25 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU MULTIPARA DENGAN SIKAP PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI DI DESA NANGGUNGAN KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI

  

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU MULTIPARA DENGAN

SIKAP PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI DI DESA NANGGUNGAN

KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI

Aris Dwi Cahyono*, Topan Sugiarto**

  • *) Dosen Akper Pamenang Pare – Kediri

    **) Perawat Puskesmas Kayen Kidul

  

Family planning is a goverment program which aimed to achieve the welfare of community by performing

marital counseling, administering contraceptive agents and planning for childbirth. The fact showed that the

choice of contraceptive agens in Indonesia is divergent. The objective of this study was to identify the

relationship between the degree of knowledge of multi-child mother and the attitude of contraceptive choice in

Nanggungan village, Kayen Kidul Subdistrict, district of Kediri.

Research design was cross sectional. Population of study was all multi-child mothers, a number of 429 persons.

Sample size was 209 respondents which was choosed by simple random sampling technique. Research variable

was the knowledge level and the attitude in choising contraceptive agents. Data was collected by questionnaire

and analyzed bu contingency coefficient test.

  Result of study showed that there was a strong relationship between the level of knowledge and the attitude in choising the contraceptive agents, with significancy level 0,000 less than 0,05 and the coefficient of relationship was 0,605.

  

Based on the result of study, it is suggested to health care personals to perform health education both in

individual (counceling) or mass education as a knowledge base in built a positive attitude when choising the

contraceptive agents.

  Keyword : Knowledge, Attitude, Contraceptive Agent Choising.

  

Latar Belakang menghindari pemilihan kontrasepsi tanpa melalui

Keluarga Berencana (KB) adalah salah satu usaha pertimbangan yang matang.

  untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberi Fakta menunjukkan pemilihan kontrasepsi di nasehat perkawinan, pengobatan, kemandulan dan Indonesia sudah cukup bervariasi. Data menurut penjarangan kelahiran (Ditjen Binkesmas dan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun Binkesga, 1998 : 1). Upaya mencapai tujuan ini dapat 2002 menunjukkan variasi tersebut yakni sebesar dilakukan dengan cara kontrasepsi. Sesuai Konferensi 13,2% akseptor pil; 27,8% akseptor suntik; 3,7% Internasional tentang Kependudukan dan MOW; 0,4% MOP; 4,3 % implant; 6,2 % IUD; 0,9 % Pembangunan tahun 1998 di Kairo, paradigma dalam kondom (www.BKKBN.go.id). pengelolaan masalah kependudukan yang tadinya Demikian juga variasi pemilihan kontrasepsi berorientasi kepada penurunan fertilitas (manusia terjadi di Kabupaten Kediri. Data dari Dinas sebagai obyek) berubah menjadi pengutamaan Kesehatan Kabupaten Kediri tahun 2006 juga kesehatan reproduksi dan menghormati hak individu. menunjukkan bahwa metode kontrasepsi yang dipilih Hal ini membawa konsekuensi pelayanan kontrasepsi akseptor cukup bervariasi. Kontrasepsi pil sebanyak diarahkan agar memenuhi kualitas dan kebebasan 28.566 (15,6%), suntik 110.999 (60,8%), IUD 26.553 memilih (Ditjen Binkesmas Binkesga, 2002 : 1). (14,5%), MOP 262 (0,1%), MOW 10.636 (5,8%),

  Berkaitan dengan adanya kebebasan untuk implant 5.068 (2,8%) dan kondom 599 (0,3%) dari memilih metode kontrasepsi tersebut, maka total sebanyak 182.683 akseptor. dikembangkan beberapa metode kontrasepsi yang Lebih lanjut variasi pemilihan kontrasepsi juga dapat menjadi pilihan. Hal ini dimaksudkan untuk terjadi di Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri

25 Vol.2 No.1, 1 Jan – 30 Juni 2011

  urnal

  urnal Vol.2 No.1, 1 Jan – 30 Juni 2011

  Bertitik tolak dari uraian yang telah peneliti kemukakan dalam latar belakang masalah diatas, “Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan ibu multipara terhadap sikap pemilihan alat kontrasepsi di Desa Nanggungan Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri ?”.

  Desain Penelitian

  c. Menganalisa adakah hubungan tingkat pengetahuan ibu multipara terhadap sikap pemilihan alat kontrasepsi.

  b. Mengidentifikasi sikap ibu multipara terhadap alat kontrasepsi.

  a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu multipara tentang alat kontrasepsi.

  2. Tujuan Khusus

  1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu multipara terhadap sikap pemilihan alat kontrasepsi di Desa Nanggungan Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri.

  Tujuan Penelitian

  Rumusan Masalah

  

26

  Mengingat permasalahan yang sudah dipaparkan diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian hubungan pengetahuan dengan sikap dalam pemilihan kontrasepsi pada akseptor dengan merumuskan dalam judul penelitian : “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Multipara terhadap Sikap Pemilihan Alat Kontrasepsi di Desa Nanggungan Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri”.

  Berdasarkan kenyataan tersebut maka perlu ada evaluasi terhadap pengetahuan dan sikap akseptor pada rentang waktu tertentu. Seiring perjalanan waktu pemakaian terkadang ada efek samping yang dirasakan akseptor sehingga mempengaruhi sikapnya yang tadinya positif berubah menjadi negatif. Dengan demikian setiap kali kunjungan ulang tetap perlu diberikan konseling terhadap semua akseptor.

  Sementara hasil studi pendahuluan sikap akseptor terhadap kontrasepsi yang dipilihnya di Desa Nanggungan Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri didapatkan, dari 10 akseptor ternyata yang memiliki sikap positif ada 7 responden (70%) dan sisanya sebanyak 3 akseptor (30%) masih memiliki sikap negatif. Hal ini menunjukkan masih ada akseptor yang kurang menerima dengan senang hati terhadap kontrasepsi yang dipilihnya.

  Hasil studi pendahuluan pengetahuan akseptor tentang kontrasepsi yang dipilihnya di Desa Nanggungan Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri didapatkan, dari 10 akseptor ternyata yang memiliki pengetahuan dengan kriteria baik ada 4 responden (40%), cukup ada 3 responden (30%) dan kurang ada 3 responden (30%). Hal ini menunjukkan masih ada akseptor yang memilih kontrasepsi tenpa didasari pengetahuan yang baik tentang kontrasepsi yang dipilihnya.

  Hal ini sesuai konsep K-A-P (knowledge-attitude- practice). Berdasarkan teori ini dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi sikap seseorang. Hal ini didukung pendapat Robert Kwick (1974) yang dikutip Notoatmodjo (2003 : 123) yang menyatakan bahwa sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia, sedangkan perilaku juga didahului oleh pengetahuan.

  Banyak faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi. Salah satunya menurut pendapat Notoatmodjo (2003 : 131) bahwa seseorang dipengaruhi oleh faktor pengetahuan maupun sikap.

  juga menunjukkan bahwa pilihan kontrasepsi cukup bervariasi. Kontrasepsi pil sebanyak 1.463 (17,4%), suntik 4.502 (53,5%), IUD 1.100 (13,1%), MOP 23 (0,3%), MOW 1.158 (13,8%), implant 105 (1,2%) dan kondom 60 (0,7%) dari total sebanyak 8.411 akseptor.

  Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu tiap variabel penelitian diukur dalam satu waktu. Penelitian dilaksanakan di Desa Nanggungan Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 15 Januari 2008. Populasi pada penelitian ini adalah ibu multipara di Desa Nanggungan Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri sebanyak 439 ibu multipara. Sampel pada penelitian ini adalah sebagian ibu multipara di Desa Nanggungan Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri, yang dihitung dengan formula tertentu dan didapatkan jumlah sampel sebanyak 209 responden. Penentuan sampel dari populasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan kriterium (kriteria inklusi) seperti ibu multipara yang bersedia diteliti dan bisa baca tulis, dan teknik penentuan sample juga dilakukan dengan teknik random sampling atau pengambilan sampel secara

  Guna membuktikan hubungan pengetahuan dengan sikap tersebut apakah bermakna secara statistik maka dilakukan uji koefisien kontingensi.

  2 Positif 111 53,1 Jumlah 209 100

  6 Total 98 110 208 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui pada pengetahuan kurang maka sikapnya banyak yang negatif, pada pengetahuan cukup sikapnya banyak yang positif dan pada pengetahuan baik semua positif. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan dengan sikap.

  6

  3 Baik

  11 90 101

  2 Cukup

  87 14 101

  1 Kurang

  Total Negatif Positif

  No. Pengetahuan Sikap

  3. Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Multipara terhadap Sikap Pemilihan Alat Kontrasepsi

  Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui sebagian besar responden memiliki sikap positif terhadap alat kontrasepsi yaitu sebanyak 111 (53,1%) dari total 209 responden selebihnya hampir setengah yang termasuk kategori negatif yakni sebanyak 98 (46,9%).

  1 Negatif 98 46,9

  urnal Vol.2 No.1, 1 Jan – 30 Juni 2011

  2. Sikap Ibu Multipara tentang Alat Kontrasepsi No. Sikap Jumlah %

  Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui hampir setengah dari responden memiliki pengetahuan tentang alat kontrasepsi dengan kategori cukup yaitu sebanyak 103 (49,3%) dari total 209 responden, selebihnya hamper setengah termasuk kategori kurang yakni sebanyak 100 (47,8%) dan sebagian kecil kategori baik yaitu

  • –T, yang merupakan skor individual dibandingkan dengan rata-rata kelompoknya. Kegiatan pengolahan data lainnya adalah tabulating yaitu menyajikan data dalam bentuk tabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Uji statistik yang digunakan untuk membuktikan adanya hubungan tingkat pengetahuan ibu multipara dengan sikap pemilihan alat kontrasepsi adalah uji koefisien kontingensi. Hal ini karena variabel pengetahuan dengan skala data ordinal sedangkan variabel sikap pemilihan alat kontrasepsi skala nominal, maka skala tinggi mengikuti skala terendah, sehingga uji statistik yang digunakan adalah uji koefisien kontingensi (Nursalam, 2003 : 128).

  3 Baik 6 2,9 Jumlah 209 100

  2 Cukup 103 49,3

  1 Kurang 100 47,8

  Jumlah %

  Tingkat Pengetahuan

  1. Tingkat Pengetahuan Ibu Multipara tentang Alat Kontrasepsi No.

  Hasil Penelitian

  acak diantara populasi. Dalam hal ini peneliti membuat daftar populasi ibu multipara yang ada di Desa Nanggungan Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri. Setelah terdaftar maka dibuat lotere sebanyak populasi yang ada (439) ibu multipara. Selanjutnya diambil nomor lotere tersebut sebanyak 209, dan nomor-nomor terambil dianggap sebagai sampel penelitian. Variabel penelitian ini pengetahuan tentang kontrasepsi; sedangkan variabel dependennya adalah sikap pemilihan alat kontrasepsi. Instrumen/ alat ukur variabel yang digunakan adalah kuesioner yang disusun oleh penelitian. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti kepada responden dengan membagikan kuesioner dan mendampingi responden selama pengisian kuesioner penelitan. Pengolahan data penelitian meliputi kegiatan penyuntingan data (editing), pemberian kode (coding) serta memberikan penilaian (scoring). Penentuan skor untuk pengetahuan dilakukan dengan menggunakan pendekatan benar salah dan pemberian nilai secara individu, sedangkan penentuan sikap dilakukan dengan menggunakan skala likert dengan model skor

  

27

  urnal Vol.2 No.1, 1 Jan – 30 Juni 2011

  tersebut didapatkan nilai approx.sig sebesar 0,000 < 0,05 (nilai alpha), maka Ho ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan ada hubungan tingkat pengetahuan ibu multipara terhadap sikap pemilihan alat kontrasepsi di Desa Nanggungan Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri.

  Selanjutnya tingkat hubungannya termasuk nilai Contingency Coefficient sebesar 0,605, yang mana atas dasar ketentuan menurut (Sugiyono, 2005 : 214) termasuk kuat (0,60 – 0,799).

  Adapun arah hubungan termasuk positif. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Contingency Coefficient yang bertanda positif (0,605). Maksud dari arah hubungan positif adalah semakin baik pengetahuan seseorang maka sikapnya semakin positif dan sebaliknya.

  Pembahasan

  1. Tingkat Pengetahuan Ibu Multipara tentang Alat Kontrasepsi

  Berdasarkan penelitian diketahui hampir setengah dari responden memiliki pengetahuan tentang alat kontrasepsi dengan kategori cukup yaitu sebanyak 103 (49,3%) dari total 209 responden, selebihnya hamper setengah termasuk kategori kurang yakni sebanyak 100 (47,8%) dan sebagian kecil kategori baik yaitu sebanyak 6 (2,9%).

  Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2003: 114). Pengetahuan seseorang tentang sesuatu dapat berbeda-beda ada yang kurang, cukup ataupun baik. Hal ini tergantung dari pendidikan, metode dan fasilitas untuk mendapatkan pengetahuan.

  Disini pengetahuan tentang alat kontrasepsi dari responden paling banyak adalah tingkat pengetahuan cukup. Hal ini menurut peneliti memberikan gambaran bahwa kebanyakan responden masih ada sesuatu yang belum diketahui tentang alat kontrasepsi. Hal inilah yang akhirnya dapat mempengaruhi kesalahan di dalam memilih alat kontrasepsi. Jika tidak tahu pada umumnya calon aksseptor memilih kontrasepsi hanya ikut-ikutan temannya atau terserah bu bidan saja. Jika ada sesuatu yang dirasakan kurang pas dengan kontrasepsi yang dipilih, maka langsung menyalahkan petugas kesehatan yang memberi kontrasepsi. Disinilah awal terjadinya kesalahan pemikiran dari akseptor sehingga dapat mempengaruhi timbulnya sikap yang negatif terhadap alat kontrasepsi maupun kepada petugas

  2. Sikap Ibu Multipara tentang Alat Kontrasepsi Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagian besar responden memiliki sikap positif terhadap alat kontrasepsi yaitu sebanyak 111 (53,1%) dari total 209 responden selebihnya hampir setengah yang termasuk kategori negatif yakni sebanyak 98 (46,9%).

  Sikap merupakan reaksi atau respon tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003 : 124). Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

  Atas dasar definisi disini dapat dijelaskan jika sebagian besar responden memiliki sikap positif terhadap alat kontrasepsi menunjukkan bahwa reaksi atau respon tertutup dari seseorang terhadap alat kontrasepsi yang selama ini telah dipakai oleh orang-orang yang telah memakai memberikan informasi yang baik. Ibu-ibu yang sudah memakai terlebih dahulu memberikan informasi yang menguatkan (informasi yang baik) kepada calon akseptor mengenai kontrasepsi yang telah dipilihnya. Hal inilah yang pada akhirnya membuat pemikiran calon akseptor merasa tenang, tidak takut dan bias menerima dengan baik. Jika sudah tahu demikian maka pada umumnya sikapnya juga positif. Hal ini juga kelihatan disini, dengan paling banyak pengetahuannya tentang kontrasepsi termasuk cukup, ternyata sikapnya paling banyak sudah positif. Secara terperinci diketahui pada pengetahuan kurang maka sikapnya banyak yang negatif, pada pengetahuan cukup sikapnya

28 Berdasarkan hasil uji koefisien kontingensi

  urnal Vol.2 No.1, 1 Jan – 30 Juni 2011

  1. Tingkat pengetahuan ibu multipara tentang alat kontrasepsi hampir setengah dari responden termasuk kategori cukup yaitu sebanyak 103 (49,3%), selebihnya hampir setengah termasuk kategori kurang sebanyak 100 (47,8%) dan sebagian kecil kategori baik sebanyak 6 (2,9%) dari total 209 responden.

  Saran

  kontrasepsi di Desa Nanggungan Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri.

  multipara terhadap sikap pemilihan alat

  maka Ho ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan ada hubungan tingkat pengetahuan ibu

  approx.sig sebesar 0,000 < 0,05 (nilai alpha),

  3. Hubungan tingkat pengetahuan ibu multipara terhadap sikap pemilihan alat kontrasepsi secara statistik ternyata bermakna yakni dibuktikan dengan uji koefisien kontingensi didapatkan nilai

  2. Sikap ibu multipara tentang alat kontrasepsi sebagian besar responden termasuk positif yaitu sebanyak 111 (53,1%) selebihnya hampir setengah termasuk kategori negatif yakni sebanyak 98 (46,9%) dari total 209 responden.

  Kesimpulan

  

29

  Ternyata hubungan pengetahuan dengan sikap terhadap alat kontrasepsi termasuk kuat. Menurut peneliti hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan sangat perlu diberikan kepada calon akseptor jika kita menginginkan sikapnya baik dan mau menerima dengan senang hati terhadap alat kontrasepsi yang akan kita berikan.

  Setelah dilakukan pengujian ternyata pengaruhnya positif. Artinya semakin baik pengetahuan seseorang maka semakin positif pula sikapnya terhadap alat kontrasepsi. Dengan demikian kita sebagai petugas perlu memberikan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan calon akseptor agar sikapnya menjadi baik terhadap alat kontrasepsi. Jika sudah demikian akan dengan

  Pengaruh pengetahuan tersebut bisa saja berupa pengaruh yang positif atau negative.

  Atas dasar teori yang ada disini dapat dipahami jika pada pengetahuan kurang maka sikapnya banyak yang negatif, pada pengetahuan cukup sikapnya banyak yang positif dan pada pengetahuan baik semua positif menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan dengan sikap. Setelah diuji dengan statistik ternyata benar-benar ada hubungan. Jadi menurut peneliti pengetahuan benar-benar menjadi faktor yang dapat mempengaruhi sikap seseorang seperti yang dijelaskan Notoatmodjo diatas.

  Atas dasar kajian teori perilaku menurut Notoatmodjo, perilaku seseorang dipengaruhi faktor sikap (attitude), sedangkan sikap yang terbentuk dipengaruhi oleh faktor pengetahuan (knowledge). Hal ini seperti penjelasan dalam konsep K-A-P (Knowledge-attitude-practice) (Notoatmodjo, 2003 : 131).

  Hubungannya termasuk kategori kuat. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya nilai Contingency Coefficient sebesar 0,605, yang mana atas dasar ketentuan menurut (Sugiyono, 2005 : 214) termasuk kuat (0,60 – 0,799). Adapun arah hubungannya termasuk positif. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Contingency Coefficient yang bertanda positif (0,605). Maksud dari arah hubungan positif adalah semakin baik pengetahuan seseorang maka sikapnya semakin positif dan sebaliknya.

  3. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Multipara terhadap Sikap Pemilihan Alat Kontrasepsi Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui pada pengetahuan kurang maka sikapnya banyak yang negatif, pada pengetahuan cukup sikapnya semua positif. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan dengan sikap. Setelah dibuktikan dengan uji koefisien kontingensi didapatkan nilai approx.sig sebesar 0,000 < 0,05 (nilai alpha), maka Ho ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan ada hubungan tingkat pengetahuan ibu multipara terhadap sikap pemilihan alat kontrasepsi di Desa Nanggungan Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri.

  banyak yang positif dan pada pengetahuan baik sikapnya semua positif.

  1. Bagi Tempat Penelitian Disarankan untuk tetap memberikan penyuluhan baik secara individu (konseling) atau kelompok maupun masa kepada calon akseptor sebelum memilih alat kontrasepsi sehingga menjadi dasar berfikir yang baik yang akhirnya sikapnya bisa positif terhadap alat kontrasepsi.

  Hartanto, H.(2003).Keluarga Berencana dan

  Kontrasepsi .Cetakan keempat, Jakarta : Pustaka

  2. Bagi Obyek Penelitian Sinar Harapan. Hal : 36-37, 40 Disarankan untuk meminta penjelasan kepada

  Manuaba, I. (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit tenagan kesehatan di polindes, puskesmas, klinik-

  Kandungan & Keluarga Berencana untuk

  klinik kesehatan atau rumah sakit mengenai alat

  Pendidikan Bidan . Jakarta : EGC. Hal : 439-

  kontrasepsi dari segi keuntungan, kerugian, efek 440, 445-446 samping, tingkat keberhassilan, pemulihan

  3. Kepada Peneliti selanjutnya Jakarta : Media Aesculapius FK UI. Hal : 350 Disarankan untuk melakukan penelitian pengaruh

  Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku konseling terhadap pemilihan alat kontrasepsi

  Kesehatan . Jakarta : Rineka Cipta. Hal 114

  kepada calon akseptor guna membuktikan apakah _____________.(2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat konseling dapat mempengaruhi pemilihan alat

  (Prinsip-Prinsip Dasar ). Jakarta : Rineka Cipta.

  kontrasepsi.

  Hal : 118 Notoatmodjo, S. (2005).Metodologi Penelitian

  DAFTAR PUSTAKA Kesehatan . Edisi ketiga. Jakarta : Rineka Cipta.

  Hal 70 Nursalam (2003). Konsep & Penerapan Metodologi

  Azwar, Saifudin.(2007). Seri Psikologi Sikap Manusia

  Penelitian Ilmu Keperawatan (Pedoman

  Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta : Liberty

  Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian

  Ditjen Binkesmas dan Binkesga. (1998). Buku Keperawatan). Surabaya : Salemba Medika.

  Pedoman Petugas Fasilitas Pelayanan KB .

  Hal : 79 Jakarta : Depkes R.I., hal : 1

  Purwanto, Heri. (1999). Pengantar Perilaku Manusia Ditjen Binkesmas dan Binkesga. (2002). Penyeliaan untuk Keperawatan .Jakarta : EGC. Hal 62-66.

  Fasilitatif Keluarga Berencana . Jakarta : Sugiyono. (2005). Statistika untuk Penelitian .

  Depkes R.I., hal : 1 Bandung : CV. Alfa Beta

  Djamarah, S.B. dan Zain. (1996). Strategi Belajar Tjiptojoewono,S. dkk.. (1996). Pengantar Pendidikan

  Mengajar . Cetakan Pertama. Banjarmasin :

Bagian I. Surabaya : University Press IKIP Rineka Cipta. Hal 82-85 Surabaya. Hal 19, 20, 36-37 Djarwanto. (2001). Mengenal Beberapa Uji Statistik Umar, Husein. (2003). Metode Penelitian untuk Dalam Penelitian. Yogyakarta Liberty. Hal 22.

  . Jakarta : PT Raja

  Skripsi dan Tesis Bisnis

  Farrer, H. (2001). Perawatan Maternitas (Maternity Gravindo Persada. Hal : 30

  Care). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

  Wignjosastro, (1999). Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga EGC. Hal : 247

  Cetakan Kelima. Jakarta : Yayasan Bina Hadi, Sutrisno. (2001). Metodologi Research. Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal : 905, 914

  Yogyakarta : Andi. Hal : 160 www.BKKBN.go.id

30 Vol.2 No.1, 1 Jan – 30 Juni 2011

  urnal