HUBUNGAN KEGEMUKAN DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA USIA 16-18 TAHUN (Studi Analitik Di SMA Negeri 2 Pare)

  

HUBUNGAN KEGEMUKAN DENGAN KONSEP DIRI

PADA REMAJA USIA 16-18 TAHUN

(Studi Analitik Di SMA Negeri 2 Pare)

  Oleh : Susilowati

  Dosen Akper Pamenang

  Self concept is the way individuals view themselves in their entirety. As with adolescents who are

overweight, obesity directly affects their physical and can not be denied that its appearance can affect how

individuals view themselves and ultimately will affect the self-concepts in adolescents. The purpose of this study

is to determine the relationship of obesity with self-concept in adolescents aged 16-18 years.

  'The research method is correlational analytic with Cros-Sectional approach. Population of the

study was 38 students, the sample was 33 respondents, the sampling technique used was purposive sampling.

Data presented in the form of pie charts, tables and cross tabulation.

  Data from this study indicated that out of 33 respondents who researched, adolescents who are

overweight with negative self-concept was 19 respondents (57.6 %). Adolescents who experience positive

self-concepts was 14 respondents (42.4 %). based on the results of correlation test, p valuewas = 0,012 (bellow

than = 0.05) , means that there is a significant relationship between overweight self-concept on youth which is

  α positive and moderate (contingency coefficient 0.401).

  This above at possible because teens are overweight, so a negative self concept, so that

adolescents have a positive self-concept adolescents should be active in both school, and at home like

hanging out with teens youth clubs, following the instruction in the schools involved to exercise extra-

curricular can forge good relationships with others so as to create a positive self-concept.

  Keywords: Overweight, self concept, Youth 16-18 Years.

  

Latar Belakang kegemukan mempengaruhi fisik mereka dan tidak

  Konsep diri adalah semua rasa, pikiran perasaan, dapat di pungkiri bahwa penampilan dapat kepercayaan dan pendidikan yang diketahui individu mempengaruhi bagaimana individu memandang tentang dirinya dan mempengaruhi, dalam lembaga dirinya dan akhirnya akan mempengaruhi konsep diri dengan orang lain (Luluk, 2009) Konsep diri adalah pada remaja (Suryadi, 2009). cara individu memandang dirinya secara utuh : fisikal, Kegemukan pada remaja sampai saat ini masih emosional, intelektual, sosial dan spiritual (Beck merupakan masalah yang komplek. Seorang remaja William dan Rawin, 1986 : 293), konsep diri yang mengalami kegemukan sering terasing berkembang secara utuh bertahap saat bayi mulai dalam pergaulan merasa rendah diri, menarik diri mengenal dan membedakan dirinya dengan orang dari pergaulan dan mengalami depresi. Kegemukan lain, konsep diri di pelajari melalui kontak sosial dan saat ini telah menjadi wabah seluruh dunia. Mengutip pengamatan berhubungan denghan orang lain. dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kini lebih Keluarga menpunyai peran yang positif dapat dari 300 juta orang di dunia mengalami kegemukan. berfungsi lebih efektif yang terlihat dari kemampuan Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tahun interpesonal, kemampuan intelektual dan pengusaha 2000 di Jakarta, tingkat prevalensi kegemukan pada lingkungan, sedangkan konsep dari yang negatif dapat anak remaja 12-18 tahun ditemukan 6,2 % dan umur di lihat dari hubungan individu dan sosial yang 17-18 tahun 11,4% (Luluk,2009). Hasil penelitian maladatif (Keliat,1992:3) seperti halnya dengan yang dilakukan Nasional Obesity Forum menunjukan remaja yang megalami kegemukan, secara langsung bahwa berdasarkan penilitian psikologi remaja yang mengalami kegemukan memiliki kurang percaya diri dan gangguan konsep diri sekitar 26% dari anak remaja yang langsing (Seno,2009). Pada penilitian terhadap remaja kegemukan oleh Mendelson dan White dalam sarefino, 1994, bahwa remaja kegemukan cenderung menurun secara konsisten harga dirinya sekitar 18% anak remaja (Anna, 2009). Pada penelitian di Kota Madya di Indonesia pada tahun 1995 menunjukkan bahwa yang menderita kegemukan sebanyak 22,5% sedangkan 54,2% diantaranya mederita kegemukan berat (Ajibarang, 2002). Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 12 september 2009 yang dilakukan oleh peneliti di SMA Negeri 2 Pare, 5 orang remaja, 3 remaja diantaranya mengalami kurang percaya diri dan rendah diri, karena memiliki tubuh yang gemuk dan 2 remaja lainnya tidak mengalami rendah diri. Mereka percaya diri dengan bentuk tubuh yang sekarang meskipun gemuk.

  Segala sesuatu yang berlebih diyakini tidak baik, begitu juga dengan berat badan yang akibat sering makan yang banyak mengandung lemak, kurangnya berolah raga, frekuensi makan yang berlebihan mengakibatkan terjadinya kegemukan, selain itu ada faktor penyebab kegemukan yang utama adalah apabila disaat masa anak-anak sudah mengalami kegemukan akan mempengaruhi terjadinya kegemukan saat remaja bisa sampai usia dewasa. Kecenderungan menjadi gemuk atau obesitas, dapat menggangu sebagian anak pada masa puber dan manjadi sumber keprihatinan selama bertahun-tahun masa remaja (Hurlock,1999). Seorang remaja yang menderita kegemukan sering terasing dalam pergaulan, menarik diri dari pergaulan dan mengalami depresi selain itu harga diri rendah. Perubahan fisik terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proposi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja. Dampak yang disebabkan kegemukan adalah gangguan psikososial dan konsep diri misalnya rendah diri dan kurang percaya diri apabila berkempanjangan akan mengalami isolasi sosial dan depresi (Khaidirmuhaj.2009).

  Salah satu peran perawat adalah sebagai edukator, sebagai perawat seharusnya memberikan pengetahuan dengan cara melakukan penyuluhan tentang konsep diri pada remaja. Perawat memberikan motivasi dan dukungan yang positif pada para remaja yang mengalami kegemukan, agar tidak mengalami gangguan konsep diri pada remaja, selain itu pihak sekolah sendiri perlu meningkatkan pembelajaran tenteng BK (Bimbingan Konserling) yang lebih menjurus ke pembelajaran konsep diri pada remaja, sehingga remaja akan mendapat konsep diri yang positif pada pembelajaran tersebut dan dapat meningkatkan konsep diri yang positif pada remaja. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Hubungan Kegemukan kegemukan dengan konsep diri remaja usia 16-18 tahun”.

  Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut didapat suatu masalah ”Adakah hubungan Kegemukan Dengan Konsep Diri Pada Remaja Usia 16 – 18 tahun 2010”.

  Tujuan Penelitian

  Untuk mengetahui hubungan Kegemukan kegemukan dengan konsep diri pada remaja usia 16-18 tahun di SMA Negeri 2 Pare tahun 2010.

  Desain Penelitian

  Desain penelitia yang digunakan adalam penelitian ini adalah desain analitik korelasional dengan pendekatan ”Cross-Sectional”. Desain cross

  sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari

  dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2005 : 145).

  Dalam penelitian ini variabelnya adalah :

  1. Variabel Independent (bebas) : Kegemukan

  2. Variabel Dependent (tergantung) : konsep diri penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Mei 2010, bertempat di SMA Negeri 2 Pare

  Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SMA Negeri 2 pare kelas 1 sampai kelas 2 yang mengalami kegemukan sebanyak 38 siswa. Pada penelitian ini sampel yang diambil menurut kriteria inklusi dan esklusi sebanyak 33 siswa. Sampling yang digunakan adalah teknik purposive sampling.

  Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan timbangan berat badan serta pengukuran indeks massa tubuh untuk menentukan kriteria kegemukan, dan penilaian konsep diri dengan badan 150 – 155 cm yang berjumlah 12 menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan Responden (36,3%), tinggi badan 156 – 160 cm dengan teknik editing, coding, scoring dan tabulating. berjumlah 11 responden (33,4%), tinggi badan Analisis untuk mengetahui hubungan antara kedua 161 – 170 cm berjumlah 7 responden (21,2%), variabel dilakukan dengan menggunakan uji koefisien dan tinggi badan 171 – 180 cm berjumlah 3 kontingensi. responden (9,1%).

  Hasil Penelitian

  3. Karakteristik Responden Berdasarkan Berat

  1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Badan Remaja Usia 16 - 18 Tahun Remaja Usia 16 – 18 Tahun

  5 ; 15,1% 11; 33,3% 6; 18,2% 17; 51,5% 8; 24,2% 10; 30,3% 9 ;27,2%; 60-65 Kg 66-70 Kg 71-80Kg 81-90 Kg

  16 Tahun

  17 Tahun

  18 Tahun

  Diagram 3 Karakteristik responden berdasarkan Diagram 1 Karakteristik Responden Berdasarkan berat badan siswa SMA Negeri 2 Pare

  Umur Siswa di SMA Negeri 2 Pare Tahun 2010. Tahun 2010.

  Dari diagram diatas menunjukkan bahwa Dari diagram diatas menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden yang memiliki sebagian besar dari responden berumur 16 tahun berat badan 60 – 65 kg yang berjumlah 11 yang berjumlah 17 responden (51,5%), sedangkan responden (33,3%) dan berat badan 66 – 70 kg berumur 17 tahun yang berjumlah 10 (30,3%), brjumlah 9 responden (27,2%), berat badan 71 – yang berumur 18 tahun berjumlah 6 responden

  80 Kg berjumlah 8 responden (24,2%) dan berat (18,2%). badan 81 – 90 Kg berjumlah 5 responden (15,1%).

  2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tinggi Badan Remaja Usia 16 – 18 Tahun

  4. Tingkat kegemukan

  3 ; 9,1% 12; 36,3% 7; 21,2% 9; 27,3% 11 ;33,4%;

  24; 72,7% 150-155 cm 156-160 cm 161-170 cm 171-180 Kegemukan Ringan Kegemukan Berat

  Diagram 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tinggi badan Siswa di SMA Negeri

  2 Pare Tahu 2010. Diagram 4 Karakteristik responden berdasarkan tigkat kegemkan remaja usia 16 – 18 Dari diagram diatas menunjukkan bahwa tahun SMA Negeri 2 Pare Tahun sebagian besar dari responden yag memiliki tinggi 2010. Berdasarkan Diagram 4 menunjukkan Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar responden yang mengalami sebagian besar responden mengalami kegemukan kegemukan ringan berjumlah 24 responden ringan sehingga mengalami gangguan konsep diri (72,7%) dan yang mengalami kegemukan berat adalah berjumlah 17 responden (51,5%) dan berjumlah 9 responden (27,3%). responden yang mengalami kegemukan ringan di tunjukkan tidak megalami gangguan konsep diri

  5. Konsep diri remaja berjumlah 7 responden (21,2%), sendangkan remaja yang mengalami kegemukan berat mengalami gangguan konsep diri berjumlah 2

  14; 42,4%

  responden (6,1%), kegemukan berat tidak mengalami gangguan konsep diri berjumlah 7 responden (21,2%).

  Hubungan kegemukan dengan konsep diri pada remaja dapat dianalisis dengan

  19; 57,6%

  menggunakan hasil korelasi didapatkan hasil P =

  Positif yang tidak mengalami gangguan

  0,012 sedangkan tingkat α = 0,05 (5%) sehingga

  negatif yang mengalami gangguan

  P < α artinya H 1 diterima berarti ada hubungan antara kegemukan pada remaja terhadap konsep Diagram 5 Karakteristik responden berdasarkan diri, sedangkan contigency coefficient 0,401 konsep diri remaja usia 16 – 18 tahun sehingga positif berarti semakin kegemukan maka SMA Negeri 2 Pare Tahun 2010 tidak menimbulkan sikap negatif dan korelasi hubungannya sedang. Berdasarkan Diagram 5 menunjukkan sebagian besar responden tidak mengalami

  Pembahasan

  gangguan konsep diri berjumlah 14 responden

  1. Tingkat Kegemukan Remaja (42,4%) dan yang mengalami gangguan konsep

  Berdasarkan hasil didapatkan bahwa yang diri berjumlah 19 responden (57,6%). mengalami kegemukan ringan sebanyak 24 responden (72,7%) sedangkan remaja yang

  6. Hubungan kegemukan remaja terhadap konsep mengalami kegemkan berat sebanyak 9 responden diri pada remaja berdasarkan hasil penelitian telah (27,3%). didapatkan data hubungan kegemukan terhadap

  Kegemukan adalah suatu keadaan di mana konsep diri pada remaja sebagai berikut : terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebihan, sehingga berat badah seseorang diatas normal

  Tabel 1 Karakteristik tabel distribusi hubungan dan dapat membahayakan (Luluk, 2009). kegemukan remaja terhadap konsep diri

  Kegemukan disebabkan oleh kebiasaan makan pada remaja di SMA Negeri 2 Pare yang melebihi kebutuhan tubuh, kurang Tahun 2010. menggunakan energi, faktor keturunan / genetik, faktor hormonal, faktor lingkungan, psikologik,

  Kriteria Konsep Diri

  aktivitas fisik, metabolisme yang lambat,

  Konsep Remaja Total

  konsumsi makana yang mengandung karbohidrat

  Diri Negatif Positif Kege

  sederhana. Dampak dari kegemukan antara lain

    

  % % % -mukan

  gangguan psikososial : rendah diri, gangguan

  17 51,5 7 21,2 24 72,7 Kegemukan

  pernafasan, penyempitan pembuluh darah karena

  Ringan

  lemak yang berlebih, infeksi pernafasan / ISPA,

  2 6,1 7 21,2 9 27,3 Kegemukan

  penampilan menjadi tidak proporsional, penyakit

  Berat

  jantung, diabetes, stroke, kelebihan kolesterol

  19 57,6 14 42,4 33 100 Jumlah (Anna, 2009).

  Dari penelitian telah yang dilakukan didapatkan hasil bahwa remaja memiliki kegemukan ringan dan berat di sebabkan karena remaja memiliki kegemukan yang tidak ideal dengan tinggi badan. Banyak remaja yang mengalami kegemukan karena mereka telalu banyak makan melebihi porsi makan, selain itu remaja bayak ngemil dan makanan yang mengandung banyak lemak dan kurang olah raga atau beraktivitas dengan dengan tubuh mereka yang kegemukan mereka juga berusaha untuk menurunkan berat badan mereka, mereka melakukan diet, selain itu mereka banyak olah raga untuk membakar lemak dan mengurangi ngemil, pola kebiasaan mereka adalah makan melebihi porsi, bila belum kenyang mereka akan tetap makan sampai kenyang, bila sudah kenyang baru mereka akan tetap makan sampai keyang, bila sudah keyang baru mereka berhenti makan dan mereka senang menonton televisi, main komputer sehingga mereka kurang gerak / beraktivitas sehingga kalori tidak bisa terbakar sehingga terjadi penumpukan lemak. Cara menurunkan berat badan yang benar untuk remaja yang mengalami kegemukan harus banyak aktivitas seperti olah raga, bersepeda atau mungkin berjalan kaki di sekolah, banyak makan buah dan sayuran selain itu kurangi porsi makan dan kurangi minuman yang mengandung gula dan kalori berlebih seperti soda, jangan biasakan makan malam karena makan malam bisa mengakibatkan kegemukan.

  2. Konsep Diri Pada Remaja Berdasarkan tabel 2 didapatkan hasil data para remaja yang mengalami gangguan konsep diri sebanyak 19 responden (57,6%) sendangkan remaja yang tidak mengalami gangguan konsep diri sebanyak 14 responden (42,4%).

  Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahi individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan degan orang lain (Stuard dan Sundeen, 1991 : 372). Faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah gangguan citra tubuh seperti perubahan persepsi tentang tubuh baik fungsi, ukuran dan bentuk, gangguan ideal diri, gangguan harga diri, hilang kepercayaan diri, gangguan peran seperti proses penuaan, putus sekolah, putus hubungan kerja, gangguan identitas seperti ketidak pastian memandang diri sendiri penuh keragu-raguan, dan tidak mampu mengambil keputusan (Keliat, 1992).

  Dari penelitian yang telah dilakukan banyak remaja yang mengalami gangguan konsep diri, disebabkan karena kurang percaya diri yang disebabkan oleh perubahan persepsi remaja tentang tubuh mereka misalnya ukuran dan bentuk tubuh mereka selain itu disebabkan faktor usia, cenderung masih muda, sehingga kepribadian mereka belum terbentuk mengakibatkan remaja tidak mengontrol dirinya sendiri, mereka condong mendikuti apa yang teman-teman lakukan tidak sesuai dengan kepribadian mereka sendiri, selain itu remaja rendah diri apa bila mareka di bilang badannya gemuk dengan temannya yang memiliki tubuh kurus. Agar remaja memiliki konsep diri yang positif remaja harus memiliki rasa percaya diri, seharusnya remaja mau bergaul dengan teman sekolah, mau mengikuti ekstra kulikuler sekolah bila remaja di lingkungan rumah remaja mengikuti kegiatan karang taruna dan kegiatan keagamaan di kampung. Agar memiliki konsep diri yang positif.

  3. Hubungan Tingkat Kegemukan Dengan Konsep Diri

  Dari hasil penelitian di dapatkan hasil bahwa remaja yang dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa remaja yang mengalami kegemukan ringan memiliki gangguan konsep diri sebanyak 17 respoden (51,5%) sedangkan remaja yang mengalami kegemukan ringan dan tidak memiliki gangguan konsep diri sebanyak 7 responden (21,2%) selain itu remaja yang mengalami kegemukan berat dan memiliki gangguan konsep diri sebanyak 7 responden (21,2%) sedangkan menurut hasil korelasi didapatkan hasil signifikan P = 0,012 sendangkan tingkat

  α

  = 0,05 (5%) sehingga P <

  α

  yang artinya H 1 diterima berarti ada hubungan antara kegemukan dengan konsep diri pada remaja.

  Sedangkan menurut hasil koefisien contingensi didapatkan hasil 0,401 sehingga positif berarti semakin terjadi kegemukan maka tidak menunjukkan konsep diri yang negatif dan korelasi hubungannya sedang.

  Dari hasil data diatas remaja banyak mengalami gangguan konsep diri di sebabkan oleh kegemukan, baik kegemukan ringan maupun kegemukan berat, dari data diatas dapat ditunjkkan ada hubungan antara kegemukan dengan konsep diri pada remaja usia 16 – 18 DAFTAR PUSTAKA tahun. Dari hasil data yang didapat bahwa P = Almatser, Sunitii (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. 0,012 sedangkan tingkat α : 0,05 (5%) sehingga

  Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama P < α yang artinya H 1 diterima berarti ada hubungan antara kegemukan dengan konsep diri

  Arikunto, Suharsini. (2006). Prosedur Penelitian dapat dilihat dari jumlah responden yang

  Suatu Pendekatan Praktek , Jakarta Rineka Cipta

  mngalami gangguan konsep diri sebanyak 19 responden sedangkan yang tidak mengalami Keliat. Budi Anna. (1992). Gangguan Konsep Diri. gangguan konsep diri sebanyak 14 responden

  Jakarta : EGC berarti yang megalami gangguan konsep diri lebih banyak dibanding yang tidak mengalami

  Azwar, Saif'udin. (2008). Sikap Manusia. Yogyakarta : gangguan konsep diri berarti ada hubungan antara Pustaka Pelajar kegemukan konsep diri pada remaja. Bila ada hubungan berarti hasil dari hipotesis : H 1 diterima

  Brunner & Suddarth. (1991). Prinsip dan Praktek Ho ditolak.

  Keperawatan Psikiatri . Jakarta EGC.

  Karena remaja yang memiliki tubuh gemuk sering menjadi bahan ejekan teman-temannya Dewa & Bachyar & lbnu. (2002). Penilaian Status sehingga remaja yang memiliki tubuh gemuk

  Gizi . Jakarta : EGC

  cenderung memiliki gangguan konsep diri, remaja yang memiliki tubuh gemuk memiliki ruang gerak Mcghie, Andwe. (1996). Penerapan Psikologi Dalam

  / aktivitas yang terbatas dibandingkan dengan

  Perawatan . Yogyakarta : Andi

  remaja yang memiliki tubuh kurus, sehingga remaja yang memiliki tubuh gemuk memiliki Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodotogi Penelitian gangguan konsep diri. Akibat dari remaja yang

  Kesehatan . Jakarta : Rineka Cipta

  mengalami kegemukan memiliki gangguan konsep diri berarti kegemukan ada hubungannya Nursalam. (2003). Konsep dan penerapan Metodologi dengan konsep diri pada remaja.

  Penelitian Ilmu Keperawatan . Jakarta : Salemba

  Medika

  Kesimpulan

  Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Imu Kesehatan Berdasarkan hasil penelitian analitik dan Masyarakat . Jakarta : Rineka Cipta. pembahasan tentang hubungan kegemukan dengan konsep diri pada remaja usia 16 – 18 tahun di SMA

  Sadock and Kaplan. (1997). Sinopsis Psikiatri Negeri 2 Pare 2010 dapat diambil kesimpulan : IlmuPengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis.

  1. Sebagian besar responden yang megalami Jakarta : Binarupa Aksara. kegemukan ringan yaitu 24 responden (72,7%), sedangkan yang mengalami kegemukan berat 9

  Supartini, Yupi. (2004). Kosep Dasar Keperawatan responden (27,3%).

  Anak . Jakarta : EGC

  2. Sebagian besar responden memiliki gangguan konsep diri yaitu sebesar 19 responden (57,6%), __________(2009). Askep Kegemukan Obesity. http:// sedangkan yang tidak memiliki gangguan konsep khaidirmuhaj.blogspot.com (download :11 diri yaitu sebesar 14 responden (42,4%). Oktober 2009).

  3. Ada hubungan signifikan antara kegemukan dengan konsep diri pada remaja usia 16 – 18 __________(2009).Gambaran Harga Diri Remaja tahun di SMA Negeri 2 Pare yaitu hasil signifikan

  α Obesitas . www.tutorial.

  P (= 0,012 < ( ) = 0,05) berarti H1 diterima kuliah.blogspot.com.(download : 11 Oktober hubungan kedua variable adalah positif dan 2009). sedang coeffisien contigensi (0,401).

  ___________(2008). . ____________(2009). .

  Konsekuensi Psikososial Obesitas

  www.artikel risalahblogspot.com. (download : www.bloggaul.com.(download : 11 Oktober 2009) 11 Oktober 2009).

  ____________(2008). Konsep Diri . ____________(2008). Psiko Perkembangan Remaja, www.hernawati.wordpress. (download : 11 www. athiranisrinamanizz. blogspotcom. Oktober 2009).

  (download : 30 September 2009)

Dokumen yang terkait

48 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TRIMESTER III TENTANG PRE-EKLAMSIA DENGAN UPAYA PENCEGAHAN TERJADINYA EKLAMSIA

0 0 7

Latar Belakang - HUBUNGAN MENONTON TELEVISI TERHADAP PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL PADA ANAK PRA SEKOLAH

0 0 6

36 EFEKTIFITAS JUICE MENTIMUN (CUCUMIS SATIVUS LINN) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI

0 0 6

Keyword : Printed handout, achievement LATAR BELAKANG - PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN : HANDOUT TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA (STUDI KASUS PADA MATA KULIAH KOMUNIKASI KEPERAWATAN DI AKADEMI KEPERAWATAN PAMENANG TAHUN 2010)

0 0 5

25 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU MULTIPARA DENGAN SIKAP PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI DI DESA NANGGUNGAN KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI

0 0 6

18 HUBUNGAN SIKAP CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG CENDANA II RSUD UNIT SWADANA PARE – KEDIRI TAHUN 2008

0 0 7

12 PENGARUH TEKNIK BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN SEKRET PADA PASIEN TB PARU (STUDI EKSPERIMENTAL DI POLI PARU RSUD UNIT SWADANA PARE KABUPATEN KEDIRI TAHUN 2008)

0 0 6

6 HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KECEMASAN KELUARGA PASIEN DALAM MENGHADAPI PERAWATAN DI RUANG ICU RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNIT SWADANA PARE

0 1 6

1 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN REMAJA PUTRI YANG PERNAH MENGALAMI DISMINORE (NYERI HAID)

0 0 5

Keywords: Health Promotion, Posyandu Elderly, Livelines Latar Belakang - PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG POSYANDU LANSIA TERHADAP KEAKTIFAN LANSIA DI POSYANDU LANSIA (Studi Eksperimental di Dusun Paron II, Wilayah Kerja Puskesmas Ngasem)

0 0 7