PERUMUSAN KERANGKA SASARAN MUTU PENELITI

Prosiding PPI Standardisasi 2015 – Jakarta, 10 November 2015

PERUMUSAN KERANGKA SASARAN MUTU PENELITI DAN KELOMPOK
PENELITIAN DALAM RANGKA PENERAPAN ISO 9001 DI PUSAT
PENELITIAN X
Sih Damayanti dan Tri Rakhmawati1
Abstrak
Penyusunan sasaran mutu merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh
organisasi dalam penerapan ISO 9001. Sasaran mutu menggambarkan target yang ingin dicapai
oleh organisasi yang berkaitan dengan mutu organisasi. Tulisan ini bertujuan untuk merumuskan
kerangka sasaran mutu pada peneliti dan kelompok penelitian pada Pusat Penelitian X.
Kerangka dikembangkan berdasarkan hasil analisis terhadap SIPOC kelompok penelitian, hasil
analisis terhadap Arsitektur dan Informasi Kinerja (ADIK) lembaga pemerintahan, hasil analisis
terhadap praktek-praktek pengukuran kinerja, dan hasil analisis terhadap persyaratan ISO 9001.
Tahapan pada penelitian ini terdiri atas interpretasi persyaratan ISO 9001 terkait sasaran mutu,
perumusan perspektif pengukuran, perumusan sasaran pada setiap perspektif, dan perumusan
indikator serta ukuran dari sasaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerangka sasaran mutu
peneliti dan kelompok penelitian terdiri atas 4 perspektif, yaitu perspektif value, customer, proses
bisnis internal dan pertumbuhan dan pembelajaran. Kerangka sasaran mutu kelompok penelitian
terdiri atas 8 sasaran dan 9 indikator sasaran mutu, sedangkan kerangka sasaran mutu peneliti
terdiri atas 6 sasaran dan 7 indikator sasaran mutu.

Kata kunci: ISO 9001, sasaran mutu, kerangka, peneliti, kelompok penelitian.

Abstract
Formulation of quality objectives is one of the requirements that must be met by organization in
order to implement ISO 9001. Quality objectives describe the targets to be achieved by
organization related to the organization quality. This paper aims to develop researcher and
research group quality objectives frameworks at Research Center X. The frameworks were
developed based on analysis result of the SIPOC research group, analysis result of the
Architecture and Performance Information at Government Institutions, analysis result of the
performance measurement practices, and analysis result of ISO 9001 requirements. This
research consisted of three stages, namely ISO 9001 requirements interpretation, measurement
perspective development, each perspective’s objectives development, and indicators and
measure development. The result shows researcher and research group quality objectives
frameworks which consist of four main perspectives, namely value, customer, internal processes,
and learning and growth perspective. The research group quality objectives framework consists
of 7 objectives and 8 indicators and the researcher quality objectives framework consists of 6
objectives and 7 indicators.
Keywords: ISO 9001, quality objectives, framework, researcher, research group.

1


Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

119

Prosiding PPI Standardisasi 2015 – Jakarta, 10 November 2015

1.

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Peningkatan kinerja saat ini menjadi fokus pada berbagai organisasai (Gavrea et al, 2011).
Kinerja merupakan seperangkat indikator baik finansial maupun non finansial yang memberikan
informasi terkait tingkat pencapaian organisasi terhadap tujuan organisasi (Kaplan, 1992). Lebih
lanjut, peningkatan kinerja yang berkelanjutan mengarahkan organisasi untuk dapat tumbuh dan
berkembang (Gavrea et al, 2011). Berdasarkan hal tersebut, sebagai upaya untuk

mengembangkan organisasi, setiap organisasi harus selalu berupaya untuk meningkatkan
kinerjanya. Begitu juga untuk organisasi penelitian.
Kinerja organisasi penelitian harus sesuai dengan visi, strategi dan tujuan organisasi
(Jyoti, 2006). Organisasi harus mengidentifikasi faktor eksternal maupun internal yang dapat
berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap capaian kinerja organisasi
(Tripathy, 2012). Kinerja organisasi penelitian harus dikomunikasikan kepada seluruh anggota
organisasi, sehingga semua anggota dapat bekerja dan berfokus pada usaha peningkatan
kinerja organisasi secara berkelanjutan (Jyoti, 2006). Peningkatan kinerja pada organisasi
penelitian berfungsi untuk mengetahui posisi aktual organisasi dan untuk mengidentifikasi gap
dengan organisasi sejenis lainnya (Jyoti, 2006). Setelah gap teridentifikasi, organisasi dapat
menentukan upaya-upaya apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kinerja organisasi
sebagai upaya untuk mengeliminasi gap (Jyoti, 2006). Upaya peningkatan kinerja pada
organisasi penelitian ini perlu dilakukan agar organisasi dapat bersaing dengan organisasiorganisasi penelitian lainnya dalam melakukan tugas utama organisasi yaitu penelitian.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja organisasi penelitian
adalah penerapan ISO 9001. ISO 9001 merupakan standar internasional terkait sistem
manajemen mutu yang telah banyak diterapkan oleh berbagai organisasi di seluruh dunia.
Karena persyaratan ISO 9001 yang bersifat generik (ISO, 2008), ISO 9001 dapat diterapkan
pada semua jenis organisasi, baik organisasi dalam skala besar maupun kecil (Walker et al,
2009). Berdasarkan hal tersebut, ISO 9001 juga dapat dilakukan pada organisasi penelitian.
Dalam implementasi ISO 9001, salah satu persyaratan yang terdapat dalam ISO 9001

dan harus dipenuhi oleh organisasi adalah penentuan sasaran mutu (ISO, 2008). Sasaran mutu
merupakan tujuan atau target yang ingin dicapai terkait dengan mutu (ISO, 2005). Persyaratan
terkait penentuan sasaran mutu merupakan persyaratan yang penting dalam penerapan ISO
9001 (Hoyle, 2009). Tanpa adanya sasaran mutu, tidak akan ada perbaikan dalam proses bisnis
organisasi dan organisasi tidak akan tahu posisi kinerja organisasi saat ini (Hoyle, 2001).
Standar ISO 9001 mengarahkan apa saja yang harus dilakukan oleh organisasi tetapi
membebaskan organisasi terkait cara-cara apa yang harus dilakukan (Hoyle, 2009). Begitu juga
persyaratan yang terkait dengan penentuan sasaran mutu. Persyaratan ISO 9001 terkait sasaran
mutu hanya menyebutkan bahwa organisasi harus membuat sasaran mutu tetapi tidak
menunjukkan kerangka sasaran mutu yang tepat yang sesuai dengan karakteristik organisasi
(Magd, 2003). Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan suatu upaya perumusan terhadap
kerangka sasaran mutu pada organisasi penelitian yang sesuai dengan karakteristik organisasi.
Secara lebih spesifik, Pusat Penelitian X merupakan organisasi penelitian pemerintah di
bawah Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK). Pada Pusat Penelitian X terdapat
beberapa Kelompok Penelitian dimana pada setiap Kelompok penelitian terdiri dari sekumpulan
peneliti dengan bidang kepakaran Ilmu Pengetahuan yang saling berkaitan. Kelompok penelitian
ini bersifat fungsional dan langsung bertanggung jawab kepada Kepala Pusat. Lebih lanjut,
kelompok penelitian ini dapat disebut sebagai penggerak utama Pusat Penelitian, dimana hasil
penelitian merupakan indikator kinerja utama Pusat Penelitian. Mengingat pentingnya peran
kelompok penelitian dalam menentukan kinerja Pusat Penelitian, kinerja dari peneliti dan

kelompok penelitian secara spesifik harus mendapat perhatian lebih. Berdasarkan hal tersebut,
perumusan kerangka sasaran mutu dalam rangka penerapan ISO 9001 pada organisasi
120

Prosiding PPI Standardisasi 2015 – Jakarta, 10 November 2015

penelitian harus spesifik terhadap peneliti dan kelompok penelitian. Disamping itu, pembuatan
sasaran mutu harus spesifik tidak hanya pada lingkup organisasi tapi pada sub-sub organisasi
di dalamnya (Hoyle, 2001).
1.2

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan kerangka sasaran mutu peneliti dan
kerangka sasaran mutu Kelompok Penelitian. Kerangka sasaran mutu hasil dari penelitian ini
dapat digunakan sebagai referensi bagi organisasi penelitian lainnya dalam menentukan sasaran
mutu bagi peneliti dan kelompok penelitian dalam proses penerapan ISO 9001 dalam
organisasinya.
2.


TINJAUAN PUSTAKA

2.1

ISO 9001

ISO 9001 merupakan standar internasional terkait sistem manajemen mutu (ISO, 2008). ISO
9001 mulai diperkenalkan pada tahun 1987 dan telah mengalami revisi sebanyak 3 kali, yaitu
pada tahun 1994, 2000, dan 2008 (Rusjan, 2010). Diantara beberapa revisi tersebut, revisi pada
tahun 2000 adalah yang paling signifikan (Rusjan, 2010).
ISO 9001 terdiri dari satu set persyaratan yang harus dipenuhi oleh organisasi dalam
upaya penerapan ISO 9001 dan untuk mendapatkan sertifikat (Su et al, 2015, Hoyle, 2009). Jika
persyaratan-persyaratan tersebut dipenuhi akan membentuk sebuah sistem manajemen yang
mampu memberikan produk serta service yang memuaskan bagi customer (Hoyle, 2009). Selain
itu, pemenuhan terhadap standar ISO 9001 dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistem
manajemen mutu organisasi (Walker, 2009).
Persyaratan yang terdapat pada ISO 9001 tersebut bersifat generik (ISO, 2008). Hal
tersebut memungkinkan ISO 9001 dapat diaplikasikan oleh bebagai organisasi, dari organisasi
yang besar hingga kecil, organisasi swasta dan pemerintah, perusahaan manufaktur ataupun
jasa (Walker et al, 2009). Standar dalam ISO 9001 memungkinkan suatu organisasi untuk

menyelaraskan dan mengintegrasikan sistem manajemen mutu dengan persyaratan sistem
manajemen terkait (ISO 2008). Dalam hal ini, dapat diartikan bahwa sistem manajemen mutu
ISO 9001 dapat disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang
berpengaruh terhadap proses bisnis organisasi.
Standar ISO 9001 menekankan pentingnya adopsi pendekatan proses dalam
pengembangan, implementasi dan peningkatan efektivitas sistem manajemen mutu (ISO, 2008).
Agar sebuah penerapan ISO 9001 berfungsi secara efektif, organisasi harus menetapkan dan
mengelola sejumlah kegiatan yang saling berhubungan (ISO, 2008). Kegiatan yang dimaksud
adalah kegiatan yang menggunakan sumber daya dan memungkinkan terjadinya proses
transformasi dari input menjadi output (ISO, 2008). Disamping itu, ISO 9001 tidak hanya
berperan dalam proses internal tetapi juga eksternal organisasi, yaitu proses yang berhubungan
dengan supplier dan customer (Singh, 2011).
2.2

Sasaran Mutu

Sasaran mutu merupakan tujuan atau target yang ingin dicapai organisasi terkait dengan mutu
(ISO, 2005). Sasaran mutu terdiri dari 2 kelas, yang pertama adalah sasaran mutu yang
mengontrol kualitas atau mempertahankan kinerja organisasi dan yang kedua adalah sasaran
mutu yang meningkatkan kualitas (Hoyle, 2001). Dalam upaya mempertahankan kinerja dan

posisi organisasi dalam pasar, organisasi harus melakukan perubahan serta peningkatan proses
bisnis organisasi secara berkelanjutan (Hoyle, 2001).

121

Prosiding PPI Standardisasi 2015 – Jakarta, 10 November 2015

Standar ISO 9001 terkait sasaran mutu terdapat pada klausul 5.4.1. Standar tersebut
menyatakan bahwa sasaran mutu organisasi harus terukur dan konsisten terhadap kebijakan
mutu organisasi (ISO, 2008). Sasaran mutu dapat dikatakan terukur jika dapat ditentukan
apakah sasaran mutu yang ditentukan tercapai atau tidak (Hoyle, 2001).
Ada beberapa kriteria yang dapat menguji kesesuaian sasaran mutu yang ditetapkan
apakah sudah sesuai dengan persyaratan standar ISO 9001 yaitu, Specific, Measurable,
Achievable, Realistic dan Timely (SMART) (Hoyle, 2001). Spesifik diartikan bahwa sasaran
harus jelas dan spesifik yang dikembangkan berdasarkan misi dan relevan terhadap proses dan
tugas yang terapkan. Measurable atau terukur diartikan bahwa sasaran mutu merupakan aksi
yang dapat diukur. Achievable atau dapat dicapai diartikan bahwa sasaran mutu merupakan
sesuatu yang dapat dicapai atau memungkinkan untuk dicapai dengan menggunakan sumber
daya yang tersedia. Realistic diartikan bahwa sasaran mutu realistis dengan keadaan organisasi
dan beban kerja organisasi. Timely diartikan bahwa dalam menentukan sasaran mutu harus

ditetetapkan range waktunya, kapan waktu mulai dan kapan waktu selesai dimana pencapaian
harus diukur apakah dapat mencapai target atau sasaran mutu yang telah ditetapkan atau tidak.
3.

METODE PENELITIAN

3.1

Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1. Berdasarkan gambar tersebut,
kerangka sasaran mutu peneliti dan kelompok penelitian pada penelitian ini mencakup 3 hal,
yaitu perspektif, sasaran, dan indikator pada setiap sasaran mutu. Kerangka sasaran mutu
dibangun berdasarkan 4 pertimbangan yaitu SIPOC (Supplier, Input, Process, Output, Customer)
kelompok penelitian, Arsitektur dan Informasi Kinerja (ADIK) lembaga pemerintahan, praktekpraktek pengukuran kinerja, dan persyaratan ISO 9001. SIPOC menggambarkan alur proses
bisnis kelompok penelitian. Dengan mengetahui alur proses bisnis, maka faktor kritis di setiap
tahap dapat diketahui sehingga sasaran mutu dari faktor kritis tersebut dapat ditetapkan untuk
mendukung kelancaran tahap selanjutnya. Pertimbangan kedua yaitu Arsitektur dan Informasi
Kinerja (ADIK) lembaga pemerintahan yang menjelaskan tentang kriteria serta mekanisme
penyusunan informasi kinerja lembaga pemerintahan dalam rangka penyusunan Rencana Kerja

dan Anggaran Kementerian Negara/ Lembaga (RKA-K/L). Dalam menyusun kerangka sasaran
mutu, ADIK dipertimbangkan agar semua komponen kinerja kelompok penelitian tercakup dalam
sasaran mutu yang disusun nantinya. Selain itu, pemakaian kerangka kerja ADIK dalam
menentukan sasaran mutu akan memudahkan penyusunan informasi kinerja kelompok
penelitian yang harus disampaikan kepada pemerintah. Selanjutnya, pertimbangan yang ketiga
adalah praktek-praktek pengukuran kinerja yang baik. Hal ini dilakukan sebagai proses
benchmarking. Tujuannya, mengetahui elemen-elemen penting dalam mengukur kinerja
organisasi. Praktek pengukuran kinerja yang baik diidentifikasi melalui studi literatur. Terakhir,
persyaratan ISO 9001 mutlak dipertimbangkan karena merupakan persyaratan utama dalam
menerapkan sistem manajemen mutu.

122

Prosiding PPI Standardisasi 2015 – Jakarta, 10 November 2015

Analisis SIPOC
Kelompok
Penelitian

Arsitektur dan

Informasi Kinerja
Lembaga
Pemerintahan

Identifikasi Praktekpraktek
Pengukuran
Kinerja

Persyaratan
ISO 9001

KERANGKA SASARAN MUTU
(PERSPEKTIF, SASARAN, INDIKATOR)
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian
3.2

Tahapan Penelitian

Tahapan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2. Tahap pertama adalah analisis
terhadap persyaratan ISO 9001. Persyaratan ISO 9001 terkait sasaran mutu terdapat pada
klausul 5.4.1. Dalam klausul tersebut disebutkan bahwa sasaran mutu harus dapat diukur dan
konsisten terhadap kebijakan mutu. Tahap kedua adalah analisis terhadap SIPOC Kelompok
Penelitian. Analisis ini dilakukan untuk memahami alur proses bisnis Kelompok Penelitian. Tahap
ketiga adalah analisis arsitektur dan informasi kinerja lembaga pemerintahan. Tahap ini
dilakukan untuk memahami arsitektur kinerja lembaga pemerintahan yang digunakan dalam
sistem penganggaran berbasis pada kinerja (performance-based budgeting) yang diterapkan
oleh pemerintah dalam proses penyusunan RKA-K/L. Tahap keempat adalah analisis terhadap
praktek-praktek pengukuran kinerja. Tahap ini dilakukan dengan studi literatur terhadap hasil
penelitian terkait pengukuran kinerja untuk mengidentifikasi praktek-praktek pengukuran kinerja
organisasi yang baik. Tahap kelima adalah formulasi perspektif sasaran mutu. Tahap ini
dilakukan untuk mengidentifikasi elemen-elemen penting terkait peneliti dan kelompok penelitian
yang harus diperhatikan. Langkah yang terakhir adalah formulasi sasaran mutu dan
indikatornya. Setelah dilakukan penentuan perspektif sasaran mutu, kemudian langkah
selanjutnya adalah perumusan kerangka sasaran mutu peneliti dan kelompok penelitian
berdasar pada perspektif yang telah ditentukan. Kerangka ini terdiri atas perspektif, sasaran dan
indikator sasaran mutu.
3.3

Pengumpulan data penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian desk study. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder yang terdiri dari rodmap Kelompok Penelitian, pedoman penataan Arsitektur dan
Informasi Kinerja (ADIK) dalam RKA-K/L, dan juga literatur-literatur terkait.

123

Prosiding PPI Standardisasi 2015 – Jakarta, 10 November 2015

Analisis persyaratan ISO 9001

Analisis SIPOC Kelompok
Penelitian

Analisis Arsitektur Kinerja
Lembaga Pemerintahan

Analisis Praktek-praktek
pengukuran kinerja
(Studi Literatur)

Formulasi Perspektif Sasaran
Mutu
Formulasi Sasaran mutu dan
Indikatornya
Gambar 2 Tahapan Penelitian
4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Analisis SIPOC Kelompok Penelitian

Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap SIPOC (Supplier, Input, Proses, Output, dan
Customer) Kelompok Penelitian. Analisis terhadap SIPOC dilakukan untuk memberikan
pemahaman terhadap nature of business organisasi (Sumaedi dan Yarmen, 2014). Diagram
SIPOC Kelompok Penelitian dapat dilihat pada gambar 3. Pada gambar tersebut diperlihatkan
bahwa supplier Kelompok Penelitian terdiri dari beberapa pihak yaitu pemerintah, penyandang
dana penelitian dan juga organisasi dimana kelompok penelitian bernaung. Penyandang dana
penelitian dapat berasal dari pemerintah ataupun pihak lain yang berkepentingan melakukan
penelitian dengan menggunakan jasa penelitian dari kelompok penelitian terkait. Pada aspek
input, input proses kegiatan pada kelompok penelitian terdiri dari beberapa elemen, antara lain
sumber daya manusia, anggaran dana penelitian dan juga fasilitas yang mendukung
terselenggaranya kegiatan. Pada aspek proses, proses utama yang dilakukan oleh kelompok
penelitian adalah kegiatan penelitian terkait bidang ilmu pengetahuan kelompok penelitian.
Kegiatan penelitian ini dapat dilakukan secara kelompok (tim) atau secara individu peneliti
anggota kelompok penelitian. Pada aspek output, output utama dari kegiatan yang dilakukan
oleh kelompok penelitian adalah terciptanya hasil penelitian yang unggul dan sesuai dengan
keinginan customer. Customer kelompok penelitian terdiri dari beberapa pihak antara lain
komunitas ilmiah, pemerintah, penyandang dana dan organisasi dimana kelompok penelitian
bernaung.

124

Prosiding PPI Standardisasi 2015 – Jakarta, 10 November 2015

Supplier

Input

Proses

Output

Customer

(Pemerintah,
Penyandang
dana,
Organisasi)

(SDM,
Anggaran,
Fasilitas)

(Penelitian
Ilmu
Pengetahuan)

(Hasil penelitian
yang sesuai
dengan keinginan
Customer)

(Penyandang
dana, komunitas
ilmiah,
organisasi)

Gambar 3 Analisis SIPOC kelompok penelitian
4.2

Analisis Arsitektur dan Informasi Kinerja Lembaga Pemerintahan

Arsitektur dan Informasi Kinerja (ADIK) lembaga pemerintahan dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar tersebut menjelaskan hubungan antarkomponen kinerja. “Suatu outcome akan dicapai
apabila telah tersedia atau diproduksi output yang diperlukan. Untuk menghasilkan suatu output
diperlukan serangkaian aktivitas dimana dalam melaksanakan berbagai aktivitas dimaksud
diperlukan berbagai sumber daya (input)” (Kementerian Keuangan, 2014).

Gambar 4 Arsitektur kinerja lembaga pemerintahan
(Sumber: Kementerian Keuangan, 2014)
Komponen yang pertama adalah outcome. Outcome merupakan keadaan yang ingin
dicapai atau dipertahankan pada penerima manfaat dalam periode waktu tertentu. Penentuan
target outcome harus dilihat dalam perspektif eksternal yaitu customer atau target group
(Kementerian keuangan, 2014). Kompenen kedua adalah output. Output merupakan produk
akhir yang dihasilkan dari serangkaian proses yang diperuntukkan bagi customer atau target
group agar outcome dapat terwujud. Kriteria output yang baik adalah output digunakan untuk
eksternal yaitu customer atau target group, mencerminkan kepentingan dan prioritas customer
atau target group, dan terukur. Komponen ketiga adalah aktivitas/proses. Aktivitas merupakan
berbagai proses yang diperlukan untuk menghasilkan output. Komponen keempat adalah
input. Input merupakan sumber daya yang dibutuhkan dalam aktivitas atau proses organisasi
dalam menghasilkan output. Berdasarkan hal tersebut, perumusan terhadap sasaran mutu
peneliti dan Kelompok Penelitian harus sesuai dengan ADIK. Dimulai dengan penetapan sasaran
mutu terhadap outcome yang ingin dicapai, kemudian penetapan sasaran mutu terhadap output,
kemudian penetapan sasaran mutu terhadap proses/aktivitas dan yang terakhir sasaran mutu
terhadap input kegiatan.

125

Prosiding PPI Standardisasi 2015 – Jakarta, 10 November 2015

4.3

Analisis Praktek-Praktek Pengukuran Kinerja (Studi Literatur)

Analisis terhadap praktek-praktek pengukuran kinerja dilakukan untuk mengidentifikasi elemenelemen penting digunakan untuk mengukur kinerja organisasi. Analisis ini dilakukan dengan
studi literatur terhadap penelitian-penelitian terkait pengukuran kinerja organisasi. Elemenelemen pengukuran kinerja hasil identifikasi tersebut kemudian akan digunakan dalam
pengukuran kinerja Kelompok Penelitian.
Dalam penelitian ini, elemen-elemen pengukuran kinerja diadaptasi dari 4 perspektif
balanced scorecard. Perspektif tersebut kemudian digunakan sebagai perspektif pengukuran
kinerja Kelompok Penelitian. Pemilihan 4 perspektif balanced scorecard didasari oleh beberapa
alasan, diantaranya balanced scorecard merupakan kerangka kerja pengukuran kinerja yang
paling banyak digunakan (Tung, 2011, Niven, 2008), perspektif balanced scorecard mencakup
aspek finansial dan non finansial (Tung, 2011), dan balanced scorecard telah banyak digunakan
dan berhasil meningkatkan kinerja perusahaan (Niven, 2008).
Empat perspektif balanced scorecard tersebut terdiri atas perspektif financial, customer,
proses bisnis internal dan pertumbuhan dan pembelajaran. Perspektif yang pertama adalah
perspektif financial. Perspektif financial mengidentifikasi bagaimana organisasi dapat dilihat oleh
penyandang dana (Kaplan, 2000). Karena organisasi penelitian yang berada di bawah
pemerintah bukan merupakan organisasi yang berorientasi pada profit, maka perspektif yang
lebih tepat digunakan adalah perspektif value. Perspektif value mengidentifikasi nilai-nilai yang
didapatkan dari hasil kegiatan penelitian organisasi penelitian. Perspektif yang kedua adalah
perspektif customer. Output penelitian pada umumnya dapat berupa pengetahuan baru, produk,
proses dan teknologi atau dalam bentuk solusi terhadap permasalahan tertentu (Jyoti, 2006).
Customer organisasi penelitian dapat berasal dari internal (organisasi induk) dan eksternal
(masyarakat dan komunitas) (Jyoti, 2006). Perspektif yang ketiga adalah perspektif proses bisnis
internal. Proses bisnis internal menggambarkan proses bisnis organisasi yang diterapkan
sebagai upaya meningkatkan kepuasan customer dan penyandang dana (Jyoti, 2006).
Perspektif yang terakhir adalah perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Dalam organisasi
penelitian, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran merupakan perspektif yang paling penting
(Jyoti, 2006). Pertumbuhan dan pembelajaran mengidentifikasi kompetensi sumber daya dan
membandingkannya dengan standar kompetensi yang seharusnya dimiliki oleh sumber daya.
4.4

Formulasi Perspektif Sasaran Mutu

Setelah dilakukan analisis terhadap SIPOC Kelompok Penelitian, analisis terhadap Arsitektur
dan Informasi Kinerja Kelompok Penelitian dan Analisis terhadap praktek-praktek pengukuran
kinerja, kemudian langkah selanjutnya adalah perumusan perspektif sasaran mutu peneliti dan
kelompok penelitian. Gambar 5 menunjukkan perspektif yang harus diperhatikan dalam
perumusan sasaran mutu peneliti dan kelompok penelitian.

126

Prosiding PPI Standardisasi 2015 – Jakarta, 10 November 2015

Perspektif Value
(Elemen outcome)

Perspektif Customer
Stakeholder (Elemen
Output)

Sasaran Mutu
Peneliti dan
Kelompok Penelitian

Perspektif
pertumbuhan dan
pembelajaran (Elemen
Input)

Perspektif Proses
Bisnis internal
(Elemen Process)

Gambar 5 Perspektif sasaran mutu peneliti dan kelompok penelitian
Perspektif yang pertama adalah perspektif value. Perspektif value digunakan untuk
merumuskan sasaran mutu terkait komponen outcome. Perspektif tersebut mengarahkan peneliti
dan kelompok penelitian pada kemampuan meningkatkan nilai-nilai yang didapatkan yang
mencerminkan outcome dari kegiatan penelitian yang dilakukan. Perspektif yang kedua adalah
customer. Perspektif ini digunakan dalam perumusan sasaran mutu terkait komponen output.
Perspektif ini mengarahkan peneliti dan kelompok penelitian pada kemampuan meningkatkan
output penelitian yang unggul dimata customer dan sesuai dengan kebutuhan customer.
Perspektif yang ketiga adalah perspektif proses bisnis internal. Perspektif ini digunakan untuk
merumuskan sasaran mutu terkait komponen proses/aktivitas. Perspektif ini mengarahkan
peneliti dan kelompok penelitian pada kemampuan meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses
penelitian. Perspektif yang keempat adalah perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.
Perspektif ini digunakan dalam perumusan sasaran mutu terkait komponen input. Perspektif ini
mengarahkan peneliti dan kelompok penelitian dalam kemampuan meningkatkan kualitas SDM.
4.5

Formulasi Kerangka Sasaran dan Indikator Sasaran Mutu

Berdasakan perspektif yang telah diidentifikasi kemudian dilakukan formulasi sasaran mutu dan
indikator pada setiap sasaran. Hasil identifikasi terhadap sasaran mutu dan indikatornya pada
peneliti dan kelompok penelitian dapat dilihat pada tabel 1 dan 2.
Tabel 1 Kerangka sasaran mutu kelompok penelitian
Perspektif

Sasaran Mutu

Indikator

Ukuran

Value

Peningkatan H Indeks
Kelompok penelitian

H indeks kelompok penelitian

Indeks

Customer

Peningkatan KTI pada
media publikasi ilmiah
yang diakui oleh
komunitas ilmiah
internasional

Persentase KTI yang terbit dalam
jurnal internasional terindeks
scopus / Jumlah KTI yang
dihasilkan

%

Persentase KTI yang terbit dalam
jurnal internasional terindeks
global / Jumlah KTI yang

%

127

Prosiding PPI Standardisasi 2015 – Jakarta, 10 November 2015

Perspektif

Sasaran Mutu

Indikator

Ukuran

dihasilkan

Proses Bisnis
Internal

Pertumbuhan dan
Pembelajaran

Pemenuhan terhadap KTI
hasil penelitian yang
dijanjikan

Persentase KTI yang dihasilkan/
Jumlah KTI yang dijanjikan

%

Peningkatan kapabilitas
proses penelitian

Jumlah KTI yang dihasilkan /
Jumlah penelitian

Rasio

Penurunan waktu
penerimaan KTI yang
disubmit pada jurnal
terindeks scopus

Waktu accepted KTI pada jurnal
terindeks scopus

Bulan

Peningkatan efektifitas
waktu penelitian

Waktu penelitian dari persiapan
s/d pengambilan data

Bulan

Peningkatan kompetensi
SDM

Rata-rata gap antara standar
kompetensi SDM dengan
kompetensi SDM personel Keltian

Level

Peningkatan kemampuan
penyerapan anggaran per
penelitian

Rata-rata penyerapan anggaran
per penelitian

%

Tabel 2 Kerangka Sasaran Mutu Peneliti
Perspektif

Sasaran Mutu

Indikator

Ukuran

Value

Peningkatan H Indeks
peneliti

H indeks peneliti

Indeks

Customer

Peningkatan KTI pada
media publikasi ilmiah
yang diakui oleh komunitas
ilmiah internasional

Persentase KTI yang terbit dalam
jurnal internasional terindeks
scopus / Jumlah KTI yang
dihasilkan

%

Persentase KTI yang terbit dalam
jurnal internasional terindeks
global / Jumlah KTI yang
dihasilkan

%

Pemenuhan terhadap KTI
yang dijanjikan sebagai
komitmen individu

Persentase KTI yang dihasilkan/
Jumlah KTI yang dijanjikan

%

Penurunan waktu
penerimaan KTI yang
disubmit pada jurnal
terindeks scopus

Waktu accepted KTI pada jurnal
terindeks scopus

Bulan

Peningkatan kemampuan
penulisan paper

Rata-rata waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan paper

Bulan

Peningkatan kompetensi
SDM

Gap antara standar kompetensi
SDM dengan kompetensi SDM

Level

Proses Bisnis
Internal

Pertumbuhan dan
Pembelajaran

128

Prosiding PPI Standardisasi 2015 – Jakarta, 10 November 2015

4.6

Pembahasan

Penelitian ini berusaha mengajukan rumusan kerangka sasaran mutu pada peneliti dan
Kelompok Penelitian. Kerangka ini dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti dan Kelompok
Penelitian dalam menetapkan sasaran mutu dalam penerapan ISO 9001. Kerangka sasaran
mutu ini terdiri dari 4 perspektif yang meliputi perspektif value, customer, proses bisnis internal
dan pertumbuhan dan pembelajaran.
Perspektif pertama pada rumusan kerangka sasaran mutu Kelompok Penelitian adalah
perspektif value. Perspektif ini digunakan untuk merumuskan sasaran mutu pada komponen
outcome kegiatan penelitian. Berdasarkan perspektif ini, sasaran mutu Kelompok Penelitian
terdiri dari satu sasaran dan satu indikator. Sasarannya adalah peningkatan h-indeks kelompok
penelitian dengan indikator sasarannya adalah h-indeks yang dicapai oleh Kelompok Penelitian.
H-indeks merupakan indikator yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja peneliti (Altman,
2009). Parameter input dari h-indeks adalah jumlah paper yang dipublikasikan pada jurnal
terindeks global dan jumlah sitasi terhadap paper tersebut (Altman, 2009). Seorang peneliti akan
mendapatkan h-indeks jika peneliti telah mempublikasikan sebanyak h paper dan pada masingmasing paper telah disitasi oleh paper lain sebanyak h kali (Altman, 2009).
Perspektif yang kedua adalah perspektif customer. Perspektif ini digunakan untuk
merumuskan sasaran mutu terkait output penelitian. Dimana berdasarkan analisis terhadap
SIPOC Kelompok Penelitian, output yang dihasilkan pada penelitian harus sesuai dengan
keinginan customer. Pada perspektif customer, sasaran mutu Kelompok Penelitian terdiri dari 2
sasaran dan 3 indikator sasaran. Sasaran yang pertama adalah peningkatan KTI pada media
publikasi ilmiah yang diakui oleh komunitas ilmiah internasional. Pada sasaran ini terdapat 2
indikator. Indikator yang pertama adalah persentase KTI yang terbit dalam jurnal internasional
terindeks scopus terhadap jumlah KTI yang dihasilkan. Sedangkan indikator yang kedua adalah
prosentase KTI yang terbit dalam jurnal internasional terindeks global dibandingkan dengan
jumlah KTI yang dihasilkan. Sasaran yang kedua adalah pemenuhan terhadap KTI hasil
penelitian yang dijanjikan. Sasaran ini merupakan komitmen Kelompok Penelitian terhadap
pemenuhan terhadap apa yang dijanjikan. Pada proses pengajuan kegiatan penelitian,
Kelompok Penelitian memberikan janji kepada organisasi dimana Kelompok Penelitian bernaung
terkait output dari kegiatan penelitian yang dilakukan. Janji tersebut terkait dengan jumlah
publikasi KTI hasil penelitan. Indikator dari sasaran mutu ini adalah persentase KTI yang
dihasilkan terhadap jumlah KTI yang dijanjikan.
Perspektif yang ketiga adalah perspektif proses bisnis internal. Perspektif ini digunakan
untuk merumuskan sasaran mutu terkait aktivitas kegiatan penelitian. Pada perspektif ini,
sasaran mutu Kelompok Penelitian terdiri dari 3 sasaran mutu dengan masing-masing satu
indikator. Sasaran yang pertama adalah peningkatan kapabilitas proses penelitian, dengan
indikator sasarannya adalah jumlah KTI yang dihasilkan dibandingkan dengan jumlah penelitian.
Sasaran ini mengarahkan Kelompok Penelitian pada kapabilitas untuk meningkatkan produksi
KTI yang dihasilkan pada setiap penelitian. Sasaran yang kedua adalah penurunan waktu
penerimaan KTI yang disubmit pada jurnal terindeks scopus dengan indikatornya adalah waktu
accepted KTI pada jurnal terindeks scopus dari submit sampai dengan dinyatakan diterima.
Sasaran ini mengarahkan Kelompok Penelitian untuk meningkatkan kualitas KTI dimana
semakin sedikit waktu accepted semakin berkualitas KTI karena semakin sedikit proses revisi
yang dilakukan. Sasaran yang ketiga adalah peningkatan Efektifitas waktu penelitian dengan
indikatornya adalah waktu penelitian dari persiapan sampai dengan pengambilan data. Semakin
sedikit waktu yang digunakan untuk penelitian semakin efektif kegiatan penelitian.
Perspektif yang keempat adalah perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Perspektif
ini digunakan untuk merumuskan sasaran mutu terkait input penelitian. Pada perspektif ini
sasaran mutu Kelompok Penelitian terdiri dari 2 sasaran dengan masing-masing satu indikator.
Sasaran yang pertama adalah peningkatan kompetensi SDM anggota Kelompok Penelitian
dengan indikator sasarannya adalah rata-rata gap antara standar kompetensi SDM yang harus

129

Prosiding PPI Standardisasi 2015 – Jakarta, 10 November 2015

dimiliki dengan kompetensi SDM personel Kelompok Penelitian. Sasaran yang kedua adalah
Peningkatan kemampuan penyerapan anggaran per penelitian, dengan indikatornya adalah
Rata-rata penyerapan anggaran per penelitian.
Pada peneliti, sasaran mutu berdasarkan perspektif value sama seperti sasaran mutu
untuk Kelompok Penelitian yaitu peningkatan h-indeks dengan indikator sasarannya adalah hindeks yang dicapai oleh setiap peneliti. Capaian h-indeks pada setiap peneliti anggota
Kelompok Penelitian akan membentuk h-indeks Kelompok Penelitian.
Sasaran mutu peneliti berdasarkan perspektif customer terdiri dari 2 sasaran dengan 3
indikator sasaran. Sasaran yang pertama adalah peningkatan KTI pada media publikasi ilmiah
yang diakui oleh komunitas ilmiah internasional dengan indikator sasarannya adalah prosentase
KTI yang terbit dalam jurnal internasional terindeks scopus terhadap jumlah KTI yang dihasilkan
dan prosentase KTI yang terbit dalam jurnal internasional terindeks global dibandingkan dengan
jumlah KTI yang dihasilkan. Sasaran yang kedua adalah pemenuhan terhadap KTI yang
dijanjikan sebagai komitmen individu dengan indikatornya adalah persentase KTI yang
dihasilkan dibandingkan dengan jumlah KTI yang dijanjikan oleh individu peneliti.
Sasaran mutu peneliti berdasarkan perspektif proses bisnis internal terdiri dari 2 sasaran
dengan masing-masing satu indikator sasaran. Sasaran yang pertama adalah penurunan waktu
penerimaan KTI yang dikirimkan pada jurnal terindeks scopus dengan indikatornya adalah waktu
accepted KTI pada jurnal terindeks scopus dari submit sampai dengan dinyatakan diterima.
Sasaran yang kedua adalah peningkatan kemampuan penulisan paper peneliti dengan
indikatornya adalah rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan paper.
Sasaran mutu peneliti berdasarkan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran terdiri dari
satu sasaran dengan satu indikator sasaran, yaitu peningkatan kompetensi SDM dengan
indikatornya adalah gap antara standar kompetensi SDM dengan kompetensi SDM.

5.

KESIMPULAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan kerangka sasaran mutu peneliti dan
kerangka sasaran mutu Kelompok Penelitian yang dapat digunakan sebagai referensi bagi
organisasi penelitian lainnya dalam menentukan sasaran mutu bagi peneliti dan kelompok
penelitian dalam proses penerapan ISO 9001. Berdasarkan hal tersebut, penulis telah
mengembangkan kerangka sasaran mutu peneliti dan kelompok penelitian. Kerangka sasaran
mutu dikembangkan berdasarkan pertimbangan terhadap SIPOC kelompok penelitian, Arsitektur
dan Informasi Kinerja (ADIK) lembaga pemerintahan, Balanced Scorecard, dan ISO 9001.
Kerangka sasaran mutu peneliti dan kelompok penelitian terdiri dari 4 perspektif yaitu perspektif
value, customer, proses bisnis internal dan pertumbuhan dan pembelajaran. Sasaran mutu untuk
kelompok penelitian terdiri dari 8 sasaran dan 9 indikator sasaran. Sedangkan untuk peneliti,
sasaran mutu terdiri dari 6 sasaran dan 7 indikator sasaran.

6.

DAFTAR PUSTAKA

Altmann, J. Abbasi, A. dan Hwang, J., 2009, Evaluating the productivity of researchers and their
communities: the RP-index and the CP-index, International Journal of Computer and
Applications, Vol. 6 No. 2, Hal. 104-118.
Gavrea, C., Ilies, L., and Stegerean, R., 2011, Determinants of Organizational Performance: The
Case of Romania, Management & Marketing Challenges for the Knowledge Society, Vol.
6, No. 2, pp. 285-300.
Hoyle, D., 2001, ISO 9000 Quality Systems Handbook, Fourth Edition, Butterworth-Heinemann.

130

Prosiding PPI Standardisasi 2015 – Jakarta, 10 November 2015

Hoyle, D., 2009, ISO 9000 Quality Systems Handbook, Sixth Edition, Butterworth-Heinemann.
ISO, 2005, ISO 9000:2005 Quality Management systems: Fundamentals and Vocabulary,
Genewa
ISO, 2008, ISO 9000 Introduction and Support Package: Guidance on the Concept and Use of
the Process Approach for management systems.
Jyoti, Banwet, D.K., and Deshmukh, S. G., 2006, Balanced Scorecard for performance
evaluation of R&D organization: A conceptual model, Journal of scientific & industrial
reseaarch, Vol. 65, pp. 879-886.
Kaplan, R.S., and Norton, D.P., 1996, Strategic learning & the balanced scorecard, Strategy &
Leadership, Vol. 24, pp. 18 - 24
Kemenkeu, 2014, Pedoman Penataan Arsitektur Dan Informasi Kinerja Dalam Rencana Kerja
Dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, Kementerian Keuangan, Jakarta.
Magd, H., Kadasah, N., and Curry, A., 2003, ISO 9000 implementation: a study of manufacturing
companies in Saudi Arabia, Managerial Auditing Journal, Vol. 18, pp.313 – 322.
Niven, P.R., 2008, Balanced Scorecard Step by step for government and non profit agencies,
second esition, John Wiley & Sons, Inc.
Rusjan, B., and Castka, P., 2010, Understanding iso’s 9001 Benefits and Research through an
Operations Strategy Framework, Managing Global Transitions, Vol.8 (1), Hal.97–118.
Singh, P. J., Power, D., and Chuong, S. C., 2011, A resource dependence theory perspective of
ISO 9000 in managing organizational environment, Journal of Operations Management,
Vol.29, pp.49–64.
Su, H.D., Dhanorkar, S., and Linderman, K., 2015, A competitive advantage from the
implementation timing of ISO management standards, Journal of Operations
Management , vol.37 pp. 31–44.
Sumaedi, S., dan Yarmen, M., 2014, Pengembangan Kerangka Kerja (Framework) Bagi
Penyusunan Sasaran Mutu Puskesmas Dalam Rangka Penerapan ISO 9001, Prosiding
of 9th Annual Meeting on Testing and Quality.
Tripathy, S., Sahu, S., and Ray, P. K, 2012, Interpretive structural modelling for critical success
factors of R&D performance in Indian manufacturing firms, Journal of Modelling in
Management Vol. 8 No. 2, pp. 212-240.
Tung, A., Baird, K., And Schoch, H.P., 2011, Factors influencing the effectiveness of performance
measurement systems, International Journal of Operations & Production Management,
Vol, 31 No.12, pp. 1287–1310.
Walker, R.H., and Johnson, L.W., 2009, Signaling intrinsic service quality and value via
accreditation and certification, Managing Service Quality: An International Journal, Vol.
19, pp. 85 – 105.

131

Dokumen yang terkait

PERENCANAAN STRATEGI UNTUK PERSIAPAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001:2000) (Study Kasus PT Jati Mas Indonesia Singosari-Malang)

1 53 2

PENGARUH KADAR CMC-Na TERHADAP MUTU FISIK TABLET HISAP EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza. Roxb) DENGAN BASIS MANITOL

3 39 24

PENGARUH BAHAN PENGIKAT PVP K-30 TERHADAP MUTU FISIK TABLET EFFERVESCENT EKSTRAK TEH HIJAU (Camellia sinensis L.)

2 48 22

APLIKASI BIOTEKNOLOGI BAKTERI FOTOSINTETIK DALAM MENINGKATKAN MUTU GIZI BIJI KEDELAI

4 68 14

EVALUASI MUTU MINYAK KELENTIK DENGAN PENAMBAHAN KAPSUL ANTIOKSIDAN KULIT BUAH KOPI DAN BHT: KAJIAN JENIS KEMASAN

1 27 43

KAJIAN MUTU FISIK TEPUNG WORTEL (Daucus carota L.) HASIL PENGERINGAN MENGGUNAKAN OVEN

17 218 83

KARAKTERISASI MUTU SUSU KEDELAI BALURAN

0 19 18

RECONSTRUCTION PROCESS PLANNING REGULATORY FRAMEWORK IN THE REGIONAL AUTONOMY (STUDY IN THE FORMATION OF REGULATION IN THE REGENCY LAMPUNG MIDDLE ) REKONSTRUKSI PERENCANAAN PERATURAN DAERAH DALAM KERANGKA OTONOMI DAERAH (STUDI PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

0 34 50

RECONSTRUCTION PROCESS PLANNING REGULATORY FRAMEWORK IN THE REGIONAL AUTONOMY (STUDY IN THE FORMATION OF REGULATION IN THE REGENCY LAMPUNG MIDDLE ) REKONSTRUKSI PERENCANAAN PERATURAN DAERAH DALAM KERANGKA OTONOMI DAERAH (STUDI PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

0 17 50

PENGARUH GUM ARAB PADA MINUMAN MADU SARI APEL DITINJAU DARI MUTU ORGANOLEPTIK, WARNA, pH, VISKOSITAS, DAN KEKERUHAN Effect of Gum Arabic on Organoleptic, Color, pH, Viscosity, and Turbidity of Apple Concentrated Honey Drink

0 1 8