1 PRAKTEK PERTANGGUNGJAWABAN KEJAHATAN PERUSAHAAN (CORPORATE CRIME LIABILITY) DALAM KASUS BONGKAR MUAT BARANG DARI DAN KE ATAS KAPAL DI PELABUHAN ARTIKEL

  

PRAKTEK PERTANGGUNGJAWABAN KEJAHATAN PERUSAHAAN

(CORPORATE CRIME LIABILITY)

DALAM KASUS BONGKAR MUAT BARANG

DARI DAN KE ATAS KAPAL DI PELABUHAN

ARTIKEL

MULYADI

  

NPM : 1310018412009

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS BUNG HATTA

  

2016

  

PRACTICE OF LIABILITY COMPANIES (CORPORATE CRIME

LIABILITY) IN THE CASE OF STEVEDORING

FROM AND TO TOPSHIP IN PORT

  1

  1

  1 Mulyadi , Uning Pratimaratri , Deaf Wahyuni Ramadhani

1 Postgraduate Legal Studies Program, Bung Hatta University

  Email : mulyadi.tbypdg@gmail.com

  

ABSTRACT

  In economic crimes, legal persons are subject to criminal law. Legal entities may be charged of criminal responsibility (corporate crime liability). In practice rarely legal entities or companies prosecuted as criminals. Many cases of loading and unloading is done by the company, but rarely go to court. Issues raised in this study are : (1) How evil accountability practices of companies (corporate crime

  

liability) in the case of loading and unloading of good from and to the ship in the

  port. (2) Is accountability contraints crime enterprise (corporate crime liability) with the occurrence of criminal acts in the case of loading and unloading of good from and to the ship in the port. This study used socio legal approach. Date used include primary date and secondary date. Date were collected through interviews and document study. Date were analyzed qualitatively. The results showed that: (1) Corporation, in principle, should be accountable to in the courts for the crimes committed in the ship in the port of Teluk Bayur, good deeds done by the organs of the corporate and other parties responsibility or people who work for corporate interest. (2) Accountability is not only in the form of civil liability but may also be criminally responsibility, but in practice it is difficult to be accountable for their corporations because corporations always take legal action by way of settlement out of court.

  Keywords: Accountability, crime stevedoring company PENDAHULUAN lainnya, baik udara, darat dan laut.

A. Latar Belakang Masalah Untuk itu, maka pelaksanaan

  Dalam usaha meningkatkan pembangunan di Indonesia yang pembangunan perekonomian dan menjadi sasaran utamanya adalah pemerataan pembangunan, tidak bidang perekonomian, walaupun dapat dilepaskan dari tersedianya tidak mengenyampingkan bidang- sarana transportasi yang akan bidang lainnya. menghubungkan satu daerah kedaerha

  Kegiatan pembangunan ekonomi tersebut salah satunya adalah sektor perdagangan terutama dalam usaha memenuhi kebutuhan masyarakat atas ketersedian kebutuhan hidupnya, baik berapa barang maupun jasa. Sebaliknya, bahwa kebututuhan akan barang dan jasa tersebut tidak dapat terealisasikan jika tidak didukung oleh sarana pengangkutan, baik sarana dan prasarananya maupun sumber daya manusianya yang terlibat sebagai pendukung kegiatan pengakutan tersebut.

  Salah satunya adalah perusahaan yang bergerak di bidang bongkar muat barang di pelabuhan yang akan menaikkan dan menurunkan barang-barang bawaan penumpang atau pemilik dari dan ke atas kapal. Untuk itu diperlukan pelayanan yang baik dan bertanggungjawab atas keadaan dan situasi yang ada, baik pada saat pengangkutan dan pemuatan maupun di saat di bongkarnya muatan kapal di pelabuhan. Pelabuhan merupakan sebuah fasilitas menerima kapal dan memindahkan barang maupun penumpang, oleh karena itu, perkembangan pelabuhan akan sangat ditentukan oleh perkembangan aktivitas perdagangannya, semakin ramai aktivitas perdagangan di pelabuhan, maka akan semakin besar pelabuhan tersebut. Perkembangan perdagangan juga mempengaruhi jenis kapal dan lalu lintas kapal yang melewati pelabuhan tersebut.

  Berkaitan dengan itu, Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan menegaskan, bahwa : ”Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra/atau antarmoda transportasi”.

  Keberadaan Pelabuhan Teluk Bayur merupakan pelabuhan yang dijadikan tempat oleh kapal dagang dalam pelayaran yang singgah untuk memuat atau membongkar muatannya. Jasa bongkar muat di pelabuhan ini dilaksanakan oleh Perusahaan Bongkar Muat (PBM) dimana PBM dalam operasionalnya telah diatur dalam Keputusan Menteri

  Perhubungan Nomor KM 14 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Bongkar Muat Barang dari dan Ke Kapal.

  Dalam Pasal 1 Angka 14 Keputusan Menteri Perhubungan di atas, ditegaskan, bahwa “Perusahaan Bongkar Muat (PMB) adalah Badan Hukum Indonesia yang khusus didirikan untuk menyelenggarakan dan mengusahakan kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal.

  Perusahaan Bongkar Muat (PBM) adalah sebuah perusahaan jasa, yang bergerak dalam bidang jasa pelayanan bongkar muat barang kargo kapal, tongkang di pelabuhan-pelabuhan Indonesia. Perusahaan Bongkar Muat (PBM) memiliki tanggung jawab atas kelancaran kegiatan bongkar muat, keselamatan penerimaan dan penyerahan barang, kebenaran laporan yang disampaikan, mengatur penggunaan Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) dan peralatan sesuai kebutuhan.

1 Sementara itu, pihak-pihak yang

  terkait dalam kegiatan bongkar muat barang tersebut adalah Asosiasi Perasahaan Bongkar Muat Indonesia (APBMI) sebagai penyedia jasa, Gabungan Forwarder dan Ekspedisi Indonesia (GAFEKSI), Gabungan Importir Nasionai Seluruh Indonesia (GINSI), Gabungan Perusahaan Eksportir Indonesia (GPEI) dan

  Indonesian National Shipowners Association (INSA) sebagai pengguna

  jasa, dan pemilik barang itu sendiri. Masing-masing pihak memiliki tugas dan tanggungjawab sendiri- sendiri.

  Salah satu bentuk pertanggungjawaban bongkar muat 1 Radiks Purba, 2002, Angkutan di pelabuhan dilakukan oleh perusahaan yang bergerak dalam bidang bongkar muat tersebut.

  Pertanggungjawaban jika terjadi kejahatan yang lahir akibat dilakukan kejahatan oleh sebuah perusahaan yang disebut dengan kejahatan

  corporate crime yaitu tindak pidana

  yang dilakukan oleh pengurus korporasi untuk kepentingan korporasi atau tindak pidana yang dilakukan oleh korporasi itu sendiri (offences committed by corporate

  official for their corporation or the pffences of the corporation itself ).

  2 Penelitian ini bertujuan untuk

  untuk mengetahui dan menganalisis pertanggungjawaban kejahatan perusahaan (corporate crime

  liability) dalam kasus bongkar muat

  barang dari dan ke atas kapal di pelabuhan dan untuk mengetahui dan 2 Setiyono, 2005, Kejahatan

  Korporasi , Cetakan Ketiga, Bayumedia melakukan analisis terhadap kendala yang dapat dikemukakan sebagai berikut: pertanggungjawaban kejahatan

  1. Bagaimanakah perusahaan (corporate crime pertanggungjawaban kejahatan

  liability) dengan terjadinya tindak

  perusahaan (corporate crime pidana dalam kasus bongkar muat

  liability) dalam kasus bongkar

  barang dari dan ke atas kapal di muat barang dari dan ke atas kapal Pelabuhan. di Pelabuhan ?

  Penelitian ini menggunakan

  2. Apakah kendala metode deskriptif analitis, melalui pendekatan yuridis sosiologis , pertanggungjawaban kejahatan menggunakan data primer dan perusahaan (corporate crime sekunder yang berlokasi di Pelabuhan

  liability) dengan terjadinya tindak Teluk Bayur.

  pidana dalam kasus bongkar muat Populasinya adalah keseluruhan barang dari dan ke atas kapal di unit atau manusia yang mempunyai

  Pelabuhan ?

  3

  ciri-ciri yang sama. Sampel diambil

  C. Metode Penelitian

  4 dengan cara purposive sampling.

  1. Pendekatan Masalah

B. Rumusan Masalah

  Dalam menjawab permasalahan Berangkat dari uraian latar sebagaimana dikemukakan di atas belakang di atas, rumusan masalah digunakan spesifikasi penelitian ini 3 adalah penelitian deskriptif analitis,

  Amiruddin, dkk., 2004,

  yaitu penelitian yang

  Pengantar Metode Penelitian Hukum , RajaGrafindo Persada, Jakarta,hlm.

  mendeskripsikan dan menganalisis 95. 4 Amiruddin, Op. Cit, hlm.

  secara terperinci fenomena yang menjadi pokok permasalahan. Suatu penelitian diskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang korban, keadaan atau gejala-gejala lainnya.

  pada itu, permasalahan yang telah dirumuskan, dicarikan solusi pemecahannya melalui pendekatan masalah yuridis sosiologis, artinya data tersebut lebih terfokus berupa ketentuan yang memberikan pengaturan tentang judul dan permasalahan serta teori-teori yang relevan atau pendapat ahli. Hal ini dapat diartikan, bahwa data sekunder merupakan data utama dalam penelitian ini, walaupun dimungkinkan diperlukannya data primer yang berbentuk hasil wawancara hanya digunakan sebagai 5 Soerjono Soekanto, 1986,

  Pengantar Penelitian Hukum , UI

  pelengkap untuk memecahkan permasalahan.

  D. Lokasi Penelitian

  Penelitian ini dilakukan di Kota Padang Propinsi Sumatera Barat, khususnya di Pelabuhan Teluk Bayur.

5 Dalam

  E. Sumber dan Jenis Data

  Guna menjawab permasalahan penelitian, diperlukan data yaitu kumpulan dari data-data umum, yang gilirannya membuat permasalahan menjadi terang dan jelas. Adapun data yang dibutuhkan adalah data sekunder yakni data yang sudah jadi yang terhimpun dalam berbagai hal, seperti bahan hukum primer berupa ketentuan-ketentuan, bahan hukum sekunder dalam bentuk literatur, jurnal maupun hasil penelitian dan bahan hukum tertier yang berupa kamus-kamus hukum baik dalam bahasa Inggris maupun bahasa Belanda. Selanjutnya diperlukan juga data pendukung lainnya berupa data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari masyarakat.

  6 Data ini, penulis peroleh dengan

  mendatangi sumber-sumber data yang relevan dengan masalah penelitian yaitu dengan melakukan wawancara.

F. Teknik Pengumpulan Data

  Guna mendapatkan data sekunder dan data primer dengan menggunakan alat pengumpul data dan teknik sebagai berikut:

a. Studi pustaka dan dokumen

  Metode pengumpulan data yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian yang diambil dari bahan pustaka atau literatur dan dokumen.

  Data yang diperlukan sudah tertulis atau diolah oleh orang lain atau suatu lembaga.

  ini, peneliti melakukan penelusuran 6 Ibid , hlm. 13. 7 Rianto Adi, 2004, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum ,Granit, literatur atau studi kepustakaan, baik literatur yang peneliti miliki sendiri maupun literatur yang telah tersedia di pustaka-pustaka serta studi dokumen terhadap dokumen- dokumen yang telah tersedia pada instansi yang peneliti datangi sehubungan dengan permasalahan seperti perusahaan pemilik barang dan Perusahaan Bongkar Muat Barang (PBM).

  b. Wawancara

  Untuk teknik pengumpulan data dilapangan, penulis mencoba menggunakan teknik pengambilan data dengan melakukan wawancara dengan cara tidak mempersiapkan terlebih dahulu daftar pertanyaan (wawancara tidak berstruktur).

7 Dalam mendapatkan data

  G. Pengolahan dan Teknik Analisis Data

  a. Pengolahan Data Menurut Bambang Waluyo, yang dikumpulkan, berupa data “Pengolahan data adalah kegiatan primer maupun data sekunder. merapikan data hasil pengumpulan Adapun metode atau cara analisa data data di lapangan sehingga siap pakai yang digunakan adalah analisis

  8

  untuk dianalisa . Dalam pengolahan kualitatif yaitu analisa terhadap data data ini, penulis menggunakan yang tidak bisa dihitung, bersifat fasilitas komputer, dengan melakukan monografis atau berwujud kasus- kegiatan data entry yaitu kegiatan kasus dan tidak menggunakan alat

  9

  memasukkan data yang diperoleh ke bantu statistik atau angka-angka. Hal dalam program komputer yang telah ini dapat diartikan, bahwa data yang disediakan kemudian terhadap data diperlukan adalah data yang yang telah dientry tersebut, berbentuk ungkapan atau uraian- terhadapnya dilakukan pengeditan uraian kalimat, seperti rumusan sehingga menjadi lebih halus dan ketentuan undang-undang maupun bermakna dan dapat digunakan dalam pendapat para ahli. menganalisa masalah penelitian.

  I. HASIL PE NELI TIAN DAN PE MB AHAS A N

H. Analisis Data

  A. Pertanggungjawaban Kejahatan

  Setelah data yang dikumpulkan

  Perusahaan (Corporate Crime

  diolah, selanjutnya dilakukan

  Liability) dalam Kasus Bongkar

  penganalisaan yaitu kegiatan yang

  Muat Barang dari dan ke Atas

  dilakukan setelah sebelumnya

  kapal di Pelabuhan

  dilakukan pengolahan terhadap data 8 Bambang Waluyo, 1991, 9 Penelitian Hukum Dalam Praktek , Rianto Adi, Op.Cit, hlm.

  Perusahaan bongkar muat untuk menjalankan usahanya wajib mempunyai ijin usaha yang dikeluarkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk. Ijin usaha tersebut diberikan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Perhubungan atas nama Menteri.

  Wawancara dengan Kris Haryono selaku Manager PT. Bhanda Ghara Reksa pada tanggal 7 April tahun 2015, tanggungjawab perusahaan atau korporasi jika terjadi kejahatan dalam pelaksanaan pekerjaan bongkar muat barang dari dan ke atas kapal di Pelabuhan Teluk Bayur, tidak bisa dilepaskan dari mekanisme kerja yang dilakukan baik berdasarkan adanya perjanjian maupun yang telah diatur dalam suatu ketentuan tentang bongkar muat barang, apakah terjadi penyimpangan atau tidak yang berakibat terjadinya kerugian.

  10 Hal di atas dapat diartikan,

  bahwa keberadaan ketentuan maupun mekanisme kerja serta perjanjian yang telah disepakati, menunjukan agar dalam pelaksanaan pekerjaan bongkar muat barang, sebagaimana dimaksudkan, tidak terjadi kesalahan atau kelalaian ataupun karena terjadinya unsur kesengajaan yang bertentangan dengan perjanjian ataupun peraturan perundang- undangan sehingga terjadi kerugian.

  Salah satu bentuk tanggungjawab tersebut berupa tanggungjawab pidana perusahaan yang lahir akibat dilakukan kejahatan oleh sebuah perusahaan yang disebut dengan kejahatan crime corporate.

  Dalam konsepsi tersebut, korporasi dianggap bertanggungjawab atas 10 Rianto Adi, Op.Cit, hlm. perbuatan yang secara fisik dilakukan oleh pemegang saham, pengurus, agen, wakil atau pegawainya.

  Dalam mengerjakan bongkar muat kapal selain adanya orang yang mengkordinir dan dibantu oleh tenaga lain, ada beberapa petugas lain yang membantu orang yang mengkordinir bongkar muat yaitu : 1) Cargo Surveyor Perusahaan Bongkar Muat (PBM) seperti PT.

  Bhanda Ghara Reksa Padang yaitu petugas survey yang mencatat dan memeriksa keadaan fisik barang yang dimuat/bongkar dari dan ke kapal dalam hubungannya dengan klaim. 2) Petugas barang berbahaya yang khusus mengawasi barang berbahaya yang dimuat/bongkar dari kapal atau sebaliknya dari darat.

  3) Administrasi, yaitu petugas- petugas yang mempersiapkan administrasi bongkar muat barang.

  Kegiatan jasa bongkar muat barang meliputi : a) Jasa Bongkar Muat Barang sebelum kapal tiba.

  Beberapa hari sebelum kapal tiba, para petugas yang akan melakukan bongkar muat akan memeriksa dan mengelola data yang diterima, menyangkut kapal dan muatan yang akan dikerjakan.

  b. Jasa Bongkar Muat Barang setelah kapal sandar Dalam persiapan membuka palka kapal, harus diketahui bahwa pada umumnya palka kapal jenis barang dalam karung (bag cargo) ditutup oleh yang terbuat dari papan atau palka besi, dimana untuk membukanya harus membuka dulu tutup palka yang terdiri dari terpal atau vinil plastik. Semua pekerjaan ini bisa dilaksanakan oleh buruh pelabuhan sendiri.

  Apabila palka kapal sudah dibuka, perwira kapal dengan surveyor masuk untuk memeriksa keadaan muatan guna mengetahui apakah ada keringat atau rusak dan dicatat seperlunya dan jangan sampai membiarkan buruh masuk terlebih dahulu.

  Penyelenggaraan maupun kelancaran pekerjaan serta keamanan terhadap tenaga kerja dan buruh menjadi tanggung jawabnya. Biasanya oleh kapal dimintakan watchman untuk ikut menjaga keamanan di kapal dan biasanya disediakan petugas darat dari agen pelayaran. Jam kerja bongkar muat disesuaikan dengan waktu kerja dari buruh.

  c. Pembongkaran ke dermaga Dalam hal ini dermaga dalam keadaan siap menerima muatan dari kapal artinya bersih dan bebas dari penghalang.

  Barang-barang yang dibongkar dilepas dahulu dari tackle, tidak dengan cara menarik ganco dan menarik sling atau alat-alat

  stevedore lainnya, melainkan

  sling lebih dahulu dilepas dan begitu juga apabila muatannya berupa setumpuk karung, jika perlu diletakkan di palet agar mudah dibawa ke tempat penimbunan. Peti-peti atau barang berat lainnya diberi ganjalan di dermaga agar mudah diangkat dengan forklift., Apabila muat/bongkar barang dengan jala-jala agar tidak rusak terjepit maka juga harus diganjal. d. Kegiatan pihak kordininator setelah kapal berangkat Untuk mengetahui apakah bongkar/muat suatu kapal telah dilakukan dengan baik dan tidak ada kekurangannya, maka perlu dilihat dan diperiksa lagi laporan harian selama pekerjaan di pelabuhan. Rekapitulasi dari seluruh kegiatan dapat dilihat melalui : (1) Labour and time sheet (2) Statement of fact (3) Out tum report (4) Laporan klaim atau laporan lainnya.

  Laporan diolah oleh administrasi dari kordinator dan dengan cara ini akan didapat perolehan data yang teliti mengenai : (a) Jumlah ton muatan yang dimuat atau dibongkar

  (b) Perincian pemakaian alat mekanik dan non mekanik (c) Lost time yang diperinci penyebabnya apakah dari teknis, operasi, cuaca dan lain hal.

  (d) Kapasitas bongkar/muat rata- rata dalam satu hari, per jenis barang, pergang/jam

  (e) Kerusakan yang terjadi atau hal lain selama bongkar muat dari kapal. Semua data akan dikumpulkan, semua pengeluaran dan biaya dicatat untuk dijadikan dokumen pendukung tagihan pada prinsipal kapal atau pemilik barang.

  11

  e. Administrasi pihak kordinator bongkar muat

  Persiapan administrasi pihak kordinator bongkar muat ketika mengerjakan kapal adalah : 11 Rianto Adi, Op.Cit, hlm.

  (1) Pencatatan penghitungan jumlah mengangkut barangnya. Oleh barang yang akurat. karena itu ada baiknya diadakan (2) Menyiapkan dan mengerjakan double tally yaitu tally di kapal

  labour & time sheet, short landed dan didarat atau gudang. Apabila and overlanded list, damage ada muatan yang dibongkar rusak cargo list dan lainnya diusahakan atau kurang maka petugas tally

  agar ditandatangani oleh kapal bersama petugas klaim membuat pada waktu yang tepat. surat klaim (claim report ).

  (3) Menyusun statement of fact. Kekurangan barang bisa terjadi (4) Mempersiapkan semua karena masih tertinggal di kapal dokumen-dokumen yang akibat terjepit muatan lainnya diperlukan dari bagian atau sulit dikenali karena stevedoring untuk menyusun merknya kurang jelas. nota-nota tagihan dalam batas Data yang akurat dan waktu dan sesuai dengan pergudangan, petugas klaim ketentuan yang berlaku. Untuk membuat surat yang dinamakan barang-barang yang dibongkar isi

  cargo tracers ke pelabuhan berikut

  dari tally dan catatan kerusakan dan sebelumnya dari persinggahan yang dibuat oleh petugas tally kapal karena ada kemungkinan akan menentukan apakah barangnya masih berada disana.

  consignee akan mengajukan

  Untuk mencegah timbulnya klaim klaim terhadap Perusahaan dalam bongkar/muat barang sering

  Bongkar Muat (PBM) atau dipergunakan jasa independent cargo perusahaan pelayaran yang

  surveyor. Cargo surveyor ini akan memeriksa dengan teliti setiap kerusakan dan apabila perlu dengan bantuan laboratorium. Atas hasilnya,

  surveyor sering diminta jasanya oleh

  pihak kapal, pemilik barang dan mungkin juga oleh perusahaan asuransi.

  Aktifitas cargodoring bisa berjalan produktif dan efisien apabila peralatan dimanfaatkan dengan baik. Agar downtime rendah maka perlu pemeliharaan peralatan dengan baik dan teratur. Dowtime adalah tidak aktifnya kegiatan akibat tidak tersedianya atau kekurangan forklift pada saat dibutuhkan. Menurut Kris Haryono, bahwa untuk menjaga berfungsinya peralatan, juga perlu diperhatikan kemampuan mengangkat (lifting capacity) dari

  forklift dan sifat muatan dalam jenis

  dan bentuknya. Dowtime selain karena kurang atau tidak adanya

  forklift juga bisa akibat dari

  kurangnya peralatan lain seperti gerobak atau tempat penumpukan yang hampir penuh, atau kapal hampir kosong.

  12 Kerusakan barang dapat terjadi

  akibat kesalahan atau kelalaian dari

  stevedore , yaitu orang yang ahli

  memuat dan membongkar barang dari dan ke kapal. Dalam hal ini

  stevedore menumpuk suatu muatan

  ke palka kapal, padahal di dalam palka sudah terdapat muatan sebelumnya yang karena basah kemudian ditumpuk, juga ikut basah dan rusak atau karena tutup palka kurang rapat sehingga air laut masuk ke dalamnya. Kerusakan barang yang terjadi dalam hal ini merupakan akibat kesalahan atau kelalaian dari pihak perusahaan.

  12 Rianto Adi, Op.Cit, hlm.

  

f. Batas tanggungjawab Untuk membebankan

Perusahaan Bongkar Muat (PBM) pertanggungjawaban terhadap

  Batas tanggung jawab direktur perusahaan atau korporasi, Perusahaan Bongkar Muat (PBM) maka harus dibuktikan adanya dalam menyelenggarakan kegiatannya pelanggaran terhadap kekuasaan antara lain meliputi : kewajiban kewenangan yang

  a. Tercapainya kelancaran dan dimilikinya. Pengurus korporasi keselamatan kegiatan bongkar dalam hal ini harus dapat dibuktikan muat barang angkutan, berikut telah melanggar norma yang penyerahan barang dan dipercayakan padanya dalam penerimaan barang angkutan. menjalan korporasi atau perusahaan.

  b. Terjaminnya keselamatan kerja Kedudukan fungsional pelaku dari para tenaga kerja Perusahaan dalam korporasi guna melihat Bongkar Muat (PBM) selama kesalahan atau kelalaian korporasi, di melaksanakan kegiatan bongkar mana terhadap pelaku yang juga muat barang angkutan. merupakan pengurus dan atau orang

  c. Tersedianya peralatan dan yang tunduk pada anggaran dasar perlengkapan untuk melaksanakan Korporasi, dalam perbuatan yang kegiatan bongkar muat barang dilakukan oleh manusia atau angkutan yang memadai. korporasi lainnya yang tidak d. Terjaminnya kebenaran dari isi berhubungan dengan korporasi yang laporan kegiatan bongkat muat dituduh melakukan tindak pidana. barang angkutan. Penggunaan kontruksi hukum lembaga perwakilan sebagaimana yang dikenal dalam hukum perdata dan konsep pemberian kuasa dapat digunakan, sehingga dapat dilihat secara nyata pemberi perintrah atau arahan dari orang dalam korporasi. Perbuatan orang yang mendapat kuasa tersebut dapat dipertanggung jawabkan kepada korporasi yang dituduhkan melakukan tindak pidana ataupun kerugian yang diderita dalam bongkat muat barang dari dan keatas kapal laut.

  Dalam korporasi atau perusahaan, para anggota direksi dan komisaris sebagai salah satu organ vital dalam badan hukum merupakan pemegang amanah yang harus berperilaku sebagaimana layaknya pemegang kepercayaan.

  Dalam melakukan fungsinya tersebut, sesuai dengan ketentuan

  Pasal 1 ayat (a) Keputusan Menteri Perhubungan No.KM.88/AL.305.Phb-85, perusahaan pengiriman barang dapat melakukan kegiatan pengiriman barang dari dan ke kapal baik dalam bentuk kegiatan jasa bongkar muat barang, pemindahan barang setelah dibongkar dan kegiatan menerima atau menyerahkan barang. Dengan demikian dalam melakukan fungsinya untuk memindahkan barang angkutan perusahaan pengiriman barang dapat melakukan kegiatan pemindahan barang angkutan dari kapal baik dari gudang Lini I yang berada di pelabuhan maupun pemindahan barang angkutan secara langsung dari dan ke alat angkutan darat.

  P E N U T U P

  A. Simpulan

  Baranjak dari hasil pembahasan sebagaimana dikemukakan pada bab sebelumnya, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan, antara lain :

  1. Korporasi pada prinsipnya dapat dimintakan pertanggungjawaban sampai ditingkat pengadilan atas kejahatan yang dilakukan dalam kasus bongkar muat barang dari dan ke atas kapal di Pelabuhan Teluk Bayur, baik perbuatan yang dilakukan oleh organ korporasi maupun pihak lain yang menjadi tanggungjawabnya atau orang- orang yang bekerja untuk kepentingan korporasi.

  Pertanggungjawaban bukan saja dalam bentuk tanggungjawab perdata tetapi dapat juga berupa tanggungjawab pidana, namun dalam prateknya korporasi sulit untuk dimintakkan pertanggungjawaban di karenakan korporasi selalu menempuh upaya hukum dengan cara penyelesaian diluar pengadilan.

  2. Kendala dalam praktek pertanggungjawaban korporasi atas kasus bongkar muat barang dari dan ke atas kapal di pelabuhan, dikarenakan organ korporasi maupun pihak lain yang menjadi tanggungjawabnya atau orang-orang yang bekerja untuk kepentingan korporasi sulit dibebani pertanggungjawaban karena perumusan peraturan tindak pidana korupsi dalam undang-undang korupsi belum diatur secara lengkap, sehingga apabila denda tidak dibayar oleh terpidana, maka tidak ada aturan hukum yang memaksa, akibatnya pidana pokok yang berupa pidana denda terhadap terpidana korporasi sangat tidak efektif.

  B. Saran

  1. Dilakukannya terus menerus sosialisasi dan pemahaman terhadap hukum yang berlaku, seperti ketentuan pidana, sop dan perjanjian kerja yang telah disepakati, sehingga dalam pelaksanaan bongkar muat tidak bermasalah dari segi hukum, baik hukum administrasi, hukum perdata maupun hukum pidana dengan cara melibatkan institusi lainnya, seperti lembaga bantuan hukum, maupun perguruan tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

  Hukum Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi , Genta Publishing.

  Hukum Pidana , Raja Grafindo Persada, Jakarta.

  Edition, Sweet & Maxwell, London, 1998, Hal. 44, dalam Mahrus Ali, 2013, Asas-Asas

  Criminal Law , Second

  Grafindo Persada, Jakarta. C.M.V. Clarkson, Understanding

  Kuliah Perbandingan Hukum Pidana , Raja

  Barda Nawawi Arief, 2002, Sari

  Hukum Dalam Praktek , Jakarta: Sinar Grafika.

  Bambang Waluyo, 1991, Penelitian

  2. Pihak Perusahaan Bongkar Muat (PBM) untuk dapat terus melakukan evaluasi baik terhadap paralatan yang dibutuhkan dalam usaha bongkar muat maupun peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat dalam usaha bongkar muat, sehingga kerugian yang dimungkinkan akan terjadi dapat diantisifasi lebih awal serta kendala yang terjadi juga dapat diminimalisir.

  A. Buku

  Metode Penelitian Hukum , Jakarta: Raja

  Amiruddin, dkk., 2004, Pengantar

  Kontrak Perancangan Kotrak, PT. Grafindo, Jakarta.

  Edisi Kedua, Bumi Aksara, Jakarta. Ahmadi Miru, 2008, Hukum

  Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara ,

  Abdul Wahab Solichin, 2004,

  Hukum Perjanjian , Citra Aditya Bakti, Bandung.

  Abdulkadir Muhammad, 1990,

  Grafindo Persada. Bernadr L. Tanya, dkk., 2013, Teori David O. Freidrichs, Trusted

  Criminals White Collar Crime in Contemporary Society , Wadsworth,

  Perdata Tertulis (BW ), Sinar Grafika, Jakarta.

  Bandung. Russel Heaton, 2006, Criminal Law

  Texbook , London : Oxford University Press.

  Roeslan Saleh, 1983, Pikiran-

  Pikiran tentang Pertanggungjawaban Pidana , Ghalia Indonesia, Jakarta.

  R.Wirjono Projodikoro, 1981,

  Asas-Asas Hukum Perjanjian

  , Cetakan IX, Sumur, Bandung. Salim HS, 2001, Pengantar Hukum

  Setiyono, 2005, Kejahatan Korporasi, Cetakan Ketiga, Bayumedia Publishing, Malang.

  Riduan Syahrani, 2000, Seluk Beluk

  Soedjono, 2002, Pengakutan

  Barang dan Orang di Laut , Citra Aditya Bakti,

  Bandung. Stephen Earl, Ascertaining the

  Criminal Liability of a Corporation , New

  Zealand Business Law Quarterly, 2007, Hal. 212, dalam Mahrus Ali, 2013,

  Asas-Asas Hukum Pidana ,

  Raja Grafindo Persada, Jakarta. Subekti, 1992, Aneka Perjanjian,

  PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Sutan Remy Sjahdeini, 2006,

  dan Asas-Asas Hukum Perdata , Alumni,

  Angkutan Muatan Laut , Bina Aksara, Jakarta.

  USA, 2010, Hal. 7., dalam Mahrus Ali, 2013, Asas-

  Black’s Law Dictionary ,

  Asas Hukum Pidana Korporasi , Raja Grafindo

  Persada, Jakarta. Eric Colvin, 1995, Corporate

  Personality and Criminal Liability , Criminal Law

  Forum. Hanafi, 1997, Strict Liability dan

  Vicarious Liability dalam Hukum Pidana , Lembaga

  Penelitian, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

  Henry Campbell Black, 1979,

  St. Paul Minim, West Publishing CO. J. Satrio, 2001, Hukum Perikatan,

  Radiks Purba, 2002, Shipping,

  Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, PT. Citra

  Aditya Bakti, Bandung. Kartini Muljadi dan Gunawan

  Widjaja, 2003, Perikatan

  yang Lahir dari Perjanjian , PT. Raja

  Grafindo, Jakarta. Mahrus Ali, 2013, Asas-Asas

  Hukum Pidana Korporasi ,

  Raja Grafindo Persada, Jakarta. Rianto Adi, 2004, Metodologi

  Penelitian Sosial dan Hukum , Jakarta: Granit.

  Pertanggungjawaban

  Pidana Korporasi , Grafiti

  C. Sumber lainnya Pers, Jakarta.

  Bismar Nasution. "Reformasi Hukum Stephen Earl, Ascertaining the

  Criminal Liability of a Balam Rangka Era Globalisasi Corporation , New

  Zealand Business Law Ekonomi". Makalah disampaikan Quarterly, 2007, Hal. 161, dalam Mahrus Ali, 2013, pada Diskusi Pembangunan

  Asas-Asas Hukum Pidana ,

  Raja Grafindo Persada, Hukum Dalam Rangka Era Jakarta.

  Globalisasi Ekonomi, Fakultas Soejono, Dkk., 1999, Metode

  Penelitian Hukum , Ekonomi, Fakultas Hukum USU

  Rineka Cipta, Jakarta Medan, tanggal 1999, Hal. 2-3. Soerjono Soekanto, 1986,

  Pengantar Penelitian Hukum , UI Press, Jakarta

  Sugiato dan Dergibson Siagian, 2003, Teknik Sampling, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

  Yahya Harahap dalam Salim H.S, 2008, Perkembangan Hukum Kontrak Innominat Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta.

  Yedidia Z. Stern, 1987, Corporate

  Criminal Personal Liability-Who is the Corporation , Journal of Corporation Law.

B. Peraturan Perundang-Undangan

  Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 14 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Dan Pengusahaan Bongkar Muat Barang Dari Dan Ke Kapal dikemukakan