik sasaran distribusi
 Diskusi Kelompok Terarah (DKT) untuk mengetahui pesan promosi dan melihat
kemungkinan adanya keraguan dari kelompok sasaran
 Pemantauan siaran untuk memastikan bahwa jadwal penyiaran dilakukan sesuai dengan
rencana
 Wawancara sesaat di lokasi tertentu untuk memantau tema pokok dan ‘slogan’ program
serta jangkauannya
 Evaluasi tindak lanjut pelatihan bagi petugas kesehatan
 Pemantauan terhadap pengelolaan untuk mengetahui pengaruh program pada distributor
atau pelaksana
Tahap evaluasi terdiri dari:
 Evaluasi keluaran (output) atau produksi
 Evaluasi akibat (effect)
 Evaluasi dampak (impact)

16