Gambaran Tipe Kepribadian Dan Sidik Teli

1

GAMBARAN TIPE KEPRIBADIAN DAN SIDIK TELINGA PADA NARAPIDANA
LAKI-LAKI YANG MELAKUKAN KEJAHATAN SEKSUAL TERHADAP ANAK:
Studi Kriminologi Kejahatan Seksual terhadap Anak di Lembaga Pemasyarakatan
Purwokerto Periode Januari 2009-Desember 2012

Muarif*., Syamsu, Zaenuri., Abdullah, Nasid
Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Jurusan Kedokteran, Fakultas kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan
Universitas Jenderal Soedirman
*e-mail: [email protected]

Abstrak
Latar belakang: Pelaku kejahatan seksual terhadap anak (pemerkosaan dan pencabulan anak)
masih banyak dilaporkan di Banyumas. Untuk mempelajarinya dapat dilakukan studi
kriminologi dengan pendekatan tipe kepribadian dan tipe fisik dari para pelaku. Tujuan:
menggambarkan tipe kepribadian dan tipe fisik (sidik telinga) pelaku. Metode: Penelitian ini
merupakan studi kriminologi induktif dengan penalaran statistik, yang melibatkan 30
narapidana untuk kasus pemerkosaan dan pencabulan (pasal 81 dan 82 UU. No.23 tahun 2002
tentang perlindungan anak) di Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto yang memenuhi kriteria

inklusi. Pendekatan tipe kepribadian menggunakan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert
menurut Eysenck, yang diukur dengan skala EPI (Eysenck Personality Inventory), sedangkan
tipe fisik dipelajari melalui sidik telinga (sebagai biometrik), dengan menilai bentuk, tipe
lobula, darwin’s tuberkel, dan pengukuran landmark aurikula menggunakan jangka sorong
ketelitian 0,01 mm. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa narapidana yang
melakukan kejahatan seksual cenderung ekstrovert (70%), dan sisanya introvert (30%). Para
pelaku pemerkosaan (73,68%) dan pencabulan anak (63,63%) cenderung ektrovert. Sidik
telinga narapidana menunjukkan bahwa bentuk telinga cenderung oval (kanan 86,67%, kiri
90%) dengan lobula tipe “free” (kanan 53,33%, kiri 73,33%), dan tidak memiliki darwin’s
tuberkel. Tinggi total telinga ±5,72 cm (kanan), ±5,8 cm (kiri); lebar total telinga ±2,55 cm
(kanan), ±2,61 cm (kiri); tinggi lobula ±1,36 cm (kanan), ±1,28 cm (kiri); lebar lobula ±1,36
cm (kanan), ±1,25 cm (kiri); tragus-heliks ±3,59 cm (kanan), ±3,64 cm (kiri); tragus-antiheliks
±1,68 cm (kanan), ±1,61 cm (kiri); indeks aurikula ±44,03 cm (kanan), ±44,99 cm (kiri);
indeks lobular ±96,30 cm (kanan), ±99,75 cm (kiri).
Kata kunci: kriminologi, tipe kepribadian, sidik telinga, narapidana laki-laki, kejahatan
seksual terhadap anak.
93.960 kasus kejahatan seksual di Indonesia
Pendahuluan
Kejahatan seksual merupakan tindak


pada tahun 1998 hingga tahun 2010, dengan
kasus

terbanyak

berupa

pemerkosaan2.

kriminal yang masih banyak dilaporkan1.

Tindak

Menurut laporan tahunan Komisi Nasional

terhadap perempuan juga banyak dilaporkan

Anti Kekerasan terhadap Perempuan, terdapat

di Kabupaten Banyumas3,4, dengan jumlah


pemerkosaan

dan

pencabulan

2

sekitar 188 kasus5 dan kebanyakan korban

yaitu pengidentifikasi karakteristik seseorang

adalah anak-anak6 yang pelakunya berusia

yang membedakan dirinya dengan orang

dewasa7. Meskipun pada kasus yang jarang,

lain10.


pelaku kejahatan seksual anak juga pernah

penting dalam profil kriminal dari pelaku

dilaporkan8, yaitu berupa persetubuhan oleh

kejahatan16. Biometrik yang sedang gencar

anak-anak terhadap anak-anak9.

dikembangkan adalah sidik telinga17.

Menanggapi fenomena kejahatan seksual

Biometrik

merupakan

komponen


Studi mengenai sidik telinga banyak

terhadap anak yang banyak dilaporkan,

dilakukan

kriminologi merupakan aspek penting yang

dengan teknik fotografik17,18, yaitu untuk

mengungkap

mengetahui karakteristik telinga individu19

semua

seluk-beluk

suatu


dengan

memvisualisasi

atau

telinga20,21.

kejahatan secara mendalam10 dari sisi pelaku

berdasarkan

kejahatan11.

Teknik lain yang digunakan untuk membuat

Salah

satu


kajian

dari

morfologi

kriminologi adalah membuat suatu tipologi

sidik

tertentu mengenai pelaku kejahatan12, baik

pengukuran morfologi daun telinga22. Studi

berupa tipologi fisik maupun psikologis13.

di Indonesia tentang morfologi daun telinga

Tipologi


sebagai

fisik

menyangkut

sifat

atau

telinga

adalah

daun

biometrik

dengan


dengan

masih

sangat

teknik

metode
terbatas23,

karakteristik fisik manusia yang dianggap

pengukuran

berhubungan dengan perilaku kriminal12,

meskipun cara pengukuran morfologi daun


seperti menghubungkan antara tipe tubuh

telinga cukup mudah22.

dengan kecenderungan tertentu14. Sedangkan

Pendekatan tipologi kepribadian dalam

tipologi psikologis menganggap sifat atau

hubungannya dengan kecenderungan perilaku

karakteristik

tertentu

kriminal sudah banyak dilakukan12,24. Tipe

kecenderungan


kepribadian yang banyak dianut adalah tipe

berhubungan
seseorang

kepribadian
dengan
untuk

melakukan

tindakan

kepribadian ekstrovert dan introvert menurut
Eysenck13.

kriminal10.

Orang

dengan

kepribadian

Pendekatan tipologi fisik kriminal belum

ekstrovert cenderung terbuka, sangat mudah

banyak didukung oleh fakta ilmiah, sehingga

bergaul, dan kurang teliti dalam bertindak25

anggapan

sehingga sering terlibat masalah sosial seperti

bahwa

tipe

tubuh

seseorang

berhubungan dengan perilaku kriminal belum

kriminal12.

dapat diterima14. Pendekatan tipologi fisik

cenderung berkebalikan dengan ektrovert25

lebih tepat digunakan sebagai biometrik15,

bukan berarti bahwa orang tersebut tidak

Meskipun

orang

introvert

3

kriminal24.

ditemukan, yang disajikan apa adanya28,

Menurut Lanning (2010), pelaku kejahatan

tanpa melakukan analisis yang mendalam27

seksual terhadap anak (berupa pencabulan)

atau mencari hubungan antar variabel29.

dapat

terlibat

dalam

tindak

justru ditemukan pada orang-orang dengan
kepribadian introvert.
Pendekatan tipologi fisik dan tipologi
kepribadian pelaku kejahatan merupakan
aspek yang cukup penting untuk profil
kriminal12,16.

Pendekatan

merupakan
pengenal
Sedangkan

identitas
spesifik
tipologi

tipologi

seseorang
untuk

fisik
sebagai

dirinya14,22,23.

kepribadian

melihat

kecenderungan tipe kepribadian dari pelaku
kriminal10,16,26.
Melalui studi kriminologi para narapidana
di Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto,
akan dilihat gambaran tipe kepribadian dan
sidik telinganya (earprint) sebagai para
pelaku kasus kejahatan seksual terhadap
anak.

Teknik

pengambilan

sampel

yang

digunakan dalam penelitian ini adalah total
sampling, sehingga responden adalah seluruh
narapidana
seksual

yang

terhadap

Lembaga

melakukan

kejahatan

anak

menghuni

dan

Pemasyarakatan

Berdasarkan

catatan

Purwokerto.

registrasi

Pemasyarakatan Purwokerto,

Lembaga

terdapat 63

orang pelaku kejahatan seksual terhadap anak
yang bersatus narapidana atas pasal 81 dan 82
UU. No.23 tahun 2002 tentang perlindungan
anak. Narapidana yang memenuhi kriteria
inklusi berjumlah 36 orang, selanjutnya para
responden

diseleksi

dengan

menjawab

kuesioner L-MMPI untuk menentukan skala
kebohongan. Sebanyak 2 orang narapidana
dieksklusi karena menjawab skor lie ≥5, yang

Metode

diasumsikan bahwa responden cenderung

Penelitian

ini

merupakan

studi

tidak jujur dalam menjawab kuesioner yang

kriminologi dengan pendekatan induktif,

diajukan.

yaitu suatu generalisasi kriminal berdasarkan

menjawab dengan skor lie