BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia - Pengaruh Program CSR Terhadap Kepuasan Kerja Pada PT Toba Pulp Lestari kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uraian Teoritis

2.1.1. Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia

  Defenisi dari Corporate Social Responsibility (CSR) itu sendiri telah dikemukakan oleh banyak pakar. Diantaranya adalah defenisi yang dikemukakan oleh Maignan & Ferrlel dalam Susanto (2009) yang mendefinisikan CSR sebagai “A bussiness acts in socially

  

responsible manner when its decision and actions account for and balance diverse

stakeholder interests ”. Defenisi ini menekankan perlunya memberikan perhatian secara

  seimbang terhadap kepentingan berbagai stakeholder yang beragam dalam setiap keputusan dan tindakan yang diambil oleh para pelaku bisnis melalui perilaku yang secara sosial bertanggung jawab. Sedangkan komisi Eropa membuat defenisi yang lebih praktis, yang pada gaibnya adalah bagaimana perusahaan secara sukarela memberikan kontribusi bagi terbentuknya masyarakat yang lebih baik dan lingkungan yang bersih. Sedangkan Elkington (2007) mengemukakan bahwa sebuah perusahaan yang menunjukkan tanggung jawab sosialnya akan memberikan perhatian kepada peningkatan kualitas perusahaan (profit); masyarakat, khususnya komunitas sekitar (people); serta lingkungan hidup yaitu keragaman hayati yang harus terus dijaga dan dilestarikan (planet bumi).

  Sebagaimana yang disebutkan Wibisono dalam Amiruddin (2009) bahwa CSR terhadap pemangku kepentingan (stakeholder) harus berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, dalam dunia usaha kini hadir konsep CSR sebagai bentuk nyata kepedulian perusahaan akan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Sedangkan Suhandri dalam Untung (2008) menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan. Stoner (2009:65) mengatakan bahwa dulu organisasi perusahaan sudah merasa cukup dengan hanya mengerjar keuntungan bagi pemegang saham perusahaan, sementara akibat dari tindakan organisasi terhadap lingkungan luar (eksternalnya) kurang diperhatikan dan condong diabaikan. Kondisi ini semakin diperkuat dengan berkembangnya filsafat ekonomi terutama organisasi perusahaan di negara-negara yang berpaham liberal kapitalis yang menyatakan bahwa “dengan modal sekecil-kecilnya berusaha diperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya”.

  Menurut defenisi yang dikemukakan oleh The Jakarta Consulting Group, tanggung jawab sosial ini diarahkan baik ke dalam (internal) maupun ke luar (eksternal) perusahaan.

  Ke dalam perusahaan, tanggung jawab diarahkan kepada pemegang saham dalam bentuk profitabilitas dan pertumbuhan. Seperti diketahui, pemegang saham telah menginvestasikan sumber daya yang dimilikinya guna mendukung berbagai aktivitas operasional perusahaan. Karenanya mereka akan mengharapkan profitabilitas yang optimal serta pertumbuhan perusahaan sehingga kesejahteraan mereka di masa depan juga akan mengalami peningkatan. Oleh karena itu perusahaan harus berjuang keras agar memperoleh laba yang optimal dalam jangka panjang serta senantiasa mencari peluang bagi pertumbuhan di masa depan.

  Disamping kepada pemegang saham, tanggung jawab sosial ke dalam ini juga diarahkan kepada karyawan, karena hanya dengan kerja keras, kontribusi, serta pengorbanan merekalah perusahaan dapat menjalankan berbagai aktivitas seta meraih kesuksesan. Oleh karenanya perusahaan dituntut untuk memberikan kompensasi yang adil serta memberikan peluang pengembangan dengan karyawan. Ini harus didasarkan pada prinsip hubungan yang saling menguntungkan (mutually beneficial). Artinya perusahaan harus memberikan kompensasi yang sesuai dengan prinsip keadilah. Namun di lain pihak karyawan pun dituntut untuk memberikan kontribusi yang maksimal bagi kemajuan perusahaan.

  Keluar perusahaan, tanggung jawab sosial ini berkaitan dengan peran perusahaan komptensi masyarakat, serta memelihara lingkungan bagi kepentingan generasi mendatang.

  Pajak diperoleh dari keuntungan yang diperoleh perusahaan. Oleh karenanya perusahaan harus dikelola dengan sebaik-baiknya sehingga mampu meraih laba yang maksimal. Demi kelancaran aktivitas perusahaan dalam mencapai tujuannya, perusahaan membutuhkan banyak tenaga kerja. Seiring dengan perkembangan perusahaan, kebutuhan akan tenaga kerja akan mengalami peningkatan. Perusahaan berkewajiban untuk ikut berpartisipasi menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat. Lapangan kerja akan semakin banyak tersedia manakala perusahaan tumbuh selalu mencari peluang-peluang baru bagi pertumbuhan, tentu saja dengan tetap mempertimbangkan faktor keuntungan dan tingkat pengembalian finansial yang optimal.

  Perusahaan juga memiliki kewajiban untuk berpartisipasi dalam usaha-usaha untuk meningkatkan kesejahteraan dan kompetensi masyarakat, baik yang berkaitan dengan perusahaan maupun yang tidak. Perusahaan juga bertanggung jawab untuk memelihara kualitas lingkungan tempat mereka beroperasi demi peningkatan kualitas hidup masyarakat dalam jangka panjang, baik untuk generasi saat ini maupun bagi generasi penerus.

2.1.2. Manfaat CSR

  Dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya, perusahaan memfokuskan perhatiannya kepada tiga hal, yaitu laba, lingkungan dan masyarakat. Dengan diperolehnya laba, lingkungan, dan masyarakat. Dengan diperolehnya laba, perusahaan dapat memberikan dividen bagi pemegang saham, mengalokasikan sebagaian laba yang diperoleh guna membiayai pertumbuhan dan pengembangan usaha di masa depan, serta membayar pajak kepada pemerintah.

  Dengan lebih banyak memberikan perhatian kepada lingkungan sekitar, perusahaan dapat ikut berpartisipasi dalam usaha-usaha melestarikan lingkungan demi terpeliharanya kualitas kehidupan umat manusian dalam jangka panjang. Perusahaan juga ikut mengambil aktivitas manajemen bencana. Manajemen bencana disini bukan hanya sekedar memberikan bantuan kepada korban bencana, juga berpartisipasi dalam usaha-usaha mencegah terjadinya bencana serta meminimalkan dampak bencana melalui usaha-usaha melestarikan lingkungan sebagai tindakan preventif untuk meminimalisir bencana. Dengan menjalankan tanggung jawab sosial perusahaan diharapkan tidak hanya mengejar keuntungan jangka pendek, juga turut berkontribusi bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan sekitar jangka panjang.

  1. Reduces risk and accusations of irresponsible behavior, CSR dapat mengurangi resiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas yang diterima perusahaan.

  Perusahaan yang menjalankan tanggung jawab sosialnya secara konsisten akan mendapatkan dukungan luas dari komunitas yang telah merasakan manfaat dari berbagai aktivitas yang dijalankannya. CSR akan mendongkrak citra perusahaan, yang dalam rentang waktu panjang akan meningkatkan reputasi perusahaan.

  Manakala terdapat pihak-pihak tertentu yang menuduh perusahaan menjalankan perilaku serta praktek-praktek yang tidak pantas, masyarakat akan menunjukkan pembelaannya. Karyawan akan berdiri di belakang perusahaan, membela institusi tempat mereka bekerja.

  2. Helps cushions and vaccinate during time of crisis, CSR dapat berfungsi sebagai pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis. Demikian pula ketika perusahaan diterpa kabar miring atau bahkan ketika perusahaan melakukan kesalahan, masyarakat lebih mudah

  goods yang beberapa waktu lalu dilanda isu adanya kandungan berbahaya dalam

  produknya. Namun karena perusahaan tersebut dianggap konsisten dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya, maka masyarakat dapat memaklumi dan memaafkannya sehingga relatif tidak mempengaruhi aktivitas dan kinerjanya.

  3. Enhances employee engagement and pride, Keterlibatan karyawan dan kebanggaan karyawan. Karyawan akan merasa bangga bekerja pada perusahaan yang memiliki reputasi yang baik, yang secara konsisten melakukan upaya-upaya untuk membantu meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Kebanggan ini pada akhirnya akan menghasilkan loyalitas, sehingga mereka merasa termotivasi untuk bekerja lebih keras demi kemajuan perusahaan. Hali ini akan berujung pada peningkatan kinerja dan produktivitas.

  4. Improve relations with stakeholder, CSR yang dilaksanakan secara konsisten akan mampu memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan dengan para

  stakeholder nya. Pelaksanaan CSR secara konsisten menunjukkan bahwa

  perusahaan memiliki kepedulian terhadap pihak-pihak yang selama ini berkontribusi terhadap lancarnya berbagai aktivitas serta kemajuan yang mereka raih. Hal ini mengakibatkan para stakeholder senang dan merasa nyaman dalam menjalin hubungan dengan perusahaan.

  5. Sales increase, Meningkatkan penjualan seperti terungkap dalam riset Roper

  Search Worldwide , yaitu bahwa konsumen akan lebih menyukai produk-produk

  yang dihasilkan oleh perusahaan yang konsisten menjalankan tanggung jawab sosialnya seehingga memiliki reputasi yang baik.

  6. Other incentive (tax, preferred treatment), Insentif-insentif lainnya seperti insentif pajak dan berbagai perlakuan khusus lainnya. Hal ini perlu dipikirkan guna mendorong perusahaan agar lebih giat lagi menjalankan tanggung jawab sosialnya.

  Carrol menyatakan CSR sebagai sebuah piramida, yang tersusun dari tanggung jawab ekonomi sebagai landasannya, kemudian tanggung jawab hukum, tanggung jawab etika, dan tanggung jawab filantropis.

  1. Tanggung jawab ekonomi adalah memperoleh laba, sebuah tanggung jawab agar dapat menghidupi karyawan, membayar pajak dan kewajiban-kewajiban perusahaan lainnya. Tanpa laba perusahaan tidak akan eksis, tidak dapat memberikan kontribusi apapun terhadap masyarakat.

  2. Kemudian perwujudan tanggung jawab sosial perusahaan di bidang hukum, perusahaan harus mematuhi hukum yang berlaku sebagai representasi dan rule of

  game .

  3. Kemudian tanggung jawab sosial juga harus tercermin dari perilaku etis perusahaan. Etika mengacu pada prinsip-prinsip melaksanakan pengaturan terhadap individu atau suatu kelompok. Keputusan etika selalu melibatkan moralitas, standard-standard perilaku mana yang diterima masyarakat. Mereka berkaitan dengan perilaku yang memiliki konsekuensi serius terhadap kesejahteraan masyarakat, seperti pembunuhan, penipuan, dan pencemaran nama baik.

  4. Tanggung jawab filantropis yaitu yang mengharuskan perusahaan untuk berkontribusi terhadap komunitasnya: meningkatkan kualitas hidup, pesan utama menutupi perilaku-perilaku tidak etis perusahaan, pelanggaran hukum, atau bahkan untuk menutupi bahwa sesungguhnya perusahaan tidak mampu menghasilkan laba. Kegiatan filantropis CSR bukanlah kegiatan tukang cuci untuk menghapus perilaku tidak etis dan pelanggaran hukum yang dilakukan perusahaan.

2.1.3. Hambatan dalam penerapan program CSR

  Menurut Rudito (2007:240), terdapat faktor penghambat dalam menjalankan program CSR antara lain:

  1. Kualitas sumber daya yang rendah. Dalam konteks ini, sumber daya yang tersedia kurang dapat memenuhi kebutuhan perusahaan. Disamping itu, pola hidup komunitas lokal sangat berbeda dengan pola hidup dari industri itu sendiri.

  2. Jumlah staf yang kurang memadai. Ini merupakan dampak dari sumber daya lokal yang kurang memadai sedangkan perusahaan dituntut untuk memperkerjakan penduduk lokal sebagai konsekuensi dari keberadaan perusahaan di wilayah tersebut.

  3. Kurangnya dukungan pemerintah, khususnya pemerintah daerah. Hal ini terkait dengan sistem dan keadaan politik di daerah tersebut.

  4. Perbedaan persepsi di pihak eksternal perusahaan. Pihak internal tentu saja ingin memaksimalkan keuntungan. Dengan adanya program CSR, tentu saja akan menambah biaya bagi perusahaan. Namun program CSR harus tetap dijalankan karena menyangkut kepentingan pihak eksternal, seperti masyarakat sekitar.

  Kepuasan kerja didefenisikan sebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya (Robinson, 2007).

  Yoon dan Suh dalam Ulfah (2012) menunjukkan bahwa karyawan yang puas lebih mungkin untuk bekerja lebih keras dan memberikan layanan yang lebih baik melalui perilaku organisasional.

  Porter dalam hasrian (2009), mengatakan bahwa kepuasan kerja adalah suatu perasaaan yang menyokong atau tidak menyokong diri pegawai yang menyangkut dengan pekerjaannya maupun dengan kondisi dirinya. Kepuasan kerja mengandung dua unsur penting, yaitu nilai-nilai pekerjaan merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan tugas pekerjaan. Yang ingin dicapai adalah nilai-nilai pekerjaan yang dianggap penting oleh karyawan. Nilai-nialai pekerjaan harus sesuai dan membantu pemenuhan kebutuhan dasar.

  Dari defenisi-defenisi yang telah dikemukakan para ahli di atas, maka kepuasan kerja dapat disimpulkan sebagai sikap umum karyawan terhadap pekerjaannya, baik sikap positif maupum sikap negatif yang ditimbulkan dari pekerjaannya tersebut.

2.2.1. Aspek Kepuasan Kerja

  Menurut Smith et al dalam Amalia (2012) terdapat lima dimensi pekerjaan yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu:

  1. Pekerjaan itu sendiri, yaitu bagaimana pekerjaan memberikan tugas tugas yang menarik untuk karyawan, kesempatan untuk belajar, dan kesempatan untuk menerima tanggung jawab.

  2. Rekan kerja, yaitu dimana rekan kerja memiliki kecakapan teknis dan mudah untuk bekerjasama atau mendukung secara sosial. Rekan kerja yang bersahabat dan kooperatif akan memberikan kepuasan kerja kepada karyawan karena ia dapat merasa nyaman dalam bekerja.

  3. Gaji yaitu besarnya upah yang diterima dan sesuai dengan tingkat yang dipandang sepadan relative terhadap pekerjaan lainnya dalam perusahaan. Upah dan gaji memang berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja tetapi secara lebih luas upah dan gaji juga menggambarkan berbagai dimensi dan kepuasan kerja. Uang tidak hanya menolong orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka tetapi merupakan alat untuk memuaskan kebutuhan pada level yang lebih tinggi lagi. Karyawan memandang bahwa upah dan gaji adalah suatu bentuk refleksi manajemen dalam memandang kontribusi mereka terhadap perusahaan.

  4. Kesempatan promosi yaitu kesempatan untuk memperoleh jabatan yang lebih tinggi atau pengembangan karir. Kesempatan promosi memiliki efek yang beragam pada kepuasan kerja, misalnya karyawan yang dipromosikan karena senioritas akan merasa puas tetapi mungkin tidak sebesar kepuasan karyawan yang dipromosikan karena kinerjanya.

  5. Supervisi, yaitu kemampuan atasan dalam memberikan bimbingan pekerjaan dan sikap. Terdapat dua gaya supervisi yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja.

  Pertama, berpusat pada karyawan (Employee-centerness) yang diukur dengan tingkat perhatian atasan terhadap kesejahteraan karyawan. Kedua, partisipasi atau pengaruh, yaitu atasan yang memberikan kesempatan pada karyawan untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan yang berpengaruh pada pekerjaan mereka. Pada beberapa kasus, dimensi ini memberikan kepuasan kerja yang lebih tinggi.

2.2.2. Faktor-faktor Kepuasan Kerja

   Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja menurut Sutrisno (2011:80) sebagai

  berikut: a.

  Faktor psikologis Merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan karyawan, yang meliputi minat, ketentraman dalam kerja, sikap terhadap kerja, bakat, dan keterampilan.

  b. Faktor sosial Merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial antar karyawan maupun karyawan dengan atasan.

  c. Faktor fisik Merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik karyawan, meliputi jenis pekerjaan, pengaturan waktu dan waktu istirahat, perlengkapan kerja, keadaan ruangan, suhu, penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan karyawan, umur, dan sebagainya. d. Faktor finansial Merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan karyawan, yang meliputi sistem dan besarnya gaji, jaminan sosial, tunjangan, fasilitas yang diberikan, promosi dan sebagainya.

2.2.3. Hubungan Corporate Social Responsibility dengan kepuasan Kerja

  Munculnya konsep Corporate Social Responsibility (CSR) dilatar belakangi oleh eksploitasi sumber daya alam dan rusaknya lingkungan karena operasi perusahaan atau industri yang berlomba-lomba mencari laba sebanyaknya tanpa menhiraukan dampak sosial yang dapat terjadi sehingga mengakibatkan krisis lingkungan. Kemampuan dalam menguasai industri merupakan salah satu parameter kualitas kehidupan manusia. Masalah terletak pada, bagaimana mengelola perbedaan diantara dua kepentingan yaitu kepentingan industri atau kepentingan lingkungan.

  Pada umumnya perusahaan besar yang memproduksi suatu barang biasanya menitikberatkan sumberdaya manusianya pada bagian produksi, karena mungkin pada bagian ini sangat penting dalam perusahaan. Terlepas dari permasalahan dan kebutuhan- kebutuhan karyawan apakah perusahaan tersebut sudah memberikan seperti, tunjangan fasilitas, jaminan kesehatan dan kebutuhan lainnya, ini merupakan suatu keadaan atau kondisi dimana segala kebutuhan karyawan harus dipenuhi agar karyawan bisa terus bekerja dan mungkin memberikan kontribusi yang lebih kepada perusahaan dan mungkin bisa tercapai suatu kepuasan dalam bekerja.

  Tanggung jawab sosial perusahaan sebagai pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Demikian pula dengan implementasi tanggung jawab sosial dari perusahaan mampu meningkatkan kepuasan kerja karyawan, jika perusahan mampu menerapkan dengan benar dan berkesinambungan dan terprogram dan menjadikannya sebagai suatu strategi dan budaya perusahaan. Maka dengan adanya implementasi tanggung jawab sosial akan memberikan image budaya perusahaan yang baik bagi perusahan dan dampak sosial yang baik bagi masyarakat sehingga mempengaruhi dampak yang siginifikan bagi kepuasan kerja karyawan.

  2.3. Penelitian terdahulu

  Filona Lestari Oskar (2012) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Tanggung Jawab Sosial (CSR) terhadap kepuasan kerja yang berdampak pada komitmen organisasi karyawan dalam industry perbankan”. Sampel penelitian ini adalah karyawan perbankan yang bekerja di Jabodetabek ataupun luar Jabodetabek. Data dihimpun pada bulan Mei-Juni 2012, dengan total responden sebanyak 284 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan organisasi dan kepuasan kerja berpengaruh secara positif terhadap komitmen organisasi serta pengaruh negatif juga dapat dilihat dari kepercayaan organisasi terhadap intensi turnover.

  2.4. Kerangka Konseptual

  Pengembangan CSR dalam arti luas sangat mendukung reputasi manajemen. CSR dalam arti luas berdasarkan konsep Susanto Leit star mempunyai lima kewajiban Be

  profitable, be ethical, be involved, be obedient, dan be bigger.

  Perusahaan harus memiliki tingkat profitabilitas yang memadai. Tanpa laba yang memadai, perusahaan tidak akan mampu membayar pajak, memberi imbalan yang layak kepada karyawan, kepada para pemasok, dan tidak dapat memberikan multiplier effect yang diharapkan kepada komunitasnya. Selanjutnya CSR dalam arti luas juga harus mematuhi berbagai peraturan yang berlaku, memiliki prospek pertumbuhan yang cerah di masa depan, menjunjung tinggi etika bisnis, serta terlibat dalam aktivitas-aktivitas yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup komunitas dan lingkungan sekitarnya.

  Adapun tanggung jawab sosial eksternal perusahaan menurut Yanti Triwantini (2011) diwujudkan kepada konsumen, masyarakat, lingkungan dan pemerintah. Untuk eksternal, tanggung jawab sosial ini berkaitan dengan peran perusahaan sebagai pembayar pajak, penyedia lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan kompetensi masyarakat serta memelihara lingkungan bagi kepentingan generasi mendatang. komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk meningkatkan kualitas hidup dari karyawan, stakeholdder dan keluarganya, pemerintah, dan memberikan bantuan dan pembinaan yang baik atas dasar kepercayaan komitmen dan pembagian informasi dengan mitra bisninya seperti pemerintah, supplier, distributor.

  Karyawan merupakan aset berharga bagi perusahaan, sehingga tidak mengejutkan jika perusahaan sangat memperhatikan pengembangan kompetensi dan kesejahteraan karyawan.

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian

  Tanggung jawab sosial

  • perusahaan (CSR) secara internal (X1) Kepuasan Kerja (Y) Corporate Social Responsibility (CSR) secara eksternal (X2)

2.5. Hipotesis

  Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah dikemukakan, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

  Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT Toba Pulp Lestari Tbk di Desa Sosor

Ladang Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara”.

Dokumen yang terkait

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KARO DAN KEBUDAYAANNYA - Katoneng-katoneng pada Upacara Cawir Metua dalam Budaya Karo: Kajian Fungsi, Struktur Musik, dan Makna Tekstual

1 2 49

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Katoneng-katoneng pada Upacara Cawir Metua dalam Budaya Karo: Kajian Fungsi, Struktur Musik, dan Makna Tekstual

0 2 62

Tesis Program Studi Magister (S.2) Penciptaan dan Pengkajian Seni Pertunjukan

0 3 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirosis hati 2.1.1 Definisi - Hubungan besar varises esofagus secara endoskopi dengan Forns index pada penderita sirosis hati

0 0 14

II. Identitas Responden - Analisis Pengolahan Limbah pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Labuhan Angin di Kabupaten Tapanuli Tengah

0 4 29

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Limbah Industri - Analisis Pengolahan Limbah pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Labuhan Angin di Kabupaten Tapanuli Tengah

1 14 27

2.1. Forensik Digital - Identifikasi File Dokumen Berdasarkan Konten Menggunakan Distributed Autonomous Neuro-Gen Learning Engine

0 0 25

BAB II PROFIL PERUSAHAAN - Analisis Laporan Keuangan Pada Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara

0 0 24

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep dan Definisi - Analisis Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Industri Pengolahan Terhadap Indeks Perkembangan PDRB Kabupaten Aceh Selatan

0 0 10

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi palsi serebral - Perbandingan kualitas hidup anak palsi serebral yang mendapat terapi fisik lebih dari 10 bulan dengan kurang dari 10 bulan

0 0 9