Analisis Usaha Pemberian Imbangan Hijauan Daun Singkong (Manihot Utilisima) Dengan Konsentrat Terhadap Produksi Susu Kambing Peranakan Etawa (PE)

  Analisis Usaha Ternak Kambing

  Analisis usaha ternak merupakan kegiatan usaha penting bagi suatu usaha ternak yang mempunyai prospek cerah dapat dilihat dari analisis usahanya. Berdasarkan data tersebut dapat diukur keuntungan usaha dan tersedianya dana yang ril untuk periode selanjutnya. Melalui analisis ini dapat dicari langkah pemecahan berbagai kendala yang dihadapi. Analisis dapat juga memberikan informasi lengkap tentang modal yang diperlukan, penggunaan modal, besar biaya, untuk bibit (bakalan), ransum, kandang, lamanya modal kembali dan tingkat keuntungan uang yang diperoleh (Suharno dan Nazaruddin, 1994).

  Dalam membangun suatu perusahaan, perlu beberapa pertimbangan ekonomi dasar seperti: apa yang dihasilkan, bagaimana menghasilkannya, seberapa banyak harus dihasilkan, dan bagaimana harus memasarkannya. Untuk itu perlu pencatatan semua kegiatan yang dilakukan selama periode penggemukan seperti pencatatan biaya-biaya (biaya pakan, biaya bibit, biaya kandang dan peralatan, biaya tenaga kerja, biaya obat-obatan, pencatatan umur ternak, pencatatan ternak dijual dan dibeli). Hal ini disebabkan karena tanpa ada data yang lengkap meliputi catatan aliran cash flow sepanjang waktu pemeliharaan maka informasi suatu usaha tersebut rugi atau laba menjadi tidak jelas. Dalam penerapannya perlu dicatat biaya tetap dan biaya variabel dan sekaligus penerimaannya. Analisis ekonomi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membantu pimpinan usaha peternakan dalam melengkapi informasi yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan dalam merencanakan usaha. Namun sayang kegiatan ini jarang dilakukan oleh para peternak dipedesaan (Rasyaf, 1988).

  Pengusahaan kambing perah selain mempunyai keuntungan yang menarik, pengusahaan masih menghadapi halangan dalam pengembangannya yang perlu dicermati seh ingga dapat dicari pemecahannya. Beberapa halangan untuk mengembangkan peternakan ternak kambing perah antara lain : (1) ternak kambing perah belum populer, (2) kurangnya pengetahuan tentang teknis pemeliharaan ternak kambing perah; (3) jika peternakan kambing perah dikomersilkan maka menjadi kurang efisien bila dibandingkan peternakan sapi perah, karena ukuran tubuh yang kecil justru menambah biaya tenaga kerja (Djoharyani ,1996 dalam Ardia, 2000).

  Jumlah penduduk Indonesia yang besar sangat potensial bagi permintaan produk peternakan. Menurut pangsanya pada tahun 2001, produk peternakan dalam memenuhi kebutuhahewani masing-masing adalah daging sebesar 5,11 kg/kapita/tahun, telur sebesar 3,47 kg/kapita/tahun dan susu sebesar 6,46 kg/kapita/tahun.

  Perkembangan konsumsi susu dalam lima tahun terakhir menunjukkan peningkatan dengan pertumbuhan rata-rata 7,9 % per tahun. Peningkatan konsumsi susu dari tahun ke tahun merupakan peluang bagi pengembangan ternak penghasil susu (Budiarsana et al ., 2001).

  Harga Konsentrat

  Hasil beberapa penelitian mendapatkan perbedaan imbangan antara hijauan (tebon dan glirisidae) dengan konsentrat yaitu P1 80:20, P2 70:30 dan P3 60:40 pada ransum kambing PE laktasi tidak mempengaruhi konsumsi bahan kering pakan (BK), produksi susu dan kadar lemak susu (Ramadhan, 2013). Pemberian berbagai ratio hijauan konsentrat (35/65, 50/50 dan 65/35) memberi hasil P<0,05 terhadap lemak susu dan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai protein, casein dan laktosa susu kambing perah. Kawas et al., (1991) dalam (Tufarelli et al., 2008) menjelaskan bahwa kambing persilangan (Saanen dan Marota) selama akhir laktasi, mengevaluasi berbagai ratio hijauan dengan konsentrat tidak menemukan pengaruh yang signifikan terhadap produksi susu dan protein susu dan kandungan laktosa susu.

  Harga konsentrat secara umum diseluruh Indonesia setelah dirata-ratakan berkisar Rp 600/kg. Biaya pakan diperoleh dari total konsumsi pakan selama penelitian dikali dengan harga per kilogram pakan setiap perlakuan sehingga dapat biaya pakan (Supriyono, 2001).

  Permasalahan serius pada upaya penyediaan pakan ternak ini yaitu pada saat musim kering dimana ketersediaan hijauan pakan ternak sangat kurang. Rendahnya kepemilikan lahan juga merupakan salah satu penyebab petani dalam upaya penyediaan pakan ternak. Tidak jarang ditemui di suatu daerah bahwa penjualan ternak meningkat tajam yang disebabkan oleh para peternak merasa kesulitan dalam penyediaan pakan. Kebutuhan konsentrat pada PE dapat dihitung berdasarkan bobot badan dan produksi susu.Konsentrat yang diberikan pada ternak sedang laktasi jangan sekaligus tetapi diberikan lebih dari dua kali pemberian setiap harinya, terutama pada saat puncak produksi. Jumlah konsentrat yang diberikan harus disesuaikan dengan tingkat produksi susu/ekor/hari sehingga tidak terjadi pemborosan biaya. Kualitas hijauan yang baik perlu diberikan pada ternak karena hiajauan yang berkualitas baik dapat mengurangi jumlah pemberian konsentrat (Budiarsana et al., 2001).

  Harga Ampas Tahu

  Harga ampas tahu dilokasi peternakan Rp 400/kg dan secara umum diseluruh Indonesia setelah di rata-ratakan berkisar Rp 600/kg. Biaya pakan diperoleh dari total konsumsi pakan selama penelitian dikali harga per kilogram pakan setiap perlakuan sehingga dapat biaya pakan (Budiarsana et al., 2001).

  Knipscheer et al., (1983) melakukan penelitian pada kambing dan menyimpulkan bahwa pemberian ampas tahu dapat memberikan keuntungan dalam usaha peternakan kambing atau domba yang dipelihara secara intensif. Ditinjau dari komposisi kimianya ampas tahu dapat digunakan sebagai sumber protein. Korossi, (1982) menyatakan bahwa ampas tahu lebih tinggi kualitasnya dibandingkan dengan kacang kedelai. Sedangkan Pulungan et al.,

  (1984) melaporkan bahwa ampas tahu mengandung NDF, ADF yang rendah sedangkan presentase protein tinggi yang menunjukkan ampas tahu berkualitas tinggi, tetapi mengandung bahan kering rendah.

  Harga Daun Singkong

  Ubi kayu atau Singkong termasuk ke dalam famili Euphorbiaceae, subfamili

  

Crotoridae . Singkong dalam literatur lama dinamakan Manihot utilissima, dalam

  perkembangannya singkong disebut sebagai Manihot esculenta Cock et al., (1992). Kendala yang dihadapi dalam pemberian daun singkong pada ternak yaitu adanya zat anti nutrisi berupa linamarin yang mengandung asam prusik (HCN), sehingga pemberian pada ternak dibatasi jumlahnya Scottet (1982). Menurut Sudaryanto (1986) kandungan HCN daun singkong muda berkisar antara 560-620 ppm dan daun singkong yang tua berkisar 400-530 ppm. Tetapi kandungan HCN ini dapat diturunkan melalui beberapa cara seperti penjemuran dengan sinar matahari dan perebusan (Coursey and Halliday, 1974).

  Harga hijauan tergantung pada lokasi peternakan. Lokasi yang sulit untuk menyediakan hijauan tentu saja memiliki harga hijauan yang lebih mahal dibandingkan dengan lokasi yang memiliki sumber hijuan. Setelah disurvey harga hijaun dilokasi peternakan kambing perah berkisar 200/kg. Setelah di rata-ratakan berkisar Rp 300-400/kg harga hijauan di indonesia. Biaya pakan diperoleh dari total konsumsi pakan selama penelitian dikali dengan harga per kilogram pakan setiap perlakuan sehingga dapat biaya pakan (Budiarsana et al., 2001).

  Harga Bungkil Kelapa (Cocos nucifera)

  Limbah industri kelapa yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak adalah bungkil kelapa. Kualitas bungkil kelapa bervariasi tergantung dengan cara pengolahan dan mutu bahan baku. Berdasarkan komposisi kimianya, bungkil kelapa termasuk sumber protein untuk

  Harga Dedak Padi

  Dedak padi merupakan hasil samping penggilingan padi. Ketersediaannya sepanjang tahun berfluktuasi. Kondisi ini disebabkan karena dedak padi pada musim panen melimpah, sebaliknya pada musim kemarau berkurang. Selain itu dedak padi tidak dapat disimpan lama (Prabowo et al., 2011).

  Harga dedak padi di daerah Sumatra Utara berkisar Rp 3.000/kg. Setelah disurvey harga dedak padi dilokasi peternakan kambing perah berkisar Rp 2.500/kg. Setelah dirata- ratakan berkisar Rp 3000-4000/kg harga dedak padi di Indonesia. Biaya pakan diperoleh dari total konsumsi pakan selama penelitian dikali dengan harga per kilogram pakan setiap perlakuan sehingga dapat biaya pakan (Budiarsana et al., 2001). ternak. Dalam pemakaiannya terutama untuk monogastrik perlu diperhatikan keseimbangan asam aminonya, karena bungkil kelapa kekurangan asam amino lisin dan histidin. Bungkil kelapa bisa digunakan untuk unggas sebaiknya tidak lebih dari 20%, babi 40-50% dan ruminansia 30%

  Survey harga bungkil kelapa dilokasi peternakan kambing perah berkisar Rp 2.500/kg. Setelah di rata-ratakan berkisar Rp 3000-4000/kg bungkil kelapa di Indonesia (Budiarsana et , 2001).

  al.

  Total Biaya Produksi

  Di dalam teori biaya produksi dikenal biaya produksi jangka pendek dan biaya produksi jangka panjang. Biaya produksi jangka pendek meliputi biaya tetap (fixedcost).

  Sedangkan biaya produksi jangka panjang, semua biaya adalah biaya berubah. Biaya berubah adalah biaya yang besarnya berubah-ubah tergantung dari sedikit banyaknya jumlah output yang dihasilkan (Supriyono, 2001).

  Biaya produksi merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha ternak. Biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap misalnya: biaya penyusutan, biaya gaji, biaya asuransi, biaya sewa, biaya bunga dan biaya pemeliharaan. Biaya tidak tetap (variabel) adalah jenis biaya yang besar kecilnya tergantung pada banyak sedikitnya volume produksi apabila volume produksi bertambah, sehingga biaya variabel akan meningkat. Sebaliknya apabila volume produksi berkurang maka biaya variabel akan menurun. Biaya variabel adalah biaya-biaya langsung seperti bahan baku tenaga kerja langsung pakan dan lain-lain. Biaya total (total cost) adalah jumlah biaya tetap total ditambah dengan biaya variabel total pada masing-masing tingkat atau volume suatu produksi (Jumingan, 2006).

  Biaya produksi tidak dapat dipisahkan dari proses produksi sebab biaya produksi merupakan masukan atau input dikalikan dengan harganya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ongkos produksi adalah semua pengeluaran atau semua beban yang harus ditanggung oleh perusahaan untuk menghasilkan suatu jenis barang atau jasa yang siap untuk dipakai konsumen (Nuraini, 2003).

  Biaya produksi merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha ternak. Biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap atau biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan untuk sarana produksi dan berkali-kali dapat dipergunakan. Biaya tetap ini antara lain berupa lahan usaha, kandang, peralatan yang digunakan dan sarana transportasi. Biaya tidak tetap merupakan biaya yang dikeluarkan secara berulang-ulang yang antara lain berupa biaya pakan, upah tenaga kerja, penyusutan kandang, penyusutan peralatan, obat-obatan, vaksinasi dan biaya-biaya lain berupa biaya penerangan atau listrik, sumbangan, pajak usaha dan iuran (Siregar, 2007).

  Harga Biaya bibit Kambing PE terkenal dengan sosoknya yang gagah hampir menyerupai anak sapi.

  Harganya tentu saja menjadi lebih mahal jika dibandingkan dengan harga kambing biasa (kambing kacang). Untuk memilih bibit kambing PE, sangat tergantung pada tujuan pemeliharaannya. Pada umumnya peternak mengembangkan kambing PE sebagai pedaging sekaligus juga menghasilkan susu. Namun hal ini tidak selalu demikian, tergantung juga faktor geografis dan pasar yang ada. Faktor geografis disini adalah dimana letak peternakan itu berada. Kambing PE dapat menghasilkan susu secara maksimal di daerah yang dingin atau pegunungan. Daerah pegunungan umumnya juga menyediakan bahan pakan hijauan yang dapat membuat produksi susu kambing semakin besar. Jika di daerah sekitar peternak ada konsumen susu kambing maka dapat menjual hasil susu kambing peterna ka.

  Tabel 1.Berikut ini adalah harga kambing untuk pasar lokal Indonesia.

  Jenis Umur Tinggi Harga (Rp) Harga(Rp) Indonesia setempat

  Cempe (anak Kurang 7 60 cm 1.500.000 1.200.000 kambing) bulan keatas Cempe (anak Kurang 7 65 cm 2.000.000 1.700.000 kambing) bulan keatas

  Betina Dara 8 bulan – 70 cm 2.500.000 2.000.000 1 tahun keatas Dara laktasi 1,2 $ 3 Diatas 1 75cm 3.000.000 2.500.000 tahun keatas Dara laktasi 1,2 $ 3 Diatas 1 80 cm 4.000.000 3.000.000 tahun keatas Panjang = tinggi +2/3 cm Cempe/penggemukan 4,5 bulan 60 cm 1.600.000 1.300.000 keatas Calon pejantan Belum 65 cm 2.000.000 1.500.000

  Poel keatas 5 bulan siap kawin Belum 70 cm 2.500.000 2.000.000 Poel keatas

  Jantan Siap kawin Poel 80 cm 3.000.000 3.000.000 keatas Siap kawin Poel 95 cm 4.000.000 3.500.000 keatas Siap kawin Poel 90 cm 5.000.000 5.000.000 keatas Panjang = tinggi +2/3 cm

  Sumber:(2014).

  Biaya obat-obatan

  Biaya obat-obatan adalah biaya yang diperoleh dari harga obat-obatan yang diberikan pada ternak yang sakit. Pengobatan pada ternak diharapkan dapat mengurangi resiko kematian, menghambat penyebaran penyakit ke lingkungan,baik ke manusia maupun ternak lainnya. Menurut Aziz (2009) obat-obatan, vaksin dan vitamin dapat digunakan sebagai alternatif manajemen resiko produksi pada usaha ternak kambing PE.

  Kambing yang terserang kudis diobati dengan menyuntikkan Ivomic ± 2 ml dibawah kulit. Kulit yang terserang digosok dengan beberapa campuran serbuk belerang, kunyit, dan untuk mencegah anemia. Pengobatan untuk kambing yang terserang kembung dengan cara memberikan minyak kelapa atau minyak kacang ± 100 ml, menekan perut yang kembung atau menusuknya antara tulang rusuk dan tulang panggul, mulut ternak diusahakan tetap terbuka dan ternak dalam posisi berdiri. Ternak disuntik dengan antibiotika 3 ml dan diberi permethyl 3%, atau minuman bersoda ± 200 ml. Pengobatan untuk kambing yang terkena penyakit mata dilakukan dengan cara mengolesi mata dengan salep Terramycin 0,1 %, atau dengan disemprotkan air garam ke mata ternak secara rutin, bila sudah kronis diberi obat mata Sofradex (Sarwono, 2005).

  Estimasi biaya pengobatan berhubungan dengan besar kecilnya dosis obat. Ternak

dewasa memiliki dosis lebih besar dari ternak muda dan anak. Jadi misalnya suatu jenis

pengobatan pada ternak kambing (0,14 ST) bernilai Rp. 5.000,- maka pada ternak kambing muda

(0,07 ST) dapat diestimasikan ½ x 5.000 = Rp. 2.500,- dan pada anak kambing (0,035 ST) = Rp.

  

1.250,-. Dengan mengetahui pengobatan yang umumnya ditentukan per ternak dewasa serta

proyeksi kelahiran ternak, dapatlah diperkirakan biaya pengobatan setiap tahun. Untuk

pengobatan sebaiknya dihubungi Dinas Peternakan agar memperoleh keterangan harga obat yang

  (Rohani dan Martha, 2011) lebih lengkap .

  Biaya sewa kandang dan peralatan kandang

  Biaya sewa kandang adalah biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan kandang yang diperhitungkan berdasarkan nilai sewa kandang. Kandang bermanfaat untuk mengurangi stimulasi yang dapat menyebabkan stres, dengan cara mengurangi kontak dengan manusia. Biaya peralatan kandang adalah biaya yang digunakan untuk membeli perlengkapan kandang selama pemeliharaan ternak. Peralatan kandang menurut Santosoet al., (2006) antara lain, instalasi listrik,instalasi air minum, tempat pakan, alas kandang, pemanas ruangan,tirai kandang.

  Secara umum satu ST ternak kambing memerlukan luas kandang 3 . Perhitungan berapa luas kandang untuk sapi, untuk 5 induk + 1 jantan dewasa + 5 dara + 6 jantan muda + 10 anak adalah sebagai berikut : 5 induk sapi = 5 ST , 1 jantan = 1 ST , 5 dara = 2,5 ST , 6

  2

  2

  jantan muda = 3 ST , 10 anak = 2,5 ST , jumlah = 14 ST = 14 x 3 = 42 , karena 1 ekor

  2

  domba/kambing dewasa = 0,14 , maka pada luasan kandang 3 , = 1 , dapat

  ST ST ditampung (1) : (0,14) = 7 ekor kambing atau domba (Rohani dan Martha, 2011).

  Biaya tenaga kerja

  Biaya atau upah tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk memelihara beberapa ternak. Setiap proses produksi diperlukan tenaga kerja yang cukup memadai.

  Jumlahtenaga kerja yang diperlukan perlu disesuaikan dengan kebutuhansampai tingkat tertentu sehingga jumlahnya optimal. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan ini memang masih banyak dipengaruhi dan dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja, jenis kelamin, musim dan upah tenaga kerja. kecilnya upah tenaga kerjaditentukan oleh jenis kelamin.Upah tenaga kerja pria umumnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan upah tenaga kerja wanita. Upahtenaga kerja ternak umumnya lebihtinggi daripada upah tenaga kerja manusia (Rasyaf, 2010).

  Total Hasil Produksi Pendapatan usaha ialah seluruh pendapatan yang diperoleh dalam suatu usaha.

  Pendapatan dapat berupa pendapatan utama, seperti hasil penjualan susu kambing dari kegiatan usaha kambing perah dan pendapatan berupa hasil ikutan, misalnya pupuk kandang dan penjualan urin (Sudarmono dan Sugeng, 2003).

  Pendapatan adalah seluruh penerimaan uang yang diperoleh dari penjualan produk suatu kegiatan usaha. Penjualan ternak hidup, karkas, pupuk dan produk lainnya merupakan komponen pendapatan (Sutama danBudiarsana, 2003).

  Biaya Penjualan Susu

  Susu murni adalah susu yang diperoleh dari hasil pemerahan dan belum mendapat perlakuan, dan susu murni yang belum mengalami proses pemanasan disebut susu segar.

  Susu merupakan sumber energi karena mengandung laktosa dan lemak, sumber zat pembangun karena mengandung protein dan mineral serta sebagai bahan-bahan pembantu proses metabolisme seperti mineral dan vitamin (Sumudhita, 1989)

  Penjualan Kotoran Kambing PE

  Penjualan kotoran kambing diperoleh dari perkalian volume kotoran yang dihasilkan dengan harga jual kotoran perkilogramnya. Harga penjualan kotoran yaitu sebesar Rp. 500/kg (http:id.kotoran/urin kambing.wikipedia.org, 2014).

  Penjualan Urin kambing PE

  Penjualan urin kambing diperoleh dari perkalian volume urin yang dihasilkan dengan harga jual urin perliter. Harga penjualan urin yaitu sebesar Rp. 60.000/liter (http:id.kotoran/urin kambing.wikipedia.org, 2014).

  Analisis Laba- Rugi

  Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan ini tergambar jumlah pendapatan serta jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan. Laporan laba-rugi (balance sheet) adalah laporan yang menunjukkan jumlah pendapatan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam suatu periode tertentu. Setiap jangka waktu tertentu, umumnya satu tahun, perusahaan perlu memperhitungkan hasil usaha perusahaan yang dituangkan dalam bentuk laporan laba-rugi. Hasil usaha tersebut didapat dengan cara membandingkan penghasilan dan biaya selama jangka waktu tertentu. Besarnya laba atau rugi akan diketahui dari hasil perbandingan tersebut (Kasmir dan Jakfar, 2005).

  Analisis pendapatan usaha digunakan untuk menggambarkan faktor keuntungan usaha. Pendapatan dapat didefenisikan sebagai selisih antara penerimaan total dengan biaya total atau dapat dirumuskan sebagai berikut:

  π = TR-TC Dimana:

  : Keuntungan (Benefit) π TR : Penerimaan Total (Total Revenue) TC : Biaya Total (Total Cost)

  Pendapatan berasal dari penjualan susu, urin, pupuk dan produk lainnya merupakan komponen pendapatan. Sedangkan biaya produksi dibagi dua, yaitu biaya tetap (sewa lahan, bangunan kandang, dan peralatan) dan biaya varabel (biaya bakalan, pakan, tenaga kerja, dan bunga bank) (Soekartawi et al., 2003).

  Keuntungan adalah tujuan setiap usaha. Keuntungan dapat dicapai jika jumlah pendapatan yang diperoleh dari usaha tersebut lebih besar daripada jumlah pengeluarannya.

  Bila keuntungan dari suatu usaha semakin meningkat, maka secara ekonomis usaha tersebut layak dipertahankan atau ditingkatkan. Untuk memperoleh angka yang pasti mengenai keuntungan atau kerugian, yang harus dilakukan adalah pencatatan biaya. Tujuan pencatatan biaya agar peternak atau pengusaha dapat mengadakan evaluasi terhadap bidang usaha (Murtidjo, 1995).

  Memperoleh angka yang pasti mengenai tingkat keuntungan atau kerugian suatu usaha, hal terpenting yang perlu dilakukan adalah pencatatan, baik untuk pos-pos pengeluaran (biaya) maupun pos-pos pendapatan. Sekecil apapun biaya dan pendapatan tersebut harus dicatat.Tujuannya adalah agar peternak atau pengusaha dapat mengadakan evaluasi terhadap bidang usahanya, sehingga kerugian besar bisa dihindarkan sejak dini. Selain itu analisis ekonomi bisa terus dilakukan, sehingga usaha bisa berjalan lebih efisien dari waktu ke waktu secara keseluruhan akan semakin meningkatkan jumlah keuntungan(Sodiq dan Abidin, 2002).

  R/C Ratio (revennue cost ratio)

  R/C adalah perbandingan antara penerimaan penjualan dengan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi hingga biaya – biaya yang dikeluarkan selama proses produksi hingga menghasilkan produk. Usaha peternakan akan menguntungkan apabila nilai R/C > 1. Semakin besar nilai R/C semakin besar pula tingkat keuntungan yang akandiperoleh dari uasaha tersebut.

  R/C = Total penerimaan penjualan produk Total biaya Kadariah (1987) menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan dibagi besarnya korbanan, dimana bila : R/C Ratio > 1 = efisien R/C Ratio

  ═ 1 = impas R/C Ratio < 1 = tidak efisien adalah nilai atau manfaat yang diperoleh dari setiap satuan biaya yang dikeluarkan.

  R/C Ratio

  Dimana R/C Ratio diperoleh dengan cara membagikan total penerimaan dengan total pengeluaran. Kadariah (1987) menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan dibagi besarnya pengeluaran, dimana R/C Ratio > 1 : Efisien R/C Ratio = 1 : Impas R/C Ratio < 1 : Tidak efisien

  (Total hasil produksi (pendapatan) (Total biaya produksi (pengeluaran)

  Revennue Cost ratio adalah merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan

  total biaya. Semakin besar R/C ratio maka akan semakin besar pula keuntungan yang diperoleh petani mengalokasikan faktor produksi dengan lebih efiisien (Soekartawi et

  al 2003).

  Efisiensi usaha ditentukan dengan menggunakan konsep revenue cost ratio (RCR), yaitu imbangan antara total penghasilan (out put) dengan total biaya (input). Nilai RCR > 1 menyatakan usaha tersebut menguntungkan. Semakin besar nilai RCR maka usaha dinyatakan semakin efisien (Karo-karo et al., 1995).

  IOFC ( Income Over Feed Cost

  Untuk mengetahui efisiensi penggunaan ransum secara ekonomis, selain memperhitungkan bobot badan yang dihasilkan dan efisiensi ransum, faktor efisiensi biaya juga perlu diperhitungkan. Income over feed cost (IOFC) adalah salah satu cara untuk mengetahui efisiensi biaya yang diperoleh dari hasil penjualan produksi dikurangi biaya ransum. Perhitungan IOFC ini terlepas dari biaya lain yang belum diperhitungkan seperti upah tenaga kerja, fasilitas kandang, bibit dan lain sebagainya yang tidak termasuk ke dalam kriteria yang diamati dalam biaya variabe l ( Soekartawi et al2003 ). adalah selisih dari total pendapatan dengan total

  Income Over Feed Cost (IOFC)

  biaya pakan digunakan selama usaha produksi ternak. Income Over Feed Cost ini merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya ransum yang merupakan biaya terbesar dalam usaha produksi susu. IOFC diperoleh dengan menghitung selisih pendapatan usaha peternakan dikurangi biaya pakan. Pendapatan merupakan perkalian antara produksi susu yang dihasilkan kambing akibat perlakuan dengan harga jual. pakan perlakuan/kg) (Prawirokusumo, 1990).

  Beberapa tolak ukur yang dapat digunakan untuk pegangan berproduksi adalah IOFC (Income Over Cost) atau selisih pendapatan usaha peternakan dengan biaya pakan.

  Pendapatan merupakan perkalian antara hasil produksi peternakan (kilogram hidup) dengan harga jual. Sedangkan biaya pakan adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan bobot hidup ternak (Hermanto, 1996).

  ROI (Return On Investment)

  ROI (Return On Investment) merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan atau suatu ukuran tentang efisiensi manajemen. Ratio ini menunjukkan hasil dari seluruh aktiva yang dikendalikannya dengan mengabaikan sumber pendanaan dan biasanya ratio ini diukur dengan persentase. Ratio ini menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil (rendah) ratio ini semakin tidak baik, demikian pula sebaliknya.

  Artinya ratio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan (Kasmir dan Jakfar, 2003).

  Return on investment (ROI) merupakan analisa untuk mengetahui tingkat keuntungan usaha sehubungan dengan modal yang digunakan. Besar kecilnya ROI ditentukan oleh tingat perputaran modal dan keuntungan bersih yang dicapai.

  Pendapatan Bersih (Net Income) Rumus ROI = x 100%

  Total modal (Total Asset) Semakin besar keuntungan yang diterima maka semakin besar tingkat pengembalian modal, dan sebaliknya. Kelayakan suatu usaha diketahui dengan membandingkan ROI dengan tingkat suku bunga pinjaman. Suatu usaha dikatakan layak apabila ROI lebih besar dari tingkat suku bungan pinjaman begitu juga sebaliknya (Soekartawiet al., 2003).

  Karakteristik Kambing Etawah

  Dalam klasifikasi biologi, kambing digolongkan dalam Kingdom Animalia, Filum

  

Chordata, Class Mamalia, ordo Arthodactyla, Family Bovidae, Subfamily Caprinae, dan

  Kambing perah yang tersebar diberbagai belahan dunia dikelompokkan Genus Capra. berdasarkan daerah asalnya, sifat-sifat produksinya, dan karakteristiknya sebagai ternak penghasil susu. Beberapa jenis kambing perah yang telah dikenal sebagai ternak penghasil susu yang produktif antara lain kambing Etawah, kambing PE, kambing Alpen, kambing Anglo Nubian, kambing Beetal, kambing Jamnapari, kambing Saanen, kambing Toggenburg dan masih banyak lagi (Setiadi dan Muryanto, 1989).

  Susu adalah cairan berwarna yang diekresikan ambing binatang mamalia betina, untuk bahan makanan dan sumber gizi bagi anaknya (Winarno, 1993). Susu adalah cairan yang bernilai gizi tinggi baik untuk manusia maupun hewan, mudah dan cocok untuk media tumbuhnya mikroorganisme karena menyediakan berbagai nutrisi. Susu segar yang berkwalitas baik mempunyai ciri-ciri bau susu yang khas, sedikit rasa manis dari laktosa (gula susu), belum terpisah lemak dengan bagian susu yang lain, warnanya putih sampai sedikit kekuningan (akibat lautan zat karroten dala lemak susu), serta tidak ada penggumpalan protein yang sering terjadi jika susu sudah mulai dikemas (Susilorini et al., 2006).

  Tabel 2. Rataan lama laktasi, produksi susu, persistensi produksi susu efisiensi produksi susu selamalaktasi kambing Peranakan Etawah Parameter Anak tunggal Anak kembar Lama laktasi (hari) 214,3 ± 58,65 245,5 ± 102,30 Total prod. Susu selama 177,42 ± 47,56 203,19 ± 66,65 laktasi (kg/laktasi) Produksi susu harian selama 0,83 ± 0,06 0,87 ± 0,20 laktasi (kg/hari) Persistensi prod. Susu (%) 95,48 ± 2,27 93,11 ± 4,71 Efisiensi protein susu (%) 28,55 ± 5,02 29,33 ± 7,49 Efisiensi ekonomi susu (%) 283,59 ± 62,29 269,40 ± 83,72 Sumber: Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001.

  Kambing PE merupakan salah satu ras kambing Indonesia. Kambing ini merupakan hasil silang antara kambing lokal Indonesia (Kambing Kacang) dengan kambing Etawa.

  Kambing Etawa ini didatangkan dari India oleh Pemerintah Belanda pada sekitar tahun 1930- an. Kambing Etawah dikenal dengan ternak penghasil susu yang cukup baik. Akibat persilangan tersebut maka kambing PE sekarang ini juga memiliki potensi sebagai penghasil susu selain penghasil daging. Keunggulan kambing PE sudah banyak dilaporkan diantaranya beradaptasi baik dengan lingkungan, termasuk kambing tipe dwi-guna dan memiliki indeks reproduksi yang cukup baik yaitu 1,65 anak/induk/tahun (Sodiq dan Abidin, 2002).

  Kebutuhan Nutrisi Ternak kambing

  Pakan yang diberikan jangan sekedar dimaksudkan untuk mengatasi lapar atau sebagai pengisi perut saja melainkan harus benar-benar bermanfaat untuk kebutuhan hidup, membentuk sel-sel baru, mengganti sel-sel yang rusak dan untuk produksi (Widayati dan Widalestari, 1996).

  Menurut Kartadisastra (1997)kebutuhan ternak terhadap pakan jumlahnya setiap hari tergantung pada jenis, umur ternak, fase pertumbuhan (dewasa, bunting, dan menyusui).Kondisi tubuh (normal atau sakit) dan lingkungan tempat hidupnya serta bobot badannya. Seekor kambing memerlukan 1-1,5kg daun-daunan atau jerami setiap hari atau padang rumput yang berkualitas baik, ditambah 0,25kg ransum konsentrat berkadar protein 16% untuk setiap liter susu yang dihasilkan. Padang rumput yang lain dapat menggantikan setengah dari kebutuhan konsentrat setiap hari. Contoh campuran konsentrat untuk kambing adalah: 40% jagung, 20% gandum atau sejenisnya, 25% dedak gandum dan 15% kedelai atau biji kapas. Kemudian ditambah dengan 1% garam dan 1% suplemen Ca/P. Campuran konsentrat sebaiknya digiling kasar (Blakely dan David, 1998). Tabel 3. Kebutuhan nutrisi kambing Bobot badan (lb) % BB BK (lb) PK (lb) TDN (lb) Prod Susu(L) Kebutuhan hidup pokok 22 2,80 0,63 0,05 0,35

  1 45 2,40 1,08 0,08 0,59 2 67 2,20 1,46 0,11 0,80 3 90 2,03 1,81 0,14 0,99 4 112 1,90 2,13 0,17 1,17 3,5

  134 1,82 2,44 0,19 1,34

  3 157 1,80 2,76 0,21 1,50

  2 Sumber : (NRC, 1981) (1lb=0,045kg) Tabel 4. Kebutuhan Tambahan Untuk Produksi Susu Per Pound Dilihat Dari

  Persentase Lemak (%) Lemak Susu (%) PK(lb) TDN(lb) 3 0,13 0,73

  3 0,14 0,74 4 0,15 0,75 4 0,16 0,76 5 0,17 0,77 5 0,l8 0,78

  Sumber : ( NRC, 1981) (1lb=0,045kg)

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu - Analisis Integrasi Dan Volatilitas Harga Beras Regional Asean Terhadap Pasar Beras Indonesia

0 1 40

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Integrasi Dan Volatilitas Harga Beras Regional Asean Terhadap Pasar Beras Indonesia

0 0 10

BAB II LANDASAN TEORI - Pengaruh Job Characteristic Terhadap Cyberloafing pada Karyawan Telekomunikasi

0 4 15

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH - Pengaruh Job Characteristic Terhadap Cyberloafing pada Karyawan Telekomunikasi

0 1 11

II. Identitas Responden - Analisis Pengolahan Limbah pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Labuhan Angin di Kabupaten Tapanuli Tengah

0 4 29

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Limbah Industri - Analisis Pengolahan Limbah pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Labuhan Angin di Kabupaten Tapanuli Tengah

1 14 27

BAB II PROFIL PERUSAHAAN - Analisis Laporan Keuangan Pada Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara

0 0 24

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep dan Definisi - Analisis Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Industri Pengolahan Terhadap Indeks Perkembangan PDRB Kabupaten Aceh Selatan

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia - Pengaruh Program CSR Terhadap Kepuasan Kerja Pada PT Toba Pulp Lestari kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Program CSR Terhadap Kepuasan Kerja Pada PT Toba Pulp Lestari kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara

0 0 11