Keywords: Health Promotion, Posyandu Elderly, Livelines Latar Belakang - PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG POSYANDU LANSIA TERHADAP KEAKTIFAN LANSIA DI POSYANDU LANSIA (Studi Eksperimental di Dusun Paron II, Wilayah Kerja Puskesmas Ngasem)

  

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG POSYANDU LANSIA

TERHADAP KEAKTIFAN LANSIA DI POSYANDU LANSIA

(Studi Eksperimental di Dusun Paron II, Wilayah Kerja Puskesmas Ngasem)

  

Widhi Sumirat

Dosen Akper Pamenang, Pare - Kediri

Posyandu for Elderly is the unit developed by government policies that operated by health care

tenagers and cadre through health programs aimed at increasing coverage of health services in

accordance with the needs of the elderly. With health promotion is expected to increase the knowledge

of the elderly about the benefits of neighborhood health center, thus increasing the activity of which is

expected to improve the health status of the elderly. However, the utilization of current Posyandu is

still not maximal.

  The purpose of this study is to determine the effect of health promotion to the activeness of

elderly to Posyandu. Design used in this study was pre-experimental research with one group- pre and

post test approach. Population of the study is and the samples are members of the neighborhood health

center anvil Paron II amounted to 12 people.

  The results showed that an increase in the activity indicated an increase in average attendance

from before and after given health promotion that is from 1,33 to 3,75. And increase the probability

value active members before and after given health promotion from 0 to 0,208.

  Data analysis was done by comparing the activity of the elderly before and after treatment, was analyzed manually using descriptive analysis to determine the average value or mean liveliness. From the discussion above shows that there is increased activity of the elderly after given health promotion, this means that health promotion proved to increase the liveliness of the elderly.

  Keywords: Health Promotion, Posyandu Elderly, Livelines

Latar Belakang hipertensi dari anggota yang tidak aktif lebih

  Posyandu lansia merupakan pengembangan sering dari anggota yang aktif. Berkaitan dengan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan pentingnya posyandu bagi lansia, para kader dan kesehatan lansia yang penyelenggaraannya petugas kesehatan telah memberikan promosi melalui program puskesmas dengan melibatkan kesehatan terutama bagi para anggota yang peran serta para lansia, keluarga, tokoh terdaftar untuk selalu aktif mengikuti posyandu masyarakat dan organisasi sosial dalam lansia, karena Namun masyarakat banyak yang penyelenggaraannya (Erfandi, 2008). Dimana belum mengetahui tentang pentingnya posyandu pembentukan posyandu lansia secara garis besar lansia. ditujukan untuk meningkatkan jangkauan Data yang diperoleh dari pernyataan pihak pelayanan kesehatan yang sesuai dengan dinas kesehatan Jawa Timur jumlah posyandu kebutuhan lansia, mendekatkan pelayanan dan lansia tahun 2009 di Jawa Timur sebanyak 5.245 meningkatkan peran serta masyarakat swasta posyandu lansia, sedangkan lansia yang terlayani dalam pelayanan kesehatan disamping baru sekitar 21,25%. Di Kabupaten Kediri jumlah meningkatkan usia lanjut (Erfandi, 2008). lansia tahun 2009 sebanyak 181.094 jiwa atau 11 Manfaat mengikuti posyandu lansia dapat % dari total jumlah penduduk yang mencapai digambarkan dengan adanya tingkat kekambuhan 1.520.762 jiwa. Sedangkan jumlah posyandu lansia di Kabupaten Kediri berjumlah 279 posyandu (Rahadi, 2009). Berdasarkan studi pendahuluan di kelurahan Dusun Paron Kecamatan Ngasem tanggal 10 Oktober 2009 didapatkan data bahwa jumlah penduduk lansia di Dusun Paron II Kecamatan Ngasem Kabupaten Kediri sebanyak 180 lansia, hanya 30 lansia atau sekitar 16,7% yang terdaftar sebagai anggota posyandu lansia. Sedangkan promosi kesehatan tentang posyandu lansia sudah diberikan setiap kali ada pertemuan anggota masyarakat di Dusun Paron baik pertemuan secara formal maupun secara informal. Ternyata dari 30 lansia yang mengikuti posyandu sejak awal, sampai saat ini tinggal 18 lansia yang masih aktif. Hal ini menunjukkan bahwa keaktifan lansia di posyandu masih kurang.

  Beberapa faktor yang mempengaruhi keaktifan lansia dinposyandu adalah pengetahuan, jarak rumah dengan posyandu lansia, dan dukungan keluarga terhadap lansia. Menurut Notoatmodjo (2007) promosi kesehatan pada hakekatnya ialah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau individu dengan harapan masyarakat, kelompok, atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik, sehingga pengetahuan tersebut dapat berpengaruh terhadap perilaku keaktifan hadir di posyandu lansia, sehingga status kesehatan lansia bisa terpantau dan resiko kekambuhan penyakit bisa menurun. Berdasarkan keterangan dari Dinkes (2010) bahwa target pencapaian standart pelayanan minimal kesehatan lansia sebesar 70% pertahun dari jumlah lansia yang ada. Adanya promosi kesehatan diharapkan pengetahuan lansia tentang posyandu akan meningkat, sehingga keinginan untuk aktif dalam kegiatan posyandu lansia menjadi lebih besar atau dengan kata lain lansia akan menjadi lebih aktif dalam posyandu.

  Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh promosi kesehatan tentang posyandu lansia terhadap keaktifan lansia di posyandu lansia Dusun Paron II Kecamatan Ngasem tahun 2010.

  Identifikasi Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan masalah sebagai berikut Apakah ada pengaruh antara promosi kesehatan tentang posyandu lansia terhadap keaktifan lansia di Posyandu lansia dusun Paron II kecamatan Ngasem kabupaten Kediri tahun 2010?”

  Tujuan Penelitian

  Menganalisis pengaruh promosi kesehatan tentang posyandu lansia terhadap keaktifan lansia di posyandu lansia dusun Paron II kecamatan Ngasem tahun 2010.

  Metode Penelitian

  Penelitian ini menggunakan desain pra eksperimental yaitu one group pre-post test

  design

  dimana peneliti melakukan observasi terhadap satu kelompok sampel yaitu lansia yang berusia 60-69 tahun yang hadir pada waktu sebelum dan sesudah diberi perlakuan (penyuluhan).

  Terdapat dua variabel dalam penelitian ini di antaranya adalah :

  1. Variabel Independen: promosi kesehatan tentang posyandu lansia.

  2. Variabel dependen : keaktifan lansia di posyandu.

  Waktu penelitian pada tanggal

  15 Maret 2010 sampai tanggal 25 Mei 2010, dilakukan di Posyandu Lansia Dusun Paron II, wilayah kerja Puskesmas Ngasem. Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh lansia yang sudah menjadi anggota posyandu dan tidak aktif mengikuti posyandu lansia di Dusun Paron II Kecamatan Ngasem Kabupaten Kediri sebanyak 12 orang. Pada penelitian ini tehnik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh, yaitu dengan cara mengambil seluruh anggota populasi menjadi sampel.

  Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran observasi terstruktur yaitu peneliti secara cermat

  b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis mendefinisikan apa yang akan diobservasi Kelamin melalui suatu perencanaan yang matang (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah satuan acara penyuluhan (SAP), leaflet, dan juga

  25%

  lembar observasi yang berisikan daftar hadir responden selama 6 kali pertemuan. Leaflet

  75%

  adalah lembaran kertas berukuran kecil yang mengandung pesan tercetak untuk disebarkan kepada umum sebagai informasi mengenai suatu

  Laki-laki Perempuan hal atau peristiwa (Effendy, 2010).

  Analisa data dilakukan untuk mengetahui Diagram 2 : Distribusi frekuensi karakteristik pengaruh promosi kesehatan tentang posyandu responden berdasarkan jenis lansia terhadap keaktifan lansia di posyandu kelamin di posyandu lansia menggunakan uji analisis deskriptif dengan Dusun Paron

  II Kecamatan menghitung probabilitas responden yang tidak Ngasem tahun 2010. aktif menjadi aktif sebelum dan sesudah diberi promosi kesehatan tentang posyandu lansia.

  Diagram di atas menunjukkan bahwa dari 12 responden yang diteliti, lebih dari

  Hasil Penelitian

  setengah responden yaitu 75% atau 9

  a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia responden berjenis kelamin perempuan, 25% atau 3 responden berjenis kelamin laki-laki.

  16,67% 60 tahun 8,33% 63 tahun

  33,33%

  c. Karakteristik Responden Berdasarkan Tempat

  

64 tahun Tinggal

16,67% 16,67% 65 tahun 67 tahun 69 tahun 41,67%

  8,33% 58,33%

  Diagram 1 : Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia di posyandu lansia Dusun Paron II Kecamatan Ngasem tahun 2010. RT 19 RT 20

  Diagram 3. Distribusi frekuensi karakteristik Diagram di atas menunjukkan bahwa responden berdasarkan tempat dari 12 responden yang diteliti 33,33% atau 4 tinggal di posyandu lansia Dusun responden berusia 60 tahun, 16,67% atau 2

  Paron II Kecamatan Ngasem responden berusia 63 tahun, 16,67% atau 2 tahun 2010 responden berusia 64 tahun, 8,33% atau 1 responden berusia 65 tahun, 8,33% atau 1

  Diagram di atas menunjukkan bahwa responden berusia 67 tahun, 16,67% atau 2 dari 12 responden yang diteliti lebih dari responden berusia 69 tahun. setengah responden yaitu 58,33% atau 7 responden bertempat tinggal di lingkungan

  7

  2 Tidak aktif RT 19 dan 41,67% atau 5 responden

  8

  2 Tidak aktif bertempat tinggal di lingkungan RT 20.

  9

  1 Tidak aktif

  d. Karakteristik Responden Berdasarkan

  10

  1 Tidak aktif Pekerjaan

  11

  2 Tidak aktif

  8,33%

  12

  2 Tidak aktif Total

  16

  50,00%

  Berdasarkan tabel tersebut

  41,67%

  menunjukkan bahwa dari 12 responden yang diteliti seluruh atau 12 responden hadir dalam

  Tani

  kegiatan posyandu lansia sebanyak 1-2 kali

  Ibu rumah tangga dalam 3 minggu terakhir dan termasuk dalam

  kategori tidak aktif dengan nilai rata-rata

  Mengasuh cucu kehadiran 1,33.

  Diagram 4. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pekerjaan f. Karakteristik responden berdasarkan di posyandu lansia Dusun Paron keaktifan lansia setelah diberikan promosi

  II Kecamatan Ngasem tahun kesehatan tentang posyandu lansia 2010. Berdasarkan diagram tersebut

  Tabel 2 : Tabel kehadiran responden setelah menunjukkan bahwa dari 12 responden yang diberi promosi kesehatan tentang

  responden

  diteliti, 50% atau 6 bekerja sebagai posyansu lansia di Dusun Paron II petani, 42,67% atau 5 responden sebagai ibu Kecamatan Ngasem tahun 2010. rumah tangga, 8,33% atau 1 responden

  Kehadiran Kategori mengasuh cucu. No. Resp. Sesudah Keaktifan

  1

  4 Kurang aktif

  e. Karakteristik Responden Berdasarkan

  2

  1 Tidak aktif Keaktifan lansia sebelum tentang diberikan

  3

  1 Tidak aktif promosi kesehatan tentang posyandu lansia

  4

  2 Tidak aktif

  5

  4 Kurang aktif Tabel 1 : Tabel kehadiran responden sebelum

  6

  3 Kurang aktif diberi promosi kesehatan tentang posyandu lansia di Dusun Paron II

  7

  5 Aktif Kecamatan Ngasem tahun 2010.

  8

  5 Aktif Kehadiran Kategori

  9

  4 Kurang aktif No. Resp. Sebelum Keaktifan

  10

  6 Aktif

  1

  1 Tidak aktif

  11

  5 Aktif

  2

  1 Tidak aktif

  12

  5 Aktif

  3

  1 Tidak aktif Total

  45

  4

  1 Tidak aktif Berdasarkan tabel di atas menunjukkan

  5

  1 Tidak aktif bahwa setelah diberi promosi kesehatan

  6

  1 Tidak aktif tentang posyandu lansia, dari 12 responden yang sebelumnya tidak aktif rata-rata termasuk kategori kurang aktif atau mean sebesar 3,75.

  g. Hasil analisis pengaruh promosi kesehatan terhadap keaktifan lansia di Posyandu Lansia.

  4

  Keaktifan lansia setelah diberikan promosi kesehatan selama 6 kali observasi, rata-rata kehadiran lansia anggota posyandu meningkat dari yang awalnya 1,33 dan termasuk kategori tidak aktif menjadi 3,75 dan termasuk dalam kategori kurang aktif.

  II Kecamatan Ngasem setelah diberikan promosi kesehatan tentang posyandu lansia.

  2. Keaktifan lansia di posyandu lansia dusun Paron

  Keaktifan lansia di posyandu dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah pengetahuan, jarak rumah dengan lokasi posyandu, dukungan keluarga. Dari hasil pengambilan data umum, didapatkan hasil bahwa dari seluruh responden memiliki latar belakang pendidikan yang sama yaitu sekolah dasar, dan sebagian besar responden bertempat tinggal di lingkungan RT 19 yang lebih dekat dengan lokasi kegiatan posyandu lansia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keaktifan lansia sebagian besar disebabkan karena pengetahuan responden yang masih kurang, hal ini ditunjang dengan pekerjaan responden yang sebagian besar sebagai petani, sehingga tidak mengetahui secara pasti kegiatan-kegiatan posyandu lansia yang ada di lingkungannnya.

  Keaktifan adalah respon dari sikap positif terhadap sesuatu keadaan. Keaktifan merupakan suatu fungsi yang dibentuk oleh kesadaran, dan kesadaran itu sendiri pastilah dibentuk oleh berbagai bentuk kesadaran diluar dirinya. Keaktifan adalah suatu kegiatan yang terjadi mendekati atau cenderung teratur. (Rahayu, 2005)

  Kehadiran responden sebelum diberikan promosi kesehatan menunjukkan bahwa dari 12 responden yang diteliti dalam 3 minggu terakhir rata-rata 1,33 dan termasuk dalam kategori tidak aktif.

  1. Keaktifan lansia di posyandu Dusun Paron II Kecamatan Ngasem sebelum diberikan promosi kesehatan.

  Pembahasan

  diketahui hasil pemberian promosi kesehatan pada responden dan didapatkan hasil, bahwa dari responden yang keseluruhannya tidak aktif hadir di posyandu lansia menjadi aktif dengan nilai probabilitas responden aktif sebelumnya adalah 0, setelah diberi promosi kesehatan nilai probabilitas responden aktif naik menjadi 0,208

  24 Berdasarkan pada tabel di atas dapat

  15

  5

  Berikut ini adalah tabulasi silang dari hasil distribusi karakteristik keaktifan responden sebelum dan sesudah diberi promosi kesehatan. Tabel 3 : Tabulasi silang antara karakteristik responden berdasarkan kehadiran lansia sebelum dan sesudah diberi promosi kesehatan tentang posyandu lansia di Dusun Paron II Kecamatan Ngasem tahun 2010.

  12 Total

  3 (25%)

  5 (41,67%) 4 (33,33%)

  12 Sesudah

  12 (100%)

  Sebelum (0,00%) (0,00%)

  Aktif

  Aktif Tidak

  Aktif Kurang

  Keaktifan Total

  Promosi kesehatan

  Keaktifan adalah suatu kegiatan yang terjadi mendekati atau cenderung teratur (Rahayu, 2005). Salah satu faktor yang mempengaruhi keaktifan lansia di posyandu lansia adalah pengetahuan (Erfandi, 2010). Promosi kesehatan pada hakekatnya ialah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau individu (Notoatmodjo, 2007). Dengan adanya pesan tersebut maka diharapkan masyarakat, kelompok, atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut akhirnya diaharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku. Dangan kata lain, adanya promosi tersebut diharapkan dapat membawa akibat terhadap perilaku sasaran (Soekidjo Notoatmodjo, 2007).

  Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu lansia ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari- hari. Dengan menghadiri kegiatan Posyandu, lansia akan mendapatkan promosi kesehatan tentang berbagai macam kegiatan-kegiatan posyandu yang dapat membantu mengatasi masalah kesehatan lansia seperti bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan Posyandu lansia. Setelah diberikan promosi kesehatan berupa penyuluhan tentang posyandu lansia terjadi perubahan perilaku responden dimana didapatkan bahwa dari keseluruhan responden mengalami peningkatan keaktifan yaitu dari yang awalnya rata-rata 1,33 dab termasuk dalam kategori tidak aktif menjadi rata-rata 3,75 dan termasuk dalam kategori kurang aktif. Hal tersebut kemungkianan dapat terjadi karena adanya pemberian promosi kesehatan yang sesuai dengan prosedur. Sehingga pemberian promosi kesehatan tersebut secara tidak langsung dapat merubah perilaku para responden dari sebelumnya.

  3. Analisis pengaruh promosi kesehatan tentang posyandu lansia terhadap keaktifan lansia di Posyandu Dusun Paron II Kecamatan Ngasem tahun 2010.

  Berdasarkan pada hasil penelitian dapat diketahui hasil pemberian promosi kesehatan pada responden didapatkan hasil, dari responden yang keseluruhannya tidak aktif hadir di posyandu lansia menjadi aktif dengan nilai probabilitas responden aktif sebelum diberi promosi keshatan dan sesudah diberi promosi kesehatan dari 0 meningkat menjadi 0,208.

  Keaktifan adalah suatu kegiatan yang terjadi mendekati atau cenderung teratur (Rahayu, 2005). Salah satu faktor yang mempengaruhi keaktifan lansia di posyandu lansia adalah pengetahuan (Erfandi, 2010). Promosi kesehatan pada hakekatnya ialah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau individu (Notoatmodjo, 2007). Faktor – faktor yang mempengaruhi promosi kesehatan diantaranya adalah input yaitu sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat), dan pendidik (pelaku pendidikan), proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain), dan output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku).

  Menurut peneliti, perbedaan perubahan perilaku pada masing-masing perilaku berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan banyak faktor. Mulai dari perbedaan usia, kesadaran diri dari setiap responden yang berhubungan dengan tingkat pendidikan, lingkungan tempat tinggal dan juga pemahaman tentang posyandu lansia itu sendiri. Jadi ketidakseragaman hasil atau pengaruh dari promosi kesehatan yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa jika menginginkan hasil yang maksimal dalam memberikan promosi kesehatan perlu memperhatikan banyak hal.

  Kesimpulan

  1. Identifikasi keaktifan lansia sebelum diberikan promosi program posyandu yang menjadi anggota tidak aktif posyandu lansia dusun Paron

  II kecamatan Ngasem didapatkan hasil dari seluruh responden termasuk dalam kategori tidak aktif, yaitu 1-2 kali hadir mengikuti kegiatan posyandu lansia dalam 3 minggu terakhir atau 6 kali pertemuan

  2. Identifikasi kehadiran lansia setelah di berikan promosi tentang program posyandu lansia di dusun Paron II Kecamatan Ngasem didapatkan hasil dari 12 responden yang diteliti mengalami peningkatan kehadiran rata-rata 3,75 atau rata-rata responden kurang aktif.

  3. Analisis pengaruh promosi tentang program posyandu lansia antara sebelum dan sesudah diberikan promosi program posyandu lansia di dusun Paron II didapatkan hasil bahwa pemberian promosi kesehatan tentang posyandu lansia dapat meningkatkan keaktifan lansia di posyandu. Hal ini ditunjukkan dari peningkatan rata-rata kehadiran dari sebelum diberi promosi kesehatan dan setelah diberi promosi kesehatan yaitu dari 1,33 menjadi 3,75. Dan peningkatan nilai probabilitas anggota aktif sebelum dan sesudah diberi promosi kesehatan dari 0 menjadi 0,208.

  Saran

  1. Bagi Institusi Kesehatan Disarankan untuk lebih meningkatkan frekuensi promosi kesehatan, merubah metode penyampaian promosi kesehatan misalnya, di dalam ruangan atau di luar ruangan, secara individu maupun kelompok, dan sebagainya.

  2. Bagi Institusi Pendidikan Disarankan kepada institusi kesehatan untuk lebih memodifikasi kurikulum promosi kesehatan. Perpustakaan lebih dilengkapi dengan buku atau poster yang berisi tentang materi pengenalan program kesehatan dari pemerintah, dan menganalisis permasalahan permasalahan di masyarakat yang berkenaan dengan keperawatan.

  3. Bagi Peneliti Membuka diri untuk ilmu pengetahuan baru. Melibatkan diri dalam kegiatan kemasyarakatan terutama yang berhubungan dengan masalah kesehatan dan lebih banyak belajar menganalisis permasalahan- permasalahan yang terjadi yang berhubungan dengan keperawatan.