HYPNOTEACHING METODE INOVATIF MELEJITKA. dcox

“HYPNOTEACHING” METODE INOVATIF MELEJITKAN PRESTASI SISWA

RESENSI BUKU
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Perencanaan Pembelajaran
yang dibina oleh Bapak Prof. Dr. Waras, M.Pd

oleh:
Wahyu Puspa Wijaya
140511602945

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
Desember 2016

“HYPNOTEACHING” METODE INOVATIF MELEJITKAN PRESTASI SISWA

Judul


: “HYPNOTEACHING”

Pengarang

: Ali Akbar Navis, S.Pd., CHt, CI.

Editor

: Rose Kusumaning Ratri

Catatan

: Cetakan I, 2013

Tebal

: 184 halaman

Penerbit


: AR-RUZ MEDIA, Sleman, Jogjakarta

Kesan awal dari buku ini adalah ringan. Ringan
karena buku ini hanya memiliki tebal seratus delapan puluh empat halaman saja. Kedua
adalah kata hypno yang membuat hati terasa ingin menelusuri isi dari buku ini. Sekilas
membaca sinopsis buku di bagian sampul belakang, kesan terhadap kata hypno tidak beda
jauh dengan pemikiran awal yakni sugesti. Memang secara umum kata hypno berkaitan
dengan sugesti seperti yang dilakukan para pesulap di televisi ataupun acara-acara lainnya.
Namun, apakah maksud dari hypnoteaching adalah mengajar siswa dengan stimulasi awal
seperti yang dilakukan para pesulap? Ataukah hanya pemberian sugesti tanpa harus membuat
siswa tertidur? Lebih jelasnya berikut pembahasannya.
“Hypnoteaching” Revolusi Gaya Mengajar untuk Melejitkan Prestasi Siswa, inilah
kata-kata yang tertera di sampul depan halaman buku yang dikarang oleh Ali Akbar Navis.
Kata hypno lah yang membuat saya tertarik untuk mendalami jauh buku ini. Awal membuka
pada halaman daftar isi, saya sudah sedikit geli dan tertawa melihat sajian judul-judul bab
yang dibwakan dengan kesan santai bahkan seperti guarauan. Namun, dalam hati kecil
terbesit bahwa ini merupakan salah satu buku metode mengajar jadi kecil kemungkinan jika
buku ini membahas gurauan. Ternyata benar, buku ini membahas satu masalah penting yang
mungkin tidak begitu terlalu dipikirkan oleh kaum guru saat ini. Masalah ini sangat terkait
dengan motivasi belajar siswa dan juga akan berimplikasi pada prestasinya di sekolah. Di

samping masalah itu, solusi yang diunggulkan dari buku ini adalah hypnoteaching. Inti
metode tersebut adalah membuat siswa tetap fokus walupun disajikan dalam kondisi rileks.
Memang disengaja dibuat dalam kondisi rileks agar pikiran mereka jernih dan fresh sehingga
apa yang disampaikan guru dapat masuk dan tertanam dalam ingatan mereka.
Namun, perlu diketahui sebelum membahas tentang langkah-langkah mengajar
dengan metode hypnoteaching, buku ini menyajikan beberapa faktor yang berpengaruh
sebagai stimulus awal agar langkah-langkah hypnoteaching dapat dilaksanakan. Faktor yang
paling berpengaruh pertama adalah performa guru di sekolah. Performa yang dimaksud

adalah sikap atau tingkah laku guru termasuk yang berkaitan dengan wilayah emosional guru
yang dapat berpengaruh pada tingkah laku psikis siswa.
Buku ini membahas ada beberapa bentuk tingkah laku tersebut yang disingkat
menjadi MENCURI BESI DI MOBIL. Tingkah laku tersebut masuk dalam kategori buruk dan
harus benar-benar dihindari jika ingin motivasi belajar siswa meningkat. Empat kata tersebut
merupakan singkata dari Menghindar, Curhat Rindu, Begadang, peSimis, penDiam, eMosi,
Bingung, dan maLas. Menghindar merupakan satu bentuk sikap yang dianggap sebagai
tempat berlindung ketika seorang guru dirundung banyak masalah. Namun, pada
kenyataannya itu tidak benar karena hal itu hanya akan menambah masalah yang ada. Jika hal
ini sampai dia lakukan di depan murid, tentunya akan sangat mengecewakan hati murid
membuatnya akan semakin tidak bersemangat untuk belajar. Selanjutnya adalah curhat.

Seringnya sang guru untuk curhat baik ke sesama teman mengajar bahkan kepada murid yang
mereka ajar merupakan satu hal yang buruk dan itu dapat menurunkan tingkat
profesionalisme seorang guru. Rindu, sikap ini lebih di analogikan dengan sikap
membandingkan atau pilih kasih yang dilakukan oleh guru pada siswa yang dia ajar sekarang.
Sering kasus di lapangan, seorang guru mengatakan bahwa “Dulu kakak kelasmu cepat sekali
jika disuruh mengerjakan tiga soal ini” dst. Sikap ini sungguh sangat menurunkan mental
siswa dan berdampak buruk bagi mereka.
Selain itu, begadang merupakan kebiasaan buruk yang harus benar-benar dihilangkan
bagi seorang guru. Pasalnya hal ini akan berpengaruh pada tingkat semangat dan gairah di
pagi hari serta akan mempengaruhi aktivitas mengajarnya. Pesimis, seorang guru pantang
untuk bersikap ini jika ingin menghasilkan siswa-siswa berkualitas. Apalagi jika dia berpikir
bahwa siswa-siswanya tak mampu untuk melakukan hal-hal baru (ragu), jelas guru tersebut
telah mengarahkan siswanya ke jurang kegagalan. Pendiam, hal ini benar-benar keterlalan
jika seorang guru tetap memegang prinsip bahwa diam adalah emas. Diam tidaklah selalu
menjadi opsi terbaik hal ini dikarenakan jika ada siswa yang melakukan kesalahn
mungkinkah seorang guru akan tetap berdiam diri? Jika jawabannya IYA, maka mustahil
guru tersebut dapat mengangkat derajat siswanya untuk menjadi siswa yang luhur. Emosi,
merupakan sikap tempat bermuaranya aura negatif yang dapat berujung pada rusaknya
jalinan yang baik antara guru dan murid. Jika hal ini terjadi maka kemungkinan besar dapat
berakibat dendam seorang guru pada murid dan tentunya ini merupakan kondisi yang tidak

kondusif untuk kegiatan belajar mengajar. Bingung, sikap yang sering muncul ketika
seseorang dirundung masalah atau sedang dalam kondisi galau. Hal ini akan sangat
berpengaruh pada performa mengajar. Mengajar jadi blank, ling lung, tidak tahu harus
melakukan apa. Sungguh sikap yang memalukan dan harus benar-benar dihindari. Hal yang
terakhir adalah malas. Sikap ini sangat buruk dan mudah mempengaruhi orang lain. Jika
seorang guru malas melakuka apa pun sudah dapat dibayangkan bagaimana ia menangani
tugas-tugasnya. Hal yang pasti terjadi adalah terbengkalai dan tidak akan terselesaikan
dengan baik. Jika hal ini juga dibawa di depan siswa-siswanya secara otomatis akan menular
dan menyebabkan prestasi siswapun menurun.
Itulah beberapa sikap buruk yang harus dihindari jika ingin membuat siswa lebih
termotivasi belajar dan mampu menghasilkan hasil maksimal di sekolah. Sebenarnya yang
harus dilakukan guru adalah memberikan beberapa sentuhan khusus pada siswanya agar

mereka tertarik dan lebih termotivasi. Perilaku-perilkau tersebut diantaranya adalah
menganggap siswa seperti seorang kekasih. Konotasi yang tepat untuk ini adalah bahwa
siswa termasuk orang yang dicintai oleh guru. Selain itu, jadikan peran kita sebagai seorang
guru adalah sosok guru yang dirindukan kehadirannya oleh mereka. Kemudian panggil nama
mereka dengan lembut dan tulus dan berikan ucapan-ucapan sederhana yang mampu
membuat hati mereka tersanjung seperti “terima kasih” ketika mereka telah membantu kita,
“maaf nak...” ketika kita melakukan kesalahan pada mereka, dan “tolong bisakan kamu

membantu ibu?” ketika kita perlu bantuan pada mereka. Sikap dan kata-kata itulah yang
mampu membuat siswa merasa bahwa keberadaanya diakui dan memiliki tempat khusus di
hati guru-guru mereka.
Di samping sikap dan kata-kata tersebut terdapat hal lain yang menarik dan dapat
membantu menarik perhatian siswa agar lebih bersemangat yakni metode sapaan “ANE
SAPE” (Antusias, Ekspresi, Sapaan, Peraturan kelas). Antusias merupakan salah satu sikap
yang berhubungan dengan semangat diri. Jika seorang guru mampu menciptakan sikap ini
biasanya dia adalah guru dengan kondisi yang prima dan sedang berada di puncak emosional
yang penuh kebahagiaan. Hal ini berdampak positif jika dibawa hingga pada suasana
mengajar karena dapat ditularkan pada siswa-siswanya di kelas. Selain itu antusias juga dapat
dikatakan sebagai kunci seberapa menariknya pelajaran yang disampaikan oleh guru tersebut.
Pada sikap ini ada delapan komponen penting yang harus diperhatikan dan diberikan pada
siswa yakni perhatian, motivasi, pujian, kreativitas, tahan banting, mengulangi, dan
semangat. Ketika seluruh komponen ini kita maksimalkan maka, antusias siswa pun menjadi
baik. Kemudian ekspresi, ekspresi menjadi suatu yang penting dalam komunikasi antara guru
dan siswa karena dengan penyampaian ekspresi yang hangat, semangat, dan antusias maka
akan memberi daya tarik tersendiri bagi siswa tersebut dalam mengikuti pembelajaran.
Ekspresi ini melibatkan beberapa faktor yakni seperti intonasi, mimik, dan bahasa tubuh
(kontak mata, postur terbuka dan condong ke depan, sentuhan, anggukan).
Selain itu, ada pula sapaan. Sapaan yang dimaksudkan di sini adalah sapaan yang

unik menyenangkan dan mampu memberikan efek yang menggairahkan. Saat seorang guru
mampu melakukannya bisa jadi hanya guru itulah yang menjadi nomor satu di dialam pikiran
siswanya. Selain itu dampak dari sapaan ini adalah terciptanya sebuah empati murni yang
merupakan suatu koneksi yang sangat menguntungkan dalam kegiatan pembelajaran
nantinya. Hal yang terakhir yakni peraturan kelas. Suatu kelas dengan kondisi siswa yang
teratur, disiplin, dan mudah diatur merupakan suatu hal yang menjadi idaman setiap guru.
Demi menciptakan suasana kelas seperti ini pun dapat dilakukan oleh setiap guru yakni
dengan menyususn peraturan kelas dengan melibatkan siswa di dalamnya. Hal ini bisa
menjadi awal yang cerdas untuk mendisiplinkan mereka. Pasalnya, dengan keterlibatan ini
seorang guru memiliki kesempatan untuk mengetahui dunia mereka, kondisi terkini mereka,
mengenal karakter mereka, menggali cara pandang dan keinginan mereka, termasuk pula
sosialisaasi gratis. Di samping itu untuk menambah ke-powefull-an sebuah aturan , guru dapat
memodifikasinya sedikit dengan hal-hal yang lebih atraktif dan mudah diterjemahkan oleh
para siswa.
Di atas telah dijelaskan faktor emosional, perilaku atau sikap yang dapat
mempengaruhi semangat dan daya tarik belajar siswa. Hal lain yang menjadi pendukung

untuk kemudaham proses belajar mengajar adalah daya ingat yang baik. Setiap orang
memang terlahir dengan kondisi daya ingat yang berbeda, tetapi daya ingat ini dapat dilatih
dengan beberapa hal yakni yang pertama adalah teknik Ndra-Si-Kan. Teknik ini merupakan

gabungan dari pemanfaatan indra, emosi, dan tindakan. Jika seorang guru mampu
melakukannya dan mendemonstrasikannya dengan melibatkan siswa, maka hal ini akan
menjadi sesuatu yang hebat. Karena dengan hanya melihat, mendengar, menjiwai setiap
tindakan dengan ekspresi sempurna, dan melakukannya sendiri siswa akan memperoleh
pengalaman dengan kualitas video tingkat tinggi. Maksudnya pengalaman belajar yang
mampu dijiwai dan akhirnya tertanam dalam ingatan mereka. Selanjutnya membuat jurnal
belajar harian. Menulis merupakan salah satu kegiatan yang berguna untuk mengingat.
Namun, menulis jurnal belajar bukan berarti menulis materi yang tercatat pada whiteboard di
kelas, melainkan menulis pengalaman-pengalaman belajar yang ia dapat selama mengikuti
kegiatan KBM. Hal ini akan menjadi lebih efektif dikarenakan jurnal tersebut secara tidak
langsung akan berisi materi yang disampaikan guru, tetapi juga terdapat bumbu-bumbu unik
di dalamnya. Bahkan mungkin cerita kejadian lucu yang akhirnya mampu mengingatkan
siswa pada meteri yang diberikan oleh gurunya.
Selain itu juga terdapat kotak kunci belajar. Fungsinya sama dengan jurnal balajar
harian walaupun dalam kotak kunci belajar ini hanya menuliskan kata kunci pokok antara
kejadian yang mengiringi dengan materi yang dipelajari. Misalnya pada kata kunci belajar
buta warna unsur kejadian yang mendukung adalah “Toni”. Hal ini dikarenakan Toni
merupakan salah satu anak di kelas yang terbukti buta warna setelah dilakukan tes oleh sang
guru. Dengan adanya dua kata kunci tersebut seorang siswa mampu mengingat buta warna itu
seperti apa, karena teman sekelasnya sendiri ada yang mengalami buta warna. Hal terakhir

adalah ingatan bergambar. Sudah menjadi hal yang tidak asing ketika seseorang dengan
adanya gambar mudah mengingat sesuatu. Misalnya saja, pada kaum siswa laki-laki yang
mudah mengingat kejadian, kronologi, bahkan nama-nama tokoh anime yang mereka tonton
semalam. Hal ini pun dapat dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran. Guru dapat
memberikan tayangan gambar maupun video pada siswa di kelas, kemudian mereka diminta
untuk mengidentifikasi apa saja yang terkait antara gambar dengan materi pembelajaran.
Berbagai faktor psikologi, emosi, sikap, hingga hal intern yakni ingatan yang
notabene sangat berpengaruh pada kegiatan pembelajaran di kelas telah dibahas di atas.
Seluruh faktor tersebut sangat berpengaruh sebagai stimulus awal dalam penerapan
hypnoteaching. Pada dasarnya hypnoteaching adalah salah satu jenis hipnotis yang digunakan
untuk mengajar. Hipnotis itu sendiri merupakan satu kemampuan untuk membawa seseorang
ke dalam hypnosis stage (Hypnos). Hypnos adalah suatu kondisi kesadaran yang sangat
mudah untuk menerima berbagai saran atau sugesti. Artinya pada kondisi ini peran critical
area (tempat sementara untuk proses analitik, logika, estetika, dll) semakin minim. Pada
kondisi ini maka seseorang akan lebih mudah dimotivasi dan motivasi tersebut akan tertanam
dalam-dalam dan bertahan lebih lama.
Pada penerapan hypnoteaching ini peran guru sangat diperlukan ibarat kapal guru
adalah nahkodanya. Agar mampu mengaplikasikan hypnoteching, maka terdapat beberapa
prinsip yang perlu diterapkan yakni yang pertama adalah agreement. Persetujuan dari siswa,
hal ini dapat dilakukan dengan menjadi pribadi yang menarik dan diminati siswa. Sampaikan


senyum terindah dan teramah pada siswa. Bangunlah ikatan batin yang kuat dengan siswa
dan di sinilah guru mengetahui apakah yang disampaikannya berhasil atau tidak. Kemudian
fokus, untuk membawa siswa pada kondisi hypnos maka bimbing siswa untuk bisa
berkonsentrasi. Guru dapat membawa siswanya pada kondisi light hypnosis yang mana
mampu membuat mereka terfokus untuk satu sisi saja. Selain itu, untuk menarik fokus dan
perhatian siswa guru dapat menerapkan langkah-langkah sikap yang telah dijelaskan di atas.
Relaks, kata ini identik dengan santai dan ringan. Maksud dari relaks ini adalah menciptakan
kondisi psikis dan fisik sebelum kegiatan KBM agar lebih santai, tenang, sehingga apa yang
dipelajari akan mudah diserap dan diingat. Kondisi relaks dapat tercipta dari relaksasi yang
dibangun baik dari guru yang kemudian ditularkan pada siswanya.
Dalam hypnoteaching khusunya yang dibahas dalam buku ini ada satu hal yang
menarik dan perlu kita ketahui ketika akan merapkan hypnoteaching yaitu rahasia pikiran.
Pada kenyataannya ternyata pikiran bawah sadar ternyata lebih berpengaruh 88% pada
tindakan kita daripada pikiran sadar kita. Bahkan menurut Adi W.Gunawan dalam bukunya
hypnotherapy pikiran bawah sadar kita memiliki delapan fungsi diantaranya adalah kebiasaa,
emosi, long memory, kepribadian, intuisi, kreativitas, presepsi, belief and value. Melihat hal
ini maka dapat disimpulkan bahwa pikiran bawah sadar adalah gudang informasi yang
dipunyai seseorang. Artinya, banyak pula materi pelajaran yang dapat diingat oleh siswa jika
disimpan dalam pikiran bawah sadar mereka. Agar dapat mampu menginstal materi pelajaran

ke pikiran bawah sadar mereka ada beberapa cara untuk dapat meminimalkan keaktifan
critical area seseorang yakni pengulangan (kegiatan berulang akan menjadi kebiasaan),
atmosfer (kondisi kelas yang mendukung untuk belajar), kondisi alpha (mengajak siswa
berelaksasi, agar apa yang disampaikan mudah masuk ke memori), pembawaan (saat
mengajar jadilah guru yang mampu tampil PD, smart, dan meyakinkan), emosi (sentuhan
emosi yang mampu dipancing dari bentuk visual, auditori, kinestetik, gustatori, dan
olfactory).
Itulah penjelasan mengenai hypnoteaching. Berdasarkan langkah penerpannya, hal
yang harus dibenahi memanglah presepsi guru terlebih dahulu, lalu perlahan membangun dan
menanamkannya pada siswa. Ketika itu berhasil maka, langkah hypnoteaching pun mampu
diterapkan. Berdasarkan pembahasan di atas, terlihat jelas kelebihan buku ini yakni jelas dan
rinci. Selain itu cara penyampaiannya juga terlihat santai dan ringan tetapi tetap fokus tujuan
yakni mengenalkan metode inovatif dalam mengajar. Namun, di sisi lain masih terdapat
kekurangan yakni perumpamann cerita atau contoh cerita yang terlalu panjang. Bahkan
menurut saya terlalu bertele-tele. Akan sangat baik jika contoh cerita dalam kehidupan itu
dibuat lebih singkat tidak perlu seperti cerita dalam kisah cerpen ataupun novel.
Oleh karena itu, buku ini wajib dijadikan sebagai salah satu rujukan dalam mencari
metode-metode mengajar yang inovatif. Hal ini dikarenakan, buku ini disusun berdasarkan
problema-problema umum yang sering ditemukan dalam dunia mengajar dan juga solusi
yang diberikan yakni tentang hypnoteaching merupakan solusi inovatif untuk
mengembangkan pikiran bawah sadar siswa yang notabene tidak semua orang
mengetahuinya. Selain itu, buku ini juga sangat bagus untuk para guru dan juga para calon
guru, karena dapat dijadikan sebagai buku referensi introspeksi diri (bagi guru) dan buku
bekal mengajar (bagi calon guru).