HUBUNGAN ANTARA PIJAT OKSITOSIN DENGAN KELANCARAN PENGELUARAN AIR SUSU IBU DI RUMAH SAKIT PERMATA BUNDA

  

HUBUNGAN ANTARA PIJAT OKSITOSIN DENGAN KELANCARAN

PENGELUARAN AIR SUSU IBU DI RUMAH SAKIT PERMATA BUNDA

1) 2)

  Fitriyah Rahmawati , Amin Sholekah 1)

  Akademi Kebidanan An-Nur Purwodadi Korespondensi:

  2) Akademi Kebidanan An-Nur Purwodadi

  

ABSTRAK

Latar Belakang: Salah satu upaya yang telah dilakukan Indonesia untuk menurunkan

  Angka Kematian Neonatal adalah dengan peningkatan konseling pentingnya ASI Eksklusif. (Profil Indonesia, 2014), yang telah dituangkan dalam dalam Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012, tentang Pemberian ASI Eksklusif. Manfaat Air Susu Ibu (ASI) diantaranya meningkatkan kekebalan tubuh bayi, menurunkan kejadian infeksi, meningkatkan pertumbuhan secara optimal, mencegah kanker pada anak, meningkatkan kecerdasan anak dan melindungi bayi dari alergi. Namun demikian, ketidaklancaran pengeluaran ASI menjadi salah satu penyebab terhambatnya pemberian ASI. Salah satu cara untuk memperlancar pengeluaran ASI adalah dengan pijat oksitosin, yang dilakukan dengan masase di sepanjang punggung sisi tulang belakang untuk merangsang peningkatan hormon oksitosin sebagai hormon pengeliaran ASI.

  

Tujuan Penelitian: untuk mengetahui hubungan antara pijat oksistosin dengan

kelancaran pengeluaran ASI di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi Tahun 2017.

Metode Penelitian: jenis penelitian adalah Pre Eksperimen Static Comparison.

  Pengambilan sampel dengan teknik non probability sampling jenis accidental sampling sejumlah 7 responden kelompok intervensi dan 7 responden kelompok kontrol. Analisis data dilakukan denan analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan uji chi square.

  

Hasil penelitian: terdapat hubungan antara pijat oksitosin dengan kelancaran pengeluaran

2 2 ASI, yang ditunjukkan dari nilai X hitung > X tabel dengan derajat signifikan α = 5%.

  

Simpulan: Pijatan di punggung sepanjang sisi tulang belakang dapat memberikan

  rileksasi dan perasaan nyaman bagi ibu, sehingga dapat meningkatkan hormon oksitosin untuk meningkatkan kelancaran pengeluaran ASI.

  ABSTRACT

  

Background: One of Indonesia's efforts to reduce the Neonatal Mortality Rate is to

increase the counseling importance of Exclusive Breast Milk. (Indonesian Profile, 2014),

as outlined in Government Regulation No. 33 of 2012, on Exclusive Breastfeeding. The

benefits of breast milk include boosting the baby's immunity, decreasing the incidence of

infection, optimally improving growth, preventing cancer in children, improving child

intelligence and protecting babies from allergies. However, the insufficiency of

breastfeeding is one of the causes of delayed breastfeeding. One way to facilitate breast

milk expenditure is to massage the oxytocin, which is done by massage along the spinal

cord back to stimulate the increase in the hormone oxytocin as the hormone of breast milk

proliferation.

  

Research Objective: to know the relationship between oxyistosin massage with fluent of

expenditure of ASI at Permata Bunda Purwodadi Hospital in 2017.

  

Research Methods: Research type is Pre Experiment Static Comparison. Sampling with

non probability sampling technique was accidental sampling type of 7 intervention group

respondents and 7 respondents of control group. Data analysis was performed by

univariate analysis and bivariate analysis using chi square test.

  

Result of research: there is relationship between massage of oxytocin with fluent of

expenditure of ASI, indicated from value X

2

count> X 2 table with significant degree α = 5%.

  

Conclusion: The massage on the back along the side of the spine can provide relaxation

and feelings comfortable for the mother, so it can increase the hormone oxytocin to

improve the smooth expenditure of breast milk.

  PENDAHULUAN

  Menurut Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012, Angka Kematian Neonatus (AKN) masih cukup tinggi yaitu sebesar 19 kematian per 1000 kelahiran hidup, sedangkan dalam tujuan Sustainable Development

  Goals (SDG

  ’s) dalam posisi kesehatan kerangka SDG’s nomer 3 yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang disegala usia, yang didalamnya membahas tentang penurunan AKN mempunyai target pada tahun 2025 yaitu dengan angka 9 per 1000 kelahiran hidup.

  Salah satu upaya yang telah dilakukan Indonesia untuk menurunkan AKN adalah dengan peningkatan konseling pentingnya ASI Eksklusif. (Profil Indonesia, 2014), yang telah dituangkan dalam dalam Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012, tentang Pemberian ASI Eksklusif.

  Kandungan dari ASI sangat banyak, diantaranya karbohidrat, protein, lemak, karnitin yang berfungsi mempertahankan metabolisme tubuh, vitamin K, D, E, A, C, B, asam folat, dan kandungan berikutnya adalah mineral. Manfaat ASI juga mempunyai banyak manfaat antara lain sebagai makanan yang tidak tergantikan, meningkatkan kekebalan tubuh bayi, menurunkan kejadian infeksi, tumbuh kembang bayi yang optimal, mencegah kanker pada anak, meningkatkan kecerdasan anak, melindungi bayi dari alergi dan lain-lain (Siti Nur Khamzah, 2012).

  Dampak apabila bayi tidak diberi ASI secara eksklusif, menurut Winda Wijayanti (2010), dari hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa sebanyak 30 bayi yang diberi ASI eksklusif terdapat

  6 bayi yang mengalami diare, sedangkan sebanyak 30 bayi yang tidak diberi ASI eksklusif terdapat 20 bayi yang mengalami diare. Suci Fatmawati dkk (2015), juga melakukan penelitian kepada 67 bayi yang hasilnya terdapat 28 bayi mengalami konstipasi dikarenakan ibu memberikan makanan padat atau susu formula sejak umur yang terlalu dini, sedangkan sebanyak 39 bayi tidak mengalami konstipasi, karena ibu mengetahui kebutuhan bayinya sesuai usianya.

  Menurut data gizi dan KIA (Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014), bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia pada tahun 2014 terdapat angka 52,3%, sedangkan pada tahun 2015 mempunyai target dengan angka 80% dan cakupan ASI eksklusif tertinggi di Nusa Tenggara Barat 84,7%, Jawa Tengah 60,0%, dan yang terendah Jawa Barat dengan angka 21,8%.

  Menurut Agus Sartono dan Hanik Utami Ningrum (2012), faktor yang dapat menghambat pemberian ASI diantaranya adalah terlambatnya pengeluaran ASI atau bahkan tidak keluarnya ASI secara dini. Padahal, kandungan ASI yang pertama keluar adalah kolustrum, yaitu air susu kental berwarna kekuning-kuningan yang diproduksi oleh ibu pada hari pertama melahirkan dan beberapa hari berikutnya, merupakan makanan paling sempurna untuk bayi baru lahir yang mengandung nilai gizi tinggi, dan penuh antibodi yang melindungi bayi terhadap infeksi. (UNICEF,2008).

  Terdapat dua macam reflek yang dapat mengontrol keberhasilan laktasi, yaitu reflek prolaktin (reflek pembentukan ASI) dan reflek oksitosin (reflek pengeluaran ASI), kedua reflek tersebut sangat mempengaruhi kelancaran ASI (Yohana et al., 2011). Selanjutnya, faktor yang dapat mempengaruhi kelancaran pengeluaran ASI diantaranya adalah ketenangan jiwa dan pikiran, pola istirahat dan pola hisapan bayi. Selain hal tersebut, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbanyak produksi ASI adalah dengan pijat oksitosin. (Marmi, 2011)

  Wahyu Nur Safitri dkk (2014) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pijat oksitosin adalah teknik pijat punggung yang bermanfaat untuk mempercepat pengeluaran ASI yang hasilnya yaitu pada kelompok yang diberi perlakuan pijat punggung, ASI dapat keluar pada hari kedua, sedangkan pada kelompok yang tidak diberi perlakuan pijat punggung, ASI keluar pada hari ke tiga. Dan penelitian tersebut diperkuat oleh penelitian Mardiyaningsih (2010) yang disebutkan dalam penelitian Wahyu Nur Safitri dkk (2014), Bahwa kombinasi teknik marmet dan pijat oksitosin mempengaruhi kelancaran produksi ASI, pada kelompok yang diberi perlakuan teknik kombinasi tersebut produksi ASInya tiga kali lebih banyak daripada kelompok yang tidak diberi perlakuan teknik kombinasi tersebut. Siti Nur Indah dkk (2011) juga menyebutkan dalam penelitiannya bahwa terdapat perbedaan produksi ASI kolustrum yang dihasilkan setelah diberi perlakuan pijat oksitosin sebanyak 5,333 cc, dan ASI kolustrum yang tidak diberi perlakuan pijat oksitosin sebanyak 4,6368 cc.

  Berdasarkan data dari Rumah Sakit Permata Bunda pada tahun 2016 terdapat 4382 ibu bersalin, dimana dari jumlah tersebut ibu post partum mengalami ketidaklancaran pengeluaran ASI secara dini. Telah dilakukan pendidikan kesehatan tentang cara memperlancar pengeluaran ASI, namun belum menunjukkan hasil yang memuaskan.

  Indikasi dalam pijat oksitosin yaitu ibu mempunyai ASI dan menyusui secara eksklusif. Pijat oksitosin ini dilakukan pada daerah punggung sepanjang sisi tulang belakang, sehingga diharapkan setelah dilakukan pijat ini ibu merasa rileks dan kelelahan setelah melahirkan akan hilang. Jika ibu rileks dan tidak kelelahan dapat membantu merangsang pengeluaran hormon oksitosin, sehingga pengeluaran ASI menjadi lancar.

  Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi selama 3 bulan (bulan Agustus-Oktober 2017). Jenis penelitian ini adalah Pre Eksperimen dengan menggunakan jenis

  Static Group Comparison . Sementara itu

  pengambilan sampel dengan teknik non

  probability sampling, jenis accidental sampling. Pengambilan data dilakukan

  dengan observasi pertisipatif dengan ,menggunakan lembar observasi, wawancara terpimpin baik kepada sampel secara langsung maupun tidak langsung, serta menggunakan catatan medis.

  Analisis univariat dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu pijat oksitosin dan kelancaran pengeluaran ASI. Selanjutnya analisis bivariat menggunakan uji chi square, untuk mengetahui hubungan pijat oksitosin dengan kelancaran pengeluaran ASI.

  HASIL

  Deskripsi responden berdasarkan dilakukannya pijat oksitosin, ditunjukkan pada tabel berikut:

  Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Dilakukannya Pijat Oksitosin Pijat oksitosin N %

  Dilakukan sesuai prosedur 7 100% Dilakukan tidak sesuai prosedur

  0%

  Jumlah

  7 100% Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui oksitosin sesuai dengan prosedur dan ibu bahwa seluruh responden sebanyak 7 merasa nyaman saat dilakukan teknik responden (100%) dilakukan pijat tersebut.

  Tabel 2. Distribusi Kelancaran Pengeluaran ASI Pada Kelompok Intervensi Kelancaran Pengeluaran ASI n %

  ASi menetes dan memancar deras bila dihisap 6 85,7% bayi ASI tidak menetes dan memancar deras bila 1 14,3% dihisap bayi

  Jumlah

  7 100% Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui nyaman saat dilakukan pijat oksitosin. bahwa sebagian besar sebanyak 6 Yang menandakan bahwa hormone responden (85,7%) ASInya menetes dan oksitosin telah dihasilkan oleh pijatan memancar deras bila dihisap setelah tersebut. Sedangkan 1 responden dilakukan pijat oksitosin yang sesuai (14,4%) ASInya tidak dapat menetes dan dengan prosedur. Dan ibu tampak memancar deras bila dihisap bayi.

  Tabel 3. Distribusi Kelancaran Pengeluaran ASI Pada Kelompok Kontrol Pijat oksitosin n %

  ASi menetes dan memancar deras bila dihisap 2 28,5% bayi ASI tidak menetes dan memancar deras bila 5 71,4% dihisap bayi

  Jumlah

  7 100% Berdasarkan tabel 3 diketahui sebanyak dihisap bayi. Dan sebanyak 2 responden 5 responden (71,4%) tanpa pijat (28,1 %) dapat menetes dan memancar oksitosin, dihasilkan ASinya tidak deras bila dihisap bayi. menetes dan memancar deras bila

  

Tabel 4. Tabel Silang Hubungan Antara Pijat Oksitosin Dengan Kelancaran

Pengeluaran ASI di Rumah Sakit Permata Bunda ASI Pijat Oksitosin

  antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol menggunakan uji

  6 responden (85,7%) mengalami kelancaran pengeluaran ASI setelah diberi pijat oksitosin. Para responden tersebut mengakui bahwa dengan dilakukan pijat oksitosin lebih meringankan kelelahan yang dirasakan dipunggung setelah bersalin. Ditambah lagi dengan rasa tenang adanya bayi yang selalu berada di dekat ibu. Sementara itu dari 7 responden kelompok kontrol (yang tidak dilakukan pijat oksitosin) terdapat 5 responden (71,4%) mengaku bahwa badannya masih terasa pegal-pegal setelah melahirkan, yang mendukung ketidaklancaran pengeluaran ASI.

  Berdasarkan hasil penelitian, diketahui dari 7 responden kelompok intervensi atau yang dilakukan pijat oksitosin terdapat

  PEMBAHASAN

  Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pijat oksitosin dengan kelancaran pengeluaran ASI.

  X 2 hitung > X 2 tabel (4,667 > 3,84).

  (Person Chi Square) 4,667 dan nilai X 2 tabel yaitu 3,84, maka dapat disimpulkan

  mengetahui variabel antara baris dan kolom, diketahui kelancaran pengeluaran ASI antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan tingkat signifikan α = 5% dan nilai X 2 hitung

  Crosstab yang digunakan untuk

  Square kelancaran pengeluaran ASI

  ASI tidak menetes dan memancar deras bila diisap bayi

  50 Total 6 42,8 8 57,1 14 100 Berdasarkan tabel 4, setelah dilakukan observasi, dapat diketahui bahwa pada kelompok intervensi atau kelompok yang dilakukan pijat oksitosin, sebanyak 6 responden (42,8%) ASInya dapat menetes dan memancar deras bila dihisap bayi. Dan hanya 1 responden (7,14%) yang ASInya tidak menetes. Sementara itu pada kelompok kontrol atau kelompok tanpa pijatan oksitosin, sebanyak 5 responden (35,7%) ASinya tidak dapat menetes ataupun memancar deras bila dihisap bayi, dan sebanyak 2 responden (14,2%) ASInya dapat menetes dan memancar deras saat dihisap bayi. Adapaun hasil uji Chi

  7

  6 42,8

  50 Pijat oksitosin dilakukan sesuai prosedur 1 7,14

  7

  5 35,7 2 14,2

  n % n % n % Pijat oksitosin tidak dilakukan

  Total

  ASI menetes dan memancar deras bila diisap bayi

  Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang disebutkan Siti Nur Endah dan Imas Masdinarsah (2011), bahwa pada ibu postpartum yang dilakukan pijat oksitosin sebagain besar mengeluarkan kolostrum sebanyak 2 cc, 5 cc, dan 10 cc. Sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar ibu sama sekali tidak mengeluarkan kolostrum. Produksi ASI dipengaruhi oleh hormon prolaktin dan oksitosin. Selanjutnya, hormon oksitosin adalah hormon yang dapat mempengaruhi pengeluaran ASI, yang berhubungan dengan kenyamanan suasana hati ibu (Marmi, 2014:35-36). Keluarnya hormon oksitosin menstimulasi turunnya susu. Oksitosin menstimulasi otot disekitar payudara untuk memeras ASI keluar. Reflek turunnya susu ini penting dalam menjaga kestabilan produksi ASI, tetapi hal tersebut dapat terhalangi apabila ibu mengalami stres. Reflek turunnya susu ini kurang baik, apabila puting lecet, terpisah dari bayi, pembedahan payudara sebelum melahirkan, dan kerusakan jaringan payudara (Yohana et al., 2011:232).

  Massase atau mengurut dapat dimanfaatkan untuk menyembuhkan dan memberikan rasa aman, menyamankan, menghangatkan, menyenangkan serta memperbarui vitalitas, teknik massase meliputi pengurutan yang sistematik, memijat dengan gerakan memutar, meremas dan menekan jaringan lunak. Berdasarkan manfaat dari teknik ini, dapat dimanfaatkan untuk menstimulasi produksi ASI, endorfin dan ensefalin yang alami (Brayshaw, 2008:70). Salah satu Hal yang dapat merangsang keluarnya hormon oksitosin yaitu pijat oksitosin. Pijat oksitosin ini dilakukan pada daerah punggung sepanjang sisi tulang belakang, sehingga diharapkan setelah dilakukan pijat ini, ibu merasa rileks dan kelelahan setelah melahirkan akan hilang, jika ibu rileks dan tidak kelelahan dapat membantu merangsang pengeluaran hormon oksitosin (Depkes RI, 2007).

  Berdasarkan hasil uji Chi Square kelancaran pengeluaran ASI antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol di RS Permata Bunda, menggunakan uji Crosstab dengan tingkat signif ikan α = 5% dan nilai X 2 hitung (Person Chi Square) 4,667 dan nilai X 2 tabel yaitu 3,84, maka dapat disimpulkan X 2 hitung > X 2 tabel (4,667

  > 3,84). Dengan demikian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pijat oksitosin dengan kelancaran pengeluaran ASI.

  SIMPULAN

  Kelancaran produksi ASI salah satunya dapat diupayakan dengan memberikan relaksasi pada ibu setelah melahirkan, yaitu dengan pijat oksitosin. Yakni pijatan yang dilakukan di punggung sepanjang sisi tulang belakang. Yang dapat menimbulkan rasa rileks dan nyaman pada ibu, sehingga dapat mengaktifkan hormon oksitosin sebagai hormon pengeluaran ASI.

  SARAN

  Menyadari pentingnya rasa rileks dan nyaman bagi ibu postpartum dalam memproduksi ASI, maka tenaga kesehatan harus selalu mengupayakannya agar kelancaran produksi ASI yang dihasilkan oleh ibu dapat memenuhi kebutuhan bayi dengan sebaik-baiknya.

  DAFTAR PUSTAKA

  Albertina, M., Melly, Hj., dan Shoufiah, R.,2015.Hubungan Antara Pijat Oksitosin dengan Kelancaran Produksi ASI Pada Ibu Post Partum Seksio Secarea Hari Ke 2-3.Jurnal Husada Mahakam 3(9):452-521.

  Ambarwati, ER., D. Wulandari. 2010.

  Asuhan Kebidanan Nifas . Edisi

  Kelima. Nuha Medika. Yogyakarta Anggraini, Y. 2010. Asuhan Kebidanan

  Masa Nifas . Edisi Pertama. Salemba

  Medika. Jakarta Ariani, P.A., 2014. Aplikasi Metodologi

  Penelitian Kebidanan Dan

  Kesehatan Reproduksi. Edisi

  Indonesia Nomor 33 Tahun 2012

   i 2017 (07:05).

  Notoatmodjo, S., 2010. Metode

  Penelitian Kesehatan . Edisi

  Pertama. Rineka Cipta. Jakarta . , 2012. Metode

  Penelitian Kesehatan . Edisi

  Pertama. Rineka Cipta. Jakarta Peraturan Pemerintah Republik

  Tentang Pemberian Air Susu Eksklusif.

  Pustaka Pelajar. Yogyakarta Medikal Record. 2014. Pengertian

  1 Maret 2012. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 58. Jakarta.

  Proverawati A., dan E. Rahmawati.

  2010. Kapita Selekta ASI dan

  Menyusui . Edisi Pertama. Nuha

  Medika. Yogyakarta Rakorkop Kementrian Kesehatan RI. 2015. Kesehatan dalam Rangka Sustainable Development Goals . Kementrian Kesehatan RI. Jakarta. Riadi, M. 2016. ASI dan Laktasi. An

  

  10 April 2016 (11:38) Riduwan,Dr.,M.B.A, 2010. Belajar

  Anamnesa, Pemeriksaan Fisik, Pemeriksaan Penunjang, Diagnosis, Prognosis, Terapi dan Tindakan Medis.

  Pelajar. Yogyakarta Maritalia, D. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui . Edisi Pertama.

  Pertama. Nuha Medika. Yogyakarta Badan Pusat Statistik. 2013. Survei

  Hikmawati, I. 2008. Faktor - Faktor Risiko Kegagalan Pemberian Asi Selama Dua Bulan (Studi Kasus pada bayi umur 3-6 bulan di Kabupaten Banyumas).

  Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 . Badan Pusat Statistik. Jakarta.

  Brayshaw, E., 2008. Senam Hamil dan

  Nifas . Edisi Pertama. EGC. Jakarta Endah, N,. S. dan Masdinarsah, I. 2011.

  Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran Kolostrum pada Ibu Post Partum di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung Tahun 2011. Jurnal

  Kesehatan Kartika

  Fatmawati, S. Rosidi,

  A., dan Handarsari, E. 2015. Perbedaan Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif dan Susu Formula Terhadap Kejadian Konstipasi pada Bayi Usia 6 – 12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. Jurnal Gizi. ISSN 2302- 7908

  Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Penuntun Hidup Sehat. Edisi Keempat. Jakarta.

  Masa Nifas . Edisi Kedua. Pustaka

  Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Profil Kesehatan

  Indonesia 2014 . ISBN 978-602-235-

  911-1, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Kodrat L, Ny., 2010. Dahsyatnya ASI

  dan Laktasi . Edisi Pertama. Media

  Baca. Yogyakarta Kristyanasari, W., 2009. ASI, Menyusui

  Dan Sadari . Edisi Pertama. Nuha

  Medika. Yogyakarta Marmi. 2014. Asuhan Kebidanan pada

  Mudah Penelitian untuk Guru-

  Karyawan dan Peneliti Pemula.

  Ilmu. Yogyakarta Ummuah, F. 2014. Pijat Oksitosin Untuk

  5(2):175-176. Yohana, Yovita, dan Yessica. 2011.

  D. 2014. Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran Kolostrum pada Ibu Post Partum di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Kepulauan Riau. Jurnal Kesehatan.

  Surakarta. Wulandari, F. T., Aminin, f., dan Utami,

  Pemberian Asi Eksklusif dengan Angka Kejadian Diare pada Bayi Umur 0-6 Bulan di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta . Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

  Wijayanti, W. 2010. Hubungan Antara

  Medika. Yogyakarta Widayanti, dan Wiwin., 2013. Efektivitas Metode “Speos” (Stimulasi Pijat Endorphin, Oksitosin dan Sugestif) Terhadap Pengeluaran Asi pada Ibu Nifas di Bpm Wilayah Kabupaten Cirebon.

  Menyusui . Edisi Pertama. Nuha

  Wiji N, R., 2013. ASI dan Panduan Ibu

  Mempercepat Pengeluaran Asi Pada Ibu Pasca Salin Normal Di Dusun Sono Desa Ketanen Kecamatan Panceng Gresik. 18(2):124.

  Metode Penelitian Kebidanan Kuantitatif- Kualitatif . Edisi Pertama. Graha

  Edisi Keenam. Alfabeta. Bandung Roito H, J., Hj. N. Noor, dan Mardinah. 2013. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

  Yogyakarta Sulistyaningsih, 2011.

  H. Widyasih, dan A. Rahmawati. 2009. Perawatan Masa Nifas . Edisi Ketiga. Fitramaya.

  Suherni,

  Pendidikan Ibu dan Dukungan Suami dengan Praktek Pemberian Asi Eksklusif di Kelurahan Muktiharjo Kidul Kecamatan Telogosari Kota Semarang. Jurnal Gizi. 1(1):4.

  Salemba Medika. Jakarta Sartono, A. dan Utami ningrum, H. 2012. Hubungan Pengetahuan Ibu,

  pada Masa Nifas . Edisi Pertama.

  Panggayuh, A. 2015. Pijat Punggung dan Percepatan Pengeluaran Asi pada Ibu Post Partum. Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia. 1(2):150. Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan

  Pertama. EGC. Jakarta Safitri, W,. N. Susilaningsih. dan

  dan Deteksi Dini Komplikasi . Edisi

  Kehamilan dan Peralinan . Edisi Pertama. Garda Media .