BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawatan Ortodonti - Perbandingan Indeks Plak Pengguna Pesawat Ortodonti Cekat pada Murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perawatan Ortodonti

  Perawatan ortodonti merupakan perawatan yang bertujuan untuk mengembalikan fungsi estetika dan fungsi gigi menjadi optimal. Perawatan ortodonti tidak hanya memperbaiki susunan gigi-geligi, tetapi dalam kasus-kasus tertentu mempunyai dampak yang besar terhadap penampilan wajah seseorang. Susunan gigi- geligi yang baik juga dapat menyebabkan standar kebersihan mulut menjadi lebih

  3

  baik dan mencegah terjadinya gangguan pada TMJ. Terdapat dua perawatan ortodonti yaitu pemakaian pesawat ortodonti lepasan dan pemakaian pesawat ortodonti cekat.

2.1.1 Pengertian Pesawat Ortodonti Cekat

  Pesawat ortodonti cekat adalah salah satu alat kedokteran gigi untuk perawatan gigi yang tidak beraturan dan hanya bisa dilepas pasang oleh ahli ortodonti

  7,17

  (Gambar 1). Pesawat ortodonti cekat dapat digunakan untuk menangani kasus- kasus tertentu yang tidak dapat ditangani menggunakan pesawat ortodonti lepasan. Kasus-kasus tersebut seperti kasus dengan gigi yang menyimpang jauh, perawatan lengkung bawah, penutupan ruang, perbaikan hubungan insisivus, dan memberikan gerakan pada banyak gigi. Pesawat ortodonti cekat juga memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan pesawat ortodonti lepasan yaitu tidak mudah terjadi pengungkitan karena retensi dicekatkan langsung pada gigi, kurang membutuhkan ketrampilan dari pihak pasien dalam mengendalikan pesawat, dan memungkinkan dilakukan gerakan pada beberapa gigi secara bersamaan. Namun, pesawat ortodonti cekat memiliki kekurangan, yaitu pesawat dicekatkan langsung pada gigi dan

  2,3 desainnya yang rumit memudahkan terjadinya penumpukan sisa makanan.

  7 Gambar 1. Pesawat Ortodonti Cekat.

2.1.2 Piranti Pesawat Ortodonti Cekat

  Piranti pesawat ortodonti cekat terdiri dari braket, band, archwire, elastik,

  2 o ring dan power chain.

2.1.2.1 Braket

  Braket merupakan piranti pesawat ortodonti cekat yang melekat dan terpasang mati pada gigi, dimana braket berfungsi untuk menghasilkan tekanan yang terkontrol pada gigi-gigi. Braket memberikan titik perlekatan pada mahkota gigi, sehingga

  archwire dan asesorinya dapat memberi pengaruh terhadap posisi gigi. Braket harus

  ditempel dengan kuat pada gigi, baik dengan perlekatan langsung atau dengan

  25 bantuan band baja antikarat yang dilas ke braket.

  Terdapat tiga tipe braket pada pesawat ortodonti cekat, antara lain braket logam, braket transparan (braket keramik), dan braket lingual. Saat pertama kali menggunakan braket dapat menyebabkan munculnya beberapa ulser di dalam rongga mulut, ulser ini akan berkurang setelah tiga sampai empat hari. Ulser ini terjadi akibat

  25 gesekan braket yang terus-menerus mengenai mukosa mulut.

  25 a.

  Braket Logam Braket logam dibuat dari baja antikarat dengan mengecor dan memakai mesin agar didapat hasil yang tepat.

  b.

  Braket Transparan (Braket Keramik) Braket transparan terbuat dari kristal besar tunggal dengan mesin maupun dari bubuk polikristalin dengan proses “injection moulding”. Braket ini tahan terhadap distorsi maupun perubahan warna, tetapi mempunyai sejumlah kekurangan jika dibandingkan dengan braket logam, seperti rapuh, mudah patah, dan lebih mahal.

  c.

  Braket Lingual Braket lingual adalah braket yang direkatkan ke permukaan lingual gigi. Bentangan antar braket menjadi berkurang dibandingkan dengan braket logam dan braket keramik. Diperlukan desain khusus untuk penggunaan braket lingual ini, dalam mekanismenya sebisa mungkin harus menghindari terjadinya iritasi pada lidah dan jaringan di sekitarnya. Kesulitan dalam pengaturan posisi braket yang akurat membuat teknik perekatan tidak langsung sangat diperlukan sehingga demikian dukungan laboratorium sangat vital. Braket lingual memiliki beberapa kekurangan yaitu hasilnya kurang baik, diperlukan waktu kontrol yang lama, jumlah waktu perawatan secara kronologis lebih lama, pasien lebih tidak nyaman, dan braket lingual cenderung mudah lepas.

2.1.2.2 Band

  Band merupakan piranti pesawat ortodonti cekat yang terbuat dari baja

  antikarat tanpa sambungan. Band dapat direnggangkan pada gigi sehingga dapat cekat dengan sendirinya. Band tidak boleh meluas ke permukaan oklusal gigi dan juga tidak boleh beroklusi dengan gigi antagonisnya karena band akan menjadi

  2,25 longgar akibat gaya oklusal.

  Archwire merupakan piranti pesawat ortodonti cekat dimana sifat archwire

  tergantung pada diameter kawat, komposisi kawat, panjang dan bentuk bentangan antar braket, lebar braket, serta gesekan antar kawat dan alur braket. Archwire selalu mengalami perubahan selama masa perawatan. Setiap perubahan archwire akan menuntun gerakan gigi sampai mendapatkan posisi gigi yang ideal.

  2.1.2.4 Elastik

  Elastik adalah piranti pesawat ortodonti cekat yang dibuat dalam beberapa bentuk yang sesuai untuk penggunaan ortodonti. Cincin lateks elastik tersedia dalam berbagai ukuran dan ketebalan. Lateks elastik ini memiliki kelebihan yaitu dapat diganti oleh pasien setiap hari sehingga dapat mempertahankan gaya konstan yang layak. Elastik harus dipakai terus-menerus, kecuali jika dipakai saat pembersihan

  25 gigi.

  Benang elastik berfungsi untuk menutup ruang dan selama tahap awal yang berkaitan dengan gigi yang menyimpang parah, sebelum dapat dikaitkan langsung ke

  25 dalam archwirenya. Benang dapat putus dan tidak dapat diganti oleh pasien.

  Rantai elastik berguna untuk mengaitkan sejumlah gigi ke archwire dan mempertahankan ke dalam kontak. Sering terjadi resiko dalam mengaplikasikan gaya yang berlebihan dan idealnya dipakai suatu pengukur ketegangan untuk memastikan

  25 bahwa besar gaya yang diaplikasikan telah sesuai.

  2.1.2.5 O Ring O ring adalah pengikat elastik yang digunakan untuk merekatkan archwire ke

  braket, biasanya berwarna abu-abu atau bening, tetapi banyak juga jenis warna lain yang membuat braket menjadi menarik. O Ring elastik sebaiknya diganti setiap waktu

  25 kontrol untuk mempertahankan perlekatan yang baik antara archwire dan braket. Terbuat dari bahan elastik yang sama dengan o ring elastik. Power chain berupa ikatan mata rantai. Power chain ditempatkan pada gigi, bentuknya seperti pita yang tersambung dari satu gigi ke gigi yang lain. Power chain berfungsi untuk menutup celah antar gigi. Power chain memberi kekuatan yang lebih dan menggerakkan gigi lebih cepat. Terkadang power chain tetap aktif meskipun celah

  25 telah tertutup, hal ini berfungsi untuk memastikan tidak terjadi relaps.

2.2 Plak Gigi

  Penggunaan pesawat ortodonti cekat memiliki komponen dan desain yang berdampak terhadap kebersihan rongga mulut. Salah satu dampak penggunaan pesawat ortodonti cekat adalah mempermudah pembentukan plak gigi.

2.2.1 Pengertian Plak Gigi

  Plak adalah lapisan semitransparan yang mengandung polisakarida yang melekat erat pada permukaan gigi. Plak adalah deposit lunak yang membentuk lapisan biofilm dan melekat erat pada permukaan gigi dan gusi serta permukaan keras lainnya dalam rongga mulut. Plak dapat berupa mukus yaitu lapisan bening tipis yang dipenuhi oleh bakteri atau mikroorganisme yang ada di rongga mulut. Mukus itu sendiri merupakan kumpulan mucin, yaitu zat yang terkandung di saliva dan merupakan sarana atau alat bagi bakteri untuk menempel pada gigi. Oleh karena warnanya yang bening plak hanya dapat dilihat dengan cara pewarnaan, yaitu

  13,17,18,26 menggunakan disclosing solution (Gambar 2). Gambar 2. Plak gigi dengan pewarnaan

  26 disclosing solution.

2.2.2 Klasifikasi dan Komposisi Plak Gigi

  Plak gigi diklasifikasikan menjadi dua katagori, yaitu plak supragingiva dan plak subgingiva. Plak supragingiva ditemukan di atas margin gingiva atau berkontak langsung dengan margin gingiva. Plak supragingiva umumnya ditemukan di sepertiga gingival mahkota gigi, area inter-proximal, dan area pit fisura. Plak subgingiva ditemukan di bawah margin gingiva, terletak antara jaringan gigi dan jaringan

  19 surkular gingiva.

  Plak gigi terdiri dari bakteri, Mycoplasma sp, ragi, protozoa, dan virus. Menurut para ahli, plak terdiri dari 70% bakteria dan 30% bahan matriks antar sel.

11 Tiap satu gram plak terdapat 2x10 bakteri yang terdiri dari 325 spesies bakteri,

  

13

Myciplasma sp, ragi, protozoa, dan virus. Berdasarkan International Journal of

  3 Medical Dentistry tahun 2013, pada 1 mm plak gigi dengan berat sekitar 1 mg

  8

  terkandung lebih dari 10 bakteri. Meskipun sedikitnya terdapat 300 spesies bakteri telah diisolasi dan diidentifikasi karakteristiknya, namun tetap saja tidak

  19 memungkinkan untuk mengidentifikasi semua spesies yang ada.

  19 Pola pengembangan plak mencakup tiga fase: 1.

  Perlekatan bakteri pada permukaan padat gigi

  2. Pembentukan mikro koloni pada permukaan gigi 3.

  Pematangan plak subgingiva Pembentukan plak diawali dengan fase pembentukan pelikel, yaitu selapis tipis bakteri yang terbentuk dalam beberapa menit di permukaan gigi yang bersih.

  Selanjutnya dalam beberapa jam terjadi perlekatan dimana bakteri melekat pada pelikel dan lapisan lendir terbentuk di sekitar perlekatan bakteri tersebut. Selanjutnya terbentuk plak supragingiva muda yang terdiri dari bakteri berbentuk batang dan kokus gram positif, serta beberapa bakteri berbentuk batang dan kokus gram negatif. Pada plak supragingiva tua terdapat peningkatan presentasi bakteri anaerob gram negatif. Plak supra gingival dapat berkembang menjadi pembentukan plak subgingiva yang kebanyakan terdapat bakteri gram positif dan beberapa bakteri gram negatif

  19 berbentuk batang dan kokus.

  Bakteri melekat pada gigi dibantu oleh mukus. Lapisan mukus ini bening dan sangat tipis, sehingga terkadang tidak disadari bahwa mukus telah dipenuhi oleh bakteri dan telah menjelma menjadi plak gigi. Adanya plak pada gigi mempermudah melekatnya sisa makanan. Sisa makanan yang menempel pada plak gigi adalah energi

  17

  bagi bakteri di mulut untuk menciptakan lubang gigi. Terdapat berbagai tipe bakteri yang hidup di dalam rongga mulut, beberapa diantaranya mempunyai kemampuan membentuk koloni pada permukaan gigi dan membentuk plak secara berkesinambungan. Plak yang tipis dapat berada pada daerah pit dan fisura gigi, permukaan licin mahkota gigi, daerah permukaan interproksimal, pada permukaan

  

12, 14-15

restorasi gigi, serta pada mahkota tiruan.

  Pembentukan plak sangat dipengaruhi oleh bakteri. Streptokokus merupakan spesies bakteri pertama yang melekat pada gigi dan memulai terbentuknya plak. Beberapa spesies lain secara progresif juga menginfiltrasi plak dan beberapa hari setelah terjadinya pertumbuhan bakteri akan terlihat bahwa yang lebih dominan adalah basil negatif. Mikroorganisme yang paling bersifat kariogenik adalah

  

Lactobacillus. Organisme-organisme tersebut tidak hanya memproduksi asam

  organik secara cepat dari refined carbohydrates yang dikenal sebagai asidogenik, mereka juga mempunyai kemampuan menghasilkan suasana asam tinggi yang disebut sebagai “asidurik”. Streptococcus sobrinus merupakan produsen asam paling cepat.

  

Lactobacillus adalah mikroorganisme yang secara khusus dikenal sebagai

  penyumbang suasana asam dan merupakan salah satu organisme penyebab karies dentin. Polisakarida yang dihasilkan oleh Streptococcus mutans dan bakteri lainnya merupakan penyumbang perlekatan pada gigi melalui pelikel dan akan menyebabkan metabolisme karbohidrat oleh bakteri pada saat sumber diet telah mencapai

  13,20-22 kejenuhan.

  Metabolisme bakteri dari refined carbohydrate dengan tingkat yang tinggi pada plak di permukaan gigi dapat menyebabkan penurunan pH sebanyak 2 - 4 poin. Derajat penurunan pH tergantung pada ketebalan plak, jumlah dan gabungan bakteria yang terdapat pada plak, serta efisiensi kemampuan buffer saliva. Pemulihan pH pada kondisi normal berlangsung dalam waktu 20 menit dan pada beberapa pasien dapat berlangsung hingga beberapa jam. Semakin lama pemulihan pH menuju kodisi normal, semakin besar kemungkinan terjadi karies gigi. Aliran saliva yang sangat tinggi dapat mengembalikan pH sampai sisa makanan benar-benar telah hilang dalam

  13 rongga mulut.

  Pembentukan plak gigi tidak dapat dicegah karena akan selalu ada dan terbentuk lagi. Hal yang perlu dilakukan adalah mengontrol agar jumlah plak tidak terlalu banyak. Menyikat gigi merupakan salah satu proses meminimalkan keberadaan plak untuk sementara sehingga tidak banyak sisa makanan yang dapat

  12

  menempel di gigi. Cara lainnya yaitu dengan menggunakan benang gigi, penggunaan bahan kimia Klorheksidin dan memantau keberadaan plak dengan

  23 menggunakan disclosing solution atau cairan pewarna plak gigi. Banyak indeks yang dapat digunakan untuk mengukur indeks plak, diantaranya adalah indeks plak oleh Loe and Silness, indeks plak oleh

  O’Leary,

  indeks Plaque Formation Rate (PFRI), indeks Oral Hygiene dan indeks Oral (OHI dan OHIS), indeks Oral Rating (ORI), indeks Patient

  Higiene Simplified Hygiene Performance

  (PHP) oleh Podshadley and Haley, dan Personal Hygiene

  14 Performance-Modified (PHP-M) oleh Martin dan Meskin.

  Indeks plak oleh Loe and Silness tahun 1964 diindikasikan untuk mengukur skor plak berdasarkan lokasi dan kuantitas plak yang berada dekat dengan margin gingival. Indeks plak Loe and Silness dapat dilakukan dengan menggunakan larutan pewarna yang dioleskan ke seluruh permukaan gigi dan kemudian diperiksa pada empat permukaan gigi, yaitu permukaan mesial, distal, lingual, dan fasial. Selanjutnya skor dihitung, bila skor berkisar 0 - 1 dikategorikan baik, 1,1 - 1,2

  14 sedang, dan 2,1 - 3 buruk.

  14 Tabel 1. Kriteria penilaian indeks plak Loe and Silness.

KODE KRITERIA

  Tidak ada plak pada gingiva

  1 Dijumpai lapisan tipis plak yang melekat pada margin gingival di daerah yang berbatasan dengan gigi tetangga.

  2 Dijumpai tumpukan sedang deposit lunak pada saku gingival dan pada margin gingival dan atau pada permukaan gigi tetangga yang dapat dilihat langsung.

  3 Terdapat deposit lunak yang banyak pada saku gusi dan atau pada margin dan permukaan gigi tetangga.

  Indeks Oral Hygiene dan indeks Oral Hygiene Simplified (OHI dan OHIS) merupakan indeks yang banyak digunakan untuk menentukan status kebersihan mulut pada penelitian epidemiologis. Pemeriksaan dilakukan pada enam gigi yaitu gigi 16, sedangkan gigi 36 dan 46 permukaan lingualnya. Pemeriksaan terdiri atas pemeriksaan skor debris dan skor kalkulus. Skor 0 - 1,2 dikategorikan baik, 1,3 - 3,0

  

14

kategori sedang dan 3,1 - 6 kategori buruk.

  14 Tabel 2. Cara pemberian skor untuk OHI dan OHIS.

  1. Skor Debris

KODE KRITERIA

  Tidak ada debris atau stein

  1 Debris lunak menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi atau adanya stein ekstrinsik tanpa debris pada daerah tersebut.

  2 Debris lunak menutupi lebih dari 1/3 tapi kurang dari 2/3 permukaan gigi

  3 Debris lunak menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi

  2. Skor Kalkulus

KODE KRITERIA

  Tidak ada kalkulus

  1 Kalkulus supragingiva menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi yang terkena

  2 Kalkulus supra gingival menutupi lebih dari 1/3 tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi yang terkena. Adanya kalkulus subgingiva berupa flek di sekeliling gigi.

  3 Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi yang terkena. Adanya kalkulus subgingiva berupa pita yang tidak terputus di sekeliling leher gigi.

  Indeks Patient Hygiene Performance (PHP) yang dikeluarkan oleh Podshadley AG dan Haley JV pada tahun 1968 mengukur skor indeks plak dari kedua permukaan gigi yaitu bukal dan lingual/palatal sedangkan Personal Hygiene

  1 pengguna pesawat ortodonti cekat.

  Indeks Personal Hygiene Performance-Modified (PHP-M) dari Martin dan Meskin tahun 1972, merupakan indeks yang telah dimodifikasi dari Personal

  (PHP) dari Podshadley dan Haley tahun 1968. Indeks PHP-M

  Hygiene Index digunakan untuk mengukur plak pada pengguna pesawat ortodonti cekat.

  Pemeriksaan plak menggunakan indeks PHP-M dibantu dengan mengoleskan

  

disclosing solution. Gigi yang dilakukan pemeriksaan pada metode PHP-M ini adalah

  gigi insisivus sentralis kanan atas, kaninus kiri atas, premolar dua kiri atas, insisivus

  1, 13-14

  sentralis kiri bawah, kaninus kanan bawah, premolar dua kanan bawah. Pada bagian yang terdapat plak diberi skor 1, daerah yang tidak ada plak diberi skor 0. Daerah yang terdapat braket tidak dihitung. Selanjutnya skor indeks plak dihitung dengan cara jumlah total skor plak seluruh permukaan gigi yang diperiksa dibagi

  1 dengan jumlah seluruh permukaan gigi yang diperiksa.

  1 Gambar 3. Permukaan gigi yang diperiksa.

  4 KODE KRITERIA

  Sangat Baik 0,1-1,7 Baik 1,8-3,4 Sedang 3,5-5,0 Buruk

2.4 Hubungan Pesawat Ortodonti Cekat dan Pembentukan Plak

  Pesawat ortodonti cekat adalah perawatan yang digunakan untuk mengembalikan posisi gigi agar berfungsi secara optimal dan mencapai fungsi estetika. Perawatan menggunakan pesawat ortodonti cekat membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga tiap pasien yang menjalani perawatan harus memberikan perhatian yang lebih terhadap kebersihan mulut. Pesawat ortodonti cekat mengakibatkan akumulasi plak yang dapat menyebabkan peningkatan jumlah mikroba menjadi meningkat dan perubahan komposisi dari mikrobial. Hal ini disebabkan karena pesawat ortodonti cekat memiliki desain yang rumit sehingga

  1 menyulitkan dalam pembersihan gigi.

  Plak yang menumpuk menyebabkan terjadinya karies gigi dan gingivitis yang selanjutnya dapat menyebabkan terjadi kerusakan pada jaringan periodontal. Penggunaan pesawat ortodonti cekat juga meningkatkan terjadinya traumatik ulser yang diakibatkan oleh komponen pesawat ortodonti cekat. Iritasi oral dan ulser biasanya terjadi di sekitar braket, clasp, dan band. Traumatik ulser tersebut menyebabkan pengguna pesawat ortodonti cekat menjadi malas untuk membersihkan gigi dan mulut karena sakit yang ditimbulkannya. Apabila dibiarkan dapat

  1 menyebabkan peningkatan jumlah plak.

  Sikap pengguna pesawat ortodonti cekat terutama pada usia remaja juga berpengaruh. Psikologi anak remaja yang ingin terlihat menarik dengan menggunakan pesawat ortodonti cekat tidak didukung dengan kesadaran untuk menjaga kebersihan mulut. Hal ini disebabkan karena remaja kurang mempunyai ditimbulkan oleh plak yang menumpuk. Metode untuk menjaga kebersihan rongga mulut yang tepat seharusnya diajarkan dan ditekankan kepada pasien saat pemasangan pesawat ortodonti cekat. Instruksi dalam menjaga kebersihan rongga

  5 mulut juga harus diberikan selama perawatan pada saat kunjungan berkala.

  Selama perawatan pasien juga dianjurkan untuk memeriksakan kondisi periodontal agar penyakit periodontal dapat terdeteksi sedini mungkin. Selama perawatan menggunakan pesawat ortodonti cekat perlu dilakukan tindakan pencegahan penumpukan plak sehingga didapatkan kebersihan rongga mulut yang baik. Beberapa tindakan pencegahan penumpukan plak dapat dilakukan, seperti menyikat gigi secara teratur, berkumur, dan kontrol berkala ke dokter gigi. Kontrol berkala saat perawatan ortodonti mengurangi kemungkinan terjadinya penyakit periodonsium. Kebersihan rongga mulut ini menjadi tanggung jawab pasien, orang tua, dan dokter gigi. Dokter gigi harus memotivasi dan memberikan instruksi untuk menjaga kebersihan mulut. Data terbaru menyatakan bahwa individu yang mempunyai motivasi yang tinggi untuk menjaga kebersihan rongga mulut

  24 mempunyai dampak yang lebih baik terhadap penyakit periodontal.

2.5 Remaja

  Dalam dunia psikologi pertumbuhan masa remaja banyak menarik perhatian para ahli. Bahkan para ahli di bidang lain juga tertarik untuk meneliti tentang masa remaja, misalnya, bidang antropologi, kedokteran, dan kedokteran gigi. Masa remaja telah dipelajari sejak jaman dahulu oleh para ahli. Beberapa diantaranya adalah Aristoteles yang menggambarkan perkembangan pubertas berdasarkan perubahan jasmaniah, Rousseau mengemukakan bahwa masa pubertas adalah masa perkembangan yang penting, dan Herbart pada awal abad ke 19 mengatakan bahwa umur 10 - 17 tahun dianggap sebagai masa yang penting dalam pendidikan disiplin, dan perkembangan individu bukan saja rekapitulasi pilogenis tetapi juga rekapitulasi kultural. Teori lama menyebutkan bahwa masa remaja dianggap sebagai Sturn und

  

Drunk, strorm and stress, yaitu semacam badai topan. Para psikologi modern

  6 karakteristik, seperti perkembangan emosi, kepribadian, dan intelektual.

  Secara umum masa remaja atau adolesen adalah salah satu fase perkembangan hidup manusia ketika seorang individu yang belum dewasa dalam umur belasan tahun mencapai kulminasi pertumbuhan jasmani dan mental. Masa remaja juga dikatakan sebagai masa perkembangan yang merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Masa ini dimulai sekitar umur 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada umur

  5-6 18 hingga 21 tahun.

  Secara biologis dan kimiawi, pada masa remaja mulai tumbuh fungsi dari alat kelamin, yaitu mulai mengeluarkan kelenjar-kelenjar kelamin (hormon genitalia) yang mereproduksikan jenisnya. Pada masa remaja mulai tumbuh pubes, yaitu rambut-rambut tanda kedewasaan, misalnya kumis dan rambut genetalia. Oleh karena itu, masa itu disebut pubertas. Perubahan hormonal yang terjadi pada masa remaja

  5-6 bertanggung jawab atas sebagian naik turunnya emosi remaja.

  Secara psikologi, oleh karena pertumbuhan dan perkembangan mental serta pengaruh hormon genetalia terhadap jasmani dan rohani, maka tingkah laku remaja bukan lagi sebagai anak-anak, akan tetapi sudah mengarah kepada tingkah laku orang dewasa. Secara sosiokultural, anak remaja mulai mengenal, menemukan dan dikenalkan kepada norma-norma atau nilai hidup orang dewasa serta belajar dan diajar untuk melaksanakannya. Anak remaja mencari dan diberi posisi atau status sosial dalam masyarakat. Perkembangan masa remaja tidaklah sama karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti etnis, budaya, sejarah, gender, sosial-

  5-6 ekonomi, dan gaya hidup yang bervariasi.

  5-6,8

  Berikut adalah karakteristik remaja antara lain: 1.

  Selama masa remaja terjadi perubahan yang cepat pada tubuh dan suatu gambaran ideal (ideomatis) mengenai bentuk tubuh yang dicita-citakan serta gerakan- gerakan motoris habitual (pola tingkah laku, gaya, dan lagak). Anak remaja mengalami perasaan cinta yang lebih terhadap dirinya sendiri, seperti memuja akan ketampanan dan kecantikan diri sendiri.

  Anak remaja membutuhkan, menemukan, dan mencari status sosialnya. Anak remaja sudah mempunyai idaman status sosial dalam masyarakatnya. Erikson tahun 1968 menyatakan gagasan tentang pembentukan identitas selama masa remaja.

  Remaja dinilai sebagai individu yang sedang mencari siapa diri mereka dan mencari tempat di dunia ini.

  3. Adanya relasi dan interaksi dalam kelompok sehingga muncul perhatian terhadap lawan jenis. Oleh karena itu ada keinginan untuk menarik lawan jenis yang ia suka, salah satunya dengan memerhatikan penampilan. Pada masa ini juga timbul kesadaran akan penilaian terhadap dirinya.

  4. Sosialitas anak remaja mulai berkembang ke arah sikap sosial yang sebenarnya. Namun, pada usia tersebut mereka mengalami kebingungan mengenai hal yang akan mereka anut. Kelompok sebaya memegang peran penting dalam hal ini. Pesawat Ortodonti Cekat Remaja Pengertian Komponen

  • Psikologi Remaja - Karakteristik - Braket

  Remaja

  a. Braket logam b.

  Braket transparan c. Braket Lingual

  • Band - Archwire - Elastik - O Ring - Power Chain Hubungan Pesawat Ortodonti Cekat dan Pembentukan Plak Plak Gigi - Pengertian Plak Gigi - Klasifikasi dan Komposisi Plak Gigi - Pembentukan Plak Gigi Skor Indeks Plak

  Patient Hygiene Performance (PHP) index modifikasi

  Indeks Plak Pesawat Ortodonti Cekat

  • Pendidikan Orang tua
  • Pendapatan Orang tua
  • Kontrol rutin ke dokter gigi
  • Jenis sikat gigi

Dokumen yang terkait

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan - Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Guru-Guru SD di Kecamatan Medan Selayang Terhadap Penatalaksanaan Gigi Avulsi

0 0 17

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Guru-Guru SD di Kecamatan Medan Selayang Terhadap Penatalaksanaan Gigi Avulsi

0 0 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Maloklusi - Perbedaan Dampak Maloklusi Anterior Terhadap Status Psikososial Menggunakan Indeks PIDAQ pada Siswa SMA Global Prima Nasional Plus dan SMA Pangeran Antasari

0 1 13

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Perbedaan Dampak Maloklusi Anterior Terhadap Status Psikososial Menggunakan Indeks PIDAQ pada Siswa SMA Global Prima Nasional Plus dan SMA Pangeran Antasari

0 0 7

Perbedaan Dampak Maloklusi Anterior Terhadap Status Psikososial Menggunakan Indeks PIDAQ pada Siswa SMA Global Prima Nasional Plus dan SMA Pangeran Antasari

0 0 14

Perbedaan Pengaruh Teknik Dry-Bonding, Water Wet-Bonding dan Ethanol Wet-Bonding Pada Restorasi Klas II Resin Komposit Nanohybrid Terhadap Celah Mikro (In Vitro)

0 0 17

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perbedaan Pengaruh Teknik Dry-Bonding, Water Wet-Bonding dan Ethanol Wet-Bonding Pada Restorasi Klas II Resin Komposit Nanohybrid Terhadap Celah Mikro (In Vitro)

0 0 19

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Perbedaan Pengaruh Teknik Dry-Bonding, Water Wet-Bonding dan Ethanol Wet-Bonding Pada Restorasi Klas II Resin Komposit Nanohybrid Terhadap Celah Mikro (In Vitro)

0 1 6

LAMPIRAN 1 DATA SKOR INDEKS PLAK PENGGUNA PESAWAT ORTODONTI CEKAT PADA MURID SMA SWASTA HARAPAN 1 MEDAN DAN SMA NEGERI 1 MEDAN

0 0 19

Perbandingan Indeks Plak Pengguna Pesawat Ortodonti Cekat pada Murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan

0 0 6