BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Kekasaran Permukaan Resin Komposit Nanofiller Setelah Pengaplikasian Bahan Pemutih Gigi Karbamid Peroksida 10% dan 35%

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Resin komposit adalah bahan restorasi yang sering digunakan di bidang

  kedokteran gigi karena memiliki estetis yang baik, bebas merkuri, kuat dan melekat secara mekanis ke struktur gigi. Resin komposit memiliki permukaan halus dan translusensi terbaik dari setiap bahan restorasi estetik langsung sehingga bahan ini

  2,16 sering digunakan sebagai bahan restorasi untuk gigi anterior.

  2.1 Resin Komposit

   Istilah bahan komposit dapat di artikan sebagai gabungan dari dua atau lebih

  bahan yang berbeda dengan sifat-sifat yang unggul atau lebih baik dari pada bahan itu sendiri. Sejak tahun 1960 Resin komposit ditemukan dan menggantikan akrilik dan bahan restorasi silica. Resin komposit memiliki permukaan halus dan translusensi terbaik dari setiap bahan restorasi estetik langsung sehingga bahan ini sering digunakan sebagai bahan restorasi untuk gigi anterior. Bahan ini juga menunjukkan tingkat estetika, kekuatan, dan keawetan yang sangat baik serta menggunakan bahan etsa sebagai bahan primer dan bonding meskipun tidak dapat melepaskan

  4,5,16 fluoride.

  

Resin komposit terdiri dari dua fase yaitu fase matriks dan fase filler. Matriks

  memiliki sifat yang lembut, lemah, fleksibel, dan rentan untuk dipakai dibandingkan dengan filler. Di samping itu, dua komponen molekul ini dapat ditambahkan agen

  16 kopling silane yang bertujuan untuk dapat mengikat bahan matriks dan filler.

  Resin komposit banyak digunakan dibidang kedokteran gigi untuk bahan restorasi kelas III, IV, V, veneer pada gigi anterior , dan sebagai penutup diastema antara gigi. Komponen utama resin komposit ada tiga, yaitu matriks resin organik, bahan pengisi

  4,23 anorganik dan bahan coupling.

2.1.1 Komposisi Resin Komposit

   2.1.1.1 Matriks resin

  Kebanyakan resin komposit menggunakan campuran monomer aromatic dan atau

  

aliphatic dimetacrylate seperti bisphenol A glycidyl methacrylate (BIS-GMA), selain

  itu juga banyak dipakai adalah tryethylene glycol dimethacrylate (TEGDMA), dan

  

urethane dimethacrylate (UDMA) adalah dimethacrylate yang umum digunakan

  dalam komposit gigi. Kelemahan sistem epoksi, seperti lamanya pengerasan dan kecenderungan perubahan warna, mendorong Bowen mengkombinasikan keunggulan epoksi (CH-O-CH2) dan akrilat (CH2=CHCOO). Percobaan-percobaan ini menghasilkan pengembangan molekul BIS-GMA. Molekul tersebut memenuhi

  5 persyaratan matrik resin suatu komposit gigi.

  Polimerisasi pada resin komposit menyebabkan pengerutan. Bis-GMA memiliki molekul yang lebih tinggi dari pada methyl methacrylate (MMA) dapat mengurangi pengerutan saat polimerisasi. Nilai pengerutan akibat polimerisasi Bis-GMA adalah

  4 7,5% sedangkan methyl methacrylate (MMA) adalah 22%.

   2.1.1.2 Jenis Bahan Pengisi

  Penambahan partikel bahan pengisi kedalam resin matriks secara signifikan meningkatkan sifatnya. Seperti berkurangnya pengerutan karena jumlah resin sedikit, berkurangnya penyerapan air dan ekspansi koefisien panas, dan meningkatkan sifat mekanis seperti kekuatan, kekakuan, kekerasan, dan ketahanan abrasi. Faktor-faktor penting lainnya yang menentukan sifat dan aplikasi klinis komposit adalah jumlah bahan pengisi yang ditambahkan, ukuran partikel dan distribusinya, radiopak, dan

  5 kekerasan.

  Ukuran rata-rata partikel pengisi berdiameter 0,2

  • – 0,3 µm (partikel fine) atau 0,04 µm (partikel microfine). Presentase volume dari partikel bahan pengisi lebih kecil dari presentase berat resin komposit itu sendiri. Teknologi di bidang kedokteran telah berhasil mengembangkan teknologi bahan pengisi yang lebih kecil yaitu komposit

  3,16

  dengan ukuran 1

  nanofiller – 10 nm.

  Bahan pengisi ini dihasilkan dari penggilingan atau pengolahan quartz atau kaca untuk menghasilkan partikel berukuran 0,1-100 µ m. Partikel silika dengan ukuran koloidal (kira-kira 0,4µ m) secara kolektif disebut pengisi mikro diperoleh dari proses pengendapan. Partikel pengisi umumnya membentuk 30-70% volume atau 50-85%

  4 berat komposit.

2.1.1.3 Bahan Coupling

  Untuk menciptakan ikatan yang kuat antara matriks resin dan partikel bahan pengisi diperlukan bahan pengikat (coupling). Bahan pengikat merupakan komponen yang sangat penting dari materi resin komposit. bahan pengikat harus biokompatibel dengan bahan pengisi dan matriks resin. Produsen telah mengatasi hal ini, tekanan akan ditempatkan pada restorasi dengan demikian tekanan dapat ditransfer dari matriks resin lemah ke tahap filler kuat. Salah satu teori pemakaian komposit mengatakan bahwa ikatan antara bahan pengikat dan partikel filler akan sedikit larut dalam lingkungan mulut. Ketika ikatan rusak , partikel pengisi ditarik keluar matriks resin, sehingga memperlihatkan resin lembut. Resin ini kemudian aus, dan memperlihatkan partikel filler yang lebih besar ke lingkungan mulut, dan siklus ini

  16 berlangsung terus-menerus.

  Bahan pengikat berfungsi untuk mengikat partikel bahan pengisi dengan resin matriks. Adapun kegunaannya yaitu untuk meningkatkan sifat mekanis dan fisik resin, dan untuk menstabilkan hidrolitik dengan pencegahan air. Bahan ini mempunyai manfaat membuat partikel pengisi anorganik dengan matriks resin organik berikatan satu sama lain. Jika tidak ada ikatan yang baik, maka tekanan yang diterima oleh resin komposit tidak tersebar ke seluruh partikel yang ada sehingga

  4,5 mudah terjadi fraktur.

2.1.2 Jenis Resin Komposit

   Klasifikasi resin komposit berdasarkan ukuran partikel pengisinya terdiri atas resin

  komposit tradisional, resin komposit macrofiller, resin komposit microfiller, resin komposit hibrid dan resin komposit nanofiller.

   a. Resin komposit tradisional

  Resin komposit tradisional memiliki kandungan partikel glass filler dengan rata- rata ukuran partikel 10-20µm dan partikel yang paling besar adalah 40µ m. Jenis resin komposit ini menghasilkan kekurangan pada hasil akhir permukaan yang kasar, dan

  3 kusam karena partikel filler menonjol dari permukaan resin.

   b. Resin Komposit Macrofiller

  Resin komposit makrofil mengandung silika koloid dengan rata-rata ukuran partikel 10µm sampai 100µm. Partikel pengisinya 70% sampai 80% dari berat. Ukuran besar partikel pengisi dalam komposit macrofilled menghasilkan restorasi yang terasa kasar bila dilihat menggunakan explorer. Kemungkinan akumulasi plak dan perubahan warna lebih besar dengan komposit macrofilled dibandingkan dengan jenis lain. komposit macrofilled memiliki ciri khas akan berubah sedikit abu-abu

  4,16 ketika digosok dengan instrumen.

c. Resin Komposit Microfiller

   Ukuran partikel komposit microfilled jauh lebih kecil dari komposit macrofill

  (0,01µm - 0,1µ m). Komposit microfill setelah di polish sangat halus dan tampilan permukaan sangat mirip dengan enamel. Partikel filler ini sangat kecil dan merupakan leburan silika. Luas permukaan partikel filler sangat kecil sehingga membutuhkan lebih banyak resin untuk membasahi permukaan partikel filler. Pada hasil komponen resin komposit yang tinggi menghasilkan peningkatan koefisien ekspansi termal dan

  4,16 kekuatan yang lebih rendah.

d. Resin komposit Hibrid

  Komposit jenis ini kuat dan memiliki hasil poles yang baik. Kandungan filler resin komposit hybrida ini adalah 75 % sampai 80 % berat. Partikel filler rata-rata 0,4µm sampai 1µ m, tetapi dengan jangkauan yang lebih luas dari ukuran partikel (0,5µm - 3µm). Resin komposit ini disebut hybrid ( atau campuran) karena mereka memiliki berbagai partikel ukuran. komposit hibrida sangat populer, kekuatan dan ketahanan abrasi yang dapat diterima kecil untuk restorasi kelas I dan II. Permukaan akhir mereka hampir sama baiknya dengan microfill, dengan demikian, mereka juga

  

4,16

digunakan untuk restorasi kelas III dan IV.

e. Resin Komposit Nanofiller

  Sistem resin pada komposit ini menghasilkan modifikasi dari beberapa sistem resin untuk mendapatkan peningkatan sifat-sifat fisik komposit. Bahan restorasi komposit nano memiliki sifat fisik yang sangat baik terutama hasil pemolesan maupun kekuatan. Partikel filler pada bahan ini yaitu 0,005µm sampai 0,1µm. Komposit nano yang dikembangkan dengan menggunakan teknik nanotechnology, memiliki hasil poles seperti pada resin komposit mikro tetapi memiliki kekuatan dan

  18 tingkat keausan seperti pada resin komposit hibrid.

   Nanoteknologi atau yang lebih dikenal sebagai molekuler nanoteknologi atau

  teknik molekuler adalah material produk fungsional dan struktur yang mempunyai ukuran sekitar 0,1 sampai 100 nanometer (pengukuran nano) oleh berbagai metode fisika atau kimia. Perkembangan revolusioner nanoteknologi telah menjadi disiplin

  17 ilmu yang paling diminati dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.

  Resin komposit nanofiller merupakan bahan restorasi universal yang diaktifasi oleh visible-light yang dirancang untuk keperluan merestorasi gigi anterior maupun posterior. Resin ini memiliki sifat kekuatan dan ketahanan hasil poles yang sangat baik. Dikembangkan dengan konsep nanotechnology. Nanotechnology digunakan untuk membuat suatu produk baru yang lebih ringan, lebih kuat, lebih murah, dan

  18 lebih tepat.

  Komposisi ini terdiri dari resin yang bersifat dapat mengurangi penyusutan, yaitu BIS-GMA, BIS-EMA, UDMA dan sejumlah kecil TEGDMA. Sedangkan fillernya berisi kombinasi antara filler nanosilica 20nm yang tidak berkelompok dan nanocluster zirconia/silica yang mudah berikatan membentuk kelompok, dimana

  18 kelompok tersebut terdiri dari partikel zirconia/silica dengan ukuran 5 -20 nm.

  2.1.3 Sifat Resin Komposit

   Secara fisis sifat resin komposit meliputi penyerapan air, working and setting time,

  solubilitas air, konduktivitas ekspansi termal. Sifat fisis ini dapat mempengaruhi

  3,4 ketahanan jangka panjang dari restorasi resin komposit. Kekuatan kompresif dan kekuatan tensil resin komposit lebih unggul dibandingkan resin akrilik. Kekuatan tensil komposit dan daya tahan terhadap fraktur memungkinkannya digunakan bahan restorasi ini untuk penumpatan sudut insisal. Akan tetapi memiliki derajat keausan yang sangat tinggi, karena resin matriks yang

  3 lunak lebih cepat hilang sehingga akhirnya filler lepas.

  Penyerapan air pada resin komposit dapat dipengaruhi oleh komposisi matriks resin, jenis, ukuran, kehadiran golongan hidroksil yang mampu membentuk ikatan hidrogen dengan air dan ikatan matriks dengan partikel bahan pengisi. Rusaknya ikatan tersebut memberikan dua konsekuensi penting. Pertama ketika ikatan antara matriks resin dan partikel bahan pengisi hilang, partikel bahan pengisi kehilangan keefektifitasannya sebagai bahan yang memperkuat dan akan menyebabkan kerusakan pada restorasi resin komposit. Kedua, partikel bahan pengisi kehilangan

  3 kohesi permukaan sehingga restorasi tidak tahan aus.

2.1.3.1 Kekasaran resin komposit

  Kualitas permukaan restorasi gigi merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan restorasi. Kekasaran permukaan resin komposit ditentukan oleh ukuran, kekerasan dan jumlah partikel filler, dan juga mempengaruhi sifat mekanik dari bahan. Kekasaran permukaan merupakan salah satu faktor penyumbang untuk perubahan warna eksterior dan berkaitan erat dengan jenis material komposit. Struktur dan karakteristik partikel pengisi dalam resin komposit memiliki dampak langsung pada kehalusan permukaan dan dengan demikian meningkatkan kerentanan

  9 terhadap pewarnaan ekstrinsik.

  kekasaran permukaan restorasi secara klinis merupakan salah satu properti fisik penting yang membutuhkan investigasi. Setelah hasil akhir permukaan selesai, permukaan restorasi mempengaruhi estetika dan kesehatan mulut, seperti adanya kesalahan yang dapat mempengaruhi penampilan, retensi plak, perubahan warna

  19 permukaan dan iritasi gingiva.

  2.2 Pemutihan Gigi

   Pemutihan gigi kembali (bleaching) merupakan salah satu usaha memperbaiki

  perubahan warna gigi dengan pemakaian bahan oksidator kuat. Keberhasilan perawatan pemutihan gigi untuk dapat memberikan sensasi warna gigi lebih putih dari sebelumnya sangat tergantung pada jenis stain yang terdapat dalam struktur gigi, lokasi, dan seberapa dalam kemampuan agen aktif bleaching untuk berpenetrasi ke

  1,15 dalam email dan dentin.

  Konsentrasi hidrogen dan karbamid yang sering digunakan untuk bahan bleaching yaitu 10% karbamid peroksida atau 3-6% hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida konsentrasi 30 sampai 35%, sodium perborat, dan karbamid peroksida konsentrasi

  7 antara 3 sampai 45%.

  Teknik pemutihan gigi secara umum dibedakan menjadi teknik pemutih gigi yang dilakukan dokter gigi di tempat praktek atau disebut in office bleaching/power

  

bleaching dan pemutih gigi yang dilakukan oleh pasien sendiri di rumah dibawah

pengawasan dokter gigi yaitu home bleaching/nightguard vital bleaching).

  Konsentrasi bahan bleaching dibedakan berdasarkan teknik yang digunakan. Pada teknik in office bleaching konsentrasi yang digunakan adalah konsentrasi pada level tinggi (25-35% hidrogen peroksid atau 35% karbamid peroksid) sedangkan pada teknik home bleaching konsentrasi yang digunakan lebih rendah (3-6% hidrogen

  

14,20

peroksid atau 10-16% karbamid peroksid).

2.2.1 Bahan Pemutih Gigi

  Bahan yang sering digunakan sebagai pemutih gigi menurut walton dan Torabinayed (2002) antara lain hidrogen peroksid, natrium perborat, natrium hipoklorit, karbamid peroksid dan bahan oksidator. Bahan oksidator yang dipakai adalah larutan karbamid (H

2 O

  2

  30

  • – 35%). Untuk intra coronal bleaching yang sering digunakan adalah natrium perborat dan hidrogen peroksid. Sedangkan untuk

  14,15 extracoronal bleaching adalah karbamid peroksid dan hidrogen peroksid.

   a. Hidrogen Peroksida

  Hidrogen peroksida merupakan senyawa kimia reaktif yang mengandung unsur hidrogen dan oksigen (H2O2). Bentuk murni berupa likuid tidak berwarna dan bentuk sediaan komersial berupa larutan dalam air yang mengandung 33 -37% hidrogen peroksida murni dan bahan lainnya untuk mencegah produk mengalami

  1 dekomposisi.

  Hidrogen relatif tidak stabil dan mengalami dekomposisi secara perlahan dan melepaskan oksigen. Hidrogen peroksida dapat larut dalam air dan menyebabkan suasana asam, dan pH dipengaruhi oleh konsentrasi, untuk pH larutan 1% adalah 5,0- 6,0. Pada konsentrasi tinggi bahan pemutih gigi dapat bersifat bakteriostatik dan pada konsentrasi sangat tinggi dapat bersifat mutagenik dan memungkinkan kerusakan

  21

  pada ikatan DNA

   b. Karbamid Peroksida

  Haywood dan Heymann pada tahun 1989 telah memperkenalkan karbamid peroksida sebagai bahan pemutih dalam proses pemutihan gigi vital. Karbamid peroksida juga dikenal sebagai karbamid urea, urea peroksida, perhydrol urea dan

  21 perhydelure.

  Karbamid peroksida merupakan suatu senyawa yang tidak berbau, tidak toksik, berbentuk kristal putih, dan merupakan kombinasi antara 7% urea dan 3% hidrogen peroksida. Larutan karbamid peroksida sangat tidak stabil dan segera terurai menjadi bagian-bagiannya saat berkontak dengan jaringan atau saliva. Urea mudah bergerak

  14,21 secara bebas ke dalam email dan dentin pada proses degradasi ammonia.

  Urea dalam karbamid peroksida berperan sebagai penstabil agar efek bahan tersebut lebih panjang dan berperan memperlambat proses pelepasan hidrogen peroksida.. Selain itu, urea juga mempunyai efek pembersih untuk menetralkan asam

  14,21

  dan menghilangkan noda-noda pada gigi Konsentrasi yang aman dan efektif adalah 3%

  • –15%, Pada teknik home bleaching, karbamid peroksida yang digunakan hanya 10%-15%. Pemakaian bahan konsentrasi yang lebih tinggi yaitu 30%-45% karbamid peroksid pengawasan dokter gigi dengan teknik in-office bleaching. Karbamid peroksid memiliki derajat keasaman sedang
yaitu pH sekitar 6,5, oleh karena itu masih dapat dikategorikan netral dengan sedikit

  14,19 asam. Karbamid peroksid 10% sama efektifnya dengan hidrogen peroksid 3%.

2.2.2 Mekanisme pemutihan Gigi

  Bahan pemutih gigi memiliki berat molekul yang sangat rendah sehingga mampu berdifusi ke dalam email dan dentin, selanjutnya peroksida akan mengalami dekomposisi menjadi radikal-radikal bebas tidak stabil yang akan mengganggu molekul-molekul pigmen besar (kromofor) di dalam struktur gigi melalui reaksi oksidasi ataupun reduksi. Proses oksidasi-reduksi mengubah struktur substansi

  1,24 organik yang berinteraksi pada gigi sehingga menghasilkan perubahan warna.

  Karbamid peroksida akan terurai menjadi hidrogen peroksida dan urea. Komposisi hidrogen peroksida adalah sepertiga dari konsentrasi karbamid peroksida. Karbamid peroksida mula-mula terpecah menjadi hidrogen peroksida. Komponen urea dalam karbamid peoksida akan menstabilkan hidrogen peroksida dan dengan kontak pada

  21 gigi yang lebih lama akan diperoleh efisiensi reaksi yang sempurna.

  Hidrogen peroksida (H2O2) sebagai agen oksidator mempunyai radikal bebas yang tidak mempunyai pasangan elektron yang akan lepas dan kemudian diterima oleh email sehingga terjadi reaksi oksidasi. Radikal bebas dari peroksida adalah perhidroksil (HO2) dan oksigenase (O+). Perhidroksil ini merupakan radikal bebas yang kuat dan berperan pada proses pemutihan gigi, sedangkan oksigenase sebagai

  7 radikal bebas yang lemah.

  Radikal bebas ini akan bereaksi dengan ikatan tidak jenuh dan menyebabkan gangguan konjugasi elektron dan perubahan penyerapan energi pada molekul organik dalam struktur gigi (email, dentin). Molekul gigi berubah struktur kimianya dengan tambahan oksigen dan akan membentuk molekul organik email yang lebih kecil dengan warna yang lebih terang sehingga menghasilkan efek pemutihan dan gigi

  7,26 menjadi lebih bercahaya. Gambar 1. Ilustrasi mekanisme bleaching oleh agen aktif peroksida. (a) Diskolorasi yang disebabkan oleh chromophors ekstrinsik dan intrinsic, (b) Peroksida berpenetrasi dengan mengoksidasi chromophors, dan (c) terjadi diskolorasi dentin dan email melalui pemecahan chromophors menjadi fragmen-fragmen kecil oleh radikal peroksida.

  2.2.3 Teknik pemutihan gigi

   Teknik pemutihan gigi dapat diklasifikasikan menurut vitalitas gigi yaitu

  pemutihan gigi vital dan nonvital. Intracoronal bleaching dilakukan pada gigi nonvital yang telah dirawat endodontik dengan meletakkan bahan bleaching dalam kamar pulpa. Intracoronal bleaching dapat dilakukan dengan walking bleach dan

  14 termokatalitik atau kombinasi kedua teknik tersebut.

  Pengaplikasian bahan home bleaching yang menggunakan karbamid peroksida membutuhkan penggunaan tray. Pada tray dibuat reservoir pada bagian bukal sebagai tempat bahan bleaching diaplikasikan, yaitu 1-1,5 mm dari servikal dan 1 mm dari insisal/oklusal. Sedangkan bahan bleaching hidrogen peroksida diaplikasikan dengan

  14 ketebalan 0,5-1 mm pada permukaan gigi yang diputihkan.

  Pada kasus pasien yang tidak dapat menggunakan prosedur pemutihan di rumah karena berbagai alasan, misalnya waktu perawatan lama, pemakaian sendok cetak yang tidak nyaman dan mengiritasi atau rasa tidak enak, iritasi gingiva atau perut karena bahan pemutih. Pasien disarankan untuk melakukan perawatan di klinik atau

  

office bleaching untuk mendapatkan hasil pemutihan yang lebih cepat tanpa pemakaian sendok cetak yang lama. Bahan office bleaching diaplikasikan dengan

  14,15 ketebalan sekitar 1 mm pada permukaan gigi.

  Pemutihan gigi dapat dipilih sesuai kebutuhan penderita yaitu berdasarkan perubahan warna gigi, lokasi penggunaan bahan pemutih gigi, teknik yang digunakan, waktu penggunaan bahan pemutih gigi, dan jumlah perawatan yang dilakukan untuk melakukan bleaching. Teknik pemutihan gigi terdiri atas 3 yaitu Pemutihan gigi di rumah, Pemutihan gigi di klinik, Pemutihan gigi di klinik dengan

  6,14 kombinasi kekuatan sinar.

   2.2.3.1 Pemutihan gigi di rumah (home-bleaching)

  Pada pemutihan gigi di rumah digunakan untuk penderita dengan perubahan warna gigi ringan, ingin diputihkan satu atau dua tingkat dan punya waktu untuk pemakaian di rumah. Bahan yang digunakan adalah Carbamide peroxide

  (10−22%) atau gel pemutih non peroxide dengan konsentrasi relatif rendah. Pemutihan gigi di rumah menggunakan sendok cetak yang di buat di klinik, sendok cetak dan cairan pemutih dibawa pulang, lalu pasien kembali ke klinik secara periodik untuk kontrol perubahan warna gigi. Penggunaan bahan pemutih gigi membutuhkan hasil 3-4 minggu dengan

  6

  penggunaan s ekali sehari selama 2−3 jam.

   2.2.3.2 Pemutihan gigi di klinik (in-office bleaching)

  Pemutihan gigi di klinik lebih diindikasikan untuk penderita dengan perubahan warnagigi ringan sampai akut, ingin efek pemutihan lebih nyata yang dilakukan di klinik gigi, teknik office bleaching menggunakan bahan Carbamide peroxide dan

  Hydrogen peroxide

  (34−44%). Teknik yang digunakan pada pemutihan gigi ini dengan cara cairan diaplikasikan pada gigi yang telah diisolasi sehingga cairan bahan pemutih tidak mengiritasi jaringan lunak. Hasil perawatan ini lebih singkat dan beberapa hasil terlihat setelah 30 menit. Teknik ini juga dapat digunakan sebagai

  6,14

  perawatan pertama untuk perawatan harian dirumah

2.2.3.3 Pemutihan gigi di klinik dengan kombinasi sinar

  Pada teknik pemutihan ini memiliki indikasi yang sama dengan teknik pemutihan gigi di klinik yaitu untuk penderita dengan perubahan warna gigi ringan sampai berat dan ingin hasil secara langsung. Bahan yang digunakan adalah Hydrogen peroxide (30−50%) dengan prosedur cairan diaplikasikan pada gigi dan diaktivasi dengan sumber panas atau sinar khusus. Hasil perubahan warna langsung terlihat dengan satu

  6 kali visit ke dokter gigi.

2.3 Metode Pengukuran kekasaran permukaan

   Kekasaran permukaan dapat diukur dengan dua metode, antara lain metode

  sentuhan (contact method) dan metode tanpa sentuhan (non-contact method). Metode sentuhan dilakukan dengan menarik suatu stylus pengukuran sepanjang permukaan.

  2,20,24 Alat untuk metode sentuhan ini disebut profilometer atau profile meter.

  Stylus profilometer terdiri dari tracer head dan amplifier. Rumah tracer head terbuat dari stylus intan yang mempunyai radius 0,013 mm. Stylus merupakan peraba dari alat ukur kekasaran permukaan yang berbentuk konis rata ataupun radius. Tracer

  

head dapat digerakkan sepanjang permukaan benda kerja secara manual maupun

  24 menggunakan motor penggeraknya (secara otomatis).

  Permukaan yang tidak teratur akan menyebabkan stylus bergerak. Pergerakan

  

stylus ini akan digambarkan dalam bentuk fluktuasi gelombang elektronik oleh

treacer head yang kemudian akan diperbesar oleh amplifier sehingga bentuk

  kekasaran permukaan dapat dilihat dengan menggunakan mata. Kekasaran spesimen didefinisikan sebagai rata-rata tinggi aritmatika penyimpangan komponen kekasaran

  20,24 dari garis rata-rata diukur dalam panjang sampling.

2.4 Kerangka Teori

  Resin Komposit Bahan

  Komposisi

  Pemutihan

  pengertian

  Jenis gigi

  Matriks Resin unfilled Makrofiller Mikrofiller Nanofiller Hybrid

  (10-100 µm) (0,01-0,1 (0,005- (0,4-1 Bahan

  µm) 0,1 µm) µm) Pengisi

  Bahan Karbamid Hidrogen

  Coupling peroksida peroksida

  Penggunaan bahan pemutih gigi karbamid 10% dan 35%

  Terjadi proses oksidasi Kekasaran permukaan resin komposit

2.5 Kerangka Konsep

  Resin komposit nanofil Karbamid Peroksida

  Hidrogen Peroksida Urea

  Penstabil agar efek bahan pemutih gigi lebih panjang Oksidasi

  Pelarutan permukaan resin komposit Kekasaran permukaan resin komposit nanofil

Dokumen yang terkait

Perbedaan Pengaruh Teknik Dry-Bonding, Water Wet-Bonding dan Ethanol Wet-Bonding Pada Restorasi Klas II Resin Komposit Nanohybrid Terhadap Celah Mikro (In Vitro)

0 0 17

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perbedaan Pengaruh Teknik Dry-Bonding, Water Wet-Bonding dan Ethanol Wet-Bonding Pada Restorasi Klas II Resin Komposit Nanohybrid Terhadap Celah Mikro (In Vitro)

0 0 19

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Perbedaan Pengaruh Teknik Dry-Bonding, Water Wet-Bonding dan Ethanol Wet-Bonding Pada Restorasi Klas II Resin Komposit Nanohybrid Terhadap Celah Mikro (In Vitro)

0 1 6

WATER WET-BONDING DAN ETHANOL WET BONDING PADA RESTORASI KLAS II

0 0 14

Perbandingan Indeks Plak Pengguna Pesawat Ortodonti Cekat pada Murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan

0 0 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawatan Ortodonti - Perbandingan Indeks Plak Pengguna Pesawat Ortodonti Cekat pada Murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan

1 2 17

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gipsum - Perbedaan Kekuatan Kompresi Gipsum Tipe III Pabrikan dan Daur Ulang serta Gipsum Tipe III Daur Ulang dengan Penambahan Larutan Zink Sulfat 4% sebagai Bahan Model Kerja Gigitiruan

0 0 20

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Perbedaan Kekuatan Kompresi Gipsum Tipe III Pabrikan dan Daur Ulang serta Gipsum Tipe III Daur Ulang dengan Penambahan Larutan Zink Sulfat 4% sebagai Bahan Model Kerja Gigitiruan

0 0 7

Perbedaan Kekuatan Kompresi Gipsum Tipe III Pabrikan dan Daur Ulang serta Gipsum Tipe III Daur Ulang dengan Penambahan Larutan Zink Sulfat 4% sebagai Bahan Model Kerja Gigitiruan

0 0 15

Kekasaran Permukaan Resin Komposit Nanofiller Setelah Pengaplikasian Bahan Pemutih Gigi Karbamid Peroksida 10% dan 35%

0 1 8