Makalah Kewarganegaraan Hak Asasi Manusi

Makalah Kewarganegaraan

Hak Asasi Manusia dalam Dunia Global

Disusun oleh :
Shofiatul Hanani

145090201111002

Della Afriana

145090201111005

Nadhira Izzatur S

145090200111026

M. Hafid

145090200111029


Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Brawijaya
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini kami susun sebagai tugas mata kuliah pendidikan kewarganegaraan
dengan judul “Hak Asasi Manusia dalam dunia Global”.
Terimakasih kami sampaikan kepada dosen mata kuliah pendidikan
kewarganegaraan yang telah membimbing dan memberikan kuliah kepada kami
demi terselesaikannnya tugas ini.
Demian tugas ini kami susun, semoga dapat memberikan manfaat dan
dapat memenuhi tugas mata kuliah pendidikan kewarganegaraan. Dengan segala
kerendahan hati, saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan guna
peningkatan pembuatan makalah pada tugas di waktu mendatang
Penyusun

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hakekatnya,

semua

ajaran

agama

dan

budaya

tradisional

mengemukakan bahwa laki-laki menikahi perempuan. Akan tetapi, pada awal
abad dua puluhan, terdapat individu maupun kelompok yang menyatakan
kepada public bahwa mereka mencintai sesame jenis. Dalam artian, laki-laki
menyukai laki-laki dan perempuan menyukai perempuan. Bahkan, ada pula

yang merasa tidak seharusnya dilahirkan dengan jenis kelamin mereka.
Umumnya, masyarakat luas menganggap individu maupun kelompok
tersebut melawan kodrat manusia dan melanggar aturan agama serta budaya.
Akibatnya, kelompok maupun individu ini mengalami diskriminasi dari
cemooh, ejekan, bahkan dianggap sebagai pelaku kejahatan yang harus
dieksekusi. Faktanya, mereka tetaplah manusia. Dan sudah selayaknya pula
mereka diberlakukan seperti manusia lainnya. Pembeda mereka dan
masyarakat umum hanyalah orientasi seksualnya. Meski berbeda, mereka
tetap memiliki hak dan kewajiban yang sama seperti manusia lain pada
umumnya.
1.2 Pokok Permasalahan
 Apa yang dimaksud dengan HAM?
 Apa saja macam-macam HAM?
 Apa saja konsep umum dan karakter HAM?
1.3 Tujuan
 Mengetahui pengertian HAM
 Mengetahui macam-macam HAM
 Mengetahui konsep umum dan karakter HAM

BAB II

PEMBAHASAN
1.

Pengertian HAM
Menurut

Teaching

Human

Rights

yang

diterbitkan

oleh

Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Hak Asasi Manusia (HAM) adalah
hak-hak yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia

mustahil dapat hidup sebagai manusia. Hak hidup, misalnya, adalah klaim
untuk memperoleh dan melakukan segala sesuatu yang dapat membuat
seseorang tetap hidup. Menurut Locke, hak asasi manusia adalah hak-hak
yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai sesuatu
yang bersifat kodrati, maka tidak ada kekuasaan apa pun di dunia yang
dapat mencabut hak asasi setiap manusia. HAM adalah hak dasar setiap
manusia yang dibawa sejak lahir sebagai anugerah Tuhan.1
Hak asasi manusia ini tertuang dalam UU Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia. Menurut UU, hak asasi manusia adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara,
hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia.1
2.

Macam-Macam Hak Asasi Manusia (HAM)2
2.1 Hak Asasi Pribadi (Perseonal Rights)
Hak Asasi Pribadi adalah hak yang meliputi kebebasan
menyatakan


pendapat,

kebebasan memeluk

agama,

kebebasan

bergerak, kebabasan dalam untuk aktif setiap organisasi atau
perkumpulan dan sebagainya. Contohnya :
 Hak Kebebasan dalam mengutarakan atau menyampaikan
pendapat.

1

Gultom, Binsar. 2009. Pelanggaran HAM dalam Hukum Keadaan Darurat di Indonesia. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta
2
Artikelsiana. 2014. Macam-macam Hak Asasi Manusia dan Penjelasannya. artikelsiana,com


 Hak Kebebasan dalam menjalankan kepercayaan

dan

memeluk atau memilih agama.
 Hak Kebabasan dalam berpergian, berkunjung, dan
berpindah-pindah tempat.
 Hak Kebabasan dalam memilih, menentukan organisasi dan
aktif dalam organisasi tersebut.
2.2 Hak Asasi Ekonomi (Property Rights)
Hak Asasi Ekonomi adalah Hak untuk memiliki, membeli dan
menjual, serta memanfaatkan sesuatu. Contohnya :
 Hak Asasi Ekonomi tentang kebebasan dalam membeli.
 Hak Asasi Ekonomi tentang kebebasan dalam mengadakan
dan melakukan perjanjian Kontrak
 Hak Asasi Ekonomi tentang kebebasan dalam memiliki
sesuatu
 Hak Asasi Ekonomi tentang kebabasan dalam memiliki
pekerjaan yang layak.

 Hak Asasi Ekonomi tentang kebabasan dalam melakukan
transaksi
 Hak Asasi Ekonomi dalam bekerja
2.3 Hak Asasi Politik (Politik Rights)
Hak Asasi Politik adalah hak ikut serta dalam pemerintahan, hak
pilih maksunya hak untuk dipilih contohnya : mencalonkan sebagai
Bupati , dan memilih dalam suatu pemilu contohnya memilih Bupati
atau Presiden), hak untuk mendirikan parpol, dan sebagainya.
Contohnya :
 Hak Asasi Politik dalam memilih dalam suatu pemilihan
contohnya pemilihan presiden dan kepala daerah
 Hak Asasi Politik dalam Dipilih dalam pemilihan
contohnya pemilihan bupati atau presiden
 Hak Asasi Politik tentang kebebasan ikut serta dalam
kegiatan pemerintahan

 Hak Asasi Politik dalam mendirikan partai politik
 Hak Asasi Politik dalam membuat organisasi-organisasi
pada bidang politik
 Hak Asasi Politik dalam memberikan usulan-usulan atau

pendapat yang berupa usulan petisi.
2.4 Hak Asasi Hukum (Rights Of Legal Equality.)
Hak Asasi Hukum adalah hak untuk mendapatkan perlakukan yang
sama dalam hukum dan pemerintahan. Contohnya :
 Hak dalam mendapatkan layanan dan perlindungan hukum
 Hak dalam mendapatkan dan memiliki pembelaan hukum
pada peradilan.
 Hak yang sama dalam proses hukum
 Hak dalam perlakuan yang adil atau sama dalam hukum
2.5 Hak Asasi Sosial dan Budaya (Social and Culture Rights)
Hak Asasi Sosial dan Budaya adalah hak yang menyangkut
dalam masyarkat yakni untuk memilih pendidikan, hak untuk
mengembangkan kebudayaan dan sebagainya. Contohnya :
 Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak
 Hak untuk mendapat pelajaran
 Hak untuk memilih, menentukan pendidikan
 Hak untuk mengembangkan bakat dan minat
 Hak untuk mengembangkan Hobi
 Hak untuk berkreasi
2.6 Hak Asasi Peradilan (Procedural Rights)

Hak Asasi Peradilan adalah hak untuk mendapatkan perlakuan
tata cara peradilan dan perlindungan (procedural rights), misalnya
peraturan

dalam

hal

penahanan,

penangkapan

penggeledahan. Contohnya :
 Hak mendapatkan perlakukan yang adil dalam hukum
 Hak mendapatkan pembelaan dalam hokum

dan

Hak untuk mendapatkan hal yang sama dalam berlangsungnya
proses hukum baik itu penyelidikan, penggeledahan, penangkapan, dan

penahanan.

3.

Konsep Umum dan Karakter Hak Asasi Manusia
Konsep dasar Hak Asasi Manusia adalah ketentuan yang pada
mulanya hanya berada dalam perdebatan sebagai bagian hukum alam.
Kemudian dipositifkan dalam suatu ketentuan normatif sebagai Ilmu
Hukum Murni (Kelsen) atau sebagai ilmu hukum positif/ normatif
(Mewissen). Implementasi Hak Asasi Manusia secara tersirat sudah diakui
dalam KUHAP. Menurut ketentuan Pasal 117 ayat 1, “keterangan
tersangka dan atau saksi kepada penyidik diberikan tanpa tekanan dari
siapapun dan atau dalam bentuk apapun.” Artinya dengan adanya Pasal
tersebut, pemeriksaan oleh penyidik untuk kepentingan penyidikan harus
sesuai dan menghormati HAM.3
Terdapat delapan karakter yang mencirikan Hak Asasi Manusia,
yakni diantaranya :4
a. Pertama, hak asasi manusia bukan sekadar norma moral biasa yang
diterapkan dalam hubungan interpersonal semata melainkan normanorma politik yang berkaitan dengan bagaimana orang diperlakukan
oleh negara dan institusi-institusinya.
b. Kedua, hak asasi manusia eksis sebagai hak moral dan/atau legal. Hak
asasi manusia eksis sebagai norma bersama dalam kesadaran moral
actual manusia yaitu sebagai norma moral absah yang didukung oleh
penalaran yang kuat – selain juga sebagai hak legal baik di tingkat
nasional (yang biasanya diacu sebagai hak-hak “sipil” dan juga politik,
atau hak “konstitusional”) maupun di tingkat internasional yang diakui
dalam hukum internasional.

3

Damang. 2011. Konsep Hak Asasi Manusia. negarahukum.com
Terre, E, Riyadi. 2013. Hak Asasi Manusia dari Kewarganegaraan ke Humanisme Universal. Jurnal Ultima
Humaniora. Vol 1 No 1 : 59-75
4

c. Ketiga, hak asasi manusia sangat beragam dan banyak, bukan hanya
segelintir. Hak asasi manusia yang digambarkan John Locke terdiri
atas hak atas hidup, kebebasan, dan hak milik .
d. Keempat, hak asasi manusia merupakan patokan minimal (minimal
standards). HAM lebih memberi perhatian pada menghindari
kekejaman dan kengerian daripada mencapai yang terbaik. Fokusnya
adalah pemberian perlindungan secara minimal pada kebaikan hidup
manusia. Karena itu, konsep dan kandungan hak asasi manusia bersifat
dinamis dan toleran terhadap perbedaan kultural dan ideologi, namun
tetap menjadi patokan minimal.
e. Kelima, hak asasi manusia merupakan norma internasional yang
mencakupi semua Negara dan seluruh umat manusia dewasa ini. HAM
adalah norma-norma yang sangat direkomendasikan kepada seluruh
umat manusia, karena lahir dari hasil refleksi mendalam atas
universalitas penderitaan umat manusia pada abad sebelumnya yang
diimbuhi dengan kerinduan untuk mencegah kembali terulangnya
tragedi yang sama.
f. Keenam, hak asasi manusia merupakan norma berprioritas tinggi
(high-priority norms). Artinya, pengingkaran terhadap hak asasi
manusia hanya akan berbuah pada ketidakadilan dan realitas tidak
manusiawi. Kedudukannya yang berprioritas tinggi bermakna bahwa
suatu masyarakat yang adil dan manusiawi hanya terjadi sejauh hakhak asasi dijadikan patokan dan ukuran.
g. Ketujuh, hak asasi manusia memiliki nilai justifikasi yang kuat yang
berlaku dimana pun dan mendukung prioritasnya yang tinggi. Tanpa
karakter ini, hak asasi manusia itu tidak dapat menyeberangi dan
melampaui perbedaan kultural dan mengatasi klaim kedaulatan
nasional.
h. Kedelapan, hak asasi manusia adalah hak, tetapi tidak harus dalam
pengertiannya yang kaku. Sebagai hak, HAM memiliki beberapa
unsur. Yang pertama adalah HAM merupakan “pemegang hak”
(rightholder) yakni seorang atau suatu badan yang memilik hak

tertentu. Umumnya, yang diakui sebagai pemegang hak dari hak asasi
adalah semua orang yang hidup.
Dewasa ini banyak sekali masalah isu global yang terjadi di baik di
Indonesia maupun di negara lain, misalnya pemboman di Prancis,
pengungsi

Rohingnya,

transgender,

dan

lain-lain.

Permasalahan

transgender bukanlah hal baru, namun masih kurang diekspos oleh media
massa, sehingga permasalahan transgender kurang diketahui secara umum.
Berakibat pula dengan dianggapnya permasalahan transgender dan HAM
sebelah mata.
Transgender sudah lebih dikenal di Indonesia dibandingkan gay
atau lesbi. Indonesia hanya mengakui dua gender, yaitu laki-laki dan
perempuan. Transgender, gay, dan lesbian tidak diakui di Indonesia dan
seringkali mendapatkan perlakuan diskriminatif seperti kekerasan fisik
(penganiayaan, pengancaman, dan lain-lain) hingga kekerasan simbolik
(pelecehan, pengejekan, hingga pemaksaan). Di Indonesia sensiri,
komunitas gay dan lesbian sedikit banyak beum dapat diterima di
masyarakat. Tidak sedikit masyarakat berpandangan miring, benci, jijik,
serta kotor. Bahkan ada yang mengusilkan dan mejauhkan mereka. Ada
pula yang digusurkan oleh organisasi Islam seperti Front Pembela Islam
dan Forum Betawi Rempug karena dianggap mengancam nilai dan norma
dalam agama Islam..5
Deklarasi Hak Asasi Manusia pasal dua menyatakan tiap-tiap
individu memiliki martabat, kebebasan dan hak tanpa harus dibedakan
oleh ras, agama, suku, jenis kelamin, jabatan, usai, dan lain-lain. Namun
pada kenyataannya masyarakat sering kali tidak menyadari telah
melakukan
menganggap

pelanggaran
sebelah

hak

mata

asasi

manusia.

terhadap

kaum

Utamanya
LGBT.

mereka

Masyarakat

menganggap LGBT adalah kelompok kriminal hanya karena mereka
berorientasi seksual mereka berbeda dengan kelompok heterogen.5
Diskriminasi oleh masyarakat untuk kaum homoseks kian menjadi.
Tidak semua orang dapat membuka diri dan menyatakan bahwa mereka
5

Oktrabiuk, Zahirah. 2013. Pelanggaran Hak Asasi Manusia Terhadap Kaum Homoseksual, Biseksual, dan
Transgender di Indonesia. Univerrsitas Indonesia. Depok

gay, lesbi, atau biseksual di lingkungan keluarga, sekolah, pekerjaan, dan
masyarakat sekitar karena takut ditekan seumur hidup. Di organisasi
LGBT (lesbians, gays, bisexuals, transgendered and transsexual), Arus
Pelangi, hanya tiga staff yang membuka dirinya sebagai gay kepada
keluarganya. Sisa staffnya turut berkontribusi ke organisasi namun masih
takut untuk membuka dirinya ke orang-orang terdekatnya. Di publik, para
pemimpin dan ahli agama, baik itu Islam atau Kristen, memberi larangan
untuk menjalin hubungan cinta sesama jenis karena dianggap sebagai
dosa. Sehingga para kaum gay dan lesbi, yang memiliki keyakinan
terhadap Tuhan dan beragama, dicap sebagai orang yang berdosa oleh
masyarakat beragama. Media massa juga jarang sekali mengangkat isu
penting atau isu positif mengenai kaum LGBT.5
Hukum di Indonesia tidak mengakui pernikahan sesama jenis dan
pasangan sesama jenis tidak diperbolehkan untuk mengadopsi anak.
Hanya pasangan menikah antara laki-laki dan perempuan yang
diperbolehkan mengadopsi anak. Walaupun Undang-Undang Dasar Tahun
1945 secara eksplisit tidak menyebutkan orientasi seksual atau identitas
gender, namun di dalam konstitusi negara tersebut warga memiliki hak
legal, termasuk persamaan hak di mata hukum, memiliki kesempatan yang
sama seperti warga negara lainnya, diperlakukan secara adil di tempat
umum atau tempat kerja, kebebasan beropini, dan berorganisasi.5
Berbagai upaya telah dilakukan oleh kaum LGBT di Indonesia
untuk mendapatkan persamaan hak seperti warga negara lainnya.
Organisasi untuk kaum LGBT pertama di Indonesia adalah Lambda
Indonesia, didirikan oleh Dede Oetomo, salah satu orang pertama di
Indonesia yang menyatakan dirinya ke publik sebagai seorang gay. Jumlah
organisasi yang mengayomi kaum LGBT meningkat lebih dari sepuluh
ketika

diadakannya

Kongres

Lesbian

dan

Gay

Indonesia

yang

diselenggarakan di Yogyakarta tahun 1993. Saat ini, organisasi LGBT
terbesar di Indonesia adalah GAYa Nusantara, yang juga didirikan oleh
Dede Oetomo, dan Arus Pelangi. GAYa Nusantara fokus dalam
mengedukasi isu kesehatan seksual kepada kaum gay dan masyarakat

awam melalui buletin dan majalah GN. Arus Pelangi fokus kepada
pembelaan hak-hak kaum LGBT untuk menyadarkan dan memberdayakan
kaum LGBT, aktif dalam perubahan kebijakan yang melindungi LGBT,
dan aktif dalam proses penyadaran terhadap masyarakat dan penerimaan
kaum LGBT di dalam kalangan masyarakat. Arus Pelangi turut
meningkatkan kepekaan masyarakat terhadap kaum LGBT dengan
melakukan berbagai aksi seperti mendatangi gedung KPK (Komisi
Pemberantasan Korupsi) untuk mendukung pembangunan gedung KPK,
berpartisipasi dalam ILGA (International Lesbian, Gay, Bisexual, Trans,
and Intersex Association) Asia Conference, sampai melakukan aksi flash
mob dan penandatanganan banner di Bunderan Hotel Indonesia, Jakarta
untuk memperingati International Day Against Homophobia and
Transphobia

atau

Hari

International

Menolak

Homophobia

dan

Transphobia.5
Pada tanggal 6 hingga 9 November 2006, diadakan suatu konfrensi
di mana berbagai ahli Hak Asasi Manusia dan seksualitas dari berbagai
negara datang ke Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta untuk
merumuskan Prinsip Yogyakarta atau Yogyakarta Principles on the
Application of International Human Rights Law in relation to Sexual
Orientation and Gender Identity. Beberapa isi dari keseluruhan 29 Prinsip
Yogyakarta adalah:5

 Hak untuk hidup, bahwa setiap orang memiliki hak untuk hidup dan hak
untuk menolak hukuman mati untuk yang memiliki orientasi seksual dan
gender yang berbeda dari yang umumnya ada.

 Hak atas persamaan dan tidak mendapat diskriminasi, bahwa setiap orang
memiliki hak untuk tidak mendapatkan diskriminasi yang didasari oleh
orientasi seksual dan gender.

 Hak mendapatkan perlindungan, bahwa setiap orang memiliki hak untuk
dilindungi, tidak melihat dari orientasi seksual dan gender.

 Hak mendapatkan kebebasan dari perbuatan dan hukuman yang tidak
manusiawi dan menurunkan martabat sebagai manusia, tak terkecuali bila

orang tersebut mendapatkan perlakuan buruk karena memilki oreintasi
seksual dan gender yang berbeda dari umumnya.

 Hak untuk bekerja, bahwa setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan
pekerjaan tanpa adanya diskriminasi orientasi seksual dan gender.

 Hak kebebasan beropini dan berekspresi, bahwa setiap orang memiliki hak
untuk bebas berekspresi, baik itu dari cara tutur kata, berpakaian, nama,
dan lain sebagainya.

 Hak mendapatkan keluarga, bahwa setiap orang berhak mendapatkan
keluarga tanpa memandang orientasi seksual dan gender.

 Hak mempromosikan HAM. Bahwa setiap orang memiliki hak untuk
mempromosikan perlindungan dan realisasi HAM di rinfjar nasional dan
internasional tanpa memandang orientasi seksual dan transgender
Dalam hal ini, para kaum LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual,
Transgender) tidak akan mendapatkan kebebasan untuk berekspresi,
berkeluarga, dan bebas dari diskriminasi bila masyarakat dan negara tidak
mengakui mereka sama seperti layaknya manusia yang lainnya dan
menganggap mereka harus dipenjarakan atau dieksekusi. Oleh karena itu,
perlu adanya semangat anti diskriminasi dalam konsep hak asasi manusia
untuk menjamin kesetaraan dan kebebasan serta mengangkat derajat
manusia. Segala bentuk diskriminasi harus dikenali sebagai sesuatu yang
bersifat ilegal. Seluruh umat manusia, seperti apapun latar belakang
budayanya harus dipandang dan diperlakukan sebagai subjek hak.
Perbedaan harus dipahami dan dihormati sebagai keragaman bukan
sebagai pembenaran atas diskriminasi.55
Pemerintah, masyarakat, dan organisasi nonpemerintah harus
bekerja sama dalam menanggapi kaum LGBT yang ada di Indonesia.
Minimal tidak ada diskirinasi terhadap kaum LGBT karena dasar-dasar
kemanusiaan, bahwa mereka juga manusia yang merupakan ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa sekaligus warga negara Indonesia yang selayaknya
dilindungi seperti warga negara lainnya. Tidak sepatutnya mereka
dilecehkan atau bahkan dihukum karena orientasi seksualnya yang
berbeda.5

Negara sebagai institusi penjamin HAM, memiliki tanggung jawab
untuk menghormati, memenuhi, dan memberikan proteksi terhadap hak
warga negaranya, termasuk kelompok minoritas seksual LGBT. Dalam
sistem negara demokrasi, semua yang menjadi kepentingan setiap individu
dapat ditampung didalamnya. Demokrasi adalah salah satu alat untuk
mewujudkan tujuan kesetaraan dan keadilan yang konkret bagi setiap
elemen masyarakat. Masalah utama yang dihadapi demokrasi adalah
bagaiman mewujudkan keadilan di tengah-tengah kebhinekaan dalam
sosial. untuk itu, demokrasi di tuntut untuk menjadi wadah yang inklusif
dengan syarat yaitu kesetaraan, keterbukaan, anti finalitas, dan bebas
paksaan. Demokrasi menjadi peluang bagi narasi-narasi kecil seperti
kelompok minoritas seksual LGBT untuk mencurahkan pendapatnya. 6
Pemerintah, khususnya Komnas HAM telah melakukan fungsinya
bAberupa fungsi penyuluhan dan pemantauan. Pemilihan pelaksanaan
fungsi dipilah berdasarkan kebutuhannya. Saat ini, Komnas HAM telah
mengadakan berbagai kegiatan sosialisai dalam bentuk Smiloka, FGD
(Focuss Discussion Groups) dan pemantauan di lapangan seperti meninjau
secara langsung terhadap LGBT yang mengalami HIV/AIDS di rumah
sakit besar di Indonesia. Dalam menangani kasus LGBT, Komnas HAM
harus berkoordinasi dengan instansi pemerintah terkait dan NGO LGBT.
Berbagai upaya yang telah dan akan dilakukan Komnas HAM secara terus
menerus dan berkelanjutan gna mendorong pemerintah melakukan
kewajibannya untuk pemenuhan HAM bagi LGBT.7

6

Irawan, W, Warna. 2010. Negara dan Hak Asasi Kelompok Minoritas Seksual Lesbian, Gay, Biseksual,
Transgender/transeksual, Interseks, dan Queer. Universiatas Indonesia. Depok
7
Romli, M, Guntur. 2008. Lesbian dalam Seksualitas Islam jurnal Perempuan 58 (Maret). Hal : 74-94

Akhir-akhir ini sering kali terdengar berita di media tentang beberapa
orang yang beralih gender dari wanita menjadi pria atau sebaliknya. Seperti yang
terjadi pada penyanyi cilik Dena ‘Renaldy’ Rahman. Dena Rahman atau yang
mungkin dikenal dengan Reynaldi adalah salah satu penyanyi cilik pada tahun
1999 dan awal 2000 yang akhir-akhir ini menghebohkan masyarakat dan mencuri
perhatian publik dengan kasusnya yang melakukan transgender, beralih dari lakilaki ke wanita.8
Selain kasus transgender yang sedang hangat merebak terjadi pada Dena
‘Renaldi’ Rahman ini sebelumnya telah banyak kasus transgender yang mencuat
ke permukaan seperti Alter dan Jane yang ditentang pernikahannya hingga masuk
ke ranah hukum, atau kasus transgender yang terjadi pada Siti Maemunah yang
berubah menjadi pria dengan nama Agus dan berhasil mendapatkan pengakuan
gendernya setelah keluar putusan hukum dari PN Semarang.8

8

The Asia Parent Team. 2015. Kasus Transgender, Takdir Atau Pilihan. theasiaparent.com

BAB III
PENUTUP
Hak asasi manusia menurut UU Nomor 39 Tahun 1999

adalah

seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Macam-macam HAM yaitu hak asasi pribadi, hak asasi ekonomi, hak asasi
politik, hak asasi hokum, hak asasi sosial dan budaya, dan hak asasi peradilan.
Konsep dasar Hak Asasi Manusia adalah ketentuan yang pada mulanya hanya
berada dalam perdebatan sebagai bagian hukum alam. Kemudian dipositifkan
dalam suatu ketentuan normatif sebagai Ilmu Hukum Murni (Kelsen) atau sebagai
ilmu hukum positif/ normatif (Mewissen)

DAFTAR PUSTAKA
Artikelsiana.

2014.

Macam-macam

Hak

Asasi

Manusia

dan

Penjelasannya. artikelsiana,com. Diakases pada 24 November 2015
Damang. 2011. Konsep Hak Asasi Manusia. negarahukum.com. Diakses
pada 24 November 2015
Gultom, Binsar. 2009.

Pelanggaran HAM dalam Hukum Keadaan

Darurat di Indonesia. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Irawan, W, Warna. 2010. Negara dan Hak Asasi Kelompok Minoritas
Seksual Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender/transeksual, Interseks, dan Queer.
Universiatas Indonesia. Depok
Oktrabiuk, Zahirah. 2013. Pelanggaran Hak Asasi Manusia Terhadap
Kaum Homoseksual, Biseksual, dan Transgender di Indonesia. Univerrsitas
Indonesia. Depok
Romli, M, Guntur. 2008. Lesbian dalam Seksualitas Islam jurnal
Perempuan 58 (Maret). Hal : 74-94
Terre, E, Riyadi. 2013. Hak Asasi Manusia dari Kewarganegaraan ke
Humanisme Universal. Jurnal Ultima Humaniora. Vol 1 No 1 : 59-75
The Asia Parent Team. 2015. Kasus Transgender, Takdir Atau Pilihan.
theasiaparent.com. Diakses pada 24 November 2015